• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

THE ASSESSMENT OF COMPLIANCE WITH MANDATORY LABELLING

FOR JUICE BEVERAGES (READY-TO-DRINK PRODUCT) IN SEVERAL

SUPERMARKETS

IN THE CITY OF BOGOR

Virza Maradhika and Arif Hartoyo

Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia

Phone: +6285279211818, E-mail: virza.maradhika@yahoo.com

ABSTRACT

Food labeling regulation in Indonesia is stipulated by the government through Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 about Food Labeling and Ad. This research consists of main and additional research that was conducted by survey method that included to descriptive method. The main objective of this research is to determine the compliance with mandatory labeling for juice beverage producer especially for the ready-to-drink products. The label substances required were assessed in main research through Legal Analysis Research. Analysis of 68 total ready-to-drink fruit juice labels showed five major substances level of compliance: minimum information on label (94.70%), technical writing on label (88.24%),inclusion technique (66.18%), prohibited information that put on label (90.68%), and other information on label (99.41%). Furthermore, community survey was conducted in the additional one to find out public awareness of ready-to-drink fruit juice label with 112 respondents who are Bogor society between the ages of 15 to 60 years. The result indicated that 71.43% respondents claimed to pay attention to the ready-to-drink fruit juice label with the expired date and composition are two substances that paid the most.

(2)

Virza Maradhika. F24080030. Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum ) di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor. Di bawah bimbingan Dr. Arif HartoyoS.TP, MP. 2012.

RINGKASAN

 

Penelitian dengan judul Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor dilakuan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan syarat label minuman sari buah kemasan siap minum yang beredar di pasar swalayan kota Bogor berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Penelitian ini terdiri dua bagian yaitu penelitian utama dan penelitian tambahan yang sama-sama menggunakan metode deskriptif serta data primer. Pada penelitian utama dilakukan analisis isi dengan membandingkan hasil pengamatan label minuman sari buah kemasan siap minum dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 sebagai peraturan yang mengatur mengenai cara pelabelan pangan yang berlaku sampai saat ini.

Data yang dianalisis pada penelitian utama berupa label minuman sari buah kemasan siap minum yang didapatkan dari peredaran produk tersebut di pasar swalayan kota Bogor dengan rincian

dua hypermarket (Giant dan Hypermart), empat supermarket (Foodmart, Ramayana, Superindo,

danYogya), dan empat minimarket (Alfamart, Al Amin, Circle K, dan Indomaret). Contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang dikumpulkan sebanyak 68 merek yang dihasilkan oleh 51 produsen. Analisis label pada 68 merek yang didapatkan menunjukkan hasil tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur keterangan minimum label (94.70%),tulisan pada label (88.24%),teknis pencantuman label (66.18%), keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label (90.68%), dan keterangan lain label (99.41%). Sebanyak 55 merek dari total 68 merek minuman yang dianalisis (80.88%) memenuhi ketentuan keterangan minimumyang harus dicantumkan pada label. Hanya sepuluh merek (14.70%) yang telah memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur label minuman sari buah.

Pada penelitian tambahan dilakukan survei kemasyarakatan berupa pemberian kuisoner yang diberikan kepada total 112 responden yang merupakan penduduk kota Bogor dengan usia antara 15 sampai 60 Tahun. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran konsumen cukup tinggi yaitu sebesar 71.43% dari total responden mengaku memperhatikan label minuman sari buah kemasan siap minum dan tanggal kadaluarsa dan komposisi merupakan dua hal dalam label minuman sari buah kemasan siap minum yang paling banyak diperhatikan konsumen. Sebanyak 78.52% responden ternyata tidak mengetahui adanya peraturan pelabelan pangan.

(3)

I.

PENDAHULUAN

 

 

1.1.

LATAR BELAKANG

Pada sebagian besar masyarakat perkotaan yang mempunyai banyak aktivitas serta waktu yang sedikit menyebabkan perubahan pola konsumsi produk minuman yang praktis menjadi suatu keharusan, selain untuk kepraktisan juga untuk mendapatkan manfaat yang diberikan dari suatu produk pangan termasuk minuman. Saat ini, kecenderungan makanan dan minuman kesehatan semakinberkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akanpentingnya pola hidup sehat. Perkembangan teknologi khususnya teknologi pangan membuat buah tidak hanya dikonsumsi secara segar tetapi dapat juga dikonsumsi dalam bentuk sari buah.

Produk-produk minuman sari buah dalam kemasan siap minum tersebut dapat diperoleh dengan mudah di pasar terutama di pasar swalayan dengan berbagai pilihan. Survei Nielsen Retail Etablishment (2010) menyebutkan, jumlah pasar swalayan pada tahun 2010 terus bertambah karena konsumen merasa lebih nyaman berbelanja di pasar modern tersebut. Survei yang mengambil sampel 300 ribu toko itu menyimpulkan bahwa promosi harga besar-besaran yang dilakukan toko modern melalui media cetak dan elektronik memikat masyarakat untuk berbelanja.Survei Nielsen menunjukkan, jumlah minimarket tahun 2010 mencapai 16.922, tumbuh 42% dibanding pada tahun 2009 sebanyak 11.927 gerai. Pertumbuhan minimarket diikuti oleh pertumbuhan hipermarket yang jumlahnya pada tahun 2010 mencapai 154 toko, naik 23% dibanding pada tahun 2009. Sebaliknya, jumlah pasar tradisional pada 2010 sebanyak 2,4 juta, turun 1,5% dibanding tahun 2009. Selama tahun 2010, industri hipermarket non-makanan menguasai pasar sebesar Rp 35 triliun atau 35% dan sisanya sebesar 65% merupakan belanja makanan. Proyeksi pertumbuhan ini pun membuat peritel moderen terus menambah gerai pada setiap tahunnya (Rubiyantoro 2011).

Produk minuman sari buah kemasan siap minum sebagian besar memberikan klaim manfaat kesehatan yang dapat menyamai buah aslinya bahkan dengan cara menonjolkan adanya penambahan kandungan vitamin. Masyarakat berpeluang untuk lebih menyukai produk tersebut dibandingkan dengan buah segar. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab konsumsi sari buah kemasan siap minum terus meningkat.Pemilihan minuman sari buah kemasan siap minum terkait dengan pengetahuan yang dimiliki konsumen. Menurut Sumarwan (2003), pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Adanya pengetahuan konsumen dapat mempengaruhi keputusan pembelian sari buah kemasan (Sumarwan 2003), salah satu pengetahuan konsumen adalah pengetahuan produk. Selain pengetahuan produk, pengetahuan gizi juga mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan. Hal lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian adalah kebiasaan (Sutisna 2002).

(4)

   

maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian dari kemasan (Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999). Labelisasi dapat diartikan bahwa label yang terdapat pada kemasan harus mencantumkan isi atau kandungan yang sebenarnya dari produk yang diperdagangkan.

Pencantuman gambar buah pada label merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen, sehingga tidak jarang konsumen memilih suatu produk berdasarkan disain gambar yang ada pada label. Pencantuman gambar buah tidak dapat dilakukan jika buah tersebut ditambahkan sebagai perisa. Gambar buah hanya dapat dicantumkan oleh produk yang tergolong minuman buah jenis sari buah (Anggraini dan Dewi 2008). Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2006), yang dapat dibedakan dari total kandungan sari buahnya yaitu sari buah (100%), minuman sari buah (minimal 35%), dan minuman rasa buah (minimal 10%). Hingga saat ini, implementasi label pangan pada produk minuman sari buah kemasan siap minum masih belum efektif. Hampir semua jenis produk minuman sari buah yang beredar mencantumkan gambar buah tanpa memberikan keterangan maupun informasi yang menjelaskan berapa persentase kandungan sari buah yang ada di dalamnya. Label yang ada lebih ditujukan sebagai sarana promosi bahwa pengkonsumsian miuman sari buah kemasan siap minum akan memberikan manfaat kesehatan yang sama seperti buah aslinya.

Beberapa contoh penyimpangan terhadap PP Nomor 69 Tahun 1999 yang banyak ditemui pada label pangan yang ada di pasaran sekarang ini adalah penggunaan label tidak berbahasa Indonesia dan tidak menggunakan huruf latin, terutama produk impor, label yang ditempel tidak menyatu dengan kemasan, tidak mencantumkan waktu kadaluarsa, tidak mencantumkan keterangan komposisi dan berat bersih, tidak ada kode barang MD, ML atau P-IRT dan acuan kecukupan gizi yang tidak konsisten, tidak mencantumkan alamat produsen/importir bagi produknya (BPKN 2009).

Untuk produk pangan, sebenarnya telah ada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan pangan yang mengatur persyaratan label yang berlaku di Indonesia. Secara umum, salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana produsen minuman sari buah kemasan siap minum telah memenuhi syarat label pangan untuk mengetahui efektivitas penerapan peraturan pemerintah tersebut serta untuk perbaikan di masa mendatang.

1.2.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan syarat label minuman sari buah kemasan siap minum yang beredar di pasar swaalayan kota Bogor berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

1.3.

MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk:

1. Mengetahui tingkat pemenuhan syarat setiap unsur label dari produsen minuman sari buah kemasan siap minum.

(5)

   

3. Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terhadap label pangan terutama label minuman sari buah kemasan siap minum.

4. Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap label pangan.

(6)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

SARI BUAH

Pengertian produk minuman sari buah (fruit juice) menurut SNI 01-3719-1995 adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Definisi sari buah menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK. No. HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan mengatur definisi dan karakteristik dasar sari buah, terkait ketentuan bahan baku, proses pengolahan dan produk jadi, adalah cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat dimakan yang dicuci, dihancurkan, dijernihkan (jika dibutuhkan), dengan atau tanpa pasteurisasi dan dikemas untuk dapat dikonsumsi langsung. Sari buah dapat berisi hancuran buah serta berpenampakan keruh atau jernih. Produk sari buah dapat dibuat dari satu atau campuran berbagai jenis buah. Pada sari buah hanya dapat ditambahkan konsentrat jika berasal dari jenis buah yang sama.

Sari buah merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah yang sudah disaring. Pembuatan sari buah terutama ditujukan untuk meningkatkan ketahanan simpan serta daya guna buah-buahan. Pembuatan sari buah dari tiap-tiap jenis buah meskipun ada sedikit perbedaan, tetapi prinsipnya sama (Kemenristek RI 2010). Sari buah dibuat dengan cara menghancurkan daging buah dan kemudian ditekan agar diperoleh sarinya. Gula ditambahkan untuk mendapatkan rasa manis. Pengawet dapat ditambahkan untuk memperpanjang daya simpan. Selanjutnya cairan disaring, dibotolkan, kemudian di pasteurisasi agar tahan lama. Pemurnian sari buah bertujuan untuk menghilangkan sisa serat-serat dari buah dengan cara penyaringan, pengendapan atau sentrifugasi dengan kecepatan tinggi yang dapat memisahkan sari buahdari serat-serat berdasarkan perbedaan kerapatannya. Sari buah yang tidak dimurnikan akan berakibat terjadinya pengendapan di dasar botol. Hal tersebut tidak diinginkan karena akan menurunkan penerimaan konsumen (Muchtadi 1977).

Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2006), yang dapat dibedakan dari kandungan buahnya: a) sari buah, yaitu cairan yang diperoleh dari buah, baik buah tunggal atau campuran dari beberapa buah. Total kandungan sari buahnya 100 persen yang diperoleh dari proses pengempaan, penghancuran, atau penggilingan buah, b) minuman sari buah, adalah sari buah yang telah diencerkan dengan air. Kandungan total sari buahnya minimal harus berjumlah 35 persen dengan atau tanpa penambahan gula, c) minuman rasa buah yaitu sari buah yang telah diencerkan dengan air namun dengan total kandungan sari buah minimal 10 persen. Di dalam minuman ini umumnya ditambahkan bahan-bahan lain (bisa diketahui dari label kemasannya).

(7)

   

ukuran huruf yang cukup besar sehingga mudah untuk dibaca. Contoh pernyataan mengenai % sari buah adalah “90 % sari buah” dan “90% sari buah apel” (Anggraini dan Dewi 2008).

2.2.

PELABELAN PANGAN

Label pada kemasan pangan mempunyai fungsi untuk menjamin kesehatan dan keselamatan konsumen serta menciptakan perdagangan pangan yang adil dan jujur (Codex 1985). Label pangan adalah keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam , ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian dari kemasan (PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan). Menurut Wijaya (1997), label adalah tulisan, tag, gambar,atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun sehingga memberi kesan melekat pada kemasan atau wadah . Selain itu label juga berfungsi untuk memberikan informasi tentang identitas produk sehingga konsumen dapat mengetahui isi produk tanpa harus membuka kemasan terlebih dahulu, untuk menarik minat konsumen dan sebagai sarana promosi, serta sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen.

Label pangan merupakan bagian penting perdagangan pangan. Tanggung jawab mengenai label pangan melibatkan beberapa pihak, antara lain konsumen, produsen, serta pemerintah sebagai badan pembuat peraturan yang mengatur tata cara pelabelan. Menurut Blanchfield (2000), mayoritas konsumen tidak mempunyai tuntutan khusus pada label pangan, tetapi konsumen mengharapkan label pangan dapat menyediakan informasi yang menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam memilih produk.

Produsen bertanggung jawab dalam menentukan desain dan isi label, dalam hal ini produsen berupaya untuk membuat label yang dapat memberikan informasi kepada konsumen sekaligus sebagai media iklan sehingga produknya dapat bersaing dengan kompetitornya dan pada akhirnya memenangkan kompetisi tersebut saat konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut. Di sisi lain, produsen tidak luput dari kewajiban dan tanggung jawabnya untuk memenuhi peraturan pelabelan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, pihak yang berwajib menentukan keterangan minimum label, serta keterangan lain yang boleh dan tidak boleh dicantumkan pada label.Persyaratan label berhubungan dengan aspek produk dan bagaimana produk dapat memenuhi kepuasan konsumen. Syarat ini dapat dipenuhi dengan cara memberikan informasi yang tepat dengan kebutuhan konsumen dan membuat label sedemikian rupa sehingga jelas dan mudah dibaca (Blanchfield 2000).

Pangan yang aman serta bergizi merupakan kebutuhan utama konsumen. Oleh karena itu, informasi yang terdapat pada label pangan akan membantu konsumen dalam memilih pangan yang sesuai dengan kebutuhannya serta mendukung gaya hidup dan filosofi yang dianutnya (Blanchfield 2000). Informasi dasar yang merupakan kebutuhan utama konsumen adalah informasi yang menyatakan deskripsi produk (bahan yang terkandung dan jumlahnya), pengaruh produk pada kesehatan, metode produksi serta cara penyimpanan dan penyiapan.

(8)

   

Pelabelan pangan telah diatur tersendiri pada setiap negara. Di Indonesia peraturan pelabelan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tersebut, ketentuan pelabelan tercantum pada bab II yang terdiri dari 15 bagian dan 42 pasal (2-43). Definisi label pangan tercantum pada pasal 1 ayat 3, sedangkan pengawasan dan tindakan administratif masing-masing tercantum pada bab III dan IV. Rincian bab II tentang Label Pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rincian Bab II Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan

Bagian Perihal Jumlah pasal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Umum

Bagian Utama Label Tulisan pada Label Nama Produk Pangan

Keterangan tentang Bahan yang digunakan Keterangan tentang Berat Bersih atau Isi Bersih Keterangan tentang Nama dan Alamat

Tanggal Kadaluwarsa Nomor Pendaftaran Pangan

Keterangan tentang Kode Produksi Pangan Keterangan tentang Kandungan Gizi

Keterangan tentang Iradiasi Pangan dan Rekayasa Genetika Keterangan tentang Bahan Pangan yang Dibuat dari Bahan Baku Alami

Keterangan Lain pada Label tentang Pangan Olahan Tertentu

Keterangan tentang Bahan Tambahan Pangan

10 (pasal 2-11) 3 (pasal 12-14) 2 (pasal 15-16) 2 (pasal 17-18) 4 (pasal 19-22) 3 (pasal 23-25) 1 (pasal 26) 3 (pasal 27-29) 1 (pasal 26) 1 (pasal 31) 2 (pasal 32-33) 2 (pasal 34-35) 2 (pasal 36-37)

5 (pasal 38-42) 1 (pasal 43)

Jumlah 42 Pasal

Beberapa contoh peraturan pelabelan yang berlaku di negara lain antara lain Food Labeling Guide (FDA) yang berlaku di Amerika Serikat, Labeling of Packaged Food yang berlaku di Australia, serta Euro Council 2000/13/EC yang berlaku di Uni Eropa dan merupakan revisi dari Euro Council 79/112/EC. Selain itu, terdapat pula peraturan pelabelan yang dikeluarkan oleh Codex Allimentarius Commission (Codex Stan 1-1985). Perbedaan keterangan minimum label pada beberapa contoh peraturan pelabelan yang berlaku sekarang ini dapat dilihat padaTabel 2. Tabel 2. Perbedaan keterangan minimum pada beberapa peraturan pelabelan (Gunanta 2007)

Keterangan minimal label PP No. 69/1999 CAC (codex stan 1-1985) EC 2000/13 FDA ‘Food Labeling guide’ Australia ‘Labeling of Packaged Food’ Nama produk Berat bersih

Nama dan alamat produsen Daftar bahan Tanggal kadaluwarsa Informasi gizi Kode produksi Asal produk Informasi allergen Cara penyimpanan Petunjuk penggunaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

(9)

   

Tabel 2 menunjukkan bahwa setiap negara dari benua yang berbeda memiliki peraturan pelabelan tersendiri dan berbeda satu sama lainnya. Australia merupakan negara yang memiliki pengaturan terbanyak mengenai keterangan minimum label. Peraturan pelabelan pangan di Singapura ditetapkan pemerintah melalui Agri-Food and Veterinary Authority (AVA). Peraturan tersebut tercantum dalam A Guide To Food Labeling and Advertisement yang dikeluarkan AVA pada tahun 2011. Peraturan tersebut terbagi menjadi empat unsur utama yaitu persyaratan umum label, persyaratan tambahan label, klaim yang dilarang, dan klaim kandungan kesehatan (AVA 2011). Persyaratan umum yang diatur yaitu keterangan mengenai nama produk pangan, bahan baku, pernyataan mengenai bahaya kesehatan yang dapat diakibatkan, pernyataan berat bersih, nama dan alamat produsen, dan asal negara produsen. Seluruh keterangan yang dicetak pada label harus menggunakan bahasa Inggris.

Sementara itu, peraturan pelabelan pangan di Malaysia ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesihatan Malaysia. Peraturan tersebut terdapat dalam Peraturan-peraturan Makanan 1985 pada bahagian IV mengenai Garis Panduan Am Pelabelan Makanan. Peraturan pelabelan pangan di Malaysia tidak seperti peraturan negara lain pada umumnya. Pemerintah mewajibkan produsen memenuhi semua unsur yang ditetapkan yaitu sebanyak 20 unsur. Peraturan tersebut dengan jelas mengatur semua unsur dengan memberikan contoh-contoh pencantuman yang benar meskipun ditetapkan pada tahun 1985. Hal ini sangat berbeda dari PP Nomor 69 Tahun 1999 yang ada di Indonesia. Bahasa yang diperbolehkan dalam pencantuman label pangan di Malaysia adalah bahasa Inggris dan bahasa Malaysia (Melayu).

(10)

   

III.METODE PENELITIAN

3.1.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari penelitian utama serta penelitian tambahan dan dilakukan dengan metode survei yang termasuk dalam metode deskriptif (Zulnaidi 2007). Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung (Nasir 1985).

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Selain itu, dapat dikemukakan secara sistematis dan cermat fakta atau karakteristik populasi atau bidang tertentu (Isane dan Michael 1981).

Pada penelitian utama dilakukan analisis isi (content analysis) terhadap syarat unsur label pada minuman sari buah kemasan siap minum. Untuk penelitian tambahan akan dilakukan survei kemasyarakatan (community survey) berupa kuisioner untuk mengetahui tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap label minuman sari buah kemasan siap minum.

3.2.

PENGUMPULAN DATA

Data yang digunakan pada penelitian utama adalah data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk maksud tertentu atau untuk suatu proyek riset tertentu (Supranto 1991). Data label kemasan minuman sari buah dikumpulkan masing-masing dari minimarket (empat buah), supermarket (empat buah), dan hipermarket (dua buah) yang berada di kota Bogor.Tempat dan lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tempat dan lokasi pengambilan contoh minuman sari buah

Jenis tempat Tempat pengambilan contoh Lokasi

Hypermarket Giant Botani Square

Hypermart Bellanova Sentul

Supermarket Foodmart Plaza Ekalokasari

Super Indo Jembatan Merah

Yogya Bogor Junction

Ramayana Bogor Trade Mall

Minimarket Alfamart Bogor Barat

Indomaret Bogor Selatan

Circle K Bogor Timur

(11)

   

Pada prinsipnya, seluruh merek minuman sari buah kemasan siap minum yang terdapat pada hypermarket, supermarket, dan minimarket yang dipilih akan diamati. Berbagai jenis pasar yang dipilih (hypermarket, supermarket, dan minimarket) bersifat saling melengkapi.

Untuk penelitian tambahan, kuisioner diberikan pada penduduk kota Bogor yang berusia produktif yaitu 15-60 tahun yang mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum sebanyak minimum 100 responden yang diambil secara acak. Jumlah ini ditetapkan dengan alasan besarnya populasi, biaya penelitian, dan keleluasaan serta kemudahan dalam memperoleh data. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 112 buah untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan contoh. Penetapan responden dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu quota samplingyang termasuk dalam jenis purposive sampling (Babbie 2010). Istilah purposive sampling berarti mengambil orang-orang oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel itu (Engel dan Schutt 2010). Pertimbangan dalam memilih responden adalah mereka yang memiliki usia di rentang antara 15-60 tahun dan merupakan konsumen minuman sari buah.Quota Sampling adalah pencarian sejumlahunsur dengan memilih unsur (responden) yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginannya (Black 1999).

3.3. PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA

Analisis data hasil pengamatan informasi label minuman sari buah kemasan siap minum dilakukan dengan content analysis (analisis isi). Analisis isi yang membandingkan kesesuaian hasil informasi yang didapat dari data pengamatan (observasi) dengan ketentuan (pasal-pasal) dari produk hukum yang berlaku sekarang, dikenal dengan nama Legal Analysis Research (Whitney 1951).

Pada penelitian ini, contoh label minuman sari buah kemasan siap minum akan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Unsur-unsur label sari buah kemasan siap minum yang diamati dapat dilihat pada Tabel 4 Sedangkan kriteria pemenuhan syarat unsur label secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Tingkat pemenuhan persyaratan label rata-rata untuk setiap unsur atau kelompok unsur dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gunanta 2007) :

TPP %

%

Keterangan :

TPP = tingkat pemenuhan kriteria rata-rata unsur atau kelompok unsur Ui = jumlah merek yang memenuhi persyaratan unsur label ke-i m = jumlah seluruh merek minuman sari buah

n = jumlah unsur label

(12)

   

Tabel4. Unsur yang diamati pada minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan PP No 69 Tahun 1999

Unsur Label Pasal dan ayat

A B C

D

E

Teknis pencantuman label Tulisan pada label

Keterangan Minimum Label 1. Nama produk pangan 2. Daftar bahan

3. Berat bersih atau Isi bersih 4. Nama dan alamat produsen 5. Tanggal kadaluwarsa Keterangan lain

1. Manfaat pangan bagi kesehatan 2. Penyataan tentang halal 3. Nomor pendaftaran pangan 4. Kode produksi

5. Keterangan tentang kandungan gizi 6. Keterangan tentang iradiasi pangan

7. Keterangan tentang pangan rekayasa genetika 8. Keterangan tentang pangan sintesis yang dibuat

dari bahan baku alamiah

9. Keterangan tentang pangan olahan tertentu 10. Keterangan tentang bahan tambahan pangan Keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan)

1. Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan 2. Pangan dapat berfungsi sebagai obat

3. Mencantumkan nama dan lembaga yang menganalisis produk pangan

4. Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain

5. Keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian

menggunakan bahan baku alamiah

6. Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi

2, 27 (1), 29 (a,b) 13 (1,2), 15, 16 3

(13)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.

SEBARAN CONTOH MINUMAN SARI BUAH KEMASAN SIAP

MINUM YANG DITELITI

Total merek minuman sari buah kemasan siap minum yang diperoleh dai hasil pengumpulan contoh pada penelitian ini adalah 68 merek yang berasal dari dua hypermarket (Giant dan Hypermart), empat supermarket (Foodmart, Superindo, Yogya, dan Ramayana), dan empat minimarket (Alfamart, Indomaret, Al Amin, dan Circle K) yang semuanya berlokasi di kota Bogor, Jawa Barat. Minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti adalah semua jenis minuman sari buah dengan berbagai rasa, kemasan, dan ukuran. Rasa minuman sari buah yang umum ditemui di pasaran adalah jeruk, jambu, mangga, anggur, sirsak, dan leci. Kemasan yang juga sebagai tempat utama label yang ditemui pada produk minuman sari buah kemasan siap minum adalah botol plastik, karton tetrapack, botol kaca, cup plastik, dan kemasan pouch (alumunium foil) dengan ukuran bervariasi seperti 240 ml, 500 ml, 1 liter, dan 2 liter. Sebaran merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti beserta tempat pengambilannya dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 2dan jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui di pasar swalayan kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang didapat pada setiap pasar swalayan

Tempat Pengambilan Contoh Jumlah merek yang didapat

Giant 45 Hypermart 29 Superindo 23 Yogya 30 Foodmart 33 Ramayana 18 Alfamart 13 Indomaret 11

Al Amin 6

Circle K 11

(14)

   

Merek minuman sari buah kemasan siap minum beserta produsen yang membuat dapat dilihat pada Lampiran 3. Semua minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui telah mencantumkan produsen yang memproduksinya, baik sebagai produsen yang langsung menjual produknya maupun produsen yang memproduksi minuman sari buah kemasan siap minumnya untuk produsen lain seperti PT. Buana Tirta Utama yang memproduksi nutrisariuntuk PT. Nutrifood Indonesia.

Dari Lampiran 3 diketahui bahwa pada umumnya produsen minuman sari buah kemasan siap minum memproduksi satu merek dan beberapa produsen memproduksi dua merek yaitu PT. Heinz ABC Indonesia, PT. Makmur Sejati Internusa, PT. Buana Tirta Utama, PT. Sinar Sosro, Del Monte Foods (EPSL) U.S.A, PT. Diamond Cold Storage, PT. Pepsi-Cola Indobeverages, Vitalon Food Thailand, LD&D Australia Pty Ltd, PT. ABC President Indonesia, PT. Pancaran Mulia Sejati. Terdapat pula produsen yang memproduksi tiga merek yaitu PT. Berri Indosari, Rauch Fruchtsafte Gesmbh & Co Austria, dan PT. Ciracasindo Perdana. Banyaknya merek yang diproduksi oleh produsen terkait dengan perluasan segmentasi pasar dan variasi produk di pasaran. Produk minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui di pasar Indonesia terutama kota Bogor ternyata tidak hanya buatan dalam negeri, tetapi juga berasal dari berbagai macam negara seperti Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Austria, Filipina,India, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Turki.

Klasifikasi merek yang diteliti berdasarkan jenis nama produk pangannya dapat dilihat pada Lampiran 6. Jumlah masing-masing merek berdasarkan nama produk pangannya dapat dilihat pada gambar 1. Terlihat bahwa contoh yang diteliti terdiri dari 30 merek sari buah, 19 merek minuman sari buah, dan 19 merek minuman rasa buah.Sementara itu jumlah merek yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftarannya dapat dilihat pada Gambar 2. Jumlah merek dengan kode pendafataran MD adalah 36 merek, kode ML adalah 30 merek, dan kode PIRT adalah 2 merek.

Gambar 1. Jumlah merek berdasarkan jenis nama produk pangan (total 68 merek) 30

19 19

sari buah

(15)

   

Gambar 2. Jumlah merek yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 68 merek)

4.2.

KETERANGAN MINIMUM LABEL

Pemenuhan syarat unsur keterangan minimum label oleh setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label.

Tabel 6. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label

Unsur label Jumlah merek yang memenuhi Presentase (%)

Nama produk pangan 65 95.58

Daftar bahan 67 98.53

Berat bersih/ isi bersih 67 98.53

Nama dan alamat produsen 66 97.06

Tanggal kadaluarsa 57 83.82

Rata-rata 94.70 Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur

keterangan minimum label adalah 94,70%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar produk minuman sari buah kemasan siap minum telah memenuhi syarat unsur minimum pada label. Unsur keterangan minimum label yang mempunyai tingkat pemenuhan syarat unsur tertinggi terdapat pada daftar bahan dan berat bersih yaitu sebanyak 67 merek. Lalu diikuti oleh nama dan alamat produsen dengan 66 merek, nama produk pangan 65 merek, dan yang memiliki tingkat pemenuhan terrendah yaitu tanggal kadaluarsa sebanyak 57 merek.

Pencantuman nama produk pangan pada label minuman sari buah kemasan siap minum cukup tinggi dimana hanya tiga merek yang belum memenuhi. Ketiga merek tersebut adalah calista, chez’s, dan fitactive. Pada merek calista, terdapat dua jenis nama produk pangan yang dicantumkan yaitu jus dan minuman sari buah yang dapat membingungkan konsumen. Semntara itu pada merek chez’sdan fitactive tidak ditemukan pencantuman nama produk pangan.

Pada pencantuman daftar bahan hanya terdapat satu merek (rauch) yang tidak memenuhi syarat dikarenakan tidak mencantumkan daftar bahan pada labelnya. Jumlah yang sama juga didapatkan pada merek yang belum memenuhi syarat pencantuman berat bersih. Seluruh merek telah mencantumkan berat bersih pada bagian utama label dengan didahului “isi bersih” dan

36 30

2

(16)

   

dicantumkan pada satuan metrik ml atau liter kecuali untuk merek cooler. Dalam PP Nomor 69 Tahun 1999 pasal 23 telah dijelaskan bahwa produk makanan cair, ukuran dinyatakan dengan ukuran isi (didahului isi bersih).

Pencantuman nama dan alamat produsen memiliki tingkat pemenuhan yang tinggi yaitu sebesar 97.06% dimana masih terdapat dua merek yang belum memenuhi. Untuk produk impor, maka nama dan alamat pihak yang mengedarkan wajib pula dicantumkan sesuai dengan ketentuan pasal 26 ayat 2 dan 3. Kedua merek tersebut adalah cooler dan s&w del monte dimana nama dan alamat produsen tidak disebutkan dengan jelas. Tatacara pencantuman informasi alamat produsen sendiri tidak dijelaskan rinci pada PP Nomor 69 Tahun 1999 sehingga diperlukan penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Seluruh merek sebenarnya telah mencantumkan unsur tanggal kadaluarsa pada label. Namun, hanya 57 merek yang telah memenuhi syarat pemenuhan unsur yaitu dengan mencantumkan tanggal kadaluarsa didahului keterangan “baik digunakan sebelum”. Sebelas merek lainnya yang seluruhnya merupakan produk impor yaitu bravo, ceres, del monte, dimes, florida natural, happy day, martinellis, rauch, realemon, s&w del monte, dan sunsweet prune masih mencantumkan tanggal kadaluarsa dengan istilah asing seperti “expire date” dan “best before” sehingga dianggap belum memenuhi.Hal ini terkait dengan ketentuan mengenai penulisan pada label yang menharuskan penggunaan bahasa Indonesia. Secara umum, hanya 80.88% (55 merek) minuman buah dari total 68merek yang berhasil memenuhi ketentuan pencantuman keterangan minimum label. Jumlah merek yang belum memenuhi adalah sebanyak 13 merek yang terdiri dari 11 merek dengan kode ML, 1 merek dengan kode MD, dan 1 merek dengan kode PIRT.

4.3.

TULISAN PADA LABEL

Dari Lampiran 4 dapat terlihat bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur tulisan pada label minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti yaitu sebesar 88.24%. Terdapat delapan merek masih belum memenuhi syarat tulisan pada label karena menggunakan bahasa asing dan huruf selain huruf latin. Penggunaan bahasa asing tersebut terutama ditemukan pada produk impor. Ketentuan mengenai tulisan pada label ini berlaku mengikat tidak hanya terhadap pangan yang diproduksi dalam negeri, namun berlaku juga terhadap pangan yang dimasukkan dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan. Tujuan pengaturan ini dimaksudkan agar informasi tentang pangan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada merek pokka yang merupakan produk Singapura misalnya, sebagian besar keterangan disajikan dalam bahasa Inggris dan terdapat huruf kanji. Produk dengan merek mama roz yang merupakan produk Indonesia dan terdaftar dalam kode P-IRT juga menggunakan bahasa Inggris pada seluruh keterangannya.

(17)

   

4.4.

TEKNIS PENCANTUMAN LABEL

Label pada minuman sari buah biasanya terdapat langsung pada kemasannya. Pada jenis kemasan botol plastik atau kaca, label ditempelkan di luar botol. Sedangkan pada kemasan karton tetrapack, label langsung dicetak pada karton. Hasil pengamatan terhadap label minuman sari buah pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur teknis pencantuman label adalah 66.18%. Sebanyak 45 merek telah memenuhi syarat teknis pencantuman label. Hal ini menunjukkan bawa sebagian besar produsen minuman sari buah kemasan siap minum telah menaati dan memiliki kesadaran akan pentingnya pencantuman lebal dengan teknis yang baik sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

Sedangkan sebanyak 23 merek dari 68 merek yang diteliti belum memenuhi syarat teknis pencantuman label. Secara umum penyebabnya adalah label yang dicantumkan berupa stiker yang ditempelkan pada kemasan mudah lepas, rusak ataupun luntur. Hal ini semakin besar kemungkinanannya terjadi mengingat minuman sari buah pada umumnya dikonsumsi pada keadaan dingin dimana label menjadi basah karena sebelumnya produk disimpan pada lemari pendingin. Sebagian besar label yang ditempel merupakan label berupa stiker yang dicetak oleh perusahaan pengimpor minuman sari buah kemasan siap minum produksi luar negeri. Ukuran stiker label yang sangat kecil serta penempatan label pada kemasan menyebabkan label tidak mudah dibaca. Pada merek rauch misalnya, stiker label berwarna transparan sehingga saat ditempel pada kemasan cenderung tidak terbaca karena tersamarkan oleh latar belakang kemasan. Sementara itu, pada merek cooler, label yang dicetak langsung pada kemasan berupa cup plastik sebagian telah luntur saat diamati. Label yang dicetak juga berlawanan arah saat dibaca dengan saat diminum sehingga menyulitkan konsumen untuk membaca. Pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.5.

KETERANGAN YANG DILARANG (TIDAK BOLEH

DICANTUMKAN)

(18)

   

Tabel 7. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan yang dilarang ( total 68 merek) Unsur label Jumlah merek yang

memenuhi Presentase (%) Keterangan yang tidak benar dan

menyesatkan 30 45.58

Pangan dapat berfungsi sebagai obat 68 100

Mencantumkan nama dan lembaga yang

menganalisis produk pangan 68 100

Keterangan bahwa pangan mengandung zat

gizi lebih unggul dari produk pangan lain 68 100

Keterangan pangan terbuat dengan tanpa

(sebagian) bahan baku alamiah 68 100

Keterangan pangan terbuat dari bahan segar

apabila terbuat dari bahan setengah jadi/jadi 68 100

Rata-rata 90.68 Dalam penjelasan pada PP Nomor 69 Tahun 1999 pasal 5 mengenai keterangan yang tidak

(19)

   

Gambar 3. Presentase kesalahan untuk unsur keterangan yang menyesatkan berdasarkan jenis produk pangan (total 68 merek)

Gambar 3 menunjukkan bahwa pelanggaran ini sebagian besar dilakukan pada merek dengan jenis minuman sari buah (100%) dan minuman rasa buah (94.73%). Sebanyak 19 merek dari total 19 merek minuman sari buah serta 18 dari total 19 minuman rasa buah mencantumkan gambar buah pada label mereka. Hanya satu merek minuman rasa buah (happy jus) yang telah memenuhi syarat tersebut karena tidak memasang gambar buah pada labelnya. Pada label happy jus, gambar buah diganti menjadi tokoh karikatur dari rasa buah yang dikandung minuman tersebut yaitu stroberi dan jeruk. Pelarangan pencantuman gambar buah ini terkait dengan komposisi yang terkandung oleh jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah yang masing-masing hanya mengandung minimal 35% dan 10%. Kandungan gizi yang terkandung jelas akan jauh berbeda dengan buah asli dan juga sari buah karena jumlah kandungan sari buah dalam minuman yang kecil tersebut. Pencantuman gambar buah pada label minuman akan meberikan kesan kepada konsumen bahwa minuman seolah-olah berasal dari buah asli seluruhnya. Pemenuhan syarat unsur keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) pada label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.6.

KETERANGAN LAIN PADA LABEL

Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa secara umum pemenuhan syarat unsur keterangan lain pada label sangat baikdimana rata-ratanya mencapai 99.41%. Hanya dua unsur yang tidak dapat dipenuhi oleh masing-masing dua merek yaitu untuk unsur pencantuman kode produksi dan keterangan kandungan gizi. Pada penelitian ini, untuk unsur keterangan lain dengan kondisi tertentu yang dicantumkan dan memenuhi syarat pemenuhan unsur maupun yang tidak dicantumkan dianggap telah memenuhi syarat unsur label. Sedangkan, unsur yang dicantumkan namun tidak memenuhi syarat pemenuhan unsur dianggap belum memeuhi syarat unsur label. Pemenuhan syarat unsur keterangan lain pada label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 7.

0

100

94,73

0 20 40 60 80 100 120

sari buah minuman sari buah minuman rasa buah

Pe

rs

en

ta

se

ke

sa

la

h

a

n

(

%

)

(20)

   

Tabel 8. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan lain label (total 68 merek) Unsur label Jumlah merek yang

memenuhi Presentase (%)

Manfaat pangan bagi kesehatan 68 100

Pernyataan tentang halal 68 100

Nomor pendaftaran pangan 68 100

Kode produksi 66 97.06

Keterangan kandungan gizi 66 97.06

Keterangan iradiasi pangan 68 100

Keterangan tentang pangan rekayasa genetika 68 100

Keterangan tentang pangan sintesis 68 100

Keterangan tentang tentang pangan olahan tertentu 68 100 Keterangan tentang bahan tambahan pangan 68 100

Rata-rata 99.41 Keterangan lain yang biasa dicantumkan pada label pangan juga dapat dilihat pada Tabel 8.

Klaim manfaat pangan bagi kesehatan membutuhkan pembuktian berupa dokumen dan hasil pemeriksaan yang dapat membuktikan kebenaran akan keterangan yang dicantumkan. Untuk minuman sari buah, pada umumnya menonjolkan manfaat kandungan vitamin terutama vitamin C yang dapat berperan sebagai antioksidan. Sebanyak 11 merek mencantumkan klaim tersebut, yaitu buavita, calamansi, country choice, frutang, fruitamin, mama roz, minute maid pulpy, mr jussie, nutrisari, pokka, dan sunglo. Seluruhnya dianggap telah memenuhi syarat karena seluruh merek tersebut telah memiliki nomor pendaftaran pangan karena untuk mendapatkan nomor pendaftaran pangan dibutuhkan dokumen dan hasil pemeriksaan yang dapat membuktikan kebenaran akan keterangan yang dicantumkan.ketentuan pencantuman ini sesuai dengan penjelasan dalam PP Nomor 69 Tahun 1999 masih memerlukan penjelasan lanjut dari Menteri Kesehatan. Namun, sampai saat ini tidak terdapat standar yang dikeluarkan secara jelas mengenai pengaturan lebih lanjut tersebut. Mengingat banyaknya klaim kesehatan yang semakin meningkat pada produk pangan pada umumnya untuk promosi, ketentuan ini harus segera diatur oleh Menteri Kesehatan.

Masyarakat Islam merupakan jumlah terbesar dari penduduk Indonesia yang secara khusus dan non diskriminatif perlu dilindungi melalui pengaturan halal. Namun, pencantuman tentang halal masih belum diwajibkan. Di Indonesia, lambang halal yang digunakan masih sangat bervariasi. LPPOM-MUI yang dipercaya sebagai lembaga pengkaji halal untuk peredaran pangan di Indonesia sebenarnya telah mengeluarkan lambang halal, namun dalam prakteknya banyak lambang halal lain yang dicantumkan. Pada contoh yang diteliti misalnya, produk impor masih menggunakan lambang halal yang dikeluarkan oleh lembaga yang bersangkutan di negara asal masing-masing. Karena belum wajibnya pencantuman kode halal ini, maka semua merek baik yang telah mencantumkan maupun yang belum mencantumkan lambang halal pada label dianggap telah memenuhi pemenuhan syarat unsur.

(21)

   

Sebanyak dua merek (cooler dan juice united) belum memenuhi syarat kode produksi karena tidak mencantumkan kode produksi pada labelnya. Jumlah yang sama juga terdapat pada merek yang belum memenuhi syarat pemenuhan unsur kandungan gizi. Dua merek yaitu happy day dan ocean spray belum memenuhi karena dalam labelnya mencantumkan pernyataan bahwa mengandung vitamin c namun tidak mencantumkan keterangan kandungan gizi sesuai dengan urutan yang dipersyaratkan sesuai dengan pasal 32 pada PP Nomor 69 Tahun 1999.

4.7 HASIL KUISIONER

Pada penelitian tambahan dalam penelitian ini, dilakukan pemberian kuisioner kepada responden untuk mengetahui tingkat kesadaran konsumen terhadap label minuman sari buah kemasan siap minum. Responden pada penelitian ini merupakan penduduk kota Bogor yang berusia 15-60 tahun yang dipilih secara acak dengan metode non probability sampling yaitu quota

sampling. Quota Sampling adalah pencarian sejumlahunsur dengan memilih unsur (responden)

yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginannya (Black 1999). Pemilihan rentang usia tersebut disebabkan karena usia tersebut dinilai merupakan usia yang masih produktif. Didapatkan total 112 responden pada pengisian kuisoner penelitian. Contoh lembar kuisioner yang telah diisi responden dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Daftar pertanyaan serta hasil jawaban kuisoner secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pertanyaan dan hasil jawaban kuisioner ( total 112 responden)

No Pertanyaan Jawaban

1 Apakah Anda pernah mengkonsumsi minuman sari buah komersial atau sejenisnya?

Ya (100%) Tidak (0%)

2 Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi minuman sari buah tersebut (per minggu)?

0-1 kali (54.46%) 2-4 kali (35.71%) 5-7 kali (9.83%) 3 Apakah alasan Anda mengkonsumsi

minuman sari buah?

Kesehatan (15.18%) Kesegaran (52.67%) Kesukaan (32.15%) 4 Apakah Anda pernah memperhatikan label

minuman sari buah?

Ya (71.43%)

Tidak (28.57%)

5 Apakah yang Anda perhatikan pada label minuman sari buah? (boleh lebih dari satu)

Komposisi (58.03%) Tanggal kadaluarsa (71.43%) Lainnya (17.85%)

6 Apakah Anda mengetahui tentang Peraturan Pelabelan Pangan?

Ya (21.43%)

Tidak (78.57%)

7 Apakah gambar buah pada kemasan minuman sari buah menarik minat Anda untuk mengkonsumsinya?

Ya (82.14%)

Tidak (17.86%)

8 Menurut Anda apakah dengan meminum minuman sari buah akan memberikan efek kesehatan yang sama dengan

mengkonsumsi buah asli?

Ya (58.93%)

(22)

   

Dari Tabel 9 diketahui bahwa seluruh responden yang berjumlah 112 orang merupakan konsumen minuman sari buah kemasan siap minum komersial yang mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum minimal satu kali setiap minggunya, bahkan sebanyak 9.83% dari total responden mengkonsumsi lima sampai tujuh kali dalam setiap minggunya. Survei dari Frontier Consulting Group Research pada awal Tahun 2012 menunjukkan bahwa penetrasi minuman sari buah kemasan siap minum ke konsumen di kota-kota besar yaitu Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya sebesar 80.9%. Jumlah tersebut berarti bahwa sebanyak delapan dari sepuluh orang yang disurvei mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum dengan rutin setiap bulannya. Sebanyak 59 orang responden mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum karena alasan kesegaran yang diperoleh setelah pengkonsumsian.

Pengetahuan konsumen mengenai produk pangan seperti sari buah utamanya bersumber dari label produk tersebut. Fungsi label pangan ini adalah sebagai sumber informasi dari produsen ke konsumen, mengikat transaksi (jadi apabila ada yang tidak sesuai dengan yang dicantumkan, produsennya dapat dituntut), serta sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Label minuman sari buah kemasan siap minum diperhatikan sebanyak 71.43% dari total responden. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen saat ini telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan informasi mengenai minuman sari buah kemasan siap minum yang diperoleh melalui pembacaan pada label produk.

Sebanyak 82.14% responden mengakui bahwa gambar buah pada kemasan sari buah kemasan siap minum menarik minat mereka untuk mengkonsumsinya. Di sisi lain, 78.57% responden ternyata tidak mengetahui adanya peraturan yang mengatur mengenai pelabelan pangan. Hal ini membuat transaksi dalam pangan pada umumnya dan minuman sari buah kemasan siap minum pada khususnya tidak dapat terikat. Konsumen tidak dapat menuntut karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peraturan pelabelan pangan.

Dalam penjelasan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa tingkat pengetahuan konsumen yang rendah mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (produsen) menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya melalui promosi. Pencantuman gambar buah pada jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan daya tarik konsumen untuk membeli produk minuman sari buah kemasan siap minum, meskipun tidak dibenarkan.

Tanggal kadaluarsa dan komposisi merupakan dua hal yang diperhatikan paling banyak oleh responden yaitu masing-masing 71.43% dan 58.03%. Sebanyak 58.93% responden berasumsi bahwa dengan meminum minuman sari buah akan memberikan efek kesehatan yang sama jika dibandingkan dengan mengkonsumsi buah asli. Artinya mereka beranggapan bahwa seluruh jenis minuman sari buah memiliki kandungan gizi yang sama dengan gizi yang terkandung oleh buah-buahan asli. Komposisi pada minuman sari buah kemasan siap minum pada umumnya berisi daftar bahan penyusun minuman tersebut seperti air, gula, dan kandungan sari buah. Sayangnya, tidak ada satu merek pun yang mencantumkan persentase kandungan sari buah yang dikandung secara jelas. Hal ini membuat konsumen tidak mengetahui secara pasti mengenai kandungan sari buah pada produk yang biasa mereka minum.

4.8 PEMBAHASAN UMUM

(23)

   

terendah yaitu unsur keterangan lain (99.41%), keterangan minimum label (94.70%), keterangan yang dilarang (90.68%), tulisan pada label (88.24%), dan teknis pencantuman label (66.18%). Sementara itu, rata-rata tingkat pemenuhan unsur atau kelompok unsur rata-rata label minuman sari buah kemasan siap minum yang diamati adalah 87.84%.

Tabel 10. Jumlah merek minuman sari buah kemasan siap minum yang memenuhi syarat unsur label

Kelompok unsur Jumlah unsur label Jumlah merek yang memenuhi syarat label (%)

Keterangan minimum label 5 94.70

Tulisan pada label 1 88.24

Teknis pencantuman label 1 66.18

Keterangan yang dilarang

(tidak boleh dicantumkan) 6 90.68

Keterangan lain 10 99.41

Rata-rata 87.84 Jumlah unsur label yang dipenuhi oleh setiap merek minuman sari buah secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 10. Sedangkan sebaran merek minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan pemenuhan syarat unsur label dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran merek minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan pemenuhan syarat unsur label ( total 68 merek)

Jumlah unsur yang dipenuhi Jumlah merek Presentase (%)

<18 0 0

18 1 1.47

19 2 2.94

20 5 7.35

21 14 20.59

22 36 52.94

23 10 14.70

(24)

   

Gambar 4. Persentase rata-rata jumlah unsur yang dipenuhi oleh kelompok contoh berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 23 unsur)

Dari Gambar 4 terlihat bahwa memang produk-produk dengan kode pendaftaran MD (produk dalam negeri) rata-rata memenuhi jumlah unsur yang lebih banyak yaitu sebesar 96.39% (22.17 unsur). Sementara produk-produk dengan kode pendaftaran ML (produk luar negeri) rata-rata memenuhi 91.87% (21.13) jumlah unsur. Produk minuman sari buah produksi industri rumah tangga dengan kode pendaftaran P-IRT hanya memenuhi rata-rata 86.95% (20unsur). Contoh analisis label untuk setiap merek dengan kode pendaftaran MD, ML, dan P-IRT masing-masing dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 11, Lampiran 12, dan Lampiran 13.

Keseluruh merek yang diteliti merupakan produk yang telah mendapatkan kode dan nomor pendaftaran pangan yaitu ML dan MD dari BPOM RI serta P-IRT dari Dinas Kesehatan setempat. Label yang akan beredar wajib dicantumkan saat pendaftaran dan permohonan dalam mendapatkan nomor pendaftaran pangan. Seharusnya, nomor pendaftaran hanya diberikan kepada produsen yang memproduksi produk dengan label yang telah memenuhi syarat label sesuai perundangan. Pada praktiknya, ternyata 85.29% merek minuman sari buah yang beredar di pasar swalayan kota Bogor masih belum memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur atau kelompok unsur label namun sudah mendapatkan nomor pendaftaran pangan.

Label pangan sebagai sumber informasi memiliki peranan sangat penting dalam perdagangan pangan. Tanggung jawab mengenai label pangan ini melibatkan konsumen, produsen, serta pemerintah. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa sebenarnya konsumen telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan informasi mengenai produk pangan yang akan mereka konsumsi melalui pembacaan label. Label minuman sari buah kemasan siap minum diperhatikan sebanyak 71.43% dari total 112 responden. Menurut Blanchfield (2000), mayoritas konsumen tidak mempunyai tuntutan khusus pada label pangan. Produsen bertanggung jawab dalam menentukan desain dan isi label sehingga label dapat memberikan informasi yang akurat kepada konsumen serta tidak luput dari kewajiban dan tanggung jawabnya dalam memenuhi peraturan pelabelan yang dietapkan pemerintah.

Pemerintah juga perlu meningkatkan sosialisasi label pangan terutama untuk ketentuan tulisan pada label dan keterangan minimum label. Pengawasan juga harus dilakukan terhadap label

96.39

91.87

86.95

82 84 86 88 90 92 94 96 98

MD ML PIRT

Pe

rsentase Peme

nuhan

(%

)

(25)

   

produsen yang masih memproduksi produk dengan label yang belum memenuhi ketentuan pemenuhan syarat label. Penerapan PP Nomor 69 Tahun 1999 sendiri belum berjalan efektif karena masih terdapat enam substansi label pangan yang perlu diatur lebih lanjut oleh Menteri Kesehatan (Gunanta 2007). Sampai saat ini (tahun 2012) belum ada peraturan Menteri Kesehatan yang membahas keterangan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

BPOM juga telah mengeluarkan Buku Pedoman Umum Pelabelan Pangan melalui Keputusan BPOM HK 00.05.52.4321 pada tahun 2003. Buku pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam rangka penilaian label produk pangan, kegiatan inspeksi label produk pangan, serta sebagai acuan pelaku usaha dalam merancang label produk pangan. Buku ini sendiri kurang disosialisasikan dan lebih banyak digunakan untuk kepentingan internal dalam melaksanakan pengawasan. Meskipun buku pedoman ini banyak menjelaskan beberapa substansi Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999, buku pedoman ini bukan merupakan ketentuan lanjutan dari peraturan pemerintah tersebut yang memiliki kekuatan hukum mengikat karena dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tidak disebutkan peranan BPOM dalam pelaksanaaan peraturan tersebut (Gunanta 2007). Pelaksanaan pengawasan terhadap ketentuan tentang label dan iklan pangan berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 1999 pasal 59 dilakukan oleh Menteri Kesehatan karena pada saat peraturan tersebut dibuat BPOM masih berada di bawah Departemen Kesehatan, sedangkan sekarang BPOM merupakan lembaga non departemen yang pertanggungjawabannya langsung kepada presiden. Oleh karena itu, revisi peraturan tersebut harus segera dilakukan agar pengawasan dapat dilakukan BPOM.

Perbedaan beberapa substansi antara Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 dan Buku Pedoman Umum Pelabelan Pangan yang dikeluarkan BPOM (2003) yaitu mengenai ketentuan tentang keterangan minimum label, ketentuan tentang keterangan minimal pada bagian utama label, dan ketentuan mengenai bahasa yang digunakan pada label. Terdapat pula beberapa substansi yang tidak dicantumkan secara rinci pada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 namun dijelaskan dengan lebih rinci pada Buku Pedoman Umum Pelabelan Pangan (BPOM) yaitu 1) unsur tulisan pada label, yang dicantumkan ukuran minimum tulisan, 2) unsur nama dan alamat produsen, yang dijelaskan secara lengkap tatacara pencantuman alamat, 3) unsur tanggal kadaluarsa, dicantumkannya jenis pangan yang tidak perlu mencantumkan tanggal kadaluarsa serta, 4) dicantumkan syarat-syarat pencantuman klaim pada label (Gunanta 2007).

Unsur keterangan minimum label yang diatur Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 juga berbeda dengan peraturan lainnya. Gunanta (2007) membandingkan unsur keterangan minimum label yang diatur PP Nomor 69 Tahun 1999 dengan UU Nomor 7 Tahun 1996 pasal 30 ayat 2 dan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 8 ayat 2. Perbedaan unsur keterangan minimum label tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

(26)

   

memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia, dan tanggal-bulan-tahun kadaluarsa.Namun, di pasal 12 unsur yang dimaksud (ada pada label) ternyata hanya mensyaratkan tiga unsur yaitu nama produk, berat atau isi bersih, serta nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia. Perbedaan dan kerancuan ini akan menyulitkan karena menimbulkan kebingungan bagi produsen dalam memilih pedoman dalam memproduksi label untuk produknya, sehingga memungkinkan produsen minuman sari buah kemasan siap minum mengikuti peraturan pelabelan yang berbeda.

Sebagai peraturan yang masih berlaku sampai saat ini, Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 memiliki efektivitas penerapan yang belum efektif terkait pengaturan label produk pangan. Revisi peraturan tersebut sangat perlu dilakukan terkait dengan perkembangan variasi produk jenis pangan sehinggga membutuhkan pengaturan yang lebih rinci dan ketat agar konsumen dapat memperoleh keterangan yang sebenarnya. Pencantuman persentase kandungan sari buah yang dikandung oleh sari buah, minuman sari buah, dan minuman rasa buah juga harus dilakukan oleh produsen. BPOM dan Dinas Kesehatan seharusya memeriksa label produk suatu pangan dengan mengaitkan pemenuhan syarat ketentuan label pangan yang berlaku sebelum memberikan nomor pendaftaran pada produsen agar semua pangan yang beredar ke konsumen telah memiliki label yang benar.

Tabel 12. Perbedaan unsur keterangan minimum label

PP Nomor 69 Tahun 1999 UU Nomor 7 Tahun 1996 UU Nomor 8 Tahun 1999

Nama produk Nama produk Nama produk

Berat bersih Berat bersih Berat bersih

Daftar bahan Daftar bahan Daftar bahan

Nama dan alamat produsen Nama dan alamat produsen Nama dan alamat produsen Tanggal kadaluarsa Tanggal kadaluarsa Tanggal kadaluarsa

Keterangan halal Tanggal pembuatan

Akibat samping

(27)

   

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1.

SIMPULAN

Analisis label pada 68 merek minuman yang didapatkan menunjukkan hasil tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur keterangan minimum label, tulisan pada label, teknis pencantuman label, keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label, dan keterangan lain pada label masing-masing sebesar 94.70%, 88.24%, 66.18%, 90.68%, dan 99.41%. Sebanyak 55 merek dari total 68 merek minuman yang dianalisis (80.88%) memenuhi ketentuan keterangan minimumyang harus dicantumkan pada label. Hanya sepuluh merek yang telah memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur label minuman sari buah.. Hasil kuisioner yang diberikan kepada total 112 responden menunjukkan bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran konsumen cukup tinggi yaitu sebesar 71.43% dimana responden mengaku memperhatikan label minuman sari buah kemasan siap minum dan tanggal kadaluarsa dan komposisi merupakan dua hal dalam label minuman sari buah kemasan siap minum yang paling banyak diperhatikan konsumen. Sebanyak 78.52% responden masih belum mengetahui adanya peraturan pelabelan pangan. Perbedaan-perbedaan dan kerancuan masih terdapat pada peraturan-peraturan yang terkait dengan pelabelan pangan sehingga memungkinkan produsen mengikuti peraturan yang berbeda.

5.2.

SARAN

(28)

KAJIAN PEMENUHAN SYARAT LABEL MINUMAN SARI BUAH

(KEMASAN SIAP MINUM) DI BEBERAPA PASAR SWALAYAN KOTA

BOGOR

SKRIPSI

VIRZA MARADHIKA

F24080030

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(29)

   

DAFTAR PUSTAKA

Agri-Food and Veterinary Authority. 2011. A Guide to Food Labeling and Advertisement. Singapore.

AnggrainiI dan Sofhiani D. 2008. Klasifikasi dan Pelabelan Minuman Buah.[terhubung berkala]. http://www.foodreview.biz. [21 Februari 2012]

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2003. Keputusan Kepala Badan POM No. HK. 00.05.52.4231 tentang Pedoman Umum Pelabelan Makanan. Jakarta.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.4040 tentang Kategori Pangan. Jakarta.

Babbie ER. 2007. The Practice of Social Research. Belmont CA: Wadsworth Cengage Learning. BlackJA. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Blanchfield.2000. Food Labelling. Cambridge: Woodhead Publishing Limited.

[BPKN] Badan Perlindungan Konsumen Nasional. 2009. Hasil Kajian BPKN di Bidang Pangan Terkait Perlindungan Konsumen . [terhubung berkala]. http://www.ina.go.id [16 Maret 2012]

Codex Alimentarius Commission. Codex Stan 1-1985. Guidelines for Labelling, Rome, Italy. Codex Stan. Codex Allimentarius Commision.

Codex Alimentarius Commission. Codex Stan CAC/GL 2-1985. Guidelines for Labelling, Hawkes, Corinna. Codex Allimentarius Commision.

Codex Alimentarius Commission. Codex Stan CAC/GL 1-11979. Codex Allimentarius Commision.

Euro Directive Council. 2000. Directive 2000/13/EC of The European Parliament and of The Council. Brussel. Euro Directive Council.

Engel RJ dan R.K Schutt. 2010. Fundamental of Social Work Research. California: SAGE Publications Inc.

Food and Drug Administration. 1994. Food Labelling Guide, USA. Food and Drug Administration.

Food and Drug Administration. 1990. Nutrition Labelling and Education Act, USA. Food and Drug Administration.

Government of South Australia. 2006. Labelling of Packaged Food. National Library of Australia Catalouging in Publication: Rundle Mall. Government of Australia.

GunantaP. 2007. Mempelajari Pemenuhan Syarat Label dari Beras Berlabel di Beberapa Pasar Swalayan Jakarta. [Skripsi]. Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan.

IsaneS dan W.B. Michael. 1981. Handbook in Research and Evaluation. San Diego: Edits Publishers.

[KEMENRISTEK] Kementerian Riset dan Teknologi. 2010. Teknologi Pangan dan Agroindustri. [terhubung berkala]. http://www.warintek.ristek.go.id. [16 Februari 2012]

(30)

   

Menteri Sekretaris Negara. 1996. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Menteri Sekretaris Negara.

Menteri Sekretaris Negara. 1999. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Menteri Sekretaris Negara.

MuchtadiD. 1977. Pengetahuan dan Pengolahan Bahan Nabati. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Pertanian IPB.

NasirM. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pemerintah RI. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta

Rubiyantoro Y. 2011 Indonesian Finance Today. [terhubung berkala]. http://www.indonesiafinancetoday.com [21 Februari 2012]

Research Division Consulting Group Research. 2012. Minuman Saribuah dalam Kemasan Siap Minum. [terhubung berkala]. http://www.frontierconsultinggroup.com [21 Februari 2012] [SNI] Standar Nasional Indonesia SNI 01-3719-2005. Minuman Sari Buah.

SumarwanU. 2003. Analisis Sikap Angka Multiatribut Fishbien Terhadap Produk Biskuit Sandwich Coklat. Media Gizi Keluarga, Edisi Desember 2000 no XXIV, Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor: 79-85

SuprantoJ. 1991. Metode Riset (Aplikasinya dalam Pemasaran). Jakarta: LP FEUI.

Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. WhitneyFL. 1951. The Elements of Research. New Jersey: Prentice-Hall, inc. Englewood Cliffs. Wijaya HN. 1997. Pelabelan Pangan. Pelatihan Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan bagi

Staf Pengajar. Bogor: CFNS-IPB.

(31)

KAJIAN PEMENUHAN SYARAT LABEL MINUMAN SARI BUAH

(KEMASAN SIAP MINUM) DI BEBERAPA PASAR SWALAYAN KOTA

BOGOR

SKRIPSI

VIRZA MARADHIKA

F24080030

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(32)

THE ASSESSMENT OF COMPLIANCE WITH MANDATORY LABELLING

FOR JUICE BEVERAGES (READY-TO-DRINK PRODUCT) IN SEVERAL

SUPERMARKETS

IN THE CITY OF BOGOR

Virza Maradhika and Arif Hartoyo

Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia

Phone: +6285279211818, E-mail: virza.maradhika@yahoo.com

ABSTRACT

Food labeling regulation in Indonesia is stipulated by the government through Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 about Food Labeling and Ad. This research consists of main and additional research that was conducted by survey method that included to descriptive method. The main objective of this research is to determine the compliance with mandatory labeling for juice beverage producer especially for the ready-to-drink products. The label substances required were assessed in main research through Legal Analysis Research. Analysis of 68 total ready-to-drink fruit juice labels showed five major substances level of compliance: minimum information on label (94.70%), technical writing on label (88.24%),inclusion technique (66.18%), prohibited information that put on label (90.68%), and other information on label (99.41%). Furthermore, community survey was conducted in the additional one to find out public awareness of ready-to-drink fruit juice label with 112 respondents who are Bogor society between the ages of 15 to 60 years. The result indicated that 71.43% respondents claimed to pay attention to the ready-to-drink fruit juice label with the expired date and composition are two substances that paid the most.

(33)

Virza Maradhika. F24080030. Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum ) di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor. Di bawah bimbingan Dr. Arif HartoyoS.TP, MP. 2012.

RINGKASAN

 

Penelitian dengan judul Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor dilakuan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan syarat label minuman sari buah kemasan siap minum yang beredar di pasar swalayan kota Bogor berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Penelitian ini terdiri dua bagian yaitu penelitian utama dan penelitian tambahan yang sama-sama menggunakan metode deskriptif serta data primer. Pada penelitian utama dilakukan analisis isi dengan membandingkan hasil pengamatan label minuman sari buah kemasan siap minum dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 sebagai peraturan yang mengatur mengenai cara pelabelan pangan yang berlaku sampai saat ini.

Data yang dianalisis pada penelitian utama berupa label minuman sari buah kemasan siap minum yang didapatkan dari peredaran produk tersebut di pasar swalayan kota Bogor dengan rincian

dua hypermarket (Giant dan Hypermart), empat supermarket (Foodmart, Ramayana, Superindo,

danYogya), dan empat minimarket (Alfamart, Al Amin, Circle K, dan Indomaret). Contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang dikumpulkan sebanyak 68 merek yang dihasilkan oleh 51 produsen. Analisis label pada 68 merek yang didapatkan menunjukkan hasil tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur keterangan minimum label (94.70%),tulisan pada label (88.24%),teknis pencantuman label (66.18%), keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label (90.68%), dan keterangan lain label (99.41%). Sebanyak 55 merek dari total 68 merek minuman yang dianalisis (80.88%) memenuhi ketentuan keterangan minimumyang harus dicantumkan pada label. Hanya sepuluh merek (14.70%) yang telah memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur label minuman sari buah.

Pada penelitian tambahan dilakukan survei kemasyarakatan berupa pemberian kuisoner yang diberikan kepada total 112 responden yang merupakan penduduk kota Bogor dengan usia antara 15 sampai 60 Tahun. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran konsumen cukup tinggi yaitu sebesar 71.43% dari total responden mengaku memperhatikan label minuman sari buah kemasan siap minum dan tanggal kadaluarsa dan komposisi merupakan dua hal dalam label minuman sari buah kemasan siap minum yang paling banyak diperhatikan konsumen. Sebanyak 78.52% responden ternyata tidak mengetahui adanya peraturan pelabelan pangan.

(34)

KAJIAN PEMENUHANSYARAT LABEL MINUMAN SARI BUAH

(KEMASAN SIAP MINUM) DI BEBERAPA PASAR SWALAYAN KOTA

BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

VIRZA MARADHIKA

F24080030

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(35)

Judul Skripsi : Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap

Minum) Di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor

Nama

: Virza Maradhika

NIM

: F24080030

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

(Dr.Arif Hartoyo, S.TP, MP.)

NIP. 19700430.199712.1.001

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc.)

NIP. 19680526.199303.1.004

(36)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli2012

Yang membuat pernyataan

(37)

© Hak cipta milik Virza Maradhika, Tahun 2012

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulius dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik

cetak,

(38)

BIODATA PENULIS

 

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Agustus 1990 dari pasangan Ahmad Patimura dan Indrawaty Pakpahan. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Xaverius Tanjung Karang pada Tahun 1996, sekolah dasar pada Tahun 2002 di SD Fransiskus I Bandar Lampung. Selanjutya penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Fransiskus Bandar Lampung hingga tahun 2005 dan menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2008. Setelah tamat pendidikan menengah atas, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

(39)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT dan karunia-Nya sehinga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor”yang dilaksanakan di Kota Bogor sejak bulan April hingga Juni 2012.

Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan, dukungan, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arif Hartoyo STP MP sebagai dosen pembimbing skripsi dan juga pembimbing akademik yang telah membimbing dan selalu memberikan arahan serta motivasi.

2. Ir. Darwin Kadarisman, MS atas bimbingan, saran, dan bantuannya selama rangkaian kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang juga telah bersedia menguji pada sidang. 3. Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc. yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada sidang tugas

akhir saya dan telah memberikan masukan yang membangun pada saat sidang.

4. Papa dan mama yang selalu memberi doa, dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan kuliah hingga tugas akhir.

5. Kakak Meta Palendra dan abang Gunawan yang

Gambar

Tabel 2. Perbedaan keterangan minimum pada beberapa peraturan pelabelan (Gunanta 2007)
Tabel 3. Tempat dan lokasi pengambilan contoh minuman sari buah
Tabel 5. Jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang didapat pada setiap
Gambar 1. Jumlah merek berdasarkan jenis nama produk pangan (total 68 merek)
+7

Referensi

Dokumen terkait