STUD1 TEKNOLOGI DAN MUTU SERTA KEAMANAN PANGAN
DAGING SAP1 ASAP (SEI) Dl KECAMATAN KUPANG BARAT
NUSA TENGGARA TlMUR
Oleh
BACHTARUDDIN BADEWI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTFZAK
BAGHTARUDDIN BADEWI. Studi Teknologi dan Mutu serta Keamanan Pangan Daging Sapi Asap (sei) di Kecamatan Kupeng Barat Nusa Tenggara Timur. Dibawah bimbingan Prof. Dr. R. Eddie Gnrnadi, Dr. Ir. Joko Hermanianto dan Dr. Ir. Asep Saefuddin.
Daging sei adalah produk olahan daging sapi khas Kupang Nusa Tenggara Timur
yang diolah secara tradisional dengan cara dikuring dilanjutkan dengan
pengasapan menggunakan bahan bakar kayu kusambi (Scheiechera oleosa, Merr).
Penggunaan bahan kuring pada setiap industri rumah tangga pembuat
daging sapi asap di Kupang Barat belum mempunyai standar yang pasti sehingga
akan mempengaruhi residu nitrat dan nitrit pada produk; sanitasi dan higiene
selama proses pengolahan belum mendapt perhatian yang serius sehingga produk
dapat terkontaminasi oleh mikroba; lama pengasapan bervariasi antara 1-2 jam
yang menyebabkan produk yang dihasilkan disamping bentuk tidak menarik, juga
masih mempunyai kadar air yang cukup tinggi sehingga tidak dapat bertahan lama
untuk disimpan; dan belum adanya pengungkapan secara ilmiah tentang
permasalahn daging sapi asap tradisional sei serta usaha pen~ecahannya, sehingga
dilakukan penelitian mengenai teknologi dan nlutu serta keamanan pangan produk
. tersebut.
Tujuan penelitian secara umum adalah memperbaiki teknologi pengolahan
daging sapi asap tradisional sei di tingkat industri rumah tangga, memperkenalkan
produk daging sapi asap tradisional Kupang Nusa Tenggara Timur sebagai salah
satu alternatif variasi olahan daging. Tujuan khusus adalah mempelajari pengaruh
lama kuring, jellis bahan bakar, dan lama pengasapan terhadap mutu fisik,
Faktor perlakuail yang diuji meliputi 1) Lama kuring 6 jam, 12 jam, dan
18 jam. 2) Jenis bahan bakar yaitu tempurung kelapa dan kayu kusambi. 3) Lama
pengasapan yaitu 1 jam dan 2 jam.
Hasil penelitian nlenunjukkan bahwa kombinasi perlakuan laina kuriilg
12 jam, jenis bahan bakar kayu kusambi dan lama pengasapail 2 jam
menghasilkan pI3 terendah 6,21 dan 6,27 pada penyimpanan 1 dan 2 mingg~i.
Kadar air terendah 47,52% dan 47,59% pada 0 dan 1 minggu. Warna merah (a)
terlinggi pada penyimpanail 0, 1 dan 2 minggu masing-masing adalah 9,92; 9,08
dan 12,68'. Kombinasi lama kuriilg 18 jam, jellis bahan bakar tempurung kelapa
dan lama pengasapan 2 jail1 illenghasilkan A , terendah yaitu 0,84 pada
peilyimpa~la~lO minggu.
Kombinasi perlakuail lama kuring 12 jam, jellis bahan bakar kayu kusainbi
dan lama pengasapan 2 jam memberikan nilai organoleptik tertinggi terhadap bau,
tekstur, rasa dan penalnpakan daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu
masing-masing yaitu 4,O; 4,2; 4,3 dan 4 3 , serta pada penyimpanan 1 minggu
masing-masing 3,7; 3,3; 3,4, dan 3,9.
Segi keanlalla~l pangan menunjukkan bahwa total kolo~ii bakteri pada
penyimpanan 0 minggu inasih rendah yaitu lo4, bakteri Escherichia coli
diteinukan pada penyimpailan 2 ininggu. Hasil uji kualitatif tidak terdapat bakteri
patogen Saltnonella. Residu nitrat tertinggi 12,72 pmm dan residu nitrit tertiilggi
4,75 ppm masih berada di bawah batas yang ditetapkan yaitu untuk nitrat 500 ppm
dan nitrit 200 ppm.
Daging sapi asap yang diteliti tidak mengandung bakteri patogen dail
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakzn bahwa tesis yang berjudul :
"STUD1 TEKNCLOGI DAN MUTU SERTA KEAkZANAN
PANGAN DAGING SAP1 ASAP (SEX) DI KECAMATAN
KUPANG BARAT NUSA TENGGARA TIMUR"
adalali bennr hasil karya sajra sendiri. Semua sumber data dan informasi
yang digunakan ielah dinyatzkan secara jelas dan dapa: dipcriksls
kebenlsrannya.
STUD1 TEKNOLOGI DAN MUTU SERTA KEAMANAN PANGAN
DAGING SAP1 ASAP (SEI) DI KECAMATAN KUPANG BARAT
NUSA TEMGGARA TlMUR
BACHTARUDDIN BADEWI
Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknologi Pasca Panen
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Studi Teknologi dan Mutu serta Keamanan Pangan Daging Sapi Asap (Sei) di Kecamatan Kupang Barat Nusa Tenggara Timur.
Nama Mahasiswa : Bachtaruddin Badewi
NRP : 98359.
Program Studi : Teknologi Pasca Panen (TPP).
Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing,
~ C b f ~ r . R. Eddie Gurnadi. Ketua
Dr. Ir. Joko Hermanianto Anggota
. .
Mengetahui,
Dr. Ir. Asep Saefuddin Anggota
2. Ketua Progtam Studi 3. Direktir Program Pasca Sarjana
Teknologi Pasca Panen
Prof. Dr. Ir. Hadi K. Puwadaria, Ipm Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 April 1959 sebagai anak
pertanla dari tiga bersaudara antara pasangan Badewi dan S. Rasyidah Said.
Jenjang pendidikan yang ditempuh setelah tamat dari Sekolah Menengall
Atas Negeri I Ujung Pandang, melanjutkan ke Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Bandung, lulus tahun 1984. Pada tahun 1986-1998 mengikuti
pendidikan pada Polytechnic Education Development Centre for Agriculture
(PEDCA) di Universitas Padjadjaran.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Politeknik Pertanian Negeri
Kupang Nusa Tenggara Timur sejak tahun 1989. Pada lahurr 1998 n~ernpewleh
kesempatan untuk tnelanjutkan studi di Program Pasca Sarjana jenjang S2 Institut
Pertanian Bogor pada program studi Teknologi Pasca Panen dengan beasiswa dari
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga dapat n~enyelesaikan penelitian daii penulisan tesis ini
dengall baik.
Ucapan terima kasih yaig sebesar-besarnya penulis sanlpaikan kepada
Prof. Dr. R. Eddie Guriladi, Dr. Ir. Joko Hermanianto dan Dr. Ir. Asep Saefuddin,
atas segala bimbingan, arahan dan saran yang diberikan sehingga penulis dapat
ilienyelesaikan studi. Penulis tak lupa menyampaikan terima kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Kupang yang telah ~nemberikan
kepercayaa~l untuk inengikuti program pendidikan pasca sarjana Institut
Pertanian Bogor.
2. Direktur Program Pasca Sarjaiia dan pengelola program studi Teknologi Pasca
Panen Institut Pertanian Bogor atas k e s e n ~ ~ a t a n yang telah diberikan untuk
mengikuti program peildidikan pasca sarjana.
3. Reka~l-rekan staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Kupang,
Ir. Mohammad Hasail, Ir. Alimuddin Timulu, Ir. Bambang Hadisutanto MP,
Ir. I Ketut Jaya. MP, Ir.Devi Yuliananda, M.Si, Ir. Yoseph P. Ticoalu,
Ir. Max Arthur Supit, S.Pt, Ir. Yandres Nelson Hege, dan Ir. Thomas
Lapeilangga yang telah memberikan dorongan moril dan bantuan dalam
4. Para teknisi Laboratorium Bioteknologi dan Laboratorium Kinlia Politeknik
Pertanian Negeri Kupang, terutama Kasmawati, Astuti Arsyad, Ludia, dan
Salmiah.
5. Kepala Laboratoriurn Mikrobiologi Balai Penelitian Veteriner Bogor, Kepala
Laboratorium Kimia Balai Penelitian Teknologi Tauaman Pangan Bogor,
Teknisi Laboratorium Rekayasa Pangan dan Laboratorium Gizi PAU IPB,
serta Laboratorium Pusat Pengembangan Teknologi Pangan IPB.
6. Rekan Arista Rahmadianto, SP. M.Si; Dr. Ir. Sukendi, MS; Ir. Muhammad
Assagaf, Ir. Kuad Soewarno dan Andarini Diharmi, S.Pi, M.Si serta semua
pihak yang telah ~nelnberikan bantuan moril baik secara langsung maupull
tidak langsung.
Se~noga bimbingan, dorongan dan bantuan yang diberikan nlendapat
balasan dari Allah SWT.
Bogor, Januari 2002.
DAFTAR IS1
I-lalan~an
DAFTAR TABEL
...
xi. .
.DAFTAR GAMBAR
...
xlli DAFTAR LAMPIRAN ... xvI. PENDAHULUAN
...
1A. Latar Belaltang 1
.
.
B. Tujuan Penelltlan
...
,...
,...
311. TINJAUAN PUSTAICA
...
5A. Dagiilg Sei
...
5B. Pengaruh Kuring terlladap Daging yang Diasap
...
6C. Pe~lggu~laan Nitrat dan Nitrit dala~u Makana11
...
9. .
D. Komposls~ Asap Kayu
..
...
1 1 E. Pengaruh Pengasapan terhadap Dagiug yang Diasap...
14 ~~-F. Pellyimpanan Daging Asap .. ... 17 .~:
i
111. METODOLOGI PENELITIAN
...
20A. Tempat dan Waktu Penelitian
...
20. .
B. Bahan dan Alat Penelltian
...
20. .
C. Metode Pellelltlall
...
2 1D. Ratlca~lgall Percobaall
...
301V. HASH- DAN PEMBAHASAN
...
33B
.
Mutu Fisik Daging Sapi Asap...
36. .
1
.
Nllai pH ... 36 2.
Aktivitas Air (Aw)...
40 3.
I<adar Air...
42 4 . Kekerasan...
455
.
Wari~a...
49. .
C
.
Karalcter~stik Organoleptilc ... 52 1.
Penainpakan Wariia...
52 2.
Bau...
56...
.
3 Tekstur 59
4
.
Rasa ... 635
.
Penaillpalcan... 66
D. Kea~llailail
Pailgall...
701
.
Total Mikroba (TPC) ... 702 . Escl?ericl?in coli 74
3
.
Uji Kualitatif SnL~zonelln ... 76 4.
Residu Nitrat...
.
.
...
78.
....
.
5 Residu Nitrlt SO
V . KESIMPULAN DAN SARAN
...
83A
.
Kesilllpulan...
83DAFTAR TABEL
Halaman Populasi dan Jumlah Pernotongan Sapi di Nusa Tenggara Tinlur
Tahun 1996 - 2000..
...
1Konlposisi Kimia Kayu dan Te~npurung Kelapa..
...
12 Ballan Pembuatan Daging Sei.....
34 Konlposisi Kimia, Mikrobiologi, Residu Nitrat dan Residu Nitrit...
Daging Sei Pada Penyimpanan 0 Minggu 34
Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap pH Daging Sei
Selan~a Penyimpanan.. ... 38
Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap A, Daging Sei
Selama Penyimpanan.. ... 41
Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Ballan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap Kadar Air (%)
Daging Sei Selanla Penyimpanan.. ... 44
Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Ballan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap Tingkat
...
Kekerasan (kglmnl) Daging Sei Selama Penyin~panan.. 46
Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapatl (C) terhadap Warna Merah (a)
pH Daging Sei Selama Penyimpanan.. ... SO
Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap Organoleptik
Warna Daging Sei Selama Penyimpanan.
...
53 Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis BahanBakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap Organoleptik Bau
Daging Sei Selama Penyimpanan
...
57Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan .(C) terhadap Organoleptik
...
13. Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap Organoleptik
Rasa Daging Sei Selanla Penyimpanan
...
64 14. Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis BahanBakar (B) dan Laina Pengasapan (C) terhadap Organoleptik
Pellampakan Dagii~g Sei Selaina Penyimpanan..
...
67 15. Rata-rata Interaksi Perlakuan Lalna Kuring (A), Jenis BahanBakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap Total Mikroba
(CFUIgram) Daging Sei Selama Penyimpanan. ... 71
16. I-Iasil Uji Kuantitatif Escherichia coli (CFUIgram) Pada Daging
Sei dari Berbagai Perlak~~an Selama Penyimpanan.. ... 75
17. Hasil Uji Kualitatif Snlrnonella Pada Daging Sei dari Berbagai
Perlakuan Selama Penyimpanan.. ... 77
18. Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap Residu Nitrat
@pm) Daging Sei Selarna Penyimpanan..
...
78 19. Rata-rata Interaksi Perlakuan Lama Kuring (A), Jenis BahanBakar (B) dan Lama Pengasapan (C) terhadap Residu Nitrit
DAFTAR GAMBAR
1. Skema Pembuatan Daging Sei..
...
22 2. Pengaruh Lanla Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan LamaPengasapan (C) Terhadap Perubahan pH Selama Penyimpanan 39
3. Pengaruh Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama
Pengasapan (C) Terhadap Perubahan A , Selama Penyimpana~l 42
4. Pengaruh Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) Terhadap Perubahan Kadar Air (%) Selama
...
Penyinlpanan 45
5. Pengaruh Lama Kuring (A), Jellis Ballan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) Terl~adap Perubahan Tingkat Kekerasan (kgln~m) Selatlla Penyimnpanan..
...
48 6. Pengaruh Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan LamaPengasapan (C) Terhadap Perubahan Warna Merah (a) Selama Pellyimpana~~..
...
5 17. Pengaruh Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) Terhadap Perubahan Organoleptik Warns
Selama 55
...
Penyimpana~~.8. Pengaruh Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) Terhadap Perubahan Organoleptik Bau Selanla
Penyimpa~la~l..
...
59 9. Pengaruh Lama Kuri~lg (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan LamaPengasapatl (C) Terhadap Perubahan Organoleptik Tekstur
...
Selarna Penyimpanan.. 62
10. Pengaruh Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) Terhadap Perubahan Organoleptik Rasa
Selama Penyimpanan..
...
6611. Pengaruh Lama Kuring (A), Jellis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) Terhadap . Perubal~an Organoleptik
12. Pengaruh Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) Terhadap Perubahan Total Bakteri (TPC) (CFUIgram) Selatna Penyimpanan.. ... 73
13. Pengaruh Lama Kuring (A), Jenis Bahan Bakar (B) dan Lama Pengasapan (C) Terl~adap Perubahan Residu Nitrat (ppm)
...
Selama Penyitnpanan.. SO
DAFTAR EAMPIRAN
Halaman
Nilai pH daging sapi asap pada penyimpanan 0 nlinggu
...
89Uji analisis sidik ragam nilai pI4 daging sapi asap pada
penyilnpanan 0 minggu
...
89 Nilai p1-I daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu ... 90Uji analisis sidik ragam nilai pH daging sapi asap pada
penyimpanan I minggu
...
90Nilai pH daging sapi asap pada petliympanan 2 minggu
...
91 Uji analisis sidik ragam nilai pH daging sapi asap padape~lyinlpa~lan 2 illinggu
...
91 Nilai A..
daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu...
92Uji analisis sidik ragam nilai A.
.
daging sapi asap padapenyimpanan 0 minggu
...
92Nilai aw daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu
...
93 Uji analisis sidik ragam nilai A.. daging sapi asap padapenyimpanan 1 minggu
...
93 Nilai A..
daging sapi asap pada penyirnpauan 2 minggu...
94Uji analisis sidik ragam nilai A.. daging sapi asap pada
penyimpanan 2 n~inggu
...
94 Kadar air daging api asap pada penyilnpanan 0 minggui...
95 Uji analisis sidk ragam kadar air daging sapi asap padapenyimpanan 0 minggu
...
95Kadar air daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu
...
96Uji analisis sidik ragam kadar air daging sapi asap pada
penyimpanan 1 minggu ... 96
Uji analisis sidik ragam kadar air daging sapi asap pada pe~lyinlpanan 2 minggu
... . .
. . ..
.. . . . .. . ... . .
... . . . .
..
. . ..
..Kekerasan daging sapi asap pada petiyi~npanan 0 minggu.
Uji analisis sidik ragam kekerasan daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu
...
. . . . .. . .
. ..
.. . . .. ... . ...
Kekerasan daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu
...
Uji analisis sidik ragam kekerasan daging sapi asap pada penyimpatlan 1 minggu.. . ....
. . .
.
. . .
..,
Kekerasan daging sapi asap pada pe11yinlpana112 minggu
...
Uji analisis sidik ragam kekerasan daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu.. .. . .
.
. . . ...,...,..
Nilai warna (a) daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu.
Uji analisis sidik ragam nilai warna (a) daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu..
. . .
.. . . .
.
.. . .
.......
..
. . . ..
Nilai warna (a) daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu
...
Uji analisis sdik ragam nilai warna (a) daging sapi asap pada penyimpru~an 1 minggu...
... ...
.
...
...
Nilai warna (a) daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu....
Uji analisis sidik ragam nilai warna (a) daging sapi asap pada penyilnpanan 2 minggu....
. . .
. .
. .. . .
. .
. . .
. .
. . ...
. .
. . .
...
Nilai organoleptik penampakan warna daging sapi asap pada penyi~npanan 0 minggu... . . .. . .
.
. .. . . .
. .
. ... . . .
Uji analisis sidik ragam organoleptik penampakan warna daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu.. . . ..
..
. .
.. .
.
...
Nilai organoleptik penanlpakan warna daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu
...
Uji analisis sidik ragam organoleptik penampakan warna daging...
sapi asap pada penyimpanan 2 minggu..Nilai organoleptik bau daging sapi asap pada penyimpanan
...
0
minggu..Uji analisis sidik ragam organoleptik bau daging sapi asap pada penyin~panan 0 minggu.. ...
Nilai organoleptik bau daging sapi asap pada penyirnpanan
...
1 minggu..Uji analisis sidik raga111 organoleptik bau daging sapi asap pada penyimpa~lan 1 minggu
...
Nilai organoleptik bau daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu...
Uji analisis sidik ragaln organoleptik bau daging sapi asap pada...
penyimpanan 2 mingguNilai organoleptik tekstur daging sapi asap pada penyimpanan
...
0
minggu..Uji analisis sidik ragam organoleptik tekstur daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu..
...
Nilai organoleptik tekstur daging sapi asap pada penyimpanan...
1 minggu..
Uji analisis sidik ragam organoleptik tekstur dagi~lg sapi asap
...
pada penyimpana~l 1 minggu.Nilai organoleptik tekstur daging sapi asap pada penyimpanan
...
2 minggu..Uji analisis sidik ragam organoleptik tekstur daging sapi asap
...
pada penyimpanan 2 minggu..Nilai organoleptik rasa daging sapi asap pada penyimpanan
...
...
Uji analisis sidik ragam organoleptik rasa daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu
... ... ...
...
...
,...
Nilai organoleptik rasa daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu.. . .
.
.
.
.
.. . . ...
. . .
Uji analisis sidik raga~n organoleptik rasa daging sapi asap pada pe~lyimpana~l 1 minggu
...
. . .
.
. . . ..
.
. . . ...
. .Nilai organoleptik panampakan daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu.. . .
.
.
. .
. . .
.
. . .
..
.... . . . .. . .
....
Uji analisis sidik ragam organoleptik penampakan daging sapi asap pada penyimpa~~an 0 minggu.. . .
. . .
. . .
... .
..
Nilai organoleptik penampakan daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu
...
...
... .... .. ... .
...
...
Uji analisis sidik ragam organoleptik penampakan daging sapi asap pada pe~lyitnpa~~an 1 minggu... . .
.
. . . ...
. ..
Nilai organoleptik penampakan daging sapi asap pada petlyitnpanan 2 minggu.. . . .. .
..
. . .
.
. . . .. . . ...
Uji analisis sidik ragam organoleptik penampakan daging sapi asap pada pellyirnpa~lan 2 minggu..
. . .
.. . . ..
.. . . . ...
Nilai TPC daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu
...
Uji analisis sidik ragarn nilai TPC daging sapi asap pada penyimpanan 0 n~inggu
... . .
.
. . . .. . .
..
.
. . . .. . .
.
...
Nilai TPC daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu...
Uji analisis sidik ragaln nilai TPC daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu... . .. .
..
...
...
. ...
Nilai TPC daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu...
Uji analisis sidik ragam nilai TPC daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu... . . .
.
. . .
.
. . .
.
. . . .
. . .
. . .. .
.
. . .
. .
...
.
...
Jumlah bakteri E. coli daging sapi asap pada penyimpananUji analisis sidik ragam jumlah bakteri E. coli daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu.. ...
Residu nitrat daging sapi asap pada penyimpanan 0 n~inggu.. ....
Uji analisis sidik ragam residu nitrat daging sapi asap pada penyimpanan 0 minggu.. ...
...
Residu nitrat daging sapi asap pada penyimpanan 1 mingguUji analisis sidik raganl residu nitrat daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu.
...
Residu nitrat daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu...
Uji analisis sidik ragam residu nitrat daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu..
...
Residu nitrit dazing sapi asap pada penyimpanan 0 minggu...
Uji analisis sidik ragam residu nitrit daging sapi asap pada penyi~~lpanan 0 minggu.....
Residu nitrit daging sapi asap pada penyimpanan 1 minggu...
Uji analisis sidik ragam residu nitrit daging sapi asap pada...
penyimpanan 1 mingguResidu nitrit daging sapi asap pada penyimpanan 2 minggu
...
Uji analisis sidik ragarn residu nitrit daging sapi asap pada...
penyimpanan 2 minggu..Nilai rata-rata pH pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C) selama
...
penyin~pananNilai rata-rata perubahan A,,, pada perlakuan lama kuring (A),
jenis bahai~ bakar (B) dan lama pengasapan (C) selama
...
penyimpanan..Nilai rata-rata perubahan KA pada perlakuan lama kuring (A),
jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C) selama
...
Nilai rata-rata perubahan kekerasan pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C) selama peny~mpanan..
...
Nilai rata-rata perubahan warna kemerahan (a) pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan hakar (B) dan lama pengasapan (C) selama penyimpanau.. ...Nilai rata-rata perubahan hedonik warna pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C)
...
selalna penyimpanan..Nilai rata-rata perubahan hedonik bau pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C)
...
selama penyin~panan..Nilai rata-rata perubahan hedonik tekstur pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C)
...
selama penyimpanan..Nilai rata-rata perubahan hedonik rasa pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C)
...
selama penyimpanan..Nilai rata-rata perubahan hedonik penampakan pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C)
...
selama penyimpanan..Nilai rata-rata perubahan TPC (kolonilg) pada perlakuan lama kuring (A), jenis bahan bakar (B) dan lama pengasapan (C)
...
selama penyimpanan..Nilai rata-rata perubaha~l residu nitrat @pm) pada perlakua~l lama kuring (A), jenis bahan hakar (B) dan lama pengasapan (C)
...
selama penyimpanan..I. PENDAHULUAN
A. L a t a r Bclakang
Populasi sapi potong di Indonesia nlengalami peningkatan rata-rata 1,50 %
per tahun dalam periode 1998-2000, dengan j u ~ n l a l ~ populasi ternak 12 juta ekor
pada tahun 2000. Konsumsi daging sapi adalall sekitar 215 ribu ton pada tahun
1999. Ketersediaan protein berasal dari daging per kapita pada tahun 2000 sebesar
1,96 granllkapitdhari dari total ketersediaan protein nabati dan hewani sebesar
86,13 gramlkapitdhari (BPS, 2000). Secara slasional salah satu spesies ternak
yang n~e~npuslyai kontribusi utanla kepada produksi daging adalah sapi potong.
Potensi peterslakan sapi potong nasional Indonesia didukung ole11 potensi
peternakan daerah, salah satunya adalah dari Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan perkembangan populasi dan juslllah pelnotongan ternak di Nusa Tenggara
Timur dari tabu11 1996-2000 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pooulasi clan Jumlah Pesllotongan Sapi di Nusa Tenggara Tilnur ~ a h u n 1996-2000.
-
Semakin meslingkatnya produksi daging, maka diperlukan suatu
penanganan pasca panen yang menladai agar nilai kenaikan produksi yang telah
diperoleh tidak sia-sia. Tahun 1996 1997 .. . ~ 1998 1999 2000 Jumlah (Ekor)
Daging merupakan bahan makanan yang mudall mengalami penurunan
n~utu akibat proses mikrobiologis, kinlia dan i'isik. Sifat daging yang cepat
luengalanli kebusukan, akan mengakibatkan daging tidak dapat dikonsumsi dalanl
keadaan segar di tempat-tempat yang jauh dari pusat produksi. Dengan demikian,
usaha pengolal~an dan pengawetan sangat diperlukan bila akan didistribusikan ke
daerall lain dalarn waktu yang lama. Fenomena inilah yang menjadi dasar bagi
nlasyarakat Ti~nor di Nusa Tenggara Timur untuk mengupayakan suatu bentuk
pengawetan yang masill bersifat tradisional dengan cara pengasapan menjadi
"daging sei". Daging sapi yang diasap sangat disukai terutama karena rasanya
yang h a s . Daging sapi asap (sei) yang belunl populer dikonsumsi ole11
masyarakat daerah lain di Indonesia, perlu diperkenalkan lebih lanjut untuk
menjadi salah satu alternatif variasi olahan daging sapi yang merupakan ballan
pangan bergizi. Namun publikasi mengenai daging sapi asap tradisional sei sangat
sedikit.
Permasalahan yang dihadapi pengolah daging sapi asap adalah mutu
produk yang dihasilltan tidak seragam serta metode pengasapan yang belum dapat
n~enghasilkan mutu yang baik yaitu daging asap dicirikan ole11 warna merah
jambon dan warna kuning keemasan pada permukaan, memiliki penampilan yang
mengkilat, aroma asap dagingnya yang kl~as serta teksturnya yang liat dan kenyal.
Beberapa permasalahan pokok yang ditemui pada pengolah adalah : 1)
masih ada yang menggunakan ruang pengasapan terbuka, mengakibatkan asap
banyak yang hilang dan tidak meresap ke dalam daging sehingga mempengauhi
penampilan warna pada permrtkaan produk, 2) lama pengasapan dan suhu
dihasilkan disamping bentuk tidak menarik, juga hasil olahannya masih
mempunyai kadar air yang cukup tinggi sehingga tidak dapat bertahan lama untuk
disimpan, 3) penggunaan bahan kuring dan salpeter belum mempunyai standar
yang pasti sehingga akan n~en~perlgaruhi residu nitraunitrit pada produk, 4)
sanitasi dan higiene selania proses pengolahan belum mendapat perflatian yang
serius sehingga produk dapat terkontaminasi oleh mikroba, dan 5) belum adanya
pengungkapan secara ilmiah tentang permasalahan-permasalahan daging sapi asap
serta usaha penlecahannya.
Dari permasalahan-permasalahan tersebut timbul suatu pemikiran untuk
~nelakukan penelitian guna memperbaiki metode proses pengolahan daging asap
yang dillarapkan menjadi suatu paket teknologi tepat guna bagi masyarakat dan
rumah tangga pengolah yang berada di daerah Kabupaten Kupang, sehingga akan
meningkatkan mutu daging asap. Penelitian dilakukan dengan nlengamati proses
pengolahan daging asap yang dilakukan ole11 masyarakat atau rumah tangga di
Kabupaten Kupang dan lnenentukan mutu dan keamanan pangan daging asap
olahannya. Penentuan nlutu tersebut meliputi mutu fidko-kimia, organoleptik,
mikrobiologis dan keamanan pangan serta batas kondisi produk hasil pe~~golahan
yang dianggap baik untuk dikonsumsi. Diharapkan data-data penelitian ini dapat
mengungkapkan lebih banyak informasi mengenai nlutu dan kea~nanan
pangannya.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian secara umum adalah : 1) memperbaiki teknologi
2) memperkenalkan produk daging sapi asap tradisional Nusa Tenggara Timur
agar dapat diterima secara luas di tingkat nasional.
Tujuan khusus adalah rnempelajari pengaruh lama kuring, kondisi
pengasapan dan lama pengasapan terhadap mutu fisiko-kimia, organoleptik, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Daging Sei
Daging sei adalah suatu produk olahan dagitlg khas di Timor Propinsi
Nusa Tenggara Tinlur yang diolah secara tradisional dengan cara pengasapan.
Dipotong memanjang dengan diameter 2-2,5 cm diolah dengall cara pernberian
garam atau kuring dan dilanjutkan ddengan pengasapan dengan menggu~lakan
bahan bakar kayu keras kayu kosatnbi (Schleichera oleasa, Merr).
Produk daging sapi asap sei adalah makanan tradisional yang merupakan
~nakanan khas dari Nusa Tenggara Timur. Menurut Noor (1994) lnakanan
tradisional urllunl~~ya diolah secara tradisional dengan peralatan sederhana dalam
industri rumah tangga yang li~lgkunga~lnya kurang menunjang. Produknya kurang
dapat memenuhi standar ~ n u t u perdagangan. Kelemahan ini secara umum dapat
diperbaiki atau diatasi dengan menggunakan cara produksi yang baik (Good
Mailufacturing Practices) serta penggunaan bahan tambahan makanan (Food
additives) yang aman.
Prosedur pembuatan daging sei adalah daging sapi dipotong mema~ljang
selanjutnya digarami (dikuring). Bahan kuring yang digunakan adalall cat~lpurall
garam dapur dan sendawa (salpeter) dengan jumlah pemakaian 500 graln garam
dapur dan 150 gram sendawa untuk 20 kg daging sapi. Metode kuring yang
digunakan yaitu dengan menaburkan secara langsung bahau kuri~lg pada
permukaan daging sambil dilakukan peremasan. Daging kuring dibungkus dengan
perlakuan lama kuring, lalu daging diasap selama
+
90 menit, kemudian diangkatdan didinginkau (Jaya, 1998).
Untuk dapat mengangkat citra sebagai makanan tradisional guna
menyukseskan penganekaragaman pangan, perlu dikaji faktor pendukung dan
formulasi sebagai makanan seimbang yang aman dan menarik, namuu tidak
kehilangan sifat asalnya (Noor, 1994).
B. Pengaruh Kuring Terhadap Daging Asap
Kuring adalah suatu proses yang dapat menghambat pertumbuhan
~nikroorganisme melalui penggunaan garaln NaCI, diikuti penggunaan garam
nitrit yang ditan~bahkan untuk melnpertahankan warna daging dan pengasapan
untuk nlengendalikan pertunlbuhan mikroorganisme dan n~encapai suatu rasa
daging yang diinginkan (Buckel et al, 1987). Menurut Soeparno (1994) kuring
adalah cara prosesing daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti garam
NaC1, Natrium nitrit dan atau Natriu~n nitrat, dan gula (Dekstrosa atau sukrosa
atau pati hidrolisis) serta bumbu-bumbu.
Zat-zat yang biasa digunakan dalam proses kuring merupakan zat
penggurih dan zat pengawet (Frazier dan Westhoff, 1984). Pemakaian garam
NaCl akan menyebabkan terjadinya dehidrasi dan merubah tekanan osmotik
sehingga mempengaruhi pertu~nbuhan bakteri dan mikroba perusak (Kramlich et
al, 1982).
Maksud kuring antara lain adalah untuk mendapatkan warna yang stabil,
aroma, tekstur dan kelezatan yang baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging
selama prosesing serta memperpanjang masa simpan produk daging
Garam dapur bekerja dengan cara dehidrasi dan merubah tekanan osmotic
pada produk sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang
mengakibatkan kerusakan lanjut. Penggunaan garam dapur tunggal pada produk
olahan daging kurang dapat diterinla konsumen, sebab selain warna produk gelap,
juga menyebabkan daging menjadi kering dan kasar. Kombinasi garam dapur dan
nitrit umum digunakan untuk memperbaiki penampakan dan flavor produk
(Pearson dan Tauber
,
1984).Menurut Kramlich et a1 (1982) ada empat fkngsi nitrit dalam daging
kuring yaitu : 1) untuk illenstabilkan warna daging
,
2) mengl~an~bat pertumbuhantnikrobia perusak dan pembentuk racun, 3) menunda perkembangan ketengikan,
dan 4) berperan dalam pembentukan sifat flavor.
Sendawa disebut juga salpeter atau cllilli salpeter. Bahasa kilniauya
dikenal sebagai garan1 kalium nitratlchilli salpeter. atau natrium nitratlBenga1
salpefer (Winarno, 1997). Selanjutnya dikatakan bahwa pada akhir abad ke 19,
para ahli telah berhasil mengungkapkan penemuannya lebih dalam lagi yaitu
bahwa sendawa sendiri (garam nitrat) bukan penyebab merahnya daging, tetapi
penyebab sesuugguhnya adalah garam nitrit (NOz), dan sendawa berfungsi
sebagai sumber nitrit. Oleh bakteri penghasil nitrit, nitrat dapat direduksi menjadi
nitrit. Kemudian secara pasti dapat diketahui bahwa di dalam daging, nitrit
dipecah sehingga menghasilkan NO (nitroso). Senyawa ini mudah bereaksi
dengan pigmen dalam daging (myoglobin) dan pigmen dalam darah (heme)
dengan membentuk warna merah muda stabil yang disebut nitrosamyo chromogen
Reaksi pembentukan warna daging ole11 nitrit ditunjukkan Pearson dan
Tauber (1984) sebagai berikut :
Nitrit p NO
+
Hz0Tidak adanya sinar dan udara
NO
+
Mb + N O MMbNOMMb
+
NOMbNO Mb
+
panas+
pengasapan+
NO - henzochronzagen(merah lnuda stabil)
Penan~bahan sendawa pada nlakanan ~nempunyai dua tujuan yaitu pertalna
karena mempunyai daya pencegah pertumbuhan clostridiunz botulinunz, sedang
tujuan kedua ialah untuk memberi warna dagiug. Tetapi kini tujuan kedua inilah
yang diberi sendawa akan tahan lebih lama dan berasa lebih lezat (Winarno,
1997).
Sodium nitrit bersifat sebagai antimikroba yang efektif, kllususnya
terlladap bakteri patogen seperti Clostridiunz botulinum, Clostridium perpingens
dan Slaphylococczis azireus (Soeparno, 1994). Mekanisme garam nitrit dalam
menghambat pertumbuhan bakteri patogen, khususnya Staphylococcus aureus
dengan cara mengganggu aktivitas Co A dan mengganggu metabolisme asam
piruvat. Nitrit juga menghanlbat produksi toksin dari Clostridiunl botulinurn
dengan cara menghanlbat pertumbuhan dan perkembangan spora atau dengan cara
melnbentuk senyawa penghambat apabila dipanaskan (Buchanon dan Solberg
Proses kuring dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan jenis
daging yang diolah, nalnun pada dasarnya merupakan kombinasi dari metode
kuring yaitu kuring basah dan kuring kering. Kuring basah dilakukan dengan
penambahan sejumlah air pada bumbu kering sehingga membentuk larutan garam
yang nle~nba~ltu pengangkutan bumbu ke dalam daging r~lelalui difusi. Kuring
kering merupakan penambahan bumbu kering pada daging tanpa penambahan air,
dalam ha1 ini bunlbu kering menarik banyak air dari dalam daging sehingga
membentuk larutan garam yang dapat terdifusi ke dalam daging (Kramlich et al,
1982).
Waktu yang diperlukan untuk kuring kering biasanya 2-2,5 hari tergantung
suhu dan banyaknya ballan kuring. Suhu kuring adalah 15-22,5'C (Kramlich et
al, 1982). Meningkatnya suhu kuring akan meningkatkan kecepatan penetrasi
bahan kuring kedalam daging, nalnun ha1 ini menuntut kebersihan yang ketat
karena resiko kerusakan yang ditimbulkan mikrobia bertambah (Hendrikson et a],
disitir ole11 Lawrie, 1974).
C. Penggunaan Nitrat dan Nitrit Dalam Makanan
Penggunaan ballan tamballan makanan di Indonesia diatur dalam peraturan
di bidang makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 722lMenkesl PERIIX188.
Di dalam peraturan tersebut tercantum pula batas maksimum penggunaan
sendawa (kalium nitrat dan atau natrium nitrat) untuk daging olahan atau daging
nitrit, batas maksimum 125 mg per kilo gram daging, dihitung sebagai Natrium
nitrit dan atau Kalium nitrit.
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah
nlengembangkan prosedur pengolahan yang dapat menghilangkan atau
nlenurunkan nitrosamin dalam daging kuring antara lain dengan penetapan batas
penggunaannya. Pada penggunaan kuring atau penggunaan awal dibolehkan
kadar natrium nitrit 156 ppm dan natrium nitrat 1700 ppm dengan residu nitrit
akhir kurang dari 200 pprn dan nitrat tidak melebihi 500 ppm.
Menurut USDA (United States Department of Agriculture), jumlah
nlaksimunl nitrit sebagai garam sodium atau potasium yang bisa ditambahkan
dalam kuring daging adalah 239,7 gram1100 liter larutan garam, 62,8 gran1f100 kg
daging untuk daging kuring kering.
Nitrit bersifat toksik bila dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Dosis
nitrit yang lebih dari 15-20 mglkg berat badan bisa menyebabkan kematian
(Forrest et al., 1975 disitir Soeparno, 1994). Menurut Soeparno (1994) produk
daging cured biasanya mengandung nitrit 20-40 kali lebih rendah daripada dosis
letal, sehingga masalah toksisitas nitrit dapat diabaikan bila penambaha~l nitrit ke
dalam produk daging proses disesuaikan dengan jumlah yang diizinkan.
Nitrat dan nitrit sebagai garam sodium atau potasium diperguuakan dalam
daging cured dengan tujuan (1) untuk mengembatlgkan warna daging menjadi
merah muda terang (jambon kemerah-merahan) dan stabil; (2) mempercepat
proses kuring, (3) preservatif mikrobial yang mempunyai pengamh bakteriostatik,
dan (4) sebagai agensia yang mampu memperbaiki flavor dan antioksidan (Cast,
Penggunaan nitrat dan nitrit di dalam campuran bahan kuring daging dapat
dikombinasikan. Namun, nitrat sudah tidak asing atau dilarang penggunaannya di
dalam kuring daging, karena nitrit dapat bereaksi dengan cepat selatna proses
kuring tanpa adanya nitrit (Soeparno, 1994).
D. I<omposisi Asap
Kelompok seilyawa kimia yang terdapat pada asap kayu adalah karbonil
(aldehid dan keton), asam organik, fenol, basa organik, alkohol, hidrokarbon
(termasuk polisiklik aromatik), dan gas seperti karbondioksida, karbonmonoksida,
oksigen, dan nitrogen (Daun, 1989). Menurut Lawrie (1974) senyawa kimia
utama yang terdapat di dalam asap antara lain adalah asam formiat, asetat, butirat,
kaprilat, vanilat, asam siringat, dimetoksife~~ol, metil glioksal, furfural, metanol,
etanol, oktanol, asetaldehid, diasetil, aseston, dan 3,4 benzpiren.
Kayu keras pada unlumnya mengandung 40-60 % sellulosa, 20-30 %
hemisellulosa dan 20-30 % lignin. Disamping menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan memperbaiki flavor, asap juga menghambat oksidasi lemak
(Soeparno, 1994). Asap kayu terdiri dari 2 fase dispersi yaitu fase cairan yang
mengandung partikel asap, dan fase gas dispersi. Partikel asap tidak mempunyai
pengaruh yang berarti terhadap proses pembuatan daging asap (Foster dan
Simpson, 1961 disitir Soeparno, 1994). Fase gas atau uap dapat dikelompokkan
menjadi asam fenol, karbonil, alkohol dan polisiklik hidrokarbon (Hollenbeck dan
Marinelli, 1963 disitir Soeparno, 1994).
Jenis kayu keras, sabut kelapa dan tempurung kelapa menghasilkan asap
yang banyak. Asap dari kayu yang keras.pada bagian sellulosanya akan terurai
alkohol alifatik, aldehida, keton dan asam organik termasuk furfural,
formaldehida, asam-asam dan fenol yang merupakan bahan pengawet. Bagian
ligninnya pecah menjadi senyawa-senyawa fenol, quinol, dan senyawa
antioksidan dan pirogalol yang merupakan bagian dari 20 jenis senyawa
antioksidan dan antiseptik (Moeljanto, 1982).
Tempurung kelapa mempunyai komponen kin~ia yang hampir serupa
dengan jenis kayu keras. Komposisi kimia kayu dan tempurung kelapa disajikan
pada Tabel 2.
Pada tempurung kelapa terdapat garam-garam mineral 0,61 %, zat mineral Tabel 2. Ko~nposisi Kimia Kayu dan Tenlpurung Kelapa
utama adalah garam kalium yaitu sekitar 45,Ol % dari total abu. Menurut
Woodroof (1979) keunggulan tempurung kelapa dari kelapa yang sudah tua, Ternpurung Kelapa (5) 2)
33,60 36,51 29,27 Komposisi Kimia Sellulosa Lignin
Hen~isellulosa :
Pentosan
Heksosan
Resin
Protein
Abu
Sumber : 1) Zaitsev et al., 1969 2) Woodroof, 1979
Kayu Keras (%) 1)
54,O - 58,O
26,O - 29,O
10,O - 1 1,O
12,O- 14,O
2,O - 3,5
0,7
-
,08dibandingkan bahan kayu, terutama adalah memiliki tingkat kadar air
kesetimbangan lebih rendah, yaitu sekitar 6 - 9 %, dibandingkan dengan kayu
yang berkisar 10 - 25 %.
Menurut Daun (1989) berdasarkan pengaruhnya pada nilai gizi produk
yang diasap, ko~nponerl asap dapat dibagi menjadi 4 golongan : 1) zat yang
melindungi penyusutan nilai gizi produk yang diasap dengan mencegah perubahan
kimiawi dan biologi yang yang merugikan (misalnya antioksidan dan bakterisida);
2) ko~nponen yang tidak menu~~jukkan kerja dari segi nilai gizi (partikel asap); 3)
senyawa yang berinteraksi dengan komponen bahan pangan dan menurunkan nilai
gizi produk yang diasap (misalnya karbonil bereaksi dengan gugus amino); dan 4)
kolnponen beracun (senyawa 3,4-benzpiren dan 1,2,5,6-fenantrasen).
Diantara berbagai senyawa organik dan anorganik yang karsinogen,
senyawa hidrokarbon polisiklis rnerupakan senyawa yang paling banyak terdapat
di alam yang dapat mencemari lingkungan (Rhee dan Bratzler, 1968). Senyawa
benzo (a) pyrene potensial sebagai karsinogen, oleh karena itu analisa hidrokarbon
polisiklis dari asap dan produk makanan hasil pengasapan semakin meningkat.
Namun menurut Daun (1979) konsentrasinya sangat rendah dalarn daging asap
dan bahkan dapat dihilangkan dengan penggunaan asap sebagai flavor.
Berbagai faktor dapat berperan dalam pembentukan hidrokarbon polisiklis
aromatis dalam asap dan makanan, diantaranya yang penting adalah komposisi
kayu dan suhu pirolisis (Tilgner, 1976) serta kandungan lemak daging (Doremire,
et. al., 1979).
Benzo (a) pyrene merupakan kelompok senyawa hidrokarbon polisiklis
kontaminasi HPA dalanl makanan. Kadarnya bervariasi beberapa bagian per
biliun (ppb). Di Jerrnan kadar maksinlum benzo (a) pyrene dalam bahan makanan
yang diijinkan adalah 1 ppb (1 pg/kg) (Tilgner, 1968, Girard, 1992; dalam Jaya,
1997).
E. Pengaruh Pengasaparl terlladap daging yang diasap
Pengasapan daging yang dimaksudkan untuk mernberikan kesempatan
pada gas-gas yang dihasilkan dari pembakaran kayu tertentu masuk ke dalam
bahan makanan dengan tujuan untuk mernperpanjang masa simpannya (Girard,
1992). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pengasapan biasanya didahului dengan
kuring yang rnerupakan proses yang biasa dilakukan untuk pengawetan makanan.
Sedangkan menurut Soeparno (1994) maksud pengasapan daging adalah untuk
~neningkatkan flavor dan penanlpakan produk yang menarik
.
Flavor daging asap tergantung pada reaksi antara kornponen asap dan
protein daging, misal fen01 dan polifenol akan bereaksi dengan grup amino
(Krylova et al, 1962 disitir Soeparno, 1994). Menurut Pearson dan Tauber (1984)
karakteristik flavor daging asap ulnumnya berasal dari komponen fenol dari fase
uap. Komponen fen01 yang memegang peranan utama dalam pembentukan flavor
adalah guaicol ; 4- nietil guaikol ; dan 2,6 - dimetoksifenol. Sedangkan komponen
fenol yang berperan dalanl pembentukan aroma adalah syringol.
Flavor yang diberikan ole11 asap bervariasi tergantung pada beberapa
kondisi yang digunakan untuk menghasilkan asap. Asap yang sama dapat
menghasilkan aroma yang berbeda dengan daging yang berbeda. Oleh karena itu
flavor produk pengasapan sedikit banyaknya tergantung pada reaksi antara
Dengan demikian fenol-fen01 dan polifenol-polifenol bereaksi dengan grup SH
dan karbonil-karbonil dengan grup atnino (Lawrie, 1974).
For~naldehid dari asap mempunyai pengaruh preservatif yang besar. Fenol
mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang menghambat ransiditas oksidatif.
Semua senyawa yang terkandung di dalam asap ikut lnenentukan karakteristik
flavor daging asap. Selama pengasapan, konlponen asap diserap ole11 pernlukaan
produk dan air interstisial didalam produk daging asap. Aldehid, keton, fenol. dan
asam-asam organic dari asap memiliki daya bakteriostatik dan atau bakterisidal
pada daging asap (Urbain, 1971 disitir Soeparno, 1994). Selanjutnya dikatakan
bahwa daging asap lne~npunyai stabilitas yang lebih besar dan masa simpan yang
lebih lama dari pada daging segar. Pengaruh bakteriostatik akan hilang bila
permukaan daging asap rusak. Disarnping kombinasi panas dan asap, dehidrasi
pennukaan, koagulasi protein dan deposisi resin dari hasil kondesasi forlnal dehid
dan fen01 merupakan penghalang kimiawi dan fisis yang efektif terliadap
pertumbuhan dan penetrasi ~nikroorganisme kedalam daging asap.
Pembentukan wama yang khas pada permukaan daging asap menurut
Ziemba (1969) disitir Sulandra (1992) gugus karbonil yang terdapat pada
komponen asap dengan asam amino pada daging. Reaksi ini terjadi sejenis dengall
reaksi non-enzimatis Mailard. Pearson dan Tauber (1984) menyatakan bahwa
gugus karbonil berasal dari deko~nposisi gula dan karbohidrat lainnya. Grup
karbonil merupakan komponen utama pada kayu asap yang memegang peranan
dalam pembentukan warna, sedangkan grup amino berasal dari dekomposisi
protein atau komponen nitrogen lainnya. Pembentukan warna secara langsung
permukaan produk, dengan kelembapan 12-15'31 permukaan daging akan
menghasilkan pembentukan warna yang maksimal.
Penetrasi asap ke dalam produk daging sangat dipengaruhi ole11 densitas
asap, kecepatan dan sirkulasi udara dalarn ruang pengasapan, dan RH ruang
pengasapan, serta luas pertnukaan produk yang diasap. Semakin besar densitas
asap, akan senlakin cepat dan luas penetrasi asap kedalam produk. Semakin tinggi
kecepatan aliran udara dalam ruang pengasapan, senlakin banyak asap yang dapat
rnenempel pada pernlukaan produk. Kecepatan aliran udara ini perlu diatur
sehingga tidak terlalu cepat. Kecepatan aliran udara yang terlalu cepat dapat
menurunkan densitas asap. RH ruang pengasapan tidak hanya berpengaruh pada
laju penetrasi, tetapi juga pada sifat endapan asap. RH ruang yang tinggi akan
rnernpermudah endapan asap, sebaliknya pembentukan warna pada permukaan
daging asap menjadi terbatas. Kelen~baban permukaan daging turut
mempengaruhi penetrasi asap. Permukaan yang cukup lembab akan akan
mempermudah penetrasi asap, sebaliknya pernlukaan produk yang terlalu kering
akan mempersulit proses penetrasi asap ke dalam produk yang diasap (Pearson
dan Tauber, 1984).
Pengasapan mengakibatkan pengaliran gas yang akhirnya ~nengeringkan
produk yang diasap. Perubahan besar adalah susutnya air dan meningkatnya
kadar protein dan lemak per unit bobot bahan daging. Susut bobot dapat berkisar
dari 3 - 30 % (Shewan, 1949 disitir Daun, 1989). Menurut Daun (1989) setiap
perubahan nilai gizi yang terjadi akibat dehidrasi biasa, diduga berlangsung
dibawall kondisi pengasapan. Susutnya air menyebabkan ~eningkatan konsentrasi
pengasapan dan mungkin sekali menghasilkan perubahan tambahan dalam nilai
gizi produk yang diasap.
F. Penyinipanan Daging Asap
Dalam makanan masih terdapat sejun~lah kecil mikroba yang dapat
berkembangbiak dengan cepat bila kondisi penyimpanan meillungkinkan untuk
pertumbuhan dan perke~nbangbiakan lnikroba tersebut. Selanjutnya keadaan
inilah yang dapat menyebabkan kerusakan (kebusukan) makanan sebelum sampai
ke tangan konsumen atau bahkan dapat menyebabkan keracunan makanan jika
ditumbuhi bakteri patogen (Murhadi, 1994).
Tolok ukur yang digunakan untuk n~enentukan masa siinpan lnakanan
sangat ditentukan oleh jellis bahan pangan itu sendiri (Winarno, 1993).
Salah satu penyebab kerusakan bahan pangan adalah adanya kontaminasi
oleh mikroba. Mikroba perusak bahan pangan dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok yaitu bakteri, kapang, dan khamir. Jenis kerusakan mikrobiologis pada
makanan ditandai dengan timbulnya kapang, kebusukan, lendir dan terjadinya
perubahan warna (Winarno, 1993).
Kerusakan daging olahan terdiri dari 2 jenis yaitu kerusakan flavor
(aroma) dan kerusakan penampilan (appearance). Kerusakan flavor daging olahan
ditandai dengan timbulnya ketengikan, pembusukan atau adanya bau asanl.
Kerusakan yang berhubungan dengan penampilan produk disebabkan oleh :
1) perubahan wama oleh adanya aktivitas mikrobia, 2) pertumbuhan mikrobia
mikroskopis dan 3) perubahan warna oleh agensia bukan mikrobia (Kramlich,