HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN
KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK
(STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
ANGKATAN V TAHUN 2008
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN ACEH TAMIANG)
T E S I S
Oleh
MARLY HELENA AK
077024024/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN
KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK
(STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
ANGKATAN V TAHUN 2008
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN ACEH TAMIANG)
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Magister Studi Pembangunan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh
MARLY HELENA AK
077024024/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK (STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN V TAHUN 2008 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG)
Nama Mahasiswa : Marly Helena AK Nomor Pokok : 077024024
Program Studi : Studi Pembangunan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Drs. Heri Kusmanto, MA) (Drs. M. Husni Thamrin, Nst. M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)
Telah diuji pada
Tanggal 27 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Drs. Heri Kusmanto, MA
PERNYATAAN
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK
(STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV
ANGKATAN V TAHUN 2008 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN ACEH TAMIANG)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2009
MARLY HELENA AK
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Bagaimana hubungan antara pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) dengan peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, (2). Besar kontribusi pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) terhadap peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, (3). Bagaimana Pelayanan Publik yang dilakukan oleh PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, setelah PNS dimaksud mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), (4). Apakah ada faktor lain yang berpengaruh terhadap Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi masing-masing variabel apa adanya. Sedangkan metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Untuk menjawab pertanyaan penelitian no 1, penulis menggunakan teknik analisa data dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisa korelasi Rank Spearman. Untuk menjawab pertanyaan penelitian no 2, penulis menggunakan teknik analisa data korelasi
Product Moment, dimana setelah diketahui nilai R squarenya (R²), baru dicari koefisien determinasinya untuk mengetahui persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Untuk menjawab pertanyaan penelitian no 3, dan 4, penulis melakukan analisa hasil wawancara yang dilakukan terhadap pimpinan peserta Diklat (user) yang dapat secara langsung melihat ada tidaknya terjadi perubahan pada peserta Diklat dimaksud setelah mengikuti Diklat Kepemimpinan Tk. IV.
kualitas Pelayanan Publik yang dilakukan masih belum sepenuhnya maksimal. (5). Selain dengan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), ditemukan bahwa ada faktor lain juga yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, yaitu: (a). Ketersediaan sarana dan perlengkapan kerja, (d). Motivasi, yang antara lain terdiri dari adanya insentif/tunjangan, sikap pimpinan dalam memberikan panutan dan penghargaan terhadap prestasi kerja bawahannya, dan (c). Kejelasan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) PNS, serta (d). Latar belakang pendidikan.
ABSTRACT
The objective of this study is to know: (1). How is the correlation between the training and education with implementation at the Leadership Level IV (Diklat PIM Tk.IV) to the increasing their competency as PNS in Public Service on Local Administration in Kabupaten Aceh Tamiang, (2). The contribution given in the implementation of formal Training and Education for Leadership Level IV (Diklat PIM Tk. IV) to the improving competency PNS on public service, and (3). To assess the public service given by PNS on the Local Administration office for Aceh Tamiang region, especially after returning from the leadership training and education, (4). Any other factor influencing to their competency as PNS on the Public Service given specially scope of Local Administration of Kabupaten Aceh Tamiang.
The research method adopted to this study is a descriptive method and its correlations to the quantitative approach. The descriptive method as used in the method is to figure out each variable with conditions available. The correlations method precisely used to know the relation of independent variable to a bound variable. In order to reply it as No. 1, this study used a data analytical technique by adopting a frequency distribution and a correlation analysis with Rank Spearman. In order to reply it as No. 2, this study adopting a correlation data analysis with Product Moment technique, following know the rate R square (R2), immediately find its determinant coefficient this is to know the percentage with influence to the independent variable with its bound variable. In order to reply it as No. 3,4, and 5, this study adopting an interview with analysis conducted to the leader of participant to the Diklat (user) as it can see directly the change particularly to the participant after returning the Leadership Training and Education level IV.
such (a). Facilities and infrastructure factor with support to work better result, (d). Motivation factor that’s make PNS more interest to increase their performance and quality of public service, they note such as an offer with incentive/allowances, as well as their style as leader basically go their symbol, sometimes give appreciation to those PNS (government employee) mainly in doing the jobs and for public service, (c). The clarity of mainly task and function (tupoksi).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan hanya kepada Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai
tugas akhir yang menjadi suatu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Tesis ini berjudul “HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN
KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK
(STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN
TINGKAT IV ANGKATAN V TAHUN 2008 DI LINGKUNGAN
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG)”.
Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak baik secara langsung membimbing penulisan tesis ini, maupun secara
tidak langsung. Untuk itu semua, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Ketua Program Studi Magister Studi
Pembangunan dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si., sebagai Sekretaris pada Program Studi Magister Studi
Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang
tidak henti-hentinya memberikan dorongan kepada penulis agar dapat segera
menyelesaikan studi.
4. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA., sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan pemikiran, dan
5. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si., sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang
dengan kesabarannya, memberikan bimbingan serta masukan pemikiran dalam
penulisan tesis ini.
6. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP., dan M. Arifin Nst, S.Sos, MSP., selaku dosen
pembanding dalam ujian tesis, yang telah memberikan masukan dan koreksinya demi
penyempurnaan penyusunan tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada Program Studi Magister Studi
Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang
telah memberikan bekal ilmu serta membantu dalam proses penyusunan dan
penyelesaian tesis ini.
8. Seluruh staf administrasi pada Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, atas segala bantuan yang
telah diberikan.
9. Seluruh rekan-rekan senasib sepenanggungan pada Program Studi Magister Studi
Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
terutama: Siti Erna Latifi Suryana, Ampe Sahrianita Boang Manalu, Sutriani, Dina
Anggita Lubis, Hasliati, Amran, Muhammad Salman, H.A. Nasir CH, Jufri, Iswan,
Muhammad Taufik Bahagia, Farida Hanum Ritonga, Qalbu Thimtami dan Siti Sahnia
Atun H, atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama kuliah.
10.Bapak Ir. Syaiful Anwar, SH., yang telah memberikan peluang pada penulis sehingga
dapat melanjutkan pendidikan pada Program Studi Magister Studi Pembangunan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan, semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak.
11.Bapak Drs. H. Abdul Latief, selaku Bupati Aceh Tamiang yang telah memberikan izin
pada penulis untuk sepenuhnya melanjutkan Pendidikan pada Program Magister Studi
Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,
12.Ibunda Hj. Mardhiah, Ayahanda H. Ali Achmad Kasih (Alm), adik-adikku tercinta:
Marlya Fahmi, SP., Mariya Zuhra, SH., Marlya Fatira AK, SE., Muhammad Aulia AK.,
Muttaqien AK (Alm), Ibnul Qayyim AK, SE., Marlya Muthiah AK dan Ibrahim Ali
AK.
13.Seseorang yang yang selalu ada dan selalu mendukungku selama ini, Bambang
Subarna.
14.Para Aparatur Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, yang telah banyak membantu
penulis dalam memberikan data yang diperlukan.
15.Seluruh Pejabat dan Staf BKPP Kabupaten Aceh Tamiang, atas bantuan yang diberikan.
16.Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada
nama-nama berikut: Syaiful Bahri, SH., T. Budi Dharma, SP. M.Si., T. Listi Maiwani
Putri, S.Sos., Khairil Fauzan K, S.Psi., Rosma Dewi, SE., Ahmad Subhan, ST., Rizah
Hanum, SE., Ahmad Heriyuhelis, S.Sos.i., Fitri Handayani, Zulfan Effendy, AMd.,
Juan Ardy, ST., M. Husni Lubis, Selamat, Ali Akbar, Dipa Syahbuana, SE., Asnidah S.
Ag, Erma Hasfiani, S.Si., Dewi Lestari, SE., Fatimah Syam, SE., Dwi, Amru, Ijam dan
Janah, baik yang memberi bantuan maupun dukungan moril pada penulis sehingga
dapat menyelesaikan tesis ini.
17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang sedikit banyak
telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tesis ini masih belum sempurna, sehingga
masukan berupa kritik maupun saran sangat diharapkan. Semoga hasil pemikiran ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua, meskipun dalam cara yang berbeda.
Medan, 27 Agustus 2008
RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS DIRI
1. Nama Lengkap : Marly Helena AK 2. Nama panggilan : Helen
3. Tempat/Tanggal Lahir : Langsa, 16 Agustus 1972 4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Golongan Darah : O
7. Status : Belum Menikah 8. Nama Orang tua
Ayah : H. Ali Achmad Kasih (Alm)
Ibu : Hj. Mardhiah
9. Alamat Aceh : Dusun Temenggung Desa Binjai
Kecamatan Seruway
Kabupaten Aceh Tamiang 10. Alamat Medan : Jl. Sembada XVII Perum. Koserna 3 Medan
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri No. 7 Langsa 1979-1985 2. SMP Negeri No. 1 Langsa 1985-1988 3. SMA Negeri No. 1 Langsa 1988-1991 4. FISIP Universitas Islam Sumatera Utara Medan 1991-1995 5. FIP (Akta IV) Universitas Negeri Medan 2000-2001 6. Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan 2007-2009
III. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Staf Bagian Kepegawaian Setdakab Aceh Timur Tahun 2001-2003 2. Staf Bagian Kepegawaian Setdakab Aceh Tamiang Tahun 2003-2006
3. Kasubbag Perencanaan dan Pengembangan Pegawai pada Bagian Kepegawaian Setdakab Aceh Tamiang Tahun 2006-2007
4. Staf BKD dan Diklat April 2007-Maret 2009
5. Staf BKPP Kabupaten Aceh Tamiang April 2009-sekarang.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... iii
KATA PENGANTAR... v
RIWAYAT HIDUP... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xviii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar belakang……….……... 1
1.2. Perumusan Masalah... 15
1.3. Tujuan Penelitian... 15
1.4. Manfaat Penelitian... 16
1.5. Kerangka Pemikiran………... 17
1.6. Hipotesis………... 19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 21
2.1. Masa Depan Otonomi Daerah di Indonesia: Prospek Kemandirian Lokal dalam Tantangan Globalisasi... 21
2.2. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia... 30
2.3. Pendidikan dan Pelatihan...……... 39
2.3.1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan... 43
2.3.2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Pelatihan... 48
2.3.4. Metode Pendidikan dan Pelatihan... 59
2.4. Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik... 63
2.4.1. Konsep Kompetensi... 63
2.4.2. Pelayanan Publik... 68
BAB III METODE PENELITIAN... 80
3.1. Jenis Penelitian...……….. 80
3.2. Definisi Konsep...………....……… 81
3.2.1. Pendidikan dan Pelatihan... 81
3.2.2. Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik... 81
3.3. Operasionalisasi Variabel .... ... 82
3.4. Populasi dan Sampel……… 83
3.5. Teknik Pengumpulan Data...…....……… 87
3.6. Lokasi Penelitian...…...………. 88
3.7. Metode Analisis Data... 89
3.7.1. Pengujian Instrumen Penelitian... 90
3.7.2. Mencari Distribusi Frekuensi pada Variabel Bebas (X) dan Terikat (Y)………... 92
3.7.3. Mencari Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman... 93
3.7.4. Mencari Nilai Koefisien Determinasi... 94
3.7.5. Melakukan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana (Uji t)... 95
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 97
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tamiang... 97
4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang ... 97
4.1.2. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ... 98
4.1.4. Situasi Kepegawaian pada Pemerintah Kabupaten
Aceh Tamiang ... 103
4.2. Visi Misi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang... 106
4.2.1. Visi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ... 106
4.2.2. Misi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ... 106
4.3. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ……… 108
4.3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X, Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV)... 108
4.3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y, Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik …... 111
4.4. Deskripsi Hasil Penelitian………...……….. 114
Karakteristik Responden ………... 114
4.4.1. Distribusi Frekuensi Variabel X, Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV)... 118
4.4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Y, Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik ... 139
4.5. Analisis Korelasi Rank Spearman Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) Sebagai Variabel X dengan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik Sebagai Variabel Y... 152
4.6. Analisis Koefisien Determinasi (kontribusi) Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) Sebagai Variabel X Terhadap Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik Sebagai Variabel Y... 155
4.8. Analisis Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap
Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik ... 161
BAB V PENUTUP……… 165
5.1. Kesimpulan ……….... 165
5.2. Saran ... .. 168
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Operasionalisasi Variabel X dan Variabel Y... 82
2. Pedoman Untuk Memberikan Intepretasi Koefisien Korelasi... 94
3. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Unit Kerja dan Golongan... 104
4. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Eselon... 105
5. Hasil Uji Validitas Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV)... 109
6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tk. IV (Diklat PIM Tk. IV) ... 110
7. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik... 112
8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik... 113
9. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 114
10. Distribusi Responden Menurut Umur... 115
11. Distribusi Responden Menurut Pendidikan... 115
12. Distribusi Responden Menurut Pangkat/Gol. ruang... 117
13. Hubungan Materi Diklat PIM Tk. IV Dengan Bidang Tugas... 118
15. Materi Diklat Berguna Sebagai Dasar Pedoman Dalam Peningkatan
Kualitas Pelayanan ... 119
16. Materi Diklat Baik Teori Maupun Praktek, Sesuai Dengan Tugas
dan Fungsi Organisasi Instansi Peserta... 120
17. Materi Diklat Bermanfaat Bagi Peningkatan Kompetensi PNS Dalam Bidang Tugas Berkaitan Dengan Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik... 121
18. Cakupan Materi Diklat Bermanfaat Bagi Peningkatan Pengetahuan,
Ketrampilan, Sikap dan Perilaku Peserta... 122
19.Materi Memiliki Hubungan dengan Peningkatan Kompetensi PNS
di Bidang Pelayanan Publik... 123
20. Latar belakang Pendidikan Tutor Mendukung Yang Bersangkutan
Terhadap Kualitas Penyampaian Materi... 125
21. Kualitas Tutor Dalam Penyampaian Materi ... 125
22. Persepsi Peserta Terhadap Perlu Tidaknya Pengalaman dan
Kuantitas Jam Mengajar Yang Tinggi Bagi Tutor ... 126
23. Sikap Tutor Dalam Upaya Pemberian Motivasi Bagi Peserta
Diklat Agar Mau Terlibat Aktif Dalam Proses Belajar ... 127
24. Sikap Tutor Dalam Menghargai Pendapat, Masukan dan Umpan-
balik dari Peserta Diklat... 128
25. Kesesuaian Metode Pembelajaran pada Diklat terhadap Kebutuhan Peserta Dalam Kaitannya Dengan Bidang Pekerjaan
Masing-masing ... 128
26. Kegunaan Metode Pembelajaran pada Diklat Dalam Rangka Mengembangkan Kemampuan Berfikir, Menganalisis,
Memecahkan Masalah, Membuat Keputusan dan Bertindak ... 129
27. Sikap Tutor Dalam Memberikan Kesempatan Untuk Mengembang-
28. Kesesuaian Tugas-tugas Yang Diberikan Tutor Dengan Kebutuhan Peserta Dalam Hubungan Dengan Penyelesaian Pekerjaan di
Bidang Masing-masing ... 130
29. Metode yang digunakan tutor dalam melibatkan peserta Diklat
secara aktif ... 131
30. Persepsi Peserta Terhadap Sarana Diklat Yang Ada... 132
31. Persepsi Peserta Terhadap Prasarana Diklat Yang Ada... 133
32. Kesiapan dan Ketersediaan Sarana Diklat Yang Dilakukan Oleh
Pengelola... 135
33. Ketegasan Pengelola Dalam Menegakkan Aturan Diklat ... 135
34. Konsistensi Pengelola Diklat Dalam Menegakkan Disiplin
Terhadap Peserta... 136
35. Pelayanan Yang Dilakukan Pengelola Diklat Terhadap Peserta... 137
36. Kemampuan Pengelola Diklat Dalam Menghadapi Berbagai
Masalah Teknis/kendala Yang Terjadi Selama Diklat Berlangsung.. 137
37. Kesigapan Pengelola Diklat Dalam Mengatasi Berbagai Masalah
Teknis/kendala Yang Terjadi Selama Diklat Berlangsung... 138
38. Manfaat Mengikuti Diklat PIM Tk. IV Bagi Peningkatan
Pengetahuan ... 139
39. Dengan Mengikuti Diklat PIM Tk. IV Peserta Memahami
Kedudukan dan fungsi organisasi Instansi ... 139
40. Mengikuti Diklat Dapat Membantu Peserta Untuk Penguasaan
Tugas... 140
41. Pemahaman Terhadap Operasionalisasi Pelayanan Prima Setelah
Mengikuti Diklat... 141
42. Dengan mengikuti Diklat PIM Tk. IV Membantu Bagi Peningkatan Ketrampilan Guna Mendukung Pelaksanaan Tugas
43. PNS Dapat Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Waktu Yang
Ditentukan... 142
44. Sarana Yang Tersedia Menunjang Pelaksanaan Kerja dan Upaya Pemberian Pelayanan Prima... 143
45. Memanfaatkan Peralatan Kerja Untuk Mendukung Proses Penyelesaian Pekerjaan... 144
46. Persepsi Peserta Terhadap Kemampuan Mengatasi Masalah Yang Timbul Dalam Menjalankan Tugas...………... 145
47. Persepsi Peserta Terhadap Perlu Tidaknya Menetapkan Prioritas Pekerjaan... 145
48. Persepsi Peserta Terhadap Kemampuan Yang Bersangkutan Dalam Berkomunikasi dan Memberikan Informasi Pelayanan Yang Berkaitan Dengan Bidang Pekerjaan... 146
49. Dengan Mengikuti Diklat Dapat Memotivasi Peserta Untuk Bertugas Dan Memberikan Pelayanan Yang Lebih Baik dan Berkualitas ... 147
50. Ketanggapan Dalam Merespon Tuntutan Publik ... 147
51. Pentingnya Kesungguhan Dalam Memberikan Pelayanan ... 148
52. Memberikan Pelayanan Dengan Benar dan tidak Berbelit-belit ... 149
53. Persepsi Peserta Terhadap Perlunya Untuk Bersikap Ramah dan Sopan Dalam Melaksanakan Tugas dan Memberikan Pelayanan Publik... 149
54. Sering /tidaknya Menerima Complain/keluhan dari Orang-orang Yang Dilayani ... 150
55. Jika Terjadi Complain/keluhan dari Orang-orang Yang Dilayani Peserta Merasa Perlu/tidaknya Untuk Bertanggung jawab dan Mencari Solusi Untuk Mengatasinya... 151
56. Pedoman Untuk Memberikan Intepretasi Koefisien Korelasi... 153
58. Tabel Koefisien Determinasi... 155
59. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana (Uji t)... 156
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Estimasi Hubungan X dengan Y (Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dengan Kompetensi PNS
di Bidang Pelayanan Publik)... 17
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Surat Permohonan Izin Penelitian………... 176
2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian……… 178
3. Jadwal Penelitian... 180
4. Bagan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ………. 181
5. Angket/Kuesioner…....………. 182
6. Panduan Wawancara ……….. 198
7. Daftar Nama-nama Pimpinan Responden Yang Diwawancara……... 208
8. Tabel Distribusi Jawaban Responden Variabel X……… 211
9. Tabel Distribusi Jawaban Responden Variabel Y……… 212
10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X……..………. 213
11. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y……..………. 219
12. Statistika Deskriptif Variabel X (Distribusi Frekuensi)..………. 222
13. Statistika Deskriptif Variabel Y (Distribusi Frekuensi)…..…………. 230
14. Hasil Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman (Spearman’s Rho)
Variabel XY………...……….. 236
15.Hasil Uji Koefisien Korelasi, Koefisien Determinasi XY dan
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Aceh
Timur yang disahkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya,
Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Lingkungan Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, yang peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta
pada tanggal 7 Juli 2002.
Untuk menjalankan roda Pemerintahan, dan untuk melayani kebutuhan publik, di
Kabupaten Aceh Tamiang terdapat 3.904 orang Pegawai Negeri Sipil, 1.472 tenaga
kontrak, serta 1.477 orang tenaga bakti, dengan jumlah unit kerja yang sudah dibentuk di
Kabupaten Aceh Tamiang, sebanyak: 2 (dua) Sekretariat, 12 (duabelas) Dinas, 7 (tujuh)
Badan, 7 kantor, 1 (satu) Inspektorat, dan 1 (satu) RSUD.
Kemudian, jumlah Eselonering yang telah diisi pada masing-masing unit kerja
tersebut adalah sebagai berikut: eselon II sejumlah 27 orang, eselon III sejumlah 114
orang, eselon IV sejumlah 295 orang, dan eselon V sejumlah 8 orang.
Jumlah unit kerja atau perangkat daerah tersebut sedang diupayakan agar dapat
memenuhi ketentuan pada Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 tentang Organisasi
pada daerah untuk mengembangkan kualitas perangkat daerahnya secara optimal sesuai
dengan kemampuan masing-masing daerah dan dukungan sumber daya manusianya,
dengan tujuan untuk mendekatkan pembangunan dan Pelayanan Publik kepada masyarakat
supaya lebih terjangkau.
Sebagai Kabupaten baru yang berusia 7 tahun secara legalitas formal, dan 6 tahun
secara legalitas operasional, dalam pelaksanaan pembangunan daerahnya, membutuhkan
usaha yang optimal untuk memajukan daerah, apalagi dengan pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan
kepada Daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri secara lebih otonom, mandiri, dan
bertanggung jawab.
Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tersebut dinyatakan bahwa: Efisiensi
dan efektifitas penyelenggaraan Pemerintah Daerah perlu ditingkatkan dengan lebih
memperhatikan aspek-aspek hubungan antara susunan pemerintahan dan antar
Pemerintahan Daerah, potensi dan keaneka ragaman daerah, peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah
disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam
kesatuan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.
Dalam Undang- undang yang sama juga dinyatakan bahwa, otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam
Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut, pada prinsipnya menegaskan adanya sistem peralihan, dari
sistem dekonsentrasi kepada sistem desentralisasi yang disebut Pemerintah Daerah dengan
otonomi, yaitu penyerahan urusan pemerintah kepada Pemerintah Daerah bersifat
operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan, tujuannya untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat. Dimana tujuan yang hendak dicapai
dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain: menumbuhkembangkan daerah dalam
berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian
daerah dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan.
Kemudian, tujuan dan sasaran dari kebijakan otonomi daerah menurut Tangkilisan
(2005:3), adalah: Efisiensi dan efektivitas pemberian pelayanan kepada masyarakat,
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, Peningkatan Partisipasi
masyarakat dalam kehidupan politik dan pelaksanaan pembangunan, serta peningkatan
efektivitas koordinasi sertapengawasan pembangunan.
Sejalan dengan pendapat di atas, Syaukani dan Ghaffar (2002:211), menyatakan
bahwa: kebijaksanaan otonomi daerah ditempuh dalam rangka mengembalikan harkat dan
martabat masyarakat di daerah, memberikan peluang pendidikan politik dalam rangka
peningkatan kualitas demokrasi di daerah, peningkatan efisiensi pelayanan publik di
daerah, peningkatan percepatan pembangunan daerah dan pada akhirnya diharapkan pula
Pemberian Otonomi Daerah menyebabkan Pemerintah Pusat harus menyerahkan
kewenangannya kepada daerah dalam rangka desentralisasi, yaitu meliputi penyerahan
pengendalian pembiayaan, sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia sesuai
dengan kewenangan yang diserahkan.
Selanjutnya, tantangan desentralisasi ini akan menyebabkan Pemerintah Daerah
bersaing dengan daerah lain, dengan berbagai keterbatasan sarana dan prasarana penunjang
pembangunan di daerah, dengan cara mengoptimalkan berbagai potensi daerah yang ada
serta berupaya agar mampu mengelola kebijakan, program dan sumber daya (baik sumber
daya manusia maupun sumber daya alam), dimana sumber daya manusia menjadi fokus
penggerak dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan di daerah tersebut.
Menurut Kaho (2007:66), ada empat faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
otonomi daerah yaitu: (1). Manusia pelaksananya harus baik, (2). Keuangan harus cukup
dan baik, (3). Peralatannya harus cukup dan baik, (4). Organisasi dan manajemennya harus
baik.
Faktor manusia, diletakkan pada bagian pertama, karena manusia adalah pelaksana
yang merupakan faktor esensial dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pentingnya
faktor ini karena manusia merupakan subyek dalam setiap aktivitas pemerintahan,
manusialah yang merupakan pelaku dan penggerak proses mekanisme dalam sistem
pemerintahan.
Jadi, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai sumber daya manusia yang berada di
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional sehingga kedudukan dan
peranan PNS sangat penting sebagai pelaksana dari usaha kegiatan pemerintah dalam
rangka pembangunan.
Menurut Sarundajang (1997:211): Pegawai Negeri Sipil yang mendukung birokrasi
adalah sebagai pemikir, pelaksana sekaligus pengawas jalannya kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan pembinaan masyarakat. Mengingat peranan yang penting tersebut
pembinaan pegawai harus dimulai sejak awal seleksi, penerimaan, pendidikan dan
pelatihan, penggajian, maupun pengawasan dan pengendaliannya hingga pensiun.
Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Aceh
Tamiang sebagai daerah pemekaran, maka Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Aceh
Tamiang adalah juga merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan (ditinjau dari
segi sumber daya manusianya) yang merupakan abdi negara dan abdi masyarakat, serta
berkedudukan sebagai unsur Aparatur Negara dan bertugas untuk memberi pelayanan
kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas
negara, pemerintahan dan pembangunan. Intinya, PNS merupakan salah satu faktor
penggerak utama terlaksananya pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah dimaksud, banyak
masalah-masalah yang secara umum dihadapi daerah berkaitan dengan kualitas dan kinerja
Pegawai Pemerintah Daerah, antara lain adalah masih kurangnya sumber daya Pegawai
PNS yang kompeten masih sedikit yang menyebabkan kurang maksimalnya kualitas kerja
pegawai di daerah.
Selanjutnya, masalah penempatan kerja serta penetapan dan penempatan pegawai
dalam jabatan, yang belum sepenuhnya berjalan dengan baik, hal ini ditandai dengan
kenyataan bahwa faktor latar belakang pendidikan, kompetensi, dan penguasaan bidang
tugas, belum menjadi faktor utama dalam proses penempatan dan penetapan dimaksud.
Kemudian, masalah lain yang juga dihadapi oleh daerah ialah, adanya
ketidakjelasan dalam pembagian tugas antara pegawai atau bidang-bidang tugas tertentu,
hal ini terjadi karena masih kurangnya PNS yang memiliki kemampuan yang baik dalam
bidang tugasnya serta berkualitas, sehingga ada pekerjaan yang dipikul oleh seorang
Pegawai Negeri Sipil melebihi tupoksinya, sementara disisi lain, ada Pegawai Negeri Sipil
yang mempunyai banyak waktu luang karena bidang tugasnya tidak terlalu dikuasainya, hal
ini secara umum akan berdampak pada kinerja PNS yang menjadi tidak efektif dan efisien.
Selanjutnya, proses pengembangan sumber daya PNS daerah yang belum
dilaksanakan secara maksimal, membuat produktivitas kerja PNS tidak optimal, yang
berdampak pada rendahnya kemampuan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya, hal
ini pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya kualitas kerja PNS secara menyeluruh.
Masalah lain yang tak kalah penting dan mesti menjadi perhatian Pemerintah
Daerah ialah, kurangnya motivasi PNS untuk bekerja maksimal karena merasa pemberian
imbalan materi baik berupa gaji maupun tunjangan, belum dapat memenuhi standar
yang terus meningkat, sementara penghasilan PNS belum dapat sepenuhnya mengimbangi
peningkatan tersebut.
Sementara itu, berdasarkan pengamatan penulis, masalah yang dihadapi Kabupaten
Aceh Tamiang sebagai daerah pemekaran adalah masih kurangnya Pegawai Negeri Sipil
yang memiliki kompetensi dan berkualitas sesuai dengan bidang tugasnya, hal ini
menyebabkan kualitas kerja dan pelayanan publik yang dilakukan oleh PNS belum optimal.
Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa, dibutuhkan PNS yang memiliki
kompetensi dan berkualitas baik dari segi pengetahuan, ketrampilan maupun sikap perilaku
agar dapat membawa dampak positif terhadap pelayanan publik yang dilakukannya, selain
itu, seorang PNS dituntut memiliki sikap/prilaku yang jujur, profesional, adil dan
mengerahkan kemampuan secara optimal dalam melayani publik.
Sehubungan dengan hal tersebut, (Djumara:2007), menyatakan bahwa PNS sebagai
salah satu unsur dalam aparatur negara (state) perlu dimotivasi dan difasilitasi agar lebih
profesional dan kompeten ketika berhadapan dengan private sector (sektor swasta) dan civil
society (masyarakat sipil). Bahkan dalam prakteknya, kompetensi para pelaku
pembangunan yang tergabung dalam private sector dan civil society sangat ditentukan oleh
kompetensi PNS, dengan kata lain diperlukan PNS yang lebih kompeten untuk
mengkompetensikan para pelaku pembangunan di private sector and civil society. (www.
Irc. Kesehatan. Net/Implementasi PP 101 Tahun 2000).
Hal di atas sesuai dengan tuntunan nasional dan tantangan global, bahwa untuk
memiliki kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan Negara dan Pembangunan. Ini terjadi
karena sifat hakikat pekerjaan dan organisasi modern mulai berubah. Pekerjaan mulai
berubah dari pekerjaan yang berbasis pengetahuan (knowledge – based works) dan
kebutuhan sumber daya manusia juga berubah ke arah pekerja yang berpengetahuan
(knowledge workers). Karena itu, tugas pekerjaan yang bersifat sederhana dan rutin
(meaningless repetitive task) mulai diganti pada pekerjaan yang menekankan pada inovasi
dan perhatian (innovation and caring). Keahlian dan ketrampilan tunggal (single skilled)
mulai ditinggalkan diganti dengan profesionalisasi dengan ketrampilan ganda (multi
skilled), disamping itu penugasan yang bersifat individual (individual work) mulai berubah
menjadi pekerjaan tim (team work). (Pinchot dan Pinchot dalam Kaloh, 2002:34).
Untuk menghadapi tantangan global tersebut, maka salah satu upaya guna
membangun PNS profesional dan peningkatan kompetensinya adalah melalui Pendidikan
dan Pelatihan (Diklat). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa dengan
pelaksanaan Diklat, diharapkan dapat menciptakan sumber daya aparatur yang memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk peningkatan mutu profesionalisme, sikap pengabdian
dan kesetiaan pada perjuangan bangsa dan Negara, semangat persatuan dan kesatuan dan
pengembangan wawasan Pegawai Negeri Sipil.
Siagian (2007:198) menyatakan, bahwa tuntutan yang terasa kuat untuk
pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya timbul karena empat alasan utama: (1).
ketrampilan pegawai, terjadi apabila pengetahuan dan ketrampilan tersebut tidak lagi sesuai
dengan tuntutan zaman, (3). Tidak dapat disangkal lagi bahwa di masyarakat selalu terjadi
perubahan, tidak hanya karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga
karena pergeseran nilai-nilai budaya. Agar tetap mampu bersaing, semua pegawai mutlak
memahami perubahan yang terjadi dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Seperti
misalnya: pola kerja, cara berpikir, cara bertindak dan dalam hal kemampuan, (4).
Persamaan hak memperoleh pekerjaan yang menjamin bahwa tidak seorang pun dalam
organisasi yang mengalami diskriminasi apapun alasan dan kriterianya, karena semua
anggota organisasi dan warga negara mempunyai hak untuk memperoleh pekerjaan,
(5). Kemungkinan perpindahan Pegawai, yaitu mobilitas pegawai selalu terjadi baik pada
tingkat manajerial, profesional maupun tingkat teknis operasional, kenyataan ini menjadi
tantangan bagi bagian pengelolaan sumber daya manusia.
Sejalan dengan hal tersebut di atas, berdasarkan Keputusan Kepala LAN Nomor
541/XIII/10/6/2001, untuk dapat membentuk sosok PNS dimaksud, perlu dilaksanakan
pembinaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan yang mengarah pada upaya peningkatan:
Sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa,
negara dan tanah air, kompetensi teknis, manajerial dan atau kepemimpinannya, Efisiensi,
efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan semangat kerjasama dan
tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja dan organisasi.
Kemudian, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang
peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil, salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dalam jabatan, yaitu
disebut dengan Diklat Kepemimpinan, yang terdiri dari: Diklatpim Tingkat IV adalah
Diklatpim untuk jabatan Struktural Eselon IV, Diklatpim Tk. III adalah Diklatpim untuk
jabatan Eselon III, Diklatpim Tk. II adalah Diklatpim untuk jabatan Eselon II dan
Diklatpim Tk. I adalah Diklatpim untuk jabatan Eselon I.
Selanjutnya, meskipun upaya Diklat telah dilaksanakan, namun sering pandangan
publik terhadap kinerja PNS masih negatif, berbagai masalah yang sering menjadi keluhan
publik terkait pelayanan PNS sebagai birokrat pemerintahan ialah, PNS sering dianggap
tidak profesional, kurang kompeten, prosedural (dalam arti negatif yaitu berbelit-belit), dan
sering mempersulit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, diantaranya dapat
disebutkan adalah: memperlambat proses pembuatan surat-surat, mencari berbagai alasan
seperti berkas yang tidak lengkap, memberikan alasan keterlambatan dalam pengajuan
permohonan (dalam arti permohonan yang diajukan oleh publik dianggap telah melewati
batas waktu pengajuan yang ditentukan), adanya kesibukan melaksanakan tugas lain, dan
sering menunda penyelesaian dan penyerahan hasil kerja dengan kata-kata “masih dalam
proses”, serta tidak adanya kepastian waktu tentang berapa lama hasil kerja atau produk
pelayanan yang diberikan oleh PNS tersebut, dapat diterima publik.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dipahami bahwa meskipun upaya
Diklat telah banyak dilakukan, tetapi hingga saat ini PNS yang profesional yang dapat
yang menjadi sasaran dari program Pendidikan dan Pelatihan tersebut, belum sepenuhnya
tercapai, dimana profesionalisme PNS masih harus terus dikembangkan.
Dapat penulis tambahkan, bahwa berdasarkan penelitian terdahulu, hal ini
disebabkan oleh dua faktor, yaitu: (1). Faktor dari dalam diri PNS, yaitu kurangnya
motivasi untuk mengikuti Diklat, karena menganggap kegiatan mengikuti Diklat tidak
banyak manfaatnya, (2). Faktor dari luar diri PNS, yaitu kurangnya sarana dan prasarana
pendukung kegiatan Diklat dimaksud.
Sementara itu dalam kaitan dengan pelayanan publik, berdasarkan pengamatan
penulis, terdapat 3 faktor utama yang menyebabkan kurang optimalnya pelayanan publik
yang dilakukan oleh PNS, yaitu: (1). Faktor sumber daya manusia, yaitu masih kurangnya
PNS yang memiliki kompetensi dan berkualitas. (2). Faktor kesadaran, yaitu kurangnya
kesadaran dan kemauan PNS untuk memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat, (3).
Faktor sarana pendukung, yaitu masih kurangnya jumlah peralatan, perlengkapan, dan
fasilitas kerja untuk menunjang kegiatan pelayanan publik dimaksud.
Guna memperkuat uraian di atas, sebagai bahan referensi untuk perbandingan,
dibawah ini penulis akan memaparkan secara ringkas beberapa kajian penelitian yang
relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, antara lain yang dilakukan oleh: Trihadi
(2003), di Jakarta, ia meneliti Pengaruh Diklat PIM dan Faktor Karakteristik Pejabat
terhadap Kinerja dan Pengembangan Karir Pejabat Struktural Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan
pengaruh yang signifikan antara Diklat PIM dan Faktor Karakteristik Pejabat terhadap
Kinerja Pejabat, disamping itu Diklat PIM dan Faktor Karakteristik Pejabat dan Kinerja
Pejabat, juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pengembangan Karir Pejabat
Struktural Eselon III Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Suherman (2005), di Propinsi Sumatera Utara, ia meneliti Pengaruh Program
DIKLATPIM III Terhadap Kemampuan Administrasi PNS. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, diketahui bahwa program DIKLATPIM III bagi Pejabat Eselon III di Lingkungan
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
Kemampuan Administrasi.
Ningsih (2006), di Provinsi ”X”, yang meneliti Efektifitas Diklat PIM TK. III
Terhadap Kinerja PNS. Ia melakukan analisis evaluasi Diklat dengan menggunakan metode
pre test dan post test. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan ada beberapa
keluhan baik dari atasan peserta Diklat, ataupun peserta mengenai efektifitas Diklat PIM
TK. III terhadap peningkatan kinerja.
Sirait (2008), di Propinsi Sumatera Utara, melakukan penelitian dengan judul:
”Analisis Terhadap Implementasi Panduan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan
Tingkat III di Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara”. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian
Tingkat III di Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara memiliki kategori
yang baik.
Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang sebelumnya
adalah masalah utama yang diteliti yaitu mengenai Pendidikan dan Pelatihan. Perbedaan
penelitian ini terutama pada tema dan kekhususan penelitiannya pada Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), hubungannya dengan
Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik, tujuan penelitiannya yang lebih spesifik,
serta perbedaan lokasi, tahun penelitian, dan alat analisis yang digunakan.
Kemudian, bahwa dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti secara ilmiah tentang
Hubungan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil di
Bidang Pelayanan Publik, serta kekhususan pilihan pada Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), adalah dengan pertimbangan bahwa Diklat
yang mengakomodir materi Pelayanan Publik di Aceh Tamiang sampai dengan penelitian
ini dilakukan, ada 2, yaitu: (1). Diklat Prajabatan Golongan I dan II, dan (2). Diklat PIM
Tk. IV. Selain bahwa Diklat Prajabatan Golongan I dan II diperuntukkan bagi CPNS
(Calon Pegawai Negeri Sipil), Diklat dimaksud juga hanya memuat materi Pelayanan
Prima, maksimal 9 jam pelajaran untuk CPNS yang diangkat dari formasi honorer.
Sedangkan Diklat PIM Tk. IV, selain diperuntukkan bagi minimal PNS golongan IIIa, juga
memuat 96 jam pelajaran materi Pelayanan Publik, yang diakomodir pada kajian
Selanjutnya, Diklat PIM Tk. IV adalah Diklat Struktural paling dasar yang dapat
diikuti oleh PNS golongan IIIa yang telah lulus seleksi untuk mengikuti Diklat dimaksud,
yang suatu hari kelak akan menjadi pejabat eselon IV, dan Diklat PIM Tk. IV juga
merupakan Diklat yang harus diikuti oleh Pejabat Eselon IV, yang merupakan dasar
pendidikan dan pelatihan bagi pejabat struktural, selain itu karena kedudukannya, calon
pejabat eselon IV dan pejabat eselon IV lebih dekat dalam berhubungan dengan publik.
Sementara itu, pemilihan pada Kompetensi di Bidang Pelayanan Publik,
sebagaimana telah dipaparkan di atas, adalah karena Pelayanan Publik merupakan
pelayanan yang sangat penting dan esensial karena berhubungan langsung dengan
pemenuhan kebutuhan masyarakat luas. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu tujuan
negara adalah untuk melayani masyarakatnya. Maka, untuk itu dibutuhkan PNS yang
memiliki kompetensi dimaksud dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan pada
masyarakat, dimana Kompetensi di Bidang Pelayanan Publik harus dimiliki oleh seorang
PNS karena sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan organisasi dan negara secara
menyeluruh.
1.2.Perumusan masalah
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat
1. Bagaimana hubungan antara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV
(Diklat PIM Tk. IV) dengan peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Berapa besar kontribusi Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat
PIM Tk. IV) terhadap peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.
3. Bagaimana Pelayanan Publik yang dilakukan oleh PNS di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Aceh Tamiang, setelah PNS dimaksud mengikuti Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV).
4. Apakah ada faktor lain yang berpengaruh terhadap Kompetensi PNS di Bidang
Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) dengan peningkatan Kompetensi PNS
di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Untuk mengetahui besar kontribusi pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) terhadap peningkatan Kompetensi PNS
3. Untuk mengetahui bagaimana Pelayanan Publik yang dilakukan oleh PNS di
Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, setelah PNS dimaksud mengikuti
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV).
4. Untuk mengetahui apakah ada faktor lain yang berpengaruh terhadap Kompetensi PNS
di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Kegunaan akademis: yaitu menambah khasanah pengetahuan dan dapat dijadikan acuan
dalam melakukan penelitian di bidang pengembangan sumber daya manusia khususnya
dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan serta metode Pelayanan Publik yang
berkualitas pada masyarakat.
2. Kegunaan praktis: sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam rangka
penyusunan kebijaksanaan pembangunan sumber daya manusia PNS melalui
pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh
Tamiang dalam kaitannya dengan Pelayanan Publik.
1.5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang penulis bangun adalah berdasarkan tinjauan kepustakaan,
yang menggambarkan korelasi Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV
dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil di Bidang Pelayanan Publik. Teori-teori yang
Kompetensi, dan Pelayanan Publik, antara lain: Likert (1967) yang dikutip dari Pigors dan
Myers (1977), Jucius (1979), Sikula (1981), Filippo (1982), Donaldson dan Scannel (1987),
Wursanto (1989), Zeithaml, Parasuraman, dan Berry dalam Ratminto (1999) yang dikutip
dari Tangkilisan (2005), Nasution (2000), Moenir (2000), Pattanayak (2002), Notoadmodjo
(2003), Mangkunegara (2003), Training Agency (1988), Burgoyne (1988), Furnham
(1990), dan Murphy dalam Amstrong (1996), yang dikutip dari Sedarmayanti (2004),
Mahmudi (2005), Amstrong (1994) yang dikutip dari Dharma (2005), Kotler (2006),
Siagian (2007), dan Sofyandi (2008), sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:
[image:41.612.85.504.321.514.2]
Gambar 1. Estimasi Hubungan X dengan Y (Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dengan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik)
Secara ringkas berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, menurut penulis, dalam
suatu organisasi baik pada organisasi swasta maupun publik, pendidikan dan pelatihan
adalah bagian penting yang harus menjadi fokus dalam manajemen sumber daya manusia,
dimana pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan kualitas pegawai yang
Variabel bebas (X):
Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), terdiri dari: 1. Substansi Materi
2. Kompetensi Pengajar/tutor 3. Metode Pembelajaran 4. Sarana dan Prasarana Diklat
Variabel terikat (Y) :
Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik, yaitu:
diarahkan dalam upaya peningkatan kompetensi, baik dari segi pengetahuan, ketrampilan,
serta sikap dan perilaku, sehingga dapat bekerja secara maksimal untuk mencapai tujuan
individu dan organisasi secara efisien dan efektif, karena pada dasarnya, manusialah faktor
penggerak utama dan penentu bagi keberhasilan suatu organisasi.
Dalam kaitannya dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh
penyelenggara negara, maka Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara yang
menjalankan fungsinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, tentunya harus
memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, untuk itu dibutuhkan sumber
daya aparatur yang memiliki kualitas kompetensi yang baik.
Dapat penulis tambahkan, bahwa berdasarkan kerangka pemikiran, penulis melihat
Pendidikan dan Pelatihan (variabel X) dengan pembatasan pada Pendidikan dan Pelatihan
Kepemimpinan Tingkat IV, sedangkan Kompetensi (variabel Y) yang mencakup
pengetahuan, ketrampilan serta sikap dan perilaku, penulis batasi pada Bidang Pelayanan
Publik. Pembatasan dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah penulis
ungkapkan sebelumnya.
1.6. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap
suatu masalah penulisan yang kebenarannya masih lemah (belum tentu
kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris (Purwanto dan Sulistyastuti,
Selanjutnya, Sugiyono (2006:51), menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Berdasarkan kedua pernyataan di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa
hipotesis adalah dugaan sementara yang merupakan jawaban sementara terhadap suatu
masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya dengan melakukan penelitian.
Selanjutnya, pada penelitian ini, hipotesis yang penulis kemukakan adalah hipotesis
penelitian dan hipotesis operasional. Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara yang
diperoleh dengan berlandaskan teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian, sedangkan
hipotesis operasional menurut Sarwono (2006:68) adalah mendefinisikan hipotesis secara
operasional variabel-variabel yang ada di dalamnya agar dapat dioperasionalkan...
Hipotesis operasional dijadikan menjadi dua yaitu, hipotesis 0 (nol) yang bersifat netral dan
hipotesis 1 (satu) yang bersifat tidak netral.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:
“Terdapat hubungan antara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV
(Diklat PIM Tk. IV) dengan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik”, yang berarti
bahwa: materi yang disampaikan, kompetensi pengajar, metode pembelajaran, sarana dan
prasarana Diklat serta pengelola Diklat, mempunyai hubungan terhadap peningkatan
Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik baik berupa pengetahuan, ketrampilan
maupun sikap dan prilaku”.
H0 : rho = 0, tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) dengan
Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik.
H1 : rho ≠ 0, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Masa Depan Otonomi Daerah di Indonesia: Prospek Kemandirian Lokal Dalam Tantangan Globalisasi
Kemandirian lokal merupakan paradigma pembangunan daerah yang sedang
digalakkan dalam rangka keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Yang dimaksud
dengan paradigma kemandirian lokal menurut Gany dalam Koiruddin (2005:138) adalah
suatu pembangunan yang berorientasi kepada:
1. Pemenuhan kebutuhan tatanan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan masa depan.
2. Ketersediaan sumber daya yang dimiliki.
3. Pengelolaan atas dasar peran serta (partisipasi) masyarakat yang perlu dibuka secara
lebih luas lagi.
Selanjutnya, ia menyatakan bahwa pandangan tentang kemandirian lokal tersebut,
menimbulkan pemahaman bahwa paradigma pembangunan yang dijalankan akan sangat
diperlukan guna mencapai tingkat keseimbangan bagi suatu pembangunan daerah yang
sedang dijalankan. Tujuan pembangunan daerah itu sendiri adalah untuk mengurangi
ketergantungan baik dengan pemerintah pusat, daerah lainnya, maupun negara-negara
lainnya. Dengan kebijakan otonomi daerah yang memadai, maka paradigma kemandirian
lokal memproleh peluang yang sangat lebar untuk diimplementasikan oleh daerah-daerah
Konsep kemandirian lokal diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan
pembangunan yang optimal, ini penting guna menjawab tantangan yang menyatakan bahwa
pertumbuhan pembangunan seringkali tidak beroriantasi pada pemerataan atau keadilan.
Daerah perlu menetapkan orientasinya menuju pembangunan dengan konsep kemandirian
lokal dimaksud.
Uraian tersebut memiliki makna bahwa otonomi daerah mengandung pengertian
teramat luas, sebab tidak hanya menyangkut penyerahan kekuasaan atau kompetisi
seseorang kepada kelompok atau daerah yang mengatur diri sendiri, namun otonomi daerah
itu juga bermakna sebuah tantangan bagi daerah, untuk memiliki kemampuan untuk
merancang, merumuskan, dan mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi melalui
pengembangan suatu tatanan yang mandiri, dan tetap terbingkai pada semangat kesatuan
negara Republik Indonesia.
Mardiasmo (2002:11) menyatakan bahwa, pemberian otonomi daerah akan
mengubah prilaku Pemerintah Daerah untuk lebih efisien dan profesionalisme. Pemerintah
Daerah perlu melakukan perekayasaan ulang terhadap birokrasi yang selama ini dijalankan.
Hal tersebut karena pada saat ini dan dimasa yang akan datang pemerintah (pusat dan
daerah) akan menghadapi gelombang perubahan baik yang berasal dari tekanan eksternal
maupun dari internal masyarakatnya.
Selanjutnya ia menyatakan, bahwa dari sisi eksternal, Pemerintah akan menghadapi
globalisasi yang syarat dengan persaingan dan liberalisme arus informasi, investasi, modal,
semakin cerdas (knowledge based society) dan masyarakat yang semakin banyak
tuntutannya (demanding community).
Masih dalam Mardiasmo (2002:11), Shah (1997), meramalkan bahwa pada era
seperti ini, ketika globalization cascade sudah semakin meluas, Pemerintah (termasuk
pemerintah daerah) akan semakin kehilangan kendali pada banyak persoalan, seperti pada
perdagangan internasional, informasi dan ide serta transaksi keuangan. Dimasa depan,
negara menjadi terlalu besar untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kecil, tetapi
terlalu kecil untuk menyelesaikan semua masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Sejalan dengan di atas, Salam (2004:206) menyatakan bahwa: otonomi daerah yang
syarat mengandung nilai pelimpahan wewenang, bukan hanya berarti pelimpahan
wewenang pengurusan sesuai dengan keinginan masyarakat, atau pemerintah setempat,
namun juga berarti bahwa adanya suatu kerjasama yang erat antara organisasi atau
pemerintah yang bersangkutan dengan lingkungan eksternalnya secara sinergis. Karena itu
beberapa hal yang perlu dicermati dalam pembangunan dan perkembangan otonomi daerah
pada era globalisasi adalah:
1. Adanya transformasi kehidupan, seperti dari masyarakat industri menjadi masyarakat
informasi.
2. Ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia. Dinamika ekonomi nasional sangat erat
terkait dengan gerak ekonomi negara lain.
3. Lembaga bantuan menjadi lembaga penolong dirinya sendiri.
5. Susunan hirarki organisasi menjadi jaringan kerja.
Poin-poin di atas telah terjadi pada masyarakat kita, baik kita sadari atau tidak,
seperti pengaruh negatif dari masyarakat informatif yaitu meluas sikap konsumerisme dan
tersingkirnya nilai budaya lokal, tuntutan masyarakat terhadap kebijakan publik yang
semakin kuat sehingga lembaga hanya berfungsi sebagai fasilitator.
Selanjutnya, Kaloh (2002:112-114) menyatakan bahwa: era otonomi luas menuntut
adanya keterbukaan, akuntabilitas ketanggapan dan kreativitas, dari segenap aparatur
negara. Dalam negara dunia yang penuh kompetisi sangat diperlukan kemampuan birokrasi
dan sumber daya aparatur untuk memberikan tanggapan/ responsif terhadap berbagai
tantangan secara akurat, bijaksana, adil dan efektif. Munculnya partisipasi masyarakat
dalam proses pengambilan keputusan politik merupakan konsekuensi dari komitmen
terhadap demokrasi.
Kemudian, perlu diupayakan agar birokrasi dapat membangkitkan partisipasi dari
seluruh lapisan masyarakat dalam program-program Pemerintah. Layanan kepada
masyarakat tidak semata-mata berdasarkan pada pertimbangan efisiensi, tetapi juga unsur
equality. Dengan demikian perlu kesetaraan antara nilai efisiensi dan demokrasi, khususnya
dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Era globalisasi juga menuntut dilakukannya
reformasi struktural Pemerintahan di daerah.
Perubahan dunia yang begitu cepat berlangsung dalam era globalisasi ini
menyebabkan kita harus menghadapi dua tantangan yaitu tantangan perubahan dari
peradaban masyarakat pasca industri. Hal ini menyebabkan lahirnya berbagai tuntutan baru
masyarakat dan lingkungannya terhadap perubahan dan penyesuaian terhadap administrasi
pemerintahan dan pembangunan di daerah.
Timbulnya fenomena ketergantungan internasional yang tidak dapat dipungkiri,
karena posisi Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota
memiliki peluang membangun hubungan sosial, ekonomi, perdagangan dan budaya
langsung dengan dunia internasional. Hubungan langsung antara wilayah dalam suatu
negara dengan perekonomian global tersebut mendorong terwujudnya peningkatan motivasi
untuk meningkatkan daya saing. Terutama pada urusan yang menjadi yuridiksi Pemerintah
daerah. Urusan-urusan yang menjadi yuridiksi Pemerintah darah dalam penciptaan daya
saing tersebut antara lain adalah urusan dalam bidang infra struktur wilayah, pendidikan
dasar, kesehatan masyarakat, kemampuan produktif masyarakat daerah, ekonomi dan
perdagangan dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan penyiapan Sumber
Daya Aparatur yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan profesional . Pendidikan
dan pelatihan-pelatihan sudah harus lebih ditingkatkan karena pejabat harus bersikap
profesional.
Perubahan dunia saat ini menjadi dunia tanpa batas, perdagangan bebas, dunia yang
terbuka, akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Sumber Daya aparatur untuk
bangsa yang lain, maka dengan sendirinya akan berakibat pada perolehan pengetahuan
yang lebih banyak dan horizon yang lebih luas.
Globalisasi pada era abad 21 menuntut Sumber Daya Aparatur yang prima, hal ini
disebabkan karena era globalisasi adalah era dimana masyarakatnya adalah masyarakat
yang lebih terbuka yang memberikan berbagai jenis kemungkinan pilihan. Dengan
sendirinya, hanya Sumber Daya Aparatur yang prima yang dapat bertahan didalam
kehidupan yang penuh persaingan dan menuntut kualitas kehidupan baik didalam produk
maupun di didalam memberi pelayanan bersama.
Menurut Kaloh (2002:114), dalam pengembangan sumber daya aparatur prima
diperlukan pengembangan sifat-sifat sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk mengembangkan jaringan-jaringan kerjasama (Net work).
Networking diperlukan oleh karena manusia tidak lagi hidup terpisah-pisah tapi
berhubungan satu dengan yang lain. Manusia abad 21 hidup didalam dunia tanpa sekat,
sehingga yang dapat survive adalah manusia yang ahli dalam networking. Dunia
perdagangan bebas akan semakin lancar apabila ada networking. Tanpa networking,
maka perluasan pasar akan menjadi sulit.
2. Kerjasama (Team work).
Setiap orang didalam abad 21 mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
keunggulan spesifikasinya. Secara keseluruhan sumber daya aparatur yang telah
dikembangkan kemampuan spesifiknya akan dapat membangun suatu teamwork yang
Industri-industri maju telah melaksanakan konsep team work tersebut, sehingga mungkin saja
hanya dapat menghasilkan produk yang tinggi mutunya, tetapi juga produk yang
dihasilkan tersebut semakin lama semakin disempurnakan. Oleh sebab itu pelaksananya
adalah harus personil yang terus menerus meningkatkan keunggulannya.
3. Cinta kepada kualitas yang tinggi.
Seorang aparatur negara yang prima adalah mereka yang terus-menerus meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya dalam melaksanakan sesuatu sehingga kualitas yang
dicapai hari ini akan ditingkatkan esok harinya dan seterusnya. Dengan demikian hasil
karya atau produk akan terus-menerus meningkat dan dapat bersaing dengan produk
lain dari bangsa lain.
Unesco menyatakan bahwa (Kaloh, 2005:115): Belajar pada abad 21 harus didasarkan
pada empat pilar :
1. Learning to think.
2. Learning to do.
3. Learning to be.
4. Learning to live together.
Learning to think berarti belajar untuk berfikir, Learning to do: belajar untuk
berbuat, Learning to be: belajar untuk menjadi, Learning to live together: belajar untuk
hidupbersama. Dalam konteks ini secara gamblang dapat disebutkan bahwa konteks belajar
yang baik adalah belajar untuk berfikir karena arus informasi yang datang begitu cepat
manusia karena kemampuan otaknya yang terbatas oleh karena itu, proses yang terus
menerus terjadi seumur hidup adalah belajar bagaimana berfikir. Setelah itu maka
dilanjutkan dengan bagaimana melakukannya setelah konsepnya dipahami dengan akal,
kemudian bagaimana menjadi sesuatu seperti yang dipelajari, pada akhirnya yaitu belajar
untuk hidup bersama, dalam arti saling bekerjasama dalam hubungan timbal balik,
meskipun dalam suasana yang kompetitif.
Inti yang ingin penulis kemukakan disini adalah, solusi untuk melaksanakan
pembangunan yang kompetitif sesuai dengan tuntutan globalisasi adalah pelaksanaan
Otonomi daerah yang mandiri dan bertanggung jawab, dimana Otonomi daerah tersebut
akan mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur Pemerintahan Daerah,
pemberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa dan kreativitas dan peningkatan peran
serta masyarakat serta pengembangan peran dan fungsi DPRD.
Pemberian otonomi daerah menimbulkan kewenangan kepada daerah kabupaten dan
kota untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi
masyarakatnya. Bahwa daerah sudah diberikan kewenangan untuk merencanakan,
melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah.
Dengan semakin besarnya partisipasi masyarakat akan mempengaruhi kualitas
pemerintahan secara umum, antara lain terjadi pergeseran orientasi pemerintah dari
command and control menjadi berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik. Orientasi
ini akan menjadi dasar bagi pelaksanaan peran pemerintah sebagai stimulator, fasilitator,
Dalam hubungan dengan pelimpahan wewenang dalam rangka mendekatkan
pelayanan publik kepada masyarakat sebagaimana yang disebutkan di atas, bahwa fokus
otonomi daerah adalah pada daerah Kabupaten/kota, dimana urusan wajib yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah (berdasarkan pasal 14, Undang-undang Nomor 32 tentang
Pemerintahan Daerah) yaitu meliputi:
1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.
2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.
3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.
4. Penyediaan sarana dan prasarana umum.
5. Penanganan bidang kesehatan.
6. Penyelenggaraan pendidikan.
7. Penanggulangan masalah sosial.
8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.
9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah.
10.Pengendalian lingkungan hidup.
11.Pelayanan pertanahan.
12.Pelayanan k