• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Direksi Agency Perusahaan Asuransi AIA Financial Berdasarkan Prinsip Good Corperate Governance (GCG) (Studi Pada PT. AIA Financial Agency Uniland – Medan).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tanggung Jawab Direksi Agency Perusahaan Asuransi AIA Financial Berdasarkan Prinsip Good Corperate Governance (GCG) (Studi Pada PT. AIA Financial Agency Uniland – Medan)."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Chatamarrasjid. 2000. Menyingkap Tabir Perseroan ( piercing the corporate veil) Kapita Selekta Hukum Perusahaan. Bandung : Citra Aditya Bakti

Darmawi, Herman. 2000. Manajemen Asuransi. Jakarta : Bumi Aksara

Fuady, Munir. 2002. Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di Era Global.

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

--- 2005. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. Bandung : Utomo

Keong, Low Che. Introduction the Corporate Governance Debate, Corporate Governance an Asia Pacific Critique, Sweet & Maxwell Asia a Thompson Company

Muis, Abdul. 1996. Hukum Asuransi Dan Bentuk-Bentuk Perasuransian. Medan : FH-USU

--- 2001. Kedudukan Keagenan Dalam Transaksi Bisnis ( The Position of a Broker in Business Transactions ). Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 28 Tahun X April. Banda Aceh : Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

Nasution, Bismar. 2001 Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Program Pasca Sarjana. Jakarta

Purwosutjipto, H.M.N. 1996. Pengertian Poko Hukum Dagang Indonesia Jilid 6 Hukum Pertanggungan. Jakarta : Djambatan

Ruru, Barcelius. 2003. Tantangan Dan Peluang BEJ Dalam Era Perdagangan Bebas.

Jurnal Hukum Bisnis. Volume 22

Salim, A. Abbas. 1995. Dasar- Dasar Asuransi : Principal Of Insurance. Jakarta : Raja Grafindo Persada

(2)

Sutojo. Sisswanto dan E John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance, Tata Kelola Perusahaan Yag Sehat. Jakarta : Damar Mulia Pustaka

Syakhroza, Akhmad. Reformasi Profesi Akuntansi Sektor Publik Dan Good

Corporate Governance, Manajemen Usahawan Indonesia. No. 02/ TH. XXXII Februari 2003

Syarif Bastaman, Junaidi, Ari Wahudi Hertanto Of Bastaman & Partners, Ind. 2003.

How To Implement GCG. London : International Financial Law Review 2003. Pw Reproprint Ltd.

Tjager, I Nyoman. 2003. Corporate Governance. Jakarta: PT Prenhallindo

Wilamarta, Misahardi. 2002. Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka GCG. Jakarta. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Perundang-Undangan :

Undang- Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tanggal 11 Februari 1992 Tentang Usaha Perasuransian

Situs Internet :

(3)

B A B III

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PERUSAHAAN ASURANSI

A. Defenisi Corporate Governance

Kata “governance” berasal dari bahasa Perancis “gubernance” yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadi corporate governance21

Hasil analisis yang dilakukan berbagai organisasi internasional dan regulator pemerintah di banyak negara menemukan sebab utama terjadinya tragedy ekonomi/bisnis diatas adalah karena lemahnya corporate governance di banyak perusahaan

.Pengkajian terhadap konsep Corporate Governance ini sudah dimulai sejak akhir tahun 1980a n. Dalam bahasa Indonesia corporate governance

diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan. Penerapan konsep Good Corporate Governance ke dalam suatu perusahaan diyakini sudah menjadi suatu keharusan bagi perusahaan-perusahaan modern.

Perhatian dunia terhadap good corporate governance mulai meningkat tajam sejak Negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka di dunia, termasuk Enron Corporation dan WorldCom di Amerika Serikat, HIH Insurance Company Ltd dan One-Tell Pty Ltd di Australia serta Parmalat di Itali pada awal decade 2000an.

22

Secara lebih spesifik, banyak definisi yang sudah diberikan kepada Corporate Governance ini antara lain :

.

21

Siswanto Sutojo & E.John Aldridge. Good Corporate Governance, Tata Kelola Perusahaan yang Sehat. Jakarta, PT Damar Mulia Pustaka, 2008, hal. 1.

22

(4)

1. Forum for Corporate Governance memberikan arti kepada Corporate Governance sebagai berikut :

Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus ( pengelola ) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu system yang mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan ( stakeholders

)23

2. Cadburry Committee mengartikan Corporate Governance sebagai : .

A set of rule that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders

in respect of their rights and responsibilities.”24

3. Sedangkan The Organization for Economic Cooperation and Development ( OECD ) mendefenisikan corporate governance sebagai berikut :

Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of

rights and responsibilities among different participants in the corporation, such

as the board, the managers, shareholders and other stakeholders, and spells out

the rules and procedure for making decisions on corporate affairs. By doingthis, it

also provides the structure through which the company objectives are set, and the

means of attaining those objectives and monitoring performance”.

Sesuai dengan definisi di atas, menurut OECD corporate governance adalah system yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis

23

(5)

perusahaan. Corporate governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para pemegang saham, Dewan Pengurus, para manager, dan semua anggota the stakeholders non-pemegang saham.

Corporate governance juga mengetengahkan ketentuan dan prosedur yang harus diperhatikan Dewan Pengurus ( Board of Directors ) dan Direksi dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan kehidupan perusahaan.

Dengan pembagian tugas, hak dan kewajiban serta ketentuan dan prosedur pengambilan keputusan penting diatas, perusahaan mempunyai pegangan bagaimana menentukan sasaran usaha ( corporate objective ) dan strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Pembagian tugas, hak dan kewajiban di atas juga berfungsi sebagai pedoman bagaimana mengevaluasi kinerja Board of Directors

dan manajemen perusahaan25

4. The Australian Stock Exchange (ASX ) Corporate Governance Council

mendefinisikan corporate governance sebagai berikut : .

“ Corporate governance is the system by which companies are directed and

managed. It influences how the objectives of the company set and achived, how

risk is monitored and assessed, and how performance is optimized”.

Sesuai dengan kutipan di atas ASX mengartikan corporate governance

sebagai system yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengelola kegiatan perusahaan. Sistem tersebut mempunyai pengaruh besar dalam menentukan sasaran usaha maupun dalam upaya mancapai sasaran tersebut. Corporate governance juga mempunyai pengaruh dalam upaya mencapai kinerja bisnis yang optimal serta dalam analisis dan pengendalian resiko bisnis yang dihadapi

25

(6)

perusahaan. Good corporate governance mendorong perusahaan untuk meningkatkan nilai ( the value ) perusahaan serta akuntabilitas dan sistem pengendalian kegiatan usaha bisnis26

5. Definisi corporate governance selanjutnya diutarakan oleh dua orang pakar manajemen Jill Solomon dan Aris Solomon. Dalam buku mereka Corporate Governance and Accountability kedua pakar manajemen tersebut mendefinisikan

corporate governance sebagai sistem yang mengatur hubungan antara perusahaan ( diwakili oleh Board of Directors ) dengan pemegang saham. Corporate governance juga mengatur hubungan dan pertanggungjawaban atau akuntabilitas perusahaan kepada seluruh anggota the stakeholders non-pemegang saham. The stakeholders non-pemegang saham adalah para kreditur, pelanggan, karyawan dan masyarakat ( terutama yang berada disekitar unit sarana produksi perusahaan ).

.

6. Sedangkan dalam Keputusan Menteri Negara / Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara no. Kep-23/M-PM.PBUMN/2000, tanggal 31 Mei 2000, tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance dalam Perusahaan Perseroan ( Persero ), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Good Corporate Governance adalah “ prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan.”

Dari beberapa definisi Good Corporate Governance seperti tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Good Corporate Governance

(7)

pemegang saham, karyawan, kreditur, investor dan stakeholder lainnya dalam suatu perusahaan27

27

Dr. Munir Fuady. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. Bandung, CV Utomo, 2005, hal. 40. .

Terhadap pengertian corporate governance sendiri sebagaimana yang diberikan oleh beberapa ahli terhadap berbagai variasi sebagai berikut :

1. Corporate governance membicarakan hubungan antara semua pihak yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan, yaitu hubungan antara pemegang saham, direksi dan komisaris

2. Corporate Governance merupakan istilah yang relative baru tetapi ditujukan untuk suatu konsep yang lama, yaitu kewajiban fiduciary dari mereka yang mengontrol perusahaan, untuk bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas

3. Corporate Governance merupakan konsep yang berkaitan dengan pengambilan keputusan efektif yang bersumber pada etika bisnis, budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien serta efektif, serta mempertanggungjawabkan perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya

(8)

5. Corporate Governance menyangkut dengan struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian wewenang dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing unsure yang membenuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh olehmasing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut serta hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan, mulai dari RUPS, Direksi, Komisaris, juga mengatur hubungan antara unsure-unsur dari struktur perseroan dengan unsur-unsur diluar perseroan, yang pada hakekatnya merupakan

stakeholders dari perseroan, yaitu negara yang berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang bersangkutan dan masyarakat luas, yang meliputi para investor public dari perseroan itu ( dalam hal perseroan merupakan perusahaan publik), calon investor, kreditor dan calon kreditor perseroan.

6. Corporate Governance adalah ketentuan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya, sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

7. Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.

(9)

9. Corporate Governance merupakan keterkaitan antara kepemilikan suatu organisasi perusahaan dan manajemen,peranan, keterkaitan, dan tanggung jawab pada pihak-pihak yagn terkait langsung maupun tidak langsung pada organisasi perusahaan yang disebut stakeholders responsibility.

10. Corporate Governance merupakan kumpulan hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja perusahaan yang terlaksana secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

11. Corporate Governance merupakan sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan pengaturan kewenangan pemilik, direktur,manajer, pemegang saham dan sebagainya.

12. Corporate Governance tidak lain dari seluruh sistem dari hak-hak, proses dan pengendalian yagn dibentuk di dalam dna di luar manajemen secara keseluruhan, dengan tujuan untuk melindungi kepentingan stakeholders secara individual untuk mempengaruhi manajemen.

13. Corporate Governance meliputi managemen bisnis dari suatu perusahaan yang diorganisasi dalam bentuk perusahaan, yang mekanismenya oleh pihak manager yang selalu disupervisi.

(10)

kekuasaan dan tanggung jawab yang memungkinkan terlaksananya keseimbangan pengaruh dari berbagai stakeholders.

15. Corporate Governance melingkupi aturan, standar, dan organisasi dalam bidang ekonomi, yang mengatur sikap tindak dari manager, direksi dan pemilik dari suatu perusahaan, yang dapat menjelaskan tugas dan akuntabilitasnya kepada investor eksternal.

16. Corporate Governance adalah seperangkat aturan dan insentif dengan managemen dari perusahaan diatur dan diawasi dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dan nilai perusahaan jangka panjang bagi pemegang sham dengan juga mempertimbangkan kepentingan dari pihak stakeholders.

17. Corporate Governance adalah suatu sistem yang merupakan seperangkat aturan yang menjelaskan hubungan antara pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah dan stakeholders lainnya ( dalam hubungan dengan hak dan tanggung jawabbya), dan seperangkat mekanisme yang dapat menolong ditegakkan aturan tersebut secara langsung maupun tidak langsung.

18. Corporate Governance mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan hubungan kerja antara pelanggan, pegawai, supplier, komunitas lokal dan stakeholders lainnya, yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keuntungan komparatif dengan jalan memaksimumkan unsure efektifitas dari suatu sistem operasi dari suatu perusahaan28

28

Ibid, Hal. 36-41. .

Dari beberapa pengertian Good Corporate Governance tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setelah disesuaikan dengan kondisi Indonesia, maka suatu

(11)

1. Perlindungan stakeholders, seperti perlindungan terhadap pemegang saham minoritas, para pekerja, investor, konsumen, lingkungan, dan masyarakat.

2. Meningkatkan kinerja perusahaan.

3. Managemen bisnis dan perusahaan yang efektif.

4. Pengawasan yang intensif terhadap jalannya perusahaan.

5. Hubungan yang lebih baik dan optimal antara pemegang saham, direksi, komisaris, dan stakeholders lainnya.

6. Aturan dan panduan prilaku yang jelas antar pelaku perusahaan. 7. Fiduciary duties dari pengontrol perusahaan.

8. Proses dan struktur yang efektif dalam rangka mengelola perusahaan. 9. Pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.

10.Mekanisme kerja yang baik dan pembagian tugas, hak dan tanggung jawab yang seimbang antar pelaku perusahaan.

11.Sistem, hak, proses, pengendalian dan managemen yang baik dari perusahaan. 12.Keterkaitan dan atau keterpisahan antara kepemilikan perusahaan dengan

managemen perusahaan.

B. Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Sebagaimana diketahui bahwa prinsip Good Corporate Governance telah merupakan prinsip dalam perusahaan yang diterima secara internasional. Sejak terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1997 masalah

(12)

prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ) didalam banyak perusahaan di Indonesia. Selain itu tuntutan atas adanya penerapan Good Corporate Governance juga telah mencanangkan isu untuk menarik minat masuknya pemodal asing ke dalam pasar modal / bursa suatu Negara. Dengan demikian, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance ( pemerintahan yang baik ) merupakan indikasi adanya perlakuan yang baik terhadap pemodal.

Good Corporate Governance sebagai tata kelola organisasi perusahaan secara baik dengan prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat bertanggungjawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tata kelola organisasi secara baik dapat dilihat dalam konteks mekanisme internal organisasi maupun mekanisme eksternal organisasi. Mekanisme internal lebih focus kepada bentuk pimpinan atau organisasi yang mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance diatas, sedangkan mekanisme eksternal berjalan secara harmonis tanpa mengabaikan pencapaian tujuan organisasi. Good Corporate Governance dapat diterapkan dalam suatu aktivitas amupun keputusan top manajemen organisasi selalu berorientasi kepada pencapaian tujuan organisasi29

1. Hak dari pemegang saham untuk memperoleh informasi yang akurat dan tepat waktu, hak untuk ikut serta dalam managemen dan hak untuk mendapatkan bagian keuntungan.

. Meskipun penerapan prinsip

Good Corporate Governance berbeda di tiap-tiap Negara, tergantung dari penekanannya masing-masing, tetapi dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa prinsip pokok dari suatu Good Corporate Governance yang sudah diterima secara internasional. Prinsip-prinsip pokok tersebut adalah sebagai berikut :

2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham.

29

(13)

3. Pengakuan terhadap peranan pemegang saham dalam perusahaan 4. Keterbukaan informasi pentinh yang akurat dan tepat waktu

5. Pertanggungjawaban yang harus dipikul oleh managemen perusahaan atas kesalahannya dalam memimpin perusahaan30

Dalam rangka pengembangan prinsip Good Governance dalam suatu negara,

United Nation Development Program ( UNDP ) menjelaskan bahwa suatu Good Governance haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

.

1. Participation

Dalam hal ini harus ada jaminan bahwa setiap warga Negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi, atau institusi yang mewakili kepentingannya, yang dibangun atas dasar kebebasan dan berbicara serta dapat berpartisipasi secara konstruktif.

2. Rule of Law

Unsur Rule of Law ini mensyaratkan agar hukum antara lain harus adil dan semua orang adalah sama dalam hukum yang berlaku dengn jaminan penegakan hak-hak asasi manusia.

3. Transparency

Dalam hal ini, transparansi mesti dibangun atas dasar kebebasan arus informasi, dimana proses, lembaga dan informasi dapat langsung diterima oleh pihak-pihak yang membutuhkan dan informasi tersebut haruslah selalu dapat dipahami dan dimonitor.

4. Responsiveness

Ini berarti bahwa proses dan lembaga yang ada harus dapat melayani setiap stakeholders.

30

Misahardi Wilamarta.Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance,

(14)

5. Consensus Orientation

Unsur consensus orientation ini menerangkan bahwa prinsip corporate governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda agar memperoleh pilihan terbaik untuk kepentingan yang lebih luas dalam hal kebijakan maupun prosedur. 6. Equity

Dalam hal ini semua warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraannya.

7. Effectiveness and Efficiency

Harus ada jaminan bahwa proses dan lembaga yang ada harus menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan program yang telah digariskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.

8. Accountability

Ini berarti bahwa para pembuat keputusan dalam pemerintahan sektor swasta dan masyarakat ( Civil Sociaty ) masti bertanggungjawab kepada public dan lembaga-lembaga stakeholders.

9. Strategis Vision

Dalam hal ini pihak yang memimpin haruslah mempunyai perspektif corporate governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh kedepan, sejalan dengan program yang diperlukan untuk pembangunan.

(15)

insider. Prinsip pengelolaan perusahaan sebagai seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus ( pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan ( stakeholders ) intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Jika dilihat Global Corporate Governance forum, forum ini secara tegas menyatakan :

Good Corporate Governance sudah menjadi sebuah isu penting dunia. Organisasi mempunyai peran kunci untuk bermain peningkatan pengembangan ekonomi dan social. Good Governance adalah mesinnya pertumbuhan global pertanggungjawaban menyediakan lapangan pekerjaan, pelayanan publik dan private, pengadaan barang dan jasa serta infrastruktur. Sekarang ini efisiensi dan pertanggungjawaban organisasi tidka peduli apakah organisasi publik atau private, God Governance telah menjadi agenda pokok Internasional.32

Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa sebenarnya Indonesia menyimpan potensi yang baik sebagai tempat investor menanamkan dananya. Hal tersebut dapat kita lihat dari pernyataan para pemodal asing yang menyatakan bahwa mereka berani memberikan premi sebesar 27 % (persen) hingga 30% (persen) pada setiap investasi dengan catatan bahwa Good Corporate Governance telah dijalankan dengan baik

33

Dalam bentuk penerapan, prinsip-prinsip Good Corporate Governance

memberikan hal kepada pemegang saham untuk mengetahui dan ikut menentukan keberlangsungan usaha perseroan dalam bentuk pengambilan keputusan yang berlangsung di dalam sebuah rapat umum pemegang saham. Panduan yang

.

32 Op.cit 33

(16)

dikeluarkan oleh OECD ( Organization for Economic Cooperation and Development

), bahwa prinsip-prinsip yang menetapkan beberapa hal-hal yang penting diantaranya adalah pertama, yang berkaitan dengan hak-hak pemegang saham ( The Right of Share Holders ); kedua, yang berhubungan dengan konsepsi perlakuan sama ( The Equitable of Treatment of Share Holders ); ketiga, yang berkaitan dengan peraturan tentang penerapan Corporate Governance ( The Role of Stakeholders in Corporate Governance ); keempat, berhubungan dengan penerapan prinsip keterbukaan dan transparansi ( Disclosure and Transparancy ); kelima, berhubungan dengan tanggung jawab dari pengurus perseroan ( Responsibility of the Board)34

1. Fairness ( keadilan ). Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang sahan minoritas dan para pemegang saham asing serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor.

.

Keseluruhan cakupan dari pedoman itu mencakup 4 ( empat ) bidang utama, yaitu :

2. Transparancy ( transparansi ). Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan.

3. Accountability ( akuntabilitas ). Menjelaskan peran dan tanggungjawab serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.

4. Responsibility ( pertanggungjawaban ). Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

(17)

Pedoman Good Corporate Governance merupakan dasar pengembang kebijakan dari sektoral ketingkat institusional yang berfungsi untuk memastikan bahwa praktik pengelolaan perusahaan sesuai dengan praktik usaha yang baik. GCG merupakan konsep yang penting untuk mengatur perilaku pengelolaan perusahaan ( Ethical Governance ) yang melibatkan etika moral individu,

C. Penerapan Good Corporate Governance dalam Perusahaan Asuransi

Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnya dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (GCG) dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip yang berlaku secara universal ini diharapkan perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholdernya. Sejak diperkenalkan oleh OECD, prinsip-prinsip corporate governance berikut ini telah dijadikan acuan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut disusun seuniversal mungkin sehingga dapat berlaku bagi semua negara atau perusahaan dan diselaraskan dengan sistem hukum, aturan atau tata nilai yang berlaku di negara masing-masing. Prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini antara lain :

1. Akuntabilitas(accountability)

(18)

sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.

2. Pertanggungan-jawab(responsibility)

3.

Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis perusahaan.

Keterbukaan(transparancy)

4.

Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

Kewajaran(fairness)

5.

Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

Kemandirian(independency)

(19)

pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.

Dalam prakteknya prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini perlu dibangun dan dikembangkan secara bertahap. Perusahaan harus membangun sistem dan pedoman tata kelola perusahaan yang akan dikembangkannya. Demikian juga dengan para karyawan, mereka perlu memahami dan diberikan bekal pengetahuan tentang prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang akan dijalankan perusahaan. Untuk memudahkan memberikan gambaran bagaimana prinsip-prinsip GCG tersebut akan dibangun, dipahami dan dilaksanakan, berikut ini diberikan beberapa acuan praktis yang perlu dikembangkan lebih lanjut di masing-masing perusahaan. Acuan ini diuraikan mengikuti urutan butir-butir prinsip GCG yang telah dibahas di atas.

1.Accountability

a. Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah mengetahui visi, misi, tujuan dan target-target operasional di perusahaan.

:

b.Pimpinan. Manajer, karyawan perusahaan telah mengetahui dan memahami peran, tugas dan tanggung jawabnya masing-masing

c. Uraian tugas di setiap unit usaha atau unit organisasi telah ditetapkan dengan benar dan sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan

(20)

e. Proses cek dan balance telah dilakukan secara menyeluruh di setiap unit organisasi.

f. Sistem penilaian kinerja operasional, organisasi dan kinerja perseorangan telah sepakat ditetapkan, diterapkan dan dievaluasi dengan baik

g.Pertanggungan jawab kinerja pimpinan (BOC, BOD) perusahaan secara rutin seyogyanya dapat dibangun dan dilaporkan.

h.Hasil pekerjaan telah didokumentasikan, dipelihara dan dijaga dengan baik

2.

a. Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah mengetahui dan memahami seluruh peraturan perusahaan yang berlaku.

Responsibility

b.Pimpinan. Manajer dan karyawan perusahaan telah menerapkan sistem tata nilai dan budaya perusahaan yang dianut perusahaan.

c. Proses dalam pengambilan keputusan di perusahaan senantiasa mengacu dan mentaati sistem dan prosedur yang telah dibangun.

d.Manajer dan karyawan perusahaan telah bekerja sesuai dengan standar operasional, prosedur maupun ketentuan yang berlaku di perusahaan.

e. Unit kerja organisasi perusahaan telah berupaya menghindari pengelolaan perusahaan yang berpotensi merugikan perusahaan dan stakeholder.

f. Proses pendelegasian kewenangan telah dijalankan dengan cukup dan baik demi terselenggaranya pekerjaan.

g.Manajer dan unit organisasi telah melakukan pertanggungan jawab hasil kerja secara teratur.

(21)

a. Bahwa berbagai pemegang kepentingan (manajemen, karyawan, pelanggan) dapat melihat dan memahami proses dalam pengambilan keputusan manajerial di perusahaan.

b.Pemegang saham berhak memperoleh informasi keuangan perusahaan yang relevan secara berkala dan teratur.

c. Proses pengumpulan dan pelaporan informasi operasional perusahaan telah dilakukan oleh unit organisasi dan karyawan secara terbuka dan obyektif, dengan tetapa menjaga kerahasiaan nasabah/pelanggan.

d.Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah melakukan keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan, sistem pengawasan dan standardisasi yang dilakukan.

e. Informasi tentang prosedur dan kebijakan di unit kerja maupun unit organisasi telah dipublikasikan secara tertulis dan dapat diakses oleh semua pihak di dalam dan oleh unit-unit terkait di luar perusahaan.

f. Eksternal auditor, komite audit, internal auditor memiliki akses atas informasi dengan syarat kerahasiaan tetap dijaga.

g.Menyampaikan laporan keuangan audited dan kinerja usaha ke publik secara rutin, maupun laporan corporate governance pada instansi yang berwenang.

a. Pengelola dan karyawan perusahaan akan memperhatikan kepentingan seluruh stakeholder secara wajar menurut ketentuan yang berlaku umum.

4. Fairness

(22)

c. Manajer, pimpinan unit organisasi dan karyawan dapat membedakan kepentingan perusahaan dengan kepentingan organisasi.

d.Perlakuan, pengembangan timwork, hubungan kerja dan pembinaan pada para karyawan akan dilakukan dengan memperhatikan hak dan kewajibannya secara adil dan wajar.

a. Keputusan pimpinan perusahaan hendaknya lepas dari kepentingan berbagai pihak yang merugikan perusahaan.

5. Independency

(23)

B A B IV

TANGGUNG JAWAB DIREKSI AGENCY PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL BERDASARKAN PRINSIP GCG

A.Tanggung Jawab Dan Tugas Board Of Director Pada Perusahaan Asuransi Dalam Penerapan GCG

Dalam rangka upaya peningkatan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan, bersama dengan konsultan, AIA Financial melakukan berbagai kegiatan sebagai berikut :

1.Melakukan assessment atas pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan di PT. AIA Financial, dan atas rekomendasi tersebut dijadikan dasar perbaikan.

2.Mempersiapkan infrastruktur terkait dengan pelaksanaan tata kelola perusahaan, diantarnya dengan penyusunan pedoman Good Corporate Governance PT. AIA Financial.

3.Mengembangkan kerangka kerja implementasi, prosedur pelaksanaan dan penyusunan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan..

Di era bisnis global dewasa ini, penerapan Good Corporate Governance (GCG) telah menjadi satu kebutuhan. GCG berperan penting dalam membangun citra perusahaan. Implementasi GCG adalah bukti perusahaan telah dikelola dan diawasi dengan baik. Pengelolaan perusahaan ini haruslah sesuai dengan prinsip GCG dan UU guna melindungi kepentingan stakeholders. Keberhasilan implementasi GCG sangat ditentukan oleh komitmen seluruh jajaran perusahaan. Kesiapan dan kelengkapan organ pendukung (infrastruktur GCG) serta kebijakan GCG lainnya (soft structure) juga turut berperan dengan memerhatikan kesesuaian, karakteristik bisnis, dan

(24)

panjang sangat disadari oleh PT AIA Financial. Karenanya, Asuransi AIA Financial berkomitmen mengimplementasikan GCG secara konsisten. Hal ini diwujudkan melalui penyusunan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja Asuransi AIA Financial yang selanjutnya disebut Code of Conduct Asuransi AIA Financial. Code of Conduct Asuransi AIA Financial adalah pernyataan tertulis Asuransi AIA Financial mengenai GCG terhadap Manajemen, Karyawan, dan Stakeholders lainnya. Pernyataan ini menjelaskan filsafat bisnis serta nilai-nilai dalam mengelola perusahaan secara menyeluruh guna mencapai tujuan bisnis sesuai visi dan misinya. Code of Conduct Asuransi AIA Financial adalah sekumpulan komitmen berisi etika bisnis Asuransi AIA Financial dan etika kerja segenap jajaran Manajemen dan Karyawan yang sifatnya sukarela. Etika bisnis dan etika kerja ini disusun untuk memengaruhi, membentuk, mengatur, dan menciptakan kesesuaian tingkah laku. Tujuannya adalah menghasilkan keluaran yang konsisten dalam mencapai visi dan misi Asuransi AIA Financial. Asuransi AIA Financial akan mengkomunikasikan kebijakan ini secara aktif kepada para pemegang saham, tertanggung, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan stakeholders lainnya. Tujuannya adalah menciptakan sinergi yang sejalan dengan penerapan Code of Conduct ini.

Dikarenakan sifat pedomannya yang dinamis, Code of Conduct Asuransi AIA Financial akan dikaji secara berkala dan berkelanjutan sesuai dinamika lingkungan usaha yang terjadi. Namun demikian, dalam setiap perubahannya, Asuransi AIA Financial tidak akan mengorbankan nilai-nilai yang ada demi keuntungan jangka pendek.

(25)

hubungan yang lebih sehat, harmonis, dan fair dengan para pemegang saham, komisaris, pelanggan, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan masyarakat sehingga mendorong peningkatan kinerja dan produktivitas yang signifikan.Hal lainnya akan terwujud jika terdapat hubungan erat antara aspek dalam Code of Conduct Asuransi AIA Financial dengan visi dan misi perusahaan yang dimiliki.

Visi Asuransi AIA Financial:

Menjadi penyedia jasa keuangan yang paling dibutuhkan dan terpercaya di

Indonesia. Kami akan menjadi pemimpin di setiap jalur usaha dengan menawarkan

beragam produk & layanan yang fleksibel, inovatif dan bernilai tinggi; melalui

berbagai jalur distribusi yang terbaik di Indonesia.

Misi Asuransi AIA Financial:

Untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dengan

memenuhi kebutuhan finansial mereka yang senantiasa berubah sambil memahami

harapan para pemegang polis, mitra perusahaan, dan pemegang saham.

B. Prinsip GCG Yang Diterapkan Agen Asuransi AIA Financial

(26)

dikembalikan oleh pemegang polis kepada agen untuk dibatalkan oleh perusahaan, dan mengenai setiap transaksi yang dilakukan oleh agen. Agen, pada saat diminta oleh perusahaan, juga harus memberikan secara terperinci atas seluruh uang, barang-barang atau jaminan milik perusahaan yang berada dalam penguasaan agen. Seluruh laporan dan pertanggung jawaban yang diberikan agen kepada perusahaan wajib ditanda-tangani sendiri oleh agen. Apabila laporan dan pertanggung jawaban tersebut menunjukan bahwa agen telah menguasai uang, barang-barang atau jaminan milik perusahaan, maka pada saat diminta oleh perusahaan, agen wajib segera menyerahkan uang, barang-barang atau jaminan tersebut kepada perusahaan.

Selain itu, Agen wajib untuk mengungkapkan secara benar kepada perusahaan setiap fakta dan keadaan calon pemegang polis dan tertanggung yang berkaitan dengan penerimaan risiko yang akan dilakukan oleh perusahaan dan secara akurat memberitahu perusahaan mengenai semua fakta yang diberikan kepadanya oleh calon pemegang polis atau tertanggung dan/ atau orang lain yang berkaitan dengan penerimaan risiko tersebut oleh perusahaan.

Prinsip transparansi ( transparency ) yang diterapkan kepada agen asuransi AIA Financial bukan hanya pada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh agen asuransi AIA Financial. Tetapi juga pada beberapa larangan yang dicantumkan dalam perjanjian agen tersebut seperti :

1. Larangan perubahan dokumen

(27)

b. Agen dilarang menggunakan atau menyediakan ilustrasi, surat pemahaman, brosur, bahan pemasaran atau dokumen apapun baik dalam bentuk tertulis ataupun elektronik kepada calon pemegang polis atau pihak manapun selain ilustrasi, surat pemahaman, brosur, bahan pemasaran atau dokumen lain yang telah disediakan atau diberikan oleh perusahaan kepada agen untuk digunakan. c. Agen harus memastikan bahwa setiap perubahan yang dibuat/ dilakukan

dalam asli surat permohonan asuransi ditandatangani oleh pemegang polis dan agen. Ketentuan ini tidak berlaku apabila surat permohonan asuransi dikirimkan dalam bentuk elektronik

2. Batas kewenangan agen

a. Agen dilarang untuk melakukan negosiasi, mengikatkan diri ke dalam kontrak dan/atau perjanjian untuk dan atas nama perusahaan, dan oleh karena itu perusahaan tidak akan terikat oleh kontrak dan atau perjanjian apapun yang dibuat oleh agen. Namun demikian, ketentuan dalam pasal ini tidak mempengaruhi atau mengurangi hak agen untuk memasarkan atau menjual produk asuransi dan/atau anuitas dengan tujuan untuk mewujudkan perjanjian asuransi antara perusahaan dengan seseorang atau suatu badan usaha yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

(28)

Agen tidak berwenang untuk mengkredit atau memotong premi yang belum secara sah diterima menurut perjanjian dan instruksi perusahaan. Kewenangan agen hanya sebatas yang telah dinyatakan secara tegas dalam perjanjian ini. c. Agen wajib untuk segera melaporkan kepada perusahaan atas klaim yang

diajukan oleh pemegang polis atau yang ditunjuk untuk menerima manfaat asuransi (beneficiary ), dan agen, dalam keadaan apapun, dilarang untuk mengakui suatu kewajiban atau menawarkan jasa untuk menyelesaikan klaim atas nama perusahaan.

d.Agen dilarang untuk membuat dan atau menyampaikan pernyataan, gambaran, perbandingan apapun baik secara tertulis maupun lisan, yang menurut sepengetahuan agen tidak benar, palsu atau belum dibuktikan kebenarannya, yang berkaitan dengan produk asuransi atau informasi keuangan. Agen akan mematuhi atau tunduk pada setiap peraturan dalam bentuk apapun baik yang dikeluarkan oleh perusahaan, pemerintah maupun asosiasi perusahaan.

3. Larangan penerbitan atau pemasangan iklan oleh agen

(29)

yang melebihi batas kewenangannya, maka seluruh biaya dan kerugian yang timbul akan menjadi tanggung jawab agen secara pribadi.

4. Larangan pemberian potongan harga atau bujukan

a. Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir, dilarang untuk membayarkan atau memberikan, atau menawarkan untuk membayarkan atau memberikan potongan premi sebagai bujukan terhadap seseorang untuk mengikuti asuransi. Agen dilarang untuk berupaya atau mencoba untuk membujuk, baik secara lansung maupun tidak langsung, agen lainnya atau wakil perusahaan untuk menghentikan kerjasamanya dengan perusahaan atau mengakhiri perjanjian keagenannya dengan perusahaan ( sebagaimana berlaku ).

b. Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir, dilarang untuk turut serta dalam suatu rencana atau membujuk pemegang polis atau siapapun, untuk membuat klaim asuransi apapun yang tidak wajar dan tidak sah dan agen dilarang untuk menerima atau berusaha untuk menerima pembayaran uang apapun baik sebagian atau sepenuhnya, dari klaim yang dibayarkan oleh perusahaan yang terbukti sah maupun dari hasil penyelesaian atas klaim.

c. Tanpa mengesampingkan butir (a) dan (b), jika seorang agen sebelum menjadi agen dari perusahaan adalah agen dari perusahaan asuransi lain, maka agen dilarang secara sadar menyebabkan seorang pemegang polis dari perusahaan asuransi lain untuk mengubah, menghentikan, membatalkan atau mengganti polis yang dimilikinya.

(30)

wakil perusahaan untuk meninggalkan atau mengakhiri perjanjiannya atau perjanjian lainnya dengan perusahaan ( apabila ada ).

Dengan adanya beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang agen asuransi AIA Financial maka telah jelaslah bahwa penerapan prinsip keterbukaan benar-benar dijalankan oleh seorang agen. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh agen asuransi AIA financial harus dilakukan secara terbuka dan dengan sepengetahuan Perusahaan Asuransi AIA financial. Karena agen hanya merupakan wali dari perusahaan.

C. Tanggung Jawab Direksi Agency AIA Financial dalam pengelolaan Perusahaan

Perusahaan yang berbadan hukum baik yang berbentuk perseroan terbuka maupun perusahaan tertutup mensyaratkan direksi merupakan pihak yang paling memiliki peranan penting baik dalam mengatur perusahaan, mengelola maupun untuk memajukannya. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam maupun diluar pengadilan ( persona standi in judicio ). Setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya demi kepentingan dan usaha perseroan.

Setiap direksi bertanggung jawab penuh apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai menjalankan tugasnya. Dengan ketentuan mengenai tugas direksi seperti ini maka direksi mempunyai tugas terhadap perseroan yaitu duty of loyalty dan duty of care.

(31)

resort ) bagi pihak yang dirugikan atas tindakan direksi, sehingga direksi yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya dapat dianalogikan sebagai perbuatan melawan hukum ( onrechmatige daad ). Oleh karena itu analogi terhadap perbuatan melawan hukum harus diartikan secara luas yaitu perbuatan melawan hukum bukan saja perbuatan melawan undang-undang akan tetapi juga harus diartikan sebagai berbuat atau tidak berbuat yang memperkosa hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pembuat atau kesusilaan atau kepatutan dalam mesyarakat baik terhadap diri maupun benda orang lain.

Prinsip duty of loyalty adalah prinsip tanggung jawab direksi yang lahir karena tugas dan kedudukan yang dipercayakan kepadanya oleh perseroan (

fiduciary duty ), sedangkan prinsip duty of care sebagai prinsip yang merujuk kepada kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi ( duty of skill and care ). Kedua prinsip ini menuntut direksi untuk bertindak secara hati-hati dan disertai dengan itikad baik, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan.35

2. Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa ada benturan kepentingan atau pengaruh dan tekanan dari

Tanggung jawab direksi agency pada perusahaan asuransi AIA Financial berdasarkan prinsip fiduciary duty dan duty of loyalty yang mana dapat dihubungkan dengan prinsip – prinsip dalam GCG dijelaskan sebagai berikut :

1. Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin pengungkapan informasi materil dan relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan, dan informasi lainnya secara jelas, memadai, dan tepat waktu, serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.

35

(32)

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin aktivitas bisnisnya dijalankan berdasarkan prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah sesuai peraturan berlaku, bekerjasama secara aktif bagi manfaat bersama, serta berupaya berkontribusi nyata kepada masyarakat.

4. Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Direksi agency merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi serta yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan agency yang diwakilinya, bertindak untuk dan atas nama perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Setiap direksi agency wajib pula dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha perseroan. Untuk dapat menjadi direksi agency, seorang agen harus memenuhi syarat- syarat yang telah ditetapkan oleh perseroan. Salah satu diantaranya harus mencapai suatu target dalam penjualan polis asuransi.

(33)

Agar direksi sebagai orang sehari-hari mengurus perseroan dapat mencapai prestasi yang besar, maka ia harus diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan sesuatu tugas yang tertentu yang telah diberikan kepadanya. Dengan demikian seseorang dikatakan mempunyai tugas fiduciary duty manakala ia dipercayakan untuk berbuat sesuatu untuk kepentingan seseorang lain atau untuk kepentingan pihak ketiga, dimana seolah-olah berbuat untuk kepentingan dirinya sendiri atau suatu derajat keperdulian dan kehati-hatian yang sama jika seseorang karena kepentingan sendiri umumnya melakukan tindakan terhadap masalahnya sendiri.

Criteria tugas direksi agency perseroan dapat dibada-bedakan sebagai berikut : a. Fiduciary Duty, dalam hal ini yang dimaksud adalah tugas yang terbit dari

hubungan fiduciary antara direksi berkedudukan sebagai trust. Maka seseorang dereksi agency haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan ( duty of care and skill), itikad baik dan loyalitas, kejujuran terhadap perusahaannya dengan derajat yang tinggi ( high degree ).

b. Tugas memperdulikan ( duty of care ), tugas memperdulikan ( duty of care) yang diharapkan dari direksi agency adalah duty of care sebagai mana dimaksud dalam hal mana terdapat conflict of interest, seorang direksi agency dilarang atau setidak-tidaknya dibatasi atau diawasi dalam menjalankan tugasnya. Pengawas tersebut misalnya dengan memberlakukan prinsip keterbukaan informasi ( disclosure) terhadap transaksi yang ada.

Dengan demikian jelaslah bahwa hubungan fiduciary duty tersebut diatas kepercayaan dan kerahasiaan ( trust and confidence) yang dalam peran ini meliputi, ketelitian ( scrupulous ), itikad baik ( good faith ), keterusterangan ( candor).36

36

(34)

Jika diambil intisari dari pengaturan tentang direksi dalam Undang- Undang Perseroan Terbatas, maka pada prinsipnya UUPT memberlakukan tugas fiduciary duties terhadap direksi.

(35)

B A B V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Good Corporate Governance merupakan seperangkat aturan yang dapat dijadikan

acuan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik, benar, dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penerapan prinsip GCG di Indonesia difokuskan pada lingkungan perusahaan-perusahaan BUMN dan perusahaan terbuka ( public listed company ), salah satunya adalah PT. AIA Financial. AIA Financial menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik yang dilakukan dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan sejumlah kebijakan yang dituangkan dalam code of conduct.

2. Direksi agency AIA financial mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sebagian besar sama dengan tugas dan tanggung jawab direksi pada umumnya hanya Direksi agency mempunyai tanggung jawab terhadap perusahaan yang diwakilinya. Karena agen hanya merupakan wali dari perusahaan asuransi, sehingga untuk menjadi seorang direksi agency seseorang harus memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi yang salah satunya target dalam penjualan polis.

(36)
(37)

B A B II

AGEN ASURANSI DAN PERUSAHAAN ASURANSI DALAM PERJANJIAN KEAGENAN ASURANSI

A. Pengertian Pedagang Perantara

Dalam dunia perdagangan selalu kita jumpai orang-orang atau badan hukum yang melakukan perbuatan dagang ( handles daden ). Pelaku perbuatan dagang ini selalu disebut pedagang. Menurut Pasal 2 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ) pedagang adalah mereka yang melakuan perbuatan dagang sebagai pekerjaannya sehari-hari. Kemudian Pasal 3 memberikan pengertian perbuatan dagang yaitu pada umumnya adalah membeli barang untuk dijual kembali dalam jumlah banyak atau sedikit, masih bahan mentah atau sudah jadi, atau hanya untuk disewakan saja pemakainya. Dan dalam pasal 4 merinci lebih lanjut perbuatan dagang yaitu perbuatan-perbuatan antara lain : perdagangan kimisi, perdagangan wesel, cek dan surat sanggup, perbuatan para pedagang, banker, kasir, makelar, pemborongan, pembangunan, perbaikan dan memperlengkapi kapal, jual beli kapal, makanan dan minuman keperluan kapal, ekspedisi dan pengangkutan barang dagangan, dan menyewakan dan mencarterkan kapal, perbuatan agen, bongkar muat kapal, pemegang buku, pelayan pedagang, urusan dagang para pedagang, dan seluruh asuransi.

(38)

Akan tetapi pasal-pasal yang disebut di atas yaitu Pasal 2 sampai dengan Pasal 5 KUHD telah dicabut oleh Stb. 1938 No. 27610

1. Memperdagangkan barang, artinya membeli barang dan menjualnya lagi dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba;

.

Dalam KUHD tidak dijumpai pengertian perusahaan. Rumusan pengertian perusahaan terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang No.3 Tahun 1983 tentang Undang-Undang Wajib Daftar Perusahaan. Selain itu para ahli hukum juga merumuskan pengertian perusahaan antara lain : Molengraaff mengatakan : Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak keluar, untuk memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang, atau mengadakan perjanjian perdagangan.

Rumusan Molengraaff ini tinjauannya dari sudut ekonomi karena tujuan memperoleh penghasilan dilakukan dengan cara :

2. Menyerahkan barang, artinya melepaskan penguasaan atas barang dengan memperhitungkan memperoleh penghasilan misalnya menyewa barang;

3. Perjanjian dagang, yaitu menghubungkan pihak yang satu dengan pihak lain dengan perhitungan memperoleh penghasilan berupa keuntungan atau laba bagi pemberi kuasa, dan upah bagi penerima kuasa, misalnya makelar, komisioner, agen perusahaan.

Jadi yang dimaksud perbuatan ekonomi itu merupakan mata pencaharian. Artinya perbuatan itu dilakukan terus menerus, tidak temporer dalam bertindak keluar menghadapi pihak luar ( pihak lain ). Selanjutnya Polak, sarjana ini memandang perusahaan dari sudut komersial, dalam arti baru dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba rugi yang dapat diperkirakan ( dihitung ) dan dimasukan

10

(39)

dalam pembukuan. Sarjana Polak melengkapi rumusan Molengraaff dengan menambahkan unsure pembukuan untung rugi, dan dilakukan secara terang-terangan dan bukan dijalankan secara gelap. Sedangkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1982, yang dikenal dengan Undang-Undang Tentang Wajib Daftar Perusahaan, menentukan bahwa perusahan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (Pasal 1 (b)). Dalam undang-undang itu diberikan juga pengusaha dan usaha. Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau pesekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan (pasal 1 (c)). Dan Usaha adalah setiap tindakan perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Kalau dilihat undang-undang ini lebih lengkap kalau dibandingkan dengan Pasal 92 bis Kitab Undang-Undang HukumPidana (KUHP). Pasal 92 bis KUHP : Yang disebut pengusaha ( koopman ) ialah tiap-tiap orang yang menjalankan perusahaan. KUHP tidak merinci pula apa itu perusahaan. Demikian juga rumusan sarjana Molengraaff dan Polak, maka rumusan Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 dirasakan lebih sempurna dan lengkap11

Sedangkan pengertian sempit daripada pengertian perusahaan. Perdagangan merupakan salah satu kegiatan perusahaan, yaitu kegiatan dalam bidang ekonomi yang berupa membeli barang dan menjualnya lagi atau menyewakannya dengan maksud memperoleh keuntungan. Karena perdagangan merupakan salah satu kegiatan perusahaan, maka selalu juga disebut Perusahaan perdagangan. Orang yang menjalankan perusahaan perdagangan disebut pengusaha dagang. Contohnya

.

11

(40)

perusahaan perdagangan ekspor-impor yang dijalankan oleh pengusaha ekspor-impor, perusahaan toko swalayan dijalankan pengusaha took swalayan, perusahaan jual beli mobil dijalankan oleh pengusaha jual beli mobil, dan sebagainya.

Perusahaan perdagangan ternyata bukan hanya dilakukan oleh pengusaha dagang saja, tetapi juga bisa dilakukan dengan bantuan pedagang perantara. Pedagang perantara ini diperlukan untuk menghubungkan antara pembeli barang / jasa dengan penjual barang / jasa. Pedagang perantara ini dapat dilakukan oleh : makelar, komisioner, agen, penyalur, pialang, dan sebagainya. Munculnya kegiatan mereka karena makin berkembangnya perdagangan antara lokal, antar pulau, antar Negara yang semua itu perlu perantara.

Dalam KUHD dikenal dua jenis pedagang perantara ini : yaitu Makelar dan Komisioner. Menurut Pasal 62 KUHD, makelar adalah pedagang perantara yang diangkat oleh Gubernur Jenderal ( sekarang Menteri Kehakiman ) atau pembesar yang dinyatakan berwenang. Mereka mengusahakan pekerjaan-pekerjaan yang dimaksud dalam Pasal 64, dengan mendapat upah tertentu atau provisi, atas pesanan dan atas nama orang-orang terhadap siapa mereka tidak dalam hubungan tetap. Sebelum diperbolehkan melakukan pekerjaan mereka harus mengangkat sumpah di Pengadilan Negeri yang berwenang.

Dalam melakukan usahanya Makelar mendapat upah dari pengusaha yang disebut provisi ( courtage ). Makelar diatur dalam pasal 62 sampai dengan Pasal 72 KUHD. Sebagai orang yang menjalankan perusahaan, makelar diwajibkan membuat pembukuan. Makelar seperti yang diatur dalam KUHD ini tidak pernah dijumpai lagi dalam praktek.

(41)

terdiri atas pembuatan perjanjian-perjanjian atas nama sendiri atau firma, atas perintah dan untuk tanggungan orang lain, dengan mendapat upah tertentu atau provisi12

Menurut Abdulkadir Muhammad, agen perusahaan adalah orang yang mewakili pengusaha untuk mengadakan dan melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga dan sebagai wakil pengusaha. Agen Perusahaan merupakan perusahaan yang berdiri sendiri dan mewakili kepentingan pengusaha yang diageninya di suatu tempat. Agen perusahaan mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha dan dapat mewakili

. Orang yang memberi perintah itu disebut komiten. Sedangkan menurut Pasal 77 KUHD, komisioner tidak wajib memberitahukan kepada pihak ketiga nama komitennya, dan ia langsung terikat kepada pihak lain dalam perjanjian itu, seakan-akan itu urusannya sendiri. Komiten tidak berhak menuntut pihak lain dalam perjanjian, sebaliknya pihak lain itu tidak dapat menuntut komiten ( Pasal 78 KUHD ).

Komisioner yang dalam hal ini melaksanakan perintah harus memberikan pertanggungjawaban secepat mungkin kepada komiten sebagai layaknya pemegang kuasa ( Pasal 1802 KUH Perdata ). Karena beratnya tanggung jawabnya selaku komisioner maka oleh undang-undang diberikan hak privilege dan hak retensi ( Pasal 80 sampai dengan Pasal 85 KUHD ).

Dalam KUHD tidak kita jumpai ketentuan tentang agen atau keagenan ini, tetapi kalau dibuat perjanjian maka sesuai dengan pasal 1391 KUH Perdata, maka perjanjian itu tunduk pada buku ktiga KUH Perdata. Di samping itu kalau lahirnya kewenangan menjadi agen berdasarkan surat kuasa, maka ketentuan tentang kuasa yang diatur dalam bab keenambelas buku ketiga KUH Perdata, yaitu dari Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819 menjadi berlaku.

12

(42)

lebih dari satu perusahaan. Agen perusahaan biasanya didirikan pada suatu tempat yang diageninya itu mempunyai banyak relasi, tetapi perusahaan itu sendiri tidak mempunyai cabang di sana.

Agen perusahaan ini melayani kepentingan perusahaan yang diwakilinya, kadang-kadang juga dapat diwakilinya lebih dari satu perusahaan. Tetapi agen tidak boleh merugikan kepentingan perusahaan yang diageninya. Dalam praktek dijumpai juga agen perusahaan itu di samping sebagai agen dari suatu perusahaan tertentu, ia juga menjalankan perusahaan untuk kepentingannya sendiri. Walaupun demikian agen ini tidak boleh merugikan perusahaan yang diageninya itu dan menjadi saingan bagi perusahaan yang diwakilinya.

Agen perusahaan biasanya dalam menjalankan usahanya itu bergerak dalam bidang yang sama dengan perusahaan yang diageninya, seperti agen perusahaan peternakan, agen mobil merek tertentu, agen pelayaran, agen barang kosmetik, agen barang-barang elektronik, dan sebagainya. Dalam menjalankan keagenan. Agen perusahaan bertindak dengan kuasa penuh melakukan perbuatna seperti yang sudah mereka perjanjikan dalam perjanjian keagenan itu13

1. Perusahaan pertanggungan yang bersangkutan .

Bila seseorang ingin mempertanggungkan sesuatu, maka dia harus datang kepada :

2. Makelar asuransi / pertanggungan atau pialang ( broker ).

(43)

makelar pertanggungan berkedudukan sebagai “ perantara “. Mengenai makelar ada peraturan umum, yaitu Pasal 62 sampai dengan Pasal 73 KUHD, sedangkan mengenai makelar pertanggungan laut diatur dalam Pasal 681 sampai dengan Pasal 685 KUHD. Peraturan tentang makelar selain itu tidak ada.

Dalam bidang hukum pertanggungan ada beberapa jenis perantara, yaitu: 1. Agen pertanggungan, ada tiga bentuk, yakni:

a. Agen pertanggungan bentuk pertama. Agen pertanggungan bentuk pertama ini pada taraf pertama dia bertindak bagi kepentingan perusahaan pertanggungan, yakni mencari langganan bagi perusahaannya. Tetapi dia dapat juga bertindak untuk kepentingan calon tertanggung dan menerima amanatnya.

b. Agen pertanggungan bentuk kedua. Agen pertanggungan bentuk ini dibayar oleh perusahaan pertanggungan, jadi semacam “pekerja keliling” (

handelsreiziger ). Agen semacam ini di Indonesia ada, meskipun tidak banyak. c. Agen pertanggungan bentuk ketiga. Agen pertanggungan ini berdiri sendiri,

yang mempunyai hubungan tetap dengan beberapa perusahaan pertanggungan berdasarkan perjanjian keagenan. Perbedaannya dengan agen pertanggungan bentuk kedua ialah: kalau agen pertangguangan bentuk kedua biasanya mempunyai surat kuasa yang mengikat majikannya, sedangkan agen pertanggungan bentuk ketiga tidak mempunyai surat kuasa, dia hanya memberi bantuan saja. “ Bagi Indonesia mengenai keagenan ini sudah ada peraturannya yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan, yaitu Surat keputusan Menteri Keuangan RI No.979 / KMK.011 / 1985, tanggal 14 Desember 1985 “.

(44)

untuk meneliti data-data yang diajukan oleh calon tertanggung dan juga memeriksa benda pertanggungan dari tertanggung. Kedudukan inspektur ini di Indonesia tidak ada, yang ada di negeri Belanda. Peraturan mengenai petugas ini di Indonesia juga tidak ada. Kedudukan semacam ini perlu diadakan, yang tugas pentingnya ialah untuk mengontrol keadaan benda pertanggungan sebelum perjanjian pertanggungan ditutup dan bila terjadi evenemen, atas dasar mana penanggung berkewajiban untuk mengganti kerugian tertanggung.

3. Makelar pertanggungan. Pejabat ini dalam praktek merupakan kuasa langsung dari tertanggung atau penutup pertanggungan, terutama di bursa. Bursa pertanggungan ini di Indonesia belum ada. Sebagai seorang makelar dalam artian Pasal 62, maka dia sebelum melakukan tugasnya harus mengangkat sumpah dulu di muka Hakim Pengadilan Negeri. Makelar pertanggungan itu adalah perantara yang berdiri sendiri. Dia tidak ada hubungan tetap dengan satu atau beberapa perusahaan pertanggungan tertentu. Dia hanya melaksanakan amanat penberi kuasanya. Menurut Pasal 62 KUHD makelar mendapat provisi dari pemberi amanat, tetapi menurut Wery di negeri Belanda makelar pertanggungan itu mendapat provisi dari penanggung, bukan mdari tertanggung yang memberi amanat. Makelar pertanggungan ini di Indonesia ada peraturannya, yang umum pada Pasal 62 sampai dengan Pasal 73 KUHD, sedangkan khusus mengenai makelar pertanggungan laut diatur dalam Pasal 681 sampai dengan Pasal 685 KUHD.

(45)

Assurantiebezorger dalam bursa sering mewakili perusahaan pertanggungan asing tertentu, yang atas namanya turut menandatangani polis, di samping para penanggung lainnya. Kedudukan ini di Indonesia tidak ada14

Menurut J.T. Sianipar, Agen Asuransi merupakan perantara dari perusahaan asuransi dengan pihak tertanggung baik dalam penutupan pertanggungan maupun dalam penyelesaian klaim. Agen bias suatu badan hukum dan bias juga orang perseorangan, yang melakukan tugasnya untuk dan atas nama penanggung (

principalnya ) sesuai dengan surat kuasa yang diberikan oleh penanggung kepadanya. Kalau Brokers adalah agen dari tertanggung, maka agen asuransi adalah wakil dari penanggung. Dengan demikian apabila agen merupakan perantara dalam penutupan asuransi, maka agen menutup asuransi tersebut bukan untuk namanya sendiri, akan tetapi untuk dan atas nama principalnya. Sebagai balas jasa dari tugasnya melakukan perantara tadi, agen memperoleh komisi dari premi, jumlah mana diperolehnya dari

.

Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 yaitu Undang-Undang tentang Usaha Perasuransian dikenal beberapa istilah tentang perusahaan perantara di bidang perasuransian yang merupakan usaha penunjang usaha asuransi. Istilah-istilah tersebut seperti : Perusahaan Pialang Asuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.

Perusahaan Pialang Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. Agen asuransi adalah seorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

14

H.M.N.Purwosutjipto. Pengertian Poko Hukum Dagang Indonesia Jilid 6 Hukum Pertanggungan.

(46)

penanggung atau principalnya. Karena tugasnya hanya sebagai perantara. Maka khusus perantara dalam penutupan, agen asuransi ini tidak perlu harus seorang yang ahli di dalam bidang perasuransian. Agen asuransi ada yang agen tetap dan ada yang agen lepas. Agen tetap mempunyai ikatan ( hubungan kerja ) tertentu, sehingga dengan demikian semua pos-pos asuransi yang didapatkan wajib diberikan kepada pihak penanggung yang telah menunjukan sebagai Agen. Penunjukan sebagai agen ini biasanya ditegaskan dengan pemberian Surat Kuasa sebagai Agen. Agen tetap yang demikian ini biasanya disebut dengan istilah handling agent, sedangkan Agen Lepas tidak mempunyai ikatan apa-apa dengan principalnya, karena itu pos-pos asuransi yang didapatkannya tidak harus diberikan kepada penanggung.

Di bidang hukum pengangkutan, pedagang perantara juga dikenal, yaitu ekspeditur yang diatur dalam title V bagian kedua, Buku Ke I ( pasal 86 sampai dengan Pasal 90 KUHD ). DalamPasal 86 KUHD disebutkan Ekspeditur adalah orang yang pekerjaannya menyuruh mengangkat barang dagangan dan barang-barang di darat atau di perairan.

(47)

bahwa ekspediturlah sendiri (sebagai pengusaha ) akan menyelenggarakan seluruh pengangkutan itu walaupun sarangkali ekspeditur tidak mengangkut sendiri15

B. Dasar Hukum Agen Asuransi

.

Banyak istilah dalam teori hukum maupun praktek ditujukan untuk pengertian agen atau distributor ini. Misalnya adalah sebagai berikut : Agen, Distributor, Broker,

Pialang, Dealer, Makelar, Komissioner, Ekspeditur, Representative, Perantara, Calo. Meskipun banyak istilah yang digunakan untuk pengertian agen ini, tetapi istilah “ agen “ ( dalam bahasa Inggris disebut “ agent “) lebih sering digunakan dalam literature dan lebih mempunyai karakteristik yang umum.

Di samping itu, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang memperkenalkan istilah “ makelar “ dan “ komisioner “, yang dalam praktek sudah tidak populer lagi. Sedangkan dalam bidang property dan real estate lebih dikenal dengan istilah broker

atau agen. Selanjutnya, dalam bidang jual beli saham di pasar modal, yang lebih dikenal adalah pialang ( broker ) atau dealer. Sedangkan, yang dimaksud dengan agen adalah seseorang atau suatu perusahaan yang mewakili pihak lainnya ( yang disebut dengan principal ) untuk melakukan kegiatan bisnis ( misalnya menjual produk ) untuk dan atas nama principal kepada pihak ketiga dalam suatu wilayah pemasaran tertentu, di mana sebagai imbalan atas jerih payahnya itu, agen akan mendapatkan komisi tertentu. Apabila dalam wilayah tertentu hanya ditunjuk 1 ( satu ) agen, maka untuk hal seperti itudisebut dengan agen tunggal ( sole agent ).

Masalah hukum keagenan ini juga banyak bersentuhan dengan hukum bisnis internasional, mengingat karena keterbatasannya produsen luar negeri, seringkali menunjuk agen pemasaran dari produk-produknya di suatu Negara tujuan pemasaran.

15

(48)

Bagi kebanyakan produsen, hal ini jauh lebih menguntungkan dan praktis daripada dia membuka cabangnya sendiri di Negara wilayah pemasaran produknya itu16

Agen perusahaan pada dasarnya dalam menjalankan usahanya bergerak dalam bidang yang sama dengan perusahaan yang diageninya. Dalam dunia asuransi dikenal juga istilah agen asuransi yang merupakan perantara dari perusahaan asuransi dengan pihak tertanggung baik dalam penutupan pertanggungan dan penyelesaian klaim asuransi. Apalagi bila diperbandingkan perusahaan keagenan ini dengan makelar dan komisioner maka perusahaan keagenan lebih mendekati sifat perusahaannya kepada Komisioner

.

Usaha keagenan selalu dijumpai dalam praktek perdagangan walaupun undang-undangnya secara khusus tidak atau belum ada. Peraturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang hanya mengenal dua jenis pedagang perantara yaitu Makelar dan Komisioner. Disamping itu dalam hukum pengangkutan dikenal ekspeditur. Usaha keagenan dapat timbul dari perjanjian dan dapat berdasarkan surat kuasa. Agen perusahaan merupakan perusahaan yang berdiri dan mewakili kepentingan pengusaha dan dapat mewakili lebih dari satu perusahaan. Namun tidak boleh merugikan kepentingan perusahaan yang diageninya.

17

1. Dalam KUH Perdata tentang Kebebasan Berkontrak. .

Dasar hukum pengaturan keagenan terdapat dalam ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

2. Dalam KUH perdata tentang Kontrak Pemberian Kuasa. 3. Dalam KUH Dagang tentang Makelar.

4. Dalam KUH Dagang tentang Komosioner.

16

(49)

5. Dalam bidang-bidang hukum khusus, seperti dalam perundang-undangan di bidang pasar modal yang mengatur tentang dealer atau pialang saham.

6. Dalam peraturan administrative, semisal peraturan dari departemen perdagangan atau perindustrian, yang mengatur masalah administrasi dan pengawasan terhadap masalah keagenan itu18.

C. Fungsi Agen Asuransi Dan Syarat-Syarat Agen Asuransi

Menurut Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tanggal 11 Februari 1992 Tentang Usaha Perasuransian, Agen Asuransi adalah seseorang atau badan hukum yang kegiatannya memberikan jasa dalam memasarkan jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

Peran para agen dalam industri perasuransian sangat penting. Profesi agen asuransi adalah suatu profesi yang membutuhkan orang-orang dengan integritas tinggi dan mempunyai kemampuan serta kemauan untuk melayani masyarakat secara efektif. Di Negara- Negara yang sudah maju seperti Amerika, Negara-negara Aropa, Australia, dan Jepang, memiliki polis asuransi sudah menjadi suatu kebutuhan bagi masyarakatnya. Bahkan di Jepang, bila dirata-ratakan setiap orang diproteksi oleh lebih kurang dua atau tiga polis.

Di Indonesia pada dasawarsa terakhir terjadi perkembangan kepemilikan polis yang menggembirakan karena ditunjang oleh tingkat kemajuan ekonomi dan pendapatan per kapita. Dengan semakin meningkatnya perkembangan ekonomi suatu bangsa maka kesadaran beransuransi pun akan semakin meningkat. Konsekuensinya, jumlah perusahaan asuransi akan semakin meningkat, demikian juga kualitas tenaga

18

(50)

penjualnya19

1. Menyingkirkan ketidakselarasan pandangan ( cognitive dissonance ) nasabah atau pelanggan dengan memastikan kembali kepada pemilik polis / tertanggung dan anggota keluarga lainnya tentang keputusan mereka untuk membeli produk asuransi tersebut.

. Seorang agen asuransi adalah penjual perorangan ( personal selling ).

Personal selling merupakan alat promosi yang paling efektif jika produk yang dipasarkan itu kompleks, memerlukan biaya atau modal yang besar, jarang dibeli, harus disesuaikan dangan kebutuhan pembeli, dan memerlukan pelayanan purnajual.

Perusahaan-perusahaan yang menggunakan system distribusi personal selling

menggunakan dua jenis kegiatan dalam bauran promosi ( promotion mix ) mereka.

Pertama, perusahaan tersebut menggunakan personal selling untuk mempromosikan perusahaannya sendiri dan produk-produk yang akan dijualnya. Kedua , personal selling digunakan dengan menempatkan tenaga agen sebagai wakil perusahaan atau organisasi.

Dalam menyampaikan polis asuransi, diberikan kesempatan kepada para agen untuk melakukan tujuh fungsi penting berikut ini :

2. Menjadikan dasar bagi penjualan berikut atau pembelian ulang dengan mengingatkan pemilik polis tntang kebutuhan asuransi lain yang belum dipenuhi saat ini atau di masa yang akan datang.

3. Menegaskan kembali bahwa agen akan senantiasa memberikan pelayangan yang berkualitas bagi pemilik polis.

Referensi

Dokumen terkait

Virgin Cake & Bakery mengusahakan penyimpanan pada bahan baku diletakkan di atas pallet kayu bertujuan untuk pencegahan terjadinya kontaminasi atau cemaran pada bahan baku

Objek yang dirancang adalah novel grafis yang mampu mengadaptasi budaya lokal ke budaya pop dengan mengolah dari cerita

Ranah psikomotor adalah ranah yang bersifat pada aplikasi atau mempraktekkan secara langsung.Pola belajar yang di gunakan harus mengacu pada psikomotor siswa.Kesulitan

Kedua kalimat tersebut, masing-masing memiliki dua klausa, yaitu kalimat (160) aku wis janji 'aku sudah janji' sebagai klausa inti dan ora bakal gelem marani 'tidak

Hasil penelitian menunjukkan: (1) waktu tanam berdasarkan kebiasaan petani menghasilkan tinggi tanaman, bobot brangkasan basah dan kering, bobot biji per tongkol, bobot biji per

Pada kopi celup biji kopi yang telah dihancurkan kemudian dimasukkan ke dalam suatu kemasan yang berbentuk seperti filter (saringan) dengan adanya kopi celup maka ampas

Ketua atau anggota pengusul yang sedang dan atau akan mendapatkan pendanaan pengabdian dari Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM)

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan adanya hubungan antara dukungan sosial dan makna kerja panggilan serta keterikatan kerja diduga karena rekan kerja di