• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Karyawan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi 2 (Dua) Pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi Karyawan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi 2 (Dua) Pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI 2 (DUA) PADA

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG

OLEH

SUKMA SUFRYANTO H. 110521094

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN EKSTENSI DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI 2 (DUA)

PADA

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei eksplanasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 258 orang karyawan yang mencakup seluruh karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung dan sampel berjumlah 73 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu dengan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien determinanasi (Adjusted R Square) sebesar 0,337 yang berarti bahwa 33,7% variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel motivasi karyawan dan variabel budaya organisasi sedangkan sisanya sebesar 66,3% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. Dengan α = 5% maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi kerja dan budaya organisasi secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium. Hasil Uji-t menunjukkan bahwa secara parsial variabel motivasi kerja dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. Variabel yang dominan mempengaruhi kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium adalah variabel motivasi kerja.

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF MOTIVATION AND ORGANIZATION CULTURE TO THE EMPLOYEE PERFORMANCE OF PRODUCTION SECTION

2 (TWO) OF PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG

The purpose of this research was to identify and analyze the influence of motivation and organization culture to the employee performance of production section 2 (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung.

The Type of this research is quantitative with survey explanation method. The population in this research were all employee of production section 2 (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung as much as 258 employees and sample are 73 employees. The data used are primary and secondary data. The Primary data was collected using a questionnaire. Methods of analysis used in this research is descriptive and quantitative with multiple linear regression analysis.

The results of this research was indicate that the coefficient of

determination (Adjusted R Square) is 0,337 it’s means that 33,7 % variable of

performance explainable of motivation and organization culture while as much as 66,3% explainable by another variable in which not researched by researcher in

this research. With α = 5% we can conclude that motivation and organization

culture simultaneously have a positive and significant impact for employee

performance of production section 2 (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. The result of the t-test showed that partially variable motivation and organization culture have a positive and significant impact for employee performance of production section two (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. Motivation is the most dominant variabel influencing the employee performance of production section 2 (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung.

(4)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

kasih karunia yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Motivasi Karyawan dan Budaya Organisasi

terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi 2 (Dua) pada PT Indonesia

Asahan Aluminium Kuala Tanjung.”

Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2013/2014. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta terutama Ayahanda L.Hutagalung dan Ibunda R.Napitupulu atas doa dan dukungan moral serta materil. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan

terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec. Acc, Ak, CA, selaku Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., dan Dra. Marhayanie M.Si., selaku Ketua

dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, SE.,

(5)

4. Ibu Magdalena Linda Leonita Sibarani SE., M.Si., selaku Dosen Pembimbing

yang telah bersedia memberi pengarahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menulis skripsi ini.

5. Ibu Dra. Komariah Pandia M.Si., selaku Dosen Pembanding I, terima kasih

atas saran dan kritikannya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Pimpinan PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung, yang

telah bersedia memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Buat Saudara-saudara Santy Nova Theresia Hutagalung S.H., Surya Adi

Wijoyo Hutagalung S.E., terima kasih atas perhatian dan dukungannya.

9. Buat yang tersayang Syahfithri Ratih Susanti S.E., serta teman-teman

stambuk 2011 manajemen ekstensi atas perhatian dan dukungannya selama penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Medan, Juni 2014 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Karyawan ... 8

2.1.1 Pengertian Kinerja ... 8

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 9

2.1.3 Manfaat Penilaian Kinerja ... 9

2.1.4 Kriteria Penilaian Kinerja ... 10

2.2 Motivasi ... 11

2.2.1 Pengertian Motivasi ... 11

2.2.2 Tujuan Motivasi ... 12

2.2.3 Metode dan Jenis Motivasi ... 13

2.2.4 Teori Motivasi ... 14

2.3 Budaya Organisasi ... 19

2.3.1 Pengertian Budaya Organisasi ... 19

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Budaya Organisasi ... 19

(7)

3.6 Identifikasi Dan Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 29

3.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 31

3.7.1 Uji Validitas ... 31

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 33

3.9 Teknis Analisis Data ... 34

3.9.1 Analisis Deskriptif ... 34

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 35

3.9.3 Analisis Regresi Berganda ... 36

3.10. Pengujian Hipotesis ... 37

3.10.1Uji Simultan (Uji F) ... 38

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 30

3.2 Uji Validitas ... 32

3.3 Uji Reliabilitas ... 34

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 48

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 49

4.5 Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel X1 ... 50

4.6 Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel X2 ... 55

4.7 Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Y ... 61

4.8 Hasil Uji Multikolonearitas ... 69

4.9 Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linear Berganda ... 70

4.10 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 71

4.11 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 72

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 85

2 Tabulasi Validitas... 90

3 Hasil Uji Validitas ... 93

4 Tabulasi Jawaban Responden ... 95

5 Analisis Deskriptif ... 101

6 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 112

(11)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI 2 (DUA)

PADA

PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei eksplanasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 258 orang karyawan yang mencakup seluruh karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung dan sampel berjumlah 73 orang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yaitu dengan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien determinanasi (Adjusted R Square) sebesar 0,337 yang berarti bahwa 33,7% variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel motivasi karyawan dan variabel budaya organisasi sedangkan sisanya sebesar 66,3% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini. Dengan α = 5% maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi kerja dan budaya organisasi secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium. Hasil Uji-t menunjukkan bahwa secara parsial variabel motivasi kerja dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. Variabel yang dominan mempengaruhi kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium adalah variabel motivasi kerja.

(12)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF MOTIVATION AND ORGANIZATION CULTURE TO THE EMPLOYEE PERFORMANCE OF PRODUCTION SECTION

2 (TWO) OF PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM KUALA TANJUNG

The purpose of this research was to identify and analyze the influence of motivation and organization culture to the employee performance of production section 2 (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung.

The Type of this research is quantitative with survey explanation method. The population in this research were all employee of production section 2 (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung as much as 258 employees and sample are 73 employees. The data used are primary and secondary data. The Primary data was collected using a questionnaire. Methods of analysis used in this research is descriptive and quantitative with multiple linear regression analysis.

The results of this research was indicate that the coefficient of

determination (Adjusted R Square) is 0,337 it’s means that 33,7 % variable of

performance explainable of motivation and organization culture while as much as 66,3% explainable by another variable in which not researched by researcher in

this research. With α = 5% we can conclude that motivation and organization

culture simultaneously have a positive and significant impact for employee

performance of production section 2 (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. The result of the t-test showed that partially variable motivation and organization culture have a positive and significant impact for employee performance of production section two (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. Motivation is the most dominant variabel influencing the employee performance of production section 2 (two) of PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini

adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah sumber daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif dan

efisien akan bermanfaat untuk menunjang laju pembangunan nasional yang berkelanjutan. Agar dalam masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal diperlukan pendidikan yang berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas sosial, dan

lapangan pekerjaan yang memadai. Tantangan utama yang sesungguhnya adalah bagaimana dapat menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan

kinerja optimal untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.

Keberhasilan suatu perusahaan dipengaruhi oleh kinerja karyawan (job

performance) atau hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Karyawan merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena memiliki bakat, tenaga, dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh organisasi

untuk mencapai tujuannya.

Menurut Handoko (2003:193) ada banyak faktor yang mempengaruhi

(14)

Motivasi menjadi salah satu prediktor bagi kinerja karyawan. Tanpa

motivasi, seorang karyawan tidak dapat memenuhi tugasnya sesuai standar atau bahkan melampaui standar karena apa yang menjadi motif dan motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Sekalipun seorang karyawan memiliki kemampuan

operasional yang baik, bila tidak memiliki motivasi dalam bekerja, hasil akhir dari pekerjaannya yang tidak memuaskan. Menurut Kusni (2002:321) motivasi adalah

faktor-faktor yang mengarahkan perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Motivasi merupakan suatu dorongan dari kebutuhan dan keinginan

individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang

dibutuhkan dan diinginkan.  

Selain motivasi, budaya organisasi juga berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Menurut Beach (2003 : 76) Kebudayaan merupakan inti dari apa yang penting dalam organisasi. Seperti aktivitas memberi perintah dan larangan serta

menggambarkan sesuatu yang dilakukan dan tidak dilakukan yang mengatur perilaku anggota. Semakin kuat budaya organisasi di suatu perusahaan, maka semakin besar dorongan para karyawan untuk maju bersama dengan perusahaan.

PT. Indonesia Asahan Aluminium atau yang lebih dikenal dengan PT. Inalum merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peleburan Aluminium

yang berada di Asahan – Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Dimana hasil produksi Aluminiumnya memenuhi permintaan pasar dalam negeri atau luar negeri. Terdapat 3 bagian produksi aluminium pada perusahaan ini yaitu Produksi

(15)

merupakan bagian terpenting dalam menghasilkan produksi di perusahaan ini.

Produksi 1 (satu) merupakan bagian yang menghasilan ingot aluminium batangan, target produksi pada bagian produksi 1 (satu), mencapai target yang ditentukan oleh perusahaan setiap bulannya. Demikian pula pada bagian Produksi 3 (tiga),

bagian ini merupakan maintenance department, yaitu perawatan dan peralatan

industri, target yang ditentukan oleh perusahaan pada bagian produksi 3 (tiga) ini

juga tercapai sesuai dengan target perusahaan. Namun, pada bagian produksi 2

(dua) yang merupakan bagian penghasil carbon (bahan baku penunjang peleburan

aluminium), tidak mencapai target dari perusahaan. Oleh karena itu, objek

penelitian ini adalah karyawan bagian produksi 2 (dua).

Mengingat perlunya motivasi dalam peningkatan kinerja perusahaan,

manajer HRD (Human Resources Department) memberikan motivasi kerja bagi para karyawan dengan menciptakan faktor-faktor pendorong bagi karyawan dalam bekerja. Faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan menjalin komunikasi yang

baik, memberikan kompensasi yang pantas, memberikan promosi sesuai dengan ketentuan perusahaan, dan menghargai pekerjaan karyawan agar karyawan mendapat kepuasan kerja. Semua hal ini dilakukan semata-mata untuk terciptanya

suasana kerja yang produktif, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja dari para karyawan.

PT Indonesia Asahan Aluminum, Kuala Tanjung juga memiliki nilai-nilai dasar perusahaan, yaitu:

(16)

1. Tanggap:

Kami menanggapi dengan segera terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas kami.

2. Integritas:

Kami memperlakukan diri kami untuk bertanggung jawab dalam menjalankan seluruh urusan bisnis kami dengan integritas.

3. Tanggung jawab:

Kami berusaha untuk bertanggung jawab secara terbuka dan bersedia untuk menyelaraskan kekuatan pengambilan keputusan dengan tanggung

jawab dan semua tingkat perusahaan.

4. Kerjasama:

Kerjasama yang efektif merupakan kunci keberhasilan perusahaan.

5. Kepercayaan dan Keterbukaan:

Inti dari semua etika bisnis, harus ada kepercayaan. Kami harus terbuka

dalam komunikasi dengan pihak-pihak lain, memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu. Komitmen kami terhadap kepedulian lingkungan, tanggung jawab sosial, kesehatan dan keselamatan tidak dapat ditawar.

Kelima nilai-nilai perusahaan ini menjadi aspek penting bagi PT Indonesia Asahan Aluminum, Kuala Tanjung dalam mewujudkan eksistensinya sebagai

perusahaan industri aluminium terbesar di Indonesia yang unggul dalam penyediaan aluminium batangan.

Bagaimanapun, perusahaan masih bergantung pada pendekatan

(17)

dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia dalam meningkatkan

kinerja karyawan. Setiap perusahaan tidak lepas dari adanya penurunan, salah satunya yaitu penurunan jumlah produksi. Berikut ini adalah rincian jumlah produksi pada bagian produksi 2 (dua) yang dikumpulkan selama 4 tahun terakhir:

Tabel 1.1

Tingkat dan Realisasi Produksi PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Kuala Tanjung Tahun 2010– 2013

Tahun Produksi Penyimpangan

Target Realisasi Selisih Persentasi (%)

Batas Toleransi

(%)

Ton Ton

2010 300 259 41 0,13 0.20

2011 300 254 46 0,15 0.20

2012 300 248 52 0,17 0.20

2013 300 256 44 0,14 0.20

Sumber: PT Inalum Kuala Tanjung

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa pada tahun 2010 sampai pada tahun 2013,

realisasi produksi tidak pernah memenuhi target dan mengalami penurunan, walaupun masih dalam batas toleransi dari perusahaan.

Penurunan tingkat produksi terjadi mungkin disebabkan karena terlalu tingginya target yang ditetapkan oleh perusahaan, walaupun budaya organisasi yang dimiliki perusahaan berhubungan dengan kinerja karyawan, mungkin tidak

sebanding dengan pemberian motivasi dari atasan terhadap karyawan baik motivasi bersifat intrinsik seperti adanya pengakuan dan penghargaan maupun

(18)

Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan”, dengan objek penelitian karyawan

bagian produksi 2 (dua) pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung – Sumatera Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan bagian produksi 2

(dua), pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung – Sumatera Utara?

2. Apakah ada pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan bagian

produksi 2 (dua), pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung –

Sumatera Utara? 1.3 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan bagian produksi 2 (dua) pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung – Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat diperoleh manfaat

(19)

1. Bagi PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung – Sumatera Utara,

hasil penelitian ini dapat membantu manajemen sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan untuk lebih meningkatkan kinerja karyawan.

2. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu kesempatan untuk

menerapkan teori yang diperoleh dengan keadaan di lapangan.

3. Bagi peneliti lain, penulis berharap semoga penelitian ini dapat menjadi

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Secara garis besar, kinerja dapat dipahami sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, guna mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.

Waldman (2004 : 49) mendefinisikan kinerja sebagai gabungan perilaku dengan prestasi dari apa yang diharapkan dan pilihannya atau bagian syarat-syarat

tugas yang ada pada masing-masing individu dalam organisasi. Whitmore (2002 : 71) mengemukakan bahwa ”kinerja” dengan asal kata ”kerja” berarti aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi dalam menjalankan tugas yang

menjadi pekerjaannya. Kinerja merupakan suatu perbuatan, suatu prestasi, atau penampilan umum dari keterampilan.

Mangkunegara (2000 : 34), mengatakan bahwa istilah kinerja berasal dari

kata job performance atau actual performance, yaitu unjuk kerja atau prestasi

yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai

(21)

2.1.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Steers (dalam Sutrisno 2009 : 151). Umumnya orang percaya bahwa kinerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor, yaitu:

1. Kemampuan, perangai, dan minat seorang pekerja.

2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja.

3. Tingkat motivasi kerja.

Fathoni (2006 : 132) menyatakan bahwa kekuatan motivasi yang ada dalam diri manusia bisa ditimbulkan oleh dorongan yang ada dari dalam dirinya dan lingkungan. Sedangkan aspek lainnya adalah faktor pemeliharaan budaya dan

nilai – nilai yang terkandung dalam organisasi yang dapat mendorong prestasi kerja yang tinggi.

2.1.3 Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja perlu dilakukan seobyektif mungkin karena akan memotivasi karyawan dalam melakukan kegiatannya. Di samping itu, penilaian

kinerja dapat memberikan informasi untuk kepentingan pemberian gaji, promosi dan pengawasan terhadap perilaku karyawan.

Suprihanto (2008 : 34) menyatakan bahwa penilaian kinerja (performance

appraisals) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui sejauh mana karyawan telah melaksanakan pekerjaannya

masing-masing secara keseluruhan. Penilaian kinerja mempunyai 7 manfaat, yaitu:

1. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan karyawan secara rutin.

2. Sebagai dasar perencanaan bidang personalia, khususnya pada

(22)

3. Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan karyawan seoptimal

mungkin sehingga dapat diarahkan jenjang atau perencanaan kariernya, kenaikan pangkat, dan kenaikan jabatan.

4. Mendorong terciptanya hubungan timbal balik yang sehat antara atasan

dan bawahan.

5. Mengakui kondisi perusahaan secara keseluruhan di bidang personalia,

khususnya kinerja karyawan pada pekerjaannya.

6. Secara pribadi, bagi individu karyawan, dapat mengidentifikasikekuatan

dan kelemahan masing-masing sehingga dapat memacu perkembangan.

Bagi atasan sebagai penilai, akan lebih memperhatikan dan mengenal karyawan agar dapat membantu serta memotivasi karyawan dalam bekerja.

7. Hasil penelitian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi proses

penilaian dan pengembangan secara keseluruhan.

2.1.4 Kriteria Penilaian Kinerja

Terdapat beberapa faktor yang menjadi indikator maupun kriteria penilaian kinerja karyawan. Faktor – faktor tersebut adalah :

1. Kualitas Kerja.

Indikator ini terdiri dari ketepatan, ketelitian, kerapian dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan, pemeliharaan alat-alat kerja, dan

kecakapan dalam melaksanakan tugas.

2. Kuantitas Kerja.

Indikator ini meliputi output, bukan hanya output rutin, tetapi juga

(23)

3. Keandalan

Merupakan pengukuran dari segi kemampuan atau keandalan karyawan dalam melaksanakan tugas, meliputi instruktur, inisiatif, kehati-hatian, seperti dalam hal keandalan pelaksanaan prosedur, peraturan kerja,

disiplin, dan lain-lain.

4. Sikap

Merupakan sikap karyawan terhadap perusahaan, terhadap rekan sekerja, pekerjaan, serta kerjasama dengan karyawan lain. (Heijrachman dan Husnan, 2003 : 43).

Menurut Dessler (2007 : 32), kriteria penilaian kinerja karyawan antara lain:

1) Kualitas

2) Produktivitas (Kualitas dan Efisiensi)

3) Pekerjaan dengan menggunakan ilmu pengetahuan yang terukur.

Berbagai macam jenis pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan, tentunya

membutuhkan kriteria yang jelas, karena masing-masing jenis pekerjaan mempunyai standar yang berbeda-beda tentang pencapaian hasilnya. Makin rumit

jenis pekerjaan, maka Standard Operating Procedure (SOP) yang ditetapkan akan

menjadi syarat mutlak yang harus dipatuhi.

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Untuk memahami motivasi terlebih dahulu harus memahami pengertian motif. Menurut Sperling (2007 : 35) motif adalah suatu kecenderungan untuk

(24)

diri. Luthans (2008 : 56) menegaskan bahwa motivasi adalah proses yang

membangkitkan, menyemangati, mengarahkan, dan menopang perilaku dan kinerja. Artinya, itu adalah proses merangsang orang untuk tindakan dan untuk melaksanakan suatu tugas yang diinginkan. Salah satu cara untuk merangsang

orang adalah untuk mempekerjakan efektif motivasi, yang membuat pekerja lebih puas dengan dan komitmen untuk pekerjaan mereka.

Motivasi sebagaimana didefinisikan oleh Robbins (2008 : 73) merupakan kemauan untuk menggunakan usaha tingkat tinggi untuk tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha untuk memenuhi beberapa kebutuhan

individu. Dalam definisi ini ada tiga (3) elemen penting yaitu; usaha, tujuan dan kebutuhan. Elemen usaha merupakan pengukuran intensitas. Usaha yang

diarahkan menuju dan konsisten dengan tujuan organisasi merupakan jenis usaha yang seharusnya dicari, dan motivasi merupakan proses pemenuhan kebutuhan.

2.2.2 Tujuan Motivasi

Tingkah laku bawahan dalam suatu organisasi seperti sekolah pada dasarnya berorientasi pada tugas. Maksudnya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan harus selalu diamati,

diawasi, dan diarahkan dalam kerangka pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu

(25)

Sedangkan tujuan motivasi dalam Hasibuan (2006 : 146) mengatakan

bahwa:

1) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.

2) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

3) Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.

4) Meningkatkan kedisiplinan absensi karyawan.

5) Mengefektifkan pengadaan karyawan.

6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

7) Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.

8) Meningkatkan tingkat kesejateraan karyawan.

9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.

10)Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang

dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan dimotivasi.

2.2.3 Metode dan Jenis Motivasi

a. Metode motivasi

Menurut Hasibuan (2006 : 149), ada dua metode motivasi, yaitu:

1) Motivasi Langsung (Direct Motivation)

Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmaterial) yang

(26)

kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian,

penghargaan, tunjangan hari raya, dan sebagainya

2) Motivasi Tak Langsung (Indirect Motivation)

Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya

merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja, sehingga lebih bersemangat dalam bekerja. Misalnya,

mesin-mesin yang baik, ruang kerja yang nyaman, kursi yang empuk, dan sebagainya.

b. Jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis menurut Hasibuan (2006 : 150), yaitu:

1) Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan

dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat,

karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja

2) Motivasi negative (insentif negative), manajer memotivasi bawahan

dengan memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaanya

kurang baik (prestasi rendah). Dengan memotivasi negative ini semangat kerja bawahan dalam waktu pendek akan meningkat, karena

takut dihukum.

2.2.4 Teori Motivasi

Menurut Herzberg (dalam Munandar 2006 : 131) teori motivasi adalah

(27)

1) Faktor motivasional (bersifat Intrinsik), maksudnya adalah suatu dorongan

atau motivasi untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang. Yang tergolong faktor motivasional adalah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karir,

penghargaan dan adanya pengakuan.

2) Faktor pemeliharaan atau hygiene (bersifat Ekstrinsik), maksudnya adalah

suatu dorongan atau motivasi untuk berprestasi yang bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Faktor pemeliharaan antara lain status seseorang dalam

organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan kerjanya, kebijakan organisasi dan sistem

imbalan atau gaji yang berlaku.

Dalam pemberian motivasi terhadap karyawan, sebaiknya manajer harus terlebih dahulu mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan karyawan

sehingga motivasi tersebut lebih dapat diterima oleh karyawan. Menurut Maslow (dalam Hasibuan, 2006 : 120) hierarki kebutuhan manusia, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan

fisik, bernafas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.

2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman,

bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

3. Kebutuhan untuk rasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh

(28)

4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai

oleh orang lain.

5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat

dengan mengemukakan ide-ide member penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

Gouzaly (2000 : 35) teori motivasi ERG dari Clayton Alderfer, juga merupakan kelanjutan dari teori Maslow yang dimaksud untuk memperbaiki beberapa kelemahannya. Teori ini membagi tingkat kebutuhan manusia ke dalam

3 tingkatan yaitu:

1) Keberadaan (Existence), yang tergolong dalam kebutuhan ini adalah sama

dengan tingkatan 1 dan 2 dari teori Maslow. Dalam perspektif organisasi, kebutuhan-kebutuhan yang dikategorikan kedalam kelompok ini adalah: gaji, insentif, kondisi kerja,keselamatan kerja, keamanan, jabatan.

2) Tidak ada hubungan (Relitedness), adalah meliputi kebutuhan-kebutuhan

pada tingkatan 2, 3 dan 4 dari teori Maslow, hubungan dengan atasan, hubungan dengan kolega, hubungan dengan bawahan, hubungan dengan

teman, hubungan dengan orang luar organisasi.

3) Pertumbuhan (Growth), adalah meliputi kebutuhan-kebutuhan pada tingkat

4 dan 5 dari teori Maslow, bekerja kreatif, inovatif, bekerja keras, kompeten, pengembangan pribadi.

Alderfer berpendapat bahwa pemenuhan atas ketiga kebutuhan tersebut

(29)

bersifat hierarkhi. Menurut Herzberg (dalam Munandar, 2006 : 331), ada tiga hal

yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan:

1) Hal-hal yang mendorong pegawai adalah pekerjaan yang menantang yang

mencakup, perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat

menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semuanya.

2) Hal-hal yang mengecewakan pegawai adalah terutama faktor yang bersifat

embel-embel saja pada pekerjaan, peraturan kerja, penerangan, istirahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tunjangan dan lain-lain.

3) Pegawai akan kecewa bila peluang bagi mereka untuk berprestasi terbatas

atau dibatasi, kemungkinan mereka cenderung akan mencari kesalahan - kesalahan.

Menurut Siagian (2003 : 53) ada sembilan jenis kebutuhan yang sifatnya non material yang oleh para anggota organisasi dipandang sebagai hal yang turut mempengaruhi perilakunya dan yang menjadi faktor motivasi yang perlu

dipuaskan dan oleh karenanya perlu selalu mendapat perhatian setiap pemimpin dalam organisasi yaitu:

1) Kondisi kerja yang baik, terutama yang menyangkut segi fisik

darilingkungan kerja.

2) Perasaan diikutsertakan.

3) Cara pendisiplinan yang manusiawi.

4) Pemberian penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik.

5) Kesetiaan pemimpin kepada para pegawai.

(30)

7) Pengertian yang simpatik terhadap masalah-masalah pribadi bawahan.

8) Keamanan pekerjaan.

9) Tugas pekerjaan yang sifatnya menarik.

Selain dari teori-teori tersebut diatas, teori lain adalah teori motivasi

kebutuhan yang dikemukakan oleh Clelland (dalam Hasibuan, 2001 : 76) dengan

Teori Motivasi Prestasi (Achievement Motivation Theory) yaitu:

1) Kebutuhan akan prestasi (need for achievement )

Yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupaka refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Seorang pegawai yang

mempunyai kebutuhan akan berprestasi tinggi cenderung untuk berani mengambil risiko. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk

melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi yang lebih tinggi.

2) Kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation )

Yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

3) Kebutuhan akan kekuatan (need for power)

Yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan

untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.

(31)

2.3 Budaya Organisasi

2.3.1 Pengertian Budaya Organisasi

Secara komprehensif budaya organisasi didefinisikan sebagai sebuah corak dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh sebuah

kelompok tertentu untuk belajar mengatasi masalah-masalah kelompok dari adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan baik (Schein,

2000 : 23).

Budaya menuntun orang untuk mengetahui tindakan yang benar dan salah, mengganggu atau tidak, menyenangkan orang atau tidak ketika melakukan segala

sesuatu saat ini. Budaya organsasi sering diartikan sebagai nilai-nilai, simbol-simbol yang dimengerti dan dipatuhi bersama, yang dimiliki suatu organisasi

sehingga anggota merasa satu keluarga dan menciptakan suatu kondisi anggota organisasi tersebut merasa berbeda dengan organisasi. Hal ini didukung oleh pendapat Robbins (2008 : 77) yang menyatakan bahwa budaya organisasi

merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota organisasi yang membedakan organisasi tersebut berbeda dengan organisasi lain.

Feldman (2006 : 53) menyatakan bahwa budaya terdiri atas sikap belajar,

kepercayaan dan tingkah laku yang merupakan ciri dari sebuah masyarakat, individu atau suatu populasi.

2.3.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Budaya Organisasi

(32)

1. Pelatihan dan Pendidikan, yaitu upaya yang dilakukan perusahaan untuk

meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan.

2. Tempat Kerja, yaitu upaya perusahaan untuk meciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif.

3. Disiplin Kerja, yaitu upaya yang dilakukan perusahaan untuk meciptakan

disiplin ditempat kerja.

4. Supervisor, yaitu upaya yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan

hubungan yang hangat di antara supervisor dengan karyawannya.

Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para

anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga mempermudah lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan. Secara individu

maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka akan dipengaruhi oleh keaneka ragaman sumber-sumber daya yang ada sebagai stimulus seseorang bertindak.

2.4 Penelitian Terdahulu

Prihayanto (2012) dengan judul “ Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Telekomunikasi Indonesia

Tbk, Regional IV Jawa Tengah – Daerah Istimewa Yogyakarta “. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisi pengaruh budaya

organisasi dan motivasi kerja terhadap karyawan PT. Telekomunikasi Regional IV Jawa Tengah – Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Telkom Divisi Regional IV Semarang (Jawa Tengah).

(33)

Regional IV Jawa Tengah – DIY. Penentuan sampel dilakukan dengan jenis Non Probability Sampling. Kesimpulan yang diperoleh dari hasi penelitian ini bahwa motivasi kerja paling dominan dalam mempengaruhi kinerja karyawan daripada budaya organisasi.

  Lubis (2006) meneliti “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Karyawan Pada CV Jabal Rahmat Abadi Medan”. Dalam penelitian ini metode

yang digunakan adalah metode asosiatif dan meteode kuantitatif dengan menggunakan analisis linier berganda. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan di CV Jabal Rahmat Abadi Medan sebanyak 32

orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada CV Jabal

Rahmat Abadi Medan.

Asril (2012) meneliti “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Reza Friska Pratama Medan”. Dalam penelitian ini metode

yang digunakan adalah metode deskriptif dan meteode kualitatif dengan menggunakan analisis linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi dan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan PT. Reza Friska Pratama Medan. Dari hasil pengujian regresi linear berganda menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi dan disiplin kerja

(34)

Zunaidah dan budiman (2014) dengan judul “Analisis pengaruh motivasi

dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan terhadap kinerja karyawan pada bisnis unit SPBU PT. Putra Kelana Makmur Group Batam”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh motivasi dan budaya

organisasi secara parsial dan simultan terhadap kinerja karyawan bisnis unit SPBU PT. Putra Kelana Makmur Group Batam. Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh karyawan bisnis unit SPBU PT. Putra Kelana Makmur Group Batam yang berjumlah 198 orang. Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin, dengan jumlah sampel 132 orang. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil

penelitian ini adalah motivasi dan budaya organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada bisnis unit PT. Putra Kelana Makmur

Group Batam.

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Umar (2008:215) kerangka konseptual adalah suatu kerangka

berpikir tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah terindentifikasi sebagai masalah riset.

a. Hubungan Motivasi dengan Kinerja Karyawan

Motivasi merupakan faktor-faktor pendorong dalam melakukan suatu aktivitas dan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja karyawan.

Motivasi mengarahkan karyawan pada tujuan organisasi agar mau bekerja dan berusaha sehingga keinginan para karyawan dan tujuan organanisasi dapat tercapai. Motivasi seorang dalam melakukan seuatu pekerjaan terjadi karena

(35)

kebutuhan ekonomis yaitu untuk memperoleh uang, sedangkan kebutuhan

nonekonomis dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk memperoleh penghargaan dan keinginan lebih maju. Dengan segala kebutuhan tersebut, seorang dituntut untuk lebih giat dan aktif dalam bekerja, untuk mencapai hal ini diperlukan

adanya motivasi dalam melakukan pekerjaan, karena dapat mendorong seorang bekerja dan selalu berkeinginan untuk melanjutkan usahanya. Oleh karena itu jika

pegawai yang mempunyai motivasi kerja tinggi biasanya mempunyai kinerja yang tinggi.

Menurut Mathis (2006:114) salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja

seseorang adalah motivasi, dimana motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seorang berusaha untuk mencapai tujuan atau hasil yang

diinginkan. Hal ini berarti bahwa setiap pengingkatan motivasi kerja pegawai akan memberikan pengingkatan yang sangat berarti bagi peningkatan kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya.

b. Hubungan Budaya Organisasi dengan Kinerja Karyawan

Setiap karyawan dikelilingi oleh budaya organisasi. Budaya Organisasi membentuk latar belakang yang berkaitan dengan lingkungan, kondisi kerja,

sikap, perilaku, serta persepsi karyawan pada organisasi tempat mereka bekerja.

Behavior atau perilaku merupakan bagian dari budaya yang berkaitan dengan kinerja sebab dengan berperilaku seseorang akan dapat memperoleh yang Ia kehendaki dan yang Ia harapkan.

Menurut Djokosusanto (2003:42) adanya keterkaitan hubungan antara

(36)

diagnosis budaya organisasi yang menyatakan bahwa semakin baik kualitas

faktor-faktor organisasi, maka semakin baik pula kinerja karyawannya. Dengan adanya budaya organisasi maka karyawan semakin dimudahkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan perusahaan, dan membantu karyawan untuk

mengetahui tindakan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam perusahaan, yang mana nilai tersebut dijadikan sebagai

pedoman dalam diri karyawan.

Berdasarkan teori pendukung dan perumusan masalah yang dikemukakan, Gambar 1.1 dibawah ini merupakan suatu kerangka konseptual yang berfungsi

sebagai penuntun, sekaligus mencerminkan alur berfikir yang merupakan dasar

bagi perumusan hipotesis. 

Sumber: Mangkunegara (2005:29), Sunarto (2005: 16), Malthis (2006:114)

Gambar 1.1: Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan

rumusan masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis

 

Motivasi Kerja (X1)

 

Budaya Organisasi (X2)

 

(37)

(Sugiyono, 2004 : 78). Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang

dapat dikemukakan sehubungan dengan permasalahan tersebut adalah:

1. Motivasi Karyawan berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian

produksi 2 (dua) pada PT. Inalum Kuala Tanjung – Sumatera Utara.

2. Budaya Organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey eksplanasi. Penelitian survei eksplanasi adalah penelitian survei

yang bertujuan untuk mencari pengaruh variabel motivasi (X1) dan budaya (X2)

terhadap variabel kinerja karyawan (Y).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai

dengan Juni 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 33). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian produksi 2 (dua) PT

Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 258 orang mencakup seluruh karyawan bagian produksi 2 (dua) PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung. Penulis mengambil populasi dari

bagian produksi 2 (dua) dikarenakan bagian produksi 2 (dua) tidak mencapai target perusahaan, walaupun masih dalam batas toleransi namun bagian produksi

(39)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002 : 109) Pendapat yang senada pun dikemukakan oleh Sugiyono (2008 : 56). Ia menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus

benar-benar representatif. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan jenis Probability Sampling. Sugiyono (2008: 57) menyatakan bahwa

probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Dari populasi yang ada, ukuran sampel minimum diperoleh dengan

menggunakan rumus Slovin (Umar, 2005 : 108), sebagai berikut :

N

n =

1

+ Ne

2

Keterangan:

n = Ukuran Sampel N = Ukuran populasi

(40)

Berdasarkan rumus Slovin di atas, maka ukuran sampel minimum pada masing masing cabang adalah sebagai berikut:

258 n =

1+ 258 (0.01)2

n = 72,06

= 73 Orang

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah berupa cross-sectional data, karena

peneliti mengumpulkan data hanya saat riset lapangan. Sedangkan sumber data yang digunakan bersifat primer dan sekunder. Peneliti memperoleh data primer

dengan cara menyebar kuesioner kepada karyawan perusahaan yang telah ditentukan sebagai responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengadakan studi pustaka dari referensi-referensi yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti, catatan-catatan perusahaan, serta jurnal yang membahas tentang variabel-variabel dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di sini ditujukan untuk memperoleh skor yang berfungsi sebagai arah hubungan Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, dan Kinerja

Karyawan pada PT Indonesia Asahan Aluminium, Kuala Tanjung.

Data primer diperoleh melalui wawancara dan kuesioner . Kuesioner disiapkan dalam bentuk pilihan jawaban yang sesuai dengan persepsi responden,

(41)

berikut: 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) ; 2 = Tidak Setuju (TS) ; 3 = Kurang

Setuju (KS) ; 4 = Setuju (S) ; 5 = Sangat setuju (SS).

3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai

berikut:

1. Variabel bebas (X) yaitu: - Motivasi kerja (X1)

- Budaya organisasi (X2)

(42)

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel

Penelitian Definisi Variabel Dimensi Indikator Pengukuran

Motivasi

a. Kerja sama dengan rekan

kerja

b. Kemampuan membina

hubungan dengan atasan

Likert

(43)

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

3.7.1 Uji Validitas

Pengujian validitas menunjukkan seberapa nyata pengujian mengukur apa

yang harusnya diukur (Situmorang, 2010: 68). Validitas berhubungan dengan

ketepatan alat ukur melakukan tugasnya dalam mencapai sasarannya. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar.

Validitas menunjukkan sejauh mana isi angket tersebut mencakup data yang komprehensif dan relevan dengan tujuan penelitian (Azwar, 2004:106). Uji Validitas untuk menguji data yang didapat apakah valid atau tidak dengan alat

ukur yang digunakan yaitu kuesioner. Pengujian validitas dilakukan diluar dari jumlah sampel, dalam hal ini diambil sebanyak 30 orang karyawan karyawan

bagian produksi 2 PT Inalum Kuala Tanjung dengan menggunakan program SPSS dengan menggunakan program SPSS versi 17. dengan kriteria validitas kuesioner sebagai berikut:

b. Jika rhitung > rtabel, maka pernyataan dinyatakan valid

a. Jika rhitung < rtabel, maka pernyataan dinyatakan tidak valid

Nilai rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan kepada 30 orang responden diluar dari responden penelitian.

(44)

Tabel 3.2 Uji Validitas

No. Butir Pernyataan rhitung rtabel Keterangan

(45)

Lanjutan Tabel 3.2 Uji Validitas

Q37 0,419 0,361 Valid

Q38 0,551 0,361 Valid

Q39 0,467 0,361 Valid

Q40 0,512 0,361 Valid

Q41 0,474 0,361 Valid

Q42 0,530 0,361 Valid

Q43 0,499 0,361 Valid

Q44 0,509 0,361 Valid

Q45 0,494 0,361 Valid

Q46 0,556 0,361 Valid

Sumber: Pengolahan SPSS 2014

Berdasarkan hasil Uji Validitas pada Tabel 3.2, dapat diketahui bahwa hasil

uji menunjukkan semua butir/item pernyataan dinyatakan valid. Hal ini terlihat

dari seluruh item pada kolom nilai rhitung > dari nilai rtabel.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat keandalan suatu instrumen penelitian.

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan berulang kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,

2008: 110). Uji reliabilitas akan dapat menunjukkan konsistensi dari jawaban-jawaban responden yang terdapat pada kuesioner. Uji ini dilakukan setelah uji validitas dan yang diuji merupakan pertanyaan yang sudah valid

Setelah semua butir pertanyaan dinyatakan valid, maka uji selanjutnya adalah menguji reliabilitas instrumen. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.(Situmorang dkk,

2008: 37). Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 17.00.

(46)

0,80 menurut Kuncoro dalam Ginting dan Situmorang (2008: 179). Butir

pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika ralpha > r tabel maka pernyataan reliabel

b. Jika ralpha < r tabel maka pernyataan tidak reliabel

Pada Tabel 3.3 berikut dapat dilihat hasil Uji Reliabilitas variabel

Tabel 3.3 Uji Reliabilitas

Instrument Conbrach’s Alpha r_tabel Keterangan Motivasi Karyawan

(X1)

0,885 0,80 Reliabel

Budaya Organisasi

(X2) 0,891 0,80 Reliabel

Kinerja Karyawan

(Y) 0,852 0,80 Reliabel

Sumber: Pengolahan SPSS (2014)

Berdasarkan hasil Uji Reliabilitas tersebut, diketahui nilai r_alpha

Variabel Motivasi (X1) adalah sebesar 0,885, nilai r_alpha untuk Variabel Budaya

Organisasi (X2) sebesar 0,891 dan nilai ralpha untuk Variabel Kinerja Karyawan

(Y) sebesar 0,852. Dengan demikian nilai ralpha dari seluruh variabel yang diuji

menunjukkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai rtabel (0,80) maka

dapat disimpulkan bahwa seluruh pernyataan dinyatakan reliabel.

3.9. Teknik Analisis Data

3.9.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan cara merumuskan dan menafsirkan

(47)

penyusunan, dan penganalisaan data sehingga dapat diketahui gambaran data

penelitian yang sedang diteliti. 3.9.2 Uji Asumsi Klasik

Ghozali, (2009 : 100) Menyatakan, beberapa uji penyimpangan asumsi

klasik yang perlu dilakukan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji tingkat kenormalan distribusi variabel pengganggu atau residual dalam model regresi. Adapun analisis yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah

dengan metode grafik, yaitu menggunakan grafik normal probability plot.

Grafik normal probability plot berfungsi membandingkan distribusi

kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2009 : 100). Deteksi normalitas dilihat melalui penyebaran data (plot) pada sumbu diagonal, dengan kriteria:

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

(48)

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana sebaran varian faktor atau disturbance tidak konstan sepanjang daerah observasi. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat sifat dari variance error. Model

Regresi yang baik adalah yang variansnya bersifat homoskedastis atau equal

variance. Adapun metode yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu Metode Grafik. Metode ini dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variable dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar penentuan ada atau tidaknya

heteroskedastisitas yaitu:

a. Jika ada pola tertentu (plot) yang teratur (bergelombang, melebar lalu

menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas atau plot menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

atau model bersifat homoskedastis.

3.9.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Linear Berganda dilakukan dengan menggunakan statistik untuk

data yang memerlukan pengukuran. Analisis Regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk

(49)

Y = a + b1X1 + b2X2+ e 

Keterangan:

Y = Kinerja karyawan

b1, b2 = Koefisien regresi

X1 = Motivasi

X2 = Budaya Organisasi

e = Standard error

3.10 Pengujian Hipotesis

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistik berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya,

disebut tidak signifikan bila nilai uji statistik berada dalam daerah dimana Ho diterima. Dalam uji ini ada tiga jenis kriteria ketepatan yang harus dilakukan yaitu:

3.10.1 Uji Signifikan Simultan ( Uji-F )

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat:

H0 : b1 = b2 = 0, Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh positif

dan signifikan antara motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan.

Ha : b1 ≠ b2 ≠0, Artinya secara bersama–sama terdapat pengaruh positif dan

signifikan antara motivasi dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 %

(50)

3.10.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Uji t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat:

H0 : b1 = b2 = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh motivasi dan budaya

organisasi terhadap kinerja karyawan.

Ha : b1 ≠ b2 ≠0, artinya secara parsial motivasi dan budaya organisasi berpengaruh

terhadap kinerja karyawan.

Kriteria pengambilan keputusan:

H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5 %

Ha ditolak jika Fhitung ≥ Ftabel pada α = 5 %

3.10.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Untuk mengukur porsi atau persentase sumbangan variabel bebas yaitu

motivasi (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap kinerja karyawan (Y). Jika R²

semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel

bebas (X1 dan X2) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Sebaliknya jika R2

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba di Propinsi Sumatera Utara untuk menghasilkan tenaga listrik

mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di sungai tersebut. Tekad ini semakin kuat ketika tahun 1972

pemerintah menerima dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang laporan tentang studi kelaikan Proyek PLTA dan Aluminium Asahan. Laporan

tersebut menyatakan bahwa PLTA laik untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkannya.

Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui

perundingan-perundingan yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari Pemerintah Jepang untuk proyek ini, pemerintah Republik Indonesia dan 12 Perusahaan Penanam Modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk PLTA dan Pabrik

Peleburan Aluminium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan. Kedua belas Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut adalah

Sumitomo Chemical company Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha Ltd., Nippon Light

Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co.,

Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries

(52)

Selanjutnya, untuk penyertaan modal pada perusahaan yang akan didirikan

di Jakarta kedua belas Perusahaan Penanam Modal tersebut bersama pemerintah Jepang membentuk sebuah perusahaan dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 Nopember 1975.

Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan

Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, didirikan di Jakarta. INALUM adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan Perjanjian Induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dan Nippon

Asahan Aluminium Co., Ltd pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%. Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75%

dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.

Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perjanjian Induk, Pemerintah

Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No. 5/1976 yang melandasi terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan sebagai wakil Pemerintah yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek

Asahan. INALUM dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri peleburan aluminium dengan

(53)

4.1.2 Ruang Lingkup Usaha

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

INALUM membangun dan mengoperasikan PLTA yang terdiri dari stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga yang terkenal dengan nama

Asahan 2 (dua) yang terletak di Paritohan, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara. Stasiun pembangkit ini dioperasikan dengan memanfaatkan air

Sungai Asahan yang mengalirkan air danau Toba ke Selat Malaka.

Oleh karena itu, total listrik yang dihasilkan sangat bergantung pada kondisi permukaan air Danau Toba. Pembangunan PLTA dimulai pada tanggal 9

Juni 1978. Pembangunan stasiun pembangkit listrik bawah tanah Siguragura dimulai pada tanggal 7 April 1980 dan diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto

dalam acara Peletakan Batu Pertama yang diselenggarakan dengan tata cara adat Jepang dan tradisi lokal. Pembangunan seluruh PLTA memakan waktu 5 tahun dan diresmikan oleh wakil presiden Umar Wirahadikusuma pada tangagl 7 Juni

1983.

Total kapasitas tetap 426 MW dan output puncak 513 MW. Listrik yang dihasilkan digunakan untuk pabrik peleburan di Kuala Tanjung.

2. Pabrik Peleburan Aluminium

INALUM membangun pabrik peleburan aluminium dan fasilitas

(54)

Pabrik peleburan dengan kapasitas terpasang 225.000 ton aluminium per tahun

ini dibangun menghadap selat Malaka. Pembangunan pabrik peleburan ini dimulai pada tanggal 6 Juli 1979 dan tahap I operasi dimulai pada tanggal 20 Januari 1982. Pembangunan ini diresmikan oleh Presiden RI, Soeharto yang

didampingi oleh 12 Menteri Kabinet Pembangunan II. Operasi pot pertama dilakukan pada tanggal 15 pebruari 1982 dan Maret 1982, aluminium ingot

pertama berhasil dicetak.

Pada tanggal 14 Oktober 1982, kapal Ocean Prima memuat 4.800 ton Aluminium Ingot (aluminium batangan) meninggalkan Kuala Tanjung menuju

Japan untuk mengekspor produk PT Inalum dan membuat Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor aluminium di dunia. Produksi ke satu juta ton berhasil

dicetak pada tanggal 8 Pebruari 1988, kedua juta ton pada 2 Juni 1993, ketiga juta ton pada 12 Desember 1997, ke empat juta ton pada 16 Desember 2003 dan ke lima juta ton pada 11 Januari 2008.

PT Inalum hanya memproduksi aluminium batangan (ingot). PT Inalum memiliki lebih dari 50 perusahaan pelanggan di seluruh Indonesia dan beberapa negara, salah satunya adalah negara Jepang. Kualitas aluminium yang dihasilkan

PT Inalum adalah 99,90%, dan 99,70%. 60% produk tersebut di ekspor sedangkan sisanya, 40% di pasarkan di dalam negeri.

3. Produk Akhir

Produk yang dihasilkan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium adalah aluminium batangan. Berat per batangnya adalah 22,7 kg. PT Indonesia Asahan

(55)

99,70%. Aluminium Batangan PT Inalum terdaftar pada London Metal Exchange

(LME) tanggal 23 September 1987.

Standar Mutu Aluminium Batangan PT Inalum mengacu pada JIS H2-102,

1968 ( Reaffirmed 1974) dan Western, Aluminium Assosiation Designation and

Chemical composition Limits for Unalloyed Aluminium of Aluminium Assosiation Inc., USA.

4.1.3 Visi dan Misi

Visi

PT INALUM menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat, dan dalam

10 tahun ke depan setelah tahun 2009 akan menjadi Perusahaan yang terkenal dalam produktivitas dan daya saing di industri aluminium dunia.

Misi

1. Menciptakan manfaat bagi semua pihak berkepentingan melalui bisnis yang

menguntungkan serta mampu bersaing di pasar global.

2. Mendukung pengembangan ekonomi regional dan nasional dan selalu

menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat

4.1.4 Struktur Organisasi

Dalam menjalankan visi dan misi perusahaan, Perusahaan memerlukan

suatu struktur organisasi, agar manajemen dapat bekerja dengan efektif dalam mencapai dan menghadapi tantangan dimasa depan. Struktur organisasi PT.

Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) merupakan struktur organisasi hybrid

(56)

Struktur organisasi fungsional pada PT. Indonesia Asahan Aluminium

departemen berdasarkan spesialisasi tugas, dan masing-masing departemen memiliki seksi-seksi terkait yang membawahi beberapa orang manajer dan supervisor dengan spesialisasi tugas, untuk mengoperasikan kegiatan dalam

departemen tersebut. Selain itu struktur organisasi PT. Indonesia Asahan

Aluminium (INALUM) sudah memiliki sistem teknologi informasi on-line,

sehingga masing-masing departemen dapat mengetahui laporan kegiatan atau kebijakan yang berlaku pada departemen lain, dan dapat membuat laporan kegiatan dan kebijakan untuk departemennya sendiri berdasarkan informasi dari

departemen yang terkait.

Struktur organisasi staff pada PT. Indonesia Asahan Aluminium

(INALUM) dapat dilihat dari adanya staf-staf ahli yang ditunjuk sebagai Auditor

Internal dan Manager Representative ISO, yang bertugas memberi nasehat, masukan dan referensi, yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden

Direktur maka berdasarkan pembagian tugas-tugas yang telah dijabarkan dapat diputuskan struktur organisasi yang dipakai PT. Indonesia Asahan Aluminium

(INALUM) adalah struktur organisasi hybrid (campuran).

(57)

Sumber: PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) 2014

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

4.1.4 Uraian Tugas

Berikut uraian tugas pada masing-masing bagian pada divisi produksi PT Indonesia Asahan Aluminium Kuala Tanjung Medan.

1. President Director

President Director merupakan pimpinan PT INALUM dan bertanggung jawab atas setiap keputusan yang diambil manajemen PT INALUM.

2. Director & GM Production

Director & GM Production merupakan pimpinan dab penanggung jawab utama divisi produksi PT INALUM.

3. Deputy General Manager of Inalum Production Division (DGM IPD)

merupakan pembantu Director & GM Production yang bertugas membantu

President Director 

DGM IPD 

Director & GM of  Production 

DGM IPD 

Reduction Carbon Dept.  Research  Maintenance Dept. 

Reduction 

Service & Workshop 

Maintenance Plan 1 

Maintenance Plan 2   ssect Sect

(58)

Director & GM Production dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan

dalam divisi produksi. Terdapat dua DGM IPD pada dvisi produksi, masing

masing DGM IPD membawahi dua departemen yaitu departemen Reduction

& Casting, Departemen Carbon, Departemen Research & Development, dan Maintenance Departement.

4. Reduction & Casting Departement

Merupakan departmen bagian pemotongan dan pencetakan yang

bertanggung jawab kepada DGM IPD bertugas dalam hal pemotongan dan

pencetakan bahan baku utama aluminium. Departemen ini membawahi

beberapa sektor yaitu : sektor persiapan pemotongan, sektor pemotongan, dan sektor pencetakan.

5. Carbon Departement

Carbon Departement bertanggung jawab kepada GDM IPD dan

membawahi dua sektor yaitu : Carbon operation sect dan Carbon

Prepararation Sect.

6. Research & Development Departement

Bertanggung jawab langsung kepada GDM IPD dan bertugas dalam hal riset

dan pengembangan. Departemen ini membawahi 2 sektor yaitu: Technical

Sector dan Engeenering Sector. 7. Maintenance Departement

Merupakan departemen bagian pemeliharaan dan perbaikan yang berada

(59)

Service & Workshop, Maintenance Plan 1 Sector, Maintenance Plan 2 Sector, dan Electric Supply Sector.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Hasil Analisis Deskriptif

4.2.1.1 Karakteristik Responden

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket.

Berdasarkan angket yang disebarkan tersebut diperoleh gambaran umum mengenai karakteristik responden. Hasil angket menunjukkan karakteristik

responden seperti terlihat pada Tabel-Tabel berikut: Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 73 100

Perempuan 0 0

Total 73 100

Sumber: Pengolahan SPSS 2014

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, keseluruhan responden 73 (100%) berjenis kelamin Laki-laki, hal ini karena umumnya pada bagian produksi membutuhkan tenaga dan daya tahan

fisik yang lebih dibanding bagian lain. Selain itu, pada umumnya jadwal cuti karyawan berjenis kelamin perempuan biasanya lebih banyak dibanding karyawan

Gambar

Tabel 1.1 Tingkat dan Realisasi Produksi PT Indonesia Asahan Aluminium
Gambar 1.1:  Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.2 Uji Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Universitas Bangka Belitung, pada tahun 2015 penulis melakukan penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk Untuk mengetahui strategi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh itu, semua pelajar semester satu (1) akan ditawarkan kolej kediaman. PANDUAN UNTUK KE POLITEKNIK SANDAKAN SABAH.. Sila rujuk pelan lokasi Politeknik Sandakan Sabah yang

Penyusunan strategi yang terletak pada step ketiga dalam proses managemen strategik, tidak terpisahkan dengan kegiatan step pertama dan kedua, yaitu pembentukan

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran dinamika kognitif yang dialami pada kelompok vegan pada saat mengambil keputusan

Bagian Hukum Sekretariat Kota Bandar Lampung akan melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2012 dengan

Berdasarkan rumusan masalah pada bab I dan pembahasan bab V dari penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi terhadap hasil belajar siswa pada