• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik (Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik (Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang)"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN

KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL

DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

(STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

ANGKATAN V TAHUN 2008

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KABUPATEN ACEH TAMIANG)

T E S I S

Oleh

MARLY HELENA AK

077024024/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN

KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL

DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

(STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

ANGKATAN V TAHUN 2008

DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KABUPATEN ACEH TAMIANG)

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Magister Studi Pembangunan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARLY HELENA AK

077024024/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK (STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN V TAHUN 2008 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG)

Nama Mahasiswa : Marly Helena AK Nomor Pokok : 077024024

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Drs. Heri Kusmanto, MA) (Drs. M. Husni Thamrin, Nst. M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 27 Agustus 2009

 

 

 

 

 

 

 

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Drs. Heri Kusmanto, MA

(5)

PERNYATAAN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL

DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

(STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

ANGKATAN V TAHUN 2008 DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KABUPATEN ACEH TAMIANG)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang sepengetahuan juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2009

MARLY HELENA AK  

 

(6)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1). Bagaimana hubungan antara pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) dengan peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, (2). Besar kontribusi pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) terhadap peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, (3). Bagaimana Pelayanan Publik yang dilakukan oleh PNS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, setelah PNS dimaksud mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), (4). Apakah ada faktor lain yang berpengaruh terhadap Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi masing-masing variabel apa adanya. Sedangkan metode korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Untuk menjawab pertanyaan penelitian no 1, penulis menggunakan teknik analisa data dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisa korelasi Rank Spearman. Untuk menjawab pertanyaan penelitian no 2, penulis menggunakan teknik analisa data korelasi

Product Moment, dimana setelah diketahui nilai R squarenya (R²), baru dicari koefisien determinasinya untuk mengetahui persentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Untuk menjawab pertanyaan penelitian no 3, dan 4, penulis melakukan analisa hasil wawancara yang dilakukan terhadap pimpinan peserta Diklat (user) yang dapat secara langsung melihat ada tidaknya terjadi perubahan pada peserta Diklat dimaksud setelah mengikuti Diklat Kepemimpinan Tk. IV.

(7)

kualitas Pelayanan Publik yang dilakukan masih belum sepenuhnya maksimal. (5). Selain dengan mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), ditemukan bahwa ada faktor lain juga yang memiliki kontribusi terhadap peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, yaitu: (a). Ketersediaan sarana dan perlengkapan kerja, (d). Motivasi, yang antara lain terdiri dari adanya insentif/tunjangan, sikap pimpinan dalam memberikan panutan dan penghargaan terhadap prestasi kerja bawahannya, dan (c). Kejelasan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) PNS, serta (d). Latar belakang pendidikan.

(8)

ABSTRACT

The objective of this study is to know: (1). How is the correlation between the training and education with implementation at the Leadership Level IV (Diklat PIM Tk.IV) to the increasing their competency as PNS in Public Service on Local Administration in Kabupaten Aceh Tamiang, (2). The contribution given in the implementation of formal Training and Education for Leadership Level IV (Diklat PIM Tk. IV) to the improving competency PNS on public service, and (3). To assess the public service given by PNS on the Local Administration office for Aceh Tamiang region, especially after returning from the leadership training and education, (4). Any other factor influencing to their competency as PNS on the Public Service given specially scope of Local Administration of Kabupaten Aceh Tamiang.

The research method adopted to this study is a descriptive method and its correlations to the quantitative approach. The descriptive method as used in the method is to figure out each variable with conditions available. The correlations method precisely used to know the relation of independent variable to a bound variable. In order to reply it as No. 1, this study used a data analytical technique by adopting a frequency distribution and a correlation analysis with Rank Spearman. In order to reply it as No. 2, this study adopting a correlation data analysis with Product Moment technique, following know the rate R square (R2), immediately find its determinant coefficient this is to know the percentage with influence to the independent variable with its bound variable. In order to reply it as No. 3,4, and 5, this study adopting an interview with analysis conducted to the leader of participant to the Diklat (user) as it can see directly the change particularly to the participant after returning the Leadership Training and Education level IV.

(9)

such (a). Facilities and infrastructure factor with support to work better result, (d). Motivation factor that’s make PNS more interest to increase their performance and quality of public service, they note such as an offer with incentive/allowances, as well as their style as leader basically go their symbol, sometimes give appreciation to those PNS (government employee) mainly in doing the jobs and for public service, (c). The clarity of mainly task and function (tupoksi).

(10)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan hanya kepada Allah SWT, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai

tugas akhir yang menjadi suatu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi

Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Tesis ini berjudul “HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DENGAN

KOMPETENSI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

(STUDI PADA PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN

TINGKAT IV ANGKATAN V TAHUN 2008 DI LINGKUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG)”.

Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan

dari berbagai pihak baik secara langsung membimbing penulisan tesis ini, maupun secara

tidak langsung. Untuk itu semua, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak

terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTMH Sp.A.(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Ketua Program Studi Magister Studi

Pembangunan dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si., sebagai Sekretaris pada Program Studi Magister Studi

Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang

tidak henti-hentinya memberikan dorongan kepada penulis agar dapat segera

menyelesaikan studi.

4. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA., sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan pemikiran, dan

(11)

5. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si., sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang

dengan kesabarannya, memberikan bimbingan serta masukan pemikiran dalam

penulisan tesis ini.

6. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP., dan M. Arifin Nst, S.Sos, MSP., selaku dosen

pembanding dalam ujian tesis, yang telah memberikan masukan dan koreksinya demi

penyempurnaan penyusunan tesis ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada Program Studi Magister Studi

Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang

telah memberikan bekal ilmu serta membantu dalam proses penyusunan dan

penyelesaian tesis ini.

8. Seluruh staf administrasi pada Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, atas segala bantuan yang

telah diberikan.

9. Seluruh rekan-rekan senasib sepenanggungan pada Program Studi Magister Studi

Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

terutama: Siti Erna Latifi Suryana, Ampe Sahrianita Boang Manalu, Sutriani, Dina

Anggita Lubis, Hasliati, Amran, Muhammad Salman, H.A. Nasir CH, Jufri, Iswan,

Muhammad Taufik Bahagia, Farida Hanum Ritonga, Qalbu Thimtami dan Siti Sahnia

Atun H, atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama kuliah.

10.Bapak Ir. Syaiful Anwar, SH., yang telah memberikan peluang pada penulis sehingga

dapat melanjutkan pendidikan pada Program Studi Magister Studi Pembangunan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan, semoga

Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak.

11.Bapak Drs. H. Abdul Latief, selaku Bupati Aceh Tamiang yang telah memberikan izin

pada penulis untuk sepenuhnya melanjutkan Pendidikan pada Program Magister Studi

Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

(12)

12.Ibunda Hj. Mardhiah, Ayahanda H. Ali Achmad Kasih (Alm), adik-adikku tercinta:

Marlya Fahmi, SP., Mariya Zuhra, SH., Marlya Fatira AK, SE., Muhammad Aulia AK.,

Muttaqien AK (Alm), Ibnul Qayyim AK, SE., Marlya Muthiah AK dan Ibrahim Ali

AK.

13.Seseorang yang yang selalu ada dan selalu mendukungku selama ini, Bambang

Subarna.

14.Para Aparatur Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, yang telah banyak membantu

penulis dalam memberikan data yang diperlukan.

15.Seluruh Pejabat dan Staf BKPP Kabupaten Aceh Tamiang, atas bantuan yang diberikan.

16.Ucapan terima kasih yang tak terhingga juga penulis sampaikan kepada

nama-nama berikut: Syaiful Bahri, SH., T. Budi Dharma, SP. M.Si., T. Listi Maiwani

Putri, S.Sos., Khairil Fauzan K, S.Psi., Rosma Dewi, SE., Ahmad Subhan, ST., Rizah

Hanum, SE., Ahmad Heriyuhelis, S.Sos.i., Fitri Handayani, Zulfan Effendy, AMd.,

Juan Ardy, ST., M. Husni Lubis, Selamat, Ali Akbar, Dipa Syahbuana, SE., Asnidah S.

Ag, Erma Hasfiani, S.Si., Dewi Lestari, SE., Fatimah Syam, SE., Dwi, Amru, Ijam dan

Janah, baik yang memberi bantuan maupun dukungan moril pada penulis sehingga

dapat menyelesaikan tesis ini.

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, yang sedikit banyak

telah memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tesis ini masih belum sempurna, sehingga

masukan berupa kritik maupun saran sangat diharapkan. Semoga hasil pemikiran ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua, meskipun dalam cara yang berbeda.

Medan, 27 Agustus 2008

(13)

RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS DIRI

1. Nama Lengkap : Marly Helena AK 2. Nama panggilan : Helen

3. Tempat/Tanggal Lahir : Langsa, 16 Agustus 1972 4. Jenis Kelamin : Perempuan

5. Agama : Islam

6. Golongan Darah : O

7. Status : Belum Menikah 8. Nama Orang tua

Ayah : H. Ali Achmad Kasih (Alm)

Ibu : Hj. Mardhiah

9. Alamat Aceh : Dusun Temenggung Desa Binjai

Kecamatan Seruway

Kabupaten Aceh Tamiang 10. Alamat Medan : Jl. Sembada XVII Perum. Koserna 3 Medan

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri No. 7 Langsa 1979-1985 2. SMP Negeri No. 1 Langsa 1985-1988 3. SMA Negeri No. 1 Langsa 1988-1991 4. FISIP Universitas Islam Sumatera Utara Medan 1991-1995 5. FIP (Akta IV) Universitas Negeri Medan 2000-2001 6. Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan 2007-2009

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Staf Bagian Kepegawaian Setdakab Aceh Timur Tahun 2001-2003 2. Staf Bagian Kepegawaian Setdakab Aceh Tamiang Tahun 2003-2006

3. Kasubbag Perencanaan dan Pengembangan Pegawai pada Bagian Kepegawaian Setdakab Aceh Tamiang Tahun 2006-2007

4. Staf BKD dan Diklat April 2007-Maret 2009

5. Staf BKPP Kabupaten Aceh Tamiang April 2009-sekarang.

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... v

RIWAYAT HIDUP... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar belakang……….……... 1

1.2. Perumusan Masalah... 15

1.3. Tujuan Penelitian... 15

1.4. Manfaat Penelitian... 16

1.5. Kerangka Pemikiran………... 17

1.6. Hipotesis………... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 21

2.1. Masa Depan Otonomi Daerah di Indonesia: Prospek Kemandirian Lokal dalam Tantangan Globalisasi... 21

2.2. Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia... 30

2.3. Pendidikan dan Pelatihan...……... 39

2.3.1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan... 43

2.3.2. Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Pelatihan... 48

(15)

2.3.4. Metode Pendidikan dan Pelatihan... 59

2.4. Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik... 63

2.4.1. Konsep Kompetensi... 63

2.4.2. Pelayanan Publik... 68

BAB III METODE PENELITIAN... 80

3.1. Jenis Penelitian...……….. 80

3.2. Definisi Konsep...………....……… 81

3.2.1. Pendidikan dan Pelatihan... 81

3.2.2. Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik... 81

3.3. Operasionalisasi Variabel .... ... 82

3.4. Populasi dan Sampel……… 83

3.5. Teknik Pengumpulan Data...…....……… 87

3.6. Lokasi Penelitian...…...………. 88

3.7. Metode Analisis Data... 89

3.7.1. Pengujian Instrumen Penelitian... 90

3.7.2. Mencari Distribusi Frekuensi pada Variabel Bebas (X) dan Terikat (Y)………... 92

3.7.3. Mencari Nilai Koefisien Korelasi Rank Spearman... 93

3.7.4. Mencari Nilai Koefisien Determinasi... 94

3.7.5. Melakukan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana (Uji t)... 95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 97

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Aceh Tamiang... 97

4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang ... 97

4.1.2. Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ... 98

(16)

4.1.4. Situasi Kepegawaian pada Pemerintah Kabupaten

Aceh Tamiang ... 103

4.2. Visi Misi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang... 106

4.2.1. Visi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ... 106

4.2.2. Misi Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ... 106

4.3. Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ……… 108

4.3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X, Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV)... 108

4.3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y, Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik …... 111

4.4. Deskripsi Hasil Penelitian………...……….. 114

Karakteristik Responden ………... 114

4.4.1. Distribusi Frekuensi Variabel X, Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV)... 118

4.4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Y, Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik ... 139

4.5. Analisis Korelasi Rank Spearman Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) Sebagai Variabel X dengan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik Sebagai Variabel Y... 152

4.6. Analisis Koefisien Determinasi (kontribusi) Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) Sebagai Variabel X Terhadap Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik Sebagai Variabel Y... 155

(17)

4.8. Analisis Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap

Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik ... 161

BAB V PENUTUP……… 165

5.1. Kesimpulan ……….... 165

5.2. Saran ... .. 168

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Operasionalisasi Variabel X dan Variabel Y... 82

2. Pedoman Untuk Memberikan Intepretasi Koefisien Korelasi... 94

3. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Unit Kerja dan Golongan... 104

4. Jumlah Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Eselon... 105

5. Hasil Uji Validitas Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV)... 109

6. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tk. IV (Diklat PIM Tk. IV) ... 110

7. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik... 112

8. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik... 113

9. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 114

10. Distribusi Responden Menurut Umur... 115

11. Distribusi Responden Menurut Pendidikan... 115

12. Distribusi Responden Menurut Pangkat/Gol. ruang... 117

13. Hubungan Materi Diklat PIM Tk. IV Dengan Bidang Tugas... 118

(19)

15. Materi Diklat Berguna Sebagai Dasar Pedoman Dalam Peningkatan

Kualitas Pelayanan ... 119

16. Materi Diklat Baik Teori Maupun Praktek, Sesuai Dengan Tugas

dan Fungsi Organisasi Instansi Peserta... 120

17. Materi Diklat Bermanfaat Bagi Peningkatan Kompetensi PNS Dalam Bidang Tugas Berkaitan Dengan Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik... 121

18. Cakupan Materi Diklat Bermanfaat Bagi Peningkatan Pengetahuan,

Ketrampilan, Sikap dan Perilaku Peserta... 122

19.Materi Memiliki Hubungan dengan Peningkatan Kompetensi PNS

di Bidang Pelayanan Publik... 123

20. Latar belakang Pendidikan Tutor Mendukung Yang Bersangkutan

Terhadap Kualitas Penyampaian Materi... 125

21. Kualitas Tutor Dalam Penyampaian Materi ... 125

22. Persepsi Peserta Terhadap Perlu Tidaknya Pengalaman dan

Kuantitas Jam Mengajar Yang Tinggi Bagi Tutor ... 126

23. Sikap Tutor Dalam Upaya Pemberian Motivasi Bagi Peserta

Diklat Agar Mau Terlibat Aktif Dalam Proses Belajar ... 127

24. Sikap Tutor Dalam Menghargai Pendapat, Masukan dan Umpan-

balik dari Peserta Diklat... 128

25. Kesesuaian Metode Pembelajaran pada Diklat terhadap Kebutuhan Peserta Dalam Kaitannya Dengan Bidang Pekerjaan

Masing-masing ... 128

26. Kegunaan Metode Pembelajaran pada Diklat Dalam Rangka Mengembangkan Kemampuan Berfikir, Menganalisis,

Memecahkan Masalah, Membuat Keputusan dan Bertindak ... 129

27. Sikap Tutor Dalam Memberikan Kesempatan Untuk Mengembang-

(20)

28. Kesesuaian Tugas-tugas Yang Diberikan Tutor Dengan Kebutuhan Peserta Dalam Hubungan Dengan Penyelesaian Pekerjaan di

Bidang Masing-masing ... 130

29. Metode yang digunakan tutor dalam melibatkan peserta Diklat

secara aktif ... 131

30. Persepsi Peserta Terhadap Sarana Diklat Yang Ada... 132

31. Persepsi Peserta Terhadap Prasarana Diklat Yang Ada... 133

32. Kesiapan dan Ketersediaan Sarana Diklat Yang Dilakukan Oleh

Pengelola... 135

33. Ketegasan Pengelola Dalam Menegakkan Aturan Diklat ... 135

34. Konsistensi Pengelola Diklat Dalam Menegakkan Disiplin

Terhadap Peserta... 136

35. Pelayanan Yang Dilakukan Pengelola Diklat Terhadap Peserta... 137

36. Kemampuan Pengelola Diklat Dalam Menghadapi Berbagai

Masalah Teknis/kendala Yang Terjadi Selama Diklat Berlangsung.. 137

37. Kesigapan Pengelola Diklat Dalam Mengatasi Berbagai Masalah

Teknis/kendala Yang Terjadi Selama Diklat Berlangsung... 138

38. Manfaat Mengikuti Diklat PIM Tk. IV Bagi Peningkatan

Pengetahuan ... 139

39. Dengan Mengikuti Diklat PIM Tk. IV Peserta Memahami

Kedudukan dan fungsi organisasi Instansi ... 139

40. Mengikuti Diklat Dapat Membantu Peserta Untuk Penguasaan

Tugas... 140

41. Pemahaman Terhadap Operasionalisasi Pelayanan Prima Setelah

Mengikuti Diklat... 141

42. Dengan mengikuti Diklat PIM Tk. IV Membantu Bagi Peningkatan Ketrampilan Guna Mendukung Pelaksanaan Tugas

(21)

43. PNS Dapat Menyelesaikan Pekerjaan Sesuai Waktu Yang

Ditentukan... 142

44. Sarana Yang Tersedia Menunjang Pelaksanaan Kerja dan Upaya Pemberian Pelayanan Prima... 143

45. Memanfaatkan Peralatan Kerja Untuk Mendukung Proses Penyelesaian Pekerjaan... 144

46. Persepsi Peserta Terhadap Kemampuan Mengatasi Masalah Yang Timbul Dalam Menjalankan Tugas...………... 145

47. Persepsi Peserta Terhadap Perlu Tidaknya Menetapkan Prioritas Pekerjaan... 145

48. Persepsi Peserta Terhadap Kemampuan Yang Bersangkutan Dalam Berkomunikasi dan Memberikan Informasi Pelayanan Yang Berkaitan Dengan Bidang Pekerjaan... 146

49. Dengan Mengikuti Diklat Dapat Memotivasi Peserta Untuk Bertugas Dan Memberikan Pelayanan Yang Lebih Baik dan Berkualitas ... 147

50. Ketanggapan Dalam Merespon Tuntutan Publik ... 147

51. Pentingnya Kesungguhan Dalam Memberikan Pelayanan ... 148

52. Memberikan Pelayanan Dengan Benar dan tidak Berbelit-belit ... 149

53. Persepsi Peserta Terhadap Perlunya Untuk Bersikap Ramah dan Sopan Dalam Melaksanakan Tugas dan Memberikan Pelayanan Publik... 149

54. Sering /tidaknya Menerima Complain/keluhan dari Orang-orang Yang Dilayani ... 150

55. Jika Terjadi Complain/keluhan dari Orang-orang Yang Dilayani Peserta Merasa Perlu/tidaknya Untuk Bertanggung jawab dan Mencari Solusi Untuk Mengatasinya... 151

56. Pedoman Untuk Memberikan Intepretasi Koefisien Korelasi... 153

(22)

58. Tabel Koefisien Determinasi... 155

59. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana (Uji t)... 156

(23)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Estimasi Hubungan X dengan Y (Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dengan Kompetensi PNS

di Bidang Pelayanan Publik)... 17

 

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Permohonan Izin Penelitian………... 176

2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian……… 178

3. Jadwal Penelitian... 180

4. Bagan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang ………. 181

5. Angket/Kuesioner…....………. 182

6. Panduan Wawancara ……….. 198

7. Daftar Nama-nama Pimpinan Responden Yang Diwawancara……... 208

8. Tabel Distribusi Jawaban Responden Variabel X……… 211

9. Tabel Distribusi Jawaban Responden Variabel Y……… 212

10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X……..………. 213

11. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y……..………. 219

12. Statistika Deskriptif Variabel X (Distribusi Frekuensi)..………. 222

13. Statistika Deskriptif Variabel Y (Distribusi Frekuensi)…..…………. 230

14. Hasil Uji Koefisien Korelasi Rank Spearman (Spearman’s Rho)

Variabel XY………...……….. 236

15.Hasil Uji Koefisien Korelasi, Koefisien Determinasi XY dan

(25)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kabupaten Aceh Tamiang merupakan Kabupaten Pemekaran dari Kabupaten Aceh

Timur yang disahkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang

Pembentukan Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya,

Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Aceh Tamiang di Lingkungan Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam, yang peresmiannya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri di Jakarta

pada tanggal 7 Juli 2002.

Untuk menjalankan roda Pemerintahan, dan untuk melayani kebutuhan publik, di

Kabupaten Aceh Tamiang terdapat 3.904 orang Pegawai Negeri Sipil, 1.472 tenaga

kontrak, serta 1.477 orang tenaga bakti, dengan jumlah unit kerja yang sudah dibentuk di

Kabupaten Aceh Tamiang, sebanyak: 2 (dua) Sekretariat, 12 (duabelas) Dinas, 7 (tujuh)

Badan, 7 kantor, 1 (satu) Inspektorat, dan 1 (satu) RSUD.

  Kemudian, jumlah Eselonering yang telah diisi pada masing-masing unit kerja

tersebut adalah sebagai berikut: eselon II sejumlah 27 orang, eselon III sejumlah 114

orang, eselon IV sejumlah 295 orang, dan eselon V sejumlah 8 orang.

Jumlah unit kerja atau perangkat daerah tersebut sedang diupayakan agar dapat

memenuhi ketentuan pada Peraturan Pemerintah No 41 tahun 2007 tentang Organisasi

(26)

pada daerah untuk mengembangkan kualitas perangkat daerahnya secara optimal sesuai

dengan kemampuan masing-masing daerah dan dukungan sumber daya manusianya,

dengan tujuan untuk mendekatkan pembangunan dan Pelayanan Publik kepada masyarakat

supaya lebih terjangkau.

Sebagai Kabupaten baru yang berusia 7 tahun secara legalitas formal, dan 6 tahun

secara legalitas operasional, dalam pelaksanaan pembangunan daerahnya, membutuhkan

usaha yang optimal untuk memajukan daerah, apalagi dengan pemberlakuan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memberikan kewenangan

kepada Daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri secara lebih otonom, mandiri, dan

bertanggung jawab.

Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tersebut dinyatakan bahwa: Efisiensi

dan efektifitas penyelenggaraan Pemerintah Daerah perlu ditingkatkan dengan lebih

memperhatikan aspek-aspek hubungan antara susunan pemerintahan dan antar

Pemerintahan Daerah, potensi dan keaneka ragaman daerah, peluang dan tantangan

persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah

disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam

kesatuan Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

Dalam Undang- undang yang sama juga dinyatakan bahwa, otonomi daerah adalah

hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

(27)

berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dalam

Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut, pada prinsipnya menegaskan adanya sistem peralihan, dari

sistem dekonsentrasi kepada sistem desentralisasi yang disebut Pemerintah Daerah dengan

otonomi, yaitu penyerahan urusan pemerintah kepada Pemerintah Daerah bersifat

operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan, tujuannya untuk mencapai

efektivitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat. Dimana tujuan yang hendak dicapai

dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain: menumbuhkembangkan daerah dalam

berbagai bidang, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan kemandirian

daerah dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan.

Kemudian, tujuan dan sasaran dari kebijakan otonomi daerah menurut Tangkilisan

(2005:3), adalah: Efisiensi dan efektivitas pemberian pelayanan kepada masyarakat,

peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, Peningkatan Partisipasi

masyarakat dalam kehidupan politik dan pelaksanaan pembangunan, serta peningkatan

efektivitas koordinasi sertapengawasan pembangunan.

Sejalan dengan pendapat di atas, Syaukani dan Ghaffar (2002:211), menyatakan

bahwa: kebijaksanaan otonomi daerah ditempuh dalam rangka mengembalikan harkat dan

martabat masyarakat di daerah, memberikan peluang pendidikan politik dalam rangka

peningkatan kualitas demokrasi di daerah, peningkatan efisiensi pelayanan publik di

daerah, peningkatan percepatan pembangunan daerah dan pada akhirnya diharapkan pula

(28)

Pemberian Otonomi Daerah menyebabkan Pemerintah Pusat harus menyerahkan

kewenangannya kepada daerah dalam rangka desentralisasi, yaitu meliputi penyerahan

pengendalian pembiayaan, sarana dan prasarana, serta Sumber Daya Manusia sesuai

dengan kewenangan yang diserahkan.

Selanjutnya, tantangan desentralisasi ini akan menyebabkan Pemerintah Daerah

bersaing dengan daerah lain, dengan berbagai keterbatasan sarana dan prasarana penunjang

pembangunan di daerah, dengan cara mengoptimalkan berbagai potensi daerah yang ada

serta berupaya agar mampu mengelola kebijakan, program dan sumber daya (baik sumber

daya manusia maupun sumber daya alam), dimana sumber daya manusia menjadi fokus

penggerak dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan di daerah tersebut.

Menurut Kaho (2007:66), ada empat faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

otonomi daerah yaitu: (1). Manusia pelaksananya harus baik, (2). Keuangan harus cukup

dan baik, (3). Peralatannya harus cukup dan baik, (4). Organisasi dan manajemennya harus

baik.

Faktor manusia, diletakkan pada bagian pertama, karena manusia adalah pelaksana

yang merupakan faktor esensial dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pentingnya

faktor ini karena manusia merupakan subyek dalam setiap aktivitas pemerintahan,

manusialah yang merupakan pelaku dan penggerak proses mekanisme dalam sistem

pemerintahan.

Jadi, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai sumber daya manusia yang berada di

(29)

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional sehingga kedudukan dan

peranan PNS sangat penting sebagai pelaksana dari usaha kegiatan pemerintah dalam

rangka pembangunan.

Menurut Sarundajang (1997:211): Pegawai Negeri Sipil yang mendukung birokrasi

adalah sebagai pemikir, pelaksana sekaligus pengawas jalannya kegiatan pemerintahan,

pembangunan, dan pembinaan masyarakat. Mengingat peranan yang penting tersebut

pembinaan pegawai harus dimulai sejak awal seleksi, penerimaan, pendidikan dan

pelatihan, penggajian, maupun pengawasan dan pengendaliannya hingga pensiun.

Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Aceh

Tamiang sebagai daerah pemekaran, maka Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Aceh

Tamiang adalah juga merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan (ditinjau dari

segi sumber daya manusianya) yang merupakan abdi negara dan abdi masyarakat, serta

berkedudukan sebagai unsur Aparatur Negara dan bertugas untuk memberi pelayanan

kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas

negara, pemerintahan dan pembangunan. Intinya, PNS merupakan salah satu faktor

penggerak utama terlaksananya pembangunan baik di tingkat pusat maupun daerah.

Sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah dimaksud, banyak

masalah-masalah yang secara umum dihadapi daerah berkaitan dengan kualitas dan kinerja

Pegawai Pemerintah Daerah, antara lain adalah masih kurangnya sumber daya Pegawai

(30)

PNS yang kompeten masih sedikit yang menyebabkan kurang maksimalnya kualitas kerja

pegawai di daerah.

Selanjutnya, masalah penempatan kerja serta penetapan dan penempatan pegawai

dalam jabatan, yang belum sepenuhnya berjalan dengan baik, hal ini ditandai dengan

kenyataan bahwa faktor latar belakang pendidikan, kompetensi, dan penguasaan bidang

tugas, belum menjadi faktor utama dalam proses penempatan dan penetapan dimaksud.

Kemudian, masalah lain yang juga dihadapi oleh daerah ialah, adanya

ketidakjelasan dalam pembagian tugas antara pegawai atau bidang-bidang tugas tertentu,

hal ini terjadi karena masih kurangnya PNS yang memiliki kemampuan yang baik dalam

bidang tugasnya serta berkualitas, sehingga ada pekerjaan yang dipikul oleh seorang

Pegawai Negeri Sipil melebihi tupoksinya, sementara disisi lain, ada Pegawai Negeri Sipil

yang mempunyai banyak waktu luang karena bidang tugasnya tidak terlalu dikuasainya, hal

ini secara umum akan berdampak pada kinerja PNS yang menjadi tidak efektif dan efisien.

Selanjutnya, proses pengembangan sumber daya PNS daerah yang belum

dilaksanakan secara maksimal, membuat produktivitas kerja PNS tidak optimal, yang

berdampak pada rendahnya kemampuan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya, hal

ini pada akhirnya akan berdampak pada rendahnya kualitas kerja PNS secara menyeluruh.

Masalah lain yang tak kalah penting dan mesti menjadi perhatian Pemerintah

Daerah ialah, kurangnya motivasi PNS untuk bekerja maksimal karena merasa pemberian

imbalan materi baik berupa gaji maupun tunjangan, belum dapat memenuhi standar

(31)

yang terus meningkat, sementara penghasilan PNS belum dapat sepenuhnya mengimbangi

peningkatan tersebut.

Sementara itu, berdasarkan pengamatan penulis, masalah yang dihadapi Kabupaten

Aceh Tamiang sebagai daerah pemekaran adalah masih kurangnya Pegawai Negeri Sipil

yang memiliki kompetensi dan berkualitas sesuai dengan bidang tugasnya, hal ini

menyebabkan kualitas kerja dan pelayanan publik yang dilakukan oleh PNS belum optimal.

Berdasarkan uraian tersebut, diketahui bahwa, dibutuhkan PNS yang memiliki

kompetensi dan berkualitas baik dari segi pengetahuan, ketrampilan maupun sikap perilaku

agar dapat membawa dampak positif terhadap pelayanan publik yang dilakukannya, selain

itu, seorang PNS dituntut memiliki sikap/prilaku yang jujur, profesional, adil dan

mengerahkan kemampuan secara optimal dalam melayani publik.

Sehubungan dengan hal tersebut, (Djumara:2007), menyatakan bahwa PNS sebagai

salah satu unsur dalam aparatur negara (state) perlu dimotivasi dan difasilitasi agar lebih

profesional dan kompeten ketika berhadapan dengan private sector (sektor swasta) dan civil

society (masyarakat sipil). Bahkan dalam prakteknya, kompetensi para pelaku

pembangunan yang tergabung dalam private sector dan civil society sangat ditentukan oleh

kompetensi PNS, dengan kata lain diperlukan PNS yang lebih kompeten untuk

mengkompetensikan para pelaku pembangunan di private sector and civil society. (www.

Irc. Kesehatan. Net/Implementasi PP 101 Tahun 2000).

Hal di atas sesuai dengan tuntunan nasional dan tantangan global, bahwa untuk

(32)

memiliki kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan Negara dan Pembangunan. Ini terjadi

karena sifat hakikat pekerjaan dan organisasi modern mulai berubah. Pekerjaan mulai

berubah dari pekerjaan yang berbasis pengetahuan (knowledge – based works) dan

kebutuhan sumber daya manusia juga berubah ke arah pekerja yang berpengetahuan

(knowledge workers). Karena itu, tugas pekerjaan yang bersifat sederhana dan rutin

(meaningless repetitive task) mulai diganti pada pekerjaan yang menekankan pada inovasi

dan perhatian (innovation and caring). Keahlian dan ketrampilan tunggal (single skilled)

mulai ditinggalkan diganti dengan profesionalisasi dengan ketrampilan ganda (multi

skilled), disamping itu penugasan yang bersifat individual (individual work) mulai berubah

menjadi pekerjaan tim (team work). (Pinchot dan Pinchot dalam Kaloh, 2002:34).

Untuk menghadapi tantangan global tersebut, maka salah satu upaya guna

membangun PNS profesional dan peningkatan kompetensinya adalah melalui Pendidikan

dan Pelatihan (Diklat). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang

Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, disebutkan bahwa dengan

pelaksanaan Diklat, diharapkan dapat menciptakan sumber daya aparatur yang memiliki

kompetensi yang diperlukan untuk peningkatan mutu profesionalisme, sikap pengabdian

dan kesetiaan pada perjuangan bangsa dan Negara, semangat persatuan dan kesatuan dan

pengembangan wawasan Pegawai Negeri Sipil.

Siagian (2007:198) menyatakan, bahwa tuntutan yang terasa kuat untuk

pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya timbul karena empat alasan utama: (1).

(33)

ketrampilan pegawai, terjadi apabila pengetahuan dan ketrampilan tersebut tidak lagi sesuai

dengan tuntutan zaman, (3). Tidak dapat disangkal lagi bahwa di masyarakat selalu terjadi

perubahan, tidak hanya karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga

karena pergeseran nilai-nilai budaya. Agar tetap mampu bersaing, semua pegawai mutlak

memahami perubahan yang terjadi dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Seperti

misalnya: pola kerja, cara berpikir, cara bertindak dan dalam hal kemampuan, (4).

Persamaan hak memperoleh pekerjaan yang menjamin bahwa tidak seorang pun dalam

organisasi yang mengalami diskriminasi apapun alasan dan kriterianya, karena semua

anggota organisasi dan warga negara mempunyai hak untuk memperoleh pekerjaan,

(5). Kemungkinan perpindahan Pegawai, yaitu mobilitas pegawai selalu terjadi baik pada

tingkat manajerial, profesional maupun tingkat teknis operasional, kenyataan ini menjadi

tantangan bagi bagian pengelolaan sumber daya manusia.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, berdasarkan Keputusan Kepala LAN Nomor

541/XIII/10/6/2001, untuk dapat membentuk sosok PNS dimaksud, perlu dilaksanakan

pembinaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan yang mengarah pada upaya peningkatan:

Sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa,

negara dan tanah air, kompetensi teknis, manajerial dan atau kepemimpinannya, Efisiensi,

efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan semangat kerjasama dan

tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja dan organisasi.

Kemudian, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Tentang

(34)

peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil, salah satu upaya yang dilakukan adalah

melalui Pelaksanaan Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dalam jabatan, yaitu

disebut dengan Diklat Kepemimpinan, yang terdiri dari: Diklatpim Tingkat IV adalah

Diklatpim untuk jabatan Struktural Eselon IV, Diklatpim Tk. III adalah Diklatpim untuk

jabatan Eselon III, Diklatpim Tk. II adalah Diklatpim untuk jabatan Eselon II dan

Diklatpim Tk. I adalah Diklatpim untuk jabatan Eselon I.

Selanjutnya, meskipun upaya Diklat telah dilaksanakan, namun sering pandangan

publik terhadap kinerja PNS masih negatif, berbagai masalah yang sering menjadi keluhan

publik terkait pelayanan PNS sebagai birokrat pemerintahan ialah, PNS sering dianggap

tidak profesional, kurang kompeten, prosedural (dalam arti negatif yaitu berbelit-belit), dan

sering mempersulit dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, diantaranya dapat

disebutkan adalah: memperlambat proses pembuatan surat-surat, mencari berbagai alasan

seperti berkas yang tidak lengkap, memberikan alasan keterlambatan dalam pengajuan

permohonan (dalam arti permohonan yang diajukan oleh publik dianggap telah melewati

batas waktu pengajuan yang ditentukan), adanya kesibukan melaksanakan tugas lain, dan

sering menunda penyelesaian dan penyerahan hasil kerja dengan kata-kata “masih dalam

proses”, serta tidak adanya kepastian waktu tentang berapa lama hasil kerja atau produk

pelayanan yang diberikan oleh PNS tersebut, dapat diterima publik.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dipahami bahwa meskipun upaya

Diklat telah banyak dilakukan, tetapi hingga saat ini PNS yang profesional yang dapat

(35)

yang menjadi sasaran dari program Pendidikan dan Pelatihan tersebut, belum sepenuhnya

tercapai, dimana profesionalisme PNS masih harus terus dikembangkan.

Dapat penulis tambahkan, bahwa berdasarkan penelitian terdahulu, hal ini

disebabkan oleh dua faktor, yaitu: (1). Faktor dari dalam diri PNS, yaitu kurangnya

motivasi untuk mengikuti Diklat, karena menganggap kegiatan mengikuti Diklat tidak

banyak manfaatnya, (2). Faktor dari luar diri PNS, yaitu kurangnya sarana dan prasarana

pendukung kegiatan Diklat dimaksud.

Sementara itu dalam kaitan dengan pelayanan publik, berdasarkan pengamatan

penulis, terdapat 3 faktor utama yang menyebabkan kurang optimalnya pelayanan publik

yang dilakukan oleh PNS, yaitu: (1). Faktor sumber daya manusia, yaitu masih kurangnya

PNS yang memiliki kompetensi dan berkualitas. (2). Faktor kesadaran, yaitu kurangnya

kesadaran dan kemauan PNS untuk memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat, (3).

Faktor sarana pendukung, yaitu masih kurangnya jumlah peralatan, perlengkapan, dan

fasilitas kerja untuk menunjang kegiatan pelayanan publik dimaksud.

Guna memperkuat uraian di atas, sebagai bahan referensi untuk perbandingan,

dibawah ini penulis akan memaparkan secara ringkas beberapa kajian penelitian yang

relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, antara lain yang dilakukan oleh: Trihadi

(2003), di Jakarta, ia meneliti Pengaruh Diklat PIM dan Faktor Karakteristik Pejabat

terhadap Kinerja dan Pengembangan Karir Pejabat Struktural Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan

(36)

pengaruh yang signifikan antara Diklat PIM dan Faktor Karakteristik Pejabat terhadap

Kinerja Pejabat, disamping itu Diklat PIM dan Faktor Karakteristik Pejabat dan Kinerja

Pejabat, juga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Pengembangan Karir Pejabat

Struktural Eselon III Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Suherman (2005), di Propinsi Sumatera Utara, ia meneliti Pengaruh Program

DIKLATPIM III Terhadap Kemampuan Administrasi PNS. Metode penelitian yang

digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis regresi. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, diketahui bahwa program DIKLATPIM III bagi Pejabat Eselon III di Lingkungan

Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan

Kemampuan Administrasi.

Ningsih (2006), di Provinsi ”X”, yang meneliti Efektifitas Diklat PIM TK. III

Terhadap Kinerja PNS. Ia melakukan analisis evaluasi Diklat dengan menggunakan metode

pre test dan post test. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ditemukan ada beberapa

keluhan baik dari atasan peserta Diklat, ataupun peserta mengenai efektifitas Diklat PIM

TK. III terhadap peningkatan kinerja.

Sirait (2008), di Propinsi Sumatera Utara, melakukan penelitian dengan judul:

”Analisis Terhadap Implementasi Panduan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan

Tingkat III di Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara”. Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian

(37)

Tingkat III di Badan Pendidikan dan Pelatihan Propinsi Sumatera Utara memiliki kategori

yang baik.

Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang sebelumnya

adalah masalah utama yang diteliti yaitu mengenai Pendidikan dan Pelatihan. Perbedaan

penelitian ini terutama pada tema dan kekhususan penelitiannya pada Pendidikan dan

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), hubungannya dengan

Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik, tujuan penelitiannya yang lebih spesifik,

serta perbedaan lokasi, tahun penelitian, dan alat analisis yang digunakan.

Kemudian, bahwa dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti secara ilmiah tentang

Hubungan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil di

Bidang Pelayanan Publik, serta kekhususan pilihan pada Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), adalah dengan pertimbangan bahwa Diklat

yang mengakomodir materi Pelayanan Publik di Aceh Tamiang sampai dengan penelitian

ini dilakukan, ada 2, yaitu: (1). Diklat Prajabatan Golongan I dan II, dan (2). Diklat PIM

Tk. IV. Selain bahwa Diklat Prajabatan Golongan I dan II diperuntukkan bagi CPNS

(Calon Pegawai Negeri Sipil), Diklat dimaksud juga hanya memuat materi Pelayanan

Prima, maksimal 9 jam pelajaran untuk CPNS yang diangkat dari formasi honorer.

Sedangkan Diklat PIM Tk. IV, selain diperuntukkan bagi minimal PNS golongan IIIa, juga

memuat 96 jam pelajaran materi Pelayanan Publik, yang diakomodir pada kajian

(38)

Selanjutnya, Diklat PIM Tk. IV adalah Diklat Struktural paling dasar yang dapat

diikuti oleh PNS golongan IIIa yang telah lulus seleksi untuk mengikuti Diklat dimaksud,

yang suatu hari kelak akan menjadi pejabat eselon IV, dan Diklat PIM Tk. IV juga

merupakan Diklat yang harus diikuti oleh Pejabat Eselon IV, yang merupakan dasar

pendidikan dan pelatihan bagi pejabat struktural, selain itu karena kedudukannya, calon

pejabat eselon IV dan pejabat eselon IV lebih dekat dalam berhubungan dengan publik.

Sementara itu, pemilihan pada Kompetensi di Bidang Pelayanan Publik,

sebagaimana telah dipaparkan di atas, adalah karena Pelayanan Publik merupakan

pelayanan yang sangat penting dan esensial karena berhubungan langsung dengan

pemenuhan kebutuhan masyarakat luas. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu tujuan

negara adalah untuk melayani masyarakatnya. Maka, untuk itu dibutuhkan PNS yang

memiliki kompetensi dimaksud dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan pada

masyarakat, dimana Kompetensi di Bidang Pelayanan Publik harus dimiliki oleh seorang

PNS karena sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan organisasi dan negara secara

menyeluruh.

1.2.Perumusan masalah

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

(39)

1. Bagaimana hubungan antara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV

(Diklat PIM Tk. IV) dengan peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik

di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Berapa besar kontribusi Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat

PIM Tk. IV) terhadap peningkatan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Bagaimana Pelayanan Publik yang dilakukan oleh PNS di Lingkungan Pemerintah

Kabupaten Aceh Tamiang, setelah PNS dimaksud mengikuti Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV).

4. Apakah ada faktor lain yang berpengaruh terhadap Kompetensi PNS di Bidang

Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) dengan peningkatan Kompetensi PNS

di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Untuk mengetahui besar kontribusi pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) terhadap peningkatan Kompetensi PNS

(40)

3. Untuk mengetahui bagaimana Pelayanan Publik yang dilakukan oleh PNS di

Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, setelah PNS dimaksud mengikuti

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV).

4. Untuk mengetahui apakah ada faktor lain yang berpengaruh terhadap Kompetensi PNS

di Bidang Pelayanan Publik di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Kegunaan akademis: yaitu menambah khasanah pengetahuan dan dapat dijadikan acuan

dalam melakukan penelitian di bidang pengembangan sumber daya manusia khususnya

dalam kegiatan Pendidikan dan Pelatihan serta metode Pelayanan Publik yang

berkualitas pada masyarakat.

2. Kegunaan praktis: sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam rangka

penyusunan kebijaksanaan pembangunan sumber daya manusia PNS melalui

pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh

Tamiang dalam kaitannya dengan Pelayanan Publik.

1.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang penulis bangun adalah berdasarkan tinjauan kepustakaan,

yang menggambarkan korelasi Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV

dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil di Bidang Pelayanan Publik. Teori-teori yang

(41)

Kompetensi, dan Pelayanan Publik, antara lain: Likert (1967) yang dikutip dari Pigors dan

Myers (1977), Jucius (1979), Sikula (1981), Filippo (1982), Donaldson dan Scannel (1987),

Wursanto (1989), Zeithaml, Parasuraman, dan Berry dalam Ratminto (1999) yang dikutip

dari Tangkilisan (2005), Nasution (2000), Moenir (2000), Pattanayak (2002), Notoadmodjo

(2003), Mangkunegara (2003), Training Agency (1988), Burgoyne (1988), Furnham

(1990), dan Murphy dalam Amstrong (1996), yang dikutip dari Sedarmayanti (2004),

Mahmudi (2005), Amstrong (1994) yang dikutip dari Dharma (2005), Kotler (2006),

Siagian (2007), dan Sofyandi (2008), sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

[image:41.612.85.504.321.514.2]

Gambar 1. Estimasi Hubungan X dengan Y (Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dengan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik)

Secara ringkas berdasarkan teori-teori yang dikemukakan, menurut penulis, dalam

suatu organisasi baik pada organisasi swasta maupun publik, pendidikan dan pelatihan

adalah bagian penting yang harus menjadi fokus dalam manajemen sumber daya manusia,

dimana pendidikan dan pelatihan diperlukan untuk meningkatkan kualitas pegawai yang

Variabel bebas (X):

Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV), terdiri dari: 1. Substansi Materi

2. Kompetensi Pengajar/tutor 3. Metode Pembelajaran 4. Sarana dan Prasarana Diklat

Variabel terikat (Y) :

Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik, yaitu:

(42)

diarahkan dalam upaya peningkatan kompetensi, baik dari segi pengetahuan, ketrampilan,

serta sikap dan perilaku, sehingga dapat bekerja secara maksimal untuk mencapai tujuan

individu dan organisasi secara efisien dan efektif, karena pada dasarnya, manusialah faktor

penggerak utama dan penentu bagi keberhasilan suatu organisasi.

Dalam kaitannya dengan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh

penyelenggara negara, maka Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur negara yang

menjalankan fungsinya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, tentunya harus

memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, untuk itu dibutuhkan sumber

daya aparatur yang memiliki kualitas kompetensi yang baik.

Dapat penulis tambahkan, bahwa berdasarkan kerangka pemikiran, penulis melihat

Pendidikan dan Pelatihan (variabel X) dengan pembatasan pada Pendidikan dan Pelatihan

Kepemimpinan Tingkat IV, sedangkan Kompetensi (variabel Y) yang mencakup

pengetahuan, ketrampilan serta sikap dan perilaku, penulis batasi pada Bidang Pelayanan

Publik. Pembatasan dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah penulis

ungkapkan sebelumnya.

1.6. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap

suatu masalah penulisan yang kebenarannya masih lemah (belum tentu

kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris (Purwanto dan Sulistyastuti,

(43)

Selanjutnya, Sugiyono (2006:51), menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Berdasarkan kedua pernyataan di atas, secara umum dapat disimpulkan bahwa

hipotesis adalah dugaan sementara yang merupakan jawaban sementara terhadap suatu

masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya dengan melakukan penelitian.

Selanjutnya, pada penelitian ini, hipotesis yang penulis kemukakan adalah hipotesis

penelitian dan hipotesis operasional. Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara yang

diperoleh dengan berlandaskan teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian, sedangkan

hipotesis operasional menurut Sarwono (2006:68) adalah mendefinisikan hipotesis secara

operasional variabel-variabel yang ada di dalamnya agar dapat dioperasionalkan...

Hipotesis operasional dijadikan menjadi dua yaitu, hipotesis 0 (nol) yang bersifat netral dan

hipotesis 1 (satu) yang bersifat tidak netral.

Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah:

“Terdapat hubungan antara Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV

(Diklat PIM Tk. IV) dengan Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik”, yang berarti

bahwa: materi yang disampaikan, kompetensi pengajar, metode pembelajaran, sarana dan

prasarana Diklat serta pengelola Diklat, mempunyai hubungan terhadap peningkatan

Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik baik berupa pengetahuan, ketrampilan

maupun sikap dan prilaku”.

(44)

H0 : rho = 0, tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pendidikan dan

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) dengan

Kompetensi PNS di Bidang Pelayanan Publik.

H1 : rho ≠ 0, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pendidikan dan

Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV (Diklat PIM Tk. IV) dengan

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masa Depan Otonomi Daerah di Indonesia: Prospek Kemandirian Lokal Dalam Tantangan Globalisasi

Kemandirian lokal merupakan paradigma pembangunan daerah yang sedang

digalakkan dalam rangka keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Yang dimaksud

dengan paradigma kemandirian lokal menurut Gany dalam Koiruddin (2005:138) adalah

suatu pembangunan yang berorientasi kepada:

1. Pemenuhan kebutuhan tatanan masa kini tanpa mengorbankan kebutuhan masa depan.

2. Ketersediaan sumber daya yang dimiliki.

3. Pengelolaan atas dasar peran serta (partisipasi) masyarakat yang perlu dibuka secara

lebih luas lagi.

Selanjutnya, ia menyatakan bahwa pandangan tentang kemandirian lokal tersebut,

menimbulkan pemahaman bahwa paradigma pembangunan yang dijalankan akan sangat

diperlukan guna mencapai tingkat keseimbangan bagi suatu pembangunan daerah yang

sedang dijalankan. Tujuan pembangunan daerah itu sendiri adalah untuk mengurangi

ketergantungan baik dengan pemerintah pusat, daerah lainnya, maupun negara-negara

lainnya. Dengan kebijakan otonomi daerah yang memadai, maka paradigma kemandirian

lokal memproleh peluang yang sangat lebar untuk diimplementasikan oleh daerah-daerah

(46)

Konsep kemandirian lokal diharapkan dapat menciptakan pertumbuhan

pembangunan yang optimal, ini penting guna menjawab tantangan yang menyatakan bahwa

pertumbuhan pembangunan seringkali tidak beroriantasi pada pemerataan atau keadilan.

Daerah perlu menetapkan orientasinya menuju pembangunan dengan konsep kemandirian

lokal dimaksud.

Uraian tersebut memiliki makna bahwa otonomi daerah mengandung pengertian

teramat luas, sebab tidak hanya menyangkut penyerahan kekuasaan atau kompetisi

seseorang kepada kelompok atau daerah yang mengatur diri sendiri, namun otonomi daerah

itu juga bermakna sebuah tantangan bagi daerah, untuk memiliki kemampuan untuk

merancang, merumuskan, dan mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi melalui

pengembangan suatu tatanan yang mandiri, dan tetap terbingkai pada semangat kesatuan

negara Republik Indonesia.

Mardiasmo (2002:11) menyatakan bahwa, pemberian otonomi daerah akan

mengubah prilaku Pemerintah Daerah untuk lebih efisien dan profesionalisme. Pemerintah

Daerah perlu melakukan perekayasaan ulang terhadap birokrasi yang selama ini dijalankan.

Hal tersebut karena pada saat ini dan dimasa yang akan datang pemerintah (pusat dan

daerah) akan menghadapi gelombang perubahan baik yang berasal dari tekanan eksternal

maupun dari internal masyarakatnya.

Selanjutnya ia menyatakan, bahwa dari sisi eksternal, Pemerintah akan menghadapi

globalisasi yang syarat dengan persaingan dan liberalisme arus informasi, investasi, modal,

(47)

semakin cerdas (knowledge based society) dan masyarakat yang semakin banyak

tuntutannya (demanding community).

Masih dalam Mardiasmo (2002:11), Shah (1997), meramalkan bahwa pada era

seperti ini, ketika globalization cascade sudah semakin meluas, Pemerintah (termasuk

pemerintah daerah) akan semakin kehilangan kendali pada banyak persoalan, seperti pada

perdagangan internasional, informasi dan ide serta transaksi keuangan. Dimasa depan,

negara menjadi terlalu besar untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan kecil, tetapi

terlalu kecil untuk menyelesaikan semua masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Sejalan dengan di atas, Salam (2004:206) menyatakan bahwa: otonomi daerah yang

syarat mengandung nilai pelimpahan wewenang, bukan hanya berarti pelimpahan

wewenang pengurusan sesuai dengan keinginan masyarakat, atau pemerintah setempat,

namun juga berarti bahwa adanya suatu kerjasama yang erat antara organisasi atau

pemerintah yang bersangkutan dengan lingkungan eksternalnya secara sinergis. Karena itu

beberapa hal yang perlu dicermati dalam pembangunan dan perkembangan otonomi daerah

pada era globalisasi adalah:

1. Adanya transformasi kehidupan, seperti dari masyarakat industri menjadi masyarakat

informasi.

2. Ekonomi nasional menjadi ekonomi dunia. Dinamika ekonomi nasional sangat erat

terkait dengan gerak ekonomi negara lain.

3. Lembaga bantuan menjadi lembaga penolong dirinya sendiri.

(48)

5. Susunan hirarki organisasi menjadi jaringan kerja.

Poin-poin di atas telah terjadi pada masyarakat kita, baik kita sadari atau tidak,

seperti pengaruh negatif dari masyarakat informatif yaitu meluas sikap konsumerisme dan

tersingkirnya nilai budaya lokal, tuntutan masyarakat terhadap kebijakan publik yang

semakin kuat sehingga lembaga hanya berfungsi sebagai fasilitator.

Selanjutnya, Kaloh (2002:112-114) menyatakan bahwa: era otonomi luas menuntut

adanya keterbukaan, akuntabilitas ketanggapan dan kreativitas, dari segenap aparatur

negara. Dalam negara dunia yang penuh kompetisi sangat diperlukan kemampuan birokrasi

dan sumber daya aparatur untuk memberikan tanggapan/ responsif terhadap berbagai

tantangan secara akurat, bijaksana, adil dan efektif. Munculnya partisipasi masyarakat

dalam proses pengambilan keputusan politik merupakan konsekuensi dari komitmen

terhadap demokrasi.

Kemudian, perlu diupayakan agar birokrasi dapat membangkitkan partisipasi dari

seluruh lapisan masyarakat dalam program-program Pemerintah. Layanan kepada

masyarakat tidak semata-mata berdasarkan pada pertimbangan efisiensi, tetapi juga unsur

equality. Dengan demikian perlu kesetaraan antara nilai efisiensi dan demokrasi, khususnya

dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Era globalisasi juga menuntut dilakukannya

reformasi struktural Pemerintahan di daerah.

Perubahan dunia yang begitu cepat berlangsung dalam era globalisasi ini

menyebabkan kita harus menghadapi dua tantangan yaitu tantangan perubahan dari

(49)

peradaban masyarakat pasca industri. Hal ini menyebabkan lahirnya berbagai tuntutan baru

masyarakat dan lingkungannya terhadap perubahan dan penyesuaian terhadap administrasi

pemerintahan dan pembangunan di daerah.

Timbulnya fenomena ketergantungan internasional yang tidak dapat dipungkiri,

karena posisi Pemerintah Daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota

memiliki peluang membangun hubungan sosial, ekonomi, perdagangan dan budaya

langsung dengan dunia internasional. Hubungan langsung antara wilayah dalam suatu

negara dengan perekonomian global tersebut mendorong terwujudnya peningkatan motivasi

untuk meningkatkan daya saing. Terutama pada urusan yang menjadi yuridiksi Pemerintah

daerah. Urusan-urusan yang menjadi yuridiksi Pemerintah darah dalam penciptaan daya

saing tersebut antara lain adalah urusan dalam bidang infra struktur wilayah, pendidikan

dasar, kesehatan masyarakat, kemampuan produktif masyarakat daerah, ekonomi dan

perdagangan dan sebagainya.

Sehubungan dengan itu, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan penyiapan Sumber

Daya Aparatur yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan profesional . Pendidikan

dan pelatihan-pelatihan sudah harus lebih ditingkatkan karena pejabat harus bersikap

profesional.

Perubahan dunia saat ini menjadi dunia tanpa batas, perdagangan bebas, dunia yang

terbuka, akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Sumber Daya aparatur untuk

(50)

bangsa yang lain, maka dengan sendirinya akan berakibat pada perolehan pengetahuan

yang lebih banyak dan horizon yang lebih luas.

Globalisasi pada era abad 21 menuntut Sumber Daya Aparatur yang prima, hal ini

disebabkan karena era globalisasi adalah era dimana masyarakatnya adalah masyarakat

yang lebih terbuka yang memberikan berbagai jenis kemungkinan pilihan. Dengan

sendirinya, hanya Sumber Daya Aparatur yang prima yang dapat bertahan didalam

kehidupan yang penuh persaingan dan menuntut kualitas kehidupan baik didalam produk

maupun di didalam memberi pelayanan bersama.

Menurut Kaloh (2002:114), dalam pengembangan sumber daya aparatur prima

diperlukan pengembangan sifat-sifat sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mengembangkan jaringan-jaringan kerjasama (Net work).

Networking diperlukan oleh karena manusia tidak lagi hidup terpisah-pisah tapi

berhubungan satu dengan yang lain. Manusia abad 21 hidup didalam dunia tanpa sekat,

sehingga yang dapat survive adalah manusia yang ahli dalam networking. Dunia

perdagangan bebas akan semakin lancar apabila ada networking. Tanpa networking,

maka perluasan pasar akan menjadi sulit.

2. Kerjasama (Team work).

Setiap orang didalam abad 21 mempunyai kesempatan untuk mengembangkan

keunggulan spesifikasinya. Secara keseluruhan sumber daya aparatur yang telah

dikembangkan kemampuan spesifiknya akan dapat membangun suatu teamwork yang

(51)

Industri-industri maju telah melaksanakan konsep team work tersebut, sehingga mungkin saja

hanya dapat menghasilkan produk yang tinggi mutunya, tetapi juga produk yang

dihasilkan tersebut semakin lama semakin disempurnakan. Oleh sebab itu pelaksananya

adalah harus personil yang terus menerus meningkatkan keunggulannya.

3. Cinta kepada kualitas yang tinggi.

Seorang aparatur negara yang prima adalah mereka yang terus-menerus meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilannya dalam melaksanakan sesuatu sehingga kualitas yang

dicapai hari ini akan ditingkatkan esok harinya dan seterusnya. Dengan demikian hasil

karya atau produk akan terus-menerus meningkat dan dapat bersaing dengan produk

lain dari bangsa lain.

Unesco menyatakan bahwa (Kaloh, 2005:115): Belajar pada abad 21 harus didasarkan

pada empat pilar :

1. Learning to think.

2. Learning to do.

3. Learning to be.

4. Learning to live together.

Learning to think berarti belajar untuk berfikir, Learning to do: belajar untuk

berbuat, Learning to be: belajar untuk menjadi, Learning to live together: belajar untuk

hidupbersama. Dalam konteks ini secara gamblang dapat disebutkan bahwa konteks belajar

yang baik adalah belajar untuk berfikir karena arus informasi yang datang begitu cepat

(52)

manusia karena kemampuan otaknya yang terbatas oleh karena itu, proses yang terus

menerus terjadi seumur hidup adalah belajar bagaimana berfikir. Setelah itu maka

dilanjutkan dengan bagaimana melakukannya setelah konsepnya dipahami dengan akal,

kemudian bagaimana menjadi sesuatu seperti yang dipelajari, pada akhirnya yaitu belajar

untuk hidup bersama, dalam arti saling bekerjasama dalam hubungan timbal balik,

meskipun dalam suasana yang kompetitif.

Inti yang ingin penulis kemukakan disini adalah, solusi untuk melaksanakan

pembangunan yang kompetitif sesuai dengan tuntutan globalisasi adalah pelaksanaan

Otonomi daerah yang mandiri dan bertanggung jawab, dimana Otonomi daerah tersebut

akan mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Aparatur Pemerintahan Daerah,

pemberdayaan masyarakat, pengembangan prakarsa dan kreativitas dan peningkatan peran

serta masyarakat serta pengembangan peran dan fungsi DPRD.

Pemberian otonomi daerah menimbulkan kewenangan kepada daerah kabupaten dan

kota untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi

masyarakatnya. Bahwa daerah sudah diberikan kewenangan untuk merencanakan,

melaksanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah.

Dengan semakin besarnya partisipasi masyarakat akan mempengaruhi kualitas

pemerintahan secara umum, antara lain terjadi pergeseran orientasi pemerintah dari

command and control menjadi berorientasi pada tuntutan dan kebutuhan publik. Orientasi

ini akan menjadi dasar bagi pelaksanaan peran pemerintah sebagai stimulator, fasilitator,

(53)

Dalam hubungan dengan pelimpahan wewenang dalam rangka mendekatkan

pelayanan publik kepada masyarakat sebagaimana yang disebutkan di atas, bahwa fokus

otonomi daerah adalah pada daerah Kabupaten/kota, dimana urusan wajib yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah (berdasarkan pasal 14, Undang-undang Nomor 32 tentang

Pemerintahan Daerah) yaitu meliputi:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum.

5. Penanganan bidang kesehatan.

6. Penyelenggaraan pendidikan.

7. Penanggulangan masalah sosial.

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.

9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah.

10.Pengendalian lingkungan hidup.

11.Pelayanan pertanahan.

12.Pelayanan k

Gambar

Gambar 1. Estimasi  Hubungan  X  dengan Y  (Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan                   Kepemimpinan   Tingkat   IV    dengan   Kompetensi    PNS     di   Bidang                   Pelayanan Publik)
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel X dan Variabel Y
Tabel 3. Jumlah   Pegawai  Negeri  Sipil   Pemerintah   Kabupaten  Aceh Tamiang
Tabel 4.  Jumlah    Pegawai   Negeri   Sipil   Pemerintah  Kabupaten   Aceh  Tamiang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus penelitian ini yang akan dilaksanakan pada kelas X Akuntansi Pemasaran di SMK Muhammadiyah Delanggu, ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Namun, dalam penelitian ini kelas kata yang lain tidak dicermati, hanya kesamaan kedudukan sebagai partikel struktural yang dianalisis karena makna dan

Cadangan jawapan yang dikemukakan akan memudahkan responden menjawab soalan dengan cepat (Mohd Najib, 1999). Soal selidik ini direkabentuk berdasarkan persoalan kajian

Pada tabel 13, nilai dinyatakan sebagai rerata  simpangan baku dengan kisaran, rerata pemanjangan sesudah 15 menit dan sesudah 4 jam operasi selama operasi untuk nilai

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas nikmat dan hidayah-Nya laporan penelitian tindakan kelas berjudul ” Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Sederhana

Dampak perilaku keagamaan sangat penting bagi peserta didik khususnya perempuan disekolah maupun diluar sekolah, disimpulkan perilaku-perilaku peserta didik

Ketika pertama kali mengakses form outage, maka yang pertama muncul adalah beberapa formulir pilihan untuk mengisi jenis outage (sirkuit, transformator, atau circuit breaker

Perasan air jeruk nipis (citrus aurantifolia) memiliki efektivitas terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, dibuktikan dengan didapatkannya perbedaan rerata