• Tidak ada hasil yang ditemukan

Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Perumahan dan Pasar Kota Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Perumahan dan Pasar Kota Tangerang"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA

CICAK DI PERUMAHAN DAN PASAR KOTA TANGERANG

SHINTA ANGGRAINI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

SHINTA ANGGRAINI. Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Perumahan dan Pasar Kota Tangerang. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN.

Setiap organisme saling berinteraksi dengan organisme lain. Organisme yang menjadi parasit pada cicak (Famili Gekkonidae) adalah tungau. Tungau dapat menyebar setiap saat secara bebas dari satu cicak ke cicak lainnya. Selain itu adanya kontak seksual dan interaksi fisik antar cicak (perkelahian, dan bersarang bersama) dapat menyebabkan inang tertular tungau. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi, mengidentifikasi dan mempelajari perbedaan intensitas infestasi tungau ektoparasit pada cicak yang berasal dari perumahan dan pasar di Kota Tangerang. Pengambilan sampel cicak dilakukan di daerah perumahan (Kecamatan Ciledug dan Karang Tengah) serta pasar (Kecamatan Ciledug dan Pinang) dengan metode road sampling. Cicak diawetkan dalam alkohol 70%. Tungau ektoparasit diambil pada bagian kepala, mata, ketiak, badan, paha, ekor, jari depan, dan jari belakang cicak. Preparat tungau dibuat dengan metode sediaan utuh menggunakan media polivinil alkohol (PVA) dan dikeringkan di atas hot plate selama satu minggu pada suhu 40oC. Hasil penelitian menunjukkan cicak dari daerah perumahan adalah Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, H. garnotii dan Gehyra mutilata, sedangkan cicak dari pasar diidentifikasi sebagai C. platyurus, dan H. garnotii. Tungau yang ditemukan termasuk ke dalam Famili Pterygosomatidae, Genus Geckobia, yaitu Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 7, Geckobia sp 8, Geckobia sp 9, Geckobia sp 10, dan semua tungau yang ditemukan tersebut merupakan spesies baru. Cicak asal pasar lebih banyak terinfestasi oleh tungau dibandingkan cicak di perumahan. Cicak H. garnotii memiliki nilai prevalensi terhadap tungau tertinggi (100%), baik di perumahan maupun pasar. Intensitas total tertinggi terdapat pada cicak H. garnotii sebesar 17,8 dan 15,9 berturut-turut untuk di perumahan, dan di pasar.

Kata kunci : Kota Tangerang, cicak, identifikasi, Geckobia, spesies baru

ABSTRACT

SHINTA ANGGRAINI. Inventarisation and Identification of Ectoparasites Mites in Gecko at the Residential and Traditional Market in Tangerang City. Supervised by SRI TARUNI PRAWASTI and RIKA RAFFIUDIN.

Every organism interacts with each other such as parasitic mites often find in the gecko (Family: Gekkonidae). Ectoparasite mites can spread in the geckos through sexsual contact and other physical interactions among the geckos.This research were aimed to invent, identify and explore the differences in infestation intensity of ectoparasite mites in gecko collected from the residential and traditional market in the Tangerang City. Geckos sampling were conducted in residentials (Ciledug and Karang Tengah District) and traditional markets (Ciledug and Pinang District) by using road sampling method. Geckos were preserved in alcohol 70%. Ectoparasites mites were taken from the head, ears, armpits, body trunk, groin, tail, fore and hind fingers of the geckos. Mites slides preparation were made with whole mount methode using polivinil alkohol (PVA) media and dried on hot plate for one week at 40oC. The result showed that geckos from residential areas were identified as Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, H. garnotii and Gehyra mutilata, while the geckos from the market were identified as C. platyurus, and H. garnotii. The mites were classified to the Pterygosomatidae Family, Genus Geckobia, namely Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 7, Geckobia sp 8, Geckobia sp 9, Geckobia sp 10, and those mites are found to be new species based on the current mites key identification. Geckos from traditional markets showed more infested by the mites than those from the residentials. Geckos H. garnotii had the highest prevalence (100%) both in residentials and markets. The highest total intensity was also found in geckos H. garnotii, those were 17,8 and 15,9 in the residential and in the market, respectively.

(3)

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA

CICAK DI PERUMAHAN DAN PASAR KOTA TANGERANG

SHINTA ANGGRAINI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Perumahan dan Pasar Kota Tangerang

Nama : Shinta Anggraini

NRP : G34080085

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si NIP. 19551130 198303 2 003

Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si NIP. 19670617 199203 2 001

Diketahui, Ketua Departemen Biologi

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si NIP. 19641002 198903 1 002

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat, dan keluarganya. Penelitian dengan judul “Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Perumahan dan Pasar Kota Tangerang” ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Juli 2012, di Laboratorium Mikroteknik, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dra. Taruni Sri Prawasti, M.Si dan Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si sebagai pembimbing atas segala bimbingan, saran, dan ilmu yang diberikan. Terima kasih pula kepada Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si selaku penguji dalam ujian sidang skripsi sebagai Wakil dari Departemen Biologi FMIPA IPB. Atas kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini diucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih khusus disampaikan penulis kepada keluarga tercinta bapak (Marsus), mama (Ngatiyah), kakak (Rahmi Susanti), dan adik (Yusuf Satrya Bhakti) yang telah memberikan doa, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun materil. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Mas Ipul beserta keluarga yang telah membantu selama proses pengambilan sampel cicak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga Zoologi (Bapak Bambang, Ibu Kanthi, Ibu Tetri, Bapak Islamul, Kak Nunuz, Kak Sars, Kak Wildan, Ibu Tini, Ibu Ani, Ahmad Nasokha, Ammar, Agus, Hana, Tyas, Lili, Yanti, Delvi, Dalfit, Esa, Adit, Traya, Dini, Nurul), dan teman-teman di Lab Mikroteknik (Puspa, Evi, Aldi, Hafiz, Khoerani, Ririn) atas dukungan, doa dan semangat yang telah diberikan selama melakukan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman khususnya di Biologi angkatan 45, keluarga besar OWA, teman Chatralaya (Mitha, Aida, Mb. Indha, Ka Chintya) yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman berharga.

Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuanbaik bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, September 2012

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang Provinsi Banten pada tanggal 15 Februari 1990 dari pasangan Bapak Marsus dan Ibu Ngatiyah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis lulus dari SD Binong Permai pada tahun 2002, lalu SMP Negeri 9 Tangerang pada tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Jakarta dan lulus tahun 2008. Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima di jurusan Biologi Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE ... 1

Waktu dan Tempat ... 1

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit ... 1

Pembuatan Preparat ... 1

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit ... 2

Analisis Data ... 2

HASIL ... 2

Identifikasi Cicak ... 2

Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak ... 2

Perlekatan Tungau Ektoparasit pada Tubuh Cicak ... 2

Identifikasi Tungau Ektoparasit ... 3

Kunci Determinasi Spesies Geckobia ... 6

Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak ... 6

PEMBAHASAN ... 7

SIMPULAN ... 8

SARAN ... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 9

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Sebaran spesies, jumlah cicak yang diperiksa (JC), jumlah cicak terinfestasi tungau

(JI), dan nilai prevalensi (P) di daerah perumahan dan pasar di Kota Tangerang………. 3 2 Jumlah dan persentase tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus,

H. garnotii, dan G. mutilata pada kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan jari belakang (h)………... 3 3 Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia

sp 7, Geckobia sp 8, Geckobia sp 9, Geckobia sp 10 dari cicak C. platyurus,

H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata di Kota Tangerang………. 4

4 Jumlah tungau (larva, nimfa, dewasa), intensitas infestasi dan intensitas total tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), H. garnotii (Hg), G. mutilata (Gm) pada daerah perumahan (R) dan pasar tradisional (P)

di Kota Tangerang………... 6

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tungau Geckobia. a. Bagian tubuh (tampak ventral), b. segmen tungkai, c&d. bagian gnatosoma e. larva, f. nimfa, g. Geckobia sp 4 (G4), h. Geckobia sp 5 (G5), i. Geckobia sp 6 (G6), j. Geckobia sp 7 (G7), k. Geckobia sp 8 (G8), l. Geckobia sp 9 (G9),

m. Geckobia sp 10 (G10).………... 5

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta penangkapan cicak di perumahan dan pasar di Kota Tangerang……… 12 2 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia………... .12

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cicak (Famili Gekkonidae) saat ini tidak masuk dalam daftar satwa dilindungi dalam APPENDIX CITES (Departemen Kehutanan 2009). Namun keadaan tersebut dikhawatirkan akan mengalami kepunahan di masa yang akan datang akibat adanya kegiatan perdagangan (Nugrahani 2011). Tiga spesies cicak yang tersebar secara acak dan cukup luas di Indonesia antara lain Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, dan Hemidactylus garnotii (Prawasti 2011). Menurut Jesus et al. (2001), cicak dapat menyebar antar pulau akibat kegiatan manusia.

Setiap organisme saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi yang bersifat parasitisme adalah interaksi antara dua jenis organisme yang hidup bersama dimana salah satu organisme diuntungkan dan yang lain dirugikan. Walter dan Proctor (1999) menyatakan bahwa parasit yang ditemukan pada reptil teresterial adalah tungau. Berdasarkan Soleha (2006) dan Prawasti (2011), cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii telah dilaporkan menjadi inang bagi tungau Geckobia. Tungau tersebut berwarna merah dan menghisap darah. Menurut Lawrence (1936), tungau (Geckobia) merupakan anggota Filum Arthropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas Arachnida, Subkelas Acari, Famili Pterygosomatidae. Secara umum tungau dewasa berukuran antara 0,3 hingga 0,5 mm. Tubuh tungau terbagi menjadi bagian gnatosoma dan idiosoma. Idiosoma merupakan gabungan dari podo-soma (adanya tungkai) dan opistopodo-soma (Zhang 1963).

Tungau dapat menyebar setiap saat secara bebas dari satu cicak ke cicak lainnya. Selain itu adanya kontak seksual dan interaksi fisik antar cicak (perkelahian, dan bersarang bersama) dapat menyebabkan inang tertular tungau. Tungau ditemukan pada hampir seluruh tubuh seperti di kepala, ketiak, paha, ekor (Rivera et al. 2003).

Cicak beraktivitas secara arboreal dan nokturnal (Rooij 1915). Cicak hidup di tempat tempat gelap seperti dalam lubang dan celah-celah batu (Harrisson 1961). Saepudin (2004) menyatakan bahwa cicak dapat ditemukan pula pada habitat berupa bangunan. Pasar tradisional memiliki kondisi tempat yang cenderung kotor, tidak tertata rapi, sumber cahaya kurang, serta aktivitas manusia yang lebih intensif. Kondisi sebaliknya terjadi di

daerah perumahan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang perbandingan cicak yang hidup pada kedua habitat tersebut.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah mengin-ventarisasi, mengidentifikasi dan mempelajari perbedaan intensitas infestasi tungau ekto-parasit pada cicak di perumahan dan pasar di wilayah Kota Tangerang.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari hingga Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di perumahan yaitu Kecamatan Ciledug (6o13'16'' LS, 106o42'55'' BT) dan Karang Tengah (6o12'17'' LS, 106o43'4'' BT), Kota Tangerang. Sampel yang berasal dari pasar diambil dari kecamatan Ciledug (6o14'05'' LS, 106o42'16'' BT) dan Pinang (6o13'30'' LS, 106o40'17'' BT), Kota Tangerang (Lampiran 1). Identifikasi cicak dan tungau, serta pembuatan preparat tungau dilakukan di Laboratorium Mikroteknik, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit Cicak ditangkap dengan menggunakan kayu atau langsung menggunakan tangan. Cicak diberi label berdasarkan wilayah penangkapan lalu diawetkan dalam alkohol 70%. Tungau yang melekat pada setiap individu cicak yaitu di bagian (a) kepala, (b) telinga, (c) ketiak, (d) badan, (e) paha, (f) ekor, (g) tungkai depan, dan (h) tungkai belakang diambil dengan menggunakan sonde. Jumlah tungau dihitung dan disimpan secara terpisah dalam tube berisi alkohol 70% berdasarkan tempat perlekatan pada tubuh cicak.

Pembuatan Preparat

(10)

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit Cicak diidentifikasi menggunakan kunci determinasi Rooij (1915) dan Saepudin (2004) sedangkan identifikasi tungau menggunakan kunci determinasi Krantz (1978) hingga tingkat famili dan Lawrence (1936) hingga tingkat genus. Selanjutnya untuk tingkat spesies dilakukan pembuatan kunci dikotom.

Analisis Data

Analisis jumlah tungau pada tubuh cicak dilakukan dengan menghitung nilai prevalensi (P), intensitas infestasi (I) dan intensitas total (It) (Barton & Richards 1996). Nilai prevalensi adalah presentase cicak yang terinfestasi tungau. Intensitas infestasi adalah rata-rata jumlah tungau spesies (i) yang menginfestasi setiap individu cicak. Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang menginfestasi per individu cicak.

P = x 100%;

I = ;

It =

Keterangan: P = prevalensi

I = intensitas infestasi tungau It = intensitas total

n = jumlah cicak yang terinfestasi tungau ni = jumlah cicak yang terinfestasi tungau spesies i

N = jumlah cicak yang diperiksa Ti = jumlah tungau spesies i yang menginfestasi cicak

T = jumlah total tungau yang menginfestasi cicak

HASIL

Identifikasi Cicak

Cicak yang berhasil dikoleksi dari daerah perumahan dan pasar berjumlah 93 individu, yaitu 46 individu berasal dari daerah perumahan (27 individu dari Kecamatan Ciledug, dan 19 individu dari Kecamatan perumahan diidentifikasi sebagai C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan Gehyra mutilata,

sedangkan cicak yang berasal dari daerah pasar diidentifikasi sebagai C. platyurus dan H. garnotii (Tabel 1).

Inventarisasi Tungau Ektoparasit yang Menginfestasi Cicak

Tungau yang menginfestasi keempat spesies cicak tersebut berwarna merah sehingga mudah terlihat. Cicak perumahan yang terinfestasi tungau ada 29 individu dari 46 individu cicak yang ditangkap (nilai prevalensi 63%). Cicak C. platyurus yang terinfestasi tungau sebanyak 23 individu, H. frenatus sebanyak 1 individu, H. garnotii sebanyak 4 individu dan G. mutilata sebanyak 1 individu. Sedangkan cicak asal pasar yang terinfestasi tungau sebanyak 46 individu dari 47 individu cicak yang ditangkap (nilai prevalensi 97,9%). Sebanyak 38 individu C. platyurus, dan 8 individu H. garnotii terinfestasi tungau (Tabel 1).

Berdasar jumlah total masing-masing spesies cicak yang ditangkap, cicak H. garnotii merupakan cicak yang seluruhnya terinfestasi tungau baik di perumahan maupun pasar. Sedangkan pada cicak H. frenatus tidak dapat dikatakan terinfestasi tungau seluruhnya karena hanya terdiri dari satu individu cicak. (Tabel 1).

Perlekatan Tungau Ektoparasit pada Tubuh Cicak

(11)

Tabel 1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (JC), dan nilai prevalensi (P) empat spesies cicak di daerah perumahan dan pasar di Kota Tangerang

Lokasi C. platyurus H. frenatus H. garnotii G. mutilata

Tabel 2 Jumlah dan persentase larva dan tungau dewasa yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata pada kepala (a), telinga (b), ketiak (c), badan (d), paha (e), ekor (f), jari depan (g), dan jari belakang (h)

Lokasi pada cicak

Larva Tungau dewasa

pada-C. platyurus H. frenatus H. garnotii G. mutilata

∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %

- tidak ditemukan inang cicak

Identifikasi Tungau Ektoparasit

Keseluruhan tungau yang diperoleh memiliki ciri yaitu yaitu tubuh terdiri dari gnatosoma, podosoma, dan opistosoma (Gambar 1a); palpi, kelisera (Gambar 1b), stigmata, dan peritrema (Gambar 1c) pada bagian gnatosoma; adanya skutum dorsal; permukaan tubuh bagian dorsal ditutupi oleh rambut (seta) dengan berbagai ukuran, bentuk seta simple, pilose, serrate (Tabel 3, Lampiran 2), seta pada permukaan tubuh bagian ventral lebih banyak atau lebih sedikit, pada koksa terdapat spur, tungkai berjumlah empat (Gambar 1d), terdapat cakar dengan rambut (tenent) pada ujung palpi dan ujung setiap tungkai, ukuran tubuh kecil.

Berdasarkan perbedaan ciri tungau dari daerah perumahan maupun pasar, ditemukan larva (Gambar 1e), nimfa (Gambar 1f), serta

(12)

platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata di Kota Tangerang

3 Motif kutikula lineate lineate lineate Lineate lineate lineate Lineate

4

Seta dorsal

a. Anterior

(tipe-ukuran-kepadatan) tidak ada

serrate - 42,5 µm -

sangat jarang tidak ada

simple - 36,7 µm -

b. Spur pada trochanter ada pada tungkai 4 ada pada tungkai 3 &

(13)

e f g

h i j

k l m

Gambar 1 Tungau Geckobia. a. Bagian tubuh (tampak ventral), b&c. bagian gnatosoma, d. segmen tungkai, e. larva, f. nimfa, g. Geckobia sp 4, h. Geckobia sp 5, i. Geckobia sp 6, j. Geckobia sp 7, k. Geckobia sp 8, l. Geckobia sp 9, m. Geckobia sp 10.

d a

c

(14)

Larva memiliki bentuk tubuh membulat ke arah posterior, 3 pasang tungkai, (Gambar 1e). Nimfa memiliki bentuk tubuh membulat ke arah posterior, telah memiliki 4 pasang tungkai seperti dewasa namun ukuran seta lebih pendek dan jumlah seta yang tersebar lebih sedikit (Gambar 1f).

Kunci Determinasi Spesies Geckobia 2a. Tubuh membulat ke posterior…………3 b. Tubuh membulat ke lateral……….4 3a. Seta dorsal bagian anterior, median, dan

posterior bertipe simple & jarang, ukuran kelisera ± 103 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe simple, spur pada tungkai 3&4 berjumlah

3……….Geckobia sp 7

b. Seta dorsal bagian anterior dan median bertipe serrate dan jarang, bagian posterior bertipe pilose dan lebat, ukuran kelisera ± 60,8 µm, seta pada koksa 1

posterior bertipe pilose dan jarang, ukuran kelisera ± 85,8 µm, seta pada koksa 1 berjumlah 2 tipe simple, spur pada tungkai 3&4 berjumlah 3……….Geckobia sp 8

bagian median dan posterior bertipe serrate jarang, ukuran kelisera ± 49,2

µm……….Geckobia sp 6

Intensitas Infestasi Tungau pada Cicak Jumlah masing-masing spesies tungau Geckobia yang menginfestasi cicak di perumahan dan pasar dapat dilihat pada Tabel 4. Ketujuh spesies tungau (Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 7, Geckobia sp 8, Geckobia sp 9, Geckobia sp 10) dapat menginfestasi beberapa spesies cicak (Tabel 4).

Nilai intensitas infestasi dan intensitas infestasi total pada tungau yang masih berada pada fase perkembangan larva dan nimfa tidak dihitung karena pada fase tersebut secara morfologi belum dapat diidentifikasi sebagai spesies tertentu. Intensitas infestasi adalah jumlah rata-rata spesies tungau tertentu yang menginfestasi tiap individu cicak. Pada daerah perumahan, cicak C. platyurus diinfestasi oleh 4 spesies tungau dengan intensitas infestasi tungau terbesar adalah tungau Geckobia sp 6 (2,0). Cicak H. frenatus diinfestasi oleh 1 spesies tungau Geckobia sp 4 (2,0). Cicak H. garnotii diinfestasi oleh 7 spesies tungau dengan intensitas infestasi terbesar adalah tungau Geckobia sp 5 (10,0) (Tabel 4).

Tabel 4 Jumlah tungau (larva, nimfa, dewasa), intensitas infestasi dan intensitas total tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), H. garnotii (Hg), G. mutilata (Gm) pada daerah perumahan (R) dan pasar tradisional (P) di Kota Tangerang

Sp. Cicak

Jumlah Tungau dan Intensitas infestasi1 Intensitas

total

angka di depan adalah jumlah tungau dan angka di dalam tanda kurung adalah intensitas infestasi,

- tidak ditemukan inang cicak, G4 = Geckobia sp 4, G5 = Geckobia sp 5, G6 = Geckobia sp 6, G7 =

(15)

Pada daerah, cicak C. platyurus diinfestasi oleh 4 spesies tungau dengan intensitas infestasi terbesar adalah tungau Geckobia sp 4 (4,9) sedangkan cicak H. garnotii diinfestasi oleh 7 spesies tungau dengan intensitas infestasi terbesar adalah tungau Geckobia sp 7 (8,7) (Tabel 4).

Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang menginfestasi setiap individu cicak yang terinfestasi tungau. Intensitas infestasi total tertinggi baik pada cicak dari perumahan maupun pasar menginfestasi H. garnotii, yaitu 17,8 dari perumahan dan 15,9 dari pasar (Tabel 4).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil identifikasi secara morfologi, cicak yang didapatkan dari empat kecamatan di Kota Tangerang adalah C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata. Pada penelitian sebelumnya, Soleha (2006) melaporkan bahwa cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii ditemukan di Bogor, Prawasti (2011) melaporkan bahwa di Indonesia ketiga spesies cicak tersebut tersebar luas dan tidak berpola. Menurut Rooij (1915), C. platyurus dan H. frenatus tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara; H. garnotii tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan; G. mutilata tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi.

Cicak C. platyurus merupakan cicak yang paling banyak ditemukan dari perumahan maupun pasar. Penemuan ini sesuai dengan penelitian Soleha (2006) yang melaporkan bahwa C. platyurus merupakan cicak yang paling banyak ditemukan di Bogor. Selain itu, Matsuo dan Oku. (2002) melaporkan terdapat 21 cicak C. platyurus dari 34 cicak yang ditangkap di Lampung. Pada penelitian ini cicak H. frenatus dan G. mutilata tidak ditemukan di daerah pasar tradisional. Kios pada pasar tradisional yang menjadi lokasi pengambilan sampel pada penelitian ini terbuat dari susunan kayu dan cenderung gelap. Hal ini sesuai dengan penelitian Haries (2008) di TNG Halimun Salak, cicak H. frenatus dan G. mutilata ditemukan pada bangunan dan rumah penduduk. Stebbins (1985) menyatakan bahwa H. frenatus dan G. mutilata merupakan jenis cicak rumah yang umum hidup pada wilayah tropis di dinding rumah dan bangunan.

Tungau Geckobia merupakan parasit bagi Gekkonidae. Menurut Krantz (1978),

Famili Pterygosomatidae memiliki ciri yaitu tubuh terdiri dari gnatosoma, podosoma, dan opistosoma; terdapat palpi, kelisera pada bagian gnatosoma; adanya cakar pada palpi; koksa menyatu dengan dinding tubuh bagian ventral, bentuk dan ukuran seta pada tubuh bervariasi, cakar memiliki beberapa pasang rambut (tenent). Ciri-ciri seluruh tungau yang ditemukan pada penelitian ini sesuai dengan ciri Famili Pterygosomatidae menurut Krantz (1978), sehingga dapat disimpulkan bahwa tungau yang ditemukan adalah anggota Famili Pterygosomatidae. Menurut Lawrence (1936), ciri tungau Geckobia adalah adanya skutum dorsal, mulut, koksa, adanya seta yang menutupi hampir seluruh tubuh, seta pada bagian ventral lebih sedikit daripada dorsal, terdapat spur pada koksa, cakar yang kuat dan padat. Pada Geckobia cakar lebih pendek dan kuat, ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan dengan tungau lain pada Famili Pterygosomatidae. Hal ini diperkuat dengan laporan Rivera et al. (2003) bahwa cicak H. mabouia (Gekkonidae) dari Puerto Rico merupakan inang bagi tungau G. mabouia.

Dalam Pterygosomatidae, tungau yang termasuk Genus Pterygosoma merupakan inang bagi kadal (Agamidae) (Lawrence 1936). Bertrand dan Modry (2004) melaporkan bahwa tungau Pterygosoma livingstonei adalah parasit bagi kadal Agama caudospinosa. Tungau Pterygosoma memiliki ciri tidak adanya skutum dorsal, seta terdapat pada bagian posterior dan lateral tubuh, tetapi tidak ada di bagian tengah tubuh.

Tungau yang ditemukan dalam penelitian ini seluruhnya termasuk ke dalam Genus Geckobia, yaitu Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 7, Geckobia sp 8, Geckobia sp 9, Geckobia sp 10. Identifikasi terhadap ketujuh spesies Geckobia pada penelitian ini dilakukan dengan membedakan karakter tubuh (Tabel 3). Namun identifikasi tungau belum sampai pada tingkat spesies karena kunci identifikasi untuk Geckobia belum lengkap (Boschov A, 2 Juli 2012, komunikasi pribadi). Untuk itu diperlukan pengamatan lebih lanjut mengenai khaetotaksa (persebaran seta pada tungkai).

(16)

perilaku kawin, perkelahian, dan hidup dalam satu sarang dapat menyebabkan cicak terinfestasi tungau. Prevalensi cicak terinfestasi tungau di daerah pasar pada penelitian ini lebih tinggi daripada perumahan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena daerah pasar lebih gelap dan tidak teratur sehingga lebih banyak terjadi interaksi antar cicak. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Harrison (1961) dan Rivera et al. (2003).

Selain itu di daerah pasar cenderung lebih kotor dan kemungkinan lebih banyak sumber makanan bagi cicak. Ketersediaan makanan pada lokasi, waktu dan kondisi lingkungan dapat mempengaruhi pola makan seekor hewan (Powell et al. 1990). Berdasarkan Wafa (2007), makanan yang dikonsumsi oleh cicak terdiri atas serangga, laba-laba, kalajengking bercambuk, potongan kertas, potongan kayu, biji, nasi, kulit cicak, kulit telur, kotoran rayap, dan batu.

Tungau merupakan organisme poikiloterm, dengan suhu optimal pertumbuhan antara 25-30oC. Pertumbuhan tungau dewasa lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi (Colloff 2009). Sedangkan pertumbuhan dari larva ke dewasa optimum pada suhu 22oC (Gerson et al. 2003). Pada penelitian ini, jumlah masing-masing tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan G. mutilata dapat dilihat pada Tabel 2. Fase larva memiliki jumlah paling banyak dibandingkan nimfa dan tungau dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan waktu pengambilan sampel cicak terjadi saat curah hujan lebih tinggi (Januari hingga Maret) pada saat tungau lebih banyak berada pada fase larva.

Seluruh spesies tungau yang ditemukan tersebar secara acak. Setiap spesies tungau dapat menginfestasi beberapa spesies cicak. Namun tungau Geckobia sp 9 dan Geckobia sp 10 hanya menginfestasi cicak H. garnotii.

Prevalensi adalah persentase cicak yang diinfestasi tungau sedangkan intensitas infestasi total adalah jumlah seluruh tungau per individu cicak. Pada penelitian ini nilai prevalensi tertinggi cicak diinfestasi tungau adalah pada H. garnotii yaitu sebesar 100% baik pada perumahan maupun pasar. Hal ini sesuai dengan penelitian Prawasti (2011) yang melaporkan bahwa prevalensi infestasi tungau tertinggi dari 25 lokasi penangkapan di Indonesia terdapat pada cicak H. garnotii yaitu sebesar 79,07%. Hal ini menunjukkan bahwa H. garnotii merupakan spesies cicak yang banyak diparasiti oleh tungau. Nilai

prevalensi 100% pada cicak H. frenatus tidak dapat dikatakan terinfestasi tungau seluruhnya karena hanya terdiri dari satu individu cicak.

Intensitas infestasi total tertinggi terdapat pada cicak H. garnotii baik di perumahan (It=17,8) maupun pasar (It=15,9). Hal ini sesuai dengan Prawasti (2011) yang melaporkan bahwa cicak H. garnotii adalah spesies cicak yang lebih banyak diparasit oleh tungau (It=12,4) daripada C. platyurus (It=4,07) dan H. frenatus (It=11,9). Menurut Prawasti (2011), banyaknya lipatan kulit dan lekukan pada cicak H. garnotii kemungkinan memberi perlindungan bagi tungau ektoparasit.

Pada penelitian ini nilai prevalensi cicak H. garnotii diinfestasi tungau di perumahan maupun pasar sebesar 100%. Intensitas infestasi total sebesar 17,8 tungau per cicak di perumahan dan 15,9 tungau per cicak di pasar. Selain itu, prevalensi cicak C. platyurus di perumahan sebesar 60,5% dengan nilai intensitas infestasi total sebesar 2,3 dan prevalensi C. platyurus di pasar sebesar 97,4% dengan nilai intensitas infestasi sebesar 6,1. Prawasti (2011) melaporkan bahwa cicak H. garnotii dari 25 lokasi penangkapan di Indonesia memiliki nilai prevalensi sebesar 79,07%, dengan nilai intensitas infestasi rata-rata sebesar 12,4 dan C. platyurus memiliki nilai prevalensi sebesar 14,8% dengan intensitas infestasi total 2,66.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai prevalensi tidak selalu diikuti dengan intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Barton dan Richard (1996) yang menemukan bahwa prevalensi cacing Parapolystoma bulliense yang menginfestasi katak Litoria genimaculata sebesar 49,1% dengan intensitas infestasi 2,15; sedangkan prevalensi cacing Mesocoelium sp. pada katak L. genimaculata sebesar 39,6% dengan intensitas infestasi 10,86 (Barton dan Richard 1996).

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang indikator kebersihan suatu lingkungan terhadap organisme yang ada. Lingkungan yang cenderung kotor menyebabkan semakin banyaknya parasit yang hidup.

SIMPULAN

(17)

tersebut adalah tungau Geckobia. Berdasarkan perbedaan ciri-ciri yang ada, tungau Geckobia yang ditemukan kemungkinan terdapat tujuh spesies yaitu Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 7, Geckobia sp 8, Geckobia sp 9, Geckobia sp 10.

Nilai prevalensi cicak yang terinfestasi tungau di pasar lebih besar daripada di perumahan, yaitu 97,87% di pasar dan 68,42% di perumahan. Prevalensi tertinggi pada cicak perumahan dan pasar terdapat pada cicak H. garnotii yaitu 100%. Intensitas infestasi total tertinggi terdapat pada cicak H. garnotii yaitu 17,8 di perumahan dan 15,9 di pasar.

SARAN

Identifikasi tungau yang ditemukan pada penelitian ini masih belum dapat diketahui hingga tingkat spesies. Oleh karena itu diperlukan pengamatan lebih lanjut terhadap persebaran seta pada setiap tungkai tungau (khaetotaksa).

DAFTAR PUSTAKA

Barton DP, Richards SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria genima-culata (Amphibia: Anura) from Birthday Crek, an upland rainforest stream in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol 26:1381-1385.

Bertrand M, Modry D. 2004. The role of mite pocket-like structures on Agama caudospinosa (Agamidae) infested by Pterygosoma livingstonei sp. n. (Acari: Prostigmata: Pterygosoma-tidae). Folia Parasitologica 51:61-66. Colloff MJ. 2009. Dust Mites. Australia:

CSIRO Publishing.

Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Ekpor-Impor Hutan, Ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar, Penerimaan Negara dari Perdagangan Tumbuhan dan Satwaliar ke Luar Negeri serta Kontribusi Subsektor Kehutanan terhadap PDB Triwulan I. habitat spesies cicak anggota Famili Gekkonidae di Taman Nasional

Gunung Halimun Salak [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Harrisson T. 1961. Niah’s new cave-dwelling Gecko: habits. Sarawak Mus Jour 8: 277-282.

Jesus J, Brehm A, Pinheiro M, Harris DJ. 2001. Relationships of Hemidactylus (Reptilia: Gekkonidae) from the Cape Verde Islands: What mitochondrial DNA data indicate. J Herpetol 35:672-675.

Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. Ed. ke-2. Covallis: Oregon Univ Lawrence R.F. 1936. The prostigmatic mites

of South African lizard. Parasitology 28:1-39.

Matsuo K, Oku Y. 2002. Endoparasites of three species of house geckoes in Lampung, Indonesia. J Helminthol 76:53-37.

Nugrahani A. 2011. Karakteristik morfologis dan teknik pemeliharaan tokek dan cicak di penangkaran PT Mega Citrindo [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Prawasti TS. 2011. Distribusi dan

keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak di Indonesia [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Powell R, Parmerlee JS, Rice MA. 1990. Ecological observation of Hemi-dactylus brokii haitianus Meerwarth (Sauria: Geckonidae) from Hispa-niola. Caribbean J Science 26:67-90. Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M,

Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia (Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida: Pterygosomatidae), throughout the Caribbean and South America. Caribbean J Sci 39:321-326.

Rooij N de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia, Chelonia, Emydosauria. Leiden: E.J. Brill, Ltd.

(18)

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Soleha I. 2006. Inventarisasi dan identifikasi

tungau ektoparasit pada cicak di Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Stebbins RC. 1985. A Field Guide to Western

Reptiles and Amphibians. New York: Houghton Mifflin Company.

Wafa Z. 2007. Komposisi makanan pada tiga spesies cicak (Cosymbotus platyurus

Schneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr, dan Gehyra mutilata Weigm.) melalui analisis makanan dalam lambung [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Walter, Proctor HC. 1999. Mites: Ecology, Evolution and Behaviour. Australia: UNSW.

(19)
(20)

Lampiran 1 Peta penangkapan cicak di perumahan dan pasar di Kota Tangerang

Keterangan:

= lokasi perumahan

= lokasi pasar

Lampiran 2 Tipe seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia (Zhang 1963)

(21)

Lampiran 3 Glosari

Cakar : Pasangan lateral yang terlekatkan ke pretarsi tungkai. Dorsum : Permukaan dorsal dari tubuh atau anggota tubuh.

Femur : segmen keempat dari tungkai dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya; pada beberapa kelompok tungau, femur terbagi menjadi telofemur distal dan basifemur proksimal.

Genu : Segmen ketiga dari tungkai dan palpi dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya, distal terhadap femur dan proksimal terhadap tibia.

Gnatosoma : Bagian tubuh anterior terhadap idiosoma, mempunyai palpus dan keliserae yang digunakan sebagai alat penangkap makanan.

Idiosoma : Bagian utama tubuh posterior terhadap gnatosoma. Koksa : Segmen basal dari kaki dan palpus.

Khaetotaksi : Jumlah dan pola penyebaran setae.

Kelisera : Pasangan anggota tubuh anterior pada gnatosoma yang digunakan untuk menusuk atau mengunyah mangsa.

Mulut : Bagian mulut adalah struktur di distal terhadap gnatosoma yang terlibat dalam penangkapan makanan.

Opitosoma : Bagian dari tubuh posterior terhadap podosoma.

Palpi : Pasangan kedua anggota tubuh pada gnatosoma, digunakan untuk peraba dan penanganan bahan makanan. juga sebagai pulpus.

Peritrema : Struktur seperti got atau tabung yang terasosiasi dengan sebuah stigmata. Podosoma : Bagian idiosoma yang mempunyai kaki.

Pretarsus : Bagian distal pada tarsus, kurang tersklerotisasi, yang membentuk bagian ambulakrum, dan mengandung suatu endoskeleton (biasanya sepasang sklerit) untuk bergerak bersama apotele.

Prosoma : Bagian tubuh anterior terhadap opistosoma, termasuk gnatosoma dan podosoma. Rambut tenen : Rambut ramping yang muncul dari cakar atau empodia, diduga memungkinkan

tungau mencengkeram permukaan daun; ujung distalnya sering sedikit membesar pada banyak spesies tungau laba-laba.

Spur : Berkas seta kaku.

Stigmata : Bukaan luar dari sistem respirasi.

Tarsus : Segmen subterminal dari kaki dan palpus, distal terhadap tibia dan mengandung apotele.

Tibia : Segmen kedua pada kaki dan palpus dihitung dari ujung distal pada tungau umumnya. ujung distalnya bergabung dengan tarsus dan basalnya dengan genu.

Gambar

Tabel 1 Jumlah individu cicak yang diperiksa (JC), dan nilai prevalensi (P) empat spesies cicak di daerah perumahan dan pasar di Kota Tangerang
Tabel 3    Perbandingan ciri-ciri tungau Geckobia sp 4, Geckobia sp 5, Geckobia sp 6, Geckobia sp 7, Geckobia sp 8, Geckobia sp 9, Geckobia sp 10 dari cicak C
Gambar 1  Tungau Geckobia. a. Bagian tubuh (tampak ventral), b&c. bagian gnatosoma, d

Referensi

Dokumen terkait

Dalam makalah ini penulis mengusulkan strategi kombinasi (dengan menggunakan random point strategy untuk mendapatkan titik awal, kemudian dilanjutkan dengan forward exchange

Hal itu merupakan ketentuan yang harus dipatuhi sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas

Mengetahui dan memahami SOP yang terkait dengan Peralatan Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/GSE).. Mengetahui dan memahami Emergency Procedure yang terkait

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

Perbandingan berbalik nilai yaitu perbandingan antara a dan b berbanding terbalik yang artinya jika nilai a naik maka nilai b turun demikian juga sebaliknya. No Banyaknya Mangga

Order Today and SAVE UP TO 80% OFF Sea stars , also know as starfish , are echinoderms belonging to the class Asteroidea , The names “sea star” and “starfish”

Skripsi ini berjudul Peranan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Dalam Upaya Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Suplemen Fitnes Tanpa Ijin Edar di Wilayah BBPOM Di

A (2010) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi akuntansi pada Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya