• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendaftaran Tanah Hak Milik Di Kabupaten Aceh Tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pendaftaran Tanah Hak Milik Di Kabupaten Aceh Tenggara"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAFTARAN TANAH “HAK MILIK” DI KABUPATEN

ACEH TENGGARA

TESIS

Oleh :

MAHYUDDIN LATIEF

Nim. 002105065/Ilmu Hukum

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENDAFTARAN TANAH “HAK MILIK” DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 selanjutnya diatur dalam pasal 3 PP No. 24 Tahun 1997 yang disemangati oleh hukum adat, dimana undang-undang tersebut bertujuan untuk menertibkan kedudukan tanah di Indonesia atas dasar hukum adat yang sederhana dan menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia Tujuan pendaftaran tanah di kantor BPN adalah untuk tujuan bahwa dalam kepemilikan tanah tersebut terjamin dari segi kepastian hukum, serta terwujudnya ketertiban dari segi pengaturan tanah sesuai dengan hak yang diperoleh dari status pendaftaran tersebut. Pendaftaran tanah di samping berguna dan bermanfaat bagi BPN serta instansi terkait lainnya, juga sangat berguna bagi masyarakat secara keseluruhan. Luas Kabupaten Aceh Tenggara 4.231,410.000 M2, dari luas tersebut, hanya 483.496 M2 atau 13.287 persil tanah hak milik yang terdaftar. Oleh karena itu pendaftaran tanah hak milik di Aceh Tenggara dinilai masih cukup rendah. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui keberadaaan masyarakat yang telah dan belum mendaftarkan tanah hak miliknya, faktor yang menyebabkan rendahnya pendaftaran tanah hak milik serta Iangkah-Iangkah yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pendaftaran tanah hak milik di Kabupaten Aceh Tenggara.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis sosiologis, dengan sifat penelitian deskriptif dan preskriptif. Penelitian ini dilakukan di tiga Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara yaitu; Kecamatan Babussalam, Kecamatan Bambel, Kecamatan Lawe Sigala-Gala. Data dikumpulkan melalui penyebaran angket kepada 54 Kepala Keluarga di sembilan desa, yang diambil secara purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Masyarakat yang telah dan belum mendaftarkan tanah hak miliknya dipandang dari dua aspek yaitu, pertama, aspek dari subjek atas tanah hak milik, yaitu umur, pendidikan serta pekerjaan. Kedua, aspek dari objek hak milik yaitu letak tanah hak milik yang berbeda. Ada dua faktor yang menjadi penyebab masih banyaknya tanah

* Mahasiswa Program Pascasarjana KPK USU Unsyiah Banda Aceh ** Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

(3)

hak milik yang tidak didaftarkan. Pertama faktor yuridis, tidak ada aturan tentang sanksi bagi subjek hak milik atas tanah yang dengan sengaja tidak mendaftarkannya di BPN melalui PPAT setempat. Masih kurangnya aturan tentang pendaftaran tanah hak milik secara sistematis, karena mengingat keinginan masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya masih kurang maka harus diawali oleh kebijakan pemerintah. Tidak diaturnya aturan tentang tim p e n y u l u h k e p a d a m a s y a r a k a t t e n t a n g k e u t a m a a n u n t u k m e n d a f t a r k a n tanahnya. Kedua, faktor sosiologis, di Kabupaten Aceh Tenggara masih banyak hak milik adat yang belum didaftarkan, banyaknya dijumpai tanah yang tidak produktif, letak tanah yang jauh dari pemukiman penduduk, biaya pendaftaran yang tinggi dan proses pendaftaran tidak sistematis, hal ini mempengaruhi masyarakat untuk mendaftarkan tanah hak miliknya.

Kepada Pemerintah Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussala m melalui Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggara agar dapat membuat Qanun (perda) tentang Peraturan Pendaftaran Tanah dengan semua jenis h ak atas tan a h d an Peraturan Pemanfaatan Tanah yang tidak Produktif s e c a r a s p e s i f i k s e s u a i d e n g a n U U N o . 4 4 T a h u n 1 9 9 9 T e n t a n g Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh, dan UU No. 18 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, d e n g an me l a k uk a n k e r j a s a m a P e m d a P r o v i n s i N A D d e n g a n F a k u l t a s H u k u m U n s y i a h d a n Lembaga Penelitian Unsyiah dan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tenggara bersama dengan Kantor BPN Kabupaten Aceh Tenggara agar dapat memberikan surat Penghargaan maupun reward lainnya kepada petugas PPAT yang melaksanakan tugasnya dengan baik maupun kepada masyarakat yang telah mendaftarkan tanah hak miliknya, sehingga sejengkal tanah hak milik masyarakat telah didaftarkan, serta kepada masyarakat yang tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan biaya pendaftaran tanah hak milik sampai memperoleh sertifikat tanah, agar Pemda Kabupaten Aceh Tenggara dan Kantor BPN Kabupaten Aceh Tenggara dapat membebaskan biaya-biaya tersebut, sehingga masyarakat tidak dibebani, dengan demikian minat masyarakat untuk mendaftarkan tanah hak miliknya dapat meningkat.

(4)

“OWN” LAND REGISTRATION IN SOUTHEAST ACEH DISTRICT

The principal land act No. 5 Year 1960 will be further managed in article 3 Government Regulation (PP) No. 24 Year 1997 supported by traditional law. The land act aims to control the land status in Indonesia in accordance with the traditional law which is simple and ensures law certainty for all Indonesian people. The aim of land registration in National Land Institution (BPN) is to ensure the law certainty and to actualize the orderliness of land management in accordance with the right obtained from the registration status. Land registration is useful not only for the National Land Institution and other related institutions but also for the entire people. Southeast Aceh is 4.231,410.000 M2. Of all the land, only 483.496 M2 or 13.287 plot of own land has been registered. Based on that, own land registration in Southeast Aceh is considered low enough. This research tried to find out the existence of people having and not having registered their own land, the factors causing low interest in own land registration and the moves that the government should make to develop the interest in own land registration in Southeast Aceh.

The research applied normative juridical and sociological juridical approaches, along with descriptive and prescriptive research. It was conducted in three sub-districts in Southeast Aceh district, Babussalam, Bambel and Lawe Sigala-Gala. The data were gathered by distributing questionnaires to 54 families in nine villages. The sample was taken through purposive sampling.

The result of research showed that people having and not having registered their own land were viewed from two aspects. First, subject aspect that is age, education and profession. Second, object aspect, that is the different location of own land. There were two factors causing a great amount of land remains unregistered. First, juridical factor. The absence of punishment rule for the subject of own land who deliberately does not register his own land to the National Land Institution through Local Land Certificate Issuance Official (PPAT). The lack of rule of

* The Graduate Student of KPK USU Syiah Kuala University Banda Aceh ** Law Faculty of Syiah Kuala University, Banda Aceh

(5)

systematic own land registration because people's interest in registering their own land is still low, it is suggested that the government anticipate its p o licy. Th e ab sen ce o f team t o illuminate the importance of land registration to the people. Second, sociological factor. Many traditional right properties in Southeast Aceh have not been registered yet. A great amount of unproductive land, distant location of land from people's residence, high registration cost and unsystematic registration process were the causes why people ignored to register their own land.

It is suggested that the provincial government of Nanggroe Aceh Darussalam, through the government of Southeast Aceh district, specifically make canon (local regulation) on Land Registration Law for all kinds of land right and Unproductive Land Use Law in accordance with law No. 44 Year 1999 on the implementation of specialty of Daerah Istimewa Aceh, and law No. 18 Year 2001 on Special autonomy for Daerah Istimewa Aceh turning Nanggroe Aceh Darussalam, and cooperate with the provincial government of Nanggroe Aceh Darussalam, along with Law F a c u l t y a n d L a n g u a g e C e n t e r o f S y i a h K u a l a U n i v e r s i t y . I t i s recommended that the government of Southeast Aceh district, together with the National Land Institution of the district, give appreciation letter or other rewards to both staff of Land Certificate Issuance Official having done his obligation well and the people having registered their own land so that all people's land will be registered. The government of Southeast Aceh district is also supposed not to charge all the people who cannot afford own land registration cost to get land certificate. This will increase people's interest in registering their own land.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai Kedisiplinan Aparatur Sipil Negara pada kantor Badan Kependudukan dan Keluarga

Dalam konteks masyarakat Orang Asli yang menerima transformasi tersebut, biarlah pembangunan yang diterima adalah mengikut corak yang mereka inginkan berbanding

[r]

Menurut Suyanto (1999) dalam Dwiyono (2004), pakan yang akan digunakan untuk pembesaran ikan lele ini relatif mudah didapat karena beberapa perusahan pakan telah

Once upon a time, Roro Anteng and Joko Seger lived on the foot of Mount Bromo.. After six years of marriage, they had not had

Hingga saat ini, belum banyak alat bantu (aplikasi) yang secara khusus dapat digunakan untuk menghitung estimasi resiko proyek software. Oleh karena itu, dipandang perlu

advantage ). Dashboard yang akan dirancang mengambil data cube yang dihasilkan oleh OLAP, bersumberkan data mart Penerimaan Mahasiswa Baru, kemudian memprosesnya

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE-OUTSIDE CIRCLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |