• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh risiko produksi terhadap produksi Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh risiko produksi terhadap produksi Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI

PAPRIKA HIDROPONIK DI PT. KUSUMA SATRIA

DINASASRI WISATAJAYA BATU, MALANG

SKRIPSI

RADITANTRI SETYARINI H34060194

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

i

PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI

PAPRIKA HIDROPONIK DI PT. KUSUMA SATRIA

DINASASRI WISATAJAYA BATU, MALANG

SKRIPSI

RADITANTRI SETYARINI H34060194

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

ii RINGKASAN

RADITANTRI SETYARINI. Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI).

Kondisi sumberdaya alam Indonesia sebagai negara tropis yang subur mempunyai peluang yang sangat baik untuk mengembangkan produksi komoditas pertanian, salah satunya sayur-sayuran. Salah satu sayuran yang memiliki potensi perkembangan di pasar domestik maupun ekspor adalah paprika. Paprika bukan merupakan tanaman asli Indonesia, oleh karena itu dalam pembudidayaannya perlu modifikasi lingkungan agar paprika dapat tumbuh seperti pada lingkungan aslinya. Salah satu teknologi yang digunakan untuk membudidayakan paprika di Indonesia adalah secara hidroponik di dalam greenhouse. Jawa Timur merupakan daerah penghasil kedua paprika hidroponik di Indonesia. Potensi pengembangan paprika dapat dilihat melalui peningkatan luas panen yang digunakan di tahun 2009, yaitu sebesar 417,65 persen dari tahun 2008. Salah satu wilayah dataran tinggi di Jawa Timur yang menyumbang kurang lebih 80 persen pasokan paprika adalah Kota Batu, Malang, dan salah satu usaha agribisnis yang menjadi pioneer

dalam mengusahakan paprika hidroponik adalah PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (PT. KSDW).

Penelitian dilaksanakan di PT. KSDW. Waktu penelitian dilakukan selama bulan April hingga Mei 2010. Data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pegawai perusahaan, sedangkan data sekunder diperoleh dari data produksi perusahaan dan literatur lain yang relevan terhadap penelitian. Penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar risiko yang dihadapi perusahaan dan bagaimana pengaruhnya terhadap produksi yang diperoleh. Penelitian ini menggunakan Analisis Risiko Produksi dan Analisis Fungsi Produksi. Pengolahan data komputer menggunakan Microsoft Excel dan program Minitab 14 dan hasilnya dinyatakan dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif.

PT. KSDW memiliki beberapa bangunan greenhouse yang lima diantaranya digunakan untuk membudidayakan paprika hidroponik. Total luas lahan yang digunakan adalah sebesar 3107 m2. Hingga saat ini perusahaan telah menjalani 18 kali tanam paprika. Berdasarkan data produksi perusahaan, terdapat fluktuasi pada nilai produktivitasnya sehingga pendapatan yang diterima perusahaan pun berfluktuatif. Fluktuasi ini mengindikasikan bahwa usaha budidaya paprika hidroponik yang dijalankan PT. KSDW mengalami risiko produksi.

(4)

iii

variation yang diperoleh adalah sebesar 0,15. Nilai ini berarti bahwa risiko produksi yang dihadapi PT. KSDW adalah sebesar 1.803,93 kilogram per 1000 m2 atau sebesar 15 persen dari nilai produktivitas yang diperoleh perusahaan. Terdapat tiga sumber risiko produksi pada usaha paprika hidroponik di PT. KSDW yaitu serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, serta keterbatasan kemampuan tenaga kerja.

Pengaruh risiko produksi terhadap hasil produksi dapat dilihat dengan memasukkan salah satu sumber risiko yaitu jumlah hama thrips sebagai variabel faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi paprika hidroponik di PT. KSDW. Berdasarkan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas, model yang diperoleh belum mampu menggambarkan model fungsi produksi yang baik karena adanya indikasi multikolinear. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengestimasi koefisien regresi tersebut dengan menggunakan Analisis Komponen Utama.

(5)

iv

PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI

PAPRIKA HIDROPONIK DI PT. KUSUMA SATRIA

DINASASRI WISATAJAYA BATU, MALANG

RADITANTRI SETYARINI H34060194

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

v Judul Penelitian : Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang

Nama : Raditantri Setyarini NRP : H34060194

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi NIP. 19640921 199003 2001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1002

(7)

vi PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir.

Bogor, Januari 2011

(8)

vii RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Raditantri Setyarini, dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Oktober 1988. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Deddy Suhardiman dan Ibu Sudarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengadilan IV Bogor pada tahun 2000 dan pendidikan menengah di SMPN 4 Bogor pada tahun 2003. Pendidikan menengah atas di SMAN 5 Bogor diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) tahun 2006. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajamen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006.

(9)

viii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan segala keajaiban di dunia tempat manusia berpijak. Kekayaan alam dan keindahan panorama yang ada bagai anugerah bagi makhluk ciptaan-Nya sebagai wujud kasih-Nya akan dunia ini. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya wajib menjaga dan melestarikan alam dan segala isinya, sebagai wujud rasa syukur kepada-Nya.

Penelitian ini menganalis risiko produksi yang terjadi dari usaha PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya membudidayakan paprika. Selain itu dianalisis juga pengaruh risiko produksi tersebut terhadap jumlah produksi paprika hidroponik di lokasi penelitian.

Dengan segala pertolongan dan kemudahan yang diberikan-Nya, penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang” ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

(10)

ix UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Tintin Sarianti, Sp dan Rahmat Yanuar, Sp, MM selaku dosen penguji pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah menjadi pembimbing akademik atas bimbingan dan perhatiannya selama masa perkuliahan.

4. Kedua orangtua, kakak-kakak, dua keponakan tercinta, om, tante, dan sepupu-sepupuku untuk setiap doa, dukungan, perhatian, kesabaran, dan kasih sayang yang telah diberikan. Semoga ini bisa jadi persembahan terbaik. 5. Segenap dosen dan staff Departemen Agribisnis serta Departemen KSHE

yang memberikan banyak ilmu selama masa perkuliahan.

6. Djarum Bakti Pendidikan yang telah memberikan banyak teman, kesempatan, pengalaman, dan pelajaran berharga selama dua tahun terakhir ini.

7. Pihak Departemen Budidaya Tanaman Semusim Kusuma Agrowisata yang telah membantu selama proses penelitian berlangsung.

8. Sahabat-sahabat (Rieska, Inike, Mawar, Novi, Dea, Hanum, Bhibun, Azie, Iyas, Hania, Ikbal, Dheka, Dita, Esti, Rio, Bang Zaky, Maya, dan Mbak Rina) atas motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

9. Teman-teman Agribisnis angkatan 42, 43, 44, dan 45 atas semangat dan kenangan selama masa perkuliahan, serta abang, teman, dan adik-adik di UKM MAX!! atas doa dan dukungannya.

10. Semua orang yang tak dapat disebutkan satu per satu, yang pernah datang dan pergi dan memberikan berbagai warna dalam cerita kehidupanku. Semua bantuan, dukungan dan perhatian selalu teringat di lubuk hati. Terimakasih.

(11)

x

2.3. Kajian Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Komoditas Pertanian ... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

4.4.2. AnalisisModel Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 29

4.4.3. Analisis Regresi Komponen Utama ... 32

4.4.4. Pengujian Model Fungsi Produksi ... 34

4.4.7. Definisi Operasional ... 35

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 36

5.1. Kota Batu, Malang ... 36

5.2. PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 37

5.2.1. Lokasi dan Letak Geografis ... 37

5.2.2. Sejarah Perusahaan... 37

5.2.3. Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ... 39

5.2.4. Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi... 41

(12)

xi

5.3.1. Penggunaan Input Produksi ... 45

5.3.2. Proses Budidaya ... 53

5.3.3. Panen dan Pascapanen ... 56

5.3.4. Analisis Usaha Paprika Hidroponik di Kusuma Agrowisata ... 57

VI PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK ... 62

6.1. Penilaian Risiko Produksi ... 62

6.2. Analisis Pengaruh Risiko Produksi dan Faktor Produksi Lainnya Terhadap Produksi Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya... 71

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

7.1. Kesimpulan ... 82

7.2. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga yang Berlaku

Periode Tahun 2003 hingga 2008 ... 1 2. Produksi Beberapa Komoditas Sayuran yang Dapat

Ditanam Secara Hidroponik di Indonesia

Tahun 2008-2009 ... 3 3. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Paprika

di Pulau Jawa Tahun 2008-2009 ... 4 4. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Paprika

Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya

per 1000 m2 per Musim Tanam, Tahun 2009 ... 51 5. Rincian Biaya Variabel pada Usahatani Paprika

Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya

per 1000 m2 per Periode Tanam, Tahun 2009 ... 58 6. Rincian Biaya Tetap pada Usahatani Paprika Hidroponik

di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya per

1000 m2 per Periode Tanam, Tahun 2009 ... 60 7. Analisis Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik

di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya per

1000 m2 per Periode Tanam, Tahun 2009 ... 61 8. Produktivitas Paprika Hidroponik di PT. Kusuma

Satria Dinasasri Wisatajaya per 1000 m2 per Periode

Tanam, Tahun 2002 hingga 2010 ... 63 9. Penilaian Risiko Produksi Budidaya Paprika Hidroponik

PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Berdasarkan

Produktivitas per 1000 m2 ... 65 10. Pendapatan Usahatani Paprika Hidroponik di PT. Kusuma

Satria Dinasasri Wisatajaya per 1000 m2 per Periode

Tanam, Tahun 2002 hingga 2010 ... 66 11. Hasil Parameter Penduga Fungsi Produksi Cobb-Douglas

pada Usahatani Paprika Hidroponik di PT. Kusuma

Satria Dinasasri Wisatajaya ... 72 12. Hasil Analisis Regresi antara Variabel Terikat (Ln Y)

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Produktivitas Paprika Hidroponik per 1000 m2 di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tahun

2002 hingga 2010 ... 6 2. Tahapan Suatu Proses Produksi ... 18 3. Hubungan Risiko dan Return ... 22 4. Hubungan Keputusan Penggunaan Input dan

Variasi Pendapatan ... 22 5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional ... 25 6. Struktur Organisasi Divisi Agrowisata

PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 43 7. Waktu Tanam Paprika Hidroponik PT. Kusuma

Satria Dinasasri Wisatajaya pada Setiap Greenhouse ... 44 8. Bentuk Bangunan Greenhouse Budidaya Paprika

Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 45 9. Pompa dan pipa irigasi (a), tangki penampung nutrisi (b),

pipa penyalur dan stik emiter (c), pengatur waktu (d) ... 47 10. Bentuk Paprika yang Dihasilkan PT. Kusuma

Satria Dinasasri Wisatajaya ... 48 11. Thrips pada Bunga (a), Serangan Thrips pada Buah (b),

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Paprika

Hidroponik di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ... 87 2. Hasil Regresi Pendugaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas .... 88 3. Analisis Komponen Utama Produksi

Paprika Hidroponik di PT. Kusuma Satria

Dinasasri Wisatajaya ... 89 4. Hasil Pendugaan Regresi antara Variabel Terikat

(16)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor agribisnis merupakan satu usaha yang sudah sejak lama dianggap memiliki peran cukup besar bagi pergerakan perekonomian Indonesia. Perkembangan dunia agribisnis akan semakin baik dan menarik seiring dengan berkembangnya perhatian dan minat masyarakat terhadap kegiatan agribisnis secara luas yang meliputi pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan (sektor agribisnis). Salah satu produk subsektor agribisnis yang cukup menjanjikan adalah hortikultura. Saat ini pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan potensi hortikultura karena subsektor ini memegang peranan penting dalam sumber pendapatan petani, perdagangan, maupun penyerapan tenaga kerja. Tujuan pembangunan hortikultura antara lain meningkatkan produksi, meningkatkan volume dan nilai ekspor, mengurangi ketergantungan impor, dan meningkatkan kesejahteraan petani.

Secara nasional, komoditas hortikultura mampu memberikan sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) yang signifikan. Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Hortikultura (2010), PDB produk hortikultura yang meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman obat-obatan, tanaman hias, dan biofarmaka mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga 2008. Peningkatan PDB pada subsektor hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga yang Berlaku Periode Tahun 2005 hingga 2008

No. Kelompok Komoditas

Nilai PDB (dalam Rp Milyar) Pertumbuhan Rata-Rata Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian RI (2010)

Keterangan : *Angka Sementara

(17)

2 pertumbuhan rata-rata dari total PDB sebesar 9,17 persen. Tahun 2006 nilai PDB lebih tinggi 11,08 persen dari tahun 2005. Tahun 2007 nilainya meningkat 11,88 persen dari tahun 2006 dan pada tahun 2008 nilai kontribusi subsektor hortikultura meningkat sebesar 4,55 persen dari tahun 2007. Hal ini mengindikasikan bahwa subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik dimasa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia.

Sayur-sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai tambah bagi pembangunan nasional karena dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Ditinjau dari aspek klimatologinya, alam Indonesia dapat ditanami dengan berbagai macam sayuran. Sayuran yang dapat tumbuh tidak hanya sayuran asli Indonesia (sayuran lokal), tetapi ada juga dari negara lain (sayuran non lokal). Potensi pengembangan kegiatan usahatani hortikultura khususnya komoditas sayuran dapat dilihat melalui semakin bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran, serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Hingga saat ini, tanah masih menjadi faktor penting dalam usahatani karena hampir semua produk pertanian yang berupa tanaman membutuhkan tanah sebagai tempat tumbuh, tempat persediaan nutrisi (unsur hara), maupun air yang sangat dibutuhkan tanaman. Tanah yang kaya akan unsur hara dan memiliki kandungan organik yang cukup, sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman agar tumbuh secara optimal.1 Namun demikian, tidak mudah untuk menciptakan kondisi ideal suatu tanah bagi tanaman. Penggunaan lahan yang terus menerus, adanya perubahan iklim, pencemaran, penggunaan bahan kimia yang berlebihan juga sedikit banyak akan merubah variabel yang mempengaruhi kesuburan tanah seperti pH tanah, kandungan unsur hara makro maupun mikro, dan lain-lain. Sementara itu kegiatan produksi hortikultura dituntut harus dapat menghasilkan produk yang dapat memenuhi syarat 4 K, yakni kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan kompetitif atau daya saing.

1

(18)

3 Konsekuensi dari kondisi tersebut menuntut adanya pengembangan teknologi maju yang dapat menghasilkan produk berkualitas sepanjang tahun.2

Hidroponik merupakan salah satu teknologi budidaya tanaman yang dapat mengatasi hal tersebut. Budidaya tanaman secara hidroponik dilakukan tanpa tanah dengan pemberian hara tanaman yang terkendali. Salah satu cara bertanam hidroponik adalah dengan menggunakan substrat atau media tanam berporos yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti arang sekam, batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Keunggulan secara hidroponik diantaranya adalah produksi tidak tergantung musim, pemakaian air lebih efisien, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan pH lebih teliti, masalah hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi, harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara tradisional di tanah, serta dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas.3 Terdapat beberapa komoditas sayuran yang dapat dibudidayakan secara hidroponik baik dengan media substrat ataupun air. Berikut perbandingan produksi total beberapa komoditas sayuran yang juga dapat dibudidayakan secara hidroponik di Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi Beberapa Komoditas Sayuran yang Dapat Ditanam Secara Hidroponik di Indonesia Tahun 2008-2009

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian RI (2010) Keterangan : *Angka Sementara

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa produksi paprika merupakan produksi sayuran hidroponik yang paling sedikit di Indonesia. Hal ini terjadi karena belum banyak petani yang mengusahakan paprika. Selain itu, di Indonesia paprika hanya ditanam secara hidroponik di wilayah tertentu, sedangkan tomat, kangkung, dan bayam juga ditanam secara konvensional dan diusahakan secara

2

Susila. 2009. Pengembangan Teknologi Maju untuk Meningkatkan Produksi Sayuran Berkualitas

Sepanjang Tahun. www.wordpress.com . [12 Desember 2010].

3

(19)

4 luas di Indonesia. Angka produksi paprika pada tahun 2009 yang ditunjukkan dalam tabel mengalami peningkatan sebesar 152,37 persen dari tahun 2008. Peningkatan produksi ini menunjukkan bahwa komoditas paprika masih memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan.

Walaupun jumlah produksinya meningkat, ternyata produksi paprika hidroponik masih belum sesuai dengan harapan. Menurut Gunadi (2006), produktivitas paprika di Indonesia rata-rata baru mencapai sebesar 8 kilogram per meter persegi, namun pada kenyataanya produktivitas paprika Indonesia pada tahun 2008 hanya mencapai angka 2,43 kilogram per meter persegi. Kesenjangan nilai produktivitas sebesar 5,57 kilogram per meter persegi tersebut menunjukkan adanya penyimpangan dalam kegiatan produksi. Penyimpangan yang terjadi mengindikasikan bahwa dalam menjalankan budidayanya, petani paprika hidroponik di Indonesia mengalami risiko produksi. Risiko produksi inilah yang menyebabkan hasil panen yang diperoleh tidak sesuai dengan harapan karena terjadinya risiko produksi cenderung menurunkan hasil panen yang diperoleh.

Saat ini penanaman paprika terus dikembangkan karena adanya kebutuhan pasar yang terus meningkat, sehingga paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling banyak memberikan kontribusi dalam memproduksi paprika di Indonesia (kurang lebih 80 persen dari total produksi paprika). Selain melalui nilai perkembangan produksi, prospek pengembangan usaha paprika di Indonesia dapat dilihat melalui peningkatan luas panen paprika di Pulau Jawa pada Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Paprika di Pulau Jawa Tahun 2008-2009

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian RI (2010) Keterangan : *Angka Sementara

No Provinsi

Tahun 2008 Tahun 2009* Pertumbuhan

(20)

5 Tabel 3 menjelaskan pada tahun 2009 hanya dua provinsi yang memproduksi paprika yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi Jawa Barat merupakan penghasil paprika terbesar di Pulau Jawa yang selanjutnya diikuti oleh Jawa Timur. Potensi pengembangan paprika di Pulau Jawa dapat dilihat dari meningkatnya luas panen yang digunakan untuk mengusahakan paprika. Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan luas panen pada tahun 2009 sebesar 197,37 persen dari tahun 2008, sedangkan Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan luas panen pada tahun 2009 sebesar 417,65 persen dari tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha komoditas paprika di Jawa Timur masih memiliki potensi yang baik. Kota Batu, Malang merupakan wilayah dataran tinggi di Jawa Timur yang memiliki potensi untuk ditanami sayur-sayuran selain buah apelnya yang terkenal.

PT. KSDW yang terletak di Kota Batu Malang adalah salah satu bentuk usaha agribisnis yang juga membudidayakan paprika hidroponik. Teknik budidaya hidroponik paprika dilakukan dalam rumah kasa atau kaca (greenhouse). Beberapa faktor seperti serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim, serta human error dapat menjadi sumber risiko produksi dari usaha budidaya paprika hidroponik (Moekasan et al, 2008). Adanya sumber risiko yang terjadi pada proses budidaya tersebut menyebabkan tingkat produksi paprika hidroponik berpotensi mengalami penurunan. Produksi yang menurun akan berpengaruh pada perolehan pendapatan serta kelangsungan dan perkembangan usaha. Oleh karena itu, risiko dari kegiatan produksi yang dilakukan perlu untuk diperhitungkan karena umumnya risiko berdampak pada kerugian yang ditanggung oleh perusahaan.

(21)

6 Tempat ini pada awalnya berfokus pada pengembangan komoditas apel, namun seiring dengan pengembangan usaha, PT. KSDW juga membudidayakan produk hortikultura dan buah-buahan lain yang salah satunya adalah paprika. Paprika bukan merupakan tanaman asli Indonesia, sehingga dalam pembudidayaannya di Indonesia dibutuhkan suatu modifikasi lingkungan agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik. Paprika juga merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membudidayakan paprika di dalam

greenhouse dengan sistem hidroponik substrat.

PT. KSDW mengawali usaha budidaya paprika sejak tahun 2002. Seiring dengan pengembangan usaha, jumlah greenhouse saat ini yang digunakan untuk budidaya paprika hidroponik sebanyak lima bangunan dengan luas lahan total 3.107 m2. Kelima bangunan tersebut letaknya terpisah sehingga diberi nama berbeda antar greenhouse, yaitu greenhouse A, greenhouse B, greenhouse C,

greenhouse D1, dan greenhouse D2. Melalui kelima greenhouse tersebut, hingga saat ini PT. KSDW telah berproduksi sebanyak 18 kali tanam. Luasan dan hasil produksi pada masing-masing greenhouse berbeda, sehingga produktivitas dari tiap proses produksi yang dihasilkan pun berbeda (Gambar 1).

Gambar 1. Produktivitas Rata-Rata Paprika Hidroponik per 1000 m2 dari Masing-Masing Greenhouse di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tahun 2002 hingga 2010

(22)

7 Gambar 1 menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata per 1000 m2 yang dihasilkan PT. KSDW mengalami fluktuasi. Produktivitas rata-rata tertinggi terjadi saat paprika ditanam di Greenhouse C yaitu sebesar 13.067 kg per 1000 m2, sedangkan produktivitas rata-rata terendah terjadi saat paprika ditanam di

Greenhouse A yaitu sebesar 11.304 kg per 1000 m2. Risiko yang terjadi cenderung megurangi hasil yang diperoleh perusahaan. Fluktuasi produktivitas yang dialami dapat mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada usaha paprika hidroponik. Sumber risiko pada kegiatan produksi paprika diantaranya adalah serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, serta human error. Dampak yang paling terlihat dari risiko produksi tersebut adalah penurunan kualitas ataupun penurunan hasil produksi secara keseluruhan. Produksi yang menurun akan berpengaruh pada perolehan pendapatan serta kelangsungan dan perkembangan usaha karena perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan sesuai dengan jumlah yang diminta.

Selain risiko, fluktuasi tersebut juga dapat mengindikasikan bahwa pengombinasian faktor-faktor produksi yang dilakukan perusahaan belum optimal. Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam membudidayakan paprika antara lain luas greenhouse yang digunakan, benih, nutrisi, pestisida, media tanam, tenaga kerja, dan pupuk daun. Selain faktor produksi berupa fisik, sumber risiko produksi yang dapat diketahui jumlahnya seperti hama pun dapat menjadi faktor yang mempengaruhi jumlah produksi paprika. Adanya hama thrips yang menyerang tanaman menyebabkan kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan menurun. Oleh karena itu, selain menilai risiko produksi, identifikasi pengombinasian dalam penggunaan faktor produksi lain perlu diperhatikan agar paprika yang dihasilkan dapat optimal. Hal ini dibutuhkan perusahaan agar dapat membuat keputusan strategis dalam perencanaan produksi terutama dalam hal mengatasi risiko produksi yang terjadi.

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat risiko produksi paprika hidroponik di PT. KSDW?

(23)

8 1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis tingkat risiko produksi paprika hidroponik di PT. KSDW. 2. Menganalisis pengaruh risiko produksi (hama thrips) dan faktor produksi

lainnya terhadap jumlah produksi paprika hidroponik di PT. KSDW. 1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu :

1. Perusahaan, sebagai masukan untuk mengetahui sumber-sumber risiko produksi dan seberapa besar tingkat risiko yang terjadi pada perusahaan dalam membudidayakan paprika hidroponik, yang kemudian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi risiko dan dalam membuat perencanaan produksi.

2. Penulis, sebagai sarana bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.

3. Pemerintah, sebagai referensi untuk mengetahui tingkat risiko yang dihadapi pada proses budidaya dan pengaruh faktor produksi fisik terhadap jumlah produksi paprika hidroponik sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan komoditas paprika hidroponik.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini difokuskan pada penilaian tingkat risiko produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik yang dihasilkan PT. KSDW melalui lima greenhouse dengan total luas bangunan 3107 m2. Data produksi yang digunakan merupakan produksi paprika hidroponik total, yaitu jumlah keseluruhan dari paprika hijau, merah, dan kuning yang dihasilkan per

greenhouse per periode tanam (satu tahapan produksi). Selain itu juga digunakan data penggunaan input produksi dalam membudidayakan paprika hidroponik.

(24)

9 produksi, dan fungsi produksi dari faktor produksi yang digunakan PT. KSDW dalam membudidayakan paprika hidroponik.

(25)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Paprika Hidroponik

Tanaman paprika memiliki nama ilmiah Capsicum annum var. grossum.

Cabai ini termasuk satu keluarga dengan tanaman tomat dan terung yaitu famili

Solonaceae karena memiliki bunga seperti terompet. Paprika merupakan tanaman yang berasal dari negara sub tropis dan bukan tanaman asli Indonesia sehingga dalam pembudidayaannya diperlukan kondisi yang mirip daerah asalnya. Paprika di Indonesia umumnya dibudidayakan secara hidroponik. Tanaman ini cocok dikembangkan di daerah dataran tinggi seperti Lembang, Cipanas, Cisarua (Jawa Barat); Dieng, Purwokerto (Jawa Tengah); dan Brastagi (Sumatera Utara). Selain di dataran tinggi, paprika juga mulai ditanam di dataran menengah antara lain Karanganyar (Jawa Tengah) dan Sukabumi (Jawa Barat) (Prihmantoro dan Indriani 2003). Moekasan et al. (2008) dan Prihmantoro dan Indriani (2003) menyatakan bahwa paprika merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Permintaan buah paprika tiap tahun meningkat, namun tidak semua permintaan tersebut dapat terpenuhi oleh petani paprika karena masih rendahnya produktivitas maupun kualitas buah yang dihasilkan.

(26)

11 (2008) salah satu faktor yang juga menentukan keberhasilan budidaya paprika adalah serangan organisme pengganggu tanaman.

Hidroponik atau istilah asingnya hydroponics adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Umumnya media tanam yang digunakan bersifat poros, seperti pasir, arang sekam, batu apung, kerikil, dan rockwool

(Lingga 1993). Menurut Prihmantoro dan Indriani (2003), kegiatan budidaya hidroponik memerlukan suatu lingkungan tumbuh yang terkendali, tanaman harus terlindung dari siraman hujan, angin yang terlalu kencang, dan cahaya sinar matahari langsung. Oleh karena itu dikembangkan sistem rumah plastik (greenhouse), sehingga dapat mengendalikan faktor alam tersebut.

Prinsip dasar budidaya tanaman secara hidroponik adalah suatu upaya merekayasa alam dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman sehingga ketergantungan tanaman terhadap alam dapat dikendalikan. Rekayasa faktor lingkungan yang paling menonjol pada hidroponik adalah dalam hal penyediaan nutrisi yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Untuk memenuhi kebutuhan sinar matahari dan kelembaban udara yang diperlukan tanaman selama masa pertumbuhannya, perlu dibangun greenhouse

yang berfungsi untuk mengatur suhu dan kelembaban udara yang sesuia dengan kebutuhan tanaman (Lingga 1993).

Cara penanaman paprika secara hidroponik agak berbeda dengan cara menanam di tanah, namun secara garis besarnya sama yaitu meliputi persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Menanam paprika secara hidronik lebih menguntungkan dibandingkan secara konvensional karena jumlah produksi yang lebih tinggi, harga jual lebih tinggi, dan produknya lebih berkualitas. Selain itu paprika dapat ditanam dua kali dalam setahun (Prihmantoro dan Indriani 2003).

(27)

12 hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Tampubolon (2005) selain menganalisis usaha PT. ABBAS Agri juga menganalisis usaha PT. JORO dan PT. Triple A Horticulture Agribusiness Farming and Trading (PT. THA) sebagai pesaing usaha PT. ABBAS Agri dalam memproduksi paprika hidroponik, sedangkan Ningsih (2005) berfokus pada analisis kesempatan kerja dan analisis pendapatan usaha petani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu.

Hasil yang diperoleh dari masing-masing penelitian berbeda. Perhitungan usaha paprika hidroponik di PT. ABBAS Agri dikonversi menjadi luasan lahan

greenhouse per 1800 m2. Penerimaan PT. ABBAS Agri diperoleh dengan mengalikan harga jual sebesar Rp 18.000,00 per kilogram dengan hasil produksi total paprika yang diperoleh selama satu periode tanam. Biaya yang dikeluarkan dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan greenhouse dan alat-alat irigasi, sedangkan biaya variabel meliputi benih, nutrisi, pestisida, arang sekam, polybag, gaji pegawai operasional, serta biaya listrik dan telepon dengan total biaya sebesar Rp 71.269.233,30. Lain halnya dengan penelitian Ningsih (2005) di Desa Pasir Langu yang menilai pendapatan berdasarkan golongan luas lahan yang dimiliki petani. Berdasarkan hasil penelitiannya, petani golongan I (luas greenhouse >1.900 m2) memiliki biaya total usahatani paprika hidroponik yang lebih besar dibandingkan dengan petani golongan II (luas greenhouse <1.900 m2).

Kedua penelitian juga menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di kedua lokasi berbeda tersebut menguntungkan dan efisien untuk dilakukan karena nilai R/C rasionya lebih besar dari satu. Keuntungan dapat dilihat dari nilai penerimaan yang lebih besar daripada biaya total. PT. ABBAS Agri memperoleh pendapatan sebesar Rp 149.050.766,7 dengan nilai R/C rasio sebesar 3,09, sedangkan rata-rata pendapatan yang diterima petani paprika di Desa Pasir Langu untuk petani golongan I adalah sebesar Rp 8.612.819,20 dengan nilai R/C rasio sebesar 1,9 dan untuk petani golongan II adalah Rp 7.913.911,90 dengan nilai R/C rasio sebesar 1,8 selama satu musim tanam.

(28)

13 penelitian dan analisis perhitungan pendapatannya yang menggunakan analisis usahatani yang juga menghitung nilai rasio antara penerimaan dan biaya totalnya. Persamaan lain dengan penelitian Tampubolon (2005) terdapat dalam hal pemilihan responden yang merupakan sebuah perusahaan, berbeda dengan Ningsih (2005) yang memperoleh data dari beberapa petani di Desa Pasir Langu. Selain perbedaan lokasi penelitian, perbedaan yang terlihat dari penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini hasil nilai pendapatan yang diperoleh dari masing-masing periode tanam di greenhouse yang berbeda kemudian digunakan untuk mengetahui nilai risiko produksi berdasarkan pendapatan.

2.2. Kajian Risiko Produksi

Sikap petani terhadap risiko berpengaruh terhadap pengambilan keputusannya dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi. Alokasi faktor produksi ini menyangkut penggunaan dan macam teknologinya. Kegagalan dalam adopsi teknologi oleh petani seringkali terjadi karena mengabaikan perhitungan unsur risiko dalam perakitannya (Rozi, Margono, dan Heriyanto 1997).

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai risiko, diantaranya Ginting (2009) yang menganalisis risiko produksi jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, Safitri (2009) yang menganalisis tentang risiko produksi daun potong di PT. Pesona Daun Mas Asri di Ciawi, Bogor, serta Utami (2009) yang meneliti tentang risiko produksi dan perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Menurut Ginting (2009) indikasi adanya risiko produksi pada budidaya tiram jamur putih dapat dilihat dari adanya fluktuasi dan variasi jumlah produksi ataupun produktivitas yang dialami sedangkan menurut Safitri (2009) dan Utami (2009) indikasi adanya risiko produksi dari masing-masing objek yang dianalisis dapat dilihat dari fluktuasi produktivitas dan pendapatan.

(29)

14 tiram putih pada Cempaka Baru menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Hasil penelitian Safitri (2009) melakukan perbandingan pengukuran risiko produksi antara dua komoditas pada kegiatan usaha spesialisasi dan diversifikasi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai variance, standar deviasi, dan coefficient variance

berdasarkan produktivitas yang diperoleh dari komoditas Philodendron marble

lebih tinggi dibandingkan komoditas Asparagus bintang. Hal ini menunjukkan bahwa risiko produksi yang dialami Philodendron marble juga lebih besar. Lain halnya dengan perolehan nilai variance, standar deviasi, dan coefficient variance

berdasarkan pendapatan. Ketiga nilai tersebut pada komoditas Asparagus bintang menunjukkan nilai yang lebih besar sehingga setiap satu satuan rupiah yang dihasilkan komoditas Asparagus bintang menghadapi risiko berdasarkan pendapatan bersih yang lebih tinggi dibandingkan Philodendron marble.

Hasil dari perhitungan analisis risiko produksi yang dilakukan Utami (2009) menunjukkan nilai coefficient variation dari kegiatan usaha bawang merah sebesar 0,203. Nilai ini berarti bahwa risiko produksi yang dihadapi petani bawang merah di Kabupaten Brebes sebesar 20,3 persen dari nilai produktivitas yang diperoleh petani (cateris paribus). Sementara itu, risiko yang diterima oleh petani bawang merah di Kabupaten Brebes berdasarkan pendapatan adalah sebesar 60,09 persen dari nilai pendapatan yang diperoleh petani. Melalui nilai tersebut, jika dibandingkan dengan perhitungan risiko dari sisi produktivitas, nilai risiko yang dihitung dari sisi pendapatan ternyata jauh lebih tinggi. Penelitian kemudian dilanjutkan untuk mengetahui perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes.

(30)

15

variance. Pada penelitian ini, perhitungan ketiga pendekatan berdasarkan hasil produktivitas dan pendapatan seperti yang dilakukan Safitri (2009) dan Utami (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada komoditas yang menjadi objek penelitian dan lokasi penelitian. Selain itu, analisis risiko produksi yang dilakukan kemudian digunakan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh salah satu sumber risiko produksi dan faktor produksi lainnya terhadap produksi paprika hidroponik yang oleh PT. KSDW.

2.3. Kajian Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Komoditas Pertanian

Produksi komoditas pertanian merupakan hasil proses dari lahan pertanian dalam arti luas berupa komoditas pertanian (pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan) dengan berbagai pengaruh faktor-faktor produksi dan faktor-faktor hasil tangkapan (perahu, alat tangkap, nelayan, jumlah trip, operasional, dan musim). Faktor-faktor produksi yang dapat digunakan pada proses produksi di lahan adalah lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, teknologi, serta manajemen (Rahim dan Hastuti 2008). Menurut Soekartawi (1993) yang dimaksud dengan faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah input, production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi atau juga disebut

factor relationship.

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai analisis faktor produksi, diantaranya Kartikasari (2006) yang melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani paprika hidroponik di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, serta Dwilistyanti (2009) yang menganalisis tentang faktor-faktor produksi selada aeroponik di Parung Farm Bogor.

(31)

16 variabel bebas tingkat pendidikan dan Dwilistyanti (2009) menambahkan variabel bebas penggunaan listrik selain lima variabel bebas yang sama yang digunakan keduanya untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksinya, yaitu variabel luas lahan, benih, tenaga kerja, nutrisi atau obat-obatan, dan pengalaman. Berdasarkan hasil analisis model fungsi Cobb-Douglas tersebut dapat diketahui variabel bebas apa saja yang memiliki pengaruh positif atau negatif terhadap produksi serta nilai elastisitasnya. Penelitian Kartikasari (2006) menunjukkan bahwa variabel luas greenhouse, benih, tenaga kerja, dan obat-obatan berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi paprika hidroponik, sedangkan penelitian Dwilistyanti (2009) menunjukkan variabel luas lahan, benih, dan nutrisi berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi selada aeroponik, sedangkan untuk faktor produksi penggunaan listrik, tenaga kerja, pengalaman, dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi selada aeroponik.

(32)

17

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Teori Produksi

Produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dan kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usahatani maupun usaha lainnya yang mengubah masukan menjadi keluaran (Soekartawi, 2002 dan Nicholson, 1991). Sumberdaya yang dibutuhkan untuk penciptaan komoditas disebut sebagai faktor produksi atau dikenal juga dengan istilah input. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian, diantaranya lahan pertanian, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida, bibit, teknologi, dan manajemen (Rahim dan Hastuti, 2008). Hubungan fisik antara masukan produksi (input) dan keluaran produksi (output) dapat diformulasikan dalam model fungsi produksi. Output biasanya menjadi variabel yang dijelaskan, sedangkan input biasanya menjadi variabel yang menjelaskan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi (Soekartawi et al. 1986), yaitu:

1. Fungsi produksi harus dapat menggambarkan keadaan usahatani yang sebenarnya terjadi.

2. Fungsi produksi dapat dengan mudah diartikan khususnya arti ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

3. Fungsi produksi harus mudah diukur atau dihitung secara statistik.

Menurut Nicholson (1991), terdapat dua tolak ukur untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi yaitu Produk Marjinal dan Produk Rata-rata. Produk Marjinal (PM) dari sebuah masukan adalah keluaran tambahan yang dapat diproduksi dengan menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut dengan mempertahankan semua masukan lain tetap konstan, sedangkan Produk Rata-rata (PR) adalah tingkat produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi. Kedua tolak ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

PM = =

(33)

18 Perubahan dari produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi. Elastisitas produksi (Ep) merupakan persentase perbandingan dari hasil produksi atau output sebagai akibat dari persentase perubahan dari faktor produksi atau input yang digunakan. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ep = =

Penjelasan terhadap PM akan lebih berguna bila dikaitkan dengan PR atau Produksi Total (PT). Dengan mengaitkan PM, PR, dan PT, hubungan antara input dan output akan lebih informatif, artinya dapat diketahui elastisitas produksinya. Tahapan proses produksi komoditas pertanian yang menggambarkan hubungan antara PT, PM, dan PR dijelaskan pada Gambar 2.

(34)

19 Keterangan:

X = Faktor Produksi Y = Hasil Produksi PR = Produk Rata-rata PM = Produk Marjinal PT = Produk Total

Daerah I = Daerah produksi irasional Daerah II = Daerah produksi rasional Daerah III = Daerah produksi irasional

Gambar 2 menjelaskan hubungan antara PM dan PT, serta PM dan PR dengan ketentuan nilai elastisitas (Debertin, 1986) sebagai berikut:

1. Nilai Ep > 1 terjadi saat nilai PM > PR, sampai tercapai titik dimana PR=PM. Disini petani mampu memperoleh sejumlah produksi yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input ditambahkan.

2. Nilai Ep = 1 terjadi bila PR mencapai maksimum atau bila PR = PM.

3. Nilai Ep < 1 terjadi pada daerah II atau daerah yang melampaui titik PR=PM. 4. Nilai Ep = 0 terjadi saat nilai PM mencapai titik nol.

5. Nilai Ep < 0 terjadi saat nilai PM negatif. Pada kondisi ini produksi mengalami penurunan, sehingga setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap akan merugikan petani yang bersangkutan.

Selain menjelaskan hubungan antara PM, PR, dan PT, kurva tersebut juga dapat menjelaskan daerah yang tidak rasional berdasarkan elastisitas produksi (Debertin, 1986), yaitu:

1. Daerah produksi I dengan Ep > 1. Merupakan produksi yang tidak rasional (irasional) karena pada daerah ini penambahan input sebesar satu persen akan menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari satu persen. Pada daerah produksi ini belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikkan. Daerah produksi I mencakup wilayah tingkat penggunaan input dari titik nol sampai ke tingkat penggunaan dimana PR = PM.

(35)

20 disebut daerah produksi yang rasional. Daerah produksi II mencakup wilayah dari titik PR = PM (Ep = 0) ke titik dimana PT mencapai maksimum dan nilai PM sama dengan nol.

3. Daerah produksi III dengan Ep < 0. Pada daerah ini, penambahan pemakaian input akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang tidak rasional (irasional). Daerah produksi III mencakup wilayah saat PT menurun dan nilai PM negatif.

Fungsi yang digunakan untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah fungsi Cobb-Douglas. Penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah dalam keadaan hokum kenaikan yang berkurang atau law of diminishing returns untuk setiap input i (Gambar 5), sehingga informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk menilai Returns to Scale (RTS) agar setiap penambahan input produksi dapat menghasilkan tambahan proporsi yang lebih besar. Terdapat tiga kondisi RTS (Soekartawi, 2002), yaitu:

1. Decreasing returns to scale, bila jumlah koefisien regresi dari semua variabel (nilai elastisitas) kurang dari satu ((b1 + b2) < 1). Hal ini berarti proporsi penambahan input produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Dalam keadaan demikian, penambahan input produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

3. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi penambahan input produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

3.1.2. Risiko dalam Produksi

(36)

21 dihadapai harus diminimalisir, maka dibutuhkan analisis atau penilaian risiko yang nantinya akan berpengaruh pada proses pengambilan keputusan.

Ada beberapa pengertian mengenai risiko. Risiko menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Hal ini sejalan dengan pendapat Kountur (2004) yang menyatakan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut hal apa yang akan terjadi. Terdapat beberapa jenis risiko yang dihadapi petani, salah satunya adalah risiko produksi. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi diantaranya adalah gagal panen, rendahnya produktivitas, serangan hama dan penyakit, perbedaan iklim, kesalahan sumberdaya manusia, dan lain-lain (Harwood et al. 1999).

Beberapa konsep lainnya yang penting untuk mengukur risiko yaitu

(37)

22 Gambar 3. Hubungan Risiko dan Return

Sumber : Barron’s (1993)

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa semakin besar pendapatan maka semakin besar tanggung jawab risiko yang dihadapi. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil pendapatan, maka semakin kecil risiko yang dihadapi.

Setiap pelaku usaha melakukan pengambilan keputusan dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk menghasilkan output yang diharapkan Namun demikian seringkali keputusan tersebut dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Risiko cenderung menurunkan hasil baik produksi maupun pendapatan perusahaan (Ellis, 1988). Implikasi risiko terhadap variasi pendapatan dapat dilihat pada Gambar 4.

(38)

23 Gambar 4 menunjukkan bahwa variasi pendapatan dipengaruhi oleh keputusan pengalokasian salah satu sumberdaya yang digunakan untuk produksi. Dalam contoh ini bentuk kurva mencerminkan dampak dari kondisi yang baik dan buruk terhadap respon output untuk berbagai tingkat penggunaan input. Total Value Product (TVP) menggambarkan penerimaan yang didapat dari hasil produksi. Kondisi TVP yang diperlihatkan berbeda-beda, terdiri dari tiga kondisi yaitu TVP pada penggunaan sejumlah input saat kondisi baik (TVP1), pada kondisi yang diharapkan (normal) (E(TVP)), dan pada saat kondisi buruk (TVP2). Penambahan kurva Total Cost (TC) bertujuan untuk memperlihatkan biaya pembelian input yang meningkat. Terdapat tiga alternatif penggunaan input yang ditunjukkan oleh X1, X2, XE.

1. Input yang digunakan sebanyak X1. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi dimana pada saat ini terjadi kondisi yang baik, maka keuntungan terbesar sebesar ab akan diperoleh. Di sisi lain, jika TVP2 terjadi maka kerugian sebesar bj akan dialami perusahaan.

2. Input yang digunakan sebanyak X2. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi, maka keuntungan sebesar ce akan diperoleh, dan jika TVP2 terjadi maka perusahaan tidak akan mengalami kerugian dan tetap mendapatkan sedikit keuntungan sebesar de. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut perusahaan masih mampu membayar biaya pembelian input tersebut (TVP>TC).

3. Input yang digunakan sebanyak XE. Nilai E(TVP) yang diperoleh merupakan hasil rata-rata pendapatan pada kondisi baik dan buruk. Grafik menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi, maka keuntungan sebesar fh akan diperoleh, tetapi bukan merupakan kemungkinan keuntungan terbesar. Di sisi lain, jika TVP2 terjadi maka kerugian sebesar hi akan dialami perusahaan, dan bukan merupakan kemungkinan kerugian terkecil.

3.2. Kerangka Operasional

(39)

24 mengusahakan paprika hidroponik, PT. KSDW menghadapi kendala, salah satunya risiko produksi. Sumber utama yang menjadi faktor penyebab terjadinya risiko produksi dalam budidaya paprika hidroponik antara lain hama dan penyakit serta cuaca dan iklim yang tidak dapat diprediksi. Selain itu, tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja pada usaha ini masih belum memadai karena perlakuan budidaya yang rumit. Indikasi adanya risiko produksi dapat dilihat dari fluktuasi produktivitas dari hasil usaha paprika.

Masing masing kendala memiliki dampak tersendiri pada hasil produksi yang diperoleh. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami antara lain adalah jumlah produksi yang rendah dan kualitas hasil panen yang menurun. Kerugian tersebut berdampak pada perkembangan usaha dan pendapatan yang diterima petani. Hasil produksi dari kegiatan budidaya paprika hidroponik dipengaruhi faktor-faktor produksi atau input produksi yang digunakan. Berdasarkan referensi penelitian sebelumnya dan informasi di lapangan, input produksi yang diduga mempengaruhi hasil produksi di PT. KSDW adalah luas bangunan greenhouse, benih, nutrisi, pestisida, media tanam, tenaga kerja, pupuk daun, dan jumlah hama

thrips.

(40)

25 Gambar 5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional

Kegiatan PT. KSDW

Penerapan teknologi hidroponik pada budidaya paprika

Produksi Paprika Faktor-faktor

Produksi : - Luas bangunan

greenhouse

- Benih - Nutrisi - Pestisida - Media tanam - Tenaga kerja - Pupuk daun

Risiko Produksi

(41)

26

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (PT. KSDW) yang beralamat di Jalan Abdul Gani Atas, Kelurahan Ngaglik, Batu, Malang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT. KSDW merupakan perusahaan yang menjadi pioneer

dalam membudidayakan paprika hidroponik di Kota Batu. Selain itu, dalam pengembangan usahanya ini belum pernah dilakukan analisis risiko produksi dan analisis faktor-faktor produksi terhadap budidaya paprika hidroponik. Pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2010. 4.2. Data dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan para pegawai PT. KSDW, staf pemerintah daerah, dan petani paprika di wilayah Kota Batu. Wawancara dengan pegawai PT. KSDW dilakukan untuk mengetahui kondisi usaha pembudidayaan paprika hidroponik di perusahaan tersebut. Wawancara dengan staf pemerintah daerah dilakukan untuk mengetahui bentuk dukungan pemerintah daerah terhadap usaha pembudidayaan paprika hidroponik di Kota Batu. Wawancara dengan petani paprika Kota Batu dilakukan untuk mengetahui luas lahan, jumlah produksi, permintaan, dan penawaran paprika di wilayah Batu. Data sekunder yang digunakan berasal dari data statistik perusahaan yaitu data produksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi selama 18 kali tanam paprika hidroponik. Selain itu, data sekunder diperoleh melalui studi literatur berbagai buku, skripsi, internet dan instansi-instansi terkait seperti Perpustakaan IPB, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Pemerintah Daerah Kota Batu, dan instansi lain yang terkait dengan penelitian.

4.3. Metode Pengumpulan Data

(42)

27 lain yang terkai dengan penelitian serta pengumpulan data primer di PT. KSDW. Pengumpulan data primer diperoleh dari pegawai PT. KSDW yang bergerak di Divisi Agrowisata, Departemen Budidaya Tanaman Semusim.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara wawancara langsung, wawancara mendalam, dan observasi. Teknik pengumpulan data tersebut digunakan untuk mengumpulkan data primer. Sedangkan untuk data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur dan

browsing internet.

4.4. Metode Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan bantuan program

Microsoft Excel dan Minitab 14. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan, proses produksi, dan pengelolaan risiko yang diterapkan perusahaan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis usahatani, analisis risiko produksi, dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi paprika hidroponik.

4.4.1. Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Spesialisasi

Penentuan peluang berdasarkan suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah terjadi sebelumnya. Peluang dari masing-masing kegiatan budidaya akan diperoleh pada setiap kondisi. Pengukuran peluang (P) pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis dapat dituliskan:

Keterangan : f = Frekuensi kejadian T = Total kejadian

(43)

28 Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan expected return. Expected return adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi dari peluang masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut :

Pi menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian di masing-masing kondisi. Namun, pada kondisi dimana nilai fluktuasi produktivitas berbeda-beda dari tiap kejadian, nilai peluang yang dihasilkan sama, yaitu satu dibagi dengan total periode waktu proses produksi, sehingga nilai expected return-nya merupakan nilai rata-rata dari total nilai produktivitas atau pendapatan tersebut, dituliskan sebagai berikut:

Dimana : E (Ri) = Expected return

Ri = Return (Produktivitas)

n = Jumlah kejadian (1,β,γ,………, 18)

Pengukuran sejauh mana risiko yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan usaha terhadap hasil atau pendapatan yang diperoleh perusahaan digunakan pendekatan sebagai berikut:

1) Variance

(44)

29 Dimana : = Variance dari return

Pij = Peluang dari suatu kejadian

Rij = Return (Produktivitas dan Pendapatan) E(Ri) = Expected return

Nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilainya maka semakin kecil penyimpangan yang terjadi sehingga semakin kecil pula risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

2) Standard deviation

Standard deviation dapat diukur dengan mengakarkan nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi produktivitas dan pendapatan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation

adalah sebagai berikut :

Dimana : = Variance

= Standard deviation

3) Coefficient variation

Coefficient variation dapat diukur dari rasio antara standard deviation

dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah :

Dimana : CV = Coefficient variation

= Standard deviation

E(Ri) = Expected return

4.4.2. Analisis Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas

(45)

30 Secara matematik, dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas/ independent variable dan variabel tidak bebas/ dependent variable) (Soekartawi, 2002)

Y = a a …. …. eπ

Penaksiran parameter dilakukan dengan mentransformasikannya ke dalam bentuk double logaritme natural (Ln) sehingga merupakan bentuk linier berganda (multiple linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat terkecil (ordinary least square).

Ln Y = Ln ao + a1Ln X1 + a2Ln X2+ ….. + aiLn Xi + anLn Xn + e Dimana:

Y = Produksi komoditas pertanian a0 = intersep/ konstanta

a1, a2,…, an = Koefisien arah regresi masing-masing variabel X1, X2, …, Xn = Faktor-faktor produksi

e = error term

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, oleh karena itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum peneliti menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan itu antara lain (Soekartawi 2002):

1. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

2. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies). Artinya jika fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan dan diperlukan analisis lebih dari satu model (dua model) maka perbedaan model tersebut terletak pada intersep dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

3. Tiap variabel X adalah perfect competition.

(46)

31 Fungsi produksi Cobb-Douglas untuk produksi paprika hidroponik dapat dituliskan sebagai berikut:

Ln Y = Ln ao + a1Ln X1 + a2Ln X2 + a3Ln X3 + a4Ln X4 + a5Ln X5 + a6Ln X6 + a7Ln X7 + a8Ln X8 + e

Dimana:

Y = Jumlah produksi paprika hidroponik per musim tanam (kg) X1 = Luas bangunan greenhouse (m2)

X2 = Jumlah benih per musim tanam (biji) X3 = Jumlah nutrisi per musim tanam (liter) X4 = Jumlah pestisida per musim tanam (liter) X5 = Jumlah media tanam per musim tanam (kg) X6 = Jumlah tenaga kerja per musim tanam (HKP) X7 = Jumlah pupuk daun per musim tanam (kg) diduga berpengaruh positif terhadap produksi paprika hidroponik. Artinya setiap penambahan satu satuan dalam variabel-variabel tersebut akan menambah jumlah tertentu (satuan) variabel produksi paprika hidroponik. Sedangkan untuk jumlah hama thrips (a8<0) diduga berpengaruh negatif terhadap produksi paprika hidroponik. Artinya setiap penambahan satu satuan dalam variabel tersebut akan mengurangi jumlah produksi paprika hidroponik karena paprika yang dihasilkan jumlah dan kualitasnya menurun akibat tanaman terserang hama.

Pendugaan parameter dari fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square, OLS). Menurut Gujarati (1999), metode ini dipakai jika memenuhi asumsi:

(47)

32 2. Homoskedatisitas, bahwa var (ui) = E( ) = σ2

3. Tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas

4. Unsur sisa (ui) dan variabel xi bebas, yaitu cov (ui, uj) = 0

Multikolinieritas atau kolinier ganda dapat terjadi bila dua atau lebih peubah dalam model saling berkaitan dan biasanya ditangani dengan menyederhanakan model (Sembiring, 1995). Menurut Hasan dan Iqbal (2008), indikasi adanya multikolinier dapat dilihat saat model memiliki nilai R2 yang tinggi sedangkan nilai t-hitung sangat rendah yang berarti sebagian atau seluruh koefisien regresi tidak signifikan. Selain itu, menurut Kleinbaum (1986) tingkat multikolinieritas yang tinggi ditunjukkan oleh nilai Variance Inflation Factor

(VIF) yang lebih besar dari 10. Cara terbaik untuk menangani masalah multikolinier adalah dengan mencari data tambahan sedemikian rupa sehingga kolinieritas hilang. Cara lain adalah dengan menggabungkan peubah bebas yang mengakibatkan terjadinya multikolinieritas atau membuang salah satunya. Apabila hal kedua hal tersebut sukar dilakukan, maka cara lain yang tersedia yaitu dengan menggunakan komponen utama.

4.4.4. Analisis Regresi Komponen Utama

Analisis regresi komponen utama merupakan kombinasi antara analisis regresi dengan analisis komponen utama. Pada prinsipnya analisis komponen utama bertujuan mereduksi dimensi peubah asal yang telah ditransformasikan ke peubah baru dan menginterpretasikannya. Parameter asal yang saling berkorelasi ditransformasikan menjadi parameter baru yang saling bebas satu sama lain, yaitu komponen utama sehingga masalah multikolineritas tidak akan mempengaruhi model regresi. Variabel bebas pada regresi komponen utama merupakan kombinasi linier dari variabel asal Z (variabel Z adalah hasil pembakuan dari variabel X), yang disebut sebagai komponen utama (W). Komponen utama ke-j dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :

Wj = v1jZ1 + v2jZ2 + …. + vpjZp

(48)

33 Komponen-komponen W yang lain menjelaskan proporsi keragaman yang semakin lama semakin kecil sampai semua datanya terjelaskan.

Tidak semua W dapat digunakan. Komponen utama yang dapat digunakan adalah komponen utama yang nilai akar cirinya lebih dari satu, karena jika akar cirinya lebih kecil dari satu, keragaman data yang dapat diterangkan oleh komponen tersebut juga kecil (Morrison 1978). Analisis komponen utama bertujuan untuk menyederhanakan peubah-peubah bebas yang diamati dengan cara mereduksi atau membakukan dimensinya. Pembakuan yang dimaksud adalah dengan mengurangkan setiap peubah bebas asal Xj dengan rata-rata dan dibagi simpangan baku, dinotasikan sebagai berikut :

Dimana :

Zij = Unsur matriks Z baris ke-i dan kolom ke-j Xij = Unsur matriks X baris ke-i dan kolom ke-j

j = Rataan parameter Xj

Sj = Simpangan baku parameter Xj

Sehingga persamaan parameter regresinya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = Z + ε

Dimana :

Y = Vektor baris parameter tidak bebas berukuran nx1 Z = Matriks parameter bebas yang berukuran nxp

= Vektor baris koefisien regresi yaitu 1, 2, …., n

ε = Vektor galat yang berukuran nx1

Selanjutnya matriks baku Z ditransformasikan menjadi matriks skor komponen utama (SK) dengan SK = ZA, dimana A adalah matriks yang kolom-kolomnya merupakan vektor ciri dari matriks Z`Z. Skor komponen utama ini selanjutnya diregresikan dengan variabel terikat dengan menggunakan analisis regresi linier. Model regresi komponen utama dapat dirumuskan sebagai berikut :

Y = SK + ε

(49)

34 dengan Var (bj) = Var ( j) / Sj2. Khusus untuk menduga persamaan b0= 0 - j Xj/Sj dengan Var (b0) = Var ( 0) / S0 (Jolliffe 1986).

4.4.4. Pengujian Model Fungsi Produksi

Uji F dilakukan untuk menganalisis apakah faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani paprika hidroponik berpengaruh secara bersamaan (Walpolle, 1992)

F-hitung =

Dimana: R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel n = Sampel

Kriteria uji:

1. Jika F-hitung < F-tabel (k-1, n-k), berarti variabel bebas secara bersamaan tidak berpengaruh terhadap hasil produksi paprika hidroponik.

2. Jika F-hitung > F-tabel (k-1, n-k), berarti variabel bebas secara bersamaan berpengaruh terhadap hasil produksi paprika hidroponik.

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi paprika hidroponik secara parsial.

t-hitung =

Dimana: bi = Koefisien regresi Sbi = Standar error ke-bi Kriteria uji:

1. Jika t-hitung < t-tabel (α/β, n-k), maka faktor-faktor produksi yang digunakan secara parsial tidak berpengaruh terhadap hasil produksi paprika hidroponik. 2. Jika t-hitung > t-tabel (α/β, n-k), maka faktor-faktor produksi yang digunakan

(50)

35 4.4.5. Definisi Operasional

1. Produksi (Y) adalah jumlah panen total paprika hidroponik (warna hijau, merah, dan kuning) yang diukur dalam kilogram per musim tanam.

2. Luas bangunan greenhouse (X1) adalah luas bangunan yang digunakan untuk budidaya paprika hidroponik yang diukur dalam satuan meter persegi per musim tanam.

3. Benih (X2) adalah jumlah benih paprika yang ditanam yang diukur dalam satuan biji per musim tanam.

4. Nutrisi (X3) adalah jumlah cairan nutrisi campuran (larutan pekat dengan air) yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan paprika hidroponik yang diukur dalam satuan liter per musim tanam.

5. Pestisida (X4) adalah jumlah racun pencegah hama dan penyakit tanaman paprika yang diukur dalam satuan liter per musim tanam.

6. Media tanam (X5) adalah jumlah media tanam campuran (arang sekam dan kompos) yang digunakan dalam budidaya paprika hidroponik yang diukur per satuan kilogram per musim tanam.

7. Tenaga kerja (X6) adalah jumlah orang yang digunakan dalam proses budidaya paprika hidroponik yang diukur dalam hari kerja pria (HKP) per musim tanam.

8. Pupuk daun (X7) adalah jumlah pupuk daun yang digunakan yang diukur dalam satuan kilogram per musim tanam.

Gambar

Gambar 1.  Produktivitas Rata-Rata Paprika Hidroponik per 1000 m2 dari Masing-Masing Greenhouse di PT
Gambar 2.  Tahapan Suatu Proses Produksi
Gambar 3.  Hubungan Risiko dan Return
Gambar 5. Alur Kerangka Pemikiran Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas (independent ) yakni dana bergulir PNPM Mandiri - KP, modal awal dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dan signifikan pengaruh luas lahan, biaya produksi dan jumlah pupuk terhadap hasil produksi padi pada petani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dan signifikan pengaruh luas lahan, biaya produksi dan jumlah pupuk terhadap hasil produksi padi pada petani

Analisis Regresi Sederhana : digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat atau dengan kata lain untuk mengetahui seberapa jauh perubahan

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu: kualitas layanan (X) terhadap keputusan konsumen (Y) serta

Penelitian eksplanasi (explantory research) mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas produk (X 1 ) dan variabel bebas promosi (X 2 ) secara

Analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lebih dari satu variabael bebas terhadap satu variabel terikat (Ghozali, 2005), Di dalam

3.10 Metode Analisis Data Kegunaan metode analisis data pada penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas Promosi Kreatif dan Visual Merchandising