• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PEN GARU H MU S IK KLAS IK TERH AD AP

PEN U RU N AN TEKAN AN D ARAH

Oleh

SALOMA KLEMENTINA SAING

T E S I S

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Dokter Spesialis Anak

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

(2)

PENGARUH MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN

TEKANAN DARAH

Telah disetujui dan disahkan :

Prof. Dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K) Pembimbing I

Dr. Tina Christina L. Tobing, SpA Pembimbing II

Medan, 19 September 2007 Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Anak FK USU

(3)

Dengan ini diterangkan bahwa :

Dr. Saloma Klementina Saing

Telah menyelesaikan Tesis sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Dokter Spesialis Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tesis ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji pada hari Selasa, tanggal 2 Oktober 2007. Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Tim Penguji

Penguji I : Prof.DR.Dr.H.Syahril Pasaribu,DTM&H, MSc (CTM), SpA(K)

Penguji II : Prof. Dr. H. M. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K)

Penguji III : Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K)

Medan, 2 Oktober 2007

Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan

judul “Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah”. Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan keahlian Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU/RSUP HAM Medan.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. Dr. Hj. Rafita Ramayati, SpA(K), Dr. Tina Christina L. Tobing, SpA, dan pembimbing lainnya Prof. Dr. H. Rusdidjas, SpA(K), Prof. Dr. H. Iskandar Z. Lubis, SpA(K), yang telah memberikan bimbingan,

petunjuk, dan saran-saran dalam penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dan Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K) selaku

Ketua dan Sekretaris PPDS BIKA Fakultas Kedokteran USU periode 2002 - 2007, Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dan Dr. Melda Deliana, SpA(K) sebagai Ketua dan Sekretaris PPDS BIKA Fakultas Kedokteran USU periode

2007 - 2012 yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Dr. H. Dachrul Aldy, SpA(K), selaku Kepala BIKA Fakultas Kedokteran

USU/RSUP HAM Medan periode 2000-2003, Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) selaku Kepala BIKA Fakultas Kedokteran USU/RSUP HAM Medan periode 2004-2007, Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K) selaku Ketua

(5)

4. Seluruh staf pengajar di BIKA Fakultas Kedokteran USU/RSUP HAM Medan, terutama orangtua saya Prof. Dr. Bistok Saing, SpA(K), yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan

penulisan tesis ini.

5. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis dan

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti PPDS I BIKA Fakultas Kedokteran USU.

6. Direktur RSUP HAM Medan, RS Dr. Pirngadi Medan, RS Tembakau Deli Medan, yang telah memberi sarana bekerja selama pendidikan.

7. Kepala Sekolah SMU Sidorame Medan dan guru-guru serta siswa-siswi, yang telah memberikan izin dan kerjasama penelitian ini dilakukan.

Teristimewa untuk suami saya tercinta Dr. Eng. Ir. James Parlindungan

Panjaitan, M.Phil, M.Min, dan ketiga ananda tersayang Esther Novita Inochi Panjaitan, Kevin Elias Panjaitan, dan Ruben Almando Panjaitan, terima kasih atas doa, pengertian, dukungan dan pengorbanan yang kalian berikan selama

penulis menyelesaikan pendidikian ini.

Semoga Tuhan membalas budi baik Bapak, Ibu, Saudara semua dan akhir

kata penulis berharap semoga hasil penelitian yang dituangkan dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 19 September 2007

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan pembimbing ……… i

(7)
(8)

4. Kuesioner penelitian .……….. 42

5. Data penelitian (prehipertensi)……….. 44

6. Data penelitian (hipertensi) ……… 46

7. Tabel tekanan darah perempuan berdasarkan umur dan tinggi badan ……… 48

8. Tabel tekanan darah laki-laki berdasarkan umur dan tinggi badan ……… 49

RINGKASAN ……… 50

SUMMARY ……… 52

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Data karakteristik subyek penelitian ……… ………. 26

2. Rerata TDS, TDD sebelum perlakuan antara kelompok

musik dan kelompok tanpa musik ………. 27 3. Rerata TDS, TDD setelah perlakuan antara kelompok

musik dan kelompok tanpa musik ……… 28 4. Rerata TDS, TDD sebelum dan sesudah perlakuan antara

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

(11)

DAFTAR SINGKATAN

(12)

DAFTAR LAMBANG

> : Lebih besar dari

≥ : Lebih besar dari atau sama dengan

n : Besar sampel

n1 : Besar sampel kelompok yang diberi musik klasik n2 : Besar sampel kelompok yang tidak diberi musik klasik

p1 : Proporsi penurunan TD untuk kelompok perlakuan p2 : Proporsi penurunan TD untuk kelompok kontrol

: Tingkat kepercayaan

: Kekuatan studi Z : Deviat baku normal

p : Power % : Persentase

∆ : Delta

x : Rerata

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Tekanan darah (TD) tinggi, telah lama diketahui sebagai salah satu masalah

dalam bidang kesehatan. Berdasarkan survey sekat lintang yang dilakukan di Amerika Serikat, terjadi peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) dan diastolik

(TDD) pada anak dan remaja, dibanding dekade lalu.1 Kecenderungan ini perlu dikaji dan diwaspadai, oleh karena tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor risiko penting penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular, yang

mengakibatkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular.2,3 Walaupun penyakit kardiovaskular paling sering dialami orang

dewasa, namun secara patofisiologi dan epidemiologi telah terbukti bahwa hipertensi esensial pada orang dewasa dan prekusor penyakit kardiovaskular tersebut dapat berawal dari masa kanak-kanak dan remaja.4-6 Remaja yang

memiliki tekanan darah lebih besar dari persentil ke-90 berdasarkan umur dan jenis kelamin mempunyai risiko 3 kali lipat akan mengalami hipertensi pada masa

dewasa, dibanding remaja dengan tekanan darah pada persentil ke-50.7 Disamping itu setiap kenaikan 5 mmHg tekanan darah diastolik akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 20% dan risiko mengalami

stroke sebesar 35%.8 Pada anak dengan hipertensi, kerusakan target organ lebih sering dijumpai. Anak dengan hipertensi mengalami peningkatan massa ventrikel

(14)

Pencegahan hipertensi, umumnya dilakukan dengan mengubah gaya hidup seperti pengurangan berat badan pada anak yang obes, pengaturan diet makanan, olah raga teratur dan mengurangi stres. Rangkaian ini merupakan

tatalaksana non farmakologi.11 Penatalaksanaan non farmakologi ini tidak hanya dilakukan pada penderita hipertensi, tetapi juga pada anak-remaja dengan

tekanan darah normal-tinggi atau prehipertensi (TD persentil 90-95), anak-remaja dengan riwayat keluarga hipertensi, bahkan sebagai terapi pelengkap pada penderita hipertensi berat.4,12 Pengaturan diet makanan dan olahraga teratur

umumnya telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah, namun penggunaan musik klasik sebagai tatalaksana non farmakologik dalam hal menurunkan

tekanan darah masih dalam tahap perkembangan.12

Musik yang terdiri dari kombinasi ritme, irama, harmonik dan melodi sejak dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan orang sakit. Seiring

dengan perkembangan zaman ketertarikan para peneliti terhadap musik dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan juga mengalami perkembangan.13,14 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chafin (2004)

mendengarkan musik klasik dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga tubuh mengalami relaksasi, yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan

denyut jantung.15

Penggunaan musik sebagai media terapi di rumah sakit, juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan pada tahun-tahun terakhir ini.16 Hatem

(15)

kecemasan pada penderita yang akan dilakukan tindakan invasif.17-20 Bahkan beberapa hasil penelitian yang telah dipublikasi, pada orang dewasa, dilaporkan bahwa musik tidak memiliki efek samping dan efikasinya cukup baik digunakan

sebagai terapi adjuvant pada penderita hipertensi.21,22

Penelitian tentang musik klasik dan aspek-aspeknya secara umum pada

anak-remaja dan pengaruh musik klasik secara khusus terhadap penurunan tekanan darah terutama pada anak-remaja di Indonesia masih sangat sedikit dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk memberikan motivasi

dan pengetahuan yang lebih lengkap tentang pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan darah.

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

Apakah mendengarkan musik klasik dapat menurunkan tekanan darah?

1.3. Hipotesis nol

Tidak ada perbedaan dalam hal penurunan tekanan darah antara kelompok yang mendengarkan musik klasik dengan kelompok yang tidak mendengarkan musik.

1.4. Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah intervensi

(16)

1.5. Manfaat penelitian

(1) Untuk mengetahui apakah mendengarkan musik klasik dapat menurunkan tekanan darah.

(2) Sebagai bahan pertimbangan dalam konseling keluarga, untuk mencegah tekanan darah tinggi dan mencegah tekanan darah tinggi menjadi progresif.

(3) Sebagai studi awal dimana data yang diperoleh dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut, dalam mengetahui efikasi musik klasik sebagai terapi

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi pada anak - remaja

Definisi hipertensi pada anak dan remaja tidak dapat disebut dengan satu angka, oleh karena nilai tekanan darah normal bervariasi pada berbagai usia.23

Sebelumnya Gauthier (1982) membagi hipertensi menjadi hipertensi ringan, sedang dan berat dengan menambahkan 10 mmHg setiap tingkatnya di atas persentil ke-95 pada grafik persentil dari Task Force on The High Blood Pressure

Control in Children 1977. Khusus untuk remaja, Gauthier membagi hipertensi tersebut menjadi: hipertensi ringan 140/90–149/99 mmHg, hipertensi sedang

150/100–159/109 mmHg, hipertensi berat ≥ 160/110 mmHg. Jadi pada remaja, dikatakan menderita hipertensi bila Tekanan Darah Sistolik (TDS) ≥ 140 mmHg atau Tekanan Darah Diastolik ( TDD) ≥ 90 mmHg.24

The National High Blood Pressure Education Program Working Group on

High Blood Pressure in Children and Adolescents (NHBPEP) 2004 dalam

laporannya yang ke-empat mendefinisikan hipertensi, sebagai berikut:12 (1) Tekanan darah tinggi atau hipertensi,

Apabila rerata TDS dan atau TDD lebih tinggi atau sama dengan persentil

ke-95 terhadap umur, tinggi badan dan jenis kelamin pada ≥ 3 kali pengukuran.

(18)

Apabila rerata TDS dan atau TDD berada di antara persentil ke-90 dan ke-95 terhadap umur dan jenis kelamin.

(3) Remaja dengan tekanan darah ≥ 120/80 mmHg disebut prehipertensi.

(4) White Coat Hypertension

Apabila rerata TDS dan atau TDD di praktek, klinik > persentil ke-95, namun

diluar praktek atau klinik rerata TDS dan atau TDD normal.

Hipertensi yang terjadi sebagai akibat dari suatu proses penyakit, disebut sebagai hipertensi sekunder. Bila hipertensi terjadi tanpa diketahui penyebabnya

atau bukan merupakan akibat penyakit lain, disebut hipertensi primer atau esensial.25 Dari beberapa literatur, disebutkan bahwa penyebab yang paling

sering dari hipertensi pada remaja (usia 13-18 tahun) adalah hipertensi primer dan penyakit-penyakit parenkim ginjal.12,24 Hipertensi esensial lebih sering terjadi pada remaja dibanding pada anak dan sering disertai adanya riwayat

hipertensi dari keluarga.24,25 Remaja dengan hipertensi primer kebanyakan dialami tanpa adanya gejala (asimptomatik).26,27 Peningkatan tekanan darah biasanya ringan, dan sering terdeteksi hanya pada saat pemeriksaan rutin.24,26

Patogenesis hipertensi esensial masih belum banyak dimengerti dan dipahami. Diduga ada hubungan yang saling mendukung antara faktor genetik

dan faktor lingkungan dalam mempengaruhi tekanan darah pada anak dan remaja. Faktor–faktor lingkungan tersebut diidentifikasi seperti konsumsi garam yang tinggi, alkohol, merokok, stres psikogenik, sosial ekonomi dan faktor-faktor

(19)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja ras kulit hitam, pada waktu mengalami stres mengeluarkan endothelin-1 (suatu peptida vasokonstriksi) yang lebih banyak. Hal ini diduga sebagai penyebab lebih tingginya prevalensi

hipertensi esensial pada remaja kulit hitam dibanding remaja kulit putih.28,29 Light (1999) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa stres bertanggung jawab

terhadap terjadinya hipertensi dan penyakit kardiovaskular lainnya bila disertai riwayat keluarga penderita hipertensi dan sering terpapar dengan stressor.30

2.1.1. Akibat hipertensi pada anak-remaja

Hipertensi esensial yang terjadi pada anak-remaja dapat berlanjut sampai dia

dewasa.4,5 Hal ini merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit ginjal yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada saat dewasa.6,12 Studi longitudinal Fels yang meliputi

populasi mulai dari selatan Ohio yang mayoritas partisipannya non Hispanik kulit putih, sehingga hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada ras dan etnis lain mendapatkan anak dengan TDS > 130 mmHg dan atau TDD > 85 mmHg,

memiliki resiko 1-4 kali lipat menderita hipertensi pada waktu dewasa dan 1-5 kali lipat terjadi sindroma metabolik pada waktu dewasa.31 Srinivasan dkk dalam

penelitiannya mendapatkan bahwa pada penderita hipertensi, perubahan sindroma metabolik yang merupakan prekusor penyakit kardiovaskular dan stroke telah terjadi lebih awal dibanding pada penderita prehipertensi.6

(20)

Terjadinya hipertrofi ventrikel kiri, yang disebabkan hipertensi pada anak-remaja merupakan bukti klinis telah terjadi kerusakan organ, dan paling banyak ditemukan.9,10 Sehingga NHBPEP merekomendasikan untuk melakukan

pemeriksaan ekokardiografi pada anak-remaja yang didiagnosa menderita hipertensi.12

2.1.2. Evaluasi diagnostik hipertensi

Hipertensi pada anak-remaja ditemukan kebanyakan tanpa adanya gejala,27 tetapi berhubungan dengan terjadinya kerusakan target organ dan morbiditas

yang tinggi, maka pemeriksaan tekanan darah yang akurat dan evaluasi diagnostik merupakan hal yang sangat penting dilakukan.32 The Second Task

Force on Blood Pressure Control in Children merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah pada anak usia > 3 tahun pada pemeriksaan rutin. Pengukuran tekanan darah sebaiknya menggunakan

sphygmomanometer air raksa secara auskultasi dengan menggunakan manset yang dapat menutupi dua per tiga panjang lengan atas dan panjang manset harus dapat mengelilingi besar lengan atas.4,25

Teknik untuk menentukan ukuran manset yang sesuai adalah dengan memilih ukuran lebar manset yang mendekati 40% dari keliling pertengahan

lengan atas antara olecranon dengan acromion.4,7 Manset yang sesuai harus tersedia termasuk manset dewasa yang besar dan manset paha untuk siswa yang gemuk.26 Manset yang terlalu besar akan menghasilkan tekanan darah

(21)

dalam posisi duduk dengan nyaman, lengan kanannya diletakkan di atas meja atau permukaan yang rata sehingga posisi fossa cubiti sejajar dengan jantung. Skala air raksa harus sejajar dengan mata pemeriksa untuk mencegah

kesalahan paralaks. Bagian lengan di bawah manset (kira-kira 2 cm di atas fossa cubiti) disediakan untuk tempat stetoskop.4,7,26

Manset dipompa sampai 20mmHg di atas hilangnya denyut arteri radialis atau arteri brachialis dan air raksa diturunkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik.4,12,25 Suara pertama yang terdengar setelah tekanan manset

diturunkan adalah suara arteri yang tiba-tiba terbuka dari kolapsnya disebut Korotkoff I (K1) dan suara ini sesuai dengan TDS.4,12 Hilangnya suara disebut

Korotkoff V (K5) adalah sesuai dengan TDD.12

Penggunaan alat oscillometric dalam mengukur tekanan darah yang sering digunakan di praktek kurang akurat,32 sehingga bila pengukuran tekanan

darah dengan oscillometric dijumpai pada persentil ke-90 maka pengukuran harus diulang secara auskultasi.12

Remaja dengan TDS dan TDD di atas persentil ke-90 menurut umur,

dan remaja dengan hipertensi bermakna perlu dilakukan pemeriksaan berkala. Untuk tiap anak dan remaja evaluasi diagnostik yang dikerjakan harus

disesuaikan dengan gambaran klinis individu. Umur, jenis kelamin, ras, berat badan, dan tinggi badan, nilai tekanan darah pada lengan dan paha harus diukur dan dicatat.25

(22)

mengarah ke hipertensi, riwayat pertumbuhan, keluhan/gangguan ginjal dan urologi yang sekarang dan sebelumnya, pemakaian obat-obatan dan kontrasepsi, gejala-gejala dari gangguan endokrin (seperti penurunan berat

badan, berkeringat, flushing, konstipasi, keram ataupun kelemahan otot), dan riwayat hipertensi pada keluarga.23, 25

Pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan secara teliti dan sistematis oleh karena ada beberapa kelainan yang dapat ditemukan dan merupakan tanda-tanda dari penyebab hipertensi atau lamanya hipertensi berlangsung.25 Edema

muka atau pretibia, pucat, muka kemerahan, banyak keringat, takikardia, obesitas, moon face, hirsutisme, pertumbuhan terlambat, pembesaran tiroid,

eksoftalmus, tensi tungkai lebih rendah dibanding tensi femoralis, tibialis, atau dorsum pedis yang melemah, pembesaran jantung, Bell,s palsy, kelainan fundus adalah tanda-tanda hipertensi yang perlu diperhatikan.25,33

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari etiologi. Urinalisa, biakan urin, kimia darah, klirens ureum + kreatinin, USG ginjal dan saluran kemih untuk mendeteksi penyakit ginjal, sedangkan bila dicurigai penyebabnya

gangguan endokrin perlu dilakukan pemeriksaan katekolamin urin. Sedangkan akibat hipertensi pada target organ dapat dievaluasi dengan melakukan

pemeriksan EKG, ekokardiografi maupun funduskopi.24,25

(23)

2.1.3. Tatalaksana hipertensi

Tujuan penatalaksanaan hipertensi pada remaja adalah untuk menurunkan tekanan darah di bawah persentil ke-95 dan mencegah terjadinya komplikasi

hipertensi. Penatalaksanaan ini termasuk non farmakologik dan farmakologik.33,34 Penatalaksanaan secara non farmakologik adalah mengubah gaya hidup

termasuk diantaranya mencegah dan mengatasi obesitas, peningkatan aktifitas fisik dan olah raga secara teratur, mengurangi stres, modifikasi diet makanan termasuk mengurangi intake sodium atau garam, dan menghentikan kebiasaan

merokok.4,11,25,35 Tatalaksana non farmakologik ini tidak hanya dilakukan pada penderita hipertensi, tetapi juga pada anak-remaja dengan tekanan darah

normal-tinggi (TD persentil 90-95), anak-remaja dengan riwayat keluarga hipertensi.4,12

Pada remaja dengan obesitas terdapat penurunan tekanan darah yang

signifikan setelah menjalani program penurunan berat badan, terlebih lagi bila digabung dengan peningkatan aktifitas fisik maupun olahraga secara teratur.2,4,14 Mengurangi jumlah garam dalam makanan sehari-hari juga dapat membantu

menurunkan tekanan darah.4,12,35 Jumlah garam yang dianjurkan adalah 0.5-1mEq/kgBB/hari atau kira-kira 2 gram NaCl/hari untuk remaja dengan berat

badan 20-40 kg.11,23

Pengobatan farmakologik harus diberikan kepada remaja yang menderita hipertensi berat, atau yang tidak respon dengan pengobatan non farmakologik.

(24)

inhibitor, dan calcium channel antagonist telah dianjurkan sebagai awal monoterapi.12,24,25

Jika awal monoterapi dalam 2 minggu gagal menurunkan tekanan darah,

maka dapat ditambahkan diuretik. Jika responnya masih kurang memuaskan, langkah ketiga adalah mengganti diuretika dengan suatu vasodilator. Langkah

terakhir adalah menggunakan vasodilator minoxidil sebagai pengganti vasodilator sebelumnya, dan menggantikan ACE inhibitor atau calcium-channel

antagonist dengan obat yang bereaksi secara sentral.36

Step-down therapy, dilakukan bila tekanan darah sudah terkontrol. Bila tekanan darah terkontrol dalam batas normal untuk 6 bulan sampai 1 tahun

dengan kontrol tekanan darah setiap interval 6-8 minggu, ubah menjadi monoterapi, setelah terkontrol selama kira-kira 6 minggu, monoterapi diturunkan setiap minggu dan bila memungkinkan berangsur-angsur dihentikan. Pengobatan

non farmakologik untuk pengontrolan tekanan darah serta pentingnya memonitor tekanan darah secara terus menerus perlu dijelaskan. Terapi farmakologik dapat dibutuhkan setiap waktu.24

2.2. Sejarah dan perkembangan terapi musik

Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah hal yang baru. Setiap daerah dan budaya di dunia memiliki musik yang khusus diperdengarkan atau dimainkan pada saat peristiwa-peristiwa bersejarah dalam

(25)

khusus mengiringi upacara-upacara tertentu seperti pernikahan dan kematian. Musik juga menjadi pendukung utama untuk melengkapi dan menyempurnakan beragam bentuk kesenian dalam berbagai budaya.37

Musik yang merupakan kombinasi dari ritme, harmonik dan melodi sejak dahulu diyakini mempunyai pengaruh terhadap pengobatan.13 Terapi musik

adalah keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik, mental, emosional dan spiritual.38,39 Terapi musik merupakan suatu proses

multidisipliner yang harus dikuasai oleh seorang terapis, namun elemen dasarnya adalah musik itu sendiri.13,38 Seorang terapis harus menguasai teori,

melakukan observasi, mengetahui teknik evaluasi dan pengukuran, mengetahui metode riset dan materi musik. Di samping itu seorang terapis diwajibkan menguasai setidaknya satu alat musik pokok dan satu pilihan lainnya.37

Gagasan untuk menggunakan musik sebagai alat penyembuhan dan perubahan perilaku sudah dimulai sejak zaman Phytagoras dan Plato.38,39 Phytagoras sudah memahami apa yang diketahui para ilmuwan saat ini bahwa

musik bisa mengubah perilaku. Phytagoras menganggap jagat raya sebagai sebuah alat musik. Dia percaya adanya getaran kosmis yang bisa memasuki

manusia melalui pikiran. Orang yang selaras dengan getaran kosmis tersebut adalah orang yang sehat.38

Sejak dahulu kala penggunaan musik untuk menyembuhkan penyakit

(26)

merupakan kekuatan kuratif dan preventif.13 Musik tradisi Shamanistik yang menggunakan alat pukul dan bunyi-bunyian perkusi, lagu dan himne untuk menghantar diri seseorang pada kondisi diluar kesadaran (trance), sehingga

dimungkinkan untuk mengakses kekuatan dan spirit atau roh penyembuhan menjadi inspirasi bagi terapis musik dalam menciptakan dan mengembangkan

teknik terapi dan interaksi.37

Seiring dengan berubahnya zaman, ketertarikan akan penggunaan musik dan pengaruhnya terhadap kesehatan mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Terapi musik telah digunakan untuk menolong para veteran dan korban Perang Dunia I dan II. Dengan penggunaan terapi musik ini, para veteran dan

korban dilaporkan lebih cepat dipulihkan dan sembuh.37,39

2.2.1. Aplikasi terapi musik dalam dunia kesehatan

Musik selain memiliki aspek estetika, juga memiliki aspek terapetik, yang banyak digunakan untuk membantu menenangkan, menyembuhan, dan memulihkan kondisi fisiologis pasien maupun tenaga medis. Terlepas dari berbagai pendapat

pro dan kontra mengenai kebenaran penggunaan musik sebagai salah satu bentuk terapi, studi-studi tentang musik sebagai salah satu bentuk terapi sudah

banyak dilakukan dan hasilnya cukup signifikan.

Musik berperan secara signifikan dalam perkembangan sucking rate pada bayi-bayi prematur, terbukti ditemukan peningkatan sucking rate 2,46 kali lebih

(27)

dimana terjadi penurunan frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernafasan paska operasi setelah diperdengarkan musik dibanding penderita yang tidak.13 Pada remaja yang diteliti diketahui bahwa musik klasik dapat memfasilitasi

respons kardiovaskular terhadap stressor. Hal ini diindikasikan dari penurunan TDS.15

Disamping itu irama musik juga berperan mengurangi rasa cemas dan khawatir pada pasien yang akan menjalani tindakan invasif seperti pemeriksaan bronkoskopi, operasi minor dengan anastesi lokal, operasi mata dan biopsi

jaringan.17-20 Penelitian yang bersifat acak tersamar ganda yang dilakukan Schein dkk (2001) melaporkan bahwa musik dapat mengurangi tekanan darah.

Sebanyak 32 orang penderita hipertensi dewasa, yang diperdengarkan musik selama 10 menit setiap hari selama 2 bulan dengan menggunakan alat Breathe

with Interactive Music (BIM), ternyata mampu menurunkan TDS, TDD maupun rerata tekanan darah secara signifikan dibanding kelompok kontrol. Setelah enam bulan perlakuan dihentikan, didapati penurunan TDD kelompok perlakuan tetap lebih besar dari treshold dan juga lebih besar dari kelompok kontrol.21

2.2.2. Mekanisme kerja musikdalam kesehatan

Bagaimana sebenarnya mekanisme kerja musik dapat mengurangi rasa sakit, stres, kecemasan maupun menurunkan tekanan darah masih dalam kajian dan kontroversi. Dalam mengurangi rasa sakit, muncul beberapa teori yang

(28)

terjadi penurunan rasa sakit dan akan menyebabkan berkurangnya penggunaan analgetik (terapetik).13

Dalam hal penurunan tekanan darah dan stres diduga bahwa konsentrasi

katekolamin plasma mempengaruhi aktivasi simpatoadrenergik, dan juga menyebabkan terjadinya pelepasan stress-released hormones.. Pemberian

musik dengan irama lambat akan mengurangi pelepasan katekolamin kedalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma menjadi rendah.40 Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut jantung

berkurang dan tekanan darah menjadi turun.13

2.3. Kerangka konseptual penelitian

Hipertensi adalah rerata TDS dan atau TDD lebih tinggi atau sama dengan persentil ke-95 terhadap umur, tinggi badan dan jenis kelamin pada ≥ 3 kali

pengukuran. Hipertensi esensial atau hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya lebih sering terjadi pada remaja usia 13-18 tahun dibanding pada anak dan sering disertai adanya riwayat hipertensi dari keluarga. Patogenesis

hipertensi esensial masih belum banyak dimengerti dan dipahami. Diduga ada hubungan yang saling mendukung antara faktor genetik dan factor lingkungan

dalam mempengaruhi tekanan darah pada anak dan remaja. Faktor- faktor lingkungan tersebut diidentifikasi seperti konsumsi garam yang tinggi, alcohol, merokok, stress psikogenik, sosial ekonomi dan factor dan faktor-faktor

(29)

Faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya hipertensi dapat diintervensi sehingga resiko terjadinya penyakit kardiovaskular pada saat dewasa dapat diturunkan dan morbiditas dan mortalitas oleh karena penyakit

kardiovaskular dapat dikurangi. Misalnya olahraga teratur, diet sehat, tidak merokok, tidak minum alcohol, mengurangi konsumsi garam, dan mengurangi

stress.

Mengurangi stress dapat dilakukan dengan mendengarkan musik. Jenis musik dan durasi mendengarkan musik akan merangsang saraf

simpatoadrenergik, sehingga akan mempengaruhi stress-released hormones yang menyebabkan terjadi relaksasi, sehingga denyut jantung berkurang dan

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang dilakukan secara eksperimental

dengan jenis penelitian pre test - post test Control Group Design.

3.2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei hingga Juli 2006 yang bertempat di Sekolah Menengah Umum (SMU) Sidorame Kota Medan. Penetapan Sekolah

Menengah Umum Sidorame Kota Medan sebagai lokasi penelitian dikarenakan dari banyaknya SMU yang disurvei dengan menanyakan secara langsung (direct

survey) kesediaan menjadi subyek penelitian kepada kepala sekolah maka SMU Sidorame ini yang memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini telah disetujui oleh komite etik Fakultas Kedokteran USU.

3.3. Populasi penelitian dan sampel

Populasi penelitian adalah anak-remaja berusia 15 tahun sampai dengan 17 tahun yang secara resmi terdaftar sebagai siswa di SMU Sidorame Kota Medan. Berdasarkan teknik consecutive sampling 41 dari populasi penelitian tersebut

(31)

3.4. Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi adalah:

- Siswa usia 15 – 17 tahun dengan TD ≥ 120/80 mmHg dan atau TD ≥ persentil ke 90 Task Force Standard

- Bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi inform concern Kriteria eksklusi adalah:

- Siswa yang sakit atau absen.

3.5. Besar sampel

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperkirakan berdasarkan

rumus:41

(Zα√ 2PQ + Zβ√ p1q1 + p2q2 )2

n1=n2 =

( p2 – p1)2

n1= besar sampel yang diberi musik, disebut kelompok perlakuan n2 = besar sampel yang tidak diberi musik, disebut kelompok kontrol

p1= proporsi penurunan TD untuk kelompok perlakuan = 50% p2= proporsi penurunan TD untuk kelompok kontrol = 20% P = proporsi = ½ (p1+p2)

Q= 1 – P

Kesalahan tipe I ( ) = 0,05 Tingkat kepercayaan 95% Z = 1,960

(32)

P= ½ ( 0,50 + 0,20 ) = 0,35 Q = 1 – 0,35 = 0,65

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh besar

sampel adalah 42 siswa pada setiap kelompok.

3.6. Cara kerja

Sebelum musik klasik diperdengarkan maka terlebih dahulu setiap siswa diwajibkan untuk mengisi kuesioner yang dipandu oleh petugas dan hasilnya

merupakan data sekunder. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik secara umum.

Pengukuran berat badan tanpa menggunakan alas kaki dilakukan dengan

menggunakan timbangan berat badan berdiri merek MIC@ yang mampu mengukur berat badan maksimum 150 kg, dengan batas ketelitian pengukuran 0,5 kg.

Tinggi badan diukur dengan meteran tinggi badan merek MIC@ yang mampu mengukur tinggi badan maksimum 200 cm, dengan batas ketelitian pengukuran 0,5 cm. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan cara siswa

berdiri dengan kedua tumit bertemu dan bagian belakang kepala menyentuh dinding.

Sedangkan pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara auskultasi menggunakan alat sphygmomanometer merek Nova@ yang mampu mengukur tekanan darah 300 mmHg, dengan batas ketelitian 2 mmHg dan stetoskop

(33)

dilatih dalam menggunakan alat sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah dilakukan sesuai dengan standar pengukuran tekanan darah yang direkomendasikan oleh Task Force Standard dimana siswa sebelum pengukuran

harus beristirahat selama 5 menit. Dan sebelum pengukuran tekanan darah dilakukan, terlebih dahulu kepada para siswa tersebut diterangkan mengenai alat

ukur yang dipakai dan bagaimana rasanya ketika dilakukan pengukuran sehingga diharapkan para siswa terhindar dari rasa kecemasan.

Pada saat pengukuran, siswa diharuskan duduk dengan nyaman, lengan

kanan terbuka dan terletak di atas permukaan meja yang rata, fossa cubiti kira-kira sejajar dengan posisi jantung, dan pusat skala manometer air raksa

ditempatkan sejajar dengan mata pemeriksa untuk mencegah terjadinya kesalahan paralaksis. Manset yang sesuai dengan lengan atas sebelah kanan siswa dipompa sampai kira-kira 20 mmHg di atas titik dimana denyut arteri

radialis menghilang dan tekanan manset dikurangi dengan kecepatan kira-kira 2-3 mmHg/detik, sementara pemeriksaan auskultasi dilakukan di atas arteri brakial. Bel stetoskop diletakkan di atas denyut arteri brakial, proksimal dan medial fossa

cubiti di bawah pinggir bawah manset (kira–kira 2 cm di atas fossa cubiti). Bel stetoskop bebas dari pinggir manset. Tekanan darah diukur sebanyak 3 kali,

dicatat dan diambil reratanya. Rerata dari setiap pengukuran TDS dan TDD akan digunakan sebagai tekanan darah siswa tersebut.4,12,25

Siswa yang memenuhi kriteria inklusi diharuskan untuk mengisi inform

(34)

bilangan acak (random number) untuk menentukan sampel siswa yang akan dimasukkan ke dalam kelompok musik (kelompok perlakuan ) dan kelompok yang tanpa musik (kelompok kontrol).41 Bilangan acak yang diinginkan dari

program komputer adalah bilangan acak 0 sampai 9. Apabila program komputer mengeluarkan bilangan acak 0 sampai 4 maka dimasukkan ke dalam kelompok

musik dan apabila keluar bilangan acak 5 sampai 9 maka dimasukkan ke dalam kelompok tanpa musik. Demikian seterusnya bilangan acak diperoleh dan didapatkan sampel kelompok musik sebanyak 44 siswa dan sampel kelompok

tanpa musik sebanyak 44 siswa.

Di dalam satu ruangan yang nyaman di sekolah, setiap siswa pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diberikan seperangkat alat musik berupa kaset perekam stereo (stereo cassette recorder) beserta kasetnya dan

earphone merek Sony. Pada setiap siswa kelompok musik diperdengarkan musik The Four Seasons karya Vivaldi selama 30 menit dengan menggunakan volume rendah sampai sedang (kira-kira 60 - 70 ketuk/menit ).15 Sedangkan setiap siswa kelompok tanpa musik yang berfungsi sebagai kontrol juga disuruh

memakai perangkat alat musik beserta kaset player, dimana kaset tersebut diputar sama seperti kelompok musik selama 30 menit tetapi tidak

mengeluarkan irama musik sama sekali (blank cassette = no music). Kemudian setelah selesai perlakuan yaitu mendengarkan musik dan tanpa musik maka pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 3 kali dan

(35)

3.7. Definisi operasional

(1) Tekanan Darah Sistolik (TDS)

Pada saat terdengar suara pembuluh darah yang tiba-tiba mengembang setelah kolaps, atau saat suara pertama kali mulai terdengar di stetoskop

( Korotkoff I).

(2) Tekanan Darah Diastolik (TDD)

Pada saat hilangnya suara ( Korotkoff V).

(3) Tekanan darah normal

Rerata TDS dan atau TDD dari persentil ke 5 sampai persentil ke 90 untuk

kelompok anak yang sejenis dan seumur, berdasarkan The Fourth Report National High Blood Pressure in Children and Adolescent 2004.

(4) Tekanan darah normal tinggi / prehipertensi

Rerata TDS dan atau TDD yang lebih besar atau sama dengan persentil ke 90 untuk kelompok anak yang sejenis dan seumur, berdasarkan The Fourth

Report National High Blood Pressure in Children and Adolescent 2004. Prehipertensi pada remaja didefinisikan bila tekanan darah ≥ 120/80 mmHg. (5) Tekanan darah tinggi

Rerata TDS dan, atau TDD yang lebih besar atau sama dengan persentil ke 95 untuk kelompok anak yang sejenis dan seumur, sedikitnya dalam 3 kali kesempatan pemeriksaan, berdasarkan The Fourth Report National High

(36)

(6) Usia

Usia dihitung menurut tahun penuh. siswa SMU berusia 15 tahun adalah yang pada saat pemeriksaan berada pada usia 15 tahun hingga saat ulang

tahunnya yang ke 16, demikian seterusnya. (7) Tinggi badan

Tinggi badan siswa yang diukur tanpa alas kaki dengan meteran tinggi badan merek MIC dalam satuan sentimeter (cm), yang mampu mengukur maksimal 200 cm dengan ketepatan 0,5 cm.

(8) Berat badan

Berat badan siswa yang diukur tanpa alas kaki dengan timbangan berat

badan merek MIC dalam satuan kilogram (kg), yang mampu mengukur berat badan maksimal 150 kg dengan ketepatan 0,5 kg.

(9) Musik Klasik

(37)

3.8. Alur penelitian

TD

MUSIK (-)

TDD TDS

TD MUSIK (-)

BB TB BMI Siswa SMU

Gambar 2. Alur penelitian pengaruh musik terhadap tekanan darah

3.9. Analisis data

Data diolah secara statistik dengan menggunakan software SPSS untuk

WINDOWS 13 (SPSS Inc, Chicago). Uji statistik t berpasangan dan uji Wilcoxon digunakan untuk menilai perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Batas kemaknaan sebesar 5%, dikatakan

(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

Dari 400 siswa yang terdaftar resmi di SMU Sidorame sesudah dilakukan pengukuran tekanan darah terdapat 88 siswa dengan TD ≥ 120/80 mmHg dan

atau TD>P90 Task Force Std. Enampuluh siswa dengan tekanan darah normal tinggi dan duapuluh delapan siswa dengan tekanan darah tinggi (hipertensi). Secara acak dengan komputerisasi, siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok yang diberi musik klasik sebanyak 44 siswa dan kelompok yang tidak diberi musik klasik sebanyak 44 siswa. Selama penelitian berlangsung tidak ada

(39)

400 siswa

88 siswa

TD ≥ 120/80 mmHg TD >P90Task Force Std

44 siswa 44 siswa

Diberi musik klasik

Tidak diberi musik klasik

Gambar 3 Proses pengelompokan subyek penelitian

Karakteristik subyek penelitian disajikan dalam Tabel 1. Pada kelompok

siswa yang diberi musik jenis kelamin laki-laki adalah 16 siswa (48,5%), sedangkan jenis kelamin perempuan adalah 28 siswa (50,9%). Kemudian pada kelompok tidak diberi musik (kelompok kontrol) jenis kelamin laki-laki 17 siswa

(51,5%) dan jenis kelamin perempuan 27 siswa (49,1%). Kedua kelompok dianalisa berdasarkan distribusi umur, dan jenis kelamin dan diamati

keseragamannya (uniformity). Pada kedua kelompok jenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada jenis kelamin laki-laki tetapi secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin pada kedua kelompok.

(40)

Untuk mengetahui perbedaan umur antara kedua kelompok yang ikut dalam studi ini dilakukan uji Mann Whitney. Uji Chi-Square dan uji t-independent digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara jenis kelamin, BMI

secara berurutan dari kedua kelompok. Tidak ada perbedaan dalam hal umur, jenis kelamin dan BMI pada kedua kelompok. (Tabel 1).

Table 1. Karakteristik subjek penelitian

Uji t berpasangan dan Uji Wilcoxon dilakukan untuk menilai rerata TDS

dan TDD sebelum diberikan perlakuan pada krdua kelompok. Sebelum perlakuan rerata TDS dan TDD pada kelompok tidak diberi musik sebesar

121,14 mmHg dan 79,68 mmHg, sedangkan rerata TDS dan TDD pada kelompok diberi musik sebesar 124,27 mmHg dan 81,05 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa rerata TDS dan TDD kelompok musik lebih tinggi dibanding

(41)

Tabel 2 Rerata TDS dan TDD sebelum perlakuan antara kelompok musik dan kelompok tanpa musik

Musik Tanpa musik

Tekanan darah n= 44 n= 44 p

M ; SD M ; SD

TDS (mmHg) 124.27 ; 11.22 121.14 ; 8.75 0.06 d)

TDD (mmHg) 81.05 ; 5.33 79.68 ; 4.56 0.07 e)

M = rerata, SD = standar deviasi d) Uji t berpasangan e) Uji Wilcoxon

Uji t berpasangan dan uji Wilcoxon digunakan untuk menilai rerata TDS

dan TDD setelah perlakuan antara kelompok tanpa musik dan kelompok musik. Kemudian setelah perlakuan didapati bahwa rerata TDS dan TDD kelompok

tidak diberi musik sebesar 116,77 mmHg dan 77,45 mmHg, sedangkan rerata TDS dan TDD pada kelompok diberi musik sebesar 114,86 mmHg dan 75,00 mmHg. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan TDS kelompok diberi

musik dan tidak diberi musik, namun secara statistik tidak bermakna (p=0,072). Demikian juga halnya terjadi penurunan TDD pada kelompok diberi musik dan

(42)

Tabel 3. Rerata TDS,TDD sesudah perlakuan antara kelompok musik dan kelompok tanpa musik

Musik Tanpa musik

Tekanan darah n= 44 n= 44 p

M ; SD M ; SD

TDS (mmHg) 114.86 ; 8.28 116.77 ; 7.06 0.07 d)

TDD (mmHg) 75.00 ; 5.43 77.45 ; 5.11 0.00 e)

M= rerata, SD = standar deviasi d) Uji t berpasangan e) Uji Wilcoxon

Demikian juga digunakan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan rerata TDS dan TDD sebelum dan sesudah perlakuan

antara kedua kelompok. Rerata TDS dan TDD sebelum dan sesudah perlakuan baik antara kelompok yang tidak diberi musik dan yang diberi musik terjadi penurunan, dan secara statistik bermakna (p= 0,0001) (Tabel 4). Rerata

penurunan TDS dan TDD bagi siswa yang diberi musik sebesar 9,41 mmHg dan 6,05 mmHg, sedangkan rerata penurunan TDS dan TDD bagi siswa yang tidak

(43)

Tabel 4. Rerata TDS, TDD sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok

M= rerata, SD= standar deviasi, ∆ = perubahan tekanan darah

4.2. Pembahasan

Beberapa studi meta-analisis dengan randomized controled trial (RCTs) yang dilakukan pada pasien-pasien di rumah sakit, mendapatkan tidak ada pengaruh

pemberian musik terhadap penurunan tekanan darah.16

Dalam penelitian ini hipotesis yang ingin diuji adalah tidak ada perbedaan dalam hal penurunan tekanan darah antara kelompok yang mendengarkan

musik klasik dengan kelompok yang tidak mendengarkan musik. Namun dari hasil penelitian ini didapati penurunan tekanan darah baik pada kelompok

didengarkan musik klasik maupun kelompok tidak didengarkan musik, dimana pada kelompok yang didengarkan musik penurunan tekanan darah lebih besar dibanding pada kelompok yang tidak didengarkan musik, sehingga pada

penelitian ini hipotesis nol ditolak. (Tabel 4).

Walaupun tekanan darah tinggi merupakan manifestasi klinis dari

(44)

jarang dijumpai penyebabnya. Oleh karena itu remaja dengan tekanan darah tinggi umumnya penderita hipertensi esensial.2,12 Pada studi ini, subjek yang dipilih adalah siswa berusia 15 sampai 17 tahun (remaja) dan tidak dilakukan

pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui penyebab hipertensi pada siswa-siswa tersebut. Untuk mengukur tekanan darah siswa-siswa, digunakan alat

sphygmomanometer air raksa dengan stetoskop dan hasilnya dikonfirmasikan dengan tabel tekanan darah yang telah direkomendasikan The Task Force

Report of Blood Pressure in Children and Adolescent (2004). Tetapi Chafin (2004) dalam penelitiannya, menggunakan alat pengukur tekanan darah elektrik pada remaja untuk mengevaluasi pengaruh musik terhadap tekanan darah.15

Pada studi ini dipilih musik klasik The Four Seasons karya Vivaldi yang diperdengarkan selama 30 menit. Jenis musik dan waktu yang digunakan pada studi ini sama dengan jenis musik pada penelitian sebelumnya.13,15 Berapa lama

waktu yang diperlukan dalam mendengarkan musik sampai menimbulkan pengaruh belum diketahui, tetapi beberapa studi menyarankan 25 sampai 90 menit mendegarkan musik cukup menimbulkan pengaruh fisiologis terhadap

tubuh.15 Pemilihan musik The Four Seasons pada studi ini disebabkan oleh karena musik ini memiliki efek terapi, khusus untuk remaja dan mahasiswa.

Disamping itu, musik klasik diyakini memiliki dampak terapi yang paling besar dan berpotensi untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan diri oleh hampir semua ahli terapi musik dan ilmuwan otak yang pernah meneliti pengaruh

(45)

Pemakaian kaset kosong (blank cassette) pada kelompok siswa dalam penelitian ini tidak berpengaruh pada hasil yang didapat. Hal ini dibuktikan dari tidak adanya siswa yang menolak untuk tidak ikut dalam penelitian ini sampai

selesai. Kondisi ini berbeda dengan yang dilaporkan Hatem (2006) bahwa ada anak yang menolak ikut dalam penelitiannya karena penggunaan kaset kosong

(blank cassette) dan jenis musik yang digunakan. Hal ini disebabkan anak telah memiliki cita rasa dan apresiasi yang tinggi terhadap musik.13

Pada studi ini didapatkan hasil penurunan tekanan darah yang lebih besar pada

kelompok yang didengarkan musik klasik dibanding kelompok yang tidak didengarkan musik (∆TDS, ∆TDD: 9,41mmHg, 6,05 mmHg vs 4,37 mmHg, 2,23

mmHg, berurutan) dan secara statistik bermakna. Secara umum penurunan tekanan darah pada kedua kelompok juga menunjukkan penurunan persentil pada tabel Task Force Standard. Data ini menunjukkan duduk tenang sambil

mendengarkan musik klasik lebih memberikan manfaat dalam hal menurunkan tekanan darah dibanding dengan hanya duduk diam saja. Bagaimana

mekanisme musik dapat menurunkan tekanan darah, masih kontroversial. Musik dapat membuat pernafasan menjadi lambat dan teratur, sehingga akan mempengaruhi kontrol refleks kardiovaskular dan mengatur tekanan darah.21,22

Beberapa penelitian mendapatkan musik akan membuat tubuh lebih rileks, yang secara fisiologis manifestasinya dapat dilihat dari perubahan denyut jantung,

(46)

Tetapi kami percaya stres yang berkepanjangan pada siswa-siswa tersebutlah yang menyebabkan tingginya tekanan darah mereka. Pada kelompok siswa yang tidak didengarkan musik, terjadi juga penurunan tekanan darah yang disebabkan

oleh karena kondisi dan suasana ruangan yang nyaman sehingga siswa lebih rileks. Sebagai tambahan, dari data sekunder didapati delapanpuluh lima persen

subjek menyukai musik, walaupun hasilnya tidak dianalisa tetapi nampaknya hal ini memberikan kontribusi pada hasil studi ini

Besar sampel yang diambil pada penelitian ini hanya dari satu SMU,

dengan demikian hasil yang diperoleh tidak bisa digeneralisasikan dan hanya berlaku pada populasi ini. Kelemahan yang utama dalam studi ini adalah apakah

penurunan tekanan darah yang disebabkan mendengarkan musik the four seasons karya Vivaldi ini dapat digeneralisasikan terhadap semua jenis musik klasik? Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan besar sampel

yang lebih banyak, waktu yang lebih lama (longitudinal studi), dan membandingkan pengaruh berbagai jenis musik terhadap penurunan tekanan darah, misalnya musik jazz, country bahkan kalau memungkinkan berbagai

(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah dijumpai penurunan tekanan darah pada siswa yang didengarkan musik klasik dan kelompok siswa yang tidak didengarkan musik klasik. Penurunan tekanan darah pada kelompok

siswa yang didengarkan musik klasik lebih besar dibanding penurunan tekanan darah pada kelompok siswa yang tidak didengarkan musik.

5.2. Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh musik dalam menurunkan tekanan darah, dengan: (1) menggunakan sampel yang lebih banyak, (2) analisis

komponen lainnya seperti frekuensi pernafasan, denyut jantung, tingkat kecemasan siswa, (3) jangka waktu pengamatan yang lebih lama dan (4) penggunaan jenis-jenis musik tradisionil dari berbagai daerah di Indonesia guna

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Muntner P, He J, Cutler JA, Wildman RP, Whelten PK. Trends in blood pressure among children and adolescents. JAMA 2004;291: 2107-13.

2. O, Quin M, Sharma BB, Miller KA, Tomsovic JP. Adolescent blood pressure survey: Tulsa, Oklahoma, 1987 to 1989. South Med J1992;5: 487-90.

3. Putra ST. Kardiologi anak pencegahan. Sari Pediatri 2004; 6:114-24.

4. Up Date on the 1987 Task Force Report on High Blood Pressure in Children and Adolescent: a working group report from the National High Blood

Pressure. Education Program. Pediatrics 1996;98:649-58.

5. Dekkers JC, Sneider H, Van den Oord EJCG, Treiber FA. Moderators of

blood pressure development from childhood to adulthood: A 10-year longitudinall study. J Pediatr 2002;141:770-9.

6. Srivinasan SR, Myers L, Berenson GS. Changes in metabolic syndrome

variables since childhood in prehypertensive and hypertensive subjects. The Bogalusa heart study. Hypertension 2006; 48:33-9.

7. Pruitt AW. Systemic hypertension. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM,

Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004.h.1592-8.

8. Kay JD, Sinaiko AR, Daniels SR. Pediatric hypertension. Am Heart J 2001;142:442-32.

9. Sorof MJ, Alexandrov AV, Cardwell G, Portman RJ. Carotid artery

(49)

10. Hanevold C, Weller J, Daniels S, Portman R, Sorof J. The effects of obesity, gender, and ethnic group on left ventricular hypertrophy and geometry in hypertensive children: a collaborative study of the international pediatric

hypertension association. Pediatrics 2004;113:328-33.

11. Sobel BJ, Bakris GL. Penatalaksanaan pada pasien hipertensi. Dalam

Hipertensi pedoman klinis diagnosis & terapi. Jakarta: Hipokrates; 1999: 34-54.

12. National high blood pressure education program working group on high blood

pressure in children and adolescents: The fourth report on the diagnosis, evaluation, and treatment of high blood pressure in children and adolescent.

Pediatrics 2004;114:555-76.

13. Hatem TP, Lira PI, Mattos SS. The therapeutic effects of music in children following cardiac surgery. J Pediatr (Rio J) 2006;82:186-92.

14. Burns J, Labbe E, Williams K, McCall J. Perceived and physiological indicators of relaxation: as different as Mozart and Alice in chains. Appl Psychophysiol Biofeed 1999; 24:197-202.

15. Chafin S, Roy M, Gerin W, Christenfeld N. Music can facilitate blood pressure recovery from stress. Br J Health Psychol 2004;9:393-404.

16. Evans D. Music as in Intervention in Hospitals. Best practice evidence based practice information sheets for health professionals 2001; 5 issue 4:1-6.

17. Triller N, Erzen D, Duh Š, Primozic M.P, Kosnik M. Music during

(50)

18. Mok E, Wong KY. Effects of music on patient anxiety. AORN J 2003; 77:396 – 410.

19. Fernel J. Listening to music during ambulatory ophthalmic surgery reduced

blood pressure, heart rate, and perceived stress. Evid Based Nurs 2002; 5:16.

20. Haun M, Mainous RO, Looney SW. Effect of music on anxiety of women awaiting breast biopsy. Behavioral Medicine, (Fall ed) 2001;27:127-32.

21. Schein MH, Gavish B, Herz M, Rosner-Kahana D, Naveh P, Knishkowy B,

dkk. Treating hypertension with a device that slows and regularises breathing: a randomised, double-blind controlled study. J Hum Hypertension

2001;15:271-78.

22. Grossman E, Grossman A, Schein MH, Zimlichman R, Gavish B. Breathing-control lowers blood pressure. J Hum Hypertension 2001;15:263-69.

23. Alatas H. Masalah dan penanggulangan hipertensi pada anak. Sari Pediatri 1994;1:88 -94.

24. Gauthier B, Edelmann CM Jr, Barnet HL. Hypertension. Dalam: Nephrology

and Urology for the Pediatrician. Edisi ke-1. Boston: Little Brown; 1982.h. 21-30.

25. Bahrun D. Hipertensi sistemik. Dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO, penyunting. Buku ajar nefrologi anak. Jakarta: FKUI; 2002.h. 242-90.

(51)

27. Norwood VF. Hypertension. Pediatr 2002;23:1-3.

28. Treiber FA, Jackson RW, Davis H, Pollock JS, Kapuku G, Mensah GA, dkk. Racial differences in endothelin-1 at rest and in response to acute stress in

adolescent males. Hypertension 2000;35:722-25.

29. Kelsey RM, Alpert BS, Patterson SM, Barnard M. Racial differences in

hemodynamic responses to environmental thermal stress among adolescents. Circulation 2000;101:2284-89.

30. Light KC, Girdler SS, Sherwood A, Bragdon EE, Brownley KA, West SG, dkk.

High stress responsivity predicts later blood pressure only ini combination with positive family history and high life stress. Hypertension

1999;33:1458-64.

31. Sun SS, Grave G, Siervogel RM, Pickoff AA, Arslanian SS, Daniels SR. Systolic blood pressure in childhood predicts hypertension and metabolic

syndrome later in life. Pediatrics 2007;119:237-46.

32. Podoll A, Grenier M, Croix B, Feig DI. Inaccuracy in pediatric outpatient blood pressure measurement. Pediatrics 2007;119:539-43.

33. Bartosh SM, Aronson AJ. Childhood hypertension. an update on etiology, diagnosis and treatment. Pediatr Clin North Am 1999; 46:1-17.

34. Mahan JD, Turman MA, Mentser MI. Evaluation of hematuria, proteinuria, and hypertension of adolescents. Pediatr Clin North Am 1997; 34:1-17.

35. Falkner B, Michael S. Blood pressure response to sodium in children and

(52)

36. Hanna JD, Chan JCM, Gill JR. Hypertension and the kidney. J Pediatr 1991; 118:327-40.

37. Djohan. Terapi musik teori dan aplikasi. Cetakan ke-1. Yogyakarta

Galangpress; 2006.h. 23-34.

38. Merritt S. Simfoni otak 39 aktivitas musik yang merangsang IQ, EQ, SQ

untuk membangkitkan kreativitas dan imajinasi. Cetakan ke-1. Bandung: Kaifa; 2003.h. 68-106.

39. Halim S. Efek mozart dan terapi musik dalam dunia kesehatan. Medika 2003;

No.1 tahun XXIX:30-34.

40. Yamamoto T, Ohkuwa T, Itoh H, Kitoh M, Terasawa J, Tsuda T, dkk. Effects

of pre-exercise listening to slow and fast rhytm music on supramaximal cycle performance and selected metabolic variables. Arch Physiol Biochem 2003; 111: 211-14.

41. Madiyono B, Moeslichan SMz, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto;

2002.h. 259-86.

42. Desai F, Vyas O. A Study to determine the effectivenes of yoga, biofeedback

(53)

THE EFFECT OF CLASSICAL MUSIC ON REDUCING

BLOOD PRESSURE

Saloma Klementina Saing, Oke Rina, Rafita Ramayati, Rusdidjas.

Department of Child Health, Medical School of USU/Haji Adam Malik Hospital Medan

Abstract

Background High blood pressure remains a problem in public health. High blood pressure on children – adolescent is a major risk of cardiovascular disease in adulthood that caused high morbidity and mortality. Listening to the classical music as an alternative of the nonpharmacologic management can reduce high blood pressure.

Objective: To investigate the effect of classical music on reducing blood pressure especially students with high normal blood pressure and or students with hypertension.

Methods Eighty eight student,s of Sidorame Senior High School Medan with blood pressure ≥ 120/80 mmHg and or blood pressure ≥ 90 percentile Task Force were included in this study. The Vivaldi,s Four Seasons was played for 30 minutes using Sony stereo cassette recorder and earphone. The student’s blood pressure after listening the music were measured.

Results It was found the reduction of student’s blood pressure in the classical music group is greater than control group (∆SBP, ∆DBP 9.41mmHg, 6.05mmHg versus 4.37mmHg, 2.23mmHg) and statistically difference.

Conclusion Listening to the classical music can reduce blood pressure greater than no music at all.

(54)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat pernyataan kesediaan

Dengan ini saya / orangtua dari :

Nama : ………. Jenis kelamin : ………. Umur : ………. Alamat : ………. Telepon :……….

Setelah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas – jelasnya mengenai penelitian dengan judul Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya resiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengijinkan dengan rela saya / anak saya menjadi subjek penelitian tersebut dengan catatan sewaktu – waktu bisa mengundurkan diri apabila merasa tidak mampu untuk mengikuti penelitian ini.

Demikian pernytaan ini diperbuat dengan sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun juga.

Medan,………….2006

Yang membuat pernyataan

(………)

Saksi : Ketua penelitian

(55)

Lampiran 2. Kuesioner penelitian

Riwayat keluarga hipertensi : ada / tidak

(56)

IV. Pemeriksaan tekanan tarah

I. (Posisi duduk, pembacaan sampai selisih 2 mmHg)

1. pkl : 2. pkl : 3. pkl :

Frekuensi nadi : ( x / menit )

II. (Posisi duduk, pembacaan sampai selisih 2 mmHg)

1. pkl : 2. pkl : 3. pkl :

Frekuensi nadi : ( x / menit )

V. Saat mendengarkan musik : 1. senang 2. terpaksa 3. tidak senang

Apa jenis musik yang paling disenangi? : 1. Musik daerah 2. Musik pop 3. Musik dangdut 4. Musik klasik

(57)

RINGKASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh musik terhadap penurunan tekanan darah pada anak-remaja yang memiliki tekanan

darah tinggi.

Penelitian telah dilakukan secara eksperimental dengan jenis penelitian

pre test - post test Control Group Design dari bulan Mei 2006 sampai dengan Juli 2006. Dari 400 siswa yang resmi terdaftar di SMU Sidorame setelah dilakukan pengukuran tekanan darah terdapat 88 siswa dengan TD ≥ 120/80 mmHg dan

atau TD >P90 Task Force Std yang di bagi menjadi dua kelompok secara acak yaitu kelompok yang diberi musik sebanyak 44 siswa dan kelompok yang tidak diberi musik sebanyak 44 siswa.

Pada setiap siswa kelompok yang diberi musik, diperdengarkan musik The Four Seasons karya Vivaldi selama 30 menit dengan menggunakan

seperangkat alat musik berupa kaset perekam stereo (stereo cassette recorder) beserta kasetnya dan earphone merek Sony, dengan volume rendah sampai sedang (kira-kira 70dB). Sedangkan setiap siswa kelompok yang tidak diberi

musik diberikan juga memakai perangkat alat musik beserta kaset player, diputar sama seperti kelompok diberi musik dengan blank cassette. Kemudian setelah

(58)

Pada kelompok yang diberi musik diamati adanya penurunan tekanan darah yang lebih besar dibanding pada kelompok yang tidak diberi musik (∆TDS,

∆TDD: 9,41 mmHg, 6,05 mmHg vs 4,37 mmHg, 2,23 mmHg ) dan secara statistik

bermakna (p=0,0001 dan p=0,0001). Secara umum penurunan tekanan darah pada kedua kelompok berdasarkan tabel tekanan darah Task Force

menunjukkan adanya penurunan tekanan darah.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa mendengarkan musik klasik dapat menurunkan tekanan darah lebih besar dibanding tanpa mendengarkan musik

(59)

SUMMARY

The aim of this study was to evaluate the effect of music on reducing

blood pressure of students belonging to Senior High School (SMU) Sidorame Medan.

This experimental study pre test - post test Control Group Design was

conducted from May 2006 until July 2006. Four hundred students of SMU Sidorame were taken by consecutive sampling and their blood pressure was

measured. It was found that 88 students contain BP ≥ 120/80 mmHg and or BP >P90 Task Force Std and divided into two groups randomly called music intervention group (44 students) and control group (44 students).

For music intervention group was played The Four Seasons by Vivaldi during 30 minutes using stereo cassette recorder and earphone of Sony brand

name, with low volume until medium volume (about 70 beat/minute). In contrary, the control group students were equipped with the same music equipment including cassette player but blank cassette and played also for 30 minutes.

After finished hearing of the music, both of these groups blood pressure were measured about three times each student and the mean was justified as blood

pressure of the student on the consideration.

It is found that in the music intervention group the decreasing of blood pressure is greater than control group (∆TDS, ∆TDD: 9,41 mmHg, 6,05 mmHg vs 4,37

(60)

dan p=0,0001). Generally the decreasing of blood pressure in both group shows the decreasing of blood pressure percentile based of Task Force table.

This study concluded that listening to the classical music could reduce

(61)

RIWAYAT HIDUP

Nama suami : Dr.Eng. Ir. James Parlindungan Panjaitan. M.Phil, M.Min.

Nama anak : 1. Esther Novita Inochi Panjaitan 2. Kevin Elias Panjaitan

3. Ruben Almando Panjaitan

PENDIDIKAN

1. Sekolah Dasar, di SD Kristen Immanuel Medan, tamat tahun 1978

2. Sekolah Menengah Pertama, di SMP Immanuel Medan, tamat tahun 1984 3. Sekolah Menengah Atas, di SMA Immanuel Medan, tamat tahun 1987 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 1995

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Kengaku-sei (Dokter magang) di Hifuka Department (Dermatology Department) Osaka City University Hospital, Osaka, Jepang tahun 1996-1998.

2. Dokter PTT di Puskesmas Ciasmara, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten BogorJawa Barat, Maret 1999-Juni 2002.

(62)

PENDIDIKAN STASE LUAR

1. RS PTP III Membang Muda : 01-01-2006 s/d 31-01-2006 2. RS PTP III Aek Nabara : 01-02-2006 s/d 28-02-2006 3. RS PTP III Sei Dadap : 01-03-2006 s/d 31-03-2006 4. RS Umum Tarutung : 01-04-2006 s/d 30-04-2006 5. RS PTP III Sri Pamela : 01-05-2006 s/d 31-05-2006 6. RS Umum Dolok Sanggul : 01-06-2006 s/d 30-06-2006

PENDIDIKAN SPESIALIS

Gambar

Tabel 1. Data  karakteristik subyek penelitian  ……… ……………….
Gambar 1. Kerangka konseptual penelitian.........................................
Gambar 2. Alur penelitian pengaruh musik terhadap tekanan darah
Gambar 3  Proses pengelompokan subyek penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan, diketahui bahwa persepsi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh signifikan terhadap sikap terhadap CEISA, yang

Mata Kuliah Pokok : TEORI LISTRIK ARUS

Blackberry mendukung Push email, sehingga kita tidak perlu lagi melakukan pengecekan inbox setiap jangka waktu tertentu, karena dengan push email kita akan langsung

Mustiah Yulistiani, S.Kp., M.Kep., CWCS, selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan juga selaku

Siswa dapat berkomunikasi secara efektif dengan teman satu kelompoknya untuk mengkonsolidasi tugas yang diberikan konselor.. Siswa dapat berperan aktif dalam menyelesaikan

---Kami yang bertandatangandibawahiniadalahahliwaris yang sahdarialmarhumAriefAlghifari bin Effendi Margurun yang meninggalduniapadatanggal 30 desember 2015 di rumahsakit R.K

systolic  blood  pressure  (SBP)  [40,  250]  mmHg,  mean  blood  pressure  (MAP)  [20,  200]  mmHg,  and  diastolic  blood  pressure  (DBP)  [10,  150]  mmHg. 

Based on the results of the study above, it was concluded that there was an effect of providing health education on the behavior of reducing blood pressure in hypertensive patients