PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER
BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN
PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO
KOMPRESI
SKRIPSI
Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ROBERTUS SIMANUNGKALIT
NIM. 080401078
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER
BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN
MODIFIKASI RASIO KOMPRESI”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan
Strata-1 (S1) pada Departemen Teknik Mesin Sub Bidang Konversi Energi,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi
penulis, namun berkat dorongan, semangat, doa dan bantuan baik materil, moril,
maupun semangat dari berbagai pihak akhirnya kesulitan itu dapat teratasi. Untuk
itu sebagai manusia yang harus tahu berterima kasih, degan penuh ketulusan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Tulus B. Sitorus, ST, MT selaku dosen pembimbing, yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.
2. Bapak Dr. Eng Himsar Ambarita, ST, MT selaku dosen pembanding I dan
Bapak Ir. M. Syahril Gultom MT selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ing. Ir Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ir. M. Syahril Gultom MT selaku Sekretaris Departemen Teknik
Mesin Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua penulis, almarhum P. Simanungkalit dan M. Sihombing
yang tidak pernah putus-putusnya memberikan dukungan, doa serta kasih
sayangnya yang tak terhingga kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Teknik Mesin yang
telah membimbing serta membantu segala keperluan penulis selama penulis
7. Rekan-rekan satu tim kerja, Hotlan Nababan, Rio Arinedo Sembiring, dan
Sepvinolist Tulus Pardede yang telah bersama-sama untuk menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan dari Tim HORAS seperti Munawir R. Siregar,
Nehemia Sembiring, Sepvinolist T. Pardede, Fernando B. Siagian, Irham
Fadillah, Ekawira Napitupulu, Hotlan Nababan, Ary Fadila, Sony A.
Sembiring, Rio Arinedo Sembiring, Zulfadhli, Ramadhan, dan Putra
Setiawan,
9. Rekan-rekan mahasiswa 2008 yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu,
para abang senior dan adik-adik junior semua yang telah mendukung dan
memberi semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekeliruan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis akan sangat berterima kasih dan
dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun demi tercapainya
tulisan yang lebih baik. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat
memberi manfaat kepada pembaca. Terima kasih.
Medan, Maret 2013
ABSTRAK
Pengujian secara langsung adalah cara paling efektif untuk mengetahui performa
sebuah mesin, dalam hal ini mesin otto empat langkah berkapasitas 109,1 cc diuji
menggunakan hidrolik dinamometer. Pada penelitian ini digunakan bahan bakar
premium dan pertamax plus. Rasio kompresi mesin dimodifikasi menjadi 11:1
agar mendapat data perbandingan sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi.
Effisiensi terbaik dari mesin diperoleh pada saat sebelum modifikasi rasio
kompresi pada kecepatan 30 km/jam beban 60 kg menggunakan bahan bakar
premium dimana konsumsi bahan bakar spesifik 224,28 gr/kWh dan effisiensi
termalnya mencapai 37,27%.
Kata kunci : Performansi, Mesin Otto, Modifikasi Rasio Kompresi,
ABSTRACT
Direct testing is the most effective way to determine the performance of a engine,
in this case otto engine capacity of 109.1 cc four-stroke tested using hydraulic
dynamometer. In this study the use of premium fuel and pertamax plus. The
compression ratio of the engine is modified to 11:1 in order to obtain comparative
data before and after the modification of the compression ratio. Best efficiency of
the engine is obtained before the modification of the compression ratio at a speed
of 30 km/h with 60 kg load using premium fuel in which the specific fuel
consumption of 224.28 g/kWh and thermal efficiency reached 37.27%.
DAFTAR ISI
1.2 Tujuan Penelitian ...1
1.3 Batasan Masalah ...2
1.4 Manfaat Penelitian ...2
1.5 Sistematika Penulisan ...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...4
2.1. Motor Bakar ...4
2.1.1. Mesin Diesel. ...5
2.1.2.Mesin Otto ...8
2.1.2.1.Siklus Ideal Ottto (Siklus Volume Konstan) ...9
2.1.2.2.Siklus Aktual ...12
2.1.2.3. Mesin Otto 2 Langkah...14
2.1.2.4. Mesin Otto 4 Langkah...16
2.1.3. Mesin Wankel ...20
2.1.4. Rasio Kompresi...22
2.2. Dinamometer ...23
2.3. Performansi Motor Bakar ...24
2.3.1 Torsi dan Daya ...24
2.3.3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik ...26
2.3.4. Effisiensi Mesin ...26
2.4. Analisis Ketidakpastian ...27
2.5. Lomba Kendaraan Hemat Energi...28
BAB III METODOLOGI PENGUJIAN ...30
3.1. Waktu dan Tempat ...30
3.2. Bahan Pengujian ...30
3.3. Alat Pengujian ...31
3.4. Prosedur Pengujian ...38
3.5. Bagan Alir Pengerjaan ...41
3.6. Modifikasi Rasio Kompresi...42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...45
4.1. Pengujian Performansi. ...45
4.1.1 Torsi ...46
4.1.2 Daya ...49
4.1.3 Perbandingan Udara dengan Bahan Bakar (AFR). ...52
4.1.4 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC). ...56
4.1.5. Effisiensi Termal. ...59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...63
5.1. Kesimpulan ...63
5.2. Saran ...64
DAFTAR PUSTAKA ...65
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Standar Stoikometeri Beberapa Bahan Bakar ...37
Tabel 3.2. Format Pengujian Kecepatan Terhadap Putaran Dengan Variasi Bahan
Bakar Premium dan Pertamax Plus ...39
Tabel 4.1. Hasil Prediksi Performansi Mesin Mobil Hemat Energi Secara
Teoritis...45
Tabel 4.2. Hasil pengujian torsi terhadap putaran dengan variasi bahan bakar
premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi. ...46
Tabel 4.3. Perbandingan persen galat torsi pada bahan bakar premium terhadap
kecepatan sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi. ...47
Tabel 4.4. Perbandingan persen galat torsi pada bahan bakar pertamax plus
terhadap kecepatan sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi ...47
Tabel 4.5. Hasil perhitungan daya terhadap putaran dengan variasi bahan bakar
premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi. ...49
Tabel 4.6. Perbandingan persen galat daya pada bahan bakar premium sebelum
dan setelah modifikasi rasio kompresi. ...50
Tabel 4.7. Perbandingan persen galat daya pada bahan bakar pertamax plus
sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi ...51
Tabel 4.8. Hasil pengujian AFR terhadap putaran dengan variasi bahan bakar
premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi ...52
Tabel 4.9. Perbandingan persen galat AFR terhadap kecepatan dengan variasi
bahan bakar premium setelah modifikasi rasio kompresi. ...53
Tabel 4.10. Perbandingan persen galat AFR terhadap kecepatan dengan variasi
Tabel 4.11. Hasil perhitungan SFC terhadap putaran dengan variasi bahan bakar
premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi. ...56
Tabel 4.12. Perbandingan persen galat SFC dengan variasi bahan bakar premium
sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi ...57
Tabel 4.13. Perbandingan persen galat SFC dengan variasi bahan bakar pertamax
plus sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi ...57
Tabel 4.14. Hasil perhitungan effisiensi termal terhadap putaran dengan variasi
bahan bakar premium dan pertamax plus setelah perubahan rasio kompresi ...59
Tabel 4.15. Perbandingan persen galat effisiensi termal terhadap kecepatan
dengan variasi bahan bakar premium sebelum dan setelah modifikasi rasio
kompresi. ...60
Tabel 4.16. Perbandingan persen galat effisiensi termal terhadap kecepatan
dengan variasi bahan bakar pertamax plus sebelum dan setelah modifikasi rasio
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Diagram P-v Mesin Diesel Aktual dan Ideal ...5
Gambar 2.2. Diagram T-s Mesin Diesel ...6
Gambar 2.3. Langkah Kerja Mesin Diesel ...7
Gambar 2.4. Diagram P-v Mesin Otto Ideal ...9
Gambar 2.5. Diagram Siklus P-v Mesin Otto Aktual...12
Gambar 2.6. Diagram T-S Mesin Otto ...13
Gambar 2.7. Mesin Otto 2 langkah ...15
Gambar 2.8. Langkah kerja mesin Otto 2 langkah...15
Gambar 2.9. Mesin Otto 4 langkah ...16
Gambar 2.10. Langkah hisap mesin otto 4 langkah ...17
Gambar 2.11. Langkah kompresi mesin Otto 4 langkah ...17
Gambar 2.12. Langkah usaha mesin Otto 4 langkah ...18
Gambar 2.13. Langkah buang mesin Otto 4 langkah ...19
Gambar 2.14. Mesin Wankel...21
Gambar 3.1. Mesin “MESIN USU” ...30
Gambar 3.2. Bahan Bakar Premium ...32
Gambar 3.3. Bahan Bakar Pertamax Plus ...32
Gambar 3.4. Speedometer ...33
Gambar 3.5. Tachometer ...34
Gambar 3.7. Timbangan Digital ...35
Gambar 3.8. Timbangan Analog ...36
Gambar 3.9. AFR Meter...36
Gambar 3.10. Toolbox ...38
Gambar 3.11. Bagan Alir Prosedur Pengerjaan ...41
Gambar 3.12. Piston Lama dan Piston Baru.... ...42
Gambar 3.13. Pengikisan Packing pada Cylinder Block...42
Gambar 3.14. Posisi Mesin Saat Mengukur Rasio Kompresi. ...44
Gambar 4.1. Grafik Torsi vs Kecepatan...48
Gambar 4.2. Grafik Daya vs Kecepatan...51
Gambar 4.3. Grafik AFR vs Kecepatan ...55
Gambar 4.4. Grafik SFC vs Kecepatan ...58
DAFTAR NOTASI
Notasi, symbol dan singkatan yang digunakan dalam laporan ini adalah
sebagai berikut :
Nc Jumlah silinder
N Putaran mesin rpm
rc Rasio kompresi
τ Torsi Nm
Daya poros kW
P Tekanan kPa
T Temperatur K
R Konstanta udara kJ/kg.K
AFR Perbandingan udara dengan bahan bakar
QHV Nilai kalor bahan bakar kJ/kg
Vd Volume langkah m3
Vc Volume sisa m3
ma Massa udara kg/siklus
mf Massa bahan bakar kg/siklus
Laju aliran bahan bakar ke ruang bakar kg/sec
Laju aliran udara ke mesin kg/sec
ηt Effisiensi termal %
sfc Spesific fuel consumption gr/kWh
ηc Effisiensi pembakaran
ηf Effisiensi konversi bahan bakar
ABSTRAK
Pengujian secara langsung adalah cara paling efektif untuk mengetahui performa
sebuah mesin, dalam hal ini mesin otto empat langkah berkapasitas 109,1 cc diuji
menggunakan hidrolik dinamometer. Pada penelitian ini digunakan bahan bakar
premium dan pertamax plus. Rasio kompresi mesin dimodifikasi menjadi 11:1
agar mendapat data perbandingan sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi.
Effisiensi terbaik dari mesin diperoleh pada saat sebelum modifikasi rasio
kompresi pada kecepatan 30 km/jam beban 60 kg menggunakan bahan bakar
premium dimana konsumsi bahan bakar spesifik 224,28 gr/kWh dan effisiensi
termalnya mencapai 37,27%.
Kata kunci : Performansi, Mesin Otto, Modifikasi Rasio Kompresi,
ABSTRACT
Direct testing is the most effective way to determine the performance of a engine,
in this case otto engine capacity of 109.1 cc four-stroke tested using hydraulic
dynamometer. In this study the use of premium fuel and pertamax plus. The
compression ratio of the engine is modified to 11:1 in order to obtain comparative
data before and after the modification of the compression ratio. Best efficiency of
the engine is obtained before the modification of the compression ratio at a speed
of 30 km/h with 60 kg load using premium fuel in which the specific fuel
consumption of 224.28 g/kWh and thermal efficiency reached 37.27%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Motor bakar adalah adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin
yang mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah
energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanis. Energi termal tersebut
diperoleh dari hasil proses pembakaran bahan bakar di dalam mesin itu sendiri.
Kompresi pada mesin merupakan perbandingan tekanan udara berbanding
bahan bakar. Dalam pengertian yang lebih luas, rasio kompresi adalah
perbandingan volume ruang bakar saat piston di titik mati bawah (TMB) dengan
volume ruang bakar saat titik mati atas (TMA). Semakin besar perbandingan rasio
kompresi maka pada saat piston berada di titik mati atas (TMA) akan memiliki
tekanan dan suhu yang semakin besar pula.
Bahan bakar memegang peranan penting dalam motor bakar, nilai kalor
yang terkandung didalamnya adalah nilai yang menyatakan jumlah energi panas
maksimum yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi pembakaran
sempurna persatuan massa atau volume bahan bakar tersebut.
Dewasa ini banyak sekali masalah yang timbul diakibatkan oleh cadangan
bahan bakar minyak yang terbatas dan harganya yang semakin melambung, oleh
karena itu belakangan ini juga sangat marak dilakukan riset dan penelitian dan
kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan penghematan bahan bakar. Salah
satu kegiatan yang mengundang banyak orang untuk melakukan penghematan
adalah Shell Eco-marathon, dimana kegiatan ini merupakan reguler tahunan yang
menantang tim mahasiswa dari seluruh dunia untuk merancang dan membangun
kendaraan yang paling hemat energi untuk bersaing dengan kendaraan tim lain,
dimana pemenangnya adalah kendaraan yang dapat bergerak dengan jarak terjauh
dengan menggunakan bahan bakar atau energi paling sedikit.
Penggunaan bahan bakar juga sangat variatif, pada kesempatan ini dalam
perancangannya mesin “MESIN USU” memilih untuk menggunakan bahan bakar
adalah premium yang bernilai RON 88 sedangkan pada kompetisi Shell
Eco-marathon Asia adalah RON 95 dan di Indonesia lebih dikenal dengan nama
pertamax plus. Dengan demikian perlu diadakannya pengujian performansi untuk
membandingkan hasil dari kedua bahan bakar tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan performansi dari mesin “MESIN USU” dengan
menggunakan bahan bakar premium sebelum dan setelah modifikasi
rasio kompresi.
2. Membandingkan performansi dari mesin “MESIN USU” dengan
menggunakan bahan bakar pertamax plus sebelum dan setelah
modifikasi rasio kompresi.
1.3 Batasan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang
dikaji dalam penulisan skripsi, maka perlu kiranya diberikan batasan masalah
sebagai berikut :
1. Mesin yang digunakan adalah mesin sepeda motor Revo 109,1 cc
dengan modifikasi rasio kompresi menjadi 11:1
2. Menggunakan bahan bakar premium dan pertamax plus.
3. Batasan-batasan (asumsi) yang lain ditentukan pada saat pengujian.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari skripsi ini adalah :
1. Dapat mengetahui perbandingan performansi dari mesin “MESIN
USU” dengan menggunakan bahan bakar premium dan pertamax plus
sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi.
2. Dapat menjadi referensi untuk perbaikan-perbaikan mesin “MESIN
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan pada skripsi ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan
masalah yang berisi antara lain : latar belakang, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi dasar teori dari topik yang dikaji dan digunakan sebagai
landasan dalam memecahkan masalah dan menganalisis permasalahan
tersebut meliputi penjelasan mengenai jenis-jenis motor bakar, performansi
motor bakar dan lomba kendaran hemat energi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi kerangka pemikiran dan langkah yang dilakukan untuk
mengidentifikasi permasalahan, beserta variabel-variabel yang akan diukur
dan perlengkapan pengujian tersebut meliputi waktu dan tempat penelitian,
peralatan pengujian, bahan pengujian dan prosedur pengujian.
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA
Bab ini berisi analisis dari data hasil pengujian dan permasalahan yang
terjadi pada perhitungan teoritis performansi motor bakar.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari analisa yang dilakukan terhadap
permasalahan dan saran mengenai penyempurnaan hasil penelitian untuk
generasi berikutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Motor Bakar
Motor bakar adalah adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin
yang mengubah energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah
energi kimia bahan bakar menjadi energi mekanis. Energi termal tersebut
diperoleh dari hasil proses pembakaran bahan bakar di dalam mesin itu sendiri.
Cara memperoleh energi termal tersebut dari hasil proses pembakaran bahan
bakar di dalam mesin itu sendiri, maka dapat dibagi menjadi 2 bagian dengan
kelebihan masing-masing, yaitu:
1. Mesin Pembakaran Luar (External Combustion Engine)
Contohnya :
a. Steam engine (mesin uap torak), panas pembakaran di dalam ruang
bakar akan memanasi air yang kemudian menjadi uap sehingga uap
tersebut akan menggerakkan torak.
b. Turbin gas dan turbin uap
Kelebihannya:
1. Dapat digunakan bahan bakar berkualitas rendah baik bahan bakar
padat, cair maupun gas.
2. Kapasitas besar, seperti : pusat pembangkit tenaga listrik, pusat
pembangkit tenaga uap, dalam hal ini untuk penggerak turbin dan
proses produksi.
3. Pada umumnya tidak terdapat bagian yang bergerak translasi
bolak-balik sehingga getaran yang terjadi kecil.
2. Mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion Engine)
Contohnya :
a. Motor bakar torak : mesin otto dengan penyalaan loncatan bunga api,
mesin diesel dengan penyalaan kompresi, mesin wankel dengan gerak
torak berputar (rotary).
Kelebihannya:
2. Bahan bakar lebih irit.
3. Investasi awal lebih kecil.
4. Cocok untuk tenaga penggerak pada kendaraan.
2.1.1. Mesin Diesel
Motor diesel adalah jenis khusus dari mesin pembakaran dalam.
Karakteristik utama pada mesin diesel yang membedakannya dari motor bakar
yang lain terletak pada metode pembakaran bahan bakarnya.
Cara kerja mesin diesel ini adalah udara masuk ke dalam
mesin diesel dan dikompresi ole
Atas (TMA) atau BTDC (Before Top Dead Center), bahan bakar
diijeksikan ke
dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Hasil pencampuran ini menyala dan
membakar dengan cepat, ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang
pembakaran mengembang dengan cepat, mendorong piston ke bawah dan
menghasilkan tenaga linear. Siklus diesel (ideal) pembakaran tersebut dimisalkan
dengan pemasukan panas pada tekanan konstan.
Gambar 2.1 Diagram P-v Mesin Diesel aktual dan ideal
Keterangan Gambar :
P = Tekanan (atm)
q
in = Kalor yang masuk (kJ)q
out = Kalor yang dibuang (kJ)
Gambar 2.2 Diagram T-S Mesin Diesel
Keterangan Gambar :
T = Temperatur (K)
S = Entropi (kJ/kg.K)
q
in = Kalor yang masuk (kJ)q
out = Kalor yang dibuang (kJ)Keterangan siklus :
1-2 Kompresi Isentropik
2-3 Pemasukan Kalor pada Tekanan Konstan
3-4 Ekspansi Isentropik
4-1 Pengeluaran Kalor pada Tekanan Konstan
Mesin diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin
pembakaran dalam (internal combustion engine). Prinsip kerja motor diesel
adalah merubah energi kimia menjadi energi mekanis. Energi kimia di dapatkan
(udara) di dalam silinder (ruang bakar). Pembakaran pada mesin diesel terjadi
karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat kompresi
torak hingga mencapai temperatur nyala.
Gambar 2.3 Langkah kerja mesin diesel [12]
Proses kerja motor diesel terdiri dari 4 langkah sebagai berikut :
a). Langkah Hisap
Piston bergerak dari TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati bawah),
katup masuk terbuka. Udara murni terhisap masuk ke dalam selinder akibat
terjadinya kevakuman dalam ruang silinder karena terjadi pembesaran volume
ruang di atas torak (gerak dari TMA ke TMB).
b). Langkah Kompresi
Poros engkol terus berputar, piston bergerak dari TMB ke TMA, kedua
katup tertutup. Udara murni yang terhisap tadi terkompresi dalam ruang bakar.
Karena terkompresi suhu dan tekanan udara tersebut naik hingga mencapai 35 atm
dengan temperatur 500⁰ - 800⁰ (pada perbandingan kompresi 20 : 1).
c). Langkah Usaha
Poros engkol masih terus berputar, beberapa derajat sebelum torak
mencapai TMA di akhir langkah kompresi, bahan bahar diinjeksikan ke dalam
ruang bakar. Karena suhu udara kompresi yang tinggi terjadilah pembakaran yang
TMB. Kedua katup masih dalam keadaan tertutup. Gaya dorong ke bawah
diteruskan oleh batang piston ke poros engkol untuk dirubah menjadi gerak rotasi.
Langkah usaha ini berhenti ketika katup buang mulai membuka beberapa derajat
sebelum torak mencapai TMB.
d). Langkah Buang
Poros engkol masih terus berputar, piston bergerak dari TMB ke TMA,
katup buang terbuka. Gas sisa hasil pembekaran terdorong keluar dari ruang bakar
(ruang silinder di atas torak) menuju udara luar melalui katup buang yang terbuka.
Karena gas sisa tersebut masih bertekanan tinggi.
2.1.2. Mesin Otto
Mesin otto adalah sebuah tipe
menggunakan nyala busi untuk proses pembakaran, dirancang untuk
menggunakan bahan bakar gasoline atau yang sejenis.
Mesin otto berbeda dengan
bahan bakar dengan udara, dan mesin otto selalu menggunakan penyalaan busi
untuk proses pembakaran. Pada mesin diesel, hanya udara yang dikompresikan
dalam ruang bakar dan dengan sendirinya udara tersebut terpanaskan, bahan bakar
diinjeksikan ke dalam ruang bakar di akhir langkah kompresi untuk bercampur
dengan udara yang sangat panas, pada saat kombinasi antara jumlah udara, jumlah
bahan bakar, dan temperatur dalam kondisi tepat maka campuran udara dan bakar
tersebut akan terbakar dengan sendirinya. Siklus otto (ideal) pembakaran tersebut
2.1.2.1 Siklus Ideal Otto (Siklus Volume Konstan)
Gambar 2.4 Diagram P-v Mesin Otto ideal
Keterangan Gambar :
P = Tekanan (atm)
V = Volume Spesifik (m3/kg)
q
in = Kalor yang masuk (kJ)q
out = Kalor yang dibuang (kJ)Agar lebih mudah memahami diagram p-v motor bakar torak, maka dilakukan
terlebih dahulu idealisasi. Proses yang terjadi sebenarnya berbeda dengan proses
ideal.
Beberapa idealisasi pada siklus ideal antara lain :
a. Fluida kerja dalam silinder adalah udara, dianggap gas ideal dengan
konstanta kalor yang konstan.
b. Proses kompresi dan ekspansi berlangsung secara isentropik.
c. Proses pembakaran dianggap sebagai proses pemanasan fluida kerja.
d. Pada akhir proses ekspansi, yaitu pada saat torak mencapai titik mati
bawah, fluida kerja didinginkan sehingga tekanan dan temperatur turun
mencapai tekanan dan temperatur atmosfer.
e. Tekanan fluida kerja di dalam silinder selama langkah buang dan langkah
Proses siklusnya adalah sebagai berikut :
a. Proses 0-1 (Langkah Hisap) : Menghisap udara pada tekanan konstan,
katup masuk terbuka dan katup buang tertutup, campuran bahan bakar dan
udara mengalir ke dalam silinder melalui lubang katup masuk.
P0 = P1...(2.1)
b. Proses 1-2 (Kompresi Isentropik) : Semua katup tertutup. Campuran bahan
bakar dan udara yang berada di dalam silinder tadi ditekan dan
dimampatkan oleh torak yang bergerak ke titik mati atas. Akibatnya,
tekanan dan suhu dalam silinder naik menjadi P2 dan T2.
c. Proses 2-3 : Proses penambahan kalor pada volume konstan.
d. Proses 3-4 : Ekspansi Isentropik
k
Kerja ekspansi dari titik 3 ke titik 4 dari siklus Otto juga merupakan proses
isentropis, persamaannya ditunjukkan sebagai berikut :
V4 = volume pada titik 4 (m3)
e. Proses 4-1 : Proses pembuangan kalor pada volume konstan
(
1 4)
2.1.2.2. Siklus Aktual
Gambar 2.5 Diagram Siklus P-v Mesin Otto Aktual
Keterangan Gambar :
V = Volume Spesifik (m3/kg)
q
in = Kalor yang masuk (kJ)q
out = Kalor yang dibuang (kJ)Dalam siklus aktual, fluida kerjanya adalah campuran bahan bakar-udara, jadi
ada proses pembakaran untuk sumber panas. Pada langkah hisap, tekanannya
lebih rendah dibandingkan dengam langkah buang. Proses pembakaran dimulai
dari penyalaan busi (ignition) sampai akhir pembakaran. Proses kompresi dan
ekspansi tidak adiabatis, karena terdapat kerugian panas yang keluar ruang bakar.
Gambar 2.6 Diagram T-S Mesin Otto
Keterangan Gambar :
T = Temperatur (K)
S = Entropi (kJ/kg.K)
q
in = Kalor yang masuk (kJ)q
out = Kalor yang dibuang (kJ)Keterangan siklus :
1-2 Kompresi Isentropik
3-4 Ekspansi Isentropik
4-1 Pengeluaran Kalor pada Volume Konstan
Pada mesin otto, pada umumnya udara dan bahan bakar dicampur sebelum
masuk ke ruang bakar, sebagian kecil mesin otto modern mengaplikasikan injeksi
bahan bakar langsung ke silinder ruang bakar termasuk mesin otto 2 langkah
untuk mendapatkan emisi gas buang yang ramah lingkungan. Pencampuran udara
dan bahan bakar dilakukan oleh karburator atau sistem injeksi, keduanya
mengalami perkembangan dari sistem manual sampai dengan penambahan
sensor-sensor elektronik. Sistem Injeksi Bahan bakar di motor otto terjadi diluar silinder,
tujuannya untuk mencampur udara dengan bahan bakar seproporsional mungkin,
hal ini disebut EFI.
2.1.2.3. Mesin Otto 2 Langkah
Mesin otto 2 langkah belakangan ini penggunaannya sudah sangat sedikit
dikarenakan emisi gas buang yang relatif lebih besar dibandingkan dengan mesin
otto 4 langkah. Cara kerja pada mesin otto 2 langkah sangat simpel, hakekatnya
mesin motor 2 langkah pada sebuah ruang pembakarannya terjadi dua kali
langkah piston. Langkah buang dan langkah isap terjadi pada saat torak berada
disekitar TMB. Lubang isap dan lubang buang pada dinding silinder dibuka dan
ditutup oleh torak itu sendiri, berikut dijelaskan 2 istilah dalam mesin otto 2
langkah.
-Titik Mati Atas (TMA) atau dengan kata lain Upstroke,
-Titik Mati Bawah (TMB) atau dengan kata lain Downstroke.
Dibawah ini dijelaskan mengenai detail dari gambar mesin otto 2 langkah,
dimana mesin otto 2 langkah ini tidak memiliki klep seperti pada mesin-mesin
Gambar 2.7 Mesin Otto 2 langkah [10]
Berikut ini dijelaskan langkah kerja mesin otto 2 langkah, disini gas buang
didesak keluar dari dalam silinder melalui lubang buang oleh udara dan campuran
bahan bakar dan udara yang dimasukkan dalam silinder. Sudah barang tentu
sebagian udara atau campuran bahan bakar dan udara segar ikut keluar dari dalam
silinder bersama-sama dengan gas buang
Gambar 2.8 Langkah kerja mesin Otto 2 langkah [11]
1. Langkah Pertama TMA ke TMB
Piston bergerak dari TMA ke TMB maka terjadilah penekanan pada ruang
bilas yang berada diruang piston, pada lubang linier terdapat lubang dari
inlangkahe dan exhaust. Pada saat piston bergerak melewati lubang exhaust, gas
yang ada pada ruang bakar akan keluar melewati lubang exhaust. Sedangkan saat
terpompa oleh piston akan masuk kedalam ruang bakar, dan saat ini sedang terus
berlanjut gas dari sisa pembakaran akan terdorong keluar melalui exhaust.
2. Langkah Kedua dari TMB ke TMA
Pada saat piston bergerak dari TMB ke TMA akan melakukan
penghisapan campuran bahan bakar, udara, dan oli samping. Setelah piston
melewati lubang inlangkahe dan lubang exhaust, maka piston akan melakukan
sistem kompresi yang terjadilah tekanan pada ruang bakar. Piston akan terus
menekan hingga tepat di posisi TMA, sedangkan campuran bahan bakar dan
udara yang sudah dapat tekanan dari piston akan terbakar oleh api yang dihasilkan
oleh sebuah busi, setelah itu terjadi pada uang bakar maka akan diteruskan ke
langkah tenaga, dan tenaga disalurkan ke bagian transmisi, itu terjadi selama
mesin motor hidup.
2.1.2.4 Mesin Otto 4 Langkah
Mesinempat langkah adalah mesin pembakaran dalam yang dalam
satu siklus pembakaran terjadi empat langkah piston. Empat langkah
tersebut meliputi, langkah hisap (pemasukan), kompresi, tenaga dan langkah
buang yang secara keseluruhan memerlukan dua putaran poros engkol
(crankshaft) per satu siklus pada mesin otto
Prinsip kerja motor otto empat langkah adalah sebagai berikut :
1. Langkah Hisap
Dalam langkah ini, campuran bahan bakar dan udara di hisap ke dalam
ruang bakar, Katup hisap membuka sedangkan katup buang tertutup. Waktu torak
bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB), menyebabkan
ruang silinder menjadi vakum dan menyebabkan masuknya campuran udara dan
bahan bakar ke dalam silinder yang disebabkan adanya tekanan udara luar.
Gambar 2.10 Langkah hisap mesin otto 4 langkah [6]
2. Langkah Kompresi
Dalam langkah ini, campuran udara dan bahan bakar dikompresikan.
Katup hisap dan katup buang tertutup. Waktu torak naik dari titik mati bawah
(TMB) ke titik mati atas (TMA), campuran yang dihisap tadi dikompresikan.
Akibatnya tekanan dan temperaturnya akan naik, sehingga akan mudah terbakar.
Saat inilah percikan api dari busi terjadi. Poros engkol berputar satu kali ketika
torak mencapai titk mati atas (TMA).
3. Langkah Usaha
Dalam langkah ini, mesin menghasilkan tenaga dimana gerak translasi
piston diubah menjadi gerak rotasi oleh poros engkol dan selanjutnya akan
menggerakkan kendaraan. Saat torak mencapai titik mati atas (TMA) pada saat
langkah kompresi, busi memberikan loncatan bunga api pada campuran udara dan
bahan bakar yang telah dikompresikan. Dengan adanya pembakaran, kekuatan
dari tekanan gas pembakaran yang tinggi mendorong torak ke bawah. Usaha ini
yang menjadi tenaga mesin.
Gambar 2.12 Langkah usaha mesin Otto 4 langkah [6]
4. Langkah Buang
Dalam langkah ini, gas yang sudah terbakar, akan dibuang ke luar silinder.
Katup buang membuka sedangkan katup hisap tertutup.Waktu torak bergerak dari
titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA), mendorong gas bekas keluar
dari silinder. Pada saat akhir langkah buang dan awal langkah hisap kedua katup
akan membuka sedikit (valve overlap) yang berfungsi sebagai langkah pembilasan
(campuran udara dan bahan bakar baru mendorong gas sisa hasil pembakaran).
Ketika torak mencapai TMA, akan mulai bergerak lagi untuk persiapan langkah
berikutnya, yaitu langkah hisap. Poros engkol telah melakukan 2 putaran penuh
dalam satu siklus yang terdiri dari empat langkah yaitu, 1 langkah hisap, 1
langkah kompresi, 1 langkah usaha, 1 langkah buang yang merupakan dasar kerja
Gambar 2.13 Langkah buang mesin Otto 4 langkah [6]
Proses Kerja adalah keseluruhan langkah yang berurutan untuk terjadinya
satu siklus kerja dari motor. Proses kerja ini terjadi berurutan dan berulang-ulang.
Piston motor bergerak bolak balik dari titik mati atas (TMA) ke titik mati bawah
(TMB) dan dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA) pada langkah
selanjutnya.
Pada motor empat langkah, proses kerja motor diselesaikan dalam empat
langkah piston.
- Langkah pertama yaitu piston bergerak dari TMA ke TMB, disebut
langkah pengisian.
- Langkah kedua yaitu piston bergerak dari TMB ke TMA disebut langkah
kompresi.
- Langkah ketiga piston bergerak dari TMA ke TMB disebut langkah usaha.
Pada langkah usaha ini terjadilah proses pembakaran bahan bakar
(campuran udara dan bahan bakar) di dalam silinder motor/ruang
pembakaran yang menghasilkan tenaga yang mendorong piston dari TMA
ke TMB.
- Langkah keempat yaitu piston bergerak dari TMB ke TMA disebut
langkah pembuangan. Gas hasil pembakaran didorong oleh piston keluar
silinder motor. Jadi pada motor empat langkah proses kerja motor untuk
menghasilkan satu langkah usaha (yang menghasilkan tenaga) diperlukan
Empat langkah piston berarti sama dengan dua kali putaran poros engkol.
Pada motor dua langkah proses kerja motornya untuk mendapatkan satu kali
langkah usaha hanya diperlukan dua kali langkah piston. Motor dua langkah yang
paling sederhana, pintu masuk atau lubang masuk dan lubang buang terlelangkah
berhadap-hadapan yaitu berada pada sisi bawah pada dinding silinder motor.
Proses kerjanya adalah sebagai berikut.:
- Piston berada TMB, kedua lubang (masuk dan buang) sama sama terbuka
kemudian campuran udara dan bahan bakar dimasukkan kedalam silinder
melalui lubang masuk.
- Gerakan piston dari TMB ke TMA, maka lubang masuk akan tertutup dan
tertutup pula lubang buang, maka terjadilah langkah kompresi. Pada akhir
langkah kompresi ini terjadilah pembakaran gas bahan bakar. Dengan
terjadinya pembakaran gas bahan bakar maka dihasilkan tenaga
pembakaran yang mendorong piston ke bawah dari TMA ke TMB.
- Langkah usaha terakhir terjadilah pembuangan gas bekas begitu terbuka
lubang buang. Sesudah itu terbuka pula lubang masuk sehingga terjadi
pemasukkan gas baru sekaligus mendorong mendorong gas bekas keluar
melalui lubang buang.
Dengan demikian pada motor dua langkah proses motor untuk
menghasilkan satu kali langkah usaha/pembakaran gas dalam silinder, hanya
diperlukan dua langkah piston. Dilihat dari putaran poros engkolnya diperlukan
satu kali putaran poros engkol.
2.1.3. MesinWankel
Mesin wankel yang juga disebut dengan mesin rotari adalah mesin
pembakaran dalam yang digerakan oleh tekanan yang dihasilkan dari pembakaran
dan diubah menjadi gerakan berputar pada rotor yang selanjutnya akan
menggerakan poros.
Mesin ini ditemukan oleh insinyur Jerman Felix Wankel. Ia mendapatkan
penelitiannya di NSU Motorwenke AG dan tahun 1957 ia membuat prototypenya.
NSU kemudian melisensikan konsepnya kepada beberapa manufaktur di seluruh
dunia untuk diperbaiki konsepnya.
Mesin wankel sering dipakai untuk berbagai kendaraan dan peralatan
seperti mobil, sepeda motor, pesawat terbang, go-kart, speed boat, snowmobile,
pembangkit listrik, mesin pabrik industri dan lain-lain, namun belakangan ini
penggunaan mesin ini semakin jarang diakibatkan emisi gas buang yang relatif
lebih tinggi dari mesin-mesin lainnya dan borosnya pemakain bahan bakar.
Gambar 2.14 Mesin Wankel [8]
Prinsip kerja dari mesin wankel sama saja dengan mesin 4-langkah
konvensional. Pertama-tama, campuran bahan bakar dan udara masuk ke dalam
ruang silinder karena hisapan dari perputaran rotor. Lalu, campuran bahan bakar
dan udara dibawa ke sisi yang lain dan termampatkan oleh pergerakan rotor.
Langkah selanjutnya, busi menyemburkan api yang membakar campuran bahan
bakar dan menyebabkan peningkatan tekanan gas serta meningkatkan perputaran
rotor dan sumbu eksentrik. Kemudian, saat rotor bergerak ke sisi yang lain untuk
memulai siklus yang baru, sisa pembakaran keluar melalui saluran gas buang.
Perbedaan mesin Wankel dengan mesin 4-langkah konvensional adalah
mesin Wankel tidak perlu mengubah energi gerak piston yang naik turun menjadi
energi putar sehingga lebih efisien.
Keunggulan yang dimiliki mesin wankel antara lain bobotnya yang ringan
dibandingkan dengan mesin 4-langkah konvensional. Tenaga yang dihasilkan
mesin ini juga lebih besar dibanding dengan mesin konvensional dengan kapasitas
yang lebih besar.
Kekurangan dari mesin ini adalah boros bahan bakar. Emisi yang
dihasilkan mesin ini juga cukup tinggi dan boros oli. Hal ini menyebabkan biaya
perawatan untuk mesin Wankel sangat besar dan sering kali mesin wankel hanya
dipakai untuk keperluan balapan.
2.1.4 Rasio Kompresi
Kompresi pada mesin merupakan perbandingan tekanan udara berbanding
bahan bakar. Dalam pengertian yang lebih luas, rasio kompresi adalah
perbandingan volume ruang bakar saat piston di titik mati bawah (TMB) dengan
volume ruang bakar saat titik mati atas (TMA). Semakin besar perbandingan rasio
kompresi maka pada saat piston berada di titik mati atas (TMA) akan memiliki
tekanan dan suhu yang semakin besar pula.
Rasio kompresi adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan
volume antara volume total silinder dengan volume ruang bakar nya. Volume total
adalah penjumlahan dari volume silinder dan volume ruang bakar.
Untuk menghitung perbandingan kompresi memakai rumus :
Cr = (V1+V2) / (V1)...(2.20)
Dimana :
Cr = Rasio Kompresi
V1 = Volume silinder saat piston pada TMA (cc)
2.1.Dinamometer
Dinamometer digunakan untuk mengukur torsi pada keseluruhan operasi
mesin, dinamometer yang digunakan adalah tipe water brake dynamometer
dimana memanfaatkan aliran air secara proporsional dengan beban yang
diterapkan untuk menciptakan resistensi terhadap motor.
Gambar 2.14 Water brake dynamometer operation theory[13]
Dinamometer ini terdiri dari sebuah poros yang memegang sebuah rotor
dan berputar di dalam casing yang tidak bisa dimasuki air. Di setiap permukaan
rotor terdapat sejumlah baling-baling radial yang dipasang pada rotor poros.
Ruangan antara baling-baling ini membentuk poket-poket ½ elip, juga pada
permukaan casing dilengkapi dengan baling-baling seperti pada rotor. Bila rotor
digerakkan, air disemburkan keluar oleh tenaga sentripugal, air yang disemburkan
itu ditahan oleh poket-poket casing dan poket-poket casing ini berfungsi untuk
mengembalikan air ke rotor, sehingga air terus bolak-balik antara poket rotor dan
poket casing. Ini merupakan proses turbulensi yang tinggi yang terus terjadi
berulang-ulang. Akibat proses turbulensi maka akan terjadi panas, tetapi panas ini
dapat dihilangkan dengan jalan mengatur luapan air yang terus menerus mengisi
bagian belakang poket-poket casing dengan sebuah pipa karet yang fleksibel.
Poros rotor pada casing bergerak dan berputar di dalam bearing juga
trunion bearing yang berbentuk bola besar, (self lining) dan juga pada casing
dilekatkan sebuah lengan torsi yang dihubungkan dengan sebuah spring balance.
Kedudukan spring balance jarumnya harus menunjuk nol (berarti dinamometer
dalam keadaan setimbang) pada waktu berhenti dan pada waktu air mengalir
masuk casing tetapi mesin belum bekerja. Kesetimbangan ini dapat dilakukan
dengan memberi pada casing suatu beban penyeimbang yang sudah dikalibrasi
terlebih dahulu.
2.3. Performansi Motor Bakar
Bagian ini membahas tentang performansi mesin pembakaran dalam.
Parameter mekanik yang termasuk dalam subbab ini adalah torsi, daya,
perbandingan udara bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik dan effisiensi
dari pembakaran di dalam mesin.
2.3.1. Torsi dan Daya
Torsi yang dihasilkan suatu mesin dapat diukur dengan menggunakan
dinamometer yang dikopel dengan poros output mesin. Oleh karena sifat
dinamometer yang bertindak seolah-olah seperti sebuah rem dalam sebuah mesin,
maka daya yang dihasilkan poros output ini sering juga disebut dengan brake
power. Torsi didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada jarak momen dan
memiliki satuan N-m atau lbf-ft.
Daya didefinisikan sebagai usaha dari mesin per satuan waktu.
2.3.2. Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR)
Air-Fuel Ratio adalah parameter yang digunakan untuk mendeskripsikan
rasio campuran udara dengan bahan bakar:
...(2.22)
...(2.23)
...(2.24)
= ...(2.25)
...(2.26)
Dimana :
Massa udara (kg/siklus)
Laju aliran udara ke mesin (kg/sec)
Massa bahan bakar (kg/siklus)
Laju aliran bahan bakar ke mesin (kg/sec)
= Jumlah silinder
= Putaran mesin (rpm)
= 2 (rev/sec) untuk 4 langkah dan 1 (rev/sec) untuk 2 langkah
= Tekanan udara masuk silinder (85-90 kPa)
= Volume langkah (m3)
= Volume sisa (m3)
= Konstanta gas ideal (0,287 kJ/kg.K)
= Temperatur udara masuk silinder (333 K)
= 8 – 11 untuk mesin pengapian busi (Spark Ignition Engine) modern
2.3.3. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
Konsumsi bahan bakar spesifik didefinisikan dengan :
...(2.27)
Dimana:
Konsumsi bahan bakar spesifik / Specific Fuel Consumption (gm/kWh)
Laju aliran bahan bakar ke mesin
Daya poros (kW)
2.3.4. Efisiensi Mesin
Waktu yang diperlukan untuk proses pembakaran suatu siklus mesin
sangatlah singkat dan pada umumnya tidak semua bahan bakar habis terbakar oleh
oksigen atau bahkan temperatur sekitar tidak mendukung reaksi kimia yang
terjadi. Kemungkinan terburuk sebahagian kecil molekul bahan bakar tidak
bereaksi dan terbawa ke aliran pembuangan (exhaust). Effisiensi pembakaran
menerangkan seberapa banyak bahan bakar yang bereaksi dan terbakar.
memiliki nilai yang berkisar dari 0.95 sampai 0.98 ketika mesin bekerja. Untuk
satu siklus mesin pada satu silinder, panas yang ditambahkan adalah :
...(2.28)
Untuk keadaan steady :
...(2.29)
Effisiensi termalnya adalah :
...(2.30)
Daya poros (kW)
massa bahan bakar (kg/siklus)
Laju aliran bahan bakar ke ruang bakar (kg/sec)
Nilai kalor dari bahan bakar (44400 Kj/kg)
= Effisiensi pembakaran (0,95 - 0,98)
2.4.Analisis Ketidakpastian
Suatu cara atau metode untuk menaksir ketidakpastian dalam hasil-hasil
eksperimen telah dikemukakan oleh Kline dan McClintock. Metode ini didasarkan
atas spesifikasi yang teliti ketidakpastian dalam berbagai pengukuran primer
eksperimen. Umpamanya, suatu bacaan tekanan tertentu mungkin dinyatakan
sebagai:
P = 100 kN/m2 ± 1 kN/m2
Bila tanda plus atau minus itu digunakan untuk menyatakan
katidakpastian, orang yang membuat penandaan itu sebenarnya menyatakan
berapa menurut pendapatnya derajat ketelitian pengukuran yang dilakukannya itu.
Perlu dicatat bahwa spesifikasi itu sendiri tidak pasti, karena pelaku eksperimen
itu tentunya tidak pasti mengenai ketelitian dalam pengukurannya.
Bila instrumen itu baru saja dikalibrasi secara seksama, dengan tingkat
presisi yang tinggi, eksperimentalis itu mungkin dapat memberikan tingkat
ketidakpastian pengukuran yang lebih baik dari bila pengukuran dilakukan dengan
pengukur atau instrumen lain yang riwayat kalibrasinya tidak diketahui. Sebagai
cara yang lebih baik dalam memberikan spesifikasi ketidakpastian suatu
pengukuran, Kline dan McClintock menyarankan agar pelaku eksperimen
menyatakan taruhan (kemungkinan) ketidakpastian itu. Jadi, persamaan diatas tadi
dapat ditulis:
P = 100 kN/m2 ± 1 kN/m2 ( 20 banding 1)
Dengan kata lain, pelaku eksperimen berani bertaruh dengan kemungkinan
spesifikasi taruhannya itu hanya bisa dilakukan eksperimentalis itu atas dasar
pengalaman laboratorium keseluruhan.
Umpamakan seperangkat pengukuran dilakukan dimana ketidakpastian
masing-masing pengukuran dapat dinyatakan dengan taruhan yang sama.
Perangkat pengukuran ini lalu digunakan untuk menghitung hasil eksperimen
yang dikehendaki. Kita ingin menaksir ketidakpastian dalam perhitungan atas
dasar ketidakpastian dalam pengukuran-pengukuran primer. Hasil R ialah suatu
fungsi dari variabel tak tergantung atau (independent) x1, x2, x3,...xn. jadi,
R = R (x1, x2, x3,...xn) ...(2.31)
Umpamakan WR ialah ketidakpastian dalam hasil w1, w2,...wn
ketidakpastian dalam variabel tak-tergantung itu mempunyai taruhan yang sama,
maka ketidakpastian dalam hasil yang mempunyai taruhan itu diberikan rujukan
sebagai berikut:
WR = ...(2.32)
2.5.Lomba Kendaraan Hemat Energi
Untuk menjawab kebutuhan akan kendaraan masa depan yang hemat akan
penggunaan energi dan ramah lingkungan maka dewasa ini banyak dilakukan riset
dan penelitian termasuk kegiatan – kegiatan yang memancing kaum muda untuk
berpartisipasi didalamnya. Ada beberapa perlombaan kendaraan hemat energi
yang kita kenal salah satunya adalah Shell Eco-marathon dimana kegiatan ini
merupakan reguler tahunan yang menantang tim mahasiswa untuk merancang dan
membangun kendaraan yang paling hemat energi untuk bersaing dengan
kendaraan tim lain, dimana pemenangnya adalah kendaraan yang dapat bergerak
dengan jarak terjauh dengan menggunakan bahan bakar atau energi paling
minimal. Para tim akan bersaing dalam dua kategori utama berdasarkan desain
1. Kategori Prototype adalah untuk kendaraan berbentuk futuristik yang bertujuan untuk memaksimalkan efisiensi bahan bakar melalui elemen desain
yang inovatif.
2. Kategori Urban Concept adalah untuk desain kendaraan konvensional roda
empat yang hemat bahan bakar, sesuai dengan kebutuhan pengemudi saat ini.
Tim mahasiswa dapat memilih salah satu bahan bakar berikut untuk
sumber daya kendaraan mereka. Kendaraan-kendaraan dapat menggunakan salah
satu bahan bakar berikut atau jenis energi :
1. Shell Unleaded 95 (EU)/Shell Plus 89 (US) Petrol/Gasoline
2. Shell Diesel
3. Liquefied Petroleum Gas (LPG)
4. Shell Gas to Liquids (100% GTL)
5. Fatty Acid Methyl Ester (100% FAME)
6. Ethanol E100 (100% Ethanol)
7. Hydrogen
8. Solar/Energi Surya
9. Plug-In Electricity (Li-on)
Shell Eco-marathon Asia 2012 memiliki jumlah peserta sebanyak 145 tim
dari 18 negara di Asia dimana dari Indonesia sendiri diikuti oleh 8 perguruan
tinggi yaitu: Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB),
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Politeknik Negeri Pontianak,
Universitas Pendidikan Indonesia, Politeknik Manufaktur Bandung, Politeknik
Negeri Jakarta dan Universitas Sumatera Utara (USU).
Di Indonesia sendiri untuk pertama kalinya tahun 2012 diadakan Indonesia
Energy Marathon Challange dimana kegiatan ini pada dasarnya juga sama dengan
konsep Shell Eco-marathon hanya saja peserta kompetisi dari Indonesia dan
keragaman sumber energi yang disediakan juga masih sangat minim yaitu
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pengujian ini dilakukan dibeberapa tempat sebagai berikut:
a. Pengujian kecepatan untuk mendapatkan putaran mesin dilakukan di Jl.
Universitas, Universitas Sumatera Utara selama 3 hari.
b. Pengujian perbandingan udara dan bahan bakar dilakukan di bengkel
SEBU, Jl. Ringroad Medan selama 1 hari.
c. Pengujian torsi dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik
Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara selama 3 hari.
3.2 Bahan Pengujian
Adapun bahan pengujian yang digunakan adalah :
1. Mesin “MESIN USU”
“MESIN USU” menggunakan mesin yang diadopsi dari mesin pabrikan
Honda yaitu mesin dari Honda Revo.
Spesifikasi mesin sebagai berikut :
Tipe mesin : 4 langkah
Diameter x langkah : 50 mm x 55,6 mm
Volume langkah : 109,1 cc
Perbandingan Kompresi : 9,0 : 1
Daya Maksimum : 6,2 kW/7.500 rpm
Torsi Maksimum : 8,6 Nm/5.500 rpm
Kapasitas Minyak Pelumas Mesin : 0,8 lt pada pergantian periodic
Kopling Otomatis : Ganda, otomatis, sentrifugal
Gigi Transmsi : 4 kecepatan bertautan tetap
Pola Pengoperan Gigi : N - 1 - 2 - 3 - 4 – N
Starter : Pedal dan Elektrik
Aki : MF 12 V - 3Ah
Busi : ND U20EPR9S, NGK CPR6EA-9S
Sistem Pengapian : DC-CDI, Battery
Tahun Pembuatan : 2011
Berat Kendaraan : 97 Kg
Setelah mendapat data pengujian dari keadaan standar,
perbandingan rasio kompresi dimodifikasi menjadi 11:1 agar mendapat data
pengujian dari keadaan setelah modifikasi rasio kompresi
3.3 Alat Pengujian
Adapun alat pengujian yang digunakan adalah :
1. Bahan Bakar
Adapun bahan bakar yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
Gambar 3.2 Bahan bakar premium
Premium merupakan nama bahan bakar bensin yang paling umum
digunakan di Indonesia, spesifikasi umumnya sebagai berikut:
o Warna kuning
o RON 88
o Kandungan timbal (0,013 gr/l - 0,3 gr/l)
o Berat jenis pada suhu 150C (715 kg/m3-780 kg/m3)
o Nilai kalor (44400 kJ/kg)
o Harga Rp 4500/liter
b. Pertamax Plus
Pertamax plus merupakan nama bahan bakar bensin yang paling
mahal dan paling baik yang digunakan di Indonesia, spesifikasi
umumnya sebagai berikut:
o Warna merah
o RON 95
o Kandungan timbal maksimum 0,013 gr/l
o Berat jenis pada suhu 150C (715 kg/m3-770 kg/m3)
o Nilai kalor (44400 kJ/kg)
o Harga Rp 1080/liter
2. Speedometer
Digunakan untuk mengukur kecepatan kendaraan dalam pengujian
Gambar 3.4 Speedometer
Alat ukur yang digunakan adalah analog speedometer standar
bawaan sepeda motor Honda Blade yang memiliki tipikal mesin yang
sama dengan Honda Absolute Revo dengan spesifikasi sebagai berikut:
o Daya 12V, Aki MF 3Ah
o Sensor pada putaran roda depan
o Batas ukur 0-160 km/jam
o Tampilan analog
3. Tachometer
Gambar 3.5 Tachometer
Alat ukur yang digunakan adalah portable digital tachometer
dengan spesifikasi sebagai berikut :
o Daya 12V
o Batas ukur 0-9999 rpm dengan ketelitian ± 68 rpm
o Stainless steel
4. Hidrolik Dinamometer
Digunakan untuk mengukur torsi dari mesin “MESIN USU”.
Gambar 3.6 Hidrolik dinamometer
Alat ukur yang digunakan adalah hidrolik dinamometer dimana
menggunakan rem hidrolis yang terdiri dari pompa, penampungan
fluida dan pipa antara dua bagian tersebut. Katup pengatur terletak
penampung memiliki penunjuk atau instrumen untuk menunjukkan
besarnya tekanan hidrolis, fluida yang digunakan adalah air. Adapun
spesifikasinya sebagai berikut:
o Buatan Tecquipment
o Batas ukur 20Nm, 6000rpm dengan ketelitian ±0.25%
o Hidrolik sistem dengan air sebagai absorber
o 1 Katup pengisian/pembebanan dan 1 katup buang
o Timbangan torsi analog
5. Timbangan
a. Digunakan untuk mengukur berat pembebanan pada dinamometer
Gambar 3.7 Timbangan digital
Timbangan heles digital tipe EK3252 dengan spesifikasi:
- Super presisi dengan sensor tekanan
- Kapasitas maksimum 5kg Auto ON/OFF
- Auto zero
b. Digunakan untuk mengukur berat pengendara
Gambar 3.8 Timbangan analog
Timbangan yang digunakan adalah krisbow personal scales
dengan spesifikasi sebagai berikut:
- Sensor tekanan analog
- Beban maksimum 120 kg
6. AFR Meter
Digunakan untuk mengukur perbandingan udara dan bahan bakar di
dalam mesin.
Tipe alat ukur yang digunakan adalah LM-2 AFR meter portabel
buatan Innovate Motorsports Amerika.
Spesifikasi:
• Daya 12V
• Ketelitian ± 0.29 setelah 500 pengukuran and ± 0,59 setelah 2000
kali pengukuran.
• Wideband O2 kompatibel dengan semua jenis bahan bakar
• Single atau dual channel
• OBD-II pindai alat-membaca / DTC jelas dan log hingga 16
saluran CAN OBD-II data
• Log langsung ke SD card
• Data log Playback pada layar dan / atau dengan perangkat lunak
logworks
• Layar LCD
• 2 dikonfigurasi analog output linier
• konektor kunci Positif untuk semua koneksi
• Inovasi MTS seri IN dan OUT
• USB koneksi ke PC
Tabel 3.1 Standar stoikometeri beberapa bahan bakar[9] :
Bahan Bakar AFR
LM-2 juga dapat dikalibrasi otomatis sesuai perubahan suhu,
7. Tools
Digunakan untuk melakukan pemasangan dan pembongkaran mesin
“MESIN USU” selama pengujian.
Gambar 3.10 Toolbox
Adapun beberapa alat-alat yang digunakan selama pengujian
diantaranya adalah sebagai berikut:
o Obeng
o Tang jepit, tang potong dan tang buaya
o Kunci-kunci pas dan kunci ring
3.4 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Setelah modifikasi rasio kompresi menjadi 11:1, Mesin “MESIN
USU”dibongkar dan dipasang kembali ke sepeda motor
2. Tachometer dipasang pada sepeda motor
3. Sepeda motor diuji dengan variasi bahan bakar, beban dan kecepatan
Tabel 3.2 Format pengujian kecepatan terhadap putaran dengan variasi bahan
bakar premium dan pertamax plus
Jenis Beban
Pengemudi Kecepatan
N
4. Pengujian perbandingan udara dan bahan bakar kendaraan sesuai dengan
putaran mesin yang sudah didapatkan dari pengujian sebelumnya dengan
variasi bahan bakar premium dan pertamax plus.
5. Mesin dibuka dan dipasang pada alat uji torsi untuk melakukan pengujian
torsi
6. Alat uji torsi diseimbangkan dengan pemberian beban sebesar 2692 gram
7. Torsi diukur dengan variasi rpm yang sudah didapatkan dengan variasi
bahan bakar premium dan pertamax plus.
8. Mesin dibuka dan rasio kompresi dimodifikasi menjadi 11:1, kemudian
prosedur pengambilan data diulang kembali dari awal.
9. Semua data dicatat dan dianalisis
3.5. Bagan Alir Pengerjaan
Adapun prosedur dari pengerjaan dan pengujian yang dilakukan dalam
skripsi ini dapat dilihat pada bagan alir berikut ini dapat dilihat pada bagan
alir berikut ini
Gambar 3.11 Bagan alir prosedur pengerjaan
Mulai
Survei Lapangan dan Studi Literatur
Pemasangan Alat
Pengadaan Alat dan Bahan Bakar
Pengujian Kendaraan
Selesai
Variasi Bahan Bakar Modifikasi Rasio
3.6. Modifikasi Rasio Kompresi
Untuk mendapatkan rasio kompresi yang diinginkan yaitu 11:1, maka
mesin yang digunakan dimodifikasi dengan melakukan penggantian piston dan
pengurangan packing pada cylinder block dan cylinder head.
Gambar 3.12 Piston lama dan piston baru
Perbedaan piston yang lama dengan yang baru adalah hanya pada
ketinggian head pada piston dimana diameter dan tinggi pen piston adalah sama.
Piston yang baru mempunyai head yang lebih tinggi daripada piston yang lama.
Dengan hanya mengganti piston saja, rasio kompresi adalah bekisar 10 : 1. Oleh
karena itu, dilakukan pengikisan packing pada cylinder blok dan cylinder head.
Setelah dilakukan penggantian piston dan pengikisan packing, pengukuran rasio
kompresi dilakukan dengan cara manual. Mesin yang akan diukur kompresinya,
diletakkan dengan posisi vertikal (tegak) dalam keadaan piston berada dalam
posisi TMA (Titik Mati Atas). Kemudian, kepala silinder pada mesin dibuka agar
dapat melapisi bagian celah piston dan linner pakai gemuk atau grease.
Tujuannya, agar cairan di buret tidak tembus atau mengalir ke crankcase.
Sehingga, cairan yang dimasukkan tetap berada di ruang bakar. Kemudian,
langkah selanjutnya adalah melapisi bagian celah klep pada cylinder head pakai
grease. Kemudian memasang kembali kepala silinder seperti halnya mesin siap
pakai. Selanjutnya mengalirkan atau meneteskan cairan yang ada di dalam buret
melalui ulir lubang busi di kepala silinder sampai ketinggian lubang ulir busi.
Setelah itu, dapat dihitung berapa cc volume cairan yang terpakai untuk mengisi
ruang bakar itu. Cairan yang terpakai untuk mengisi ruang bakar adalah cairan
yang dimasukkan sampai ketinggian lubang ulir busi yaitu 12,8 cc dikurangi
volume ulir pada busi sebesar 0,8 cc, sehingga didapat hasil 12,0 cc. Untuk
menghitung rasio kompresinya adalah cairan yang terpakai untuk mengisi ruang
bakar ditambah volume silinder total kemudian dibagi volume silinder total.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Performansi
Pengujian performansi ini dilakukan secara langsung dengan menggunakan
variasi bahan bakar premium dan pertamax plus, beban pengemudi dan kecepatan
kendaraan dengan modifikasi rasio kompresi.
Tabel 4.1 Hasil prediksi performansi mesin mobil hemat energi secara teoritis
N
(RPM) τ (Nm) (hp) bsfc (gm/kW-hr) (ηt)b (%)
2000 4.138364 1.1622941 495.5170166 16.9584012
2500 4.981364 1.7488222 411.6602907 20.4128903
3000 5.747727 2.4214461 356.7722519 23.553335
3500 6.437455 3.1640229 318.5466535 26.3797352
4000 7.050545 3.9604096 290.8469445 28.8920909
4500 7.587 4.7944632 270.282009 31.0904022
5000 8.046818 5.6500409 254.8373228 32.974669
5500 8.43 6.5109995 243.2538081 34.5448913
4.1.1 Torsi
Berikut adalah data hasil pengujian torsi pada mesin sepeda motor dengan variasi
bahan bakar premium dan pertamax plus, beban dan kecepatan dengan modifikasi
rasio kompresi
Tabel 4.2 Hasil pengujian torsi terhadap putaran dengan variasi bahan bakar
premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi
4992 8,2
Dengan ketidakpastian pengukuran torsi ±0.25% dan tachometer ±1,91%
Tabel 4.3 Perbandingan persen galat torsi pada bahan bakar premium terhadap
kecepatan sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi
Premium (Kompresi 9:1)
Premium
(Kompresi 11:1) Galat/error
6,4 5,1 20,31%
Tabel 4.4 Perbandingan persen galat torsi pada bahan bakar pertamax plus
terhadap kecepatan sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi
Pertamax Plus (Kompresi 9:1)
Pertamax Plus
(Kompresi 11:1) Galat/error
5,3 5,3 0,00%
5,5 5,6 1,82%
7,1 7,4 4,23%
7,5 8,1 8,00%
8 8,4 5,00%
5,4 5,4 0,00%
5,5 5,7 3,64%
6,9 6,4 7,25%
7,2 7,5 4,17%
7,8 8,2 5,13%
8,2 8,6 4,88%
5,4 5,4 0,00%
5,6 5,8 3,57%
6,7 6,5 2,99%
7,3 7,6 4,11%
7,9 8,3 5,06%
8,1 8,5 4,94%
Gambar 4.1 Grafik Torsi vs putaran mesin
Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat besarnya torsi untuk masing-masing
pengujian sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi. Untuk bahan bakar
premium (RON 88) sebelum modifikasi rasio kompresi, torsi terendah yaitu
sebesar 6,4 Nm dan torsi tertinggi sebesar 8,6 Nm. Untuk bahan bakar premium
(RON 88) setelah modifikasi rasio kompresi, torsi terendah yaitu sebesar 5,1 Nm
dan torsi tertinggi sebesar 8,6 Nm.
Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) sebelum modifikasi rasio kompresi,
torsi terendah terjadi pada yaitu sebesar 5,3 Nm dan torsi tertinggi terjadi pada
modifikasi rasio kompresi, torsi terendah yaitu sebesar 5,3 Nm dan torsi tertinggi
sebesar 8,6 Nm.
Selain karena dipengaruhi putaran dan beban mesin, besar kecilnya torsi
dipengaruhi oleh rasio kompresi dan bahan bakar. Semakin tinggi rasio kompresi,
nilai oktan bahan bakar yang harus dipakai harus tinggi agar nilai torsi yang
didapat lebih besar.
4.1.2 Daya
Berikut data hasil perhitungan daya pada mesin sepeda motor dengan variasi
bahan bakar Premium dan Pertamax plus, beban dan kecepatan dengan modifikasi
rasio kompresi
Tabel 4.5 Hasil perhitungan daya terhadap putaran dengan variasi bahan bakar
premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi
3168 2,09 ± 2,16%
Tabel 4.6 Perbandingan persen galat daya pada bahan bakar premium sebelum
dan setelah modifikasi rasio kompresi
Premium (Kompresi 9:1)
Premium
(Kompresi 11:1) Galat/error
Tabel 4.7 Perbandingan persen galat daya pada bahan bakar pertamax plus
sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi
Pertamax Plus (Kompresi 9:1)
Pertamax Plus
(Kompresi 11:1) Galat/error
1,18 1,16 1,69%
Gambar 4.2 Grafik daya vs putaran mesin
Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat besarnya daya untuk masing-masing
pengujian sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi. Untuk bahan bakar
premium (RON 88) sebelum modifikasi rasio kompresi, daya terkecil yaitu
(RON 88) setelah modifikasi rasio kompresi, daya terkecil yaitu sebesar 1,07 kW
dan daya terbesar adalah 5,37 kW.
Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) sebelum modifikasi rasio kompresi,
daya terkecil yaitu sebesar 1,18 kW dan daya terbesar sebesar 5,24 kW. Untuk
bahan bakar pertamax plus (RON 95) setelah modifikasi rasio kompresi, daya
terkecil yaitu sebesar 1,16 kW dan daya terkecil sebesar 5,47 kW.
Besar kecil daya mesin bergantung pada besar kecil torsi yang didapat. Daya yang
dihasilkan mesin dipengaruhi oleh putaran poros engkol yang terjadi akibat
dorongan piston yang dihasilkan karena adanya pembakaran bahan bakar dengan
udara. Jika konsumsi bahan bakar dan udara diperbesar maka akan semakin besar
daya yang akan dihasilkan mesin.
Untuk kesemua hasil pengujian besarnya daya yang dihasilkan mengalami
kecenderungan peningkatan seiring kecepatan kendaraan, pembebanan
pengemudi, dan modifikasi rasio kompresi.
4.1.3 Perbandingan Udara dengan Bahan Bakar (AFR)
Berikut data hasil pengujian perbandingan udara dan bahan bakar (AFR) pada
mesin sepeda motor dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus,
beban dan kecepatan setelah modifikasi rasio kompresi.
Tabel 4.8 Hasil pengujian AFR terhadap putaran dengan variasi bahan bakar
premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi.
4884 14,6
Dengan ketidakpastian pengukuran AFR meter ±0,59
Tabel 4.9 Perbandingan persen galat AFR terhadap kecepatan dengan variasi
bahan bakar premium setelah modifikasi rasio kompresi
Premium (Kompresi 9:1)
Premium
(Kompresi 11:1) Galat/error
13,2 14,6 10,61%
Tabel 4.10 Perbandingan persen galat AFR terhadap kecepatan dengan variasi
bahan bakar pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi
Pertamax Plus (Kompresi 9:1)
Pertamax Plus
(Kompresi 11:1) Galat/error
Gambar 4.3 Grafik AFR vs putaran mesin
Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat besarnya AFR untuk masing-masing
pengujian sebelum dan setelah modifikasi rasio kompresi. Untuk bahan bakar
premium (RON 88) sebelum modifikasi rasio kompresi, AFR terkecil yaitu
sebesar 13,1 dan AFR terbesar yaitu sebesar 21,6. Untuk bahan bakar premium
(RON 88) setelah modifikasi rasio kompresi, AFR terkecil yaitu sebesar 14,1 dan
AFR terbesar yaitu sebesar 22,5.
Untuk bahan bakar pertamax plus (RON 95) sebelum modifikasi rasio kompresi,
AFR terkecil yaitu sebesar 12 dan AFR terbesar yaitu sebesar 19. Untuk bahan
bakar pertamax plus (RON 95) setelah modifikasi rasio kompresi, AFR terkecil
yaitu sebesar 13 dan AFR terbesar adalah 20,5.
Semakin tinggi putaran dan beban mesin, maka semakin kecil perbandingan udara
dan bahan bakar. Ini disebabkan karena pada putaran dan beban maksimal terjadi
proses pembakaran yang sangat cepat dimana diperlukan bahan bakar dengan
jumlah besar, sehingga diperlukan udara yang besar pula untuk mengimbangi
bahan bakar tadi pada keadaan ideal perbandingan udara dan bahan bakar adalah
14,7.
Untuk kesemua hasil pengujian besarnya nilai AFR mengalami kecenderungan
4.1.4 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
Berikut data hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) pada mesin
sepeda motor dengan variasi bahan bakar premium dan pertamax plus setelah
modifikaso rasio kompresi.
Tabel 4.11 Hasil perhitungan SFC terhadap putaran dengan variasi bahan bakar
premium dan pertamax plus setelah modifikasi rasio kompresi