• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi proses perhitungan Indeks Pembangunan Manusia: studi kasus di Jadebotabek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi proses perhitungan Indeks Pembangunan Manusia: studi kasus di Jadebotabek"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

BOY RIANSYAH. Evaluation Process Human Development Index Calculation (Case study in Jadebotabek). Taught by KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO and LA ODE ABDUL RAHMAN.

(2)

RINGKASAN

BOY RIANSYAH. Evaluasi Proses Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (Studi kasus di Jadebotabek). Dibimbing oleh KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO dan LA ODE ABDUL RAHMAN.

(3)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau antar Negara. Oleh karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pambangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mencerminkan output dari dimensi pengetahuan. Adapun indikator kemampuan daya beli digunakan untuk mengukur dimensi hidup layak.

Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam menyusun indeks adalah simple, measurable, attributable, reliable dan timely (SMART). Simple maksudnya sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam perhitungan, Measurable artinya harus mempresentasikan informasi dan jelas ukurannya sedangkan attributable bermakna bahwa indeks harus bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Reliable sendiri berarti indeks yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti sedangkan timely berarti bahwa indeks yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan.

Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih, memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana, dan menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

Proses perhitungan IPM selama ini dilakukan dengan langsung menjumlahkan ketiga dimensi, yakni dimensi umur panjang, dimensi pengetahuan dan dimensi hidup layak. Jumlah ketiga dimensi ini lalu di rata-ratakan sehingga bobot dari ketiga dimensi ini

sama. Penyamaan bobot ini bermakna bahwa ketiga dimensi ini mempunyai peran yang sama besarnya terhadap IPM. Masalah penyamarataan bobot ini penting untuk diteliti dan perlu dicari alternatif sehingga perlu ada suatu evaluasi.

Menurut kaidah statistika, seharusnya jika suatu nilai berasal dari berbagai macam peubah, keragaman dari tiap peubah akan mempengaruhi bobot dari tiap peubah tersebut. Oleh karena itu penulis akan meneliti bobot yang seharusnya dimiliki dari masing-masing indeks berdasarkan kaidah statistika.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Evaluasi proses penyamarataan bobot dari indeks-indeks penyusun Indeks Pembangunan Manusia

2. Menemukan nilai Indeks Pembangunan Manusia yang tepat jika setelah dievaluasi terdapat kesalahan dari perhitungan yang selama ini dilakukan oleh BPS

TINJAUAN PUSTAKA Indikator

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (Marhaeni 2008)

Indeks

Indeks atau Indikator Komposit (Composite Indices), yaitu suatu istilah yang digunakan untuk indikator yang lebih rumit. Indeks atau indikator komposit memiliki ukuran yang multidimensional yang merupakan gabungan dari sejumlah indikator. Indeks ini biasanya dikembangkan melalui penelitian khusus karena penggunaannya secara praktis sangat terbatas (Marhaeni 2008)

(4)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau antar Negara. Oleh karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pambangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mencerminkan output dari dimensi pengetahuan. Adapun indikator kemampuan daya beli digunakan untuk mengukur dimensi hidup layak.

Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam menyusun indeks adalah simple, measurable, attributable, reliable dan timely (SMART). Simple maksudnya sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam perhitungan, Measurable artinya harus mempresentasikan informasi dan jelas ukurannya sedangkan attributable bermakna bahwa indeks harus bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Reliable sendiri berarti indeks yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti sedangkan timely berarti bahwa indeks yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan.

Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih, memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana, dan menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

Proses perhitungan IPM selama ini dilakukan dengan langsung menjumlahkan ketiga dimensi, yakni dimensi umur panjang, dimensi pengetahuan dan dimensi hidup layak. Jumlah ketiga dimensi ini lalu di rata-ratakan sehingga bobot dari ketiga dimensi ini

sama. Penyamaan bobot ini bermakna bahwa ketiga dimensi ini mempunyai peran yang sama besarnya terhadap IPM. Masalah penyamarataan bobot ini penting untuk diteliti dan perlu dicari alternatif sehingga perlu ada suatu evaluasi.

Menurut kaidah statistika, seharusnya jika suatu nilai berasal dari berbagai macam peubah, keragaman dari tiap peubah akan mempengaruhi bobot dari tiap peubah tersebut. Oleh karena itu penulis akan meneliti bobot yang seharusnya dimiliki dari masing-masing indeks berdasarkan kaidah statistika.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Evaluasi proses penyamarataan bobot dari indeks-indeks penyusun Indeks Pembangunan Manusia

2. Menemukan nilai Indeks Pembangunan Manusia yang tepat jika setelah dievaluasi terdapat kesalahan dari perhitungan yang selama ini dilakukan oleh BPS

TINJAUAN PUSTAKA Indikator

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (Marhaeni 2008)

Indeks

Indeks atau Indikator Komposit (Composite Indices), yaitu suatu istilah yang digunakan untuk indikator yang lebih rumit. Indeks atau indikator komposit memiliki ukuran yang multidimensional yang merupakan gabungan dari sejumlah indikator. Indeks ini biasanya dikembangkan melalui penelitian khusus karena penggunaannya secara praktis sangat terbatas (Marhaeni 2008)

(5)

2

digunakan indikator kemampuan daya beli (Marhaeni 2008)

Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata banyaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk hidup. Ada dua jenis data yang digunakan dalam menghitung Angka Harapan Hidup yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) (Marhaeni 2008).

Dimensi Pengetahuan

Untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang digunakan penduduk usia 15 tahun keatas untuk menjalani pendidikan formal. Angka melek huruf adalah persentase usia penduduk 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya (Marhaeni 2008).

Purchasing Power Parity

Purchasing Power Parity adalah harga suatu kelompok barang relatif terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah tertentu yang ditetapkan sebagai standar (dalam perhitungan IPM, daerah yang ditentukan sebagai standar adalah Jakarta Selatan karena Jakarta Selatan mempunyai nilai IPM tertinggi di Indonesia) (Marhaeni 2008).

Korelasi

Korelasi adalah nilai yang menunjukkan keeratan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak (random variable). Salah satu jenis korelasi yang paling populer adalah koefisien korelasi momen-produk Pearson, yang diperoleh dengan membagi ragam peragam kedua variabel dengan perkalian simpangan bakunya.

Korelasi ρX,Y antara dua peubah acak X dan

Y dengan nilai yang diharapkan X dan Y dan simpangan baku σX dan σy didefinisikan sebagai:

, = ,

Korelasi dapat dihitung bila simpangan baku finit dan keduanya tidak sama dengan nol. Koefisien korelasi tak akan melebihi dari 1 dalam nilai absolute. Korelasi bernilai 1 jika terdapat hubungan linier yang positif, bernilai -1 jika terdapat hubungan linier yang negatif, dan antara -1 dan +1 yang menunjukkan tingkat dependensi linier antara dua variabel. Semakin dekat dengan -1 atau +1, semakin

kuat korelasi antara kedua variabel tersebut (Juanda 2009)

Analisis Komponen Utama (AKU) Dalam statistika, analisis komponen utama adalah teknik yang digunakan untuk menyederhanakan suatu data, dengan cara mentransformasi data secara linier sehingga terbentuk sistem koordinat baru dengan keragaman maksimum (Miranda 2008)

Analisis komponen utama merupakan suatu teknik dalam statistika yang digunakan untuk mengubah dari sebagian besar peubah asli yang digunakan yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya menjadi satu gugus peubah baru yang lebih kecil dan saling bebas (Johnson and Wichern 1982).

Secara aljabar linier, komponen utama adalah kombinasi linier tertentu dari p peubah acak x1,x2,…,xp. Secara geometris, kombinasi linier ini merupakan sistem koordinat baru yang didapat dari rotasi sistem semula dengan x1,x2,…,xp sebagai sumbu koordinat. Sumbu baru tersebut merupakan arah dengan variabilitas maksimum dan memberikan kovariansi yang lebih sederhana.

Komponen utama bergantung kepada matriks ragam peragam S dan matriks korelasi r dari x1,x2,…,xp, dimana pada analisisnya tidak memerlukan asumsi populasi harus memiliki sebaran normal ganda. Apabila komponen utama diturunkan dari populasi sebaran normal ganda, interpretasi dan inferensi dapat dibuat dari komponen sampel. Melalui matrik ragam peragam bisa diturunkan akar ciri – akar cirinya yaitu

1, 2,…, p dimana 1 ≥ 2 ≥ … ≥ p ≥ 0 dan vektor ciri-vektor cirinya yaitu α1,α2,…,αp (Draper, 1981)

Menyusutkan dimensi peubah asal X dapat dilakukan dengan membentuk peubah baru Y= α1X1 + α2X2 + … + αpXp atau Y= α’Xp dimana α adalah matriks transformasi yang mengubah peubah asal X menjadi peubah baru Y yang disebut komponen utama, karena itu sering disebut vektor pembobot. Syarat untuk membentuk komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari peubah X agar mempunyai keragaman yang besar adalah dengan memilih α’= (α1 α2 … αp) sedemikian rupa sehingga Var (Y) = α’Σα dengan α’α=1. Secara umum komponen utama ke-i adalah kombinasi linier terbobot peubah asal yang mampu menerangkan keragaman data ke-i, bisa ditulis sebagai berikut :

(6)

3

Dari persamaan di atas diketahui keragaman total yang mampu diterangkan setiap komponen utama adalah proporsi antara akar ciri komponen tersebut terhadap jumlah akar ciri atau teras matriks Σ.

Penyusutan dimensi asal dengan cara mengambil sejumlah kecil komponen yang mampu menerangkan bagian terbesar keragaman data. Apabila komponen utama yang diambil sebanyak q buah, dimana q < p, maka proporsi keragaman yang dapat diterangkan adalah ( 1+ 2+…+ q)/Σ i ; i=1,2,…,p sehingga nilai proporsi dari keragaman total populasi dapat diterangkan oleh komponen pertama, kedua atau sampai sejumlah q komponen utama secara bersama-sama adalah semaksimal mungkin. Tidak ada ketetapan berapa besar proporsi keragaman data yang dianggap cukup mewakili keragaman total. Meskipun jumlah komponen utama berkurang dari peubah asal tetapi ini merupakan gabungan dari peubah-peubah asal sehingga informasi yang diberikan tidak berubah. (Draper, 1981)

METODOLOGI Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya bersumber dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008

Untuk mempermudah penulisan, maka setiap kabupaten/kota diberi kode angka 1-13 (Lampiran 1).

Metode

Analisis yang digunakan adalah analisis komponen utama. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan hasil yang telah dikeluarkan oleh BPS. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut

Menghitung nilai indeks dari tiap indikator

Menghitung dengan Menghitung versi AKU BPS

Bandingkan hasilnya

Tarik Kesimpulan

Gambar 1 Diagram alur algoritma penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Dari 13 kabupaten/kota di Jadebotabek, Kota Jakarta Selatan memiliki IPM tertinggi yaitu 81,00 sedangkan IPM terendah dimiliki oleh Kepulauan Seribu yang hanya mencapai 71,00. Rata-rata IPM dari 13 kabupaten/kota di Jadebotabek sebesar 77,30. Angka harapan hidup tertinggi di miliki oleh Kota Jakarta Selatan yaitu sebesar 73,03 dan angka harapan hidup terkecil dimiliki oleh Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 65,32. Angka melek huruf tertinggi sebesar 99,28% dimiliki oleh Kota Jakarta Pusat sedangkan yang terkecil dimiliki oleh Kabupaten Bogor yaitu sebesar 93,59%. Indeks daya beli tertinggi dimiliki oleh Kota Jakarta Selatan yaitu sebesar 0,76 dan terkecil dimiliki oleh Kepulauan Seribu yaitu sebesar 0,60.

90 85 80 75 70 65 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 y P e rs e n Mean 77,30 StDev 3,451 N 13 AD 0,586 P-Value0,102

Probability Plot of y

Normal - 95% CI

Gambar 2 Eksplorasi hasil IPM

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa data IPM tidak terdapat pencilan sehingga proses pencarian rata-rata dari IPM di Jabodetabek tidak bermasalah.

Analisis Komponen Utama dengan Indeks

Tabel 1 Output AKU

PC1 PC2 PC3 Akar ciri 2,102 0,720 0,178 Proporsi 0,701 0,240 0,059 Kumulatif 0,701 0,941 1,000

Peubah PC1 PC2 PC3 indeks kehidupan 0,554 0,653 -0,517 indeks pendidikan 0,653 0,043 0,756 indeks daya beli 0,516 -0,756 -0,402

(7)

3

Dari persamaan di atas diketahui keragaman total yang mampu diterangkan setiap komponen utama adalah proporsi antara akar ciri komponen tersebut terhadap jumlah akar ciri atau teras matriks Σ.

Penyusutan dimensi asal dengan cara mengambil sejumlah kecil komponen yang mampu menerangkan bagian terbesar keragaman data. Apabila komponen utama yang diambil sebanyak q buah, dimana q < p, maka proporsi keragaman yang dapat diterangkan adalah ( 1+ 2+…+ q)/Σ i ; i=1,2,…,p sehingga nilai proporsi dari keragaman total populasi dapat diterangkan oleh komponen pertama, kedua atau sampai sejumlah q komponen utama secara bersama-sama adalah semaksimal mungkin. Tidak ada ketetapan berapa besar proporsi keragaman data yang dianggap cukup mewakili keragaman total. Meskipun jumlah komponen utama berkurang dari peubah asal tetapi ini merupakan gabungan dari peubah-peubah asal sehingga informasi yang diberikan tidak berubah. (Draper, 1981)

METODOLOGI Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya bersumber dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008

Untuk mempermudah penulisan, maka setiap kabupaten/kota diberi kode angka 1-13 (Lampiran 1).

Metode

Analisis yang digunakan adalah analisis komponen utama. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan hasil yang telah dikeluarkan oleh BPS. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut

Menghitung nilai indeks dari tiap indikator

Menghitung dengan Menghitung versi AKU BPS

Bandingkan hasilnya

Tarik Kesimpulan

Gambar 1 Diagram alur algoritma penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Dari 13 kabupaten/kota di Jadebotabek, Kota Jakarta Selatan memiliki IPM tertinggi yaitu 81,00 sedangkan IPM terendah dimiliki oleh Kepulauan Seribu yang hanya mencapai 71,00. Rata-rata IPM dari 13 kabupaten/kota di Jadebotabek sebesar 77,30. Angka harapan hidup tertinggi di miliki oleh Kota Jakarta Selatan yaitu sebesar 73,03 dan angka harapan hidup terkecil dimiliki oleh Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 65,32. Angka melek huruf tertinggi sebesar 99,28% dimiliki oleh Kota Jakarta Pusat sedangkan yang terkecil dimiliki oleh Kabupaten Bogor yaitu sebesar 93,59%. Indeks daya beli tertinggi dimiliki oleh Kota Jakarta Selatan yaitu sebesar 0,76 dan terkecil dimiliki oleh Kepulauan Seribu yaitu sebesar 0,60.

90 85 80 75 70 65 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 y P e rs e n Mean 77,30 StDev 3,451 N 13 AD 0,586 P-Value0,102

Probability Plot of y

Normal - 95% CI

Gambar 2 Eksplorasi hasil IPM

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa data IPM tidak terdapat pencilan sehingga proses pencarian rata-rata dari IPM di Jabodetabek tidak bermasalah.

Analisis Komponen Utama dengan Indeks

Tabel 1 Output AKU

PC1 PC2 PC3 Akar ciri 2,102 0,720 0,178 Proporsi 0,701 0,240 0,059 Kumulatif 0,701 0,941 1,000

Peubah PC1 PC2 PC3 indeks kehidupan 0,554 0,653 -0,517 indeks pendidikan 0,653 0,043 0,756 indeks daya beli 0,516 -0,756 -0,402

(8)

3

Dari persamaan di atas diketahui keragaman total yang mampu diterangkan setiap komponen utama adalah proporsi antara akar ciri komponen tersebut terhadap jumlah akar ciri atau teras matriks Σ.

Penyusutan dimensi asal dengan cara mengambil sejumlah kecil komponen yang mampu menerangkan bagian terbesar keragaman data. Apabila komponen utama yang diambil sebanyak q buah, dimana q < p, maka proporsi keragaman yang dapat diterangkan adalah ( 1+ 2+…+ q)/Σ i ; i=1,2,…,p sehingga nilai proporsi dari keragaman total populasi dapat diterangkan oleh komponen pertama, kedua atau sampai sejumlah q komponen utama secara bersama-sama adalah semaksimal mungkin. Tidak ada ketetapan berapa besar proporsi keragaman data yang dianggap cukup mewakili keragaman total. Meskipun jumlah komponen utama berkurang dari peubah asal tetapi ini merupakan gabungan dari peubah-peubah asal sehingga informasi yang diberikan tidak berubah. (Draper, 1981)

METODOLOGI Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya bersumber dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008

Untuk mempermudah penulisan, maka setiap kabupaten/kota diberi kode angka 1-13 (Lampiran 1).

Metode

Analisis yang digunakan adalah analisis komponen utama. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan hasil yang telah dikeluarkan oleh BPS. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut

Menghitung nilai indeks dari tiap indikator

Menghitung dengan Menghitung versi AKU BPS

Bandingkan hasilnya

Tarik Kesimpulan

Gambar 1 Diagram alur algoritma penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Dari 13 kabupaten/kota di Jadebotabek, Kota Jakarta Selatan memiliki IPM tertinggi yaitu 81,00 sedangkan IPM terendah dimiliki oleh Kepulauan Seribu yang hanya mencapai 71,00. Rata-rata IPM dari 13 kabupaten/kota di Jadebotabek sebesar 77,30. Angka harapan hidup tertinggi di miliki oleh Kota Jakarta Selatan yaitu sebesar 73,03 dan angka harapan hidup terkecil dimiliki oleh Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 65,32. Angka melek huruf tertinggi sebesar 99,28% dimiliki oleh Kota Jakarta Pusat sedangkan yang terkecil dimiliki oleh Kabupaten Bogor yaitu sebesar 93,59%. Indeks daya beli tertinggi dimiliki oleh Kota Jakarta Selatan yaitu sebesar 0,76 dan terkecil dimiliki oleh Kepulauan Seribu yaitu sebesar 0,60.

90 85 80 75 70 65 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 y P e rs e n Mean 77,30 StDev 3,451 N 13 AD 0,586 P-Value0,102

Probability Plot of y

Normal - 95% CI

Gambar 2 Eksplorasi hasil IPM

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa data IPM tidak terdapat pencilan sehingga proses pencarian rata-rata dari IPM di Jabodetabek tidak bermasalah.

Analisis Komponen Utama dengan Indeks

Tabel 1 Output AKU

PC1 PC2 PC3 Akar ciri 2,102 0,720 0,178 Proporsi 0,701 0,240 0,059 Kumulatif 0,701 0,941 1,000

Peubah PC1 PC2 PC3 indeks kehidupan 0,554 0,653 -0,517 indeks pendidikan 0,653 0,043 0,756 indeks daya beli 0,516 -0,756 -0,402

(9)

4

data sedangkan komponen kedua memiliki proporsi 24,0% dari keragaman data.

Pada penelitian ini, komponen utama yang digunakan hanya sampai komponen utama kedua sehingga keragaman yang dapat dijelaskan dari analisis yang digunakan bisa dibilang tinggi, yaitu sebesar 94,1% sehingga hasilnya diharapkan lebih akurat.

Jika kita telaah lebih lanjut pada masing-masing komponen utama, terlihat jelas dari output di atas bahwa untuk komponen utama pertama semua variabelnya mempunyai bilangan pengali yang bernilai positif, sedangkan komponen utama kedua mempunyai bilangan pengali positif dan negatif dari tiap variabel penyusunnya.

2 1 0 -1 -2 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 -0,5 -1,0 Komponen Pertama K o m p o n e n K e d u a 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Score Plot of indeks kehidupan; ...; indeks daya beli

Gambar 3 Skor Plot AKU

Jika indeks kehidupan, indeks pendidikan dan indeks daya beli tinggi maka IPM akan tinggi dan berlaku kebalikannya karena IPM merupakan rata-rata dari penjumlahan ketiga indeks di atas. Jadi pada komponen utama pertama dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar nilai skor dari tiap kabupaten atau kota berarti semakin baik IPM tersebut (dengan pertimbangan tambahan bahwa besaran bilangan pengali dari tiap indeks di komponen utama pertama tidak berbeda jauh). Seperti nampak pada gambar di atas, jika kita melihat sumbu X sebagai acuan maka kita dapat melihat bahwa kabupaten dengan kode 1 memiliki nilai IPM yang paling buruk karena terletak paling kiri. Berlaku pula seterusnya sehingga daerah dengan kode 2 memiliki IPM tertinggi dikarenakan letaknya paling kanan.

Hal yang menarik terletak pada komponen utama kedua, kita dapat melihat bahwa bilangan pengali yang bernilai positif terdapat di dua indeks yaitu indeks kehidupan dan indeks pendidikan. Jika bilangan pengali positif ini dijumlahkan maka jumlahnya akan

mendekati nilai mutlak dari bilangan pengali negatif dari indeks daya beli. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa jika semua indeks penyusun komponen utama kedua besarnya berimbang maka akan mendekati nilai 0. Hal ini mengindikasikan bahwa kita tidak bisa menarik kesimpulan baik buruknya IPM dari skor komponen utama kedua. Namun di sisi lain, penulis tetap ingin menggunakan dua buah komponen utama agar keragaman yang dicakup lebih besar sehingga untuk dapat melihat peringkat dari skor plot di atas penulis harus menggunakan indeks gabungan. Indeks gabungan ini merupakan penjumlahan bobot indeks yang dikalikan nilai dari tiap indeksnya. Igab = WKIK + WPIP + WDBIDB, dimana Wi adalah bobot jarak yang menghubungkan koordinat vektor ciri yang berasal dari dua komponen utama pertama indeks i yang telah dibagi dengan jumlah total jarak yang menghubungkan masing-masing koordinat vektor ciri dari dua komponen utama pertama dari ketiga indeks. Tabel 2 adalah tabel hasil kesimpulan dari analisis komponen utama di atas.

Tabel 2 Hasil IPM dengan AKU

Kab/Kota IK IP IDB Igab Peringkat Kep

Seribu 0,75 0,82 0,60 0,71 13

Jakarta

Selatan 0,80 0,90 0,76 0,81 1

Jakarta

Timur 0,80 0,90 0,74 0,81 2

Jakarta

Pusat 0,78 0,90 0,75 0,80 5

Jakarta

Barat 0,80 0,89 0,75 0,81 4

JakUtara 0,79 0,88 0,73 0,79 6

Kab.

Bogor 0,71 0,78 0,71 0,73 12

Kab.

Bekasi 0,72 0,80 0,72 0,74 10

Bogor 0,73 0,87 0,75 0,77 8

Bekasi 0,74 0,88 0,74 0,78 7

Depok 0,80 0,89 0,75 0,81 3

Tangerang 0,67 0,83 0,72 0,73 11

Kota

Tangerang 0,72 0,87 0,74 0,77 9

(10)

5

menggunakan analisis komponen utama, hasil IPM publikasi BPS serta hasil IPM versi PBB yang menyamaratakan bobot dari tiap indeks penyusun IPM. Dari tabel tersebut terlihat bahwa IPM hasil AKU lebih tinggi dibandingkan hasil BPS tetapi lebih rendah dibandingkan dengan versi PBB. Selain itu rata-rata perbedaan kuadrat simpangan antara IPM hasil AKU dan BPS adalah sebesar 4,13 sedangkan antara IPM hasil AKU dan PBB adalah sebesar 0,88.

Tabel 3 Perbandingan hasil proses perhitungan

Kab/Kota Versi AKU

Versi BPS

Versi PBB

Kep Seribu 71,00 70,14 72,54

Jakarta Selatan 81,00 79,00 82,03

Jakarta Timur 80,60 78,54 81,53

Jakarta Pusat 80,00 77,95 80,97

Jakarta Barat 80,55 78,37 81,38

JakUtara 79,00 77,01 79,98

Kab. Bogor 72,80 70,66 73,34

Kab. Bekasi 74,30 72,10 74,87

Bogor 77,30 75,16 78,18

Bekasi 77,80 75,73 78,72

Depok 80,56 78,36 81,37

Tangerang 73,10 71,14 74,01

Kota Tangerang 76,90 74,70 77,83

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari analisis komponen utama yang telah dilakukan pada data indeks di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan versi BPS, versi PBB dan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis komponen utama tidak banyak berbeda. Perbedaan terjadi dikarenakan pada analisis komponen utama bobot dari tiap indeks berbeda tergantung dari keragaman masing-masing indeks yang tercermin dari panjang vektor cirinya dan tentunya hasil IPM dari analisis komponen utama lebih akurat sesuai dengan kaidah statistika.

Saran

Dalam penelitian ini, proses perhitungan yang dievaluasi hanyalah proses perhitungan rumus akhir (penyamarataan bobot dari tiap indeks penyusun Indeks Pembangunan Manusia). Oleh karena itu perlu adanya pengkajian lebih dalam untuk proses perhitungan dari masing-masing indeksnya di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Miranda, Y. A. Le Borgne, and G. Bontempi. New Routes from Minimal Approximation Error to Principal Components, Volume 27, Number 3 /

June, 2008, Neural Processing Letters, Springer

Draper, Norman & Smith Harry. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Juanda, Bambang. 2009. Permodelan dan Pendugaan. Bogor : IPB Press.

Johnson, Richard A & Wichern, Dean W. 1998. Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey : Prentice-Hall International Inc.

(11)

5

menggunakan analisis komponen utama, hasil IPM publikasi BPS serta hasil IPM versi PBB yang menyamaratakan bobot dari tiap indeks penyusun IPM. Dari tabel tersebut terlihat bahwa IPM hasil AKU lebih tinggi dibandingkan hasil BPS tetapi lebih rendah dibandingkan dengan versi PBB. Selain itu rata-rata perbedaan kuadrat simpangan antara IPM hasil AKU dan BPS adalah sebesar 4,13 sedangkan antara IPM hasil AKU dan PBB adalah sebesar 0,88.

Tabel 3 Perbandingan hasil proses perhitungan

Kab/Kota Versi AKU

Versi BPS

Versi PBB

Kep Seribu 71,00 70,14 72,54

Jakarta Selatan 81,00 79,00 82,03

Jakarta Timur 80,60 78,54 81,53

Jakarta Pusat 80,00 77,95 80,97

Jakarta Barat 80,55 78,37 81,38

JakUtara 79,00 77,01 79,98

Kab. Bogor 72,80 70,66 73,34

Kab. Bekasi 74,30 72,10 74,87

Bogor 77,30 75,16 78,18

Bekasi 77,80 75,73 78,72

Depok 80,56 78,36 81,37

Tangerang 73,10 71,14 74,01

Kota Tangerang 76,90 74,70 77,83

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari analisis komponen utama yang telah dilakukan pada data indeks di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan versi BPS, versi PBB dan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis komponen utama tidak banyak berbeda. Perbedaan terjadi dikarenakan pada analisis komponen utama bobot dari tiap indeks berbeda tergantung dari keragaman masing-masing indeks yang tercermin dari panjang vektor cirinya dan tentunya hasil IPM dari analisis komponen utama lebih akurat sesuai dengan kaidah statistika.

Saran

Dalam penelitian ini, proses perhitungan yang dievaluasi hanyalah proses perhitungan rumus akhir (penyamarataan bobot dari tiap indeks penyusun Indeks Pembangunan Manusia). Oleh karena itu perlu adanya pengkajian lebih dalam untuk proses perhitungan dari masing-masing indeksnya di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Miranda, Y. A. Le Borgne, and G. Bontempi. New Routes from Minimal Approximation Error to Principal Components, Volume 27, Number 3 /

June, 2008, Neural Processing Letters, Springer

Draper, Norman & Smith Harry. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Juanda, Bambang. 2009. Permodelan dan Pendugaan. Bogor : IPB Press.

Johnson, Richard A & Wichern, Dean W. 1998. Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey : Prentice-Hall International Inc.

(12)

E

FAKUL

EVALUAS

P

(

LTAS MAT

IN

SI PROSE

PEMBANG

Studi Kas

BOY

DEPARTE

TEMATIKA

NSTITUT P

S PERHIT

GUNAN M

sus di Jade

Y RIANSYA

EMEN STA

A DAN ILM

PERTANIA

BOGOR

2010

TUNGAN

MANUSIA

ebotabek)

AH

TISTIKA

MU PENGET

AN BOGOR

N INDEKS

A

TAHUAN A

R

S

(13)

E

FAKUL

EVALUAS

P

(

LTAS MAT

IN

SI PROSE

PEMBANG

Studi Kas

BOY

DEPARTE

TEMATIKA

NSTITUT P

S PERHIT

GUNAN M

sus di Jade

Y RIANSYA

EMEN STA

A DAN ILM

PERTANIA

BOGOR

2010

TUNGAN

MANUSIA

ebotabek)

AH

TISTIKA

MU PENGET

AN BOGOR

N INDEKS

A

TAHUAN A

R

S

(14)

ABSTRACT

BOY RIANSYAH. Evaluation Process Human Development Index Calculation (Case study in Jadebotabek). Taught by KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO and LA ODE ABDUL RAHMAN.

(15)

RINGKASAN

BOY RIANSYAH. Evaluasi Proses Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (Studi kasus di Jadebotabek). Dibimbing oleh KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO dan LA ODE ABDUL RAHMAN.

(16)

EVALUASI PROSES PERHITUNGAN INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA

(Studi kasus di Jadebotabek)

BOY RIANSYAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Statistika pada

Departemen Statistika

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Judul : Evaluasi Proses Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (Studi kasus di Jadebotabek)

Nama : Boy Riansyah NRP : G14061672

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro La Ode Abdul Rahman, S.Si, M.Si NIP. 19560404 198011 1 002

Mengetahui, Kepala Departemen Statistika

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hari Wijayanto NIP. 19650421 199002 1 001

(18)

PRAKATA

Segala puji hanya milik Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya dan berlindung kepada-Nya dari kejelekan diri – diri kami serta dari kejelekan amalan kami. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Banyak ilmu, pelajaran dan masukan yang penulis dapatkan dan rasakan selama proses penyusunan karya ilmiah ini, sehingga pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro dan bapak La Ode Abdul Rahman S.Si, M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, serta memberikan saran dan masukan yang bermanfaat bagi penulis.

2. Kedua orang tua, Mama dan Papa yang telah sabar mendidik penulis dan memberi penulis semangat agar cepat lulus.

3. Teman – teman STK 43 dan teman – teman kosan atas semangat dan bantuannya serta masukan yang diberikan.

4. Teman – teman Mig33 atas dukungannya.

5. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan karya ilmiah ini, yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.

Akhir kata, penulis meminta maaf apabila dalam proses penyusunan karya ilmiah ini terdapat kesalahan – kesalahan yang dilakukan oleh penulis. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2010

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 11 Oktober 1989 sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak Ferry Tan dan Ibu Ati Sunarti.

Pada tahun 2000 penulis lulus dari SD Poris Indah Tangerang, dan melanjutkan ke sekolah menengah pertama SLTP Negeri 18 Tangerang. Penulis menyelesaikan studi di SMU Negeri 1 Cimalaka pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2007, penulis diterima di departemen Statistika Institut Pertanian Bogor.

(20)

vi

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

TINJAUAN PUSTAKA Indikator ... 1

Indeks ... 1

Indeks Pembangunan Manusia ... 1

Angka Harapan Hidup ... 2

Dimensi Pengetahuan ... 2

Purchasing Power Parity ... 2

Korelasi ... 2

Analisis Komponen Utama ... 2

METODOLOGI Data ... 3

Metodologi ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif... 3

Analisis Komponen Utama dengan Indeks ... 3

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 5

Saran ... 5

(21)

vii

DAFTAR TABEL

Hal 1. Tabel Output AKU dengan Indeks ... 3 2. Tabel Hasil IPM dengan AKU ... 4 3. Tabel Perbandingan Hasil Proses Perhitungan ... 5

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram Alur Algoritma Penelitian ... 3 2. Eksplorasi Hasil IPM ... 3 3. Skor Plot AKU ... 4

DAFTAR LAMPIRAN

(22)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah atau antar Negara. Oleh karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pambangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).

Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mencerminkan output dari dimensi pengetahuan. Adapun indikator kemampuan daya beli digunakan untuk mengukur dimensi hidup layak.

Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam menyusun indeks adalah simple, measurable, attributable, reliable dan timely (SMART). Simple maksudnya sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam perhitungan, Measurable artinya harus mempresentasikan informasi dan jelas ukurannya sedangkan attributable bermakna bahwa indeks harus bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Reliable sendiri berarti indeks yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar dan teliti sedangkan timely berarti bahwa indeks yang ditetapkan harus dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat pengambilan keputusan dilakukan.

Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih, memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana, dan menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.

Proses perhitungan IPM selama ini dilakukan dengan langsung menjumlahkan ketiga dimensi, yakni dimensi umur panjang, dimensi pengetahuan dan dimensi hidup layak. Jumlah ketiga dimensi ini lalu di rata-ratakan sehingga bobot dari ketiga dimensi ini

sama. Penyamaan bobot ini bermakna bahwa ketiga dimensi ini mempunyai peran yang sama besarnya terhadap IPM. Masalah penyamarataan bobot ini penting untuk diteliti dan perlu dicari alternatif sehingga perlu ada suatu evaluasi.

Menurut kaidah statistika, seharusnya jika suatu nilai berasal dari berbagai macam peubah, keragaman dari tiap peubah akan mempengaruhi bobot dari tiap peubah tersebut. Oleh karena itu penulis akan meneliti bobot yang seharusnya dimiliki dari masing-masing indeks berdasarkan kaidah statistika.

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Evaluasi proses penyamarataan bobot dari indeks-indeks penyusun Indeks Pembangunan Manusia

2. Menemukan nilai Indeks Pembangunan Manusia yang tepat jika setelah dievaluasi terdapat kesalahan dari perhitungan yang selama ini dilakukan oleh BPS

TINJAUAN PUSTAKA Indikator

Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan tetapi kerap kali hanya memberi petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan (Marhaeni 2008)

Indeks

Indeks atau Indikator Komposit (Composite Indices), yaitu suatu istilah yang digunakan untuk indikator yang lebih rumit. Indeks atau indikator komposit memiliki ukuran yang multidimensional yang merupakan gabungan dari sejumlah indikator. Indeks ini biasanya dikembangkan melalui penelitian khusus karena penggunaannya secara praktis sangat terbatas (Marhaeni 2008)

(23)

2

digunakan indikator kemampuan daya beli (Marhaeni 2008)

Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata banyaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang untuk hidup. Ada dua jenis data yang digunakan dalam menghitung Angka Harapan Hidup yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) (Marhaeni 2008).

Dimensi Pengetahuan

Untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang digunakan penduduk usia 15 tahun keatas untuk menjalani pendidikan formal. Angka melek huruf adalah persentase usia penduduk 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya (Marhaeni 2008).

Purchasing Power Parity

Purchasing Power Parity adalah harga suatu kelompok barang relatif terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah tertentu yang ditetapkan sebagai standar (dalam perhitungan IPM, daerah yang ditentukan sebagai standar adalah Jakarta Selatan karena Jakarta Selatan mempunyai nilai IPM tertinggi di Indonesia) (Marhaeni 2008).

Korelasi

Korelasi adalah nilai yang menunjukkan keeratan dan arah hubungan linier antara dua peubah acak (random variable). Salah satu jenis korelasi yang paling populer adalah koefisien korelasi momen-produk Pearson, yang diperoleh dengan membagi ragam peragam kedua variabel dengan perkalian simpangan bakunya.

Korelasi ρX,Y antara dua peubah acak X dan

Y dengan nilai yang diharapkan X dan Y dan simpangan baku σX dan σy didefinisikan sebagai:

, = ,

Korelasi dapat dihitung bila simpangan baku finit dan keduanya tidak sama dengan nol. Koefisien korelasi tak akan melebihi dari 1 dalam nilai absolute. Korelasi bernilai 1 jika terdapat hubungan linier yang positif, bernilai -1 jika terdapat hubungan linier yang negatif, dan antara -1 dan +1 yang menunjukkan tingkat dependensi linier antara dua variabel. Semakin dekat dengan -1 atau +1, semakin

kuat korelasi antara kedua variabel tersebut (Juanda 2009)

Analisis Komponen Utama (AKU) Dalam statistika, analisis komponen utama adalah teknik yang digunakan untuk menyederhanakan suatu data, dengan cara mentransformasi data secara linier sehingga terbentuk sistem koordinat baru dengan keragaman maksimum (Miranda 2008)

Analisis komponen utama merupakan suatu teknik dalam statistika yang digunakan untuk mengubah dari sebagian besar peubah asli yang digunakan yang saling berkorelasi satu dengan yang lainnya menjadi satu gugus peubah baru yang lebih kecil dan saling bebas (Johnson and Wichern 1982).

Secara aljabar linier, komponen utama adalah kombinasi linier tertentu dari p peubah acak x1,x2,…,xp. Secara geometris, kombinasi linier ini merupakan sistem koordinat baru yang didapat dari rotasi sistem semula dengan x1,x2,…,xp sebagai sumbu koordinat. Sumbu baru tersebut merupakan arah dengan variabilitas maksimum dan memberikan kovariansi yang lebih sederhana.

Komponen utama bergantung kepada matriks ragam peragam S dan matriks korelasi r dari x1,x2,…,xp, dimana pada analisisnya tidak memerlukan asumsi populasi harus memiliki sebaran normal ganda. Apabila komponen utama diturunkan dari populasi sebaran normal ganda, interpretasi dan inferensi dapat dibuat dari komponen sampel. Melalui matrik ragam peragam bisa diturunkan akar ciri – akar cirinya yaitu

1, 2,…, p dimana 1 ≥ 2 ≥ … ≥ p ≥ 0 dan vektor ciri-vektor cirinya yaitu α1,α2,…,αp (Draper, 1981)

Menyusutkan dimensi peubah asal X dapat dilakukan dengan membentuk peubah baru Y= α1X1 + α2X2 + … + αpXp atau Y= α’Xp dimana α adalah matriks transformasi yang mengubah peubah asal X menjadi peubah baru Y yang disebut komponen utama, karena itu sering disebut vektor pembobot. Syarat untuk membentuk komponen utama yang merupakan kombinasi linier dari peubah X agar mempunyai keragaman yang besar adalah dengan memilih α’= (α1 α2 … αp) sedemikian rupa sehingga Var (Y) = α’Σα dengan α’α=1. Secara umum komponen utama ke-i adalah kombinasi linier terbobot peubah asal yang mampu menerangkan keragaman data ke-i, bisa ditulis sebagai berikut :

(24)

3

Dari persamaan di atas diketahui keragaman total yang mampu diterangkan setiap komponen utama adalah proporsi antara akar ciri komponen tersebut terhadap jumlah akar ciri atau teras matriks Σ.

Penyusutan dimensi asal dengan cara mengambil sejumlah kecil komponen yang mampu menerangkan bagian terbesar keragaman data. Apabila komponen utama yang diambil sebanyak q buah, dimana q < p, maka proporsi keragaman yang dapat diterangkan adalah ( 1+ 2+…+ q)/Σ i ; i=1,2,…,p sehingga nilai proporsi dari keragaman total populasi dapat diterangkan oleh komponen pertama, kedua atau sampai sejumlah q komponen utama secara bersama-sama adalah semaksimal mungkin. Tidak ada ketetapan berapa besar proporsi keragaman data yang dianggap cukup mewakili keragaman total. Meskipun jumlah komponen utama berkurang dari peubah asal tetapi ini merupakan gabungan dari peubah-peubah asal sehingga informasi yang diberikan tidak berubah. (Draper, 1981)

METODOLOGI Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya bersumber dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008

Untuk mempermudah penulisan, maka setiap kabupaten/kota diberi kode angka 1-13 (Lampiran 1).

Metode

Analisis yang digunakan adalah analisis komponen utama. Hasil dari analisis ini kemudian dibandingkan dengan hasil yang telah dikeluarkan oleh BPS. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut

Menghitung nilai indeks dari tiap indikator

Menghitung dengan Menghitung versi AKU BPS

Bandingkan hasilnya

Tarik Kesimpulan

Gambar 1 Diagram alur algoritma penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif

Dari 13 kabupaten/kota di Jadebotabek, Kota Jakarta Selatan memiliki IPM tertinggi yaitu 81,00 sedangkan IPM terendah dimiliki oleh Kepulauan Seribu yang hanya mencapai 71,00. Rata-rata IPM dari 13 kabupaten/kota di Jadebotabek sebesar 77,30. Angka harapan hidup tertinggi di miliki oleh Kota Jakarta Selatan yaitu sebesar 73,03 dan angka harapan hidup terkecil dimiliki oleh Kabupaten Tangerang yaitu sebesar 65,32. Angka melek huruf tertinggi sebesar 99,28% dimiliki oleh Kota Jakarta Pusat sedangkan yang terkecil dimiliki oleh Kabupaten Bogor yaitu sebesar 93,59%. Indeks daya beli tertinggi dimiliki oleh Kota Jakarta Selatan yaitu sebesar 0,76 dan terkecil dimiliki oleh Kepulauan Seribu yaitu sebesar 0,60.

90 85 80 75 70 65 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 y P e rs e n Mean 77,30 StDev 3,451 N 13 AD 0,586 P-Value0,102

Probability Plot of y

Normal - 95% CI

Gambar 2 Eksplorasi hasil IPM

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa data IPM tidak terdapat pencilan sehingga proses pencarian rata-rata dari IPM di Jabodetabek tidak bermasalah.

Analisis Komponen Utama dengan Indeks

Tabel 1 Output AKU

PC1 PC2 PC3 Akar ciri 2,102 0,720 0,178 Proporsi 0,701 0,240 0,059 Kumulatif 0,701 0,941 1,000

Peubah PC1 PC2 PC3 indeks kehidupan 0,554 0,653 -0,517 indeks pendidikan 0,653 0,043 0,756 indeks daya beli 0,516 -0,756 -0,402

(25)

4

data sedangkan komponen kedua memiliki proporsi 24,0% dari keragaman data.

Pada penelitian ini, komponen utama yang digunakan hanya sampai komponen utama kedua sehingga keragaman yang dapat dijelaskan dari analisis yang digunakan bisa dibilang tinggi, yaitu sebesar 94,1% sehingga hasilnya diharapkan lebih akurat.

Jika kita telaah lebih lanjut pada masing-masing komponen utama, terlihat jelas dari output di atas bahwa untuk komponen utama pertama semua variabelnya mempunyai bilangan pengali yang bernilai positif, sedangkan komponen utama kedua mempunyai bilangan pengali positif dan negatif dari tiap variabel penyusunnya.

2 1 0 -1 -2 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0,0 -0,5 -1,0 Komponen Pertama K o m p o n e n K e d u a 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Score Plot of indeks kehidupan; ...; indeks daya beli

Gambar 3 Skor Plot AKU

Jika indeks kehidupan, indeks pendidikan dan indeks daya beli tinggi maka IPM akan tinggi dan berlaku kebalikannya karena IPM merupakan rata-rata dari penjumlahan ketiga indeks di atas. Jadi pada komponen utama pertama dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar nilai skor dari tiap kabupaten atau kota berarti semakin baik IPM tersebut (dengan pertimbangan tambahan bahwa besaran bilangan pengali dari tiap indeks di komponen utama pertama tidak berbeda jauh). Seperti nampak pada gambar di atas, jika kita melihat sumbu X sebagai acuan maka kita dapat melihat bahwa kabupaten dengan kode 1 memiliki nilai IPM yang paling buruk karena terletak paling kiri. Berlaku pula seterusnya sehingga daerah dengan kode 2 memiliki IPM tertinggi dikarenakan letaknya paling kanan.

Hal yang menarik terletak pada komponen utama kedua, kita dapat melihat bahwa bilangan pengali yang bernilai positif terdapat di dua indeks yaitu indeks kehidupan dan indeks pendidikan. Jika bilangan pengali positif ini dijumlahkan maka jumlahnya akan

mendekati nilai mutlak dari bilangan pengali negatif dari indeks daya beli. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa jika semua indeks penyusun komponen utama kedua besarnya berimbang maka akan mendekati nilai 0. Hal ini mengindikasikan bahwa kita tidak bisa menarik kesimpulan baik buruknya IPM dari skor komponen utama kedua. Namun di sisi lain, penulis tetap ingin menggunakan dua buah komponen utama agar keragaman yang dicakup lebih besar sehingga untuk dapat melihat peringkat dari skor plot di atas penulis harus menggunakan indeks gabungan. Indeks gabungan ini merupakan penjumlahan bobot indeks yang dikalikan nilai dari tiap indeksnya. Igab = WKIK + WPIP + WDBIDB, dimana Wi adalah bobot jarak yang menghubungkan koordinat vektor ciri yang berasal dari dua komponen utama pertama indeks i yang telah dibagi dengan jumlah total jarak yang menghubungkan masing-masing koordinat vektor ciri dari dua komponen utama pertama dari ketiga indeks. Tabel 2 adalah tabel hasil kesimpulan dari analisis komponen utama di atas.

Tabel 2 Hasil IPM dengan AKU

Kab/Kota IK IP IDB Igab Peringkat Kep

Seribu 0,75 0,82 0,60 0,71 13

Jakarta

Selatan 0,80 0,90 0,76 0,81 1

Jakarta

Timur 0,80 0,90 0,74 0,81 2

Jakarta

Pusat 0,78 0,90 0,75 0,80 5

Jakarta

Barat 0,80 0,89 0,75 0,81 4

JakUtara 0,79 0,88 0,73 0,79 6

Kab.

Bogor 0,71 0,78 0,71 0,73 12

Kab.

Bekasi 0,72 0,80 0,72 0,74 10

Bogor 0,73 0,87 0,75 0,77 8

Bekasi 0,74 0,88 0,74 0,78 7

Depok 0,80 0,89 0,75 0,81 3

Tangerang 0,67 0,83 0,72 0,73 11

Kota

Tangerang 0,72 0,87 0,74 0,77 9

(26)

5

menggunakan analisis komponen utama, hasil IPM publikasi BPS serta hasil IPM versi PBB yang menyamaratakan bobot dari tiap indeks penyusun IPM. Dari tabel tersebut terlihat bahwa IPM hasil AKU lebih tinggi dibandingkan hasil BPS tetapi lebih rendah dibandingkan dengan versi PBB. Selain itu rata-rata perbedaan kuadrat simpangan antara IPM hasil AKU dan BPS adalah sebesar 4,13 sedangkan antara IPM hasil AKU dan PBB adalah sebesar 0,88.

Tabel 3 Perbandingan hasil proses perhitungan

Kab/Kota Versi AKU

Versi BPS

Versi PBB

Kep Seribu 71,00 70,14 72,54

Jakarta Selatan 81,00 79,00 82,03

Jakarta Timur 80,60 78,54 81,53

Jakarta Pusat 80,00 77,95 80,97

Jakarta Barat 80,55 78,37 81,38

JakUtara 79,00 77,01 79,98

Kab. Bogor 72,80 70,66 73,34

Kab. Bekasi 74,30 72,10 74,87

Bogor 77,30 75,16 78,18

Bekasi 77,80 75,73 78,72

Depok 80,56 78,36 81,37

Tangerang 73,10 71,14 74,01

Kota Tangerang 76,90 74,70 77,83

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Dari analisis komponen utama yang telah dilakukan pada data indeks di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan versi BPS, versi PBB dan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis komponen utama tidak banyak berbeda. Perbedaan terjadi dikarenakan pada analisis komponen utama bobot dari tiap indeks berbeda tergantung dari keragaman masing-masing indeks yang tercermin dari panjang vektor cirinya dan tentunya hasil IPM dari analisis komponen utama lebih akurat sesuai dengan kaidah statistika.

Saran

Dalam penelitian ini, proses perhitungan yang dievaluasi hanyalah proses perhitungan rumus akhir (penyamarataan bobot dari tiap indeks penyusun Indeks Pembangunan Manusia). Oleh karena itu perlu adanya pengkajian lebih dalam untuk proses perhitungan dari masing-masing indeksnya di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Miranda, Y. A. Le Borgne, and G. Bontempi. New Routes from Minimal Approximation Error to Principal Components, Volume 27, Number 3 /

June, 2008, Neural Processing Letters, Springer

Draper, Norman & Smith Harry. 1992. Analisis Regresi Terapan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Juanda, Bambang. 2009. Permodelan dan Pendugaan. Bogor : IPB Press.

Johnson, Richard A & Wichern, Dean W. 1998. Applied Multivariate Statistical Analysis. New Jersey : Prentice-Hall International Inc.

(27)

                                   

(28)

7   

Lampiran 1 Kode nama kabupaten/kota di Jadebotabek   

Kode  Nama Kab/Kota 

1  Kep. Seribu 

2  Kota Jakarta Selatan 

3  Kota Jakarta Timur 

4  Kota Jakarta Pusat

5  Kota Jakarta Barat 

6  Kota Jakarta Utara 

7  Kab. Bogor 

8  Kab. Bekasi 

9  Kota Bogor 

10  Kota Bekasi 

11  Kota Depok 

12  Kab. Tangerang 

13  Kota Tangerang 

(29)

8   

Lampiran 2. Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya Menurut Propinsi dan Kabupaten/Kota, Tahun 2007‐2008 

                                         

Kode  Provinsi/  Angka Harapan 

Hidup 

Angka Melek  Huruf 

Rata‐rata Lama 

Sekolah  Pengeluaran Perkapita  IPM  REDUKSI SHORTFALL 

   kabupaten/kota  (tahun)  (persen)  (tahun)  Disesuaikan       

                                         

      2007  2008  2007  2008  2007  2008  2007  2008  2007  2008  2006‐07  2007‐08 

                                         

3100   DKI JAKARTA       72,80  72,90  98,76  98,76  10,80  10,80  620,78  625,70  76,59  77,03  1,11  1,86 

3101   Kep. Seribu  70,26  70,32  97,25  97,25  7,80  7,80  583,69  588,04  69,76  70,14  1,51  1,23 

3171   Kota Jakarta Selatan  73,03  73,15  98,94  98,94  11,00  11,00  641,94  647,03  78,54  79,00  1,28  2,14  3172   Kota Jakarta Timur  72,84  72,97  98,97  98,97  11,00  11,00  637,48  642,29  78,09  78,54  3,03  2,03  3173   Kota Jakarta Pusat  71,97  72,05  99,28  99,28  10,60  10,60  639,09  644,22  77,51  77,95  3,56  1,95  3174   Kota Jakarta Barat  73,02  73,13  98,47  98,47  10,70  10,70  638,40  643,36  77,93  78,37  2,39  2,01 

3175   Kota Jakarta Utara  72,48  72,56  98,39  98,39  9,90  9,90  632,85  637,69  76,59  77,01  2,06  1,79 

3200   JAWA BARAT        67,60  67,80  95,32  95,53  7,50  7,50  623,64  626,81  70,71  71,12  1,32  1,38 

3201   Kab. Bogor  67,63  68,03  93,59  93,59  7,20  7,20  623,09  627,74  70,08  70,66  1,16  1,93 

3216   Bekasi  68,43  68,74  93,67  93,67  8,10  8,10  627,49  632,42  71,55  72,10  2,83  1,94 

3271   Kota Bogor  68,59  68,68  98,70  98,70  9,60  9,60  638,69  643,65  74,73  75,16  0,62  1,72 

3275   Kota Bekasi  69,45  69,52  98,46  98,46  10,19  10,19  635,02  639,93  75,31  75,73  1,96  1,68 

3276   Kota Depok  72,72  72,85  98,90  98,90  10,50  10,50  640,70  645,91  77,89  78,36  0,99  2,12 

3600   BANTEN        64,50  64,60  95,60  95,60  8,10  8,10  621,00  625,52  69,29  69,70  0,60  1,32 

3603   Tangerang  65,32  65,44  95,34  95,34  8,90  8,90  626,50  631,19  70,71  71,14  2,23  1,46 

3671   Kota Tangerang  68,23  68,29  98,34  98,34  9,80  9,82  636,21  639,44  74,40  74,70  1,14  1,17 

(30)

9   

Lampiran 3 Proses perhitungan masing‐masing indeks penyusun Indeks Pembangunan Manusia 2008 

Nama Kota  AHH  Indeks AHH  AMH  RLS  Indeks AMH  Indeks RLS 

Indeks 

Pendidikan  PPP 

Indeks Daya 

Beli  FINAL ANSWER 

Kep. Seribu  70,26  0,75  97,25  7,80  0,97  0,52  0,82  583,69  0,60  72,54 

Kota Jakarta Selatan  73,03  0,80  98,94  11,00  0,99  0,73  0,90  641,94  0,76  82,03 

Kota Jakarta Timur  72,84  0,80  98,97  11,00  0,99  0,73  0,90  637,48  0,74  81,53 

Kota Jakarta Pusat  71,97  0,78  99,28  10,60  0,99  0,71  0,90  639,09  0,75  80,97 

Kota Jakarta Barat  73,02  0,80  98,47  10,70  0,98  0,71  0,89  638,40  0,75  81,38 

Kota Jakarta Utara  72,48  0,79  98,39  9,90  0,98  0,66  0,88  632,85  0,73  79,98 

Kab. Bogor  67,63  0,71  93,59  7,20  0,94  0,48  0,78  623,09  0,71  73,34 

Bekasi  68,43  0,72  93,67  8,10  0,94  0,54  0,80  627,49  0,72  74,87 

Kota Bogor  68,59  0,73  98,70  9,60  0,99  0,64  0,87  638,69  0,75  78,18 

Kota Bekasi  69,45  0,74  98,46  10,19  0,98  0,68  0,88  635,02  0,74  78,72 

Kota Depok  72,72  0,80  98,90  10,50  0,99  0,70  0,89  640,70  0,75  81,37 

Tangerang  65,32  0,67  95,34  8,90  0,95  0,59  0,83  626,50  0,72  74,01 

Kota Tangerang  68,23  0,72  98,34  9,80  0,98  0,65  0,87  636,21  0,74  77,83 

max  0,80  99,28  11,00  0,99  0,73  0,90  0,76  82,03 

min  0,67  93,59  7,20  0,94  0,48  0,78  0,60  72,54 

mean  0,76  97,56  9,64  0,98  0,64  0,86  0,73  78,21 

ragam  0,001806923  4,068906792  1,595355195  0,000406891  0,007090468  0,001616897  234,5788526  0,001688587  11,79504001 

 

Keterangan :   1. AMH : Angka Masih Hidup 

    2. RLS : Rata‐rata Lama Sekolah 

(31)

                                   

(32)

7   

Lampiran 1 Kode nama kabupaten/kota di Jadebotabek   

Kode  Nama Kab/Kota 

1  Kep. Seribu 

2  Kota Jakarta Selatan 

3  Kota Jakarta Timur 

4  Kota Jakarta Pusat

5  Kota Jakarta Barat 

6  Kota Jakarta Utara 

7  Kab. Bogor 

8  Kab. Bekasi 

9  Kota Bogor 

10  Kota Bekasi 

11  Kota Depok 

12  Kab. Tangerang 

13  Kota Tangerang 

(33)

8   

Lampiran 2. Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya Menurut Propinsi dan Kabupaten/Kota, Tahun 2007‐2008 

                                         

Kode  Provinsi/  Angka Harapan 

Hidup 

Angka Melek  Huruf 

Rata‐rata Lama 

Sekolah  Pengeluaran Perkapita  IPM  REDUKSI SHORTFALL 

   kabupaten/kota  (tahun)  (persen)  (tahun)  Disesuaikan       

                                         

      2007  2008  2007  2008  2007  2008  2007  2008  2007  2008  2006‐07  2007‐08 

                                         

3100   DKI JAKARTA       72,80  72,90  98,76  98,76  10,80  10,80  620,78  625,70  76,59  77,03  1,11  1,86 

3101   Kep. Seribu  70,26  70,32  97,25  97,25  7,80  7,80  583,69  588,04  69,76  70,14  1,51  1,23 

3171   Kota Jakarta Selatan  73,03  73,15  98,94  98,94  11,00  11,00  641,94  647,03  78,54  79,00  1,28  2,14  3172   Kota Jakarta Timur  72,84  72,97  98,97  98,97  11,00  11,00  637,48  642,29  78,09  78,54  3,03  2,03  3173   Kota Jakarta Pusat  71,97  72,05  99,28  99,28  10,60  10,60  639,09  644,22  77,51  77,95  3,56  1,95  3174   Kota Jakarta Barat  73,02  73,13  98,47  98,47  10,70  10,70  638,40  643,36  77,93  78,37  2,39  2,01 

3175   Kota Jakarta Utara  72,48  72,56  98,39  98,39  9,90  9,90  632,85  637,69  76,59  77,01  2,06  1,79 

3200   JAWA BARAT        67,60  67,80  95,32  95,53  7,50  7,50  623,64  626,81  70,71  71,12  1,32  1,38 

3201   Kab. Bogor  67,63  68,03  93,59  93,59  7,20  7,20  623,09  627,74  70,08  70,66  1,16  1,93 

3216   Bekasi  68,43  68,74  93,67  93,67  8,10  8,10  627,49  632,42  71,55  72,10  2,83  1,94 

3271   Kota Bogor  68,59  68,68  98,70  98,70  9,60  9,60  638,69  643,65  74,73  75,16  0,62  1,72 

3275   Kota Bekasi  69,45  69,52  98,46  98,46  10,19  10,19  635,02  639,93  75,31  75,73  1,96  1,68 

3276   Kota Depok  72,72  72,85  98,90  98,90  10,50  10,50  640,70  645,91  77,89  78,36  0,99  2,12 

3600   BANTEN        64,50  64,60  95,60  95,60  8,10  8,10  621,00  625,52  69,29  69,70  0,60  1,32 

3603   Tangerang  65,32  65,44  95,34  95,34  8,90  8,90  626,50  631,19  70,71  71,14  2,23  1,46 

3671   Kota Tangerang  68,23  68,29  98,34  98,34  9,80  9,82  636,21  639,44  74,40  74,70  1,14  1,17 

(34)

9   

Lampiran 3 Proses perhitungan masing‐masing indeks penyusun Indeks Pembangunan Manusia 2008 

Nama Kota  AHH  Indeks AHH  AMH  RLS  Indeks AMH  Indeks RLS 

Indeks 

Pendidikan  PPP 

Indeks Daya 

Beli  FINAL ANSWER 

Kep. Seribu  70,26  0,75  97,25  7,80  0,97  0,52  0,82  583,69  0,60  72,54 

Kota Jakarta Selatan  73,03  0,80  98,94  11,00  0,99  0,73  0,90  641,94  0,76  82,03 

Kota Jakarta Timur  72,84  0,80  98,97  11,00  0,99  0,73  0,90  637,48  0,74  81,53 

Kota Jakarta Pusat  71,97  0,78  99,28  10,60  0,99  0,71  0,90  639,09  0,75  80,97 

Kota Jakarta Barat  73,02  0,80  98,47  10,70  0,98  0,71  0,89  638,40  0,75  81,38 

Kota Jakarta Utara  72,48  0,79  98,39  9,90  0,98  0,66  0,88  632,85  0,73  79,98 

Kab. Bogor  67,63  0,71  93,59  7,20  0,94  0,48  0,78  623,09  0,71  73,34 

Bekasi  68,43  0,72  93,67  8,10  0,94  0,54  0,80  627,49  0,72  74,87 

Kota Bogor  68,59  0,73  98,70  9,60  0,99  0,64  0,87  638,69  0,75  78,18 

Kota Bekasi  69,45  0,74  98,46  10,19  0,98  0,68  0,88  635,02  0,74  78,72 

Kota Depok  72,72  0,80  98,90  10,50  0,99  0,70  0,89  640,70  0,75  81,37 

Tangerang  65,32  0,67  95,34  8,90  0,95  0,59  0,83  626,50  0,72  74,01 

Kota Tangerang  68,23  0,72  98,34  9,80  0,98  0,65  0,87  636,21  0,74  77,83 

max  0,80  99,28  11,00  0,99  0,73  0,90  0,76  82,03 

min  0,67  93,59  7,20  0,94  0,48  0,78  0,60  72,54 

mean  0,76  97,56  9,64  0,98  0,64  0,86  0,73  78,21 

ragam  0,001806923  4,068906792  1,595355195  0,000406891  0,007090468  0,001616897  234,5788526  0,001688587  11,79504001 

 

Keterangan :   1. AMH : Angka Masih Hidup 

    2. RLS : Rata‐rata Lama Sekolah 

Gambar

Gambar 2 Eksplorasi hasil IPM
Gambar 2 Eksplorasi hasil IPM
Gambar 2 Eksplorasi hasil IPM
Tabel 2 Hasil IPM dengan AKU
+6

Referensi

Dokumen terkait

Analisis mas}lah}ah mu&gt;rsalah dari mekanisme wali ad}al di KUA Driyorejo yang dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah bahwasannya mediasi dipandang baik oleh akal dan

Setiap Negara yang telah memperluas cakupan konvensi ini dcngan setiap dari pernyataan-pernyataan yang ditentukan dalam sub-ayat 2 (b), atau (c) di atas dapat

Untuk menemukan asesmen alternatif didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) evaluasi hendaknya berbasis unjuk kerja sehingga selain memanfaatkan penilaian

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa 1) Peningkatan Minat Belajar melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas IVA SD Negeri

Sebagaimana panafsiran pada Gambar 6, sesar-sesar ini merupakan sekelompok sesar mendatar yang mempunyai gerakan divergen sehingga membentuk beberapa daerah

Untuk menghindari terjadinya residu antibiotika pada susu dari segi kesehatan masyarakat dapat dilakukan beberapa pencegahan diantaranya pemeriksaan secara rutin dan

Komunikasi persuasif merupakan seni yang digunakan komunikator untuk mempengaruhi komunikan. Proses komunikasi persuasi terjadi pula dalam komunikasi kesehatan, misalnya

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah normal sedangkan kelenjar