• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata Kunci: terapi musik klasik, penurunan tekanan darah, lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata Kunci: terapi musik klasik, penurunan tekanan darah, lansia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABILA

KABUPATEN BONE BOLANGO

Ade Lastia Tangahu, Rini F. Zees, S.Kep, Ns., M.Kep, dr. Sitti Rahma, M.Kes Email : lastiaade@yahoo.co.id

ABSTRAK

Ade Lastia Tangahu. 2015. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Rini F. Zees, S.Kep, Ns., M.Kep dan Pembimbing II dr. Sitti Rahma, M.Kes.

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang melebihi normal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Salah satu terapi nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan darah yaitu terapi musik klasik. Musik klasik termasuk dalam musik alkaline, yaitu musik yang membuat pendengarnya rileks sehingga bisa menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango.

Desain penelitian pre eksperimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest. Sampel penelitian berjumlah 30 lansia dengan purposive sampling. Data dikumpul melalui lembar observasi dan dianalisis dengan uji wilcoxon. Didapatkan hasil sebagian besar lansia mengalami penurunan tekanan darah. Hasil statistik didapatkan signifikansi 0,001. Disimpulkan ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Bone Bolango. Disarankan agar pihak puskesmas melakukan intervensi dengan memutar lagu-lagu klasik di ruang tunggu pasien.

Kata Kunci: terapi musik klasik, penurunan tekanan darah, lansia PENDAHULUAN

Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada sebagian besar kasus, tidak menunjukkan gejala apa pun hingga pada suatu hari hipertensi menjadi stroke dan serangan jantung yang menjadikan penderita meninggal (Nurrahmi, 2012). Wijaya & Putri (2013) menjelaskan bahwa hipertensi adalah keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan yang disebabkan oleh beberapa faktor risiko.

Berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8 persen. Provinsi Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%) dan Gorontalo (29,0%) menduduki urutan 5 teratas prevalensi hipertensi berdasarkan hasil Riskesdas 2013.

Pada lansia wanita, hipertensi menduduki peringkat kedua tertinggi sebagai penyebab dari kematian lansia di atas usia 65 tahun dengan presentase sebesar 11,2%. Sedangkan pada lansia laki-laki, penyakit hipertensi menduduki peringkat ke-4 dengan presentase sebesar 7,7%1.

1

Departemen Kesehatan RI. (Juli 2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Diakses 2 Maret 2015, dari Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan:

(5)

Jumlah lansia pada bulan April 2015 yang berada dalam cakupan wilayah Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango dari 6 desa tercatat ada 839 lansia. Sedangkan jumlah lansia yang memiliki penyakit hipertensi sebanyak 62 orang.

Pengobatan hipertensi secara non farmakologi biasanya dengan menggunakan terapi - terapi alternatif seperti terapi musik klasik. Beberapa penelitian yang dilakukan di India maupun Italia menunjukkan bahwa terapi musik efektif untuk mengurangi nyeri, kecemasan maupun hipertensi2.

Pembelajaran dari neuroimaging menemukan korelasi saraf dari proses dan persepsi akan musik. Rangsangan musik tampak mengaktivasi jalur-jalur spesifik di dalam beberapa area otak, seperti sistem limbik yang berhubungan dengan perilaku emosional yang menjadikan individu rileks. Saat keadaan rileks inilah tekanan darah menurun3.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Suherly, Ismonah, & Meikawati (2011) yang meneliti tentang perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah pemberian musik klasik di RSUD Tugurejo Semarang mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan antara tekanan darah sebelum mendengar musik klasik dengan sesudah mendengar musik klasik dengan nilai p=0,000 (p<0,05)2.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Maret 2015 pada seorang lansia yang mengalami hipertensi, pasien mengatakan hanya mengkonsumsi obat antihipertensi dan belum pernah mendapatkan terapi musik klasik sebagai terapi untuk menurunkan tekanan darah. Penanganan hipertensi pada lansia di Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango selama ini hanya diberikan terapi farmakologis saja. Selain itu, alasan peneliti memilih Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango sebagai tempat penelitian karena kondisi dan situasi yang cukup kondusif dan memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan terapi musik klasik pada lansia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yaitu Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian tanggal 20-25 Mei 2015. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Pre Eksperimental dengan rancangan One Group Pretest-Posttest.. Dalam Penelitian ini yang menjadi populasi adalah lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango yang berjumlah 62 orang yang menderita hipertensi dan sampel sebanyak 54 orang dengan menggunakan Purposive Sampling. Kriteria inklusi yaitu lansia yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango, berusia 45 sampai 90 tahun, memiliki tekanan darah ≥ 140 mmHg, bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi yaitu lansia yang memiliki gangguan pendengaran dan yang mengalami penu runan kesadaran.

Instrumen yang digunakan yaitu sfigmomanometer (merek One Med), stetoskop, mp3, headset/headphone, musik klasik, dan lembar observasi.

2

Suherly, dkk. Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan V ol. 1, No. 1 , 1-6. 2011.

3

(6)

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia disajikan pada tabel 1. Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-Laki 4 13,3

Perempuan 26 86,7

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 30 responden, responden laki-laki berjumlah 4 orang (13,3%) dan responden perempuan berjumlah 26 orang (86,7%).

2. Umur

Karakteristik responden berdasarkan kelompok usia disajikan pada tabel 2. Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

45-59 tahun 10 33,3

60-74 tahun 15 50

75-90 tahun 5 16,7

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang berusia 45-59 tahun berjumlah 10 orang (33,3%), responden yang berusia 60-74 tahun berjumlah 15 orang (50%), dan responden yang berusia 75-90 tahun berjumlah 5 orang (16,7%).

Analisa Univariat

1. Tekanan Darah Sebelum Diberikan Terapi Musik Klasik pada Lansia di Wilayah K erja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango

Pada penelitian ini, distribusi responden berdasarkan tekanan darah sebelum diberikan terapi musik klasik adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sebelum Diberikan Terapi Musik Klasik

Tekanan Darah Frekuensi Persentase

Normal 0 0

Hipertensi Derajat I 11 36,7

Hipertensi Derajat II 6 20

Hipertensi Derajat III 13 43,3

Total 30 100

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi musik klasik dari 30 responden, 0 responden tekanan darah normal, 11 responden hipertensi derajat I (36,7%), 6 responden hipertensi derajat II (20%), dan 13 responden hipertensi derajat III (43,3%).

2. Tekanan Darah Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango

Pada penelitian ini distribusi responden berdasarkan tekanan darah sesudah diberikan terapi musik klasik adalah sebagai berikut:

(7)

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik

Tekanan Darah Frekuensi Persentase

Normal 1 3,3 Hipertensi Derajat I 16 53,3 Hipertensi Derajat II 6 20 Hipertensi Derajat III 7 23,3 Total 30 100

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sesudah melakukan terapi musik klasik, 1 responden tekanan darah normal (3,3%), 16 responden hipertensi derajat I (53,3%), 6 responden hipertensi derajat II (20%), dan 7 responden hipertensi derajat III (23,3%).

3. Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik

Pada penelitian ini distribusi responden berdasarkan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Klasik

Kode Resp TD Sebelum (mmHg) TD Sesudah (mmHg) Ket

1 180/130 170/120 Turun 2 150/80 140/80 Turun 3 150/80 150/80 Tidak Turun 4 150/80 140/80 Turun 5 160/90 150/80 Turun 6 220/120 210/110 Turun 7 180/120 170/90 Turun 8 210/100 160/90 Turun 9 160/80 150/80 Turun 10 160/100 150/90 Turun 11 150/90 140/80 Turun 12 150/80 150/80 Tidak Turun 13 180/90 170/90 Turun 14 150/90 140/90 Turun 15 190/90 190/90 Tidak Turun 16 200/110 200/110 Tidak Turun 17 160/100 160/100 Tidak Turun 18 190/100 180/100 Turun 19 180/100 150/90 Turun 20 160/90 150/80 Turun 21 150/90 140/80 Turun 22 200/120 180/100 Turun 23 140/100 120/80 Turun 24 190/90 180/90 Turun 25 210/110 210/110 Tidak Turun 26 140/90 140/90 Tidak Turun 27 150/90 140/80 Turun 28 170/100 150/100 Turun 29 30 150/100 180/110 140/90 170/100 Turun Turun

(8)

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa sesudah diberikan terapi musik klasik, dari 30 responden, 23 responden mengalami penurunan tekanan darah dan 7 responden tidak mengalami penurunan tekanan darah.

Analisa Bivariat

Analisa bivariat menggunakan statistik parametrik (Uji T Berpasangan). Syarat menggunakan uji data harus berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas data, didapatkan hasil data tidak berdistribusi normal. Karena data tidak berdistribusi normal maka digunakan uji alternatif atau uji nonparametrik yaitu analisis Wilcoxon.

Tabel 6 Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tekanan Darah Median (Min-Max) p value N Sebelum Terapi 160 (140-220) 0,001 30 Sesudah Terapi 150 (120-210)

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan pada tekanan darah sebelum terapi, median 160, nilai minimum 140 dan nilai maksimum 220. Pada tekanan darah sesudah terapi, median 150, nilai minimum 120 dan nilai maksimum 210. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, yang menyatakan adanya perubahan tekanan darah secara signifikan dengan intervensi mendengarkan musik klasik

=

0,001

(< = 0,05

).

PEMBAHASAN

Tekanan Darah Sebelum Terapi Musik Klasik pada Lansia di Wilayah Ke

rja

Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango

Berdasarkan penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa tekanan darah responden sebelum menerima terapi musik klasik yang paling banyak yaitu responden yang mengalami hipertensi derajat III dengan jumlah 13 responden (43,3%).

Wolff (2006) yang menyatakan bahwa banyak orang terutama wanita menunjukkan peningkatan tekanan sistolik di atas 160 mmHg setelah mencapai usia 60 tahun, sedangkan tekanan diastolik mereka tetap normal4. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini bukanlah hipertensi sejati tetapi produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri -arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sigarlaki (2006) yang mendapatkan hasil distribusi terbanyak penderita hipertensi berada pada kelompok umur 56-77 tahun5.

Teori yang dikemukakan oleh Dalmartha, dkk (2008) yang menyatakan bahwa peningkatan risiko hipertensi pada perempuan terjadi setelah masa menopause (sekitar 45 tahun)6. Nurrahmi (2012) juga menyebutkan bahwa laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih awal, sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan2.

Berdasarkan hal di atas, peneliti berasumsi bahwa penderita hipertensi dipengaruhi oleh umur, semakin tua umur seseorang semakin tinggi tekanan darah yang dimiliki. Dalam penelitian, penderita hipertensi derajat III paling banyak ditemukan pada kelompok umur 60- 74 tahun dari pada kelompok umur <60 tahun. Tidak hanya itu, peneliti juga berasumsi bahwa penderita hipertensi dipengaruhi oleh jenis kelamin. Lansia perempuan lebih berisiko menderita hipertensi daripada lansia laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, ditemukan jumlah responden perempuan sebanyak 86,7%.

4

H. P. Wolff. Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer. 2006.

5

H. J. Jigarlaki. Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. Makara , 78-88. 2006.

6

(9)

Tekanan Darah Sesudah Terapi Musik Klasik pada Lansia di Wilayah Ke

rja

Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango

Berdasarkan penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa tekanan darah setelah terapi musik klasik mengalami perubahan yaitu 16 responden mengalami hipertensi derajat I (53,3%).

Soenanto (2009) menyebutkan bahwa tekanan darah akan berubah-ubah sesuai dengan aktivitas, dalam suasana stres tekanan darah akan meningkat, sebaliknya dalam suasana istirahat, santai atau rileks, tekanan darah cenderung turun7. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nafilasari, dkk (2013) yang membuktikan bahwa ada perbedaan tekanan darah pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi musik instrumental karena para lansia rileks saat mendengarnya8.

Berdasarkan hal di atas, peneliti berasumsi bahwa penyebab tekanan darah responden mengalami penurunan karena setelah mendengarkan musik klasik, responden mengalami penurunan stres karena musik klasik adalah musik yang dapat membuat rileks siapa saja yang mendengarnya, termasuk lansia. Dalam penelitian, didapatkan sebagian besar responden terlihat rileks dan tenang saat mendengarkan musik klasik.

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango

Berdasarkan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa ada perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah mendengarkan musik klasik yang terjadi pada responden dengan hasil

=0,001

(< = 0,05

).

Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 23 responden. Sebuah studi yang terkait dengan efek terapi musik menyatakan bahwa terapi musik yang berirama lambat efektif untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik saat suara musik diperdengarkan9. Musik yang menenangkan mengurangi tekanan darah sistolik10. Teori lain dari Bonewit-West (2015) menyatakan bahwa tekanan diastolik (yang diukur selama diastol) menjadi lebih rendah saat jantung dalam keadaan rileks11.

Saat tubuh kita rileks karena musik, tubuh akan mengeluarkan gelombang delta yang tinggi. Gelombang inilah yang membantu tubuh bisa sembuh atau mencegah lahirnya suatu penyakit, terutama stres, karena berawal dari stres penyakit-penyakit lain mulai bermunculan12. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Bekiroglu, et al (2013) yang mendapatkan hasil bahwa baik tekanan sistolik maupun diastolik memiliki penurunan pada kelompok intervensi setelah mendengarkan musik klasik Turki13. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Siritunga, et al (2013) yang mendapatkan hasil tekanan sistolik turun sebesar 8,6 mmHg dan diastolik turun sebesar 5,8 mmHg14.

7

H. Soenanto. 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo 8

Nafilasari, dkk. (2013). Perbedaan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Instrumental di Panti Werda Pengayoman Pelkris Kota Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol. 1 No. 3, 1- 10. 2009.

9

L. Lingga. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: AgroMedia Pustaka. 2012. 10

D. G. Campbell. Efek Mozart. Jakarta: Gramedia. 2002. 11

K. Bonewit-West. Clinical Procedures for Medical Assistants Ninth Eddition. Missouri: Elsevier Saunders. 2015. 12

S. N. Hidayati. Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Pradipta Publishing. 2005. 13

Bekiroglu, et al. Effect of Turkish Classical Music on Blood Pressure: A Randomized Controlled Trial in Hypertensive Elderly Patiens. Complement Ther Med No. 21 Vol. 3, 112-132. 2013.

14

Siritunga, et al. Effect of Music on Blood Pressure, Pulse Rate and Respiratory of Asymptomatic Individuals: A Randomized Controlled Trial. Health V ol. 5, No. 4A , 59-64. 2013.

(10)

Pemberian terapi musik dapat menurunkan hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang merupakan hormon stres (Djohan, 2006)15. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sarayar, dkk (2013), yang membuktikan bahwa intervensi dengan mendengarkan musik klasik dapat mengubah secara efektif ambang otak yang dalam keadaan stress menjadi lebih relaks yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut nadi16. Menurut asumsi peneliti, sebagian besar responden yang mengalami penurunan tekanan darah karena responden tersebut menikmati musik klasik yang didengarkan dan menyebabkan responden rileks sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

Hasil penelitian pada tabel 4.5 menunjukkan 7 responden tidak mengalami penurunan tekanan darah. Waluyo (2009) menyatakan musik bisa mempengaruhi emosi dan berdampak pada detak jantung, dan detak jantung ini mampu meningkatkan kesehatan jantung. Tentu saja musiknya harus yang disukai oleh orang yang bersangkutan17. Menurut asumsi peneliti, responden yang tidak menunjukkan perubahan tekanan darah adalah responden yang tidak menyukai jenis musik klasik yang didengarkan sehingga tidak terjadi penurunan tekanan darah.

Musik yang dapat menurunkan tekanan darah adalah musik alkaline diantaranya musik klasik yang lembut, instrumental, musik meditatif, dan musik yang menimbulkan rileks dan bahagia. Sistem limbik berhubungan dengan perilaku emosional seseorang. Mendengarkan musik alkaline, membuat sistem limbik teraktivasi dan individu tersebut pun menjadi rileks. Dari limbik, jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus, tempat salah satu ujung hipokampus berbatasan dengan nuklei amigdala. Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, menerima sinyal dari korteks limbik lalu menjalarkannya ke hipotalamus (Pedak, 2009)18.

Hipotalamus merupakan pengaturan sebagian fungsi vegetatif dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional. Jaras pendengaran meneruskan serat saraf otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf ini memengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ. Dengan musik maka sistem saraf otonom ini dapat memerintahkan tubuh untuk melakukan relaksasi sehingga timbullah kenyamanan (Pedak, 2009)18.

Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang dimiliki oleh tiap orang. Musik dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Menurut Suryana (2012), mengemukakan bahwa studi dari University of California menyatakan bahwa mendengarkan musik klasik bisa menurunkan tekanan darah19.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanto, dkk. (2012) di Desa Gunung Wungkal Kabupaten Pati tentang pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah ditemukan adanya pengaruh yang signifikan dengan

=0,001 (

<0,05). Pengaruh musik klasik terhadap penurunan tekanan

darah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suherly (2011) yang membuktikan bahwa ada perbedaan tekanan darah pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik20.

Berdasarkan teori-teori di atas, peneliti berasumsi bahwa terapi musik, khususnya musik klasik, dapat menurunkan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi. 15

Djohan. Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress. 2006. 16

Sarayar, dkk. Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Pra-Hemodialisis di Ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. eJournal Keperawatan (e-Kp) Vol. 1, No. 1 , 1-7. 2013.

17

S. Waluyo. 100 Questions & Answers Stroke. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2009. 18 M. Pedak. Metode Supernol Menaklukan Stres. Jakarta: Hikmah. 2009.

19

D. Suryana. Terapi Musik. Jakarta: CreateSpace Independent Publishing. 2012. 20

Suherly, dkk. Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan V ol. 1, No. 1 , 1-6. 2011.

(11)

Penurunan tekanan darah ini disebabkan karena responden menyukai jenis musik klasik yang dipakai dalam terapi musik sehingga menimbulkan perasaan nyaman dan rileks bagi responden. Saat keadaan rileks inilah yang menyebabkan tekanan darah turun.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango yang telah dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Tekanan darah sebelum diberikan terapi musik klasik pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango, yang paling banyak diderita oleh lansia hipertensi derajat III (43,3%), hipertensi derajat I (36,7%), hipertensi derajat II (20%), dan normal (0%).

2. Tekanan darah sesudah diberikan terapi musik klasik pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango, yang paling banyak diderita oleh lansia hipertensi derajat I (53,3%), hipertensi derajat III (23,3%), hipertensi derajat II (20%), dan normal (3,3%).

3. Terdapat pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabila Kabupaten Bone Bolango pada tekanan sistolik (

=

0,001,

=

0,05) dan pada tekanan diastolik (

=

0,001,

=

0,05). SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan agar pihak puskesmas dapat mempertimbangkan terapi musik klasik sebagai terapi alternatif untuk para lansia dalam menurunkan hipertensi dengan cara memutar lagu-lagu klasik di ruang tunggu pasien agar pasien dapat mendengarnya sambil menunggu antrian.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan untuk institusi pendidikan dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan dan mengaplikasikan terapi musik terhadap pasien hipertensi.

3. Bagi Responden

Diharapkan bagi responden agar dapat menerapkan terapi musik klasik dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kestabilan tekanan darah, yaitu dengan mendengar musik klasik setiap hari selama 30 menit sehingga dapat menjaga kestabilan tekanan darah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melanjutkan penelitian tentang terapi musik dan kiranya penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dan informasi dan dapat meneliti tentang pengaruh musik lain, seperti pengaruh musik suara alam terhadap penurunan tekanan darah.

DAFTAR PUSTAKA

Bekiroglu, et al. (2013). Effect of Turkish Classical Music on Blood Pressure: A Randomized Controlled Trial in Hypertensive Elderly Patiens. Complement Ther Med No. 21 Vol. 3, 112-132.

Bonewit-West, K. (2015). Clinical Procedures for Medical Assistants Ninth Eddition. Missouri: Elsevier Saunders.

Campbell, D. G. (2002). Efek Mozart. Jakarta: Gramedia. Dalmartha, dkk. (2008). Hipertensi. Care Y our Self , hal. 22.

(12)

Departemen Kesehatan RI. (14 Desember 2013). Hipertensi Menurut Riskesdas 2013. Diakses 3 Maret 2015, dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia:

http://103.23.20.87/cms/frontend/?p=infoptm&id=26.

Departemen Kesehatan RI. (Juli 2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Diakses 2 Maret 2015, dari Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan:

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-lansia.pdf

Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress.

Hidayati, S. N. (2005). Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta: Pradipta Publishing.

Lingga, L. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Nafilasari, dkk. (2013). Perbedaan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Musik Instrumental di Panti Werda Pengayoman Pelkris Kota Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol. 1 No. 3, 1-10.

Nurrahmi, U. (2012). Stop! Hipertensi. Yogyakarta: Familia.

Pedak, M. (2009). Metode Supernol Menaklukan Stres. Jakarta: Hikmah.

Sarayar, dkk. (2013). Pengaruh Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Pra-Hemodialisis di Ruang Dahlia BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. eJournal Keperawatan (e-Kp) Vol. 1, No. 1 , 1-7.

Sigarlaki, H. J. (2006). Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. Makara , 78-88.

Siritunga, et al. (2013). Effect of Music on Blood Pressure, Pulse Rate and Respiratory of Asymptomatic Individuals: A Randomized Controlled Trial. Health Vol. 5, No. 4A , 59-64.

Soenanto, H. (2009). 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Suherly, dkk. (2011). Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol. 1, No. 1 , 1-6.

Suryana, D. (2012). Terapi Musik. Jakarta: CreateSpace Independent Publishing.

Waluyo, S. (2009). 100 Questions & Answers Stroke. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Widayati, dkk. (2014). Efektifitas Pemberian Terapi Musik terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada Ibu dengan Hipertensi dalam Kehamilan. JOM PSIK Vol. 1 No. 2 , 1-8. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan

Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika.

Wolff, H. P. (2006). Hipertensi Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Yanuarita, F. A. (2012). Memaksimalkan Otak Melalui Senam Otak (Brain Gym). Yogyakarta: Teranova Books.

Gambar

Tabel  5  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Tekanan  Darah  Sebelum  dan  Sesudah  Diberikan  Terapi Musik Klasik

Referensi

Dokumen terkait

Arsitek besarnya Sinan membangun serangkaian Masjid di abad 16 yang memamerkan kekuatan struktur dan kehalusan dekorasi yang ekual dengan terdapat pada High

Retrieve Retrieve information information elements elements Analyze Analyze entire entire files files Prepare Prepare reports reports from from multiple multiple

Dalam jaringan hewan, lemak terutama tersusun dalam jaringan adipose, sedangkan otot, jaringan syaraf dan kelenjar mengandung lemak dalam jumlah relatif kecil dan lebih

Selanjutnya terlihat bahwa semakin tinggi penggunaan dosis pupuk kandang ayam maka bobot pipilan jagung semakin besar, tetapi pada dosis 5 ton ha -1 terlihat

The combination of traditional forewarning treatment and high-controlling attack message, and reactance-enhanced forewarning treatment and low-controlling attack message, should

merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penguasaan kosakata bahasa Jerman dengan keterampilan berbicara siswa kelas XI

Dengan melihat keadaan orang tua peserta didik yang tidak semuanya tergolong mampu atau kaya dan dengan melihat jenis-jenis infaq, infaq panen di MI Ma’arif Purwodeso masuk

Pada implementasi ini untuk memonitoring aplikasi lime survey dapat di lakukan dengan command line dan GUI di proxmox ve untuk mengetahui berapa banyak resource yang