B A B III
PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PERUSAHAAN ASURANSI
A. Defenisi Corporate Governance
Kata “governance” berasal dari bahasa Perancis “gubernance” yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan
perusahaan atau jenis organisasi yang lain, menjadi corporate governance21
Hasil analisis yang dilakukan berbagai organisasi internasional dan regulator
pemerintah di banyak negara menemukan sebab utama terjadinya tragedy
ekonomi/bisnis diatas adalah karena lemahnya corporate governance di banyak perusahaan
.Pengkajian terhadap konsep Corporate Governance ini sudah dimulai sejak akhir tahun 1980a n. Dalam bahasa Indonesia corporate governance
diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan. Penerapan
konsep Good Corporate Governance ke dalam suatu perusahaan diyakini sudah menjadi suatu keharusan bagi perusahaan-perusahaan modern.
Perhatian dunia terhadap good corporate governance mulai meningkat tajam sejak Negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan
perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka di dunia, termasuk Enron Corporation dan
WorldCom di Amerika Serikat, HIH Insurance Company Ltd dan One-Tell Pty Ltd di
Australia serta Parmalat di Itali pada awal decade 2000an.
22
Secara lebih spesifik, banyak definisi yang sudah diberikan kepada Corporate Governance ini antara lain :
.
21
Siswanto Sutojo & E.John Aldridge. Good Corporate Governance, Tata Kelola Perusahaan yang Sehat. Jakarta, PT Damar Mulia Pustaka, 2008, hal. 1.
22
1. Forum for Corporate Governance memberikan arti kepada Corporate Governance sebagai berikut :
Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (
pengelola ) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu system yang
mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan ( stakeholders
)23
2. Cadburry Committee mengartikan Corporate Governance sebagai : .
“A set of rule that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect of their rights and responsibilities.”24
3. Sedangkan The Organization for Economic Cooperation and Development ( OECD ) mendefenisikan corporate governance sebagai berikut :
“Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of rights and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, the managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedure for making decisions on corporate affairs. By doingthis, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”.
Sesuai dengan definisi di atas, menurut OECD corporate governance adalah system yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis
23
I Nyoman Tjager. Corporate Governance. Jakarta, PT. Prenhallindo, 2003, hal. 45
24
perusahaan. Corporate governance mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kehidupan perusahaan, termasuk para
pemegang saham, Dewan Pengurus, para manager, dan semua anggota the
stakeholders non-pemegang saham.
Corporate governance juga mengetengahkan ketentuan dan prosedur yang harus diperhatikan Dewan Pengurus ( Board of Directors ) dan Direksi dalam pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan kehidupan perusahaan.
Dengan pembagian tugas, hak dan kewajiban serta ketentuan dan prosedur
pengambilan keputusan penting diatas, perusahaan mempunyai pegangan
bagaimana menentukan sasaran usaha ( corporate objective ) dan strategi untuk mencapai sasaran tersebut. Pembagian tugas, hak dan kewajiban di atas juga
berfungsi sebagai pedoman bagaimana mengevaluasi kinerja Board of Directors
dan manajemen perusahaan25
4. The Australian Stock Exchange (ASX ) Corporate Governance Council
mendefinisikan corporate governance sebagai berikut : .
“ Corporate governance is the system by which companies are directed and managed. It influences how the objectives of the company set and achived, how risk is monitored and assessed, and how performance is optimized”.
Sesuai dengan kutipan di atas ASX mengartikan corporate governance
sebagai system yang dipergunakan untuk mengarahkan dan mengelola kegiatan
perusahaan. Sistem tersebut mempunyai pengaruh besar dalam menentukan
sasaran usaha maupun dalam upaya mancapai sasaran tersebut. Corporate governance juga mempunyai pengaruh dalam upaya mencapai kinerja bisnis yang optimal serta dalam analisis dan pengendalian resiko bisnis yang dihadapi
25
perusahaan. Good corporate governance mendorong perusahaan untuk meningkatkan nilai ( the value ) perusahaan serta akuntabilitas dan sistem pengendalian kegiatan usaha bisnis26
5. Definisi corporate governance selanjutnya diutarakan oleh dua orang pakar manajemen Jill Solomon dan Aris Solomon. Dalam buku mereka Corporate Governance and Accountability kedua pakar manajemen tersebut mendefinisikan
corporate governance sebagai sistem yang mengatur hubungan antara perusahaan ( diwakili oleh Board of Directors ) dengan pemegang saham. Corporate governance juga mengatur hubungan dan pertanggungjawaban atau akuntabilitas perusahaan kepada seluruh anggota the stakeholders non-pemegang saham. The
stakeholders non-pemegang saham adalah para kreditur, pelanggan, karyawan dan
masyarakat ( terutama yang berada disekitar unit sarana produksi perusahaan ). .
6. Sedangkan dalam Keputusan Menteri Negara / Kepala Badan Penanaman Modal
dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara no. Kep-23/M-PM.PBUMN/2000,
tanggal 31 Mei 2000, tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance dalam Perusahaan Perseroan ( Persero ), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Good Corporate Governance adalah “ prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai
maksud dan tujuan perusahaan.”
Dari beberapa definisi Good Corporate Governance seperti tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Good Corporate Governance
tidak lain dari sistem pengaturan yang baik terhadap fungsi, tugas, hak, kewajiban,
pengawasan, dan hubungan dari masing-masing dan antara direksi, komisaris,
26
pemegang saham, karyawan, kreditur, investor dan stakeholder lainnya dalam suatu
perusahaan27
27
Dr. Munir Fuady. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. Bandung, CV Utomo, 2005, hal. 40.
.
Terhadap pengertian corporate governance sendiri sebagaimana yang diberikan oleh beberapa ahli terhadap berbagai variasi sebagai berikut :
1. Corporate governance membicarakan hubungan antara semua pihak yang menentukan arah dan performance suatu perusahaan, yaitu hubungan antara pemegang saham, direksi dan komisaris
2. Corporate Governance merupakan istilah yang relative baru tetapi ditujukan untuk suatu konsep yang lama, yaitu kewajiban fiduciary dari mereka yang mengontrol perusahaan, untuk bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham, termasuk
pemegang saham minoritas
3. Corporate Governance merupakan konsep yang berkaitan dengan pengambilan keputusan efektif yang bersumber pada etika bisnis, budaya perusahaan, etika,
nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan
untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, pengelolaan
sumber daya dan risiko secara lebih efisien serta efektif, serta
mempertanggungjawabkan perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholders
lainnya
4. Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif, yang terbentuk melalui budaya organisasi, etika, nilai, sistem, proses,
kebijaksanaan dan struktur, yang bertuuan untuk mengembangkan dan
mempromosikan bisnis yang baik, managemen sumber daya dan resiko yang
5. Corporate Governance menyangkut dengan struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian wewenang dan pembagian beban tanggung jawab dari masing-masing
unsure yang membenuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh
olehmasing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut serta
hubungan-hubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan, mulai dari RUPS, Direksi,
Komisaris, juga mengatur hubungan antara unsure-unsur dari struktur perseroan
dengan unsur-unsur diluar perseroan, yang pada hakekatnya merupakan
stakeholders dari perseroan, yaitu negara yang berkepentingan akan perolehan pajak dari perseroan yang bersangkutan dan masyarakat luas, yang meliputi para
investor public dari perseroan itu ( dalam hal perseroan merupakan perusahaan
publik), calon investor, kreditor dan calon kreditor perseroan.
6. Corporate Governance adalah ketentuan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya, sehubungan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan.
7. Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan, dalam rangka
meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan
utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.
8. Corporate Governance merupakan seluruh sistem dari hak, proses dan pengendalian yagn dibentuk di dalam dan di luar manajemen secara menyeluruh
9. Corporate Governance merupakan keterkaitan antara kepemilikan suatu organisasi perusahaan dan manajemen,peranan, keterkaitan, dan tanggung jawab pada
pihak-pihak yagn terkait langsung maupun tidak langsung pada organisasi perusahaan
yang disebut stakeholders responsibility.
10. Corporate Governance merupakan kumpulan hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja perusahaan yang terlaksana secara
efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi
para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
11. Corporate Governance merupakan sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan pengaturan kewenangan pemilik, direktur,manajer, pemegang saham dan
sebagainya.
12. Corporate Governance tidak lain dari seluruh sistem dari hak-hak, proses dan pengendalian yagn dibentuk di dalam dna di luar manajemen secara keseluruhan,
dengan tujuan untuk melindungi kepentingan stakeholders secara individual untuk mempengaruhi manajemen.
13. Corporate Governance meliputi managemen bisnis dari suatu perusahaan yang diorganisasi dalam bentuk perusahaan, yang mekanismenya oleh pihak manager
yang selalu disupervisi.
14. Corporate Governance berarti panduan prilaku terhadap orang-orang dalam suatu perusahaan, khususnya terhadap direktur, komisaris, pemegang saham dan
investor, yang berisikan sekumpulan aturan terhadap berjalannya managemen
kekuasaan dan tanggung jawab yang memungkinkan terlaksananya keseimbangan
pengaruh dari berbagai stakeholders.
15. Corporate Governance melingkupi aturan, standar, dan organisasi dalam bidang ekonomi, yang mengatur sikap tindak dari manager, direksi dan pemilik dari suatu
perusahaan, yang dapat menjelaskan tugas dan akuntabilitasnya kepada investor
eksternal.
16. Corporate Governance adalah seperangkat aturan dan insentif dengan managemen dari perusahaan diatur dan diawasi dengan tujuan untuk memaksimalkan
keuntungan dan nilai perusahaan jangka panjang bagi pemegang sham dengan
juga mempertimbangkan kepentingan dari pihak stakeholders.
17. Corporate Governance adalah suatu sistem yang merupakan seperangkat aturan yang menjelaskan hubungan antara pemegang saham, manager, kreditor,
pemerintah dan stakeholders lainnya ( dalam hubungan dengan hak dan tanggung
jawabbya), dan seperangkat mekanisme yang dapat menolong ditegakkan aturan
tersebut secara langsung maupun tidak langsung.
18. Corporate Governance mempunyai tujuan untuk mengoptimalkan hubungan kerja antara pelanggan, pegawai, supplier, komunitas lokal dan stakeholders lainnya,
yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan keuntungan komparatif dengan jalan
memaksimumkan unsure efektifitas dari suatu sistem operasi dari suatu
perusahaan28
28Ibid,
Hal. 36-41.
.
Dari beberapa pengertian Good Corporate Governance tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setelah disesuaikan dengan kondisi Indonesia, maka suatu
1. Perlindungan stakeholders, seperti perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas, para pekerja, investor, konsumen, lingkungan, dan masyarakat.
2. Meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Managemen bisnis dan perusahaan yang efektif.
4. Pengawasan yang intensif terhadap jalannya perusahaan.
5. Hubungan yang lebih baik dan optimal antara pemegang saham, direksi,
komisaris, dan stakeholders lainnya.
6. Aturan dan panduan prilaku yang jelas antar pelaku perusahaan.
7. Fiduciary duties dari pengontrol perusahaan.
8. Proses dan struktur yang efektif dalam rangka mengelola perusahaan.
9. Pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.
10.Mekanisme kerja yang baik dan pembagian tugas, hak dan tanggung jawab yang
seimbang antar pelaku perusahaan.
11.Sistem, hak, proses, pengendalian dan managemen yang baik dari perusahaan.
12.Keterkaitan dan atau keterpisahan antara kepemilikan perusahaan dengan
managemen perusahaan.
B. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Sebagaimana diketahui bahwa prinsip Good Corporate Governance telah merupakan prinsip dalam perusahaan yang diterima secara internasional. Sejak
terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia pada akhir tahun 1997 masalah
Corporate Governance mendapat perhatian yang cukup basar dari masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia. Hal ini karena adanya anggapan bahwa
masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan Indonesia yang secara tidak langsung juga
prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik ( Good Corporate Governance ) didalam banyak perusahaan di Indonesia. Selain itu tuntutan atas adanya penerapan Good Corporate Governance juga telah mencanangkan isu untuk menarik minat masuknya pemodal asing ke dalam pasar modal / bursa suatu Negara. Dengan demikian,
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance ( pemerintahan yang baik ) merupakan indikasi adanya perlakuan yang baik terhadap pemodal.
Good Corporate Governance sebagai tata kelola organisasi perusahaan secara baik dengan prinsip-prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat bertanggungjawab
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tata kelola organisasi secara baik dapat
dilihat dalam konteks mekanisme internal organisasi maupun mekanisme eksternal
organisasi. Mekanisme internal lebih focus kepada bentuk pimpinan atau organisasi
yang mengatur jalannya organisasi sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance diatas, sedangkan mekanisme eksternal berjalan secara harmonis tanpa mengabaikan pencapaian tujuan organisasi. Good Corporate Governance dapat diterapkan dalam suatu aktivitas amupun keputusan top manajemen organisasi selalu
berorientasi kepada pencapaian tujuan organisasi29
1. Hak dari pemegang saham untuk memperoleh informasi yang akurat dan tepat
waktu, hak untuk ikut serta dalam managemen dan hak untuk mendapatkan bagian
keuntungan.
. Meskipun penerapan prinsip
Good Corporate Governance berbeda di tiap-tiap Negara, tergantung dari penekanannya masing-masing, tetapi dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa prinsip
pokok dari suatu Good Corporate Governance yang sudah diterima secara internasional. Prinsip-prinsip pokok tersebut adalah sebagai berikut :
2. Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham.
29
3. Pengakuan terhadap peranan pemegang saham dalam perusahaan
4. Keterbukaan informasi pentinh yang akurat dan tepat waktu
5. Pertanggungjawaban yang harus dipikul oleh managemen perusahaan atas
kesalahannya dalam memimpin perusahaan30
Dalam rangka pengembangan prinsip Good Governance dalam suatu negara,
United Nation Development Program ( UNDP ) menjelaskan bahwa suatu Good Governance haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
.
1. Participation
Dalam hal ini harus ada jaminan bahwa setiap warga Negara mempunyai suara
dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi,
atau institusi yang mewakili kepentingannya, yang dibangun atas dasar
kebebasan dan berbicara serta dapat berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of Law
Unsur Rule of Law ini mensyaratkan agar hukum antara lain harus adil dan semua orang adalah sama dalam hukum yang berlaku dengn jaminan penegakan hak-hak
asasi manusia.
3. Transparency
Dalam hal ini, transparansi mesti dibangun atas dasar kebebasan arus informasi,
dimana proses, lembaga dan informasi dapat langsung diterima oleh
pihak-pihak yang membutuhkan dan informasi tersebut haruslah selalu dapat dipahami
dan dimonitor.
4. Responsiveness
Ini berarti bahwa proses dan lembaga yang ada harus dapat melayani setiap
stakeholders.
30
5. Consensus Orientation
Unsur consensus orientation ini menerangkan bahwa prinsip corporate governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda agar memperoleh pilihan terbaik untuk kepentingan yang lebih luas dalam hal kebijakan maupun prosedur.
6. Equity
Dalam hal ini semua warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk
meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraannya.
7. Effectiveness and Efficiency
Harus ada jaminan bahwa proses dan lembaga yang ada harus menghasilkan
sesuatu yang sesuai dengan program yang telah digariskan dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia.
8. Accountability
Ini berarti bahwa para pembuat keputusan dalam pemerintahan sektor swasta dan
masyarakat ( Civil Sociaty ) masti bertanggungjawab kepada public dan lembaga-lembaga stakeholders.
9. Strategis Vision
Dalam hal ini pihak yang memimpin haruslah mempunyai perspektif corporate governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh kedepan, sejalan dengan program yang diperlukan untuk pembangunan.
Ke sembilan karakteristik tersebut saling memperkuat yang tidak dapat berdiri
sendiri31
31Ibid,
Hal. 50.
. Salah satu dari keuntungan bagi perusahaan yang menerapkan
insider. Prinsip pengelolaan perusahaan sebagai seperangkat aturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus ( pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan ( stakeholders ) intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan
kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Jika dilihat Global Corporate Governance forum, forum ini secara tegas menyatakan :
“ Good Corporate Governance sudah menjadi sebuah isu penting dunia. Organisasi mempunyai peran kunci untuk bermain peningkatan
pengembangan ekonomi dan social. Good Governance adalah mesinnya pertumbuhan global pertanggungjawaban menyediakan lapangan
pekerjaan, pelayanan publik dan private, pengadaan barang dan jasa serta infrastruktur. Sekarang ini efisiensi dan pertanggungjawaban organisasi
tidka peduli apakah organisasi publik atau private, God Governance telah menjadi agenda pokok Internasional.32
Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa sebenarnya Indonesia menyimpan
potensi yang baik sebagai tempat investor menanamkan dananya. Hal tersebut dapat
kita lihat dari pernyataan para pemodal asing yang menyatakan bahwa mereka berani
memberikan premi sebesar 27 % (persen) hingga 30% (persen) pada setiap investasi
dengan catatan bahwa Good Corporate Governance telah dijalankan dengan baik ”
33
Dalam bentuk penerapan, prinsip-prinsip Good Corporate Governance
memberikan hal kepada pemegang saham untuk mengetahui dan ikut menentukan
keberlangsungan usaha perseroan dalam bentuk pengambilan keputusan yang
berlangsung di dalam sebuah rapat umum pemegang saham. Panduan yang .
32
Op.cit
33
dikeluarkan oleh OECD ( Organization for Economic Cooperation and Development
), bahwa prinsip-prinsip yang menetapkan beberapa hal-hal yang penting diantaranya
adalah pertama, yang berkaitan dengan hak-hak pemegang saham ( The Right of Share Holders ); kedua, yang berhubungan dengan konsepsi perlakuan sama ( The Equitable of Treatment of Share Holders ); ketiga, yang berkaitan dengan peraturan tentang penerapan Corporate Governance ( The Role of Stakeholders in Corporate Governance ); keempat, berhubungan dengan penerapan prinsip keterbukaan dan transparansi ( Disclosure and Transparancy ); kelima, berhubungan dengan tanggung jawab dari pengurus perseroan ( Responsibility of the Board)34
1. Fairness ( keadilan ). Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang sahan minoritas dan para pemegang saham asing
serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. .
Keseluruhan cakupan dari pedoman itu mencakup 4 ( empat ) bidang utama,
yaitu :
2. Transparancy ( transparansi ). Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan
keuangan pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability ( akuntabilitas ). Menjelaskan peran dan tanggungjawab serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan
pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.
4. Responsibility ( pertanggungjawaban ). Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.
Dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang demikian, penerapannya merupakan landasan atas pengelola perusahaan yang baik.
34
Pedoman Good Corporate Governance merupakan dasar pengembang kebijakan dari sektoral ketingkat institusional yang berfungsi untuk memastikan bahwa praktik
pengelolaan perusahaan sesuai dengan praktik usaha yang baik. GCG merupakan
konsep yang penting untuk mengatur perilaku pengelolaan perusahaan ( Ethical Governance ) yang melibatkan etika moral individu,
C. Penerapan Good Corporate Governance dalam Perusahaan Asuransi
Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnya
dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (GCG) dalam proses
manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip yang berlaku secara
universal ini diharapkan perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan
memberikan manfaat bagi para stakeholdernya. Sejak diperkenalkan oleh OECD,
prinsip-prinsip corporate governance berikut ini telah dijadikan acuan oleh
negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut disusun seuniversal
mungkin sehingga dapat berlaku bagi semua negara atau perusahaan dan diselaraskan
dengan sistem hukum, aturan atau tata nilai yang berlaku di negara masing-masing.
Prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini antara lain :
1. Akuntabilitas(accountability)
Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan
komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham
dan stakeholders lainnya. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan
pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas keberhasilan pengawasan
sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab
atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.
2. Pertanggungan-jawab(responsibility)
3.
Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan
melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan
hendaknya dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak
ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat
pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis
perusahaan.
Keterbukaan(transparancy)
4.
Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat.
Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan,
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi
dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan
orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat
ditingkatkan.
Kewajaran(fairness)
5.
Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan
perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan
melarang praktek-praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang
merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika
menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
Kemandirian(independency)
Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara
pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang
berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap
memberikan pengakuan terhadap hak-hak stakeholders yang ditentukan dalam
undang-undang maupun peraturan perusahaan.
Dalam prakteknya prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini perlu
dibangun dan dikembangkan secara bertahap. Perusahaan harus membangun sistem
dan pedoman tata kelola perusahaan yang akan dikembangkannya. Demikian juga
dengan para karyawan, mereka perlu memahami dan diberikan bekal pengetahuan
tentang prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang akan dijalankan
perusahaan. Untuk memudahkan memberikan gambaran bagaimana prinsip-prinsip
GCG tersebut akan dibangun, dipahami dan dilaksanakan, berikut ini diberikan
beberapa acuan praktis yang perlu dikembangkan lebih lanjut di masing-masing
perusahaan. Acuan ini diuraikan mengikuti urutan butir-butir prinsip GCG yang telah
dibahas di atas.
1.Accountability
a. Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah mengetahui visi, misi,
tujuan dan target-target operasional di perusahaan.
:
b.Pimpinan. Manajer, karyawan perusahaan telah mengetahui dan memahami
peran, tugas dan tanggung jawabnya masing-masing
c. Uraian tugas di setiap unit usaha atau unit organisasi telah ditetapkan dengan
benar dan sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan
d.Proses dalam pengambilan keputusaan telah mengacu dan mentaati sistem dan
e. Proses cek dan balance telah dilakukan secara menyeluruh di setiap unit
organisasi.
f. Sistem penilaian kinerja operasional, organisasi dan kinerja perseorangan telah
sepakat ditetapkan, diterapkan dan dievaluasi dengan baik
g.Pertanggungan jawab kinerja pimpinan (BOC, BOD) perusahaan secara rutin
seyogyanya dapat dibangun dan dilaporkan.
h.Hasil pekerjaan telah didokumentasikan, dipelihara dan dijaga dengan baik
2.
a. Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah mengetahui dan memahami
seluruh peraturan perusahaan yang berlaku. Responsibility
b.Pimpinan. Manajer dan karyawan perusahaan telah menerapkan sistem tata nilai
dan budaya perusahaan yang dianut perusahaan.
c. Proses dalam pengambilan keputusan di perusahaan senantiasa mengacu dan
mentaati sistem dan prosedur yang telah dibangun.
d.Manajer dan karyawan perusahaan telah bekerja sesuai dengan standar
operasional, prosedur maupun ketentuan yang berlaku di perusahaan.
e. Unit kerja organisasi perusahaan telah berupaya menghindari pengelolaan
perusahaan yang berpotensi merugikan perusahaan dan stakeholder.
f. Proses pendelegasian kewenangan telah dijalankan dengan cukup dan baik
demi terselenggaranya pekerjaan.
g.Manajer dan unit organisasi telah melakukan pertanggungan jawab hasil kerja
secara teratur.
a. Bahwa berbagai pemegang kepentingan (manajemen, karyawan, pelanggan)
dapat melihat dan memahami proses dalam pengambilan keputusan manajerial
di perusahaan.
b.Pemegang saham berhak memperoleh informasi keuangan perusahaan yang
relevan secara berkala dan teratur.
c. Proses pengumpulan dan pelaporan informasi operasional perusahaan telah
dilakukan oleh unit organisasi dan karyawan secara terbuka dan obyektif,
dengan tetapa menjaga kerahasiaan nasabah/pelanggan.
d.Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah melakukan keterbukaan
dalam proses pengambilan keputusan, sistem pengawasan dan standardisasi
yang dilakukan.
e. Informasi tentang prosedur dan kebijakan di unit kerja maupun unit organisasi
telah dipublikasikan secara tertulis dan dapat diakses oleh semua pihak di
dalam dan oleh unit-unit terkait di luar perusahaan.
f. Eksternal auditor, komite audit, internal auditor memiliki akses atas informasi
dengan syarat kerahasiaan tetap dijaga.
g.Menyampaikan laporan keuangan audited dan kinerja usaha ke publik secara
rutin, maupun laporan corporate governance pada instansi yang berwenang.
a. Pengelola dan karyawan perusahaan akan memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholder secara wajar menurut ketentuan yang berlaku umum. 4. Fairness
b.Perlakuan adil kepada seluruh pihak pemegang kepentingan (nasabah,
c. Manajer, pimpinan unit organisasi dan karyawan dapat membedakan
kepentingan perusahaan dengan kepentingan organisasi.
d.Perlakuan, pengembangan timwork, hubungan kerja dan pembinaan pada para
karyawan akan dilakukan dengan memperhatikan hak dan kewajibannya secara
adil dan wajar.
a. Keputusan pimpinan perusahaan hendaknya lepas dari kepentingan berbagai
pihak yang merugikan perusahaan. 5. Independency
b.Proses pengambilan keputusan di perusahaan telah dilakukan secara obyektif
B A B IV
TANGGUNG JAWAB DIREKSI AGENCY PERUSAHAAN ASURANSI AIA FINANCIAL BERDASARKAN PRINSIP GCG
A.Tanggung Jawab Dan Tugas Board Of Director Pada Perusahaan Asuransi Dalam Penerapan GCG
Dalam rangka upaya peningkatan penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan,
bersama dengan konsultan, AIA Financial melakukan berbagai kegiatan sebagai
berikut :
1.Melakukan assessment atas pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan di
PT. AIA Financial, dan atas rekomendasi tersebut dijadikan dasar perbaikan.
2.Mempersiapkan infrastruktur terkait dengan pelaksanaan tata kelola
perusahaan, diantarnya dengan penyusunan pedoman Good Corporate Governance
PT. AIA Financial.
3.Mengembangkan kerangka kerja implementasi, prosedur pelaksanaan dan
penyusunan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tata kelola
perusahaan..
Di era bisnis global dewasa ini, penerapan Good Corporate Governance
(GCG) telah menjadi satu kebutuhan. GCG berperan penting dalam membangun citra
perusahaan. Implementasi GCG adalah bukti perusahaan telah dikelola dan diawasi
dengan baik. Pengelolaan perusahaan ini haruslah sesuai dengan prinsip GCG dan UU
guna melindungi kepentingan stakeholders. Keberhasilan implementasi GCG sangat
ditentukan oleh komitmen seluruh jajaran perusahaan. Kesiapan dan kelengkapan
organ pendukung (infrastruktur GCG) serta kebijakan GCG lainnya (soft structure)
juga turut berperan dengan memerhatikan kesesuaian, karakteristik bisnis, dan
kebutuhan perusahaan.
panjang sangat disadari oleh PT AIA Financial. Karenanya, Asuransi AIA Financial
berkomitmen mengimplementasikan GCG secara konsisten. Hal ini diwujudkan
melalui penyusunan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja Asuransi AIA Financial
yang selanjutnya disebut Code of Conduct Asuransi AIA Financial. Code of Conduct
Asuransi AIA Financial adalah pernyataan tertulis Asuransi AIA Financial mengenai
GCG terhadap Manajemen, Karyawan, dan Stakeholders lainnya. Pernyataan ini
menjelaskan filsafat bisnis serta nilai-nilai dalam mengelola perusahaan secara
menyeluruh guna mencapai tujuan bisnis sesuai visi dan misinya. Code of Conduct
Asuransi AIA Financial adalah sekumpulan komitmen berisi etika bisnis Asuransi
AIA Financial dan etika kerja segenap jajaran Manajemen dan Karyawan yang
sifatnya sukarela. Etika bisnis dan etika kerja ini disusun untuk memengaruhi,
membentuk, mengatur, dan menciptakan kesesuaian tingkah laku. Tujuannya adalah
menghasilkan keluaran yang konsisten dalam mencapai visi dan misi Asuransi AIA
Financial. Asuransi AIA Financial akan mengkomunikasikan kebijakan ini secara
aktif kepada para pemegang saham, tertanggung, agen asuransi, lembaga keuangan,
mitra kerja, dan stakeholders lainnya. Tujuannya adalah menciptakan sinergi yang
sejalan dengan penerapan Code of Conduct ini.
Dikarenakan sifat pedomannya yang dinamis, Code of Conduct Asuransi AIA
Financial akan dikaji secara berkala dan berkelanjutan sesuai dinamika lingkungan
usaha yang terjadi. Namun demikian, dalam setiap perubahannya, Asuransi AIA
Financial tidak akan mengorbankan nilai-nilai yang ada demi keuntungan jangka
pendek.
Pernyataan Visi dan Misi Asuransi AIA Financial
Code of Conduct ini diharapkan menjadi acuan dalam membentuk nilai,
hubungan yang lebih sehat, harmonis, dan fair dengan para pemegang saham,
komisaris, pelanggan, agen asuransi, lembaga keuangan, mitra kerja, dan masyarakat
sehingga mendorong peningkatan kinerja dan produktivitas yang signifikan.Hal
lainnya akan terwujud jika terdapat hubungan erat antara aspek dalam Code of
Conduct Asuransi AIA Financial dengan visi dan misi perusahaan yang dimiliki.
Visi Asuransi AIA Financial: Menjadi penyedia jasa keuangan yang paling dibutuhkan dan terpercaya di
Indonesia. Kami akan menjadi pemimpin di setiap jalur usaha dengan menawarkan beragam produk & layanan yang fleksibel, inovatif dan bernilai tinggi; melalui berbagai jalur distribusi yang terbaik di Indonesia.
Misi Asuransi AIA Financial:
Untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dengan memenuhi kebutuhan finansial mereka yang senantiasa berubah sambil memahami harapan para pemegang polis, mitra perusahaan, dan pemegang saham.
B. Prinsip GCG Yang Diterapkan Agen Asuransi AIA Financial
Agen Asuransi AIA Financial melakukan kegiatan usahanya dengan cara yang
dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tercantum dalam surat perjanjian agen.
Prinsip GCG yang diterapkan oleh agen asuransi AIA Financial yang secara jelas
dijabarkan adalah prinsip transparansi ( transparency ). Agen, pada saat diminta oleh perusahaan, wajib untuk memberikan laporan terperinci kepada perusahaan
mengenai polis-polis, surat permohonan asuransi, tanda terima, atau catatan yang
berada dalam penguasaannya untuk diserahkan kepada atau diambil oleh pemegang
dikembalikan oleh pemegang polis kepada agen untuk dibatalkan oleh perusahaan,
dan mengenai setiap transaksi yang dilakukan oleh agen. Agen, pada saat diminta
oleh perusahaan, juga harus memberikan secara terperinci atas seluruh uang,
barang-barang atau jaminan milik perusahaan yang berada dalam penguasaan agen. Seluruh
laporan dan pertanggung jawaban yang diberikan agen kepada perusahaan wajib
ditanda-tangani sendiri oleh agen. Apabila laporan dan pertanggung jawaban
tersebut menunjukan bahwa agen telah menguasai uang, barang-barang atau jaminan
milik perusahaan, maka pada saat diminta oleh perusahaan, agen wajib segera
menyerahkan uang, barang-barang atau jaminan tersebut kepada perusahaan.
Selain itu, Agen wajib untuk mengungkapkan secara benar kepada perusahaan
setiap fakta dan keadaan calon pemegang polis dan tertanggung yang berkaitan
dengan penerimaan risiko yang akan dilakukan oleh perusahaan dan secara akurat
memberitahu perusahaan mengenai semua fakta yang diberikan kepadanya oleh
calon pemegang polis atau tertanggung dan/ atau orang lain yang berkaitan dengan
penerimaan risiko tersebut oleh perusahaan.
Prinsip transparansi ( transparency ) yang diterapkan kepada agen asuransi AIA Financial bukan hanya pada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
agen asuransi AIA Financial. Tetapi juga pada beberapa larangan yang dicantumkan
dalam perjanjian agen tersebut seperti :
1. Larangan perubahan dokumen
a. Agen dilarang mengubah, menambah dan/atau menghapus data-data yang
tercantum dalam dokumen milik perusahaan, atau surat permohonan asuransi
atau data pemegang polis dan tertanggung yang , dari waktu ke waktu, berada
b. Agen dilarang menggunakan atau menyediakan ilustrasi, surat pemahaman,
brosur, bahan pemasaran atau dokumen apapun baik dalam bentuk tertulis
ataupun elektronik kepada calon pemegang polis atau pihak manapun selain
ilustrasi, surat pemahaman, brosur, bahan pemasaran atau dokumen lain yang
telah disediakan atau diberikan oleh perusahaan kepada agen untuk digunakan.
c. Agen harus memastikan bahwa setiap perubahan yang dibuat/ dilakukan
dalam asli surat permohonan asuransi ditandatangani oleh pemegang polis dan
agen. Ketentuan ini tidak berlaku apabila surat permohonan asuransi
dikirimkan dalam bentuk elektronik
2. Batas kewenangan agen
a. Agen dilarang untuk melakukan negosiasi, mengikatkan diri ke dalam kontrak
dan/atau perjanjian untuk dan atas nama perusahaan, dan oleh karena itu
perusahaan tidak akan terikat oleh kontrak dan atau perjanjian apapun yang
dibuat oleh agen. Namun demikian, ketentuan dalam pasal ini tidak
mempengaruhi atau mengurangi hak agen untuk memasarkan atau menjual
produk asuransi dan/atau anuitas dengan tujuan untuk mewujudkan perjanjian
asuransi antara perusahaan dengan seseorang atau suatu badan usaha yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
b.Agen tidak mempunyai kewenangan untuk membuat, mengubah atau
membatalkan perjanjian apapun, atau menghapuskan atau menimbulkan
kewajiban atau hutang atau piutang perusahaan; atau menerima ung yang
menjadi atau akan menjadi jatuh tempo kepada perusahaan, kecuali atas dasar
tanda terima premi yang telah ditandatangani oleh petugas perusahaan yang
berwenang yang hanya diberikan kepada agen untuk ditagihkan apabila telah
Agen tidak berwenang untuk mengkredit atau memotong premi yang belum
secara sah diterima menurut perjanjian dan instruksi perusahaan. Kewenangan
agen hanya sebatas yang telah dinyatakan secara tegas dalam perjanjian ini.
c. Agen wajib untuk segera melaporkan kepada perusahaan atas klaim yang
diajukan oleh pemegang polis atau yang ditunjuk untuk menerima manfaat
asuransi (beneficiary ), dan agen, dalam keadaan apapun, dilarang untuk mengakui suatu kewajiban atau menawarkan jasa untuk menyelesaikan klaim
atas nama perusahaan.
d.Agen dilarang untuk membuat dan atau menyampaikan pernyataan, gambaran,
perbandingan apapun baik secara tertulis maupun lisan, yang menurut
sepengetahuan agen tidak benar, palsu atau belum dibuktikan kebenarannya,
yang berkaitan dengan produk asuransi atau informasi keuangan. Agen akan
mematuhi atau tunduk pada setiap peraturan dalam bentuk apapun baik yang
dikeluarkan oleh perusahaan, pemerintah maupun asosiasi perusahaan.
3. Larangan penerbitan atau pemasangan iklan oleh agen
Agen dilarang untuk menerbitkan atau menyebabkan diterbitkannya iklan apapun
mengenai perusahaan atau perusahaan asuransi yang lain di surat kabar, majalah
atau jenis media lainnya ( baik tercetak, tertulis maupun dalam bentuk elektronis )
tanpa mendapatkan ijin tertulis terlebih dahulu dari perusahaan. Agen juga
dilarang untuk membagikan, mendistribusikan atau menyebabkan diterbitkannya
atau didistribusikannya surat edaran atau tulisan, atau menyebabkan dituliskannya
suatu berita di surat kabar, majalah, publikasi, media lain atau kepada pihak yang
berwenang, tentang perusahaan atau perusahaan asuransi lainnya tanpa
mendapatkan izin tertulis terlebih dahulu dari perusahaan. Dalam hal terjadi
yang melebihi batas kewenangannya, maka seluruh biaya dan kerugian yang
timbul akan menjadi tanggung jawab agen secara pribadi.
4. Larangan pemberian potongan harga atau bujukan
a. Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir, dilarang untuk
membayarkan atau memberikan, atau menawarkan untuk membayarkan atau
memberikan potongan premi sebagai bujukan terhadap seseorang untuk
mengikuti asuransi. Agen dilarang untuk berupaya atau mencoba untuk
membujuk, baik secara lansung maupun tidak langsung, agen lainnya atau
wakil perusahaan untuk menghentikan kerjasamanya dengan perusahaan atau
mengakhiri perjanjian keagenannya dengan perusahaan ( sebagaimana berlaku
).
b. Agen, selama perjanjian berlaku atau setelah perjanjian berakhir, dilarang untuk
turut serta dalam suatu rencana atau membujuk pemegang polis atau siapapun,
untuk membuat klaim asuransi apapun yang tidak wajar dan tidak sah dan agen
dilarang untuk menerima atau berusaha untuk menerima pembayaran uang
apapun baik sebagian atau sepenuhnya, dari klaim yang dibayarkan oleh
perusahaan yang terbukti sah maupun dari hasil penyelesaian atas klaim.
c. Tanpa mengesampingkan butir (a) dan (b), jika seorang agen sebelum menjadi
agen dari perusahaan adalah agen dari perusahaan asuransi lain, maka agen
dilarang secara sadar menyebabkan seorang pemegang polis dari perusahaan
asuransi lain untuk mengubah, menghentikan, membatalkan atau mengganti
polis yang dimilikinya.
d. Selama jangka waktu 1 ( satu ) tahun sejak perjanjian ini berakhir, agen
dilarang untuk membujuk atau menerima atau berusaha membujuk, baik secara
wakil perusahaan untuk meninggalkan atau mengakhiri perjanjiannya atau
perjanjian lainnya dengan perusahaan ( apabila ada ).
Dengan adanya beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan oleh seorang
agen asuransi AIA Financial maka telah jelaslah bahwa penerapan prinsip
keterbukaan benar-benar dijalankan oleh seorang agen. Setiap kegiatan yang
dilakukan oleh agen asuransi AIA financial harus dilakukan secara terbuka dan
dengan sepengetahuan Perusahaan Asuransi AIA financial. Karena agen hanya
merupakan wali dari perusahaan.
C. Tanggung Jawab Direksi Agency AIA Financial dalam pengelolaan Perusahaan
Perusahaan yang berbadan hukum baik yang berbentuk perseroan terbuka
maupun perusahaan tertutup mensyaratkan direksi merupakan pihak yang paling
memiliki peranan penting baik dalam mengatur perusahaan, mengelola maupun
untuk memajukannya. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan
untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik didalam
maupun diluar pengadilan ( persona standi in judicio ). Setiap anggota direksi wajib
dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya demi
kepentingan dan usaha perseroan.
Setiap direksi bertanggung jawab penuh apabila yang bersangkutan bersalah
dan lalai menjalankan tugasnya. Dengan ketentuan mengenai tugas direksi seperti ini
maka direksi mempunyai tugas terhadap perseroan yaitu duty of loyalty dan duty of care.
Kerangka hukum perdata terhadap pertanggungjawaban direksi yang bersalah
atau lalai menjalankan tugasnya adalah ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1365
resort ) bagi pihak yang dirugikan atas tindakan direksi, sehingga direksi yang tidak
melaksanakan tanggung jawabnya dapat dianalogikan sebagai perbuatan melawan
hukum ( onrechmatige daad ). Oleh karena itu analogi terhadap perbuatan melawan hukum harus diartikan secara luas yaitu perbuatan melawan hukum bukan saja
perbuatan melawan undang-undang akan tetapi juga harus diartikan sebagai berbuat
atau tidak berbuat yang memperkosa hak orang lain atau bertentangan dengan
kewajiban hukum si pembuat atau kesusilaan atau kepatutan dalam mesyarakat baik
terhadap diri maupun benda orang lain.
Prinsip duty of loyalty adalah prinsip tanggung jawab direksi yang lahir
karena tugas dan kedudukan yang dipercayakan kepadanya oleh perseroan (
fiduciary duty ), sedangkan prinsip duty of care sebagai prinsip yang merujuk kepada kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi ( duty of skill and care ). Kedua
prinsip ini menuntut direksi untuk bertindak secara hati-hati dan disertai dengan
itikad baik, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan.35
2. Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin pengelolaan perusahaan secara
profesional tanpa ada benturan kepentingan atau pengaruh dan tekanan dari
Tanggung jawab direksi agency pada perusahaan asuransi AIA Financial
berdasarkan prinsip fiduciary duty dan duty of loyalty yang mana dapat dihubungkan
dengan prinsip – prinsip dalam GCG dijelaskan sebagai berikut :
1. Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin pengungkapan informasi materil
dan relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan, dan informasi lainnya secara
jelas, memadai, dan tepat waktu, serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai
dengan haknya.
35
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
3. Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin aktivitas bisnisnya dijalankan
berdasarkan prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap
pemerintah sesuai peraturan berlaku, bekerjasama secara aktif bagi manfaat
bersama, serta berupaya berkontribusi nyata kepada masyarakat.
4. Direksi agency asuransi AIA Financial menjamin perlakuan yang adil dan setara
dalam memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Direksi agency merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi serta
yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan agency yang
diwakilinya, bertindak untuk dan atas nama perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Setiap direksi agency wajib pula dengan itikad baik dan penuh tanggung
jawab dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha perseroan. Untuk
dapat menjadi direksi agency, seorang agen harus memenuhi syarat- syarat yang
telah ditetapkan oleh perseroan. Salah satu diantaranya harus mencapai suatu target
dalam penjualan polis asuransi.
Direksi agency bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan. Artinya
adalah secara “Fiduciary” harus melaksanakan “ standard of care”. Yang dimaksud
dengan fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh direksi agency yang penuh
tanggung jawab untuk kepentingan orang atau pihak lain (perseroan). Direksi agency
melakukan tugad dan kewajibannya atas tindakan hukum berlandaskan kemampuan
serta kehati-hatian ( duty of skill and care ) yang diperlukan untuk mewujudkan
Agar direksi sebagai orang sehari-hari mengurus perseroan dapat mencapai
prestasi yang besar, maka ia harus diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan
sesuatu tugas yang tertentu yang telah diberikan kepadanya. Dengan demikian
seseorang dikatakan mempunyai tugas fiduciary duty manakala ia dipercayakan
untuk berbuat sesuatu untuk kepentingan seseorang lain atau untuk kepentingan
pihak ketiga, dimana seolah-olah berbuat untuk kepentingan dirinya sendiri atau
suatu derajat keperdulian dan kehati-hatian yang sama jika seseorang karena
kepentingan sendiri umumnya melakukan tindakan terhadap masalahnya sendiri.
Criteria tugas direksi agency perseroan dapat dibada-bedakan sebagai berikut :
a. Fiduciary Duty, dalam hal ini yang dimaksud adalah tugas yang terbit dari
hubungan fiduciary antara direksi berkedudukan sebagai trust. Maka seseorang dereksi agency haruslah mempunyai kepedulian dan kemampuan ( duty of care
and skill), itikad baik dan loyalitas, kejujuran terhadap perusahaannya dengan
derajat yang tinggi ( high degree ).
b. Tugas memperdulikan ( duty of care ), tugas memperdulikan ( duty of care) yang
diharapkan dari direksi agency adalah duty of care sebagai mana dimaksud dalam
hal mana terdapat conflict of interest, seorang direksi agency dilarang atau
setidak-tidaknya dibatasi atau diawasi dalam menjalankan tugasnya. Pengawas
tersebut misalnya dengan memberlakukan prinsip keterbukaan informasi (
disclosure) terhadap transaksi yang ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa hubungan fiduciary duty tersebut diatas
kepercayaan dan kerahasiaan ( trust and confidence) yang dalam peran ini meliputi,
ketelitian ( scrupulous ), itikad baik ( good faith ), keterusterangan ( candor).36
36
Jika diambil intisari dari pengaturan tentang direksi dalam Undang- Undang
Perseroan Terbatas, maka pada prinsipnya UUPT memberlakukan tugas fiduciary
duties terhadap direksi.
Karena kedudukannya yang bersifat fiduciary, yang dalam UUPT sampai batas-batas
tertentu diakui, maka tanggung jawab dari direksi menjadi sangat tinggi ( high
degree). Dalam melaksanakan kriteria tugas-tugas yang disebutkan tersebut, direksi
tidak hanya bertanggung jawab terhadap ketidakjujuran yang disengaja (dishonesty)
tetapi juga bertanggung jawab secara hukum terhadap tindakan mismanagement,
B A B V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari uraian pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Good Corporate Governance merupakan seperangkat aturan yang dapat dijadikan acuan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik, benar,
dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penerapan prinsip GCG di
Indonesia difokuskan pada lingkungan perusahaan-perusahaan BUMN dan
perusahaan terbuka ( public listed company ), salah satunya adalah PT. AIA Financial. AIA Financial menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai alat untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan akuntabilitas kepada publik yang dilakukan
dengan cara mengembangkan dan mengimplementasikan sejumlah kebijakan yang
dituangkan dalam code of conduct.
2. Direksi agency AIA financial mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
sebagian besar sama dengan tugas dan tanggung jawab direksi pada umumnya
hanya Direksi agency mempunyai tanggung jawab terhadap perusahaan yang
diwakilinya. Karena agen hanya merupakan wali dari perusahaan asuransi,
sehingga untuk menjadi seorang direksi agency seseorang harus memenuhi syarat
yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi yang salah satunya target dalam
penjualan polis.
Selama ini prinsip-prinsip Good Corporate Governance, cenderung hanya sekedar sebagai acuan moral bagi para pengelola Perseroan Terbatas ( PT ). Itu
karena dalam pengaturannya tidak jelas diatur mengenai jaminan perlindungan
hukum bagi pelaku yang menjalankan prinsip corporate governance, atau tentang sanksi bagi perseroan yang telah mengabaikan prinsip corporate governance, sehingga berpotensi mengundang kontroversi dalam penerapannya. Oleh karena itu,