• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan kelembagaan pengelolaan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di Desa Cipang Kiri Hulu Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan kelembagaan pengelolaan pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) di Desa Cipang Kiri Hulu Kecamatan Rokan IV Koto, Kabupaten Rokan Hulu"

Copied!
501
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PENGELOLAAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

DI DESA CIPANG KIRI HULU KECAMATAN ROKAN IV

KOTO, KABUPATEN ROKAN HULU

ABDI HARRO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Model

Pembelajaran E-learning untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran: dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2011

Bahman

(3)

ABSTRACT

Bahman. 2011. Development of E-learning Model to Improve Teaching and

Learning Quality (Case Study : SMA PLUS PGRI Cibinong). Under the

supervision of Meuthia Rachmaniah and Sony Hartono Wijaya.

The paradigm alteration of learning strategy from teacher centered to student centered encourage the academic community to use e-learning as one of learning methods which is perceived to be student centered. The use of e-learning is expected to motivate the increase quality of learning and teaching material, quality of activity and independence of learners, as well as communication between educators with learners and among learners. E-learning can also be used to overcome the limitation of classroom and time and distance barriers in the implementation of teaching learning activity. Modular Object Oriented Dynamic learning environment (Moodle) is a software package that allows you to create and conduct course/training/internet based education. In this study, the method used is System Development Life Cycle (SDLC) which consist of six main phrases namely planning system, analysis system, design system, implementation system, testing system, and use and maintenance system.

The level of understanding of educators and learners towards e-learning is as Communication Tools for 95.2% of educators and 100% learners, Learning Objects for 96.2% of educators and 100% of learners, Management of User Data for 96.2% of educators and 93% , Usability for 86.5% of educators and 86.6% of learner, Adaptation for 58.1% of educators and 71% of learners, technical Aspect for 73.6% of educators and 79% of learners, the Administration for 71.4% of educators and 98.9% of learners, Course Management for 77.1% of educators and 94.9% of learners. The percentage of interest of the learner is 96.7% and 94.3% for educators. This means the learning model developed using Moodle includes to good category.

(4)

RINGKASAN

BAHMAN. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran E-learning untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran (Studi Kasus : SMA PLUS PGRI Cibinong). Di bawah bimbingan Meuthia Rachmaniah dan Sony Hartono Wijaya.

Perubahan paradigma strategi pembelajaran dari teacher-centered ke

learner-centered mendorong sivitas akademika untuk menggunakan e-learning

sebagai salah satu metode pembelajaran yang dipersepsikan bersifat learner centered. Pemanfaatan e-learning diharapkan dapat memotivasi peningkatan kualitas pembelajaran dan materi ajar, kualitas aktivitas, kemandirian peserta didik, komunikasi antara pendidik dan peserta didik maupun antar peserta didik, mengatasi keterbatasan ruang kelas serta hambatan jarak dan waktu di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Salah satu langkah konkrit peningkatan mutu pendidikan adalah pemberdayaan satuan pendidikan agar mampu berperan sebagai subjek penyelenggara pendidikan, yang diberi kewenangan untuk merancang serta melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Sejalan dengan program pencapaian SNP, Direktorat Pembinaan SMA sejak tahun 2008 telah melaksanakan rintisan program pengembangan Pusat Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) dan dipilih sebanyak 33 SMA di seluruh Indonesia. Pada dasarnya PSB-SMA dikembangkan dengan fungsi sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar dan wahana unjuk kinerja.

Modular Object Oriented Dynamic learning environment (Moodle) adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet. Moodle dapat digunakan untuk melakukan aktivitas pembelajaran secara online dan peserta didik dapat belajar secara mandiri. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode angket. Metode angket digunakan untuk mengetahui tingkat ketertarikan pendidik dan peserta didik terhadap bahan pembelajaran menggunakan Moodle yang dikembangkan oleh penulis. Untuk mengetahui kalayakan bahan ajar dibuat alat evaluasi tersendiri.

Model Pengembangan model pembelajaran e-learning dilakukan dengan dua tahap yaitu pengembangan sistem dan pengembangan bahan ajar, pengembangan sistem terdiri dari: desain model dan perancangan antar muka, sedangkan perancangan bahan ajar terdiri dari: analisis kebutuhan bahan ajar seperti standar kompetensi – kompetensi dasar (SK-KD), penyusunan peta bahan ajar, penentuan komponen penilaian bahan ajar dan pembuatan bahan ajar.

Ada enam belas mata pelajaran yang akan diunggah pada e-learning. Adapun jumlah bahan ajar yang ditargetkan dapat memenuhi semua kebutuhan e-learning untuk semua mata pelajaran adalah 831 bahan ajar, dengan harapan bahwa satu bahan ajar yang dibuat terdiri atas satu Kompetensi Dasar (KD).

(5)

pengumpulan data pertama memang menyatakan bahwa belum tersedia bahan ajar yang siap unggah. Oleh karenanya pembentukan tim pelaksana, tim penanggung jawab mata pelajaran, serta administrator (admin) e-learning menjadi sangat penting.

Tingkat pemahaman pendidik dan peserta didik terhadap e-learning yaitu

Communication Tools sebesar 95.2 % dan 100 %, Learning Objects sebesar 96.2 % dan 100 %, Management of User Data sebesar 96.2% dan 93 %, Usability

sebesar 86.5 % dan 86.6 %, Adaptation sebesar 58.1 % dan 71 %, Technical Aspect

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh penulis termasuk ke dalam kriteria mudah dipahami dan tingkat ketertarikan user termasuk kategori baik, sehingga bahan pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk belajar mandiri dan dapat digunakan sebagai pelengkap kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan (1) bahan pembelajaran dengan Moodle dapat dikembangkan lagi dalam rangka pembelajaran yang berkelanjutan, (2) program ini perlu terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan IPTEK supaya peserta didik yang menggunakan tidak ketinggalan informasi dan ilmu pengetahuan yang baru.

sebesar 73.6 % dan 79 %, Administration sebesar 71.4 % dan 98.9 %,

Course Management sebesar 77.1 % dan 94.9 %. Sedangkan besarnya prosentase tingkat ketertarikan dari pendidik dan peserta didik adalah 94.3 % dan 96.7 %. Hal ini berarti model pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan Moodle termasuk ke dalam kategori baik.

(6)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

(STUDI KASUS : SMA PLUS PGRI CIBINONG)

BAHMAN

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Penelitian : Pengembangan Model Pembelajaran E-Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

(Studi Kasus : SMA PLUS PGRI Cibinong)

Nama : Bahman

NRP : G651060164

Program Studi : Ilmu Komputer

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc

Ketua Anggota

Sony Hartono Wijaya, M.Kom

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Komputer

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(10)

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis dengan baik. Tesis ini adalah laporan penelitian yang mengambil judul

Pengembangan Model Pembelajaran E-learning untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, tesis ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing yang

dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan selama pembuatan

tesis.

2. Sony Hartono Wijaya, M.Kom selaku anggota komisi pembimbing yang

dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan selama pembuatan

tesis.

3. Dr.H.Basyarudin Thayib, M.Pd selaku kepala sekolah SMA PLUS PGRI

Cibinong atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk

menyelesaikan pengerjaan tesis.

4. Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan pengertian. Papa, mama,

istri, dan kakak-kakakku tercinta.

5. Teman-teman seperjuangan Megister Ilmu Komputer angkatan VII tahun

2006.

6. Teman-teman yang tergabung dalam tim PSB Inti maupun sekolah Mitra

atas kerjasamanya.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan

bangsa ini di masa yang akan datang.

Bogor, Mei 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Dilahirkan di Koto Dua, Kabupaten Kerinci–Jambi pada 28 September

1979. Anak ke-3 dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sihrun dan Ibu Samsiah.

Mengawali pendidikan di SDN 3 Koto dua, dan lulus tahun 1991. Pendidikan

lanjutan di SMPN 7 Sungai Penuh dan diselesaikan tahun 1994, kemudian

menempuh pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 3 Sungai Penuh dan

lulus pada tahun 1997.

Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Kristen

Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Biologi dan

lulus pada tahun 2003. Dan saat ini penulis bekerja sebagai tenaga pengajar di

(12)

vi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Perumusan Masalah ... 4

1.4 Ruang Lingkup ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Road Map Penelitian ... 6

2.2 Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran ... 8

2.3 Definisi E-learning ... 8

2.4 Fungsi E-learning ... 10

2.5 Manfaat Pembelajaran Electronic Learning ... 12

2.6 Teknologi Pendukung E-learning ... 13

2.7 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran ... 15

2.8 Moodle ... 17

2.9 Metode Pengujian Black-Box ... 18

2.10 Konsep Pusat Sumber Belajar (PSB) ... 19

III METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Kerangka Penelitian ... 21

3.2 Prosedur Penelitian ... 22

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Pengumpulan Data ... 26

4.2 Perencanaan Sistem ... 28

4.3 Analisis Sistem ... 32

4.4 Perancangan Sistem ... 36

4.5 Implementasi Sistem ... 42

(13)

vii

4.7 Penggunaan dan Pemeliharaan ... 61

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(14)

viii DAFTAR TABEL

Halaman

1 Komparasi dan Evaluasi LMS ... 29

2 Data Bahan Ajar Berbasis TIK ... ... 30

3 Prinsip Platform Teknologi ... ... 34

4 Spesifikasi Komputer untuk E-learning ... ... 36

5 Hasil Penilaian Bahan ajar ... ... 45

6 Pemahaman pendidik terhadap Commucation Tools ... ... 49

7 Pemahaman pendidik terhadap Learning Objects ... ... 49

8 Pemahaman pendidik terhadap Management of user Data ... ... 50

9 Pemahaman pendidik terhadap Usability ... ... 51

10 Pemahaman pendidik terhadap Adaption ... ... 51

11 Pemahaman pendidik terhadap Technical Aspects ... ... 52

12 Pemahaman pendidik terhadap Administration ... ... 52

13 Pemahaman pendidik terhadap Course Managent ... ... 53

14 Ketertarikan pendidik menggunakan e-learning ... ... 53

15 Pemahaman peserta didik terhadap Commucation Tools ... ... 53

16 Pemahaman peserta didik terhadap Learning Objects ... ... 56

17 Pemahaman peserta didik terhadap Management of user Data ... ... 56

18 Pemahaman peserta didik terhadap Usability ... ... 57

19 Pemahaman peserta didik terhadap Adaption ... ... 57

20 Pemahaman peserta didik terhadap Technical Aspects ... ... 58

21 Pemahaman peserta didik terhadap Administration ... ... 58

22 Pemahaman peserta didik terhadap Course Managent ... ... 59

(15)

ix DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Jaringan Internet yang dapat di akses untuk pembelajaran ... 16

2 Keterkaitan Komponen PSB-SMA ... 20

3 Langkah-langkah Penelitian ... 21

4 Rancang Muka E-learning ... 37

5 Halaman Login ... 37

6 Halaman Admin ... 38

7 Tampilan Halaman Pendidik ... 38

8 Alur penerimaan Bahan Ajar ... 41

9 Tampilan Muka E-learning (sebelum login) ... 43

10 Tampilan Muka E-learning (sebelum login) ... 43

11 Tampilan Kategori Pembelajaran ... 43

12 Tampilan Materi Pembelajaran ... 44

13 Tampilan Halaman Evaluasi ... 49

14 Rekapitulasi Hasil Pengujian Pendidik terhadap E-learning ... 54

15 Rekapitulasi Hasil Pengujian Peserta didik terhadap E-learning .. 60

16 Mekanisme Kemitraan ... 62

(16)

x DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuesioner untuk SDM Pendidik ... 71

2 Analisis SK-KD ... 73

3 Instrumen Penilaian Bahan Ajar ... 77

4 Contoh Penilaian Bahan Ajar ... 82

5 Langkah-langkah Instalasi Moodle ... 84

6 Contoh Tampilan Bahan ajar ... 91

7 Hasil Uji Black-box ... 111

8 Petunjuk Penggunaan e-learning ... 113

(17)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa

pendidik diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian

dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur

tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik

pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber

belajar. Dengan demikian, pendidik diharapkan untuk mengembangkan bahan

ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan kurikulum, namun

bagaimana untuk mencapainya dan apa bahan ajar yang digunakan diserahkan

sepenuhnya kepada para pendidik sebagai tenaga profesional. Apabila bahan ajar

yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada atau sulit diperoleh maka

membuat bahan ajar sendiri adalah suatu keputusan yang bijak. Kalaupun

bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan berarti

pendidik tidak perlu mengembangkan bahan ajar tersebut.

Strategi pembelajaran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap pencapaian kompetensi lulusan. Strategi pembelajaran telah mengalami

perkembangan yang cukup pesat seiring dengan perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi (TIK). Salah satu diantaranya adalah e-learning.

E-learning telah menjadi suatu kebutuhan bagi sivitas akademika, mengingat baik

pendidik, peserta didik maupun institusi pendidikan telah memanfaatkan

teknologi komputer dalam proses belajar mengajar.

Perubahan paradigma strategi pembelajaran dari teacher-centered ke

learner-centered mendorong sivitas akademika untuk menggunakan e-learning

sebagai salah satu metode pembelajaran yang dipersepsikan bersifat learner-

centered. Pemanfaatan e-learning diharapkan dapat memotivasi peningkatan

kualitas pembelajaran dan materi ajar, kualitas aktivitas, kemandirian peserta

(18)

2 mengatasi keterbatasan ruang kelas serta hambatan jarak dan waktu di dalam

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Pendidikan yang bermutu merupakan tuntutan masyarakat Indonesia

sebagai wahana untuk menghasilkan sumberdaya manusia bermutu yang

mampu bersaing secara global. Upaya mewujudkan pendidikan bermutu

memerlukan strategi, langkah-langkah konkrit, dan operasional yang dilakukan

secara berkesinambungan. Salah satu langkah konkrit tersebut adalah

pemberdayaan sekolah agar mampu berperan sebagai subyek penyelenggara

pendidikan, yang diberi kewenangan dan peran luas untuk merancang serta

melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing

sekolah, dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

Pendidik merupakan salah satu faktor penentu dalam meningkatkan

mutu pembelajaran. Oleh karenanya pendidik harus diberi ruang untuk

berkreasi, berinovasi, dan berkolaborasi untuk melaksanakan pembelajaran

yang bermutu, karena pendidik juga sebagai sumber belajar. Sumber belajar

adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan baik secara terpisah

maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan

tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Sumber

belajar bisa berupa data, orang maupun benda yang dijadikan bahan belajar

dan harus dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi bahan yang berguna

dalam mencapai kompetensi peserta didik. Begitu pula lingkungan belajar

peserta didik, baik di sekolah maupun di rumah akan berpengaruh tehadap

keberhasilan pembelajaran mereka. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya

belajar dari pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dengan berbagai sumber

belajar yang tersedia di lingkungannya.

Mengkombinasikan antara pertemuan secara tatap muka dan pembelajaran

elektronik dapat meningkatkan kontribusi dan interaktifitas antar peserta didik.

Melalui tatap muka peserta didik dapat mengenal sesama peserta didik dan

pendidik pendampingnya. Keakraban ini sangat menunjang kerja kolaborasi

mereka secara virtual. Persiapan matang sebelum mengimplementasikan sebuah

pembelajaran berbasis multimedia memegang peran penting demi kelancaran

(19)

3 penentuan teknis komunikasi selama proses pembelajaran merupakan tahapan

penting dalam melaksanakan pembelajaran berbasis web.

Data yang dikeluarkan www.internetworldstats.com tercatat sebanyak 1,7

miliar pengguna internet di dunia. Pengguna internet di Asia sekitar 825 juta yang

di akses pada tahun 2010. Tahun 2000 pengguna internet di Indonesia sebanyak

dua juta orang, tahun 2009 meningkat sebesar 1.150% menjadi 30 juta orang.

Dari data ini belum diketahui persentase pengguna internet di Indonesia

yang pelaku dan peruntukannya bagi dunia pendidikan. Demikian pula belum

diketahui berapa persen pendidik yang aktif berinteraksi dan memanfaatkan

internet dalam persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran.

Salah satu langkah konkrit peningkatan mutu pendidikan adalah

pemberdayaan satuan pendidikan agar mampu berperan sebagai subjek

penyelenggara pendidikan, yang diberi kewenangan untuk merancang serta

melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing

dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Sejalan dengan program pencapaian SNP, Direktorat Pembinaan SMA sejak

tahun 2008 telah melaksanakan rintisan program pengembangan Pusat Sumber

Belajar SMA (PSB-SMA) dan dipilih sebanyak 33 SMA di seluruh Indonesia.

Pada dasarnya PSB-SMA dikembangkan dengan fungsi sebagai media informasi

dan komunikasi, wahana belajar dan wahana unjuk kinerja.

Agar pelaksanaan sekolah PSB dapat dikelola dengan baik dan sesuai

dengan profil sekolah PSB yang diharapkan, maka PSB inti dapat menjalin

kerjasama dengan sekolah sekitar yang nantinya disebut sebagai sekolah mitra.

yaitu sekolah yang akan menjadi pendamping sekolah PSB dalam

mengembangkan konten PSB-SMA.

1.2 Tujuan Penelitian

Dengan berlandaskan pada latar belakang, tujuan penelitian ini adalah :

i. Mengembangkan model pembelajaran e-learning yang dapat membantu

proses pembelajaran secara online.

ii. Menyediakan sumber belajar dan bahan pembelajaran berbasis TIK untuk

(20)

4 iii. Membuat atau menentukan model penilaian bahan ajar yang akan

diunggah ke e-learning.

1.3 Perumusan Masalah

Pada penelitian ini dirumuskan permasalahan yang akan dicapai sebagai

berikut :

“ Bagaimana cara mengembangkan model pembelajaran e-learning yang

dapat membantu proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran”.

1.4 Ruang Lingkup

Agar penelitian ini lebih fokus, maka penelitian ini dibatasi pada cakupan

sebagai berikut :

1. Perangkat lunak yang digunakan dalam implementasi e-learning adalah

Moodle.

2. Sistem yang dikembangkan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan

secara on-line dengan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).

3. Sasaran materi ajar yang bersifat khusus adalah semua mata pelajaran di SMA

untuk jurusan IPA, IPS dan Bahasa (22 mata pelajaran). Pengembangan materi

ajar khusus tersebut dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan

tingkat kesiapan mata pelajaran saat ini yaitu:

a. Tahun 2009 : 7 mata pelajaran (Matematika, Biologi, Fisika, Kimia,

Geografi, Ekonomi dan Sosiologi).

b. Tahun 2010 : 16 mata pelajaran (Matematika, Biologi, Fisika, Kimia,

Geografi, Ekonomi, TIK, Bahasa Inggris, Bahasa

Indonesia, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, PKn,

Kesenian, Pendidikan Jasmani dan Agama).

c. Tahun 2011 : 22 mata pelajaran (seluruh mata pelajaran dari jurusan

(21)

5 Pada tesis ini akan dikaji 16 mata pelajaran saja yang mana pengisian

konten bahan ajar sebagai media komunikasi PSB dilakukan oleh pendidik mata

pelajaran yang secara teknis dikoordinasikan oleh PSB Inti.

1.5 Manfaat Penelitian

Model pembelajaran e-learning yang dikembangkan diharapkan bisa

menjadi alat bantu pendidikan untuk penyampaian materi dan tugas-tugas

terstruktur dari mata pelajaran serta memberikan tambahan waktu yang

berkualitas di luar jam pembelajaran.

Selain itu juga dengan pembelajaran e-learning ini diharapkan

terselenggaranya pembelajaran secara online yang mampu memberi dukungan

bagi terselenggaranya pembelajaran yang interaktif sehingga peserta didik bisa

melakukan diskusi dengan pendidik maupun dengan peserta didik yang lain

(22)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Road Map Penelitian

Penelitian tentang pengembangan e-learning untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran telah banyak dilakukan anatara lain oleh Lismanto (2009) yaitu

penelitian dengan topik perancangan dan pembuatan aplikasi e-learning berbasis

Moodle pada Universitas Kristen Petra. Penelitian ini menjelaskan tentang dua

aplikasi e-learning yang diimplementasikan pada Universitas Petra yaitu e-course

dan PCU Camel. Hasil dari penelitian ini adalah dikembangkan teknologi open

source Moodle versi 1.9, dengan memberikan penambahan fitur yang dapat

dipergunakan oleh universitas. Pada penelitian tersebut peneliti tidak membahas

masalah secara detail tentang konten dari bahan ajar seperti apa yang akan

diunggah ke e-learning.

Penelitian lain, dilakukan oleh Tahang (2009) dengan topik pengembangan

pembelajaran sosiologi berbasis e-learning di SMAN 4 Kendari, penelitian ini

bertujuan mengembangkan program pembelajaran Sosiologi berbasis e-Learning.

Hasil dari penelitian ini menguraikan tentang syarat yang dapat dijadikan

rambu-rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran sosiologi berbasis

e-learning. Seperti peneliti sebelumnya pada penelitian ini peneliti tidak membahas

masalah bahan ajar seperti apa yang aka diunggah ke e-learning.

Penelitian lain, dilakukan ole

e-learning SMA Panca Setya Sintang dengan Moodle. Pada penelitian ini dibuat

sistem e-learning yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Sistem e-learning

SMA Panca Setya Sintang dibuat untuk mempermudah sistem pembelajaran, dan

meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi.

2.2 Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran

Strategi mengajar menurut Syah (2002), didefinisikan sebagai sejumlah

langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pendidikan

(23)

7 1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), berkaitan

dengan strategi yang akan digunakan oleh pendidik dalam

menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.

2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan

langkah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan

digunakan.

3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan

pendekatan sistem pendidikan yang benar-benar sesuai dengan pokok

bahasan materi ajar.

Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut

memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian peserta didik dalam PBM,

karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai

alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi peserta didik (Djamarah et al,

2002; 137). Hamalik (1986), Sadiman, et al (1986), mengelompokkan media ini

berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :

a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan

suara saja, seperti tape recorder.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan dalam wujud visual.

c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

baik.

Media pembelajaran secara umum dibagi ke dalam dua jenis yaitu:

a. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti

film sound slide.

b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara

dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

Sementara itu, selain media-media tersebut, kehadiran perangkat komputer

di lembaga pendidikan merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan

disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

(24)

8 mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor, tutee maupun tools

yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang

dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh

para pendidik terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan,

serta mengaplikasikan pendidikan sejalan dengan tuntutan kurikulum karena

keterbatasan informasi dan pelatihan yang mereka peroleh.

2.3 Definisi E-learning

Di dunia pendidikan dan pelatihan sekarang, banyak sekali praktik yang

disebut e-Learning. Sampai saat ini pemakaian kata e-learning sering digunakan

untuk menyatakan semua kegiatan pendidikan yang menggunakan media

komputer dan Internet. Banyak pula terminologi lain yang mempunyai arti hampir

sama dengan e-Learning, diantaranya : Web-based training, online learning,

computer-based training/ learning, distance learning, computer-aided instruction,

dan lainnya. Terminologi e-learning sendiri dapat mengacu pada semua kegiatan

pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi (Effendi

& Zhuang 2005).

Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pendidikan

dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau

internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada

pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang

dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002)

mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui

perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai

dengan kebutuhannya.

Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan

teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell

(2002), dan Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam

pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Purbo (2001) menjelaskan bahwa

istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai

(25)

9 pendidikan lewat teknologi elektronik internet. Intranet, satelit, tape audio/video,

TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang

digunakan. Pendidikan boleh disampaikan secara synchronously (pada waktu

yang sama) ataupun asynchronously (pada waktu yang berbeda). Materi

pendidikan dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai

teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. E-learning juga harus

menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional

dalam bidangnya.

Perbedaan pembelajaran konvensional dengan e-learning yaitu pada kelas

konvensional, pendidik dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan

untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sedangkan di dalam

pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah peserta didik. Peserta didik

mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya.

Suasana pembelajaran e-learning akan ‘memaksa’ peserta didik memainkan

peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat

perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.

Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran pendidik dalam arti

sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan

wakil pendidik yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001)

menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan

penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua,

e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar

secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks,

CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan

perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model

belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut

melalui pengayaan materi dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat,

kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara

penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar materi dan alat penyampai dengan

gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya

(26)

10

2.4 Fungsi dan Manfaat E-Learning

Rosenberg (2001) memaparkan kelebihan e-learning sebagai berikut:

a. Memerlukan biaya yang lebih rendah.

E-learning dapat mengurangi biaya perjalanan, memangkas waktu yang

digunakan untuk pendidikan serta mengurangi secara signifikan

kebutuhan penyediaan infrastruktur kelas untuk proses pembelajaran.

b. Menyediakan akses tak terbatas.

E-learning dapat menangani secara tak terbatas jumlah pengguna virtual

secara simultan.

c. Variasi penyediaan materi

E-learning memungkinkan untuk meng-kostumisasi materi untuk proses

pembelajaran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

d. Selalu up to date.

E-learning sangat mudah untuk dilakukan pemutakhiran dengan cepat.

e. Pembelajaran.

Pengguna dapat melakukan akses dimana saja dan kapan saja setiap saat.

f. Universal.

E-learning dapat disesuaikan dengan protokol universal (contoh internet

dan browser).

g. Komunitas.

Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya komunitas dengan beragam

minat dan kepentingan.

h. Mampu menangani berbagai skala.

E-learning merupakan solusi dalam berbagai skala dengan hanya

membutuhkan perubahan sedikit dalam pengembangannya baik

infrastruktur maupun biaya.

i. Meningkatkan layanan.

E-learning dapat secara efektif meningkatkan layanan pada proses

pembelajaran.

Penyampaian pembelajaran melalui e-learning dapat seefektif sistem

penyampaian pembelajaran konvensional tatap muka di kelas dalam proses

(27)

11 penting yaitu materi yang menitikberatkan pada kebutuhan sasaran pembelajaran

(user), penggunaan teknologi dalam proses penyampaiannya, serta adanya

kebijakan dan pengelolaan penyelenggaraan e-learning.

Ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di

dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya

pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan

2002).

a. Suplemen

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik

mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi elektronik

atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk

mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta

didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau

wawasan.

b. Komplemen (tambahan)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi

pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran

yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi

pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement

(pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai

enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat

menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan pendidik secara tatap

muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran

elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya

agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran yang disajikan pendidik di dalam kelas. Dikatakan sebagai program

remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami

materi pelajaran yang disajikan pendidik secara tatap muka di kelas (show

learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran

(28)

12 c. Substitusi (pengganti)

Beberapa pendidikan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa

alternatif model kegiatan pembelajaran/pendidikan kepada para peserta didiknya.

Tujuannya agar para peserta didik dapat secara mudah mengelola kegiatan

pendidikannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari peserta didik.

Ada tiga alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta

didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara

tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya

melalui internet. Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih

peserta didik tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model

penyajian materi pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama.

Jika peserta didik dapat menyelesaikan belajarnya dan lulus melalui cara

konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan

kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan

pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu

peserta didik untuk mempercepat penyelesaian pendidikannya.

2.5 Manfaat pembelajaran Electronic Learning

Menurut Wulf (1996) manfaat Pembelajaran elektronik learning (

e-Learning) itu terdiri atas empat hal, yaitu:

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dan

pendidik atau instruktur (enhance interactivity).

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat

meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dan

pendidik/instruktur, antar sesama peserta didik, maupun antara peserta

didik dan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan

pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan

pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan oleh pada pembelajaran

yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan

(29)

13 b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran di mana dan kapan saja

(time and place flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan

tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta

didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan

dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran,

dapat diserahkan kepada pendidik/instruktur begitu selesai dikerjakan. Jadi

tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan

pendidik/instruktur.

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a

global audience).

Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang

dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin banyak

atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan.

Siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi

dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar

benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(easy updating of content as well as archivable capabilities).

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat

lunak (software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah

pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan

penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan

perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan

mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi

pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik

dari peserta didik maupun atas hasil penilaian pendidik/ instruktur selaku

penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

2.6 Teknologi Pendukung E-learning

Dalam praktiknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu

(30)

14 sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu

pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.

Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya

teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: technology based

learning dan technology based web-learning. Technology based learning pada

prinsipnya terdiri atas audio Information technologies (radio, audio tape, voice

mail telephone) dan video information technologies (video tape, video text, video

messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data

information technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah

kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data,

audio/video). Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh

(distance education), yaitu dimaksudkan agar komunikasi antara peserta didik dan

pendidik bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Di antara

banyak fasilitas internet, menurut Purbo (2001), “ada lima aplikasi standar

internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, mailing

list (milis), news group, file transfer protocol (FTC), dan world wide web (www)”.

Sedangkan Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada

dalam e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali,

mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning

dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar

teknologi internet. Ketiga, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang

paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma konvensional

dalam pembelajaran.

Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet.

Menurut Williams (1999). Internet adalah ‘a large collection of computers in

networks that are tied together so that many users can share their vast resources’.

Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet

Kardiawarman (2000). Paradigma ini dapat mengintegrasikan beberapa sistem

(31)

15 secara intensif memerlukan dukungan pendidik, karena peranan pendidik maya

(virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh sistem belajar tersebut.

Kedua, virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu.

Keunggulan paradigma ini daya tampung peserta didik tak terbatas. Peserta didik

dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja.

Ketiga, paradigma cyber educational resources system, atau dot com learning resources system. Paradigma ketiga merupakan pendukung kedua paradigma di

atas, yaitu dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang

tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.

2.7 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran

Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas

terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa

dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar

mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik

Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media

pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti

radio, televisi, CD-ROM interkatif dan lain-lain.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses

belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi

terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pendidik dan peserta didik

sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi

yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan

strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara

sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk

mengajak peserta didik mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam

memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan. Gambaran umum tentang perangkat

(32)
[image:32.595.177.425.99.355.2]

16 Gambar 1 Jaringan internet yang dapat diakses untuk pembelajaran (Hasbullah 2008)

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan peserta

didik untuk belajar secara mandiri. Para peserta didik dapat mengakses secara

on-line dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber

primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data

statistik, Gordon et. al. (1995). Informasi yang diberikan komputer server dapat

berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit

organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural

groups.

Peserta didik dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang

analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Peserta didik dapat menganalisis

informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang

sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Peserta didik dan pendidik tidak

perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena peserta didik dapat

mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian

dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online.

Peserta didik juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain.

(33)

17 ajar. Kemudian, selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pendidik peserta didik dapat

berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmates). Internet memungkinkan

pihak berkepentingan (orang tua peserta didik maupun pendidik) dapat turut serta

menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang

dikerjakan peserta didik secara online.

Perkembangan/kemajuan teknologi Internet yang sangat pesat dan

merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara,

institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk

pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat

lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu

pendidikan/pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan

akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers)

bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi

pembelajaran elektronik (online learning material).

2.8Moodle

Sesuai dengan berkembangnya kebutuhan pada sistem e-learning yang

terintegrasi dan terandalkan, saat ini banyak aplikasi Learning Management

System (LMS) komersial maupun open source yang dikembangkan untuk

mendukung sistem pengajaran. LMS secara umum memiliki fitur-fitur standar

pembelajaran elektronik antara lain:

1. Fitur kelengkapan belajar mengajar: daftar mata kuliah dan kategorinya,

silabus mata kuliah, materi kuliah (berbasis text atau multimedia), daftar

referensi atau bahan bacaan

2. Fitur diskusi dan komunikasi: forum diskusi atau mailing list, instant

messenger untuk komunikasi realtime, papan pengumuman, profil dan

kontak instruktur, file and directory sharing

3. Fitur ujian dan penugasan: ujian online (exam), tugas mandiri

(assignment), rapor dan penilaian

LMS ada yang bersifat proprietary software dan ada yang open source.

(34)

18 Blackboard, IntraLearn, SAP Enterprise Learning. Sedangkan LMS yang open

source diantaranya adalah Aberdour (2007): Atutor, Moodle, Ilias, Claroline, dan

dotLRN.

Moodle adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat

dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet (Prakoso, 2005).

Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (di bawah

lisensi GNU Public License). Moodle dapat langsung bekerja tanpa modifikasi

pada Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware dan sistem lain yang

mendukung PHP. Data diletakkan pada sebuah database. Data terbaik bagi

Moodle adalah MySQL dan PostgreSQL dan tak menutup kemungkinan untuk

digunakan pada Oracle, Acces, Interbase, ODBC, dan sebagainya. Moodle

didesain untuk mendukung kerangka konstruksi sosial (social construct) dalam

pendidikan. Moodle termasuk dalam model CAL+CALT (Computer Assisted

Learning + Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS.

Moodle merupakan akronim dari Modular Object Oriented Dynamic

Learning Environment. Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan tanpa

batas. Sebuah pionir yang akan membangun kreativitas dan pemikiran. Hal ini

dapat diterapkan ketika Moodle dibuat, dan ketika pengajar dan pendidik

melakukan aktivitas pengajaran dalam pembelajaran online (Prakoso 2005).

2.9 Metode Pengujian Black Box

Sebuah perangkat lunak bisa diuji dengan cara mengetahui kenerja sistem

secara fungsional. Metode ini melakukan pengujian secara dasar terhadap

fungsi-fungsi yang terdapat pada sistem yang telah dikerjakan dan mengetahui kesalahan

yang terjadi pada sistem (Pressman 2001). Metode black box merupakan suatu

pendekatan yang digunakan untuk mencari kesalahan yang berbeda dibandingkan

dengan pendekatan white box. Pengujian black box berusaha untuk mencari

kesalahan yang terdiri dari beberapa kategori, yaitu :

1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang.

2. Kesalahan antarmuka.

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data internal.

(35)

19

2.11 Konsep Pusat Sumber Belajar (PSB)

Pusat Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) merupakan sistem

pengelolaan yang terorganisasi untuk menyusun, mengembangkan, dan

menyediakan sumber belajar dalam mendukung proses pembelajaran dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media informasi

dan komunikasi, wahana belajar, dan media unjuk kinerja. Sistem pengelolaan

sumber belajar yang terorganisasi, pelaksanaannya berada di tingkat sekolah

yang kemudian diorganisasi secara nasional dengan memanfaatkan TIK, salah

satunya adalah dalam bentuk website PSB-SMA.

Sebagai media informasi dan komunikasi, PSB-SMA menyediakan

informasi berkaitan dengan proses pembelajaran dan kegiatan lain yang ada

di satuan pendidikan, kebijakan pemerintah tentang pendidikan, maupun

sebagai media komunikasi antarpendidik, peserta didik-peserta didik,

pendidik-peserta didik, dan satuan pendidikan-satuan pendidikan, serta satuan

pendidikan-masyarakat yang terkait dengan proses pembelajaran.

Sebagai wahana belajar, PSB-SMA menyediakan bahan ajar dan

bahan uji yang disusun oleh pendidik agar dapat dimanfaatkan oleh pendidik

lain. Dengan demikian terjadi proses pertukaran bahan ajar dan bahan uji

berbasis TIK. Hakikatnya semua pendidik dapat menyumbangkan hasil

karyanya untuk dimanfaatkan oleh pendidik lain sebagai referensi.

Sebagai media unjuk kinerja, PSB-SMA memberi ruang kepada

pendidik untuk mengembangkan ide kreatif dalam pembelajaran, inovasi

pembelajaran maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu

pembelajaran. Pendidik dapat berbagi pengalaman pembelajaran yang telah

maupun yang sedang dilaksanakan untuk dijadikan referensi, tambahan

wawasan dan acuan bagi pendidik lain.

Ketiga fungsi PSB-SMA di atas dapat melayani kebutuhan Sekolah PSB

dan Sekolah mitra PSB maupun sekolah non-mitra dalam mengakses konten

PSB-SMA yang berkaitan dengan proses pembelajaran meliputi perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian yang berbasis TIK, salah satunya dalam bentuk

(36)

20 Sekolah PSB merupakan SMA yang melaksanakan fungsi Pusat

Sumber Belajar sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar,

serta media unjuk kinerja satuan pendidikan, pendidik dan peserta didik.

Dalam pelaksanaannya Direktorat Pembinaan SMA menetapkan dan

memfasilitasi sejumlah SMA model Sekolah Kategori Mandidri (SKM) untuk

mengelola dan mengembangkan konten PSB-SMA, melakukan sosialisasi dan

koordinasi dengan sekolah Mitra PSB.

Sekolah mitra PSB adalah SMA yang ditetapkan menjadi pendamping

sekolah PSB oleh sekolah PSB yang bersangkutan, yang memanfaatkan

PSB-SMA dan atau memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA dalam

rangka lebih memberdayakan PSB-SMA melalui sekolah PSB. Bentuk

kemitraan antara sekolah PSB dan sekolah mitra PSB diimplementasikan

dalam peningkatan SDM, pemanfaatan sarana prasarana, dan pertukaran

konten. Sekolah non-mitra adalah SMA yang memanfaatkan PSB-SMA dan atau

memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA melalui website PSB-SMA.

Keterkaitan antara sekolah PSB, sekolah mitra PSB, sekolah non-mitra

dan website PSB-SMA dalam melaksanakan dan memanfaatkkan PSB-SMA

[image:36.595.126.434.460.709.2]

dijelaskan dalam Gambar 2.

(37)

21

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Metode pengembangan sistem dalam penelitian ini menggunakan Metode

Siklus Hidup Pengembangan Sistem (System Depelopment Life Cycle-SDLC)

yang terdiri dari enam tahap utama, yaitu perencanaan sistem, analisis sistem,

perancangan sistem, implementasi sistem, uji coba sistem, dan penggunaan

[image:37.595.84.356.261.747.2]

sistem. Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini disajikan pada

Gambar 3.

Gambar 3 Metodologi Penelitian Perencanaan Sistem

Analisis Sistem

Penggunaan & Pemeliharaan

Selesai Mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Sistem Diterima Perancangan Sistem

Implementasi Sistem

Uji Coba Sistem

Tidak

(38)

22

3.2 Prosedur Penelitian

Berdasarkan langkah-langkah penelitian pada Gambar 3, maka tahapan

penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.2.1 Studi Pustaka

Dilakukan untuk mendapatkan pemahaman tentang definisi dan manfaat

model pembelajaran e-learning, cara kerja Moodle, tahapan pengembangan

Moodle, dan cara membuat pembelajaran secara on-line. Referensi-referensi

tersebut berasal dari buku-buku pegangan maupun publikasi hasil penelitian,

artikel, situs internet serta sumber informasi lain yang berkaitan dengan

penelitian ini

3.2.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dua kali, pertama yaitu di awal sebelum

e-learning dikembangkan dan kedua yaitu setelah e-learning dikembangkan.

Pengumpulan data pertama dilakukan dengan melakukan hal di bawah ini :

a. Pengamatan langsung atau observasi ke sekolah yang terkait dengan

mempelajari proses pembelajaran yang sedang berlangsung,

mempelajari dokumentasi tentang modul pembelajaran, proses

penilaian, cara pemberian tugas dan proses komunikasi antara pendidik

dengan peserta didik maupun sebaliknya.

b. Wawancara dengan dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan

penelitian yaitu kepala sekolah, penanggung jawab pusat sumber

belajar, admin e-learning, pendidik dan peserta didik. Adapun aspek –

aspek dari wawancara tersebut adalah mengkaji kesiapan sekolah,

SDM yang dimiliki, serta sarana prasarana yang menunjang untuk

e-learning.

c. Pemberian kuesioner untuk pendidik yang bertujuan mengetahui

kompetensi umum, kompetensi pembuatan bahan ajar, serta

kompetensi penguasaan web dan jaringan.

Pengumpulan data kedua dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada

(39)

23 tentang e-learning yang mencakup aspek communication tools, learning objects,

management of user data, usability, adaption, technical aspects, administration,

dan course management.

3.2.3 Perencanaan Sistem

Sebelum sistem dibuat, pada tahapan ini terlebih dahulu dikumpulkan

beberapa bahan/data yang dapat dijadikan landasan awal untuk melengkapi

pembuatan e-learning. Bahan/data yang dimaksud berupa tinjauan proses

pembelajaran saat ini yang berlangsung baik di sekolah PSB inti maupun di

sekolah mitra.

Agar e-learning dapat terlaksana dengan baik perlu dibentuk tim pengelola

yang akan memantau dan melaksanakan tugas sesuai dengan peran

masing-masing. Perencanaan yang dibuat meliputi berbagai aspek strategi yaitu:

pemilihan Learning Management System (LMS) yang akan digunakan, materi

bahan ajar yang akan diunggah, pembentukan penanggung jawab pelaksana, tim

penanggung jawab mata pelajaran dan administrator yang akan bertanggung

jawab penuh terhadap e-learning.

3.2.4 Analisis Sistem

Pada tahapan ini dilakukan analisis terhadap kebutuhan sistem. Analisis

kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kebutuhan

pengguna terhadap sistem serta menganalisis elemen-elemen yang dibutuhkan

oleh sistem. Pada tahap ini dilakukan studi analisis kebutuhan dari sistem

e-learning dan pemilihan teknologi sebagai platform e-learning.

3.2.5 Perancangan Sistem

Meliputi perancangan sistem baik website yang dikembangkan dengan

menggunakan Moodle, perancangan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum,

perangkat instrumen untuk menguji kelayakan bahan.

Perancangan website yang dilakukan adalah: desain interface dari LMS

yang di kembangkan yaitu Moodle. Sedangkan perancangan bahan ajar meliputi:

(40)

(SK-24 KD), penyusunan peta bahan ajar, serta penentuan komponen penilaian bahan

ajar dan pembuatan bahan ajar.

3.2.6 Implementasi Sistem

Hasil dari tahap desain selanjutnya diwujudkan dalam perangkat lunak

e-learning. Sistem e-learning ini diimplementasikan dengan perangkat LMS

open source yang bernama Moodle. Adapun tahapan implementasi yang

dilakukan adalah :

a. Instalasi dan konfigurasi LMS.

b. Koneksi Internet dan jaringan.

c. Pengisian materi bahan ajar.

3.2.7 Uji Coba Sitem

Tahap uji coba perlu dilakukan karena hasil suatu produksi yang dianggap

baik oleh pengembang belum tentu mampu memecahkan permasalahan mendasar

yang menjadi tujuan dibuatnya produk. Uji coba yang dilakukan dengan

menggunakan uji black box terhadap e-learning yang dikembangkan. Tahap uji

coba dijaring dengan menggunakan kuesioner pemahaman pendidik dan peserta

didik tentang e-learning. Aspek yang dijaring ialah communication tools, learning

objects, management of user data, usability, adaption, technical aspects,

administration, dan course management. Maksud diadakannya uji coba adalah

mengetahui efektivitas program yang akan digunakan dari segi operasional dan

prospeknya. Dalam uji coba webe-learning ini melalui beberapa tahap yaitu:

a. Menentukan tujuan uji coba dalam pembangunan web e-learning yaitu

melihat efektivitas program/produksi yang dibuat (dilihat dari segi

operasional dan prospeknya di e-learning).

b. Pembuatan alat uji coba dilakukan supaya data yang berkaitan dengan

efektivitas program dapat dikumpulkan melalui alat uji coba, yaitu web

e-learning. Alat uji coba ini dirancang dan dibuat sebelum penulis

melakukan uji coba.

c. Membuat alat tes untuk materi ajar yang akan diunggah ke dalam

(41)

25

3.2.8 Penggunaan dan Pemeliharaan Sistem

Sistem yang sudah selesai dibuat dan siap untuk digunakan perlu untuk

selalu dimonitor dan dilakukan pemeliharaan. Kegiatan ini meliputi evaluasi dan

review secara periodik. Analisis sistem harus selalu merespon masukan-masukan

baik dari pengguna maupun dari pihak manajemen dan melakukan pemeliharaan

dan menampung semua kemauan pengguna dan selanjutnya dapat dilakukan

perbaikan-perbaikan. Perbaikan sistem merupakan kegiatan untuk memperbaiki

kesalahan dan menjadikan sistem berjalan lebih baik dan lebih berdaya guna.

Dalam pemeliharaan dan penggunaan e-learning, aspek-aspek yang perlu

diperhatikan adalah:

1. Menjalin kemitraan dengan sekolah sekitar dalam rangka mempercepat

penyiapan konten bahan ajar yang diperlukan

2. Mengadakan pelatihan terhadap tim pelaksana yang terdidri dari:

penanggung jawab pelaksana, administrator, penanggung jawab mata

pelajaran, dan pengembang konten bahan ajar.

3. Pengembangan materi bahan ajar pada e-learning dilaksanakan secara

bertahap sesuai dengan kesiapan materi bahan ajar dan tim pengembang

materi yang tersedia, adapun tahap-tahap pengembangannya yaitu:

a. Tahun 2009 untuk tujuh mata pelajaran yang termasuk dalam ujian

nasional.

b. Tahun 2010 untuk enam belas mata pelajaran ujian nasional di

tambah mata pelajaran ujian sekolah.

c. Tahun 2011 mencakup 22 pelajaran meliputi seluruh mata pelajaran.

d. Tahun 2012 dan seterusnya merupakan tahap pemantapan dan

melengkapi semua bahan ajar sesuai dengan jumlah kompetensi

(42)

26

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian merupakan penjelasan secara detail dari tahap-tahap

penelitian, ada enam tahap utama, yaitu perencanaan sistem, analisis sistem,

perancangan sistem, implementasi sistem, uji coba sistem, dan penggunaan sistem

yang dapat diuraikan sebagai berikut:

4.1 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu metode atau cara yang digunakan

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Dalam

penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode angket.

Metode angket yang digunakan adalah rating scale (skala bertingkat). Metode

angket digunakan untuk mengetahui tingkat ketertarikan pengguna terhadap

e-learning dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pengguna terhadap

aspek-aspek yang dikembangkan dalam model pembelajaran e-learning.

Pengumpulan data dilakukan dua kali, yaitu sebelum dan setelah e-learning

dikembangkan. Pengumpulan data pertama dibahas pada sub-bab ini, sedangkan

pengumpulan data kedua dibahas pada sub-bab 4.6.3 Hasil Uji Coba.

Pengumpulan data pertama dilakukan dengan cara melakukan pengamatan

langsung ke sekolah, wawancara dengan pihak-pihak terkait, serta pemberian

kuesioner untuk para pendidik.

Data pengamatan langsung atau observasi ke sekolah yang terkait dilakukan

dengan mempelajari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, mempelajari

dokumentasi tentang modul pembelajaran, proses penilaian, cara pemberian tugas,

dan proses komunikasi antara pendidik dan peserta didik maupun sebaliknya.

Sekolah yang diamati adalah sebanyak 5 sekolah mitra dan PSB inti. Sekolah

mitra yang dimaksud adalah SMA Mardi Yuana Depok, SMAN 3 Depok, SMAN

3 Bekasi, SMAN 1 Cibinong, dan SMAN 2 Cibinong. Sedangkan PSB inti adalah

SMA PLUS PGRI Cibinong. Secara umum hasil pengamatan menyimpulkan

bahwa baik di sekolah PSB inti maupun sekolah mitra umumnya masih dilakukan

secara manual yaitu sumber belajar masih bersumber dari pendidik.

Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait yaitu kepala sekolah dan

(43)

27 manusia (SDM) yang dimiliki, sarana yang dimiliki untuk sebuah model

pembelajaran e-learning, serta kebijakan kepala sekolah untuk mengubah model

pembelajaran dari konvensional menjadi pembelajaran modern dan dilengkapi

e-lerning sebagai media pembelajaran. Wawancara dengan pendidik meliputi

aspek-aspek kesiapan untuk membuat materi bahan ajar, kesediaan untuk mengikuti

pelatihan pembuatan bahan ajar. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh data

bahwa semua kepala sekolah bersedia meningkatkan SDM dan merubah model

pembelajaran akan tetapi belum memiliki sarana untuk mengembangkan

e-learning, sedang sebagian besar dari pendidik bersedia membuat bahan ajar dan

mengikuti pelatihan.

Pada awalnya peneliti berharap bahwa para pendidik paling tidak

mempunyai keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk menunjang

suksesnya pemakaian sistem e-learning. Namun ternyata kemampuan para

pendidik masih kurang dalam hal pengembangan bahan ajar berbasis TIK, hal ini

didukung dari pengalaman dan pendapat para pendidik, memang ditemukan ada

beberapa kendala yang harus diatasi. Harapan utama dari sini adalah para

pendidik dari sekolah yang sudah mapan akan dapat berkontribusi aktif

menyumbangkan materi di e-learning yang dapat segera dimanfaatkan oleh

pendidik. Dari seluruh 35 pendidik yang menjadi responden, semuanya 100%

sudah mempunyai komputer di rumahnya, dan yang sudah terhubung internet

60%. Para pendidik yang sangat nyaman bekerja dengan komputer 67%,

sedangkan 33% hanya memakainya jika perlu. Kemampuan pemanfaatan internet

seperti Internet Explorer atau Firefox dan lain-lain 100 % pendidik sudah bisa

menggunakannya. Tentang cara penggunaan software populer Microsoft Office

seperti Microsoft Word, Excel dan Power Point, 80 – 100 % menyatakan sering

menggunakan. Kemudian, yang telah mempunyai akun e-mail sebanyak 83 %,

dan 66% sering menggunakan dan rutin memeriksanya (Lampiran 1).

Namun hanya sedikit pendidik yang memiliki kemampuan untuk membuat

desain web, yakni 11,4%, selebihnya tidak tahu sama sekali. Hal yang sama juga

terjadi pada pengetahuan tentang jaringan hanya sekitar 18 % pendidik yang

dapat melakukan pengaturan jaringan dan selebihnya tidak bisa memanfaatkan

(44)

28

4.2 Perencanaan Sistem

Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan untuk

mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan perancangan e-learning, yaitu

dengan harapan agar proses perancangan e-learning dapat terarah dengan sangat

baik. Perencanaan yang dibuat meliputi banyak aspek strategi yaitu: pemilihan

LMS yang akan digunakan, materi bahan ajar yang akan diunggah, pembentukan

penanggung jawab pelaksana, tim penanggung jawab mata pelajaran, serta

administrator yang akan bertanggung jawab penuh terhadap e-learning.

Pemilihan LMS dilakukan dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang

terdapat pada LMS tersebut, yaitu apakah telah sesuai atau mencukupi untuk

proses pembelajaran. Adapun fungsi-fungsi dasar yang diperlukan yaitu :

a. Katalog/Administrasi : untuk menampilkan informasi tentang suatu pelajaran

dengan lengkap, meliputi judul, tujuan, cakupan atau outline, durasi, target,

tanggal tersedia, materi pendahuluan, serta tes yang harus diikuti.

b. Komunikasi : untuk menampilkan forum, chat, pesan, dan pengumuman.

c. Evaluasi : Mengukur seberapa jauh peserta didik dapat menyerap materi

d. Laporan : mengakses sistem dan mencetak laporan secara langsung, tanpa

meminta bantuan administrator.

e. Rencana Pembelajaran : secara otomatis merekomendasikan program

pembelajaran yang sesuai dan mengatur jadwalnya.

f. Registrasi dan persetujuan : memungkinkan peserta mendaftar secara online,

baik pendidik maupun peserta didik.

Pemilihan LMS pada penelitian ini menerapkan hasil penelitian dari Graf

dan List (2005) yang dibiayai oleh European Social Fund (ESF) yang membahas

tentang evaluasi dan komparasi LMS berbasis open source. Graf menggunakan

satu metode evaluasi produk software bernama Qualitative Weight and Sum

(QWS). QWS menghitung bobot (weight) menggunakan enam simbol kualitatif

berdasarkan tingkat kepentingannya (importance level). Simbol-simbol tersebut

adalah (diurutkan dari yang paling penting): E (Essential), * (Extremely

Valuable), # (Very Valuable), + (Valuable), | (M

Gambar

Gambar 1 Jaringan internet yang dapat diakses untuk pembelajaran (Hasbullah  2008)
Gambar 2 Keterkaitan komponen PSB-SMA (Depdiknas 2010)
Gambar 3.
Tabel 1 Komparasi dan evaluasi LMS Open Source
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Karena pada pembangkit listrik ini diperlukan debit air yang cukup untuk menggerakan turbin agar dapat menghasilkan enegri listrik yang akan dimanfaatkan untuk masyarakat, maka perlu

Turbin francis adalah termasuk turbin jenis ini Gambar 17. Konstruksi turbin terdiri dari dari sudu pengarah dan sudu jalan, dan kedua sudu tersebut, semuanya

Untuk waktu operasional efektif PLTMH ditetapkan berdasarkan perhitungan energi dari debit andalan Q80 dengan simulasi waktu operasional yaitu PLTMH aktif pada 15 hari ke 1-13

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan judul ”REVITALISASI PEMBANGKIT LISTRIK

Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan debit andalan Sungai Air Anak dengan perbandingan debit andalan Sungai Way Besai yang didapat dari pengolahan data debit yang tercatat

Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan debit andalan Sungai Air Anak dengan perbandingan debit andalan Sungai Way Besai yang didapat dari pengolahan data debit

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit andalan Q90 Sungai Yaentu paling maksimum yang terjadi pada bulan Juli yaitu sebesar 2,21 m³/dtk dapat menghasilkan potensi daya