• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Jumlah Dana Deposito Di Kota Madya Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Jumlah Dana Deposito Di Kota Madya Medan"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENDAPATAN

PERKAPITA TERHADAP JUMLAH DANA DEPOSITO

DI KOTAMADYA MEDAN

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH

NAMA : JAN VILBEN HARAPAN P

NIM : 050523043

DEPARTEMEN : EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berusaha mengetahui pengaruh tingkat suku bunga (X1) dan

pendapatan perkapita (X2) terhadap jumlah dana deposito pada tahun 1993 – 2007 dengan

menggunakan data sekunder yang diperoleh dari sumber Bank Indonesia ( Perpustakaan dan Website ), Badan Pusat Statistika Kota Medan. Data yang diolah merupakan data runtun waktu ( time series ).

Dari hasil penelitian diperoleh R2 sebesar 0,968, yang berarti jumlah dana deposito di kota Medan sebanyak 96,8 % dipengaruhi oleh faktor tingkat suku bunga (X1) dan

pendapatan perkapita (X2), sedangkan sisanya 9,2 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari

model. Fhitung > Ftabel ( 59,273 > 4,667 ), memberikan arti bahwa secara bersama – sama

tingkat suku bunga, pendapatan perkapita berpengaruh positif atau signifikan terhadap jumlah dana deposito di kota Medan.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan atau nyata terhadap jumlah dana deposito di kotamadya Medan.

Kata kunci : Simpanan Deposito ( Y ), Tingkat Suku Bunga ( X1) , Pendapatan

(3)

ABSTRACT

The main objective of this research is to find out the effect of interest’s rate (X1) on

the amount of incoming deposit (X2) in the year 1993 up to year 2007 by secondary data

obtained from Bank Indonesia (Library and Website), Badan Pusat Statistika Medan. Processed data represent time series.

The result shows that determinant coefficient equal to 0,968, meaning that the amount of the total deposit is 96,8% influenced by the rate of deposit’s interest (X1) and per

capita incoming rate ( X2), while the rest 9,2% influenced by another factor outside the

model. Fhitung > Ftabel ( 59,273 > 4,667 ), explains that both rate of interest and per capita

income positively and significantly affect the amount of total deposit in Medan.

The conclusion of the research is that the rate of interest on the deposit and per capita income significantly affect the total amount of deposit saving in Medan.

Keywords : Deposit saving (Y), Rate of Deposit’s Interest ( X1), Per capita

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

Bab I : Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Hipotesis ... 4

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

Bab II : Uraian Teoritis ... 6

2.1. Bank ... 6

2.1.1. Pengertian Bank ... 6

2.1.2. Jenis Bank ... 6

2.1.3. Fungsi dan Kegiatan Bank ... 7

2.2. Deposito ... 9

2.2.1. Pengertian Deposito ... 10

(5)

2.2.3. Fungsi Deposito ... 13

2.2.4. Manfaat Deposito ... 15

2.3. Tingkat Suku Bunga ... 16

2.3.1. Pengertian Suku Bunga ... 16

2.3.2. Teori Suku Bunga ... 18

2.3.2.1 Teori Suku Bunga Klasik ... 18

2.3.2.2 Teori Suku Bunga Aliran Neo Klasik ... 18

2.3.2.3 Teori Suku Bunga J.M. Keynes ... 19

2.3.3. Fungsi Tingkat Suku Bunga dalam Perekonomian ... 20

2.3.4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga ... 21

2.4. Pendapatan ... 24

2.4.1. Konsep Pendapatan ... 24

2.4.2. Pendapatan Perkapita ... 25

Bab III : Metode Penelitian ... 27

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 27

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4. Pengolahan Data ... 28

3.5. Model Analisis Data ... 28

3.6. Uji Statistik ... 29

3.6.1. Uji Koefisien Determinasi ... 29

(6)

3.6.3. Uji T ( T – Test ) ... 31

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 32

3.7.1. Uji Multikolinearitas ... 32

3.7.2. Uji Autokorelasi ... 33

3.7.3. Definisi Operasional Variabel ... 33

Bab IV : Analisis dan Pembahasan ... 35

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 35

4.1.1. Gambaran Umum Kota Medan ... 35

4.1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi ... 40

4.1.3. Pendapatan Regional Perkapita ... 41

4.2. Hasil & Pembahasan ... 43

4.2.1. Analisa dan Pengumpulan Data ... 43

4.2.2. Interpretasi Model ... 44

4.2.3. Uji Statistik ... 45

4.2.3.1. Uji Koefisien Determinasi R2 ... 45

4.2.3.2. Uji F – test ... 45

4.2.3.3. Uji T – test ... 47

4.2.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 49

4.2.4.1. Uji Multikolinearitas ... 49

4.2.4.2. Uji Autokorelasi ... 50

Bab V : Kesimpulan & Saran ... 52

(7)

5.2. Saran ... ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... X

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perbedaan Deposito Berjangkan Dengan Sertifikat Deposito ... 12

Tabel 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan ... 41

Tabel 3 Pendapatan Regional Perkapita Kota Medan tahun 1993 – 2007 ... 42

Tabel 4 Hasil Linear Berganda ... 43

Tabel 5 Hasil Analisa Regresi Parsial X1 ... 49

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Tingkat Bunga Menurut Keynes ... 21

Gambar 2 Gambar Uji F – Statistik ... 46

Gambar 3 Uji t-statistik terhadap tingkat suku bunga deposito (X1) ... 48

Gambar 4 Uji t – statistik terhadap Pendapatan Perkapita ( X2 ) ... 49

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah Dana Deposito, Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Perkapita

Lampiran 2 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Lampiran 3 Hasil Regresi Secara Parsial untuk X1 ( Suku Bunga )

Lampiran 4 Hasil Regresi Secara Parsial untuk X2 ( Pendapatan Perkapita )

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945, maka kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berazaskan kekeluargaan perlu dipelihara dengan baik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan dan keseimbangan unsur – unsur pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis untuk menyerasikan dan menyeimbangkan dari masing – masing unsur adalah perbankan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai suatu wahana yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil – hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat .

Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, badan pemerintah, swasta dan perorangan menyimpan dana. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan

(12)

kepada beberapa sektor perekonomian, bank melancarkan arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen.

Perbankan sebagai suatu sektor terpenting dalam struktur perekonomian, telah memberikan peranan yang sangat strategis dalam menunjang perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang dicapai telah mendorong dan memberikan peluang bagi perkembangan dan pertumbuhan industri perbankan di Indonesia.

Dana bank yang berasal dari masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk giro (demand deposit ), deposito ( time deposito ) dan tabungan ( saving account ) . Giro merupakan simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau pemindahbukuan. Deposito merupakan simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikkannya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara deposan dengan bank yang bersangkutan, sedangkan tabungan merupakan simpanan pihak ketiga yang penarikkannya dapat dilakukan menurut persyaratan tertentu 1)

Faktor – faktor penting yang mempengaruhi simpanan deposito salah satunya adalah tingkat pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan, maka semakin besar pula tingkat tabungan yang diciptakan masyarakat 2). Hal ini berarti ada pengaruh yang positif antara pendapatan dan jumlah tabungan. J.M. Keynes mengatakan bahwa ada pendapatan merupakan hal yang penting bagi tabungan dan tingkat bunga, karena suku bunga

1)

Suyatno, T, 1990, Kelembagaan Perbankan , PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Hal 29.

2)

(13)

tergantung pada penawaran dan permintaan uang, dan tidak tergantung pada tabungan serta investasi. J.M. Keynes juga berpendapat bahwa pendapatan masyarakat digunakan sebagian untuk konsumsi dan sebagian lainnya digunakan untuk menabung. Pendapatan tentunya sangat berpengaruh terhadap jumlah tabungan yang disimpan masyarakat dilembaga – lembaga perbankan, dalam arti semakin besar pendapatan semakin besar pula tingkat tabungan masyarakat, jika pendapatan meningkat jumlahnya, maka dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh lembaga perbankan ada kecenderungan meningkat.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan simpanan deposito berjangka adalah besar kecilnya tingkat suku bunga yang berlaku, dalam arti semakin tinggi tingkat bunga yang ditawarkan, semakin besar pula keinginan masyarakat untuk menyisihkan sebagian pendapatannya yang dikonsumsi untuk disimpan dalam bantuk tabungan. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat bunga deposito akan mendorong keinginan masyarakat untuk menabung sehingga akan mempengaruhi jumlah simpanan deposit 3) . Pemilik simpanan deposito akan mengambil ataupun memperpanjang simpanan deposito yang dimiliki tergantung pada tingkat bunga yang ditawarkan pada bank tersebut. Jika tingkat bunga yang ditawarkan tinggi maka jumlah simpanan deposito akan meningkat.

Banyaknya perubahan yang terjadi selama kurun waktu 1993 – 2007 yang berkaitan dengan perkembangan pendapatan perkapita dan suku bunga deposito mendorong peneliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita dan suku bunga deposito terhadap deposito pada bank umum di Kotamadya Medan.

3)

(14)

1.2. Perumusan Masalah

Deposito mempunyai pangsa pasar yang terbesar apabila dibandingkan dengan simpanan yang lain, tetapi disisi lain pertumbuhan simpanan deposito relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan simpanan lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor – faktor ekonomi dan non – ekonomi lainnya yang dapat mempengaruhi simpanan deposito.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap jumlah dana deposito yang

terserap pada Bank Umum diwilayah Kotamadya Medan mulai tahun 1993 hingga

tahun 2007.

2. Apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap jumlah dana deposito yang

terserap pada Bank Umum diwilayah Kotamadya Medan mulai tahun 1993 hingga

tahun 2007.

1.3. Hipotesis

1. Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang kuat dan signifikan terhadap besarnya jumlah dana simpanan deposito di Kotamadya Medan.

(15)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan dan besarnya pengaruh pendapatan perkapita terhadap jumlah dana deposito pada bank umum di Kotamadya Medan tahun 1993 – 2007.

2. Mengetahui hubungan dan besarnya pengaruh tingkat suku bunga terhadap jumlah dana deposito pada bank umum di Kotamadya Medan tahun 1993 – 2007.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut :

1. Gambaran dan informasi tentang pengaruh pendapatan perkapita dan suku bunga terhadap jumlah dana deposito pada bank umum di Kotamadya Medan mulai tahun 1993 – 2007 guna dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan kebijaksanaan pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan penghimpunan deposito berjangka.

(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. BANK

2.1.1. Pengertian Bank

Dalam sistem perekonomian yang terus berkembang dari waktu ke waktu, peranan dunia perbankan sangatlah dibutuhkan, sehingga perekonomian yang sedang berjalan akan tetap stabil dengan kebijaksanaan pemerintah melalui Bank Sentral untuk membuat kebijakan perbankan dalam mengantisipasi kestabilan sistem perekonomian.

Adapun pengertian atau definisi dari Bank adalah menurut Undang – Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang telah diubah dengan Undang – Undang No.10 tahun 1998 menyebutkan :

1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.1.2. Jenis Bank

(17)

a. Dilihat dari segi fungsinya, terdiri dari : 1. Bank Umum

2. Bank Perkreditan Rakyat

b. Dilihat dari segi kepemilikan, terdiri dari :

1. Bank milik Pemerintah, baik bank milik pemerintah pusat seperti Bank Negara Indonesia, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Tabungan Negara maupun Bank milik Pemerintah Daerah seperti Bank SUMUT, Bank DKI, Bank JATIM, Bank JABAR, dll

2. Bank milik Swasta Nasional, seperti Bank Central Asia, Bank Danamon, Bank CIMB NIAGA, Bank NISP, Bank Mega, dll.

3. Bank milik asing, seperti ABN AMRO Bank, Rabo Bank, HSBC Bank, dll

c. Dilihat dari segi status, terdiri dari Bank Devisa dan Bank Non – Devisa

d. Dilihat dari segi cara menentukan harga, terdiri dari : 1. Bank berdasarkan prinsip konvensional

2. Bank berdasarkan prinsip syariah.

2.1.3. Fungsi dan Kegiatan Bank

Fungsi Bank dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Sebagai lembaga yang menciptakan uang baik itu berupa uang kartal maupun uang giral

(18)

c. Sebagai lembaga pemberi kredit baik yang berupa modal bank itu sendiri maupun yang dititipkan nasabah.

d. Sebagai jasa perantara untuk memudahkan lalu lintas uang dan modal.

e. Membantu pemerintah didalam mengatur peredaran uang di masyarakat dalam rangka menciptakan stabilitas ekonomi serta mendorong pembangunan ekonomi.

Dilihat dari fungsinya sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok berupa menghimpun dana yang sementara tidak dipergunakan dan kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat untuk jangka waktu tertentu.

Penghimpunan dana akan menentukan pertumbuhan suatu bank dan dalam usaha menghimpun dana tersebut secara garis besar suatu bank memperoleh berbagai sumber dana yang dapat dikelompokkan menjadi 3 ( tiga ) yaitu :

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri atau sering disebut dengan dana pihak pertama yaitu modal, cadangan dan laba.

2. Dana yang berasal dari lembaga keuangan bank atau non bank atau sering disebut dana pihak kedua.

(19)

2.2. DEPOSITO

2.2.1. Pengertian Deposito

Menurut Undang – Undang No.14 Tahun 1967 tentang pokok – pokok perbankan

Indonesia :

Deposito adalah “simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanyadapat dilakukukan dengan jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak

ketiga dengan bank yang bersangkutan”.

Menurut Undang – Undang No. 07 Tahun 1992 tentang Perbankan Indonesia

Deposito adalah “simpanan masyarakat pihak ketiga kepada bank yang penarikkannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu yang diperjanjikan tiba”

Menurut Undang – Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia

Deposito adalah “simpanan yang penarikkannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan baik”

Seperti diketahui bahwa salah satu aktivitas perbankan didalam usahanya untuk mengumpulkan dana adalah menggerakkan aktivitas deposito berjangka (time deposit). Gerakan berjangka di Indonesia dimulai secara serentak pada tanggal 19 September 1968, berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 28 tahun 19684)

Bank – bank yang diikutsertakan dalam gerakan ini adalah Bank Pemerintah, sedangkan bank – bank swasta nasional maupun swasta asing belum diberi kesempatan untuk ikut serta dalam gerakan ini. Tetapi kemudian perkembangan menunjukkan bahwa bahwa kepada beberapa bank swasta nasional diberikan juga kesempatan untuk ikut serta

4)

(20)

dalam gerakan deposito berjangka. Bank – bank yang ikut serta dalam gerakan deposito ini biasanya disebut Depositoris, sedangkan anggota masyarakat atau suatu badan yang mempergunakan untuk menyimpan sebagaian dananya kedalam deposito berjangka disebut Deposan.

2.2.2. Jenis – Jenis Deposito

1. Deposito Berjangka ( Time Deposit )

Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikkannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan tanggal yang diperjanjikan antara deposan dan bank. Deposito berjangka merupakan deposito yang diterbitkan dengan jenis jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito berjangka biasanya bervariasi mulai dari mulai dari 1 (satu ) bulan, 3 ( tiga ) bulan, 6 ( enam ) bulan, 12 ( dua belas ) bulan hingga dengan 24 ( dua puluh empat ) bulan. Deposito berjangka diterbitkan atas nama baik perorangan maupun lembaga. Artinya didalam bilyet deposito tercantum nama seseorang atau lembaga si pemilik deposito berjangka. Penarikan bunga deposito berjangka dapat dilakukan setiap bulan atau setelah jatuh tempo atau sesuai jangka waktunya. Penarikan dapat dilakukan secara tunai maupun pemindahbukuan dan setiap bunga deposito dikenakan pajak dari jumlah jumlaj bunga yang diterima.

(21)

Artinya deposito berjangka dengan nominal besar dan terus dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif lama.

Deposito berjangka yang diterbitkan dalam valuta asing, biasanya diterbitkan oleh bank devisa. Perhitungan, penerbitan, pencairan dan bunga dilakukan menggunakan kurs devisa umum. Penerbitan deposito berjangka dalam valas biasanya diterbitkan dalam valas yang kuat seperti US. Dollar, Yen Jepang atau mata uang kuat lainnya.

2. Deposito Automatic Roll Over

Deposito Automatic Roll Over adalah suatu bentuk lain dari deposito berjangka dimana simpanan masyarakat ( dalam bentuk deposito ) yang telah jatuh tempo sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan, namun pihak deposan belum mengambilnya maka secara otomatis terhadap simpanan tadi dilakukan perpanjangan waktu tanpa menunggu persetujuan / instruksi dari deposan.

3. Sertifikat Deposito

Sertifikat merupakan hasil pengembangan dari deposito berjangka. Sertifikat deposito berjangka yang bukti simpanannya dapat diperjual – belikan. Agar simpanan ini dapat diperjual-belikan dengan mudah maka penarikan pada saat jatuh tempo dapat dilakukan atas unjuk, sehingga siapapun yang memegang bukti simpanan tersebut dapat menguangkannya pada saat jatuh tempo.

(22)

bunga sertifikat deposito ini dibayarkan dimuka yaitu pada saat nasabah menempatkan dananya dalam bentuk deposito.

Contoh : Sertifikat deposito nilai nominal Rp. 100.000.000,- dengan bunga 12 % per tahun, jangka waktu 12 bulan, bunga yang dibayarkan dimuka adalah sebesar ( tanpa memperhitungkan pajak ) 12 % x Rp. 100.000.000,- = Rp. 12.000.000,-

Mengingat penempatan dana sebesar Rp. 100.000.000,- oleh nasabah dan pembayaran bunga sebesar Rp. 12.000.000.- kepada nasabah dilakukan secara bersamaan , maka mekanisme penempatan dananya adalah : Nasabah menempatkan dana sebesar Rp. 100.000.000,- dengan diskonto sebesar Rp. 12.000.000,- sehingga uang yang dibayarkan nasabah adalah sebesar Rp. 100.000.000,- ( - ) Rp. 12.000.000,- = Rp. 88.000.000,- Pada saat jatuh tempo nantinya, pemegang sertifikat deposito tersebut mencairkan dana sejumlah Rp. 100.000.000,-. Apabila sebelum jatuh tempo sertifikat deposito itu akan dijual kepada orang lain maka harga yang harus dibayar oleh pembeli adalah berdasarkan nilai bunga dari sisa jangka waktu dari deposito. Misalnya setelah berlangsung selama 3 ( tiga ) bulan, deposito tersebut akan dijual, maka dasar perhitungan harga jual deposito tersebut adalah : Rp. 100.000.000,- ( - ) ((( 12 – 3 ) x 12 ) x 12% X Rp. 100.000.000,- ) = Rp. 91.000.000,-

Tabel 1. Perbedaan Deposito Berjangka Dengan Sertifikat Deposito

(23)

Tidak dapat diperjual-belikan Dapat diperjual – belikan Tidak dapat dipindahtangankan Dapat dipindahtangankan Bunga dibayar dibelakang Bunga dibayar dimuka Pencairan sebelum jatuh tempo dikenakan

denda ( Penalty Rate )

Pencairan sebelum jatuh tempo dikenakan rediskonto

Nominal ditentukan oleh nasabah Nominal ditentukan oleh bank Dalam mata uang Rupiah Dalam mata uang rupiah saja

Dapat di Roll Over Tidak dapat di roll over.

4. Deposit On Call

Deposit On Call adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan pemberitahuan lebih dahulu dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah5)

Deposit On Call merupakan deposito yang bernominal cukup besar. Semakin besar dana yang ditarik maka semakin lama pula jangka waktu pemberitahuan sebelumnya yang diinginkan oleh pihak bank. Deposit On Call biasanya digunakan oleh nasabah yang tidak setiap saat perlu menarik dananya dan keperluan penarikan dana itu dapat diprediksi oleh nasabah dalam jangka waktu tertentu.

2.2.3 Fungsi Deposito

Deposito berjangka merupakan produk perbankan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat kita. Deposito berjangka mempunyai jangka waktu pengambilan, ini berarti

5)

(24)

dana deposito cukup lama mengendap didalam kas suatu bank. Oleh karena itu dana deposito mempunyai potensi yang cukup tangguh dalam operational perkreditan bank.

Fungsi Deposito dapat dibagi dalam dua bagian6) yaitu :

1. Fungsi Intern

Maksudnya, fungsi deposito ini sangat strategis dalam membantu kegiatan operasional bank khususnya ruang lingkup bank itu sendiri. Jenis simpanan ini merupakan salah satu sumber utama modal bank yang praktis berfungsi untuk memenuhi kebutuhan modal suatu bank, dan disamping itu juga membantu menjaga posisi likuiditas bank. Kebutuhan akan modal kerja suatu bank harus selalu dipenuhi setiap saat sehubungan dengan salah satu fungsi utamanya yakni sebagai lembaga yang menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau sebagai lembaga pemberi kredit.

2. Fungsi Ekstern

Fungsi ekstern ini dikaitkan dengan fungsi yang ada diluar perusahaan bank yakni sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang jasa yang memperlancar arus pembayaran uang. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional diharapkan lembaga perbankan dapat berperan dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan perkembangan perekonomian nasional maupun internasional yang senantiasa bergerak cepat disertai tantangan yang semakin luas, untuk itu bank harus mampu menghadapi persaingan yang sehat dan efisien.

6)

(25)

Deposito ini merupakan sarana penghimpunan dana dalam jumlah besar, dengan demikian pemerintah sangat mengharapkan inisiatif dari masyarakat untuk menanamkan dana yang lebih ini melalui deposito demi menunjang pembangunan yang senantiasa membutuhkan dana yang relatif besar.

2.2.4 Manfaat Deposito

Setiap bank tentunya menginginkan memperoleh simpanan masyarakat dalam jumlah yang besar, dengan banyaknya simpanan di bank, maka bank akan dapat memenuhi kebutuhan dari nasabah yang dapat memberikan lebih banyak pinjaman kepada mereka yang memerlukan.

(26)

2.3 Tingkat Suku Bunga

2.3.1 Pengertian Suku Bunga

Pengertian suku bunga adalah “Harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya”, dan biasanya dinyatakan dalam persen (%) 7)

Bagi orang yang meminjam uang, bunga merupakan denda yang dibayarkan untuk mengkonsumsi penghasilan sebelum diterima. Bagi orang yang memberikan pinjaman, bunga merupakan imbalan karena menunda konsumsi sekarang hingga waktu dari piutang.

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah ( yang memiliki simpanan ) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank ( nasabah yang memperoleh pinjaman ) 8)

Dalam kegiatan perbankan sehari – hari ada 2 ( dua ) macam bunga yang diberikan nasabahnya yaitu :

a. Bunga Simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya dibank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito.

7)

Boediono, 1983. “Ekonomi Moneter” edisi 3 BPFE – Yogyakarta.

8)

(27)

b. Bunga Pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing – masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya.

Struktur tingkat bunga di Indonesia yang paling umum didasarkan atas jangka waktu. Tingkat bunga perbankan untuk deposito berjangka dibedakan atas jangka waktu 1 (satu) bulan, 3 (tiga) bulan, 6 (enam) bulan, 12 (dua belas ) bulan dan 24 (dua puluh empat) bulan, baik untuk mata uang lokal (rupiah) maupun valuta asing.

(28)

2.3.2 Teori Suku Bunga

2.3.2.1 Teori Suku Bunga Aliran Klasik

Teori suku bunga aliran klasik dinamakan “ The pure theory of interest”. Menurut teori ini, tinggi rendahnya tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal 9). Jadi bunga modal yang telah dianggap sebagai harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang – barang dan jasa – jasa, tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal.

2.3.2.2 Teori Suku Bunga dari aliran Neo – Klasik

Menurut kaum neo-klasik suku bunga ditemukan dalam teori loanable funds.

Penawaran akan loanable funds menurut teori neo – klasik adalah fungsi dari suku bunga. Penawaran ini berasal dari anggota masyarakat yang bertindak sebagai penabung dengan demikian semakin tinggi suku bunga semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung, artinya pada tingkat suku bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong mengurangi konsumsi untuk mendapatkan keuntungan dari suku bunga yang lebih tinggi. Sebaliknya, apabila suku bunga lebih rendah maka semakin sedikit dana masyarakat yang akan ditabung.

Permintaan akan loanable fund juga tergantung dari suku bunga. Investor akan meningkatkan investasinya jika mengharapkan menerima tingkat hasil balik dari hasil

9)

(29)

investasi yang lebih besar dari pada suku bunga yang harus dibayarkan atas penggunaan dana tersebut. Sumber kemampuan investor untuk membayar bunga berasal dari keuntungan usahanya. Oleh karena itu, semakin rendah suku bunga maka respon investor akan lebih tinggi untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana akan semakin lebih kecil.

2.3.2.3 Teori Suku Bunga dari J.M.Keynes

Teori ini dikemukan oleh Keynes dan dinamakan “Liquidity Preference Thoery of Interest”. Menurut Keynes bahwa suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang yang ditentukan dalam pasar uang. Permintaan uang menurut Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa orang pada umumnya mempunyai keinginan dirinya tetap liquid

untuk memenuhi motif – motif memegang uang. Preferensi atau keinginan untuk tetap

liquid inilah yang membuat orang bersedia membayar harga tertentu untuk penggunaan

uangnya. Jadi menurut Keynes, tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang.

(30)

Gambar 2.1 : Tingkat bunga menurut Keynes

Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat suku bunga. Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga normal. Jika surat berharga dipegang pada waktu tingkat bunga naik, maka akan terjadi kerugian. Hal ini dapat dihindari dengan cara mengurangi surat berharga dan menambah uang kas. Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik.

2.3.3 Fungsi Tingkat Suku Bunga dalam Perekonomian

Tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian, yaitu :

Tingkat Bunga (%)

Jumlah Uang

I0

Liquidty 0

(31)

a. Membantu mengalirnya tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi.

b. Mendistribusikan jumlah kredir yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi

c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara

d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.

2.3.4 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Agar keuntungan yang diperoleh bank dapat maksimal maka pihak manajemen bank harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Hal ini disebabkan apabila salah dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga maka akan dapat merugikan bank itu sendiri. Menurut Kasmir dalam bukunya “Manajemen Perbankan” terdapat beberapa faktor – faktor yang memperngaruhi penentuan suku bunga, yaitu :

a. Kebutuhan Dana

(32)

permohonan pinjaman sedikit maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban.

b. Target laba yang dinginkan

Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang dinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Namun untuk menghadapi persaingan, target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.

c. Kualitas Jaminan

Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga. Semakin likuid jaminan ( mudah dicairkan ) yang diberikan, maka terendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi bank jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan sertifikat tanah.

d. Kebijaksanaan Pemerintah

(33)

e. Jangka Waktu

Baik untuk bunga simpanan maupun untuk bunga pinjaman, faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya. Hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah. Untuk bunga simpanan berlaku sebaliknya, semakin panjang jangka waktu maka bunga simpanan semakin rendah dan sebaliknya.

f. Reputasi Perusahaan

Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan demikian sebaliknya perusahaan yang kurang bonafid faktor resiko kredit macet cukup besar.

g. Produk yang Kompetitif

(34)

h. Hubungan Baik

Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama ( primer ) dan nasabah biasa ( sekunder ). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentunnya harganya lebih rendah.

i. Persaingan

Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata pesaing 15% maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan.

2.4 Pendapatan Perkapita

2.4.1 Konsep Pendapatan

(35)

Masyarakat berdasarkan pendapatan sering digolongkan ke dalam beberapa golongan yaitu : masyarakat berpendapatan rendah, masyarakat berpendapatan menengah dan masyarakat berpendapatan tinggi.

Pendapatan masyarakat ini secara langsung berpengaruh terhadap tingkat kesehatan, pendidikan , kehidupan moral dan rasa harga diri atau status sosial seseorang dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan berbeda.

Tingkat pendapatan juga mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menabung. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya untuk menabung.

2.4.2 Pendapatan Perkapita

Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain arah pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat pemerataannya semakin membaik yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur.

(36)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi pembangunan ekonomi disuatu wilayah dalam periode tertentu ditunjukkan oleh data Pendapatan Regional Perkapita, baik atas dasar harga berlaku maupun atas harga konstan.

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian regional setiap tahun. Dengan terjadinya pertumbuhan pendapatan yang relatif tinggi, belum tentu mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena hal ini sangat bergantung pada perkembangan jumlah penduduk.

Walaupun pertumbuhan pendapatan perkapita mengalami peningkatan yang cukup signifikan tetapi jika pertumbuhan penduduk tidak bisa ditekan bahkan lebih besar persentase pertumbuhan penduduk daripada persentase pertumbuhan ekonomi, maka dalam hal ini tidak dapat mengangkat tingkat kemakmuran masyarakat.

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis peneltian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, objek penelitian yang dijadikan fokus adalah pengaruh dan hubungan tingkat suku bunga deposito dan pendapatan dalam hubungannya dengan jumlah dana yang terserap pada Bank Umum di wilayah Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data runtun waktu (time series ) dalam kurun waktu 1993 – 2007 ( 15 Tahun) yang terdiri dari suku bunga, pendapatan perkapita dan jumlah dana simpanan deposito berjangka pada bank umum di Kotamadya Medan.

(38)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library

Research ), yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan – bahan kepustakaan berupa

tulisan- tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, laporan – laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah pencatatan langsung berupa data time series dari tahun 1993 hingga tahun 2007 (sampel data 15 tahun).

3.4 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program computer E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisa yang dipergunakan dalam menganalisa data adalah model ekonometrika. Metode analisis data yang digunakan adalah Fungsi Linear Berganda dengan meregresikan variable – variable yang ada dengan model Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square/OLS).

Faktor – faktor yang mempengaruhi Jumlah Simpanan Dana Deposito dalam hal ini Tingkat Suku Bunga, Pendapatan Perkapita dinyatakan dalam fungsi :

Y = f ( X1, Xt-1 )……… ( 1 )

(39)

Y = α + β1X1 + β2X2 +µ ……… ( 2 )

Dimana :

Y = Jumlah Dana Deposito (Rupiah)

α = Intercept

β1 = Koefisien Regresi Tingkat Suku Bunga β2 = Koefisien Regresi Pendapatan Perkapita X1 =Tingkat Suku Bunga ( % )

X2 = Pendapatan Perkapita ( Rupiah )

µ = Term of Error

3.6 Uji Statistik

3.6.1 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan R2 berguna untuk menunjukkan seberapa besar variabel – variabel bebas mampu menjelaskan hubungan terhadap variabel terikat. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai ( 0 < R2 < 1 ).

Kriteria Pengujiannya:

1. Jika nilai R2 mendekati 1, maka berarti hubungan variabel suku bunga dan pendapatan perkapita dengan variabel jumlah dana deposito adalah sempurna dan positif, artinya apabila ada kenaikan dalam suku bunga dan pendapatan perkapita maka akan menyebabkan kenaikan pada jumlah dana simpanan deposito.

(40)

hubungan, artinya apabila ada kenaikan atau penurunan pada suku bunga dan pendapatan perkapita maka tidak akan mempengaruhi atau penurunan pada jumlah dana simpanan deposito.

3. Jika nilai R2 mendekati -1, maka berarti hubungan variabel suku bunga dan pendapatan perkapita dengan variabel jumlah dana simpanan deposito adalah sempurna dan negatif, artinya apabila ada kenaikan suku bunga dan pendapatan perkapita maka akan menyebabkan adanya penurunan pada jumlah dana simpanan deposito.

3.6.2 Uji F ( F-test )

Untuk mengetahui kebenaran pengaruh nyata secara statistik diantara tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita secara bersama – sama terhadap jumlah dana deposito digunakan uji F ( F-test ), yaitu untuk menilai kualitas garis regresi yang dihasilkan.

F-hitung =

R2 = Koefisien determinasi; k = Banyaknya variabel bebas; n = Jumlah Sampel

Ho : β1 =β2 =0,

(41)

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel

Artinya bahwa tidak ada pengaruh nyata antara tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita terhadap jumlah dana deposito

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel

Artinya ada pengaruh nyata antara tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita terhadap jumlah dana deposito.

3.6.3 Uji T ( T-test )

Uji T (T-test ) merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah

masing – masing variabel tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita berpengaruh terhadap variabel jumlah dana deposito.

Nilai t- hitung dapat diperoleh dengan rumus :

t-hitung =

Sbi = Simpangan baku dari variabel bebas ke – i

Hipotesis yang digunakan

Ho : β1 = β2 =0,

(42)

Ho diterima jika thitung < Ttabel

Artinya bahwa variabel tingkat suku bunga dan pendapatan secara parsial tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah dana deposito.

Ha diterima jika thitung > Ttabel

Artinya ada pengaruh nyata antara tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita

terhadap variabel jumlah dana deposito.

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.7.1. Uji Multikolinieritas ( Multikolinearity test )

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji terdapatnya hubungan linier yang

sempurna atau hampir sempurna antara suku bunga dan pendapatan perkapita sehingga sulit

untuk memisahkan pengaruh antara suku bunga dan pendapatan perkapita itu secara

individual terhadap jumlah dana deposito. Pengujian ini untuk mengetahui pengaruh antara

suku bunga dan pendapatan perkapita dalam persamaan regresi tersebut tidak saling

berkorelasi. Untuk mendeteksi multikolinieritas ini digunakan cara regresi parsial.

Uji ini digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi (hubungan) antar variabel

bebas yang dapat diketahui melalui nilai R2. Apabila nilai R2 dari masing – masing regresi

dari variabel kemudian dibandingkan dengan nilai R2 model utama (awal), jika nilai R2

lebih tinggi dibandingkan dengan R2 model awal maka didalam regresi parsial tersebut

(43)

3.7.2 Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji pengaruh silang antara variabel

pengganggu tingkat suku bunga dan pendapatan perkapita. Untuk pengujian Autokorelasi

menggunakan Langrange Multiplier Test ( LM – Test ).

Dengan membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel dengan kriteria penilaian

sebagai berikut :

• Jika nilai X2hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.

• Jika nilai X2hitung < X2 tabel , maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

autokorelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.

3.8 Definisi Operasional Variabel

Beberapa variabel operasional dan pengukuran dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Suku Bunga Deposito

Adalah persentase imbalan yang diberikan oleh bank kepada deposan sebesar

persentase tertentu berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan pada saat deposito

dibuat yang pembayarannya berdasarkan syarat tertentu sesuai perjanjian antara bank

(44)

2. Pendapatan Perkapita

Besarnya pendapatan rata – rata penduduk di suatu wilayah / daerah. Pendapatan

perkapita didapatkan dari hasil pembagian suatu wilayah dengan jumlah penduduk

wilayah tersebut (Rp).

3. Deposito

Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang terikat oleh jangka waktu dengan

(45)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan

A. PROFIL WILAYAH

Letak Kota Medan memang strategis. Kota ini dilalui Sungai Deli dan Sungai

Babura. Keduanya merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai. Keberadaan

Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang cukup modern sebagai pintu gerbang atau

pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik

maupun luar negeri (ekspor-impor), menjadikan Medan sebagai pintu gerbang Indonesia

bagian barat. Medan, yang genap berusia 418 tahun pada tanggal 1 Juli 2008, berkembang

menjadi kota metropolitan. Pemerintah Kota Medan pun berambisi memajukan kota ini

semaju kota-kota besar lainnya, tidak saja seperti Jakarta atau Surabaya di Jawa, tetapi juga

kota-kota di negara tetangga, seperti Penang dan Kuala Lumpur. Medan, kota berpenduduk

2 juta orang lebih memiliki areal seluas 26.510 hektar yang secara administratif dibagi atas

21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan.

Sebagai sebuah kota, ia mewadahi berbagai fungsi, yaitu, sebagai pusat administrasi

pemerintahan, pusat industri, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat

(46)

Bandara Internasional Polonia, berada di kawasan yang masih termasuk wilayah

dalam kota. Pelabuhan Belawan dapat dicapai hanya dalam waktu kurang dari satu jam

lewat jalan bebas hambatan.

Demikian pula dengan kawasan industrinya. Pendek kata, seolah semua tidak ingin

jauh-jauh dari pusat kota. Tendensi pertumbuhan yang semakin menuju ke pusat ini ibarat

pola alamiah makhluk hidup yang tidak bisa jauh-jauh dari sumber makanannya.

Akibatnya, Medan bertambah sumpek dengan belasan bangunan beton yang akan

segera menjelma menjadi pusat perbelanjaan. Lalu lintas kota semakin semerawut karena

peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan ketidakdisiplinan angkutan umum yang

jumlahnya terus bertambah terutama pada trayek-trayek "basah".

Kondisi dan perkembangan Kota Medan sekarang, tampaknya memang seolah tanpa

perencanaan. Padahal di atas kertas, sejak 1997 pemerintah kota di masa Wali Kota

Bachtiar Jaffar sebetulnya telah menyusun rencana pengembangan kota yang cukup bagus.

Konsep itu dikenal dengan istilah "Mebidang", yakni singkatan dari Medan, Binjai, dan

Deli Serdang. Konsep yang barangkali diilhami oleh pola pengembangan Jabotabek

(Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi) tersebut pada dasarnya mengacu pada antisipasi

semakin berkurangnya daya dukung kota terhadap perkembangannya dan berkurangnya

kemampuan kota menjalankan fungsinya secara maksimal.

Medan akan dijadikan sebagai kota inti yang terbagi dalam lima wilayah

pembangunan, sementara Kota Binjai dan beberapa kecamatan yang masuk dalam wilayah

(47)

Wilayah Metropolitan Mebidang ini akan meliputi area seluas 163.378 hektar.

Berdasarkan konsep tersebut, akan dibangun pusat-pusat pertumbuhan baru di

daerah-daerah yang menjadi hinterland Medan. Tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan

pembangunan justru makin meminggirkan warga kota, sementara daerah pinggirannya tetap

terbelakang. Konsep Mebidang, akhirnya hanyalah sekadar konsep yang jalan di tempat.

Selain niatan memperluas wilayah, sebagaimana doktrin developmentalisme yang

mengindentikkan kemajuan dengan segala sesuatu yang berbau modern. Pemerintah Kota

Medan bergiat menghadirkan pusat perbelanjaan sebagai simbol kota metropolitan. Mal

dan lampu hias, kelihatannya itulah ukuran kemajuan bagi Pemerintah Kota Medan.

Belasan kawasan di jantung kota disiapkan sebagai kawasan pusat perbelanjaan.

Gedung- gedung tua diratakan untuk mendirikan mal. Bekas Taman Ria, pusat rekreasi

murah meriah warga kota, dipagari untuk persiapan pendirian mal dan saat ini dikenal

sebagai Plaza Medan Fair dengan pusat perbelajaan Carefour. Lapangan parkir yang

dulunya dipakai sebagai pangkalan taksi pun digusur karena lokasinya lebih menjanjikan

keuntungan apabila dialihfungsikan sebagai mal.

Tak heran apabila rencana tata ruang wilayah (RT/RW) diabaikan begitu saja.

Peruntukan kawasan pun menjadi tidak jelas. Area di sepanjang Jl. Diponegoro dan Imam

Bonjol yang selama ini identik sebagai kawasan pusat pemerintahan telah kehilangan

wibawanya begitu sebuah pusat perbelanjaan 12 lantai dibangun persis di sebelah kantor

(48)

B. ORIENTASI WILAYAH

Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’

98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 dengan batas batas sebagai berikut :

• Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 –

37,5 meter diatas permukaan laut. Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipersentasekan

sebagai berikut:

1. Pemukiman : 36,3 %

2. Perkebunan : 3,1 %

3. Lahan Jasa : 1,9 %

4. Sawah : 6,1 %

5. Perusahaan : 4,2 %

6. Kebun Campuran : 45,4 %

7. Industri : 1,5 %

8. Hutan Rawa : 1,8 %

Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam

(49)

Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara

ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling

menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun

Polonia pada tahun 2007 berkisar antara 23,2ºC - 24,3ºC dan suhu maksimum berkisar

antara 30,8ºC - 33,2ºC serta menurut stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara

23,3ºC - 24,1ºC dan suhu maksimum berkisar antara 31,0ºC - 33,1ºC.

Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 85%.

kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap

bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2007 rata-rata per bulan 19 hari

dengan rata-rata curah hujan per bulannya 226,0 mm (menurut stasiun Sampali) dan 299,5

mm pada Stasiun Polonia.

Kota Medan juga merupakan jalur sungai. Paling tidak ada 7 (tujuh) sungai yang

melintasinya, yaitu :

1. Sungai Belawan

2. Sungai Badra

3. Sungai Sikambing

4. Sungai Putih

5. Sungai Babura

6. Sungai Deli

(50)

Manfaat terbesar dari sungai-sungai ini adalah sebagai saluran pembuangan air

hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.

C. PENDUDUK

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk sejak tahun 1993, jumlah penduduk Kota

Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata hingga ke tahun 2007. Pada tahun 1993,

penduduk Kota Medan berjumlah 1.456.075 jiwa, dan menjadi 2.083.156 jiwa pada akhir

tahun 2007. Pertumbuhan penduduk rata-rata adalah 0,68 %. Pertumbuhan tertinggi terjadi

pada tahun 2002, yaitu sebesar 1,94 %, sedangkan pertumbuhan terendah sebesar 0,08%

terjadi pada tahun 1999.

4.1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

dilaksanakan, khususnya bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan gambaran

tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonomi kota medan mengalami kenaikan sebesar

7,78%. Angka ini sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2006 yang lalu

sebesar 7,76 %. Pada tahun 2007 keadaan ekonomi Indonesia, pada umumnya dan Medan

khususnya mengalami perbaikan dimana para pelaku ekonomi terus menerus melakukan

antisipasi dan stabilnya nilai tukar yang merangsang kegiatan ekonomi di sektor rill, yang

(51)

Terjadinya laju pertumbuhan ekonomi kota medan sebesar 7,78 % pada tahun 2007

mengakibatkan rata – rata pertumbuhan ekonomi kota medan periode 1993 sampai dengan

2007 menjadi 14,45 %.

Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Medan, 2008

4.1.3 Pendapatan Regional Perkapita

PDRB Perkapita sebagai salah satu alat ukur pengukur tingkat kemakmuran

(52)

mengalami peningkatan maka boleh dikatakan adanya peningkatan kemakmuran dari

masyarakat.

Secara keseluruhan perekonomian Kota Medan pada tahun 2007 naik sebesar 7,78%

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

PDRB Regional Perkapita Kota Medan atas dasar harga berlaku pada tahun 2007

sebesar Rp. 24.793.960,- meningkat dari tahun 2006 Rp. 21.967.020,- Sementara

berdasarkan harga konstan PDRB Regional Perkapita Kota Medan pada tahun 2007 sebesar

Rp. 14. 090. 603,- juta meningkat dari tahun 2006 Rp. 13.174.001,-.

Tabel 3. Pendapatan Regional Perkapita Kota Medan tahun 1993 - 2007

Tahun Pendapatan Perkapita

(53)

4.2. Hasil & Pembahasan

4.2.1 Analisa dan Pengumpulan Data

Dengan melihat hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat suku bunga,

pendapatan perkapita terhadap varibel terikat yaitu jumlah dana deposito di kota Medan,

maka digunakan autoregresif model.

Analisis pembahasan ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel

yakni variabel bebab dan variabel terikat. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang

dibuat, penulis mengajukan dalam bentuk analisa matematik apakah jumlah dana deposito

di kota Medan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, pendapatan perkapita. Seberapa jauh

tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam

perhitungan serta pengujian terhadap masing – masing koefisien regresi yaitu uji F, uji t

yang diperoleh dengan menggunakan program komputer eviews.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan diolah dengan

menggunakan program komputer eviews 5.1 terlihat hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Regresi Linear Berganda

Variabel Coofficient Std. Error t-Statistic Prob

(54)

4.2.2. Interpretasi Model

Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program eviews 5.1

diperoleh estimasi sebagai berikut :

Y = -3.057116 + 0.648577 LX1 + 1.103466 LX2

Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh variabel independen yaitu tingkat

suku bunga, pendapatan perkapita terhadap variabel dependen yaitu jumlah dana deposito

di kota Medan adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Suku Bunga ( X1)

Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah dana deposito yang

terserap oleh perbankan di kota Medan dengan koefisien regresi sebesar 0,65 dimana

artinya jika jumlah tingkat suku bunga deposito dinaikkan sebesar 1% maka akan

menyebabkan peningkatan jumlah dana deposito di kota Medan sebesar 0,65%.

2. Pendapatan Perkapita ( X2 )

Pendapatan perkapita mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan jumlah dana

deposito di kota Medan dengan koefiesien regresi sebesar 1,10 dimana artinya jika

pendapatan perkapita dinaikkan sebesar 1% maka akan menyebabkan peningkatan jumlah

(55)

4.2.3 Uji Statistik

4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi R2

Uji koefisien determinasi berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

variabel bebas atau independen variabel (pendapatan perkapita dan suku bunga deposito)

mampu menjelaskan variabel terikat atau dependen variabel. Sesuai dengan pengamatan

dan perhitungan yang terdapat pada lampiran, maka diperoleh nilai R2 = 0,92 yang berarti

bahwa 92% simpanan deposito dipengaruhi secara bersama – sama oleh pendapatan

perkapita dan suku bunga deposito. Sedangkan sisanya 8 % dipengaruhi oleh faktor – faktor

lain diluar model.

4.2.3.2 Uji F ( F-Test)

Uji F Statistik dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara serentak dari

variabel bebas yaitu tingkat suku bunga (X1) dan pendapatan perkapita (X2) terhadap

jumlah deposito yang dihimpun oleh bank umum di kota Medan (Y).

Hipotesa

Ho : β1 =β2 =0,

Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0

Kriteria Pengujian

Ho diterima jika Fhitung < Ftabel

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel

(56)

V1 : k – 1 ; 2 – 1 = 1

V2 : n – k ; 15 – 2 = 13

F-hitung : 66,0

F-tabel : 4,667

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan data diatas diketahui bahwa Fhitung (66,0 ) > Ftabel (4,667)

dengan demikian Ha diterima. Artinya bahwa secara bersama – sama bahwa variabel

tingkat suku bunga (X1), Pendapatan Perkapita (X2) nyata atau signifikan mempengaruhi

Jumlah Dana Deposito (Y) pada tingkat kepercayaan 95%.

Ho diterima Ha diterima

(57)

4.2.3.3 Uji T ( T-test )

Untuk mengetahui pengaruh dari masing – masing variabel Tingkat Suku Bunga

(X1) dan Pendapatan Perkapita (X2) terhadap jumlah dana deposito secara individu

digunakan Uji-t. Uji-t dilakukan dengan cara membandingkan koefisien regresi dari

Tingkat Suku Bunga dan Pendapatan Perkapita dengan tingkat signifikansi ttabel (α = 0,05).

1. Uji –t Variabel Tingkat Suku Bunga (X1)

Hipotesa

Ho : β1 =β2 =0,

Ha : β1 ≠β2 ≠ 0

Kriteria Pengujian

Ho diterima jika thitung < Ttabel

Ha diterima jika thitung > Ttabel

thitung : 3,96

ttabel : 2,1604

½ α ( α = 0,05 )

Kesimpulan

Berdasarkan data thitung, ttabel dan hasil uji yang dilakukan dua sisi menjadi ½ α (α = 0,05)

diketahui bahwa thitung > ttabel ( 3,96 > 2,1604 ), maka Ha diterima. Artinya bahwa tingkat

(58)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

- 3,96 -2,1604 2,1604 3,96

Gambar 3 : Uji t-statistik terhadap tingkat suku bunga deposito ( X1)

2. Uji-t Variabel Pendapatan Perkapita (X2)

Hipotesis yang digunakan

Ho : β1 =β2 =0,

Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0

Kriteria Pengujian

Ho diterima jika thitung < Ttabel

Ha diterima jika thitung > Ttabel

thitung : 11,33

ttabel : 2,1604

½ α ( α = 0,05 )

Kesimpulan

Berdasarkan data thitung, ttabel dan hasil uji yang dilakukan dua sisi menjadi ½ α (α = 0,05)

diketahui bahwa thitung > ttabel ( 11,33 > 2,1604), maka Ha diterima. Artinya bahwa

(59)

Ha diterima Ha diterima

Ho diterima

- 11,33 -2,1604 2,1604 11,33 Gambar 4 : Uji t – statistik terhadap Pendapatan Perkapita ( X2 )

4.2.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

4.2.4.1 Uji Multikolinearitas.

Uji ini dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi hubungan antar variabel

bebas yang dapat diketahui melalui nilai R2. Apabila nilai R2 dari masing – masing regresi

dari variabel kemudian dibandingkan dengan nilai R2 model utama (awal) dimana jika R2

lebih tinggi dibandingkan dengan R2 model utama, maka didalam regresi parsial tersebut

terdapat multikolinearitas. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan korelasi

parsial.

Tabel 5. Hasil Analisa Regresi Parsial X1

Variable Coefficient Std. Error t-Statitic Prob

C 7.211041 2.252555 3.201272 0.0070

X2 -0.295374 0.143374 -2.060167 0.0600

R2 0.246127

Adj. R2 0.188137

F-statistic 4.244289

Lihat Lampiran 3

(60)

Tabel 6. Hasil Analisa Regresi Parsial X2

Variable Coefficient Std.Error t-Statistic Prob

C 17.83831 1.058780 16.84799 0.0000

X1 -0.833274 0.404469 -2.060167 0.0600

R2 0.246127

Adj. R2 0.188137

F-statistic 4.244289

Lihat Lampiran 4

Keterangan R22 < R2 Model Awal : 0,25 < 0,92

Setelah dilakukan pengujian regresi parsial, diperoleh hasil bahwa nilai R2 tingkat suku

bunga sebesar 0,25 dan nilai R2 pendapatan perkapita sebesar 0,25. Setelah nilai R2 dari

setiap regresi parsial dibandingkan dengan R2 model awal, maka didapat bahwa R2 tingkat

suku bunga (X1) dan nilai R2 pendapatan perkapita (X2) lebih kecil dari nilai R2 model awal

(R2 model awal > R21 > R22 ). Dengan demikian tidak terjadi multikolinearitas dalam model

regresi linear berganda diatas (model awal ).

4.1.4.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi atau serial korelasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu

yang berbeda berkorelasi. Didalam model autoregresive untuk menguji keberadaan

autokorelasi digunakan h-statistik atau uji Lagrane Multiplier atau LM test.

Uji LM akan menghasilkan statistic Breusch – Godfrey. Pengujian Breusch Godfrey

(BG Test) dilakukan dengan meregress variabel pengganggu (residual) menggunakan

(61)

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.566590 Probability 0.584661 Obs*R-squared 1.526760 Probability 0.466088

Lihat Lampiran 5

Sehingga untuk dapat memutuskan ada tidaknya autokorelasi, maka dilakukan

perbandingan akan nilai X2hitung dengan nilai X2 ttabel.

X2 hitung (Obs*R-scuared) = 1,526760

X2tabel (Chi – squared (2)) = 24,996

Ho diterima

1,68147 24,996

Gambar 5 : LM Test

Berdasarkan data diatas didapat bahwa X2 hitung < X2 tabel ; (1,526760) < (24,996). Maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel tingkat suku bunga (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah

dana deposito dengan koefisien regresi sebesar 0,65 dimana jika jumlah tingkat

suku bunga deposito dinaikkan sebesar 1% maka akan menyebabkan peningkatan

jumlah dana deposito di kota Medan sebesar 0,65 %. Hal yang sama juga bagi

variabel pendapatan perkapita (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah

dana deposito dengan dengan koefiesien regresi sebesar 1,10 dimana jika

pendapatan perkapita dinaikkan sebesar 1% maka akan menyebabkan peningkatan

jumlah dana deposito di kota Medan sebesar 1,10%.

2. Berdasarkan Uji koefisien determinasi berganda R2 menggambarkan bahwa variabel

bebas tingkat suku bunga (X1) dan pendapatan perkapita ( X2 ) secara bersama –

sama mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikat jumlah dana

deposito di kota Medan (Y) dalam kurun waktu 1993 – 2007 sebesar 92% dan

sisanya lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model

persamaan.

3. Berdasarkan Uji FStat didapati secara bersama – sama bahwa variabel bebas tingkat

(63)

terhadap variabel terikat jumlah dana deposito di kota Medan (Y) dengan tingkat

kepercayaan 95%. Berdasarkan Uji TStat didapati secara terpisah bahwa masing –

masing variabel bebas tingkat suku bunga (X1) dan pendapatan perkapita (X2)

memiliki pengaruh yang nyata terhadap jumlah dana deposito di kota Medan ( Y )

dengan tingkat kepercayaan 95%.

4. Faktor yang berpengaruh dominan terhadap jumlah dana deposito pada bank umum

di Kotamadya Medan pada tahun 1993 – 2007 adalah pendapatan perkapita. Pada

tingkat pendapatan perkapita yang tinggi, masyarakat kota Medan akan lebih

(64)

5.2 Saran

Simpanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pembangunan

ekonomi, untuk itu saran yang dapat diberikan adalah :

1. Hendaknya pihak perbankan berusaha untuk menaikkan suku bunga deposito

secara gradual atau bertahap sesuai dengan tingkat kemampuan likuiditas

perbankan itu sendiri sehingga perbankan tidak akan mengalami kerugian, tetapi

disisi lain perbankan juga harus memperhatikan kenaikan suku bunga deposito

tidak merugikan pihak peminjam dana atau kreditur sebagai akibat dari kenaikan

suku bunga deposito.

2. Dengan tingkat pendapatan perkapita kota Medan yang secara bertahap

mengalami kenaikan, ini merupakan peluang besar bagi perbankan untuk

menarik minat masyarakat menyimpan dananya dalam bentuk deposito. Oleh

karena itu hendaknya perbankan dapat meningkatkan bentuk pelayanan

khususnya kepada para deposan seperti keramahan dari customer service,

kecepatan pelayanan oleh petugas, frekuensi antrian yang relatif kecil, jumlah

dana yang dijamin oleh pemerintah, program undian berhadiah.

3. Pemerintah kota Medan bersama perbankan harus mendukung sektor industri di

kota Medan melalui penyaluran dana kredit dengan suku bunga kredit yang

rendah sehingga akan mendorong peningkatan hasil produksi dari setiap sektor

industri yang ada di kota Medan. Pertumbuhan ekonomi yang baik dan

konsisten akan membantu peningkatan pendapatan perkapita setiap masyarakat

Gambar

Tabel 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan berdasarkan PDRB
Gambar 1   Tingkat Bunga Menurut Keynes ................................................
Tabel 1. Perbedaan Deposito Berjangka Dengan Sertifikat Deposito
Gambar 2.1 : Tingkat bunga menurut Keynes
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dan kegunaan penelitian yaitu (1) untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita dan tingkat suku bunga terhadap permintaan polis asuransi jiwa

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sabarudin dan Akhfi (2018) menjelaskan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap deposito mudharabah artinya semakin tinggi

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito

Layanan Deposito Rabobank International Indonesia adalah produk simpanan di PT Bank Rabobank International Indonesia, penyetoran dan penarikana dapat dilakukan pada

Dengan adanya fluktuasi yang terjadi terhadap pengaruh suku bunga dan pendapatan perkapita terhadap deposito, sehingga dalam penelitian ini menjadi pertanyaan adalah

Model tersebut menyatakan bahwa jumlah deposito merupakan fungsi dari tingkat suku bunga, pendapatan masyarakat dan kebijakan pemerintah dalam penjaminan dana masyarakat yang

Namun, tingkat suku bunga deposito yang tidak dapat diprediksi kenaikan atau penurunannya dapat mempengaruhi simpanan (deposito) nasabah atau deposan. Banyak

Apabila dikatikan dengan hasil uji koefisien determinasi R² yang menunjukkan nilai R2 atau R Square sebesar 0,386 yang dapat diartikan bahwa variabel suku bunga deposito dapat