• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Difusivitas Termal dan Sifat Dielektrik pada Frekuensi Radio dari Andaliman: (Determination of Thermal Diffusivity and Dielectric Properties in Radio Frequency of Andaliman [Zanthoxylum acanthopodium DC])

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengukuran Difusivitas Termal dan Sifat Dielektrik pada Frekuensi Radio dari Andaliman: (Determination of Thermal Diffusivity and Dielectric Properties in Radio Frequency of Andaliman [Zanthoxylum acanthopodium DC])"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Frekuensi Radio dari Andaliman

(Determination of Thermal Diffusivity and Dielectric Properties in

Radio Frequency of Andaliman [Zanthoxylum acanthopodium DC])

Firman R. L. Silalahi dan Armansyah H. Tambunan

Abstract

Determination of dielectric properties in radio frequency and thermal diffusivity of andaliman were conducted. Dielectric properties was measured by developed Q-meter at frequency of 9, 11, 13, 15, 17, 19, and 21 MHz for moisture content of 8,52%; 9,93%; 14,27% and 16,17%. Thermal diffusivity was measured using Dickerson’s method for those moisture content. Dielectric constant and dielectric loss depend on frequency and moisture content. Dielectric constant and dielectric loss tend to decrease for higher frequency. Conversely the dielectric constant and loss tend to increase with moisture content. While thermal diffusivity of andaliman tend increases with moisture content.

Key words: dielectric properties, thermal diffusivity, radio frequency, andaliman

Abstrak

Pengukuran sifat dielektrik pada frekuensi radio dan difusivitas termal dari andaliman telah dilakukan. Sifat dielektrik diukur dengan metode Q-meter pada frekuensi 9, 11, 13, 15, 17, 19, dan 21 MHz pada kandungan air bahan 8,52%; 9,93%; 14,27%, dan 16,17%. Difusivitas termal diukur dengan metode Dickerson untuk kandungan air bahan tersebut.

Konstanta dielektrik dan kehilangan dielektrik bergantung pada frekuensi dan kandungan air. Konstanta dielektrik dan kehilangan dielektrik cenderung menurun pada frekuensi yang lebih tinggi. Sebaliknya cenderung meningkat pada kandungan air yang lebih tinggi. Sementara difusivitas termal andaliman cenderung meningkat pada kandungan air yang lebih tinggi.

Kata kunci: sifat dielektrik, difusivitas termal, frekuensi radio, andaliman

Pendahuluan

Latar Belakang

Berdasarkan hasil-hasil eksperimen penggunaan gelombang elektromagnetik yang dikombinasikan dengan cara konvensional memberikan hasil pemanasan yang lebih cepat dan distribusi temperatur yang lebih seragam dalam bahan (Tulasidas

et al. 1997, Monzo-Cabrera et al. 2000, Sanga

et al. 2001).

Salah satu pemanfaatan gelombang elektromagnetik untuk pemanasan adalah pada frekuensi radio (RF). Pemanfaatan

gelombang elektromagnetik pada frekuensi radio didasarkan pada kelebihan penetrasi gelombang yang lebih dalam dan panas yang dihasilkan tidak terlalu tinggi dibandingkan pada microwave. Untuk dapat menganalisis proses pemanasan pada kisaran gelombang radio, perlu diketahui sifat dielektrik bahan pada kisaran gelombang radio, yaitu sifat menyimpan energi listrik (konstanta dielektrik,

ε

) dan sifat yang

menghamburkan energi listrik (faktor kehilangan dielektrik ε

).
(2)

distribusi panas dalam bahan. Difusivitas termal adalah sifat yang secara natural mendistribusikan panas keseluruh bagian produk (Holman, 1994). Semakin besar nilai difusivitas termal bahan semakin cepat terjadi pembauran panas dalam bahan dan sebaliknya. Sifat difusivitas termal bahan digunakan untuk menganalisis konduksi panas yang terjadi dalam bahan. Sifat difusivitas termal dipengaruhi oleh kadar air bahan, komposisi kimia bahan dan struktur bahan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur sifat dielektrik (konstanta dan kehilangan dielektrik) pada kisaran frekuensi radio dan difusivitas termal dari andaliman pada beberapa tingkat kadar air bahan.

Metodologi Penelitian

Bahan Penelitian

Bahan adalah andaliman yang terdiri dari empat tingkat kadar air. Untuk mendapatkan kondisi kadar air bahan yang berbeda dilakukan pengeringan dengan dioven.

Peralatan Penelitian

1. Alat ukur difusivitas termal

Peralatan pengukur difusivitas termal yang dirancang berdasarkan metode

Dickerson (menggunakan pendekatan model silinder tak hingga).

2. Alat Ukur Sifat Dielektrik

Peralatan pengukur sifat dielektrik adalah hasil pengembangan dari rancangan Harmen (2001) yaitu dirancang berdasarkan metode Q-Meter.

A la t P e r e k a m

T e r m o k o p e l

S ilin d e r

B a k

P e n g a d u k

[image:2.595.168.421.410.556.2]

P e m a n a s

Gambar 1. Bagan Peralatan Pengukur Sifat Difusivitas Termal

L

C V

R P encacah

F rekw ens

W ad ah C on toh

K ap asitan si M eter

O SIL A T O R

A C V O L T M E T E R

[image:2.595.161.437.597.725.2]
(3)

Tahapan Penelitian

1. Pengukuran Sifat Dielektrik

Pengukuran sifat dielektrik andaliman dilakukan pada 4 tingkat kadar air dan pada frekuensi kisaran radio 9, 13, 15, 17, 19, dan 21 MHz dengan 4 ulangan.

Prosedur pengukuran dalam mengunakan alat pengukur adalah pertama-tama mengatur keluaran frekuensi dari osilator sebesar frekuensi yang diinginkan, dengan mengukur keluaran osilator menggunakan pencacah frekuensi. Keluaran dari osilator menjadi sumber arus bagi rangkaian LRC. Dengan memanfaatkan voltmeter, posisi dari variabel kapasitor yang terdapat dalam rangkaian LRC diatur sedemikian rupa hingga didapatkan pembacaan tegangan maksimum pada voltmeter. Tegangan yang diperoleh dicatat sebagai Q1 (tegangan tanpa bahan). Kemudian dengan menggunakan kapasitansi meter, besarnya kapasitansi variabel kapasitor pada posisi tersebut, diukur dan dicatat sebagai C1 (kapasitansi tanpa bahan). Pada saat mengukur kapasitansi variabel kapasitor, hubungan arus ke rangkaian LRC diputus. Selanjutnya wadah contoh disambungkan secara paralel dengan variabel kapasitor. Tegangan maksimum yang ada sebelumnya, akan berubah (menurun). Besarnya tegangan yang terjadi setelah diparalelkan dengan bahan, dicatat sebagai Q2 (tegangan setelah ada bahan). Posisi variabel kapasitor diatur kembali untuk mendapatkan tegangan maksimum yang dapat terbaca oleh voltmeter. Setelah didapatkan tegangan maksimum, wadah contoh dilepaskan hubungannya dari variabel kapasitor dan arus ke rangkaian LRC diputus. Pada posisi tersebut, kapasitansi variabel kapasitor diukur dan dicatat sebagai C2 (kapasitansi ada bahan). Selanjutnya dilakukan perhitungan, dengan langkah-langkah berikut:

ƒ Tetapan dielektrik (ε’) :

0

'

ε

ε

A

d

C

d

=

……….……….(1)

ƒ Mendapatkan Qx :

⎟⎟

⎜⎜

⎟⎟

⎜⎜

=

1 2 1 2 1 2 1

C

C

C

Q

Q

Q

Q

Q

x ….……(2)

ƒ Kehilangan dielektrik (ε”):

x

Q

'

"

ε

ε

=

……….(3)

2. Pengukuran Koefisien Difusivitas Termal Pengukuran difusivitas termal dilakukan pada 4 tingkat kadar air dengan 2 ulangan. Prosedur pengukuran adalah memasukan andaliman yang sudah diketahui kadar airnya, kedalam silinder alat ukur. Bahan yang masuk ke dalam benar-benar padat. Kepadatan bahan untuk tiap ulangan pengamatan harus sama. Silinder yang sudah berisi bahan ditutup rapat-rapat dan kemudian dimasukkan kedalam bak pemanas yang sudah berisi air. Selanjutnya pengaduk, heater dan perekam dinyalakan. Perekam akan mencatat perubahan suhu bahan (pada permukaan dinding dan pusat dalam silinder) dan air pemanas. Proses pemanasan pada awalnya akan menghasilkan kurva pemanasan yang

mempunyai gradien suhu (

r

T

) yang tidak

stabil. Setelah beberapa lama, proses

pemanasan akan menghasilkan

r

T

yang

stabil. Proses pemanasan dihentikan setelah kurva pemanasan menunjukkan gradien suhu stabil, karena proses perhitungan difusivitas termal bahan sudah dapat dilakukan. Gradien suhu yang stabil inilah yang dimanfaatkan untuk menghitung besarnya nilai difusivitas termal bahan dengan menggunakan persamaan 4.

(

T

s

T

c

)

R

A

=

4

2

α

……….(4)

Hasil dan Pembahasan

Sifat Dielektrik Andaliman

(4)
[image:4.595.79.517.116.468.2]

Tabel 1. Rata-Rata Konstanta dan Kehilangan Dielektrik Andaliman pada Empat Tingkat Kadar Air dan Tujuh Tingkat Frekuensi Catu Daya

Konstanta Dielektrik (ε’)

k. Air (%) Frekuensi (MHz)

9 11 13 15 17 19 21 7.06 5.439675 5.862761 4.553209 4.61365 4.452475 4.150271 4.251005 8.54 6.715648 5.130755 4.794973 4.512916 4.553209 4.049536 4.170418 9.69 6.245553 6.305994 5.459822 4.936001 4.835267 4.492769 4.512916 20.92 6.849961 7.373782 5.882908 6.104524 5.600851 5.399381 5.218059

Kehilangan Dielektrik (ε”)

7.06 0.170894 0.133095 0.09314 0.103113 0.104446 0.068169 0.042147 8.54 0.183276 0.131594 0.09747 0.10548 0.099443 0.064688 0.032414 9.69 0.179495 0.170672 0.096589 0.115669 0.121548 0.084842 0.06199 20.92 0.238894 0.160432 0.123655 0.135398 0.11608 0.07075 0.033873

3 . 5 4 4 . 5 5 5 . 5 6 6 . 5 7 7 . 5

8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2

F r e k u e n s i ( M H z )

K

o

n

s

tan

ta D

iel

ek

tr

ik

K a 7 . 0 6 K a 8 . 5 4 K a 9 . 6 9 K a 2 0 . 9 2

Gambar 3. Pengaruh Frekuensi Catu Daya terhadap Konstanta Dielektrik Andaliman

0 0 . 0 5 0 . 1 0 . 1 5 0 . 2 0 . 2 5

8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 2 1 2 2

F r e k u e n s i ( M H z )

K

eh

il

a

n

g

a

n

D

iel

ekt

r

ik

[image:4.595.76.518.121.457.2]

K a 7 . 0 6 K a 8 . 5 4 K a 9 . 6 9 K a 2 0 . 9 2

Gambar 4. Pengaruh Frekuensi Catu Daya terhadap Kehilangan Dielektrik Andaliman

7,06%; 8,54%; 9,69% dan 20,92%, dan pada tujuh tingkat frekuensi catu daya: 9 MHz, 11 MHz, 13 MHz, 15 MHz, 17 MHz, 19 MHz, dan 21 MHz dengan 4 ulangan. Rata-rata nilai

konstanta dielektrik dan kehilangan dielektrik hasil perhitungan disajikan dalam Tabel 1.

[image:4.595.122.475.491.664.2]
(5)

dengan berubahnya frekuensi catu daya yang diterapkan. Misalnya untuk andaliman dengan kadar air 20,92%; 9,69%; dan 7,06%, nilai konstanta dielektriknya pada frekuensi 9 MHz adalah 6,84; 6,24 dan 5,43 berturut-turut. Pada frekuensi 11 MHz nilainya meningkat menjadi 7,37; 6,30; dan 5,86 berturut-turut.

Pola-pola nilai konstanta dielektrik andaliman terhadap perubahan frekuensi catu daya berbeda-beda. Tetapi dengan bentuk grafik yang dihasilkan, terdapat kecenderungan bahwa nilai konstanta dielektrik andaliman menurun pada frekuensi catu daya yang lebih tinggi untuk semua tingkatan kadar air dari andaliman.

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada frekuensi catu daya yang lebih tinggi nilai kehilangan dielektrik andaliman dapat meningkat dan sebaliknya. Misalnya ketika frekuensi catu daya meningkat dari 13 MHz ke 15 MHz, nilai kehilangan dielektriknya meningkat untuk semua tingkat kadar air. Pada frekuensi 17 MHz, nilai kehilangan dielektriknya menurun untuk andaliman dengan kadar air 7,06% dan 9,69%.

Pola-pola perubahan (bentuk grafik yang dihasilkan) nilai kehilangan dielektrik andaliman terhadap peningkatan frekuensi catu daya berbeda-beda untuk tiap tingkat kadar air. Tetapi secara keseluruhan nilai kehilangan dielektrik andaliman cenderung menurun pada frekuensi yang lebih tinggi.

Berdasarkan Gambar 5, pada frekuensi catu daya 11 MHz, 15 MHz, 19 MHz, dan 21 MHz, nilai konstanta dielektriknya menurun ketika kadar air andaliman meningkat dari 7,06% ke 8,54%. Sebaliknya untuk frekuensi 9 MHz, 13 MHz, dan 17 MHz. Pada kadar air dari 8,54% ke 20,92%, untuk semua frekuensi (kecuali frekuensi 9 MHz), nilai konstanta dielektrik meningkat sejalan dengan peningkatan kadar air andaliman.

Secara keseluruhan berdasarkan bentuk grafik yang dihasilkan, dapat dikatakan bahwa nilai konstanta dielektrik andaliman cenderung meningkat pada kadar air yang lebih tinggi. Terutama pada selang kadar air 8,54% hingga 20,92%.

Berdasarkan bentuk-bentuk grafik pada Gambar 6 yang dihasilkan untuk tiap frekuensi catu daya, terlihat polanya tidak sama. Peningkatan kadar air andaliman untuk frekuensi tertentu mengakibatkan peningkatan nilai kehilangan dielektrik dan sebaliknya. Misalnya pada frekuensi 9 MHz, 13 MHz dan 15 MHz, di mana nilai kehilangan dielektriknya meningkat pada kadar air yang lebih tinggi dan sebaliknya untuk frekuensi pengukuran lainnya.

Pola perubahan nilai kehilangan dielektrik andaliman untuk tiap frekuensi catu daya berbeda-beda. Tetapi secara keseluruhan nilai kehilangan dielektrik andaliman cenderung meningkat pada kadar air yang lebih tinggi.

3 . 5 4 4 . 5 5 5 . 5 6 6 . 5 7 7 . 5

6 8 1 0 1 2 1 4 1 6 1 8 2 0 2 2

K a d a r A i r ( % b k )

K

ons

tant

a D

iel

ek

tr

ik

[image:5.595.122.474.545.718.2]

F r e k . 9 F r e k . 1 1 F r e k . 1 3 F r e k . 1 5 F r e k . 1 7 F r e k . 1 9 F r e k . 2 1

(6)
[image:6.595.88.489.106.363.2]

Tabel 2. Nilai Difusivitas Termal Andaliman Empat Tingkat Kadar Air

Difusivitas termal (m2/detik) Ulangan

Ka=20,92%(bk) Ka=9,69%(bk) Ka=8,54%(bk) Ka=7,06%(bk)

1 2,8E-07 3,19667E-07 2,82262E-07 2,7122E-07

2 2,58898E-07 2,96333E-07 - 2,49444E-07

[image:6.595.79.516.112.181.2]

Rata-Rata 2,69449E-07 3,08E-07 2,8226E-07 2,60332E-07

Gambar 7. Hubungan antara Kadar Air dengan Difusivitas Termal Andaliman

Difusivitas Termal Andaliman

Pengukuran dilakukan dengan dua ulangan pada kadar air 20,92; 9,69; 8,54; dan 7,06% (bk). Dari grafik hubungan waktu dengan suhu, kemudian dihitung kecepatan peningkatan suhu bahan (A) dan perbedaan suhu permukaan dengan pusat bahan (Ts– Tc). Hasil-hasil perhitungan difusivitas termal andaliman untuk tiap tingkat kadar air disajikan dalam Tabel 2.

Berdasarkan Gambar 7, terlihat pada kadar air 7,06% (bk) hingga 9,69% (bk) nilai difusivitas termal andaliman meningkat pada kadar air yang lebih tinggi. Selanjutnya pada kadar air 20,92%, nilai difusivitas termal andaliman menurun hingga lebih kecil dari nilai difusivitas termal pada kadar air 8,54%. Hal ini menunjukkan andaliman dengan kadar air pada tingkat tertentu tidak mempunyai hubungan positif dengan nilai difusivitas termalnya.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa nilai konstanta

dan kehilangan dielektrik andaliman cenderung menurun pada frekuensi pengukuran yang lebih tinggi. Sebaliknya nilai konstanta dan kehilangan dielektrik andaliman cenderung meningkat pada kadar air yang lebih tinggi. Sementara nilai difusivitas termal andaliman cenderung meningkat pada kadar air yang lebih tinggi.

Daftar Pustaka

Cabrera, Juan Monzo, Murcillo, A.D., Civera, J. M. C. and Reyes, E. de los. 2000. Heat and Massa Transfer Caracteristics of Microwaves Drying of Leather. ADC 2000.

Harmen. 2001. Rancang bangun Alat dan Pengukuran Nilai Sifat Dielektrik Bahan Pertanian Pada Kisaran Frekuensi Radio. Bogor. Tesis. Jurusan Keteknikan Pertanian Pasca Sarjana IPB Bogor.

Holman, J. P. 1986. Heat Transfer. New York. Mc Graw Hill.

Kadar air (% bk)

6 8 10 12 14 16 18 20 22

Difusivitas termal (m^2/detik)

(7)

Moshenin, Nuri. 1980. Thermal Properties of Food and Agricultural Materials. New York. Gordon and Breach Publishers.

Moshenin, Nuri. 1984. Electromagnetic Radiation Properties of Food and Agricultural Product. New York. Gordon and Breach Publishers.

Paulus, Gunawan Suharto. 1989. Pengukuran Nilai Difusivitas Panas Bubur dan Tepung Cabe Merah dari Hasil Pengeringan Alami dan Buatan. Bogor. Skripsi. Jurusan Keteknikan Pertanian IPB Bogor.

Prasad, Suresh. 1993. Physical and Thermal properties of gorgon nut. Journal of food process. Engineering Vol. 16. p.237-245

Rao, M. A. and Rizvi S. S. H.. 1995. Engineering Properties of Foods. New York. Mercel Decker.

Sanga, E., A. S. Mujumdar and G. S. V. Raghavan. 2001. Experimental and Numerical Analysis of Intermitent Microwave Convection Drying. ADC (Editet by Daud et al).

Gambar

Gambar 1. Bagan Peralatan Pengukur Sifat Difusivitas Termal
Gambar 3. Pengaruh Frekuensi Catu Daya  terhadap Konstanta Dielektrik Andaliman
Gambar 5. Pengaruh Kadar Air Terhadap Konstanta Dielektrik Andaliman
Tabel  2.  Nilai Difusivitas Termal Andaliman Empat Tingkat Kadar Air

Referensi

Dokumen terkait

Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui besarnya biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan keuntungan petani dari usahatani semangka di lahan gambut Desa Palingkau

Interaksi antara beberapa varietas Tenera DxP dengan pemberian Trichokompos bahan baku kelapa sawit menunjukkan bahwa varietas Tenera DxP PPKS Marihat dengan

KESEHATAN NASIONAL (Studi Tentang Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta).. Ditulis Oleh :

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui formulasi terbaik dari aplikasi karagenan-konjak terhadap permen jelly sari pepaya yang dihasilkan berdasarkan karakteristik

Alasan yang mendasari: Untuk mengurangi resiko pangan yang tidak aman dengan melakukan tindakan pencegahan untuk memastikan keamanan dan kelayakan pangan melalui pengendalian

Tunjukkan nilai dari variabel yang relevan setelah eksekusi setiap pernyataan berikut :

Peserta diklat dapat memahami dan mampu mengelas sambungan sudut (fillet) plat baja karbon rendah untuk posisi mendatar, tegak dan diatas kepala. Untuk mendapatkan sambungan