PENGARUH PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH ( APBD) TERHADAP PENGALOKASIAN
BELANJA DAERAH DI PEMERINTAHAN KABUPATEN DELI
SERDANG
OLEH :
NAMA
: DEWI NOVIKA ARIEYANTI
NIM
: 040503086
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(APBD) terhadap Pengalokasian Belanja Daerah di Pemerintahan Kabupataen Deli Serdang”
Skripsi ini adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Reguler S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 22 Juni 2009 Yang Membuat Pernyataan
Alam yang maha pemurah yang telah memberikan hamba segala nikmat yang tak
terhingga selama hidup hamba dan selalu memberikan kasih sayangnya dengan
berbagai perantaranya serta berkat Kuasa dari-Mu penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Judul skripsi ini yaitu: “Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap Pengalokasian Belanja Daerah
di Pemerintahan Kabupataen Deli Serdang ”. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si,Ak dan Bapak Fahmi Natigor Nasution,
SE, M.Acc, Ak. Selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu DR. Erlina, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses
5. Ayahanda Drs. Sukadi dan Ibunda Hartuti, SE, MSi. yang telah
memberikan dukungan moril dan materil, nasehat, semangat, serta doa
yang tak putus-putusnya kepada penulis, dan tak lupa kepada Ferriza atas
segala bantuanya serta lia dan ibnu yang selalu mendukung dalam
berbagai hal.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang akuntansi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, 22 Juni 2009 Penulis
anggaran belanja Pemerintah kabupaten Deli Serdang sejauhmana dialokasikan untuk pelayanan publik dan pelayanan aparatur; (c) mencoba memberikan saran-saran yang dapat membantu Pemerintah kabupaten Deli Serdang dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi khususnya masalah yang diteliti yaitu tentang pengaruh proses penyusunan APBD terhadap alokasi Belanja Daerah.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah assosiatif kausal. Metode pengambilan sample yang digunakan penulis adalah simple random sampling. Jenis data yang digunakan penulis adalah data primer , adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik kuesioner, dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik. Pengujian Asumsi klasik yang digunakan penulis meliputi uji normalitas dan uji heterokedastisitas. Sedangkan pengujian hipotesis penelitian yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan analisis statistik persamaan Regresi Linear Sederhana.
Penulis telah menganalisis dan mengevaluasi mengenai pengaruh proses penyusunan APBD terhadap pengalokasiaan belanja daerah yang terdiri dari (a) variabel independen yaitu proses penyusunan APBD, secara bersama-sama atau serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen alokasi belanja daerah pada Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, (b) Hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan R sebesar 0,600 yang berarti bahwa korelasi/hubungan antara proses penyusunana APBD terhadap pengalokasian Belanja daerah mempunyai hubungan yang kuat sebesar 60%.
goverment regency of Deli Serdang from the budgeting process and allocating point of view (b) evaluate how much the allocation of performance budgeting goverment regency for public and goverment services (c) give some advices which may assist the regency government in solving its problems especially the discussed problem about the influence of guideliner performance budgeting allocation.
This research is classified as associated and causal research. The sampling method that used by the author is simple random sampling. The data of this research are primary data and use questionary method to collect the data which support by statistic program. This research analyzed by normality and heterokedasticity and simple regression linear for statistical purpose.
The result indicated that (a) all independent variable simultaneously have a positive and significantly influenced the allocation of performance budgeting goverment regency of Deli Serdang (b) R square = 0,600 which means performance budgeting government regency has a strong correlation at 60%.
KATA PENGANTAR ……… ii
ABSTRAK ……… iv
ABSTRACT ……….... v
DAFTAR ISI ………... vi
DAFTAR TABEL ……… ix
DAFTAR GAMBAR ………... xi
DAFTAR LAMPIRAN ……… xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Batasan Penelitian……….... 4
C. Perumusan Masalah ……….. 4
D. Tujuan Penelitian ……….. 5
E. Manfaat Penelitian ……… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)……… 6
B. Penyusunan APBD...…...….……... 9
a. Sturuktur APBD... 18
b. Dasar Hukum Penyusunan APBD... 19
D. Kerangka Penelitian...………... 25
E. Hipotesis Penelitian………... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ………..……….. 27
C. Jenis Data……….... 28
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……….... 29
E. Pengujian Kualitas Data... 29
1. Uji Validitas………. 31
2. Uji Reliabilitas ………. 31
F. Pengujian Asumsi Klasik………... 32
1. Uji Normalitas... 32
2. Uji Heterokedastisitas... 32
G. Pengujian Hipotesis... 32
1. Uji Signifikan parsial ( Uji-t)………. 32
2. Koefisien Determinan ( R² )………... 33
H. Lokasi penelitian... 33
2. Letak Geografis……… 36
3. Analisis Statistik Deskriptif………. 38
4. Hasil Uji Kualitas Data……….... 38
5. Hasil Uji Asumsi Klasik... 40
a. Uji Normalitas……….. 40
b. Uji Heterokedastisitas……… 43
6. Hasil Analisis Regresi Sederhana…..……….. 44
B. Pembahasan... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……….. 49
B. Saran ………. 50
DAFTAR PUSTAKA ..……… 51
tabel 4.1 Analisis statistik deskriptif 38
tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan
Variabel Proses penyusunan APBD 39
tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Item Pertanyaan
Variabel Alokasi Belanja Daerah (ABD) 39
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Kerangka Penelitian...
Normal P-Plot of Regression Standarized Residual...
Histogram...
Scatterplot... 25
41
42
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Reliability Y
Corelation
Regressions,Model Summary , Coefficients
Residual Statistics
Histogram, Normal P-Plot of Regression Standardized
Npar Tests
Daftar Pertanyaan Kuesioner
Sesuai dengan undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang telah direvisi Dengan Undang- undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dengan pemrintahan daerah, kedua undang-undang dibidang otonomi daerah
tersebut telah menetapkan kewenangan otonomi dalam wujud otonomi yang
luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah. Sebagai konsekuensi dari
kewenangan otonomi yang luas, pemerintah daerah mempunyai kewajiban
untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara
demokratis, adil, merata dan berkesinambungan. Pembangunan daerah
sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk
menyeimbangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antardaerah,
antarkota, antardesa dan antarsektor. Pelaksanaan pembangunan diupayakan
berjalan seimbang selaras, dan saling menunjang antara satu bidang
pembangunan terutama ditunjukkan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan
rakyat .
Anggaran Daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan
besarnya pendapatan dan pengeluaran, pengambilan keputusan dan
perencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran di masa yang akan datang,
sumber pengembangan ukuran- ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta
yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan instrumen kebijakan utama pemerintah daerah karena APBD
adalah intisari dari apa yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah
dalam satu tahun ke depan sebagai rangkaian tak terpisahkan dari kebijakan
masa lalu dan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Untuk
itu APBD harus berdampak pada peningkatan ukuran-ukuran makro
ekonomi.
Berdasarkan Pemendagri No. 59 tahun 2007 maka untuk menyusun
anggaran pendapatan dan belanja daerah yang memenuhi asas tertib,
transparansi, akuntabilitas, konsistensi, komparabilitas, akurat, dapat
dipercaya dan mudah dimengerti perlu disusun Arah dan Kebijakan Umum
APBD yang diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat yang
berpedoman pada rencana strategis daerah. Menurut Mardiasmo (2002b :
126), penjaringan aspirasi masyarakat dilakukan untuk memperoleh data
atau informasi dari masyarakat sebagai bahan masukan dalam proses
perencanaan APBD. Informasi tersebut digunakan untuk menjamin agar
penentuan Arah dan Kebijakan Umum APBD sesuai dengan aspirasi murni
(kebutuhan riil) masyarakat, bukan sekedar aspirasi politik.
Prioritas APBD yang selanjutnya menjadi pedoman bagi perangkat
daerah dalam menyusun usulan program, kegiatan dan anggaran yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip anggaran kinerja dan dimasukkan dalam
rencana anggaran satuan kerja dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal dilakukan sesuai
jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD, sehingga menjadi dasar
bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
Selain itu diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan dana masyarakat
yang selama ini dinilai cenderung lebih besar untuk belanja aparatur
dibandingkan dengan belanja pelayanan publik. Komitmen pemerintah
daerah dalam pembangunan tecermin dari komposisi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang dapat diketahui dari bidang yang menjadi
prioritas dalam pembangunan daerah..
Peningkatan aloksi belanja daerah minimal sebanding dengan
pergerakan pertumbuhan ekonomi, mengingat APBD dirancang dengan
menggunakan anggaran berbasis kinerja (Perfomance Budget). Pencapaian
prestasi kerja pemerintah daerah akan terdeteksi dini dari kemampuan
mengalokasikan sumber daya. Jadi sangat penting bagi pemerintah daerah
untuk secara hati - hati mengalokasikan anggarannya sebelum mengelola
program-program dan kegiatan-kegiatan yang direncanakan untuk
dilaksanakan dalam APBD.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, menunjukkan akan terjadi
perubahan dalam sistem penganggaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sebelum dan sesudah berlakunya sistem anggaran berbasis
kinerja. Oleh karena itu, permasalahan yang timbul adalah sejauhmana proses
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten
budgeting), dan pengalokasian anggaran belanja daerah Kabupaten Deli
Serdang dan sejauhmana alokasi anggaran belanja memperhatikan
kepentingan pelayanan publik dan pelayanan aparatur pemerintah daerah.
Adapun penelitian serupa dilakukan oleh Lyesmayyatty (2004) yang
menyimpulkan bahwa penyusunan anggaran belanja daerah Provinsi
Kalimantan Tengah masih menggunakan pendekatan anggaran tradisional
yang dalam proses penyusunannya terdapat beberapa kelemahan dalam
aspek perencanaan, sumber daya manusia dan kurangnya komunikasi antar
lembaga. Peranan DPRD sebagai wakil rakyat di daerah belum optimal,
keterlibatan DPRD belum dimulai dari awal namun baru pada tahap draf
APBD yang disusun oleh pihak eksekutif. Pengalokasian anggaran belanja
pada Provinsi Kalimantan Tengah sudah mengarah kepada kepentingan
publik.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul,“Pengaruh Proses Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Terhadap Pengalokasian Belanja
Daerah di Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang”..
B. Batasan Penelitian
1. Batasan aspek dalam penelitian ini hanya terhadap penyusunan anggaran
belanja dan pendapatan daerah ( APBD) dan alokasi Belanja Daerah
2. Batasan Lokasi dalam penelitian ini hanya dilakukan pada Pemkab Deli
C. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan adanya uraian pada latar belakang
sebelumnya, maka penulis merumuskan apa yang menjadi permaslahan
ini sebagai berikut :
1. Bagaimana proses penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Deli Serdang 2009?
2. Apakah alokasi anggaran belanja memperhatikan kepentingan
pelayanan publik dan pelayanan aparatur pemerintah daerah?.
3. Apakah ada pengaruh proses penyusunan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah ( APBD) terhadap pengalokasian Belanja Daerah?.
D. Tujuan Penelitian
Berangkat dari permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi APBD dilihat dari penyusunan dan pengalokasian
belanja daerah di Kabupaten Deli Serdang Tahun Anggaran 2005
dan tahun 2007.
2. Mengevaluasi besarnya alokasi anggaran belanja Pemerintah
kabupaten Deli Serdang sejauhmana dialokasikan untuk pelayanan
publik dan pelayanan aparatur;
E. Manfaat Penelitian
1. sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, dalam
menyusun kebijakan alokasi belanja daerah guna pelaksanaan fungsi
pemerintahan di Kabupaten Deli Serdang
2. sebagai masukan bagi DPRD Kabupaten Deli Serdang, dalam
mengambil sikap pada pembahasan RAPBD guna menghasilkan
APBD yang lebih berkualitas;
3. sebagai bahan referensi bagi berbagai fihak yang memerlukan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
IV. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Anggaran adalah suatu rencana yang diungkapkan dalam bentuk
kuantitatif yang biasanya berhubungan dengan keuangan. Anggaran
mencakup suatu periode tertentu, biasanya satu tahun. Di dalam fase
persiapan anggaran pada proses pengawasan manajemen, masing-masing
tujuan program merupakan tanggung jawab manajer yang mengemban
pelaksanaannya .
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Berbeda dengan anggaran di sektor swasta yang merupakan bagian dari rahasia perusahaan dan tertutup untuk publik, anggaran daerah justru harus diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan dan diberi tanggapan dan masukan (Mardiasmo, 2003 ).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan suatu
rencana keuangan tahunan daerah yang memuat tentang rencana
penerimaan, rencana pengeluaran serta rencana pembiayaan daerah selama
satu tahun anggaran. Berdasarkan PP Nomor 105 Tahun 2000, APBD
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran
tertentu dan disusun dengan pendekatan kinerja. Dalam hal ini APBD harus
memuat sasaran yang diharapkan menurut fungsi belanja, standar pelayanan
bersangkutan, serta bagian pendapatan APBD yang digunakan untuk
membiayai belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan
dan belanja modal/investasi. Anggaran Daerah dan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi
pemerintah daerah. Sebagai instrumen kebijakan, Anggaran Daerah
menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan
efektivitas pemerintah daerah. Anggaran Daerah digunakan sebagai alat
untuk menentukan besar pendapatan dan pengeluaran, membantu
pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan, otorisasi
pengeluaran di masa-masa yang akan datang, sumber pengembangan
ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memotivasi para
pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas di berbagai unit kerja.
Dalam kaitan ini, proses penyusunan dan pelaksanaan anggaran hendaknya
difokuskan pada upaya untuk mendukung pelaksanaan aktifitas atau
program yang menjadi prioritas dan preferensi daerah yang bersangkutan
(Mardiasmo, 2002: 9).
Anggaran publik berisi rencana kegiatan yang dipersentasikan dalam
bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter
Faktor-faktor yang dominan yang terdapat dalam proses penganggaran
adalah:
1. Tujuan dan target yang hendak dicapai
2. Ketersedian sumber daya ( faktor-faktor produksi yang dimililki
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggaran, seperti munculnya
peraturan pemrintah yang baru, fluktuasi pasar, perubahan sosial dan
politik, bencana alam dan sebagainya.
Menurut Halim (2004:16-18) yang menyatakan bahwa secara umum
ada lima pergeseran dalam pengelolaan anggaran daerah.
1. Dari vertikal accountability menjadi horizontal accountability Sebelum
reformasi keuangan daerah, pertanggungjawaban atas pengelolaan anggaran
daerah lebih ditujukan pada pemerintah yang lebih tinggi, dengan adanya
reformasi maka pertanggungjawaban lebih ditujukan kepada rakyat melalui
DPRD.
2. Dari traditional budget menjadi performance budget Proses penyusunan
anggaran dengan sistem tradisional menggunakan pendekatan incremental
dan line item dengan penekanan pada pertanggungjawaban pada setiap input
yang dialokasikan. Reformasi keuangan daerah menuntut adanya konsep
penyusunan anggaran dengan sistem anggaran dengan ukuran kinerja bahwa
pertanggungjawaban tidak hanya sekedar pada input tetapi juga pada output
dan outcome. Dengan berubahnya sistem anggaran maka akan terjadi pula
perubahan pada bentuk dan struktur anggaran daerah.
3. Dari pengendalian dan audit keuangan ke pengendalian dan audit
keuangan dan kinerja. Sebelum reformasi memang diakui ada pengendalian
dan audit keuangan, bahkan juga audit kinerja. Namun, karena sistem
anggaran yang tidak memasukkan kinerja, maka proses audit kinerja
penganggaran yang menggunakan sistem penganggaran kinerja maka
pelaksanaan pengendalian dan audit keuangan dan audit kinerja akan
menjadi lebih baik.
4. Lebih menerapkan konsep value for money. Reformasi anggaran saat ini
menghendaki penerapan konsep value for money atau yang lebih dikenal
dengan konsep 3 E (Ekonomis, Efisien, dan Efektif). Dengan demikian pada
reformasi pemerintah daerah diminta dalam mencari dana maupun
menggunakan dana selalu menerapkan prinsip 3 E tersebut. Hal ini
mendorong pemerintah daerah berusaha selalu memperhatikan tiap
sen/rupiah dan (uang) yang diperoleh dan digunakan.
5. Penerapan pusat pertanggungjawaban. Dalam reformasi pengelolaan
keuangan daerah ini konsep pusat pertanggungjawaban (responsibility
center) akan diterapkan. Penerapan ini akan memudahkan pengukuran
kinerja setiap unit organisasi. Pada konsep ini unit organisasi dapat
diperlakukan sebagai pusat pertanggungjawaban pendapatan (revenue)
seperti dinas pendapatan, biaya (expense) seperti bagian keuangan, “laba”
(profit), dan investasi seperti BUMD atau Perusahaan Daerah.
B. Penyusunan ABPD
Dasar proses penyusunan anggaran daerah mempertimbangkan pada
strategi dan prioritas APBD sesuai dengan visi, misi dan faktor-faktor kunci
keberhasilan yang disesuaikan dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan pada arah dan kebijakan umum penyusunan APBD. Arah dan
rencana anggaran multi tahunan yang merupakan komitmen antara eksekutif
dan legislatif. Strategi dan prioritas APBD dalam penganggaran daerah
termasuk kategori perumusan kebijakan anggaran yang disusun berdasarkan
arah dan kebijakan umum APBD. Perumusan strategi dan prioritas APBD
yang dimaksud adalah untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang
dihadapi oleh daerah dalam pencapaian arah dan kebijakan umum APBD.
APBD pada dasarnya memuat rencana keuangan yang digunakan
pemerintah daerah untuk melaksanakan kewenangannya dalam
penyelenggaraan pelayanan umum dalam satu tahun anggaran. Pendekatan
yang digunakan dalam penyusunan APBD disesuaikan dengan pendekatan
kinerja, yang mana setiap alokasi biaya yang direncanakan harus dikaitkan
dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai.
Mengukur kinerja keuangan pemerintah dalam pelaksanaan APBD dapat
dilakukan dengan cara melakukan evaluasi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
dipersentasikan setiap tahun oleh eksekutif, memberi informasi rinci kepada
DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat, dan bagaimana
program- program tersebut dilayani. Penyusunan dan pelaksanaa anggaran
tahunan merupakan proses Anggaran. Proses penyusunan anggaran
mempunyai empat tujuan, yaitu:
3. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan
4. Membantu menciptakan efisiensi dan keadlan dalam menyediakn barang
dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
5. memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi priortas belanja.
6. meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemrintah kepada
DPRD dan masyarakat luas.
Pearaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
disusun berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan
alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Selanjutnya dikatakan bahwa
Pemerintah daerah bersama-sama DPRD menyusun Arah dan Kebijakan
Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memuat
petunjuk dan ketentuan umum yang disepakati sebagi pedoman dalam
penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Selain itu
adanya desentralisasi keuangan dimana dinas mendapat wewenang
mengelola keuangan sndiri yang berdampak pada belanja daerah.
Untuk menyusun APBD berbasis kinerja, pemerintah daerah terlebih
dahulu harus mempunyai Renstra. Renstra merupakan kegiatan dalam
mencari tahu dimana organisasi berada saat ini, arahan kemana organisasi
harus menuju, dan bagaimana cara (stratejik) untuk mencapai tujuan itu.
Oleh karenanya, renstra merupakan analisis dan pengambilan keputusan
stratejik tentang masa depan organisasi untuk menempatkan dirinya
tentang mengerjakan sesuatu program/kegiatan yang benar (doing the right
things). Oleh karena itu, bahasa yang digunakan dalam perumusan renstra
haruslah jelas dan nyata serta tidak berdwimakna sehingga dapat dijadikan
sebagai petunjuk/arah perencanaan dan pelaksanaan kegiatan operasional.
Dalam rangka menyusun renstra, pemda terlebih dahulu harus merumuskan
visi yang menyatakan cara pandang jauh ke depan kemana instansi
pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif, dan inovatif. Untuk
menjabarkan lebih lanjut dari visi yang telah ditetapkan, maka pemerintah
daerah membuat misi. Misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh
instansi pemerintah sesuai dengan visi yang ditetapkan, agar tujuan
organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Tujuan stratejik
memuat secara jelas arah mana yang akan dituju atau diinginkan organisasi,
yang merupakan penjabaran lebih lanjut atas misi yang telah ditetapkan.
Dengan ditetapkannya tujuan stratejik, maka dapat diketahui secara jelas apa
yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misinya
untuk periode satu sampai dengan lima tahun kedepan. Sasaran stratejik
merupakan penjabaran lebih lanjut dari misi dan tujuan, yang merupakan
bagian integral dalam proses pencapaian kinerja yang diinginkan. Fokus
utama penentuan sasaran ini adalah tindakan dan alokasi sumber daya
organisasi dalam kaitannya dengan pencapaian kinerja yang diinginkan.
Pada masing-masing sasaran tersebut ditetapkan program kinerjanya yang
mendukung pencapaian sasaran tersebut. Program merupakan kumpulan
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan sesuatu
yang harus dilaksanakan untuk merealisasikan program yang telah
ditetapkan dan merupakan cerminan dari strategi konkrit untuk
diimplementasikan dengan sebaik baiknya dalam rangka mencapai tujuan
dan sasaran.
Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan program adalah sebagai berikut:
1. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Penyusunan Program
Penyusunan program bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan
dari masing masing satuan kerja perangkat daerah daerah. Tujuan dari
masing masing satuan kerja perangkat daerah ditetapkan guna
mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah
(provinsi/kabupaten/kota). Seperti yang diatur dalam Undang-Undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, pada dasarnya
kewenangan daerah telah ditetapkan dalam undang-undang tersebut.
Pada pasal 10 (1) menyatakan bahwa Pemerintahan daerah
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Urusan
pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah adalah politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,
dan agama. Pasal 10 (2) menyatakan bahwa dalam menjalankan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sebagaimana
seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembatuan. Pasal
13 dan 14 menetapkan urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten.
a) Mendefinisikan Program
Bagian yang penting sebelum menyusun program adalah
mendefinisikan program dan kebutuhan program itu sendiri. Seperti
yang kita ketahui, program seperangkat kegiatan yang dituangkan
dalam rencana tindak untuk merealisasikan suatu tujuan yang telah
diindentifikasikan terlebih dahulu. Beberapa pertanyaan kunci untuk
mendefinisikan program dapat membantu penyusunan program
seperti halnya :
a. Apa tujuan dari program ?
b. Apakah program dapat dicapai ?
c. Mengapa program diperlukan ?
d. Apa efek dari mandat yang diberikan ?
e. Apa saja faktor luar yang cenderung dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan ?
f. Siapa saja pihak pihak yang berkepentingan ?
g. Aktivitas utama apa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pihak yang berkepentingan ?
Pertanyaan kunci di atas membutuhkan berbagai informasi dan data
yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan sebagai bagian dari
justifikasi penyusunan program. Bagaimanapun, tujuan program
merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan yang telah ditetapkan
bersama sama dengan DPRD yang bersangkutan (pihak legislatif).
Data dalam beberapa tahun terakhir dan proyeksi mendatang dapat
menggambarkan kecenderungan terhadap perekonomian,
perpajakan, dan kependudukan yang secara tajam akan
mempengaruhi lingkungan pemerintahan daerah. Berbagai data yang
dapat diperoleh seperti : kecenderungan perekonomian (konjungtur
ekonomi), tingkat bunga dan inflasi termasuk proyeksinya.
Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan bagi pemerintah
daerah, tingkat tenaga kerja dibandingkan populasinya, surplus atau
defisit anggaran pemerintah pusat dan sebagainya. Harus
diperhatikan pula berbagai perubahan yang akan mempengaruhi
relevansinya program seperti halnya perubahan ekonomi, perubahan
sosial, opini publik, perubahan teknologi.
c) Mengidentifikasi Masyarakat dan Harapannya
Telahan kecenderungan dan dampaknya pada penyusunan program
dan rencana operasi perangkat pemerintahan daerah dimulai dengan
langkah dengan mengidentifikasikan masyarakat dan harapannya :
Mengidentifikasi kegiatan pemerintah daerah berorientasi kepada
masyarakat.
Mengidentifikasi aktivitas pada berbagai lapisan masyarakat
tersebut.
Mengidentifikasi setiap jenis masyarakat dalam kaitannya
dengan aktivitas yang diberikan.
Kebutuhan, kondisi, dan perilaku masyarakat yang
mempengaruhi pemerintah daerah.
Pengalaman masyarakat terhadap pemenuhan harapannya, dan
pertanyaan selanjutnya yang harus dijawab berdasarkan
identifikasi tersebut adalah aktivitas pemerintah daerah apa yang
dapat memenuhi harapan masyarakat.
Kondisi dan perilaku masyarakat yang dapat dicoba untuk
dirubah.
Kondisi dan perilaku tersebut ada pada masyarakat yang mana.
b. Pada lingkup perencanaan operasional
Tujuan identifikasi adalah untuk memberi petunjuk pada perangkat
unit pemerintah daerah untuk mengembangkan sendiri cara
mengidentifikasi manfaat yang diperlukan masyarakat, dampaknya
pada program pemerintah daerah dan penetapan target populasi.
Proses pengembangan tujuan dan hasil yang diharapkan dilakukan
oleh perencana pada masing masing unit kerja, manajer program dan
program tersebut. Pengembangan tujuan dan pengukuran,
manfaatnya bagi manajemen adalah agar dapat mengevaluasi dan
membantu dalam :
Mengkonkritkan cara pencapaian hasil.
Menetapkan dasar dari penilaian efektifitas dari kebijakan dan
program.
Mengkomunikasikan realisasi hasil.
Prosedur dari pengembangan pengukuran manfaat dimulai dengan
pelatihan pada tiap bagian/departemen, membentuk tim kerja untuk
mengembangkan pengukuran manfaat, mendokumentasikan hasil
review-review pengukuran manfaat dan mengembangkan “ sasaran-
sasaran administrasi”.
d) Mengembangakan Strategi, Aktivitas Inovasi, dan Memilih Program
Statistik.
Langkah lain yang dianggap perlu dalam perencanaan operasional
unit kerja adalah mengembangkan stratejik, aktivitas inovasi dan
memilih program statistik. Rencana operasinya harus menunjukkan
bagaimana sasaran setiap unit kerja dipenuhi. Karenanya, setiap
sasaran unit kerja harus memasukkan informasi tentang pendanaan
anggaran dan unit organisasi yang langsung bertanggungjawab pada
sasaran tersebut. Rencana operasional juga harus mencantumkan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dengan menggunakan tingkat
pendanaan pada saat ini.
Pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh
seluruh pemerintah daerah di Indonesia selalu mengacu pada regulasi yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan
keuangan daerah dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu perencanaaan,
pelaksanaan, dan pelaporan & evaluasi. Pada tahap perencanaan, pemerintah
daerah akan merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJMD)
terlebih dahulu untuk dipedomani selama lima tahun ke depan. RPJMD ini
merupakan dokumen kesepakatan arah pembangunan yang akan
dilaksanakan oleh eksekutif selama lima tahun ke depan. Dengan
berdasarkan RPJMD ini maka kemudian semua satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) akan merumuskannya dalam dokumen yang lebih rinci lagi
dalam Rencana Strategis (Renstra) SKPD. Dokumen renstra SKPD ini
sudah memuat rencana program dan kegiatan untuk setiap program yang
akan dilaksanakan pada lima tahun mendatang. Dengan berdasarkan
kegiatan yang telah ditetapkan dalam dokumen renstra SKPD tersebut
kemudian SKPD baru bisa merumuskan anggaran yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan tersebut.
Berdasarkan arah dan kebijaksanaan umum APBD disusun strategi
dan prioritas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan dengan
mempertimbangkan kondisi daerah disiapkan rancangan APBD. Dalam
penganggaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup.
Dalam mengatur dan mengalokasikan sumber-sumber yang ada
pemerintah daerah dan DPRD haruslah berlaku adil, artinya dalam
pengalokasian anggaran sesuai dengan tujuannya dan arah kebijakan
pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat. Karena itu dalam
penyusunan anggaran harus disesuaikan dengan tujuan dan prioritas yang
ditetapkan. Tugas DPRD adalah melakukan pertemuan dengan pemerintah
daerah untuk membuat kesepakatan tentang arah dan kebijakan umum
APBD serta strategi dan prioritas APBD dengan
pertimbangan-pertimbangan dari pemerintah daerah yang melaksanakan kegiatan (need
assesment) melalui berbagai metode penjaringan informasi, aspirasi serta
hasil evaluasi kinerja pemerintah daerah pada periode sebelumnya baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
a.Struktur APBD
Sruktur APBD dapat disajikan sebagai berikut:
1) Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Dana Perimbangan
Pendapatan Bagi Hasil
Lain-Lain Pendapatan
2) Belanja
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pinjaman
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Operasional Lainnya
Belanja Modal
Belanja Aset Tetap
Belanja Aset Lainnya
Belanja Tak Tersangka
3) Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
4) Dana Cadangan
5) Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
b. Dasar Hukum Anggaran Penyusunan dan Pendapatan Daerah
Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyusunan
APBD :
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor I Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Undang-Undang No 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah
Draft Revisi Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Penyusunan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan
Daerah serta Tatacara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha
Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.
Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
Pedoman penyusunan Anggaran Berbasis kinerja (revisi)
B. Belanja Daerah dan Pengalokasiannya.
1. Belanja Daerah
Merupakan semua pengeluaran kas umum daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar dalam perode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak
akan diperoleh kembali pembayarannya oleh pemerintah daerah. Seperti
disebutkan di atas bahwa sistem ini sifatnya fleksibel sesuai dengan kebutuhan
pengguna maka belanja daerah dikelompokkan sebagai berikut: jenis belanja,
sifat belanja, kelompok jenis belanja, dan bagian belanja. Dalam Peraturan
Pemerintah 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
yang menjadi beban daerah. Peraturan Pemerintah yang menjelaskan
pedoman tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan itu, dalam
pelaksanaan desentralisasi telah memungkinkan munculnya Standar Analisa
Belanja (SAB) atau Standard Spending Assessment (SSA) sebagai dasar
penentuan besar alokasi dana untuk tiap kegiatan pemerintah daerah.
Kemungkinan seperti ini merupakan langkah maju untuk meningkatkan
kapabilitas dan efektivitas pemerintah daerah.
2. Pengalokasian Belanja Daerah
Pengalokasian Belanja Daerah disusun berdasarkan Standar Analisa
Belanja ( SAB). Standar Analisa Belanja adalah perkiraan jumlah
pengeluaran (alokasi dana) untuk setiap unit kerja pemerintah daerah,
program kerja, dan atau unit kegiatan pemerintah daerah yang dibutuhkan
untuk menghasilkan suatu tingkat pelayanan publik tertentu sesuai dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dengan Standar Analisa Belanja
tersebut, akan dimungkinkan munculnya identifikasi kebutuhan dana yang
lebih akurat, baik untuk kegiatan rutin maupun pembangunan. Identifikasi
input, teknik produksi pelayanan publik, dan tingkat kualitas minimal yang
harus dihasilkan oleh suatu unit kerja menjadi syarat untuk menentukan
alokasi dana yang optimal untuk setiap unit kerja pelaksana pelayanan
publik. Dari identifikasi ketiga hal ini, akan diketahui jumlah kebutuhan riil
setiap unit aktivitas pelayanan dan terukurnya standar kinerja, yang dapat
dijadikan acuan untuk mempermudah langkah pengendalian dan evaluasi
Beberapa pertimbangan yang perlu diputuskan dalam menerapkan Standar
Analisa Belanja :
a. Pemulihan Biaya (Cost recovery),
b. Keputusan untuk membuat atau membeli.
c. Keputusan-keputusan atas tingkat penyediaan jasa.
d. Keputusan-keputusan berdasarkan asas biaya manfaat.
e. Keputusan Investasi.
a. Penyusunan Standar Analisis Belanja (SAB)
Langkah langkah yang diperlukan dalam penyusunan SAB adalah sebagai
berikut :
(1) Menetapkan dasar biaya
Bagian akuntansi merumuskan dasar biaya yang relevan dalam perhitungan
biaya output untuk suatu aktivitas antara lain : Belanja langsung, Belanja tidak
langsung, Belanja Non Investasi, Belanja Investasi. Sedangkan bagian
perencanaan mengidentifikasi jenis belanja yang sesuai untuk setiap output dan
mendefinisikan relevansi dari biaya tersebut. Seluruh dasar biaya tersebut
aktivitasnya dialokasikan dalam biaya langsung dan biaya tidak langsung.
(2) Menetapkan proses alokasi
Langkah berikutnya adalah mendefinisikan proses alokasi apa yang diperlukan
untuk mengalokasikan sumber dana ke unit-unit kerja dimana biaya tersebut
diperlukan. Biro/Bagian Perencanaan menetapkan proses pengalokasian dana
terutama atas metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya-biaya ke
output/outcome.
Definisikan dasar-dasar yang mewakili hubungan antara biaya yang sedang
dialokasikan dengan kegiatan yang menghasilkan output. Bagian Keuangan
dengan berkonsultasi dengan staf program bertanggungjawab menyeleksi
dasar-dasar alokasi untuk dapat mengidentifikasi faktor pemicu pengalokasian
biaya-biaya. Kegiatannya adalah:
- Mengalokasikan belanja administrasi umum di tingkat masingmasing unit
kerja dengan cara menetapkan kebijakan pemicu biaya untuk biaya tidak
langsung, mengidentifikasikan tingkat materialitas komponen biaya tidak
langsung, menentukan dasar alokasi biaya tidak langsung yang berbeda pada
setiap kegiatan (kenali karakteristik indikator input) dan mengguna kan metode
perhitungan antara biaya dengan manfaatnya untuk memilih dasar alokasi yang
sesuai. Mengalokasikan belanja administrasi umum pemerintah daerah secara
umum ke kegiatan dengan cara mendapatkan anggaran langsung pada setiap
kegiatan di mana alokasi biaya tidak langsungnya diperlukan dan menetapkan
indikator input atas biaya variabel jika biaya langsungnya sangat bervariasi
mungkin pendekatan total anggaran operasional atau anggaran kapital lebih
baik.
- Mengalokasikan biaya aktivitas ke output dengan cara menetapkan indikator
output, apakah keluaran satu aktivitas atau lebih. Jika lebih dari satu aktivitas
maka indikator efisiensi menggunakan perbandingan input ke output, atau
sebaliknya output ke input.
Untuk melakukan perhitungan SAB, unit kerja terkait perlu terlebih dahulu
mengidentifikasi belanja yang terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak
Langsung.
Belanja langsung adalah belanja yang dipegaruhi secara langsung oleh adanya
program atau kegiatan yang direncanakan. Input (alokasi belanja) yang
ditetapkan dapat diukur dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan.
Sedangkan belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara
langsung oleh adanya program/kegiatan digunakan secara bersama-sama
(common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja.
Oleh karena itu dalam penghitungan SAB, anggaran belanja tidak langsung
dalam satu tahun anggaran harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan. Jenis belanja
belanja langsung dan tidak langsung dapat berupa belanja pegawai, belanja
barang/jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas.
Pengalokasian belanja tidak langsung dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu:
a. Alokasi rata-rata sederhana adalah metode alokasi anggaran belanja
tidak langsung ke setiap kegiatan non investasi dengan cara membagi
jumlah anggaran yang dialokasikan dengan jumlah kegiatan non
investasi.
b. Alokasi bobot belanja langsung adalah metode alokasi anggaran
belanja tidak langsung ke setiap kegiatan non investasi berdasarkan
besarnya bobot (nilai relatif) belanja langsung dari kegiatan non
Metode i:
Jumlah Belanja Tidak Langsung
Jumlah Kegiatan
Metode ii:
Jumlah Anggaran Belanja Langsung Kegiatan Non Investasi = Y %
Jumlah Anggaran Belanja Langsung Seluruh Kegiatan Non Investasi
Alokasi Belanja Tidak Langsung Ke Setiap Kegiatan Non Investasi = Y % X
Jumlah Anggaran Belanja Tidak Langsung
Program atau kegiatan yang memperoleh alokasi belanja tidak langsung
adalah program atau kegiatan Non Investasi. Program atau kegiatan investasi
yang menambah aset daerah tidak menerima alokasi anggaran tahunan belanja
tidak langsung, karena output program atau kegiatan investasi adalah berupa
aset daerah yang dimanfaatkan lebih dari satu tahun anggaran. SAB merupakan
hasil penjumlahan belanja langsung setiap program atau kegiatan dengan
belanja tidak langsung yang dialokasikan pada program atau kegiatan yang
bersangkutan.
Belanja Langsung Setiap Program/Kegiatan + Alokasi = Belanja
Belanja Tidak Langsung ke Setiap Program/Kegiatan Rata-rata
Output dari Program/Kegiatan Bersangkutan per
Dalam kondisi yang ideal seharusnya hasil perhitungan SAB tersebut
dapat langsung digunakan sebagai jumlah dana yang dibutuhkan untuk
melaksanakan suatu kegiatan ataupun untuk pembanding sebagai alat evaluasi.
Dalam kenyataannya kebanyakan pemerintah daerah belum menetapkan SAB
ini sehingga untuk menentukan kebutuhan dana per kegiatan masih beragam
tergantung kebijakan masing-masing pemerintah daerah.
D. Kerangka Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan
penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian
sebagai
berikut:
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina (2007:41) menyatakan hubungan yang
diduga secara logis antara dua variable atau lebih dalam rumusan proposisi
yang dapat diuji secara empiris. Proses
Penyusunan APBD
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang
diuraikan seblumnya dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Proses
penyusunanan APBD berpengaruh secara signifikan terhadap alokasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat
sebab akibat. Dalam penelitian ini terdapat variabel independen dan variabel
dependen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan
hubungan pengaruh anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
sebagai variabel independen terhadap alokasi Belanja Daerah. sebagai
variabel dependen.
B. Populasi dan Sample Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2006
: 89). yaitu mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan
pelaporan.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara random dari setiap stratum.
Oleh karena populasi memiliki karakteristik tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) maka penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
Simple Random Sampling. Dengan teknik simple random sampling
diharapkan setiap anggota sub populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel, sehingga sampel yang dipilih dapat mewakili seluruh
yang terlibat dalam proses penyusunan Anggaran pendapatan dan belanja
daerah Pemkab Deli Serdang.
Metode pengambilan sampel adalah simple random sampling.
Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Kuesioner dikirim kepada semua anggota sensus
2. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi
responden
3. Jika ada responden yang belum mengembalikan daftar pertanyaan
tersebut, maka kepada mereka diberi waktu 1 minggu lagi.
4. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah
dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika
jumlah data yang terkumpul sudah 55, tetapi jika data belum
mencukupi, maka akan dicoba lagi untuk mengirimkan kuesioner
kepada responden yang belum mengembalikan.
C. Jenis Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik kuesioner yaitu
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab. Kuesioner dalam penelitian ini dirancang untuk bersifat
kuantitatif, oleh karena itu bentuk pertanyaan tertutup agar memudahkan
pengukuran respon. Skala pengukuran adalah 5 (lima) poin skala likert.
(Sugiono:86) skala rikert digunakan untuk mengukur sikap , pendapat dan
Dengan skala rikert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan ..
D. Definisi Operaional dan Variabel
Pada penelitian ini, varibel independen dan variabel dependen yang
dipergunakan adalah:
1. Variabel Independen (bebas)
Menurut Sugiyono (2006 : 3) “Variabel bebas adalah variabel yang
menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel
terikat).” Variabel independen dalam penelitian ini adalah: proses
penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006: 3). Pada
penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah pengalokasian belanja
daerah.
E. Pengujian Kualitas Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisis
inferensial, yang sering juga disebut sebagai statistik induktif atau statistik
sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi. Pengujian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas
atau kesahihan suatu instrumen, sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang ingin diukurnya ( Ancok,1998:120).
Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain kepatuhan responden
mengikuti petunjuk pengisian kuesioner dan tidak tepatnya formulasi alat
pengukur yaitu bentuk dan isi kuesioner. Pengujian validitas dilakukan
dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kriteria sebagai
berikut :
1) Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan tersebut valid.
2) Jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel, maka butir pertanyaan
tersebut tidak valid.
3) r hitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total corelation.
a. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan bantuan software SPSS untuk memperoleh hasil yang
terarah.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa
kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat
pengukur yang sama.
Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrument yang digunakan,
peneliiti menggunakan koefisien cronbach alpha. Suatu instrument
dikatakan reliable jika nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 .
F. Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian:
(1) normalitas, dan (2) heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Tujuan Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi
data dengan bentuk lonceng (bell Shaped). Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal.
Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-Smirnov
tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi nomal dapat
dilihat dari
i. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka
distribusi data adalah tidak normal.
ii. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka
2. Uji Heterokedastisitas
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas.
Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas
dilakukan dengan melihat melihat grafik.
G. Pengujian Hipotesis
Erlina (2007:113), “uji hipotesis terhadap satu variabel umumnya uji
perbedaan antara nilai sampel dengan populasi atau nilai data yang diteliti
dengan nilai ekspektasi (hipotesis) peneliti”. Hipotesis penelitian diuji
dengan menggunakan analisa regresi sederhana (simple regression analyze) .
Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari
variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis penelitian digunakan metode statistik analisia
regresi linear sederhana yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh /
hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Pengolahan data akan
dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi software SPSS 15 for
Windows.
Formulasi yang digunakan adalah :
Y= Alokasi Belanja Daerah
a = konstanta
b = koefisien
X=Penyusunan APBD
1. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini
menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial
terhadap variabel dependen.
Bentuk pengujiannya adalah :
Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Kriteria pengambilan keputusan :
Apabila Probabilitas < = 5%, maka Ha diterima.
Apabila Probabilitas > = 5%, maka Ha ditolak.
2. Koefisien determinan (R2)
Pengujian koefisien determinan (R²) digunakan untuk mengukur
proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti
terhadap variasi naik turunnya variable dependen. Koefisien determinan
berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R² ≤ 1). Hal ini berarti bila R²=0
variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati 1 menunjukan semakin
kuatnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dan bila
R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
H. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian dilakukan pada Pemkab Deli Serdang yang
beralamat Jl. Negara Medan No. 1 Lubuk Pakam
I. Tabel dan Jadwal
Jadwal penelitian ini direncanakan sebagai berikut :
Tahapan Penelitian Maret April Mei Juni Juli
Pengajuan Judul x
Penyelesaian Proposal x
Pengumpulan Data x x
Seminar Proposal x
Penulisan Laporan x x
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Data Penelitian
1.Sejarah Singkat Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Perang Dunia II atau tegasnya sebelum Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten Deli
Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan Serdang. Kesultanan
Deli berkedudukan di Medan dan Kesultanan Serdang berkedudukan di
Perbaungan. Kedua wilayah tersebut dalam masa penjajahan adalah
merupakan Keresidenan Sumatera Timur.Sejak Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, kekuasaan kesultanan berakhir dan struktur pemerintah
disesuaikan dengan Pemerintah Indonesia dan Kesultanan Deli dan Serdang
dijadikan daerah Kabupaten Deli Serdang.
Hasil bumi Kabupaten Deli Serdang yang sangat potensial seperti
karet, tembakau, dan kelapa sawit. Peranan pembangunan yang dilakukan
oleh Pemerintah Orde Baru dalam pembangunan sangat menonjol. dimana
sektor pertanian dan perkebunan menjadi peranan utama dalam
meningkatkan pendapatan para petani di Kabupaten Deli Serdang. (BPS
Kab. Deli Serdang, 2005).
Pada Desember 2003, wilayah Deli Serdang telah dimekarkan
Bedagai. Pemekaran ini membawa dampak bagi Kabupaten Deli Serdang,
antara lain terhadap perubahan-perubahan pada:
a. Luas wilayah, jumlah kecamatan dan desa
b. Jumlah Penduduk, potensi ekonomi dan sumber daya
c. Masalah-masalah pembangunan
d. Struktur dan tata organisasi Birokrasi Pemerintah
e. Anggaran dan sumber anggaran pembangunan daerah
Permasalahan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang adalah
berkenaan dengan masih rendahnya kualitas SDM rakyat dan pemerintahan.,
sehingga memperlambat upaya-upaya meningkatkan dan mensejahterakan
taraf hidup rakyat. Untuk periode Tahun 2004 sampai dengan tahun 2009,
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang mengarahkan prioritas pembangunan
terutama pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan, yang merupakan
kebutuhan dasar dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM),
dengan tidak meninggalkan sektor Pertanian, Industri, dan Pariwisata yang
selama ini merupakan sektor unggulan, dan sektor pembangunan lainnya.
2. Letak Geografis
Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara
2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur Timur,
merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik
Barat dengan luas wilayah 2.497,62 Km2 dari luas Propinsi Sumatera Utara,
Langkat dan Selat Sumatera, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten
Karo dan Kabupaten Simalungun,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat.
Kabupaten Deli Serdang memiliki luas wilayah 2.497,72 kilometer
persegi, terbagi dalam 22 kecamatan, 389 desa dan 14 kelurahan.
Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang (BPS Kab. Deli Serdang : 2005)
adalah sebagai berikut:Kecamatan Gunung Meriah, Kecamatan STM. Hulu,
Kecamatan Sibolangit, Kecamatan Kutalimbaru, Kecamatan Pancur
Batu, Kecamatan Namo Rambe, Kecamatan Biru-Biru, Kecamatan STM.
Hilir, Kecamatan Bangun Purba, Kecamatan Galang, Kecamatan Tanjung
Morawa, Kecamatan Patumbak, Kecamatan Deli Tua, Kecamatan Sunggal,
Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Labuhan Deli, Kecamatan Percut
Sei Tuan, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Pantai Labu, Kecamatan
3. Analisis Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran mengenai variabel Anggaran Berbasis
Kinerja tabel statistik deskriptif yang tersaji pada tabel 4.1 dibawah. Dari
tabel tersebut, berdasarkan jawaban dari 55 responden maka hasil
pengukuran variabel Alokasi Belanja Daerah (Y) diperoleh skor jawaban
rata-rata (mean) 14,16 dengan standar deviasi 2,986 dan hasil pengukuran
variabel Proses Penyusunan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah/
APBD (X) yang terlihat dari 55 responden diperoleh skor jawaban
responden mempunyai rata-rata 17,81 dengan standar deviasi 3,139
. Tabel 4.1
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).
4. Hasil Uji Kualitas Data
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Hasil uji kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen
penelitian dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas (Huck dan
Cornier, 1996:108). Uji tersebut masing-masing untuk mengetahui
konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen.
Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur
reliabilitas dan validitas yaitu uji reliabilitas dengan melihat koefisien
cronbach alpha. Nilai reliabilitas dilihat dari cronbach alpha masing-masing
instrument penelitian jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5
dianggap reliable. Uji validitas dilakukan dengan melihat korelasi antara
skor butir dengan skor faktor harus berkorelasi positif, kemudian
membandingkan r tabel dengan r hasil dari tiap butir pertanyaan.
Pada pertanyaan mengenai kinerja, dapat dilihat bahwasanya
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Item pertanyaan Variabel Penyusunan APBD (X)
Pertanyaan Corrected item total correation (r hitung )
r table VALIDITAS
1 0,829 0,266 Valid
2 0,916 0,266 Valid
3 0,846 0,266 Valid
4 0,676 0,266 Valid
5 0,543 0,266 Valid
Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel diatas, setiap item
pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-Tabel.
Berdasarkan hasil ini maka item variabel Anggaran Berbasis Kinerja (ABK)
dapat disimpulkan lolos uji validitas. Hasil pengujian terhadap reliabilitas
kuesioner menghasilkan angka Cronbach alpha lebih besar dari 0,5 yaitu
sebesar 0,904, berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan item pertanyaan
kuesioner sudah memiliki reliabilitas yang tinggi. Selanjutnya pada
pertanyaan mengenai kinerja dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Item pertanyaan Variabel Alokasi Belanja Daerah (Y)
Pertanyaan Corrected item total correlation (r hitung )
R table VALIDITAS
1 0,826 0,266 Valid
2 0,836 0,266 Valid
3 0,817 0,266 Valid
4 0,873 0,266 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah)
Berdasarkan hasil pengujian seperti pada tabel diatas, setiap item
pertanyaan menghasilkan koefisien korelasi yang lebih besar dari r-Tabel.
Berdasarkan hasil ini maka 4 item variable Alokasi Belanja Daerah dapat
disimpulkan lolos uji validitas dan satu variable kinerja dikatakan tidak
valid karena r hitung < r tabel. Sedangkan Hasil pengujian terhadap reliabilitas
kuesioner menghasilkan angka Cronbach alpha lebih besar dari 0,5 yaitu
5. Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian Statistik dengan analisis regresi dapat dilakukan dengan
pertimbangan tidak adanya pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik
(Damodar,1995:122). Asumsi-asumsi klasik tersebut antara lain:
c. Uji Normalitas
Menurut cetral limit theorem, asumsi normalitas akan terpenuhi
apabila jumlah sample yang digunakan lebih dari satu atau sama dengan 25
(Mendenhall dan Beaver,1992:164). Uji normalitas dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dapat
juga dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafiknya
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.
Pada hasil pengolahan data menampilkan grafik normal plot yang
ada menunjukkan titik menyebar sekitar garis diagonal, serta penyebaran
mengikuti arah garis diagonal, demikian juga dengan grafik histogram
memberikan pola distribusi normal .Maka model regresi layak dipakai untuk
memprediksikan keberhasilan penerapan Alokasi Belanja Daerah
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
E
xpect
ed
C
um
P
rob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH
Regression Standardized Residual Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH
Mean =-8.6E-16 Std. Dev. =0.991N =55
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).Gambar. 4.2
Selain itu, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan One
sample kolmogorov-smirnov test. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh
nilai asymptotic significance (2-tailed) adalah 0,981, dan diatas nilai
Regression Studentized Residual Dependent Variable: ALOKASI BELANJA DAERAH
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).Gambar. 4.3
b. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED
dimana dasar analisisnya adalah: (1) jika titik-titik yang ada membentuk
suatu pola tertentu yang teratur, bergelombang, melebar kemudian
maka tidak terjadi gejala heterokedastisitas. Dari grafik Scatterplot
penelitian ini terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik
diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y hal ini menunjukkan tidak
terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak
dipakai untuk memprediksi Alokasi Belanja Daerah berdasarkan masukan
variabel independennya yakni Proses Penyusunan APBD..
6. Hasil Analisis Regresi Sederhana
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan
bahwa model sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa
regresi sederhana, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian
hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah Pengaruh proses penyusunan
APBD terhadap alokasi belanja daerah Pemerintahan Kabupaten Deli
Serdang.
Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Regresi Sederhana
Coeffi cientsa
3.997 1.891 2.114 .039
.571 .105 .600 5.457 .000
(Const ant)
Dependent Variable: ALOK ASI BELANJA DAERAH a.
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer dengan Alat Bantu Program Statistik, 2009 (data diolah).
F = 29,783 Sig. F = 0,000
Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan
antara independen variabel dengan dependen variabel. Berdasarkan hasil
pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0,600, hal ini menunjukkan bahwa
variabel Proses Penyusunan APBD mempunyai hubungan yang cukup erat
dengan Alokasi Belanja Daerah..
Sedangkan nilai R square (R2) atau nilai koefisien determinasi pada
intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai R2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Secara umum R2 untuk data silang (crossection) relatif rendah
karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,
sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai
koefisien determinasi yang tinggi. Kelemahan yang mendasar dengan
penggunaan R2 adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan dalam model. Setiap ada pertambahan satu variabel
independen, maka R2 pasti meningkat, tidak perduli apakah variabel tersebut