• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Kelembagaan dan Nilai Kebersediaan Membayar Masyarakat terhadap Keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Cisalimar (Studi Kasus Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Kelembagaan dan Nilai Kebersediaan Membayar Masyarakat terhadap Keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Cisalimar (Studi Kasus Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi)"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

 

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan

sumberdaya alam yang melimpah. Indonesia memiliki sumberdaya yang dapat

dimanfaatkan dan digunakan dalam keberlangsungan makhluk hidup. Sumberdaya

alam tersebut seperti air, udara, lahan, hutan dan lain-lain merupakan sumberdaya

yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilang serta berkurangnya

ketersediaan sumberdaya tersebut akan berdampak sangat besar bagi

kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi. Sumberdaya alam dibagi

menjadi dua yaitu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable) dan

sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable). Sumberdaya

alam memiliki nilai intrinsik yaitu nilai yang terkandung dalam sumberdaya,

terlepas apakah sumberdaya tersebut dikonsumsi atau tidak. (Fauzi, 2004)

Sumberdaya air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat

penting bagi kehidupan makhluk hidup. Selain dapat dimanfaatkan langsung

untuk konsumsi, air juga memiliki manfaat tidak langsung sebagai jasa

lingkungan. Air sering kali dipandang hanya sebelah mata oleh masyarakat pada

umumnya karena air tidak memiliki harga pasar. Suatu saat nanti, air akan

menjadi barang yang mahal karena pengelolaan untuk mendapatkan air baik

secara kuantitatif dan kualitatif memerlukan biaya yang cukup besar. Air yang

baik secara kuantitas dan kualitas dipengaruhi oleh proses hidrologis yaitu siklus

air yang berjalan sesuai dengan proses alami. Daur hidrologis menyebabkan air

selalu tersedia di alam dan dapat digunakan untuk kepentingan makhluk hidup.

(2)

2   

penyimpanan air di bumi dalam proses daur hidrologis. Kerusakan hutan

merupakan salah satu kerusakan yang dapat mempengaruhi proses hidrologis.

Akibat kerusakan hutan maka fungsi hutan sebagai daerah resapan air dan penjaga

tata kelola air akan hilang sehingga air tidak bertahan lama di bumi dan

persediaan air di bumi menjadi sedikit. Selain pengelolaan hutan pengelolaan

lahan juga berperan penting dalam persedian air di bumi. Pengelolaan lahan yang

baik dapat menjadi tempat penyimpanan air untuk melakukan proses hidrologis.

Sumberdaya air tidak hanya berfungsi untuk dikonsumsi dalam memenuhi

kebutuhan domestik seperti minum, mencuci, memasak dan yang lainnya, tetapi

air juga dapat berfungsi sebagai non-konsumtif yaitu sebagai penghasil listrik

atau pembangkit tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Desa

Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional

Gunung Halimun Salak, merupakan salah satu desa yang memanfaatkan Sungai

Citamiang untuk pembangkit listik tenaga air.

Pembangkit listrik dengan tenaga air sungai atau yang dikenal dengan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) memberikan banyak manfaat

kepada masyarakat Desa Cipeuteuy. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ini

dibangun dengan dana yang diberikan oleh Japan International Cooperation

Agency (JICA). Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ini dikelola oleh

masyarakat dalam bentuk kelompok masyarakat. Belum tersedianya jaringan

listrik yang masuk ke Desa Cipeuteuy merupakan salah satu faktor didirikannya

PLTMH. Hal ini dikarenakan daerahnya yang terpencil dan sulit untuk dijangkau

oleh jaringan listrik. Peran pemerintah yang masih terbatas pun menjadi salah satu

(3)

 

karena itu setelah adanya PLTMH Cisalimar di Desa Cipeuteuy, akan dilakukan

penelitian mengenai sistem kelembagaan yang diterapkan untuk mengelola

PLTMH Cisalimar dan kemampuan masyarakat untuk membayar jasa lingkungan

yang dimanfaatkan untuk PLTMH Cisalimar agar pengelolaannya dapat

berkelanjutan.

1.2 Perumusan Masalah

Air merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

manusia. Menurut Fauzi (2004) air merupakan sumberdaya yang klasifikasinya

dapat digolongkan baik ke dalam sumberdaya yang dapat diperbarukan maupun

tidak terbarukan, tergantung pada sumber pemanfaatannya. Pengadaan air yang

baik secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh proses hidrologis yaitu yang

menggambarkan perjalanan siklus air dengan proses alami. Proses hidrologis akan

berjalan dengan lancar jika tidak ada permasalahan pada faktor-faktor yang

mempengaruhinya yaitu adalah hutan dan pengelolaan tanah sebagai tempat

resapan dan penyimpanan air.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro menggunakan sistem aliran

sungai dan hanya akan memproduksi listrik jika memiliki debit air yang cukup.

Keberadaan debit air yang mengalir dari hulu akan mempengaruhi keberlanjutan

produksi listrik di hilir. Penebangan pohon dan perambahan hutan yang terjadi di

dalam kawasan taman nasional merupakan perusakan hutan yang akan

berpengaruh langsung terhadap keberlanjutan debit air sungai, kualitas air sungai

dan produksi listrik. Korelasi langsung antara keadaan hutan dengan produksi

(4)

4   

menumbuhkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat untuk menjaga

kelestarian hutan.

Pemanfaatan air untuk pembangkit listrik membutuhkan ketersedian air

yang cukup agar dapat digunakan sehingga dapat menghasilkan energi listrik. Hal

ini disebabkan karena keadaan air yang berfluktuasi dalam waktu harian ataupun

musiman maka debit air harus selalu dijaga dan dipertahankan agar tidak terjadi

penurunan debit air. Dalam meminimalkan fluktuasi air maka keseimbangan

lingkungan harus dijaga dengan melakukan penghijauan pada hutan, penanaman

vegetasi dan pengelolaan lahan yang baik. Tidak hanya dalam pengelolaan taman

nasional yang harus dilakukan dengan baik, namun pada pengelolaan PLTMH

Cisalimar juga harus dilakukan dengan baik agar listrik yang dihasilkan dari

pembangkit listrik tenaga air dapat terus dialirkan dan dimanfaatkan oleh

masyarakat dengan berkelanjutan.

Sistem kelembagaan dari taman nasional maupun PLTMH Cisalimar harus

dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat serta untuk

keberlanjutan dari PLTMH ini. Penelitian ini akan mengestimasi nilai willingness

to pay (WTP) terhadap pengelolaan hutan di hulu untuk ketersediaan air Sungai

Citamiang yang dimanfaatkan untuk menggerakan turbin PLTMH Cisalimar,

sehingga dapat menghasilkan aliran listrik bagi masyarakat Desa Cipeuteuy.

Diperlukan adanya kebijakan-kebijakan dari pengelola dan pemerintahan terhadap

pengelolaan PLTMH Cisalimar agar terus berkelanjutan. Dengan adanya

kebijakan pengelolaan maka PLTMH Cisalimar dapat dimanfaatkan dengan

(5)

 

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana sistem kelembagaan yang diterapkan pada pengelolaan

PLTMH Cisalimar?

2. Berapa besar nilai membayar masyarakat (WTP) untuk ketersediaan air

sungai agar PLTMH Cisalimar dapat berkelanjutan?

3. Bagaimana kebijakan yang dilakukan untuk keberlanjutan pengelolaan

PLTMH Cisalimar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi sistem kelembagaan pada pengelolaan PLTMH

Cisalimar.

2. Mengestimasi besarnya nilai kesediaan membayar masyarakat (WTP)

untuk ketersediaan air agar PLTMH Cisalimar dapat berkelanjutan.

3. Mengidentifikasi kebijakan untuk keberlanjutan pengelolaan PLTMH

Cisalimar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain, yaitu :

1. Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

program Strata Satu (S1) pada Departemen Ekonomi Sumberdaya Alam

dan Lingkungan Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran dan aplikasi dari ilmu ekonomi

sumberdaya dan lingkungan yang telah dipelajari selama perkuliahan

(6)

6   

3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kebijakan

untuk membuat kebijakan mengenai sistem kelembagaan dan pemanfaatan

sumberdaya air yang berkelanjutan.

4. Bagi masyarakat, dapat memberikan informasi serta pemahaman mengenai

pentingnya manfaat dari sumberdaya air dan suatu sistem kelembagaan,

sehingga keberadaannya perlu dijaga dan dilestarikan.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini mengestimasi nilai yang bersedia dibayar oleh masyarakat

Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi untuk keberlanjutan PLTMH Cisalimar,

serta mengkaji sistem kelembagaan dan kebijakan untuk keberlanjutan

pengelolaan PLTMH Cisalimar. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) Cisalimar juga memberikan dampak yang positif pada desa Cipeuteuy

sehingga menjadikan desa yang mandiri karena dapat membangun desanya

dengan kerjasama antara masyarakat desa. Data mengenai WTP yang dibutuhkan

dapat dilihat dari ketersediaan membayar masyarakat untuk keberlanjutan

PLTMH Cisalimar. Masyarakat Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi akan

dijadikan responden untuk mengetahui berapa nilai yang bersedia dibayar untuk

keberlanjutan PLTMH Cisalimar. Selain itu dibutuhkan data sekunder untuk

mengetahui data masyarakat Desa Cipeuteuy dan data sistem kelembagaan yang

(7)

  II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sumberdaya Air

Air adalah semua air yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan

tanah. Air dalam pengertian ini termasuk air permukaan, air tanah, air hujan dan

air laut yang dimanfaatkan di darat. Sedangkan pengertian sumberdaya air adalah

air dan semua potensi yang terdapat pada air, sumber air, termasuk sarana dan

prasarana pengairan yang dapat dimanfaatkan, namun tidak termasuk kekayaan

hewani yang ada di dalamnya (Sunaryo, 2004).

Menurut Middleton (2008) dalam Sunaryo (2004) air merupakan elemen

yang paling melimpah di atas bumi, yang meliputi 70 persen permukaannya dan

berjumlah kira-kira 1.4 ribu juta kilometer kubik. Namun hanya sebagian kecil

saja dari jumlah ini yang benar-benar dimanfaatkan, yaitu kira-kira hanya 0,003

persen. Sebagian besar air, kira-kira 97 persen, ada dalam samudera, laut, dan

kadar garamnya terlalu tinggi.

2.2 Manfaat Sumberdaya Air

Air merupakan unsur utama bagi makhluk hidup di planet ini. Manusia

mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air ia

akan mati dalam beberapa hari saja. Air tidak hanya berfungsi untuk kehidupan

saja namun juga untuk keseimbangan ekosistem. Beberapa karakteristik dasar dari

sumberdaya air dinyatakan antara lain oleh aliran yang dapat mencakup beberapa

wilayah administratif sehingga air sering kali disebut sebagai sumberdaya dinamis

yang mengalir (dynamic flowing resource). Selain itu, air pun dimanfaatkan oleh

berbagai sektor, tidak hanya untuk keperluan domestik seperti minum dan

(8)

8   

daya listrik, peternakan hewan, serta transportasi. Oleh karena sifat air yang selalu

mengalir, maka dengan sendirinya ada keterkaitan yang sangat erat antara

kuantitas dan kualitas, hulu dengan hilir, in-stream dengan off-stream, air

permukaan dengan air bawah tanah. Air memerlukan sifat kelanggengan ketika

dipergunakan atau dimanfaatkan baik oleh generasi sekarang maupun generasi

mendatang (Sunaryo, 2004).

2.3 Pengelolaan Sumberdaya Air

Menurut Sunaryo (2004) berbagai persoalan tentang sumberdaya air yang

berkaitan dengan kuantitas dan kualitasnya menyadarkan semua pihak bahwa

persoalan air perlu dilakukan dengan tindakan yang tepat sehingga menghasilkan

solusi yang optimal. Diperlukan pengelolaan sumberdaya air terpadu, menyeluruh

dan berwawasan lingkungan agar sumberdaya air dapat dimanfaatkan secara

berkelanjutan.

Pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,

memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air,

pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air. Adapun visi dan

misi pengelolaan sumberdaya air adalah mewujudkan kemanfaatan sumberdaya

air bagi kesejahteraan seluruh rakyat dan konservasi sumberdaya air yang adil

untuk berbagai kebutuhan masyarakat. Salah satu tujuan pengelolaan sumberdaya

air adalah mendukung pembangunan regional dan nasional yang berkelanjutan

dengan mewujudkan keberlanjutan sumberdaya air (Sunaryo, 2004).

2.4 Air Sungai Sebagai Common Property Resources

Air sungai merupakan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh setiap

(9)

 

memiliki sifat common property karena setiap orang dapat memanfaatkannya,

namun yang memanfaatkannya tidak memiliki kendali dan tanggung jawab yang

jelas terhadap kualitas atau prospek air sungai tersebut sehingga tidak ada kendali

untuk membuat keputusan investasi dan efisiensi alokasi, akibatnya terjadi

eksternalitas pada air sungai (Putri, 2008).

2.5 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)

Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit

listrik yang mengunakan energi air atau yang biasa dikenal dengan Pembangkit

Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). PLTMH merupakan pembangkit listrik

kecil yang menggunakan tenaga air di bawah kapasitas 100 kW yang dapat

berasal dari saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan

tinggi terjun (head) dan debit air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai

sumber daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan

ketinggian tertentu dan instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun

ketinggiannya dari instalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan

untuk menghasilkan energi listrik (Guntoro, 2008).

Mikrohidro dibangun berdasarkan adanya air yang mengalir di suatu

daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Mikrohidro juga dikenal

sebagai white resources atau energi putih, karena menggunakan sumber daya yang

telah disediakan oleh alam dan ramah lingkungan. Dengan teknologi sekarang

maka energi gravitasi dapat diubah menjadi energi listrik.

2.6 Fungsi dan Manfaat PLTMH

Menurut Guntoro (2008) Pembangkit Listrik Tenaga Mikro hidro

(10)

10   

terpencil. Karena daerah terpencil banyak memiliki keterbatasan salah satunya

tersedianya aliran listrik. Dengan adanya PLTMH yang dibangun maka

masyarakat desa dapat menggunakan energi listrik yang dihasilkan dari PLTMH

untuk penerangan pada malam hari dan kebutuhan hidup sehari-hari. Fungsi dan

manfaat PLTMH juga dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

ƒ Aspek Sosial Ekonomi

Selain dapat menyediakan listrik untuk kebutuhan rumah tangga, kehadiran

PLTMH juga dapat menyediakan energi yang cukup besar dan dapat

dimanfaatkan kegiatan-kegiatan produktif terutama pada siang hari ketika beban

listrik rendah. Berdasarkan sudut pandang dari aspek sosial ekonomi PLTMH

juga memiliki kelebihan untuk meningkatkan produktivitas dan aktivitas ekonomi

masyarakat melalui munculnya atau meningkatnya produktivitas industri kecil

rumah tangga, menciptakan lapangan-lapangan kerja baru di desa.

ƒ Aspek Pengembangan Kelembagaan Masyarakat

Pengoperasian PLTMH menuntut adanya suatu lembaga tersendiri yang

menjalankan fungsi-fungsi pengelolaan dan perawatan. Lembaga tersebut akan

menambah keberadaan lembaga yang sudah ada di desa dan secara tidak langsung

dapat menjadi media pengembangan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan

kelembagaan dan pelayanan publik.

ƒ Aspek Lingkungan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ramah terhadap

lingkungan karena tidak menghasilkan polusi udara atau limbah lainnya dan tidak

merusak ekosistem sungai. Penyediaan listrik menggunakan PLTMH akan

(11)

 

tanah dan solar) untuk penerangan dan kegiatan rumah tangga lainya. Selain itu

tambahan manfaat langsung yang dirasakan oleh masyarakat dari sumberdaya air

diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk memelihara daerah tangkapan air

demi menjamin pasokan air bagi kelangsungan operasi PLTMH.

ƒ Aspek Teknologi

Berdasarkan aspek teknologi terdapat keuntungan dan kemudahan pada

pembangunan dan pengelolaan PLTMH dibandingkan pembangkit listrik jenis

lain. PLTMH memiliki konstruksi yang relatif sederhana, mudah dalam perawatan

dan penyediaan suku cadang, serta dapat dioperasikan dan dirawat oleh

masyarakat desa dengan biaya perawatan yang rendah.

2.7 Teori Kelembagaan

Keyakinan bahwa kelembagaan (institutions) dapat menjadi sumber

efisiensi dan kemajuan ekonomi telah diterima oleh sebagian besar ekonom.

Sampai saat ini masih belum terdapat kejelasan mengenai makna dan definisi dari

kelembagan (Yustika, 2006 dalam Suhana, 2008).

Menurut Ostrom (1985) dalam Suhana (2008) mendefinisikan

kelembagaan sebagai aturan dan rambu-rambu sebagai panduan yang dipakai oleh

para anggota suatu kelompok masyarakat untuk mengatur hubungan yang saling

mengikat atau saling tergantung satu sama lain. Penataan institusi (institutional

arrangement) dapat ditentukan oleh beberapa unsur, yaitu aturan operasional

untuk pengaturan pemanfaatan sumberdaya, aturan kolektif untuk menentukan,

menegakan hukum atau aturan itu sendiri dan untuk merubah aturan operasional

(12)

12   

Williamson (1985) dalam Suhana (2008) menyatakan bahwa kelembagaan

mencakup penataan institusi (institutional arrangement) untuk memadukan

organisasi dan institusi. Penataan institusi adalah suatu penataan hubungan antara

unit-unit ekonomi yang mengatur cara unit-unit ini apakah dapat bekerjasama dan

atau berkompetisi. Dalam pendekatan ini organisasi adalah suatu pertanyaan

mengenai aktor atau pelaku ekonomi dimana ada kontrak atau transaksi yang

dilakukan dan tujuan utama kontrak adalah mengurangi biaya transaksi.

Bardhan (1989) dalam Suhana (2008) menyatakan bahwa kelembagaan

akan lebih akurat bila didefinisikan sebagai aturan-aturan sosial, kesepakatan dan

elemen lain dari struktur kerangka kerja interaksi sosial. North (1990)

memperdalam lagi tentang definisi kelembagaan, kelembagaan merupakan aturan

main di dalam suatu kelompok sosial dan sangat dipengaurhi oleh faktor-faktor

ekonomi, sosial dan politik. Institusi dapat berupa aturan formal atau dalam

bentuk kode etik informasi yang disepakati bersama. North membedakan antara

institusi dari organisasi dan mengatakan bahwa institusi adalah aturan main

sedangkan organisasi adalah pemainnya.

Pejovich (1999) dalam Suhana (2008) menyatakan bahwa kelembagaan

memiliki tiga komponen, yakni :

1. Aturan formal ( formal institutions), meliputi konstitusi, statuta, hukum dan

seluruh relugasi pemerintah lainnya. Aturan formal membentuk sistem politik

(struktur pemerintahan, hak-hak individu), sistem ekonomi (hak kepemilikan

dalam kondisi kelangkaan sumberdaya, kontrak), dan sistem keamanan

(13)

 

2. Aturan informal (informal institutions), meliputi pengalaman, nilai-nilai

tradisional, agama dan seluruh faktor yang mempengaruhi bentuk persepsi

subjektif individu tentang dunia tempat hidup mereka.

3. Mekanisme penegakan (enforcement mechanism), semua kelembagaan

tersebut tidak akan efektif apabila tidak diiringi dengan mekanisme

penegakan.

2.7.1 Tiga Lapisan Kelembagaan

Definisi kelembagaan dapat dilihat dari sudut pandang makro dan mikro.

Terdapat tiga lapisan kelembagaan yang terkait dengan ekonomi politik, yaitu

kelembagaan sebagai norma-norma dan konvensi, kelembagaan sebagai aturan

main dan kelembagaan sebagai hubungan kepemilikan (Deliarnov, 2006 dalam

Suhana, 2008).

a) Kelembagaan Sebagai Norma-Norma dan Konvensi

Kelembagaan sebagai norma-norma dan konvensi ini lebih diartikan

sebagai aransemen berdasarkan konsensus atau pola tingkah laku dan norma yang

disepakati bersama. Norma dan konvensi umumnya bersifat informal, ditegakan

oleh keluarga, masyarakat, adat dan sebagainya.

Hampir semua aktivitas manusia memerlukan konvensi-konvensi

pengaturan yang memfasilitasi proses-proses sosial, dan begitu juga dalam setiap

masyarakat diperlukan seperangkat norma-norma tingkah laku untuk membatasi

tindakan-tindakan yang diperbolehkan. Jika aturan diikuti, proses-proses sosial

bisa berjalan baik. Namun jika dilanggar maka yang akan timbul hanya kekacauan

(14)

14   

b) Kelembagaan Sebagai Aturan Main

Bogason (2000) dalam Suhana (2008) menyatakan ada tiga level aturan,

yaitu level aksi, level aksi kolektif dan level konstitusi. Pada level aksi, aturan

secara langsung mempengaruhi aksi nyata. Dalam hal ini biasanya ada standar

atau rule of the conduct. Pada level aksi kolektif, kita mendefinisikan aturan untuk

aksi pada masa-masa yang akan datang. Aktifitas penetapan aturan seperti ini

sering juga disebut kebijakan. Pada level konstitusi kita diskusikan prinsip-prinsip

bagi pengambilam keputusan kolektif masa yang akan datang, seperti

prinsip-prinsip demokrasi. Aturan-aturan pada level konstitusi ini biasanya ditulis secara

formal dan dikodifikasi.

Bromley (1989) dalam Suhana (2008) menyatakan bahwa institusi sebagai

aturan main biasanya lebih formal (ditegakan oleh aparat pemerintah) dan bersifat

tertulis. Namun, ada juga kelembagaan yang tidak tertulis secara formal atau tidak

dikodifikasi. Yang paling dibutuhkan hanya seperangkat istilah yang membatasi

sebuah struktur bagi interaksi manusia dan pemahaman bersama tentang alat-alat

untuk menyelesaikan konflik di dalam struktur tersebut.

c) Kelembagaan Sebagai Pengaturan Hubungan Kepemilikan

Sebagai pengatur hubungan kepemilikan, kelembagaan dianggap sebagai

aransemen social yang mengatur : (1) individu atau kelompok pemilik, (2) objek

nilai bagi pemilik dan orang lain, serta (3) orang dan pihak lain yang terlibat

dalam suatu kepemilikan (Delairnov 2006 dalam Suhana 2008). Alchian (1993)

dalam Suhana (2008) menyatakan bahwa ada tiga elemen utama hak kepemilikan,

yaitu (1) hak eksklusif untuk memilih penggunaan dari suatu sumberdaya, (2) hak

(15)

 

untuk menukarkan sumberdaya yang dimiliki sesuai persyaratan yang disepakati.

Dari uraian tersebut, tersirat bahwa pihak yang memiliki suatu sumberdaya,berhak

mengontrol penggunaan sumberdaya tersebut. Seseorang tidak bebas berbuat

sesuka hatinya atas barang yang dimilikinya, sebab bagaimana pun

memperlakukan dan menggunakan sumberdaya tersebut dinilai oleh masyarakat.

2.8 Willingness To Pay (WTP)

Willingness to pay (WTP) adalah kesediaan individu untuk membayar

terhadap suatu kondisi lingkungan atau penelitian terhadap sumberdaya alam dan

jasa lingkungan dalam memperbaiki kualitas lingkungan atau penghindaran dari

kerusakan lingkungan. Konsep WTP atau kesediaan membayar menghasilkan

nilai ekonomi yang didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum

seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan

jasa lainnya. WTP juga dapat diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau

membayar untuk menghindari terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi,

2004).

Nilai WTP ini juga menggambarkan seberapa jauh kemampuan seorang

individu atau masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang

dalam memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai yang diinginkan dan secara

berkelanjutan (Hanley dan Spash, 1993). Pengukuran WTP yang dapat diterima

(reasonable) harus memenuhi syarat: (1) WTP tidak memiliki batas bawah yang

negatif, (2) batas atas WTP tidak boleh melebihi pendapatan , dan (3) adanya

konsistensi antara keacakan (randomness) pendugaan dan keacakan

(16)

16   

Kesediaan membayar atau WTP yang didapatkan langsung dari responden

secara lisan maupun tertulis merupakan salah satu kelompok dalam teknik valuasi

ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan. Salah satu teknik valuasi

ekonomi sumberdaya yang umum digunakan dalam kelompok ini adalah

Contingen Valuation Method (CVM) (Fauzi, 2004).

2.9 Contingen Valuation Method (CVM)

Pendekatan contingen valuation method (CVM) pertama kali dikenalkan

oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan di miami.

Pendekatan ini baru populer sekitar pertengahan 1970-an ketika pemerintah

Amerika Serikat mengadopsi pendekatan ini untuk studi-studi sumber daya alam.

Metode valuasi kontingensi merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan

dilakukannya estimasi nilai ekonomi sejumlah besar komoditi yang tidak

diperjualbelikan di pasar, termasuk nilai ekonomi dari barang lingkungan (Hanley

and Spash, 1993).

Asumsi dasar CVM adalah individu benar-benar memahami pilihan

masing-masing dan mengenal kondisi lingkungan yang dinilai. Selain itu, apa

yang akan dikatakan individu adalah apa yang sungguh-sungguh akan dilakukan

jika pasar untuk barang lingkungan tersebut benar-benar ada. Tujuan CVM adalah

mengetahui keinginan seseorang untuk membayar WTP, misalnya terhadap

perbaikan kualitas lingkungan (air, udara, dan sebagainya) atau keinginan

seseorang untuk menerima kerusakan lingkungan. CVM digunakan untuk

pendekatan secara langsung yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat

berapa besarnya maksimum kesediaan membayar (WTP) manfaat tambahan yang

(17)

 

(WTA) kompensasi dari penurunan kualitas barang lingkungan. Pada penelitian

ini , sudut pandang pendekatan yang akan digunakan adalah WTP (Kurnia, 2010).

2.10 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai Sistem Kelembagaan dan Nilai Kebersediaan

Membayar Masyarakat terhadap Keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Hidro Cisalimar masih sulit ditemukan. Salah satu peneliti yang mengkaji tentang

ekonomi kelembagaan dalam suatu pengelolaan yaitu Suhana dari Sekolah

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Suhana (2008) melakukan penelitian

dengan judul ”Analisis Ekonomi Kelembagaan dalam Pengelolaan Sumberdaya

Ikan Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi”. Tujuan penelitian tersebut

adalah mengidentifikasi dan menganalisa peran masing-masing kelembagaan yang

ada di Teluk Palabuhan ratu dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

ikan serta menganalisis tatanan kelembagaan tersebut dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya ikan. Hasil yang ditunjukkan bahwa aktor-aktor yang

harus dilibatkan secara langsung dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

ikan terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, akademis dan aparat keamanan.

Merryna (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Willingness

to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab”.

Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mencari nilai willingness to pay (WTP)

masyarakat terhadap instrument ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan ,

faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk melakukan

pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhinilai kesediaan

tersebut. Hasil yang ditunjukkan oleh penelitian ini adalah nilai rataan WTP

(18)

18   

83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dipengaruhi

oleh penilaiaan kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan

(19)

  III. KERANGKA PEMIKIRAN

Air merupakan unsur utama bagi makhluk hidup. Seluruh makhluk hidup

membutuhkan air agar dapat bertahan hidup. Air berfungsi sangat penting

dikehidupan ekonomi modern saat ini untuk budidaya pertanian, industri

pembangkit listrik dan transportasi. Air juga dapat diklasifikasikan menjadi

sumberdaya yang diperbarukan maupun tidak diperbarukan, tergantung pada

sumber dan pemanfaatannya. Sumberdaya air tidak hanya dimanfaatkan secara

konsumtif saja, namun dapat dimanfaatkan secara non-konsumtif yaitu

memanfaatkan air hanya sebagai media, salah satu contohnya adalah

memanfaatkan air sebagai pembangkit listrik tenaga air. Pemanfaatan air juga

harus dilakukan dengan pengelolaan lingkungan yang seimbang agar tidak terjadi

kekeringan, pendangkalan sungai dan lain sebagainya. Pengelolaan lingkungan

dapat dilakukan dengan cara adopsi pohon di kawasan hulu sungai, pengelolaan

lahan agar tidak terjadi erosi yang mengakibatkan endapan dan pendangkalan

pada aliran sungai, memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang berada di

sekitar daerah aliran sungai untuk tidak membuang sampah ke sungai dan

membantu menjaga aliran sungai.

Pemanfaatan air sebagai media untuk pembangkit listrik pada saat ini

sudah banyak dilakukan di Indonesia. Salah satu daerah yang melakukan

pemanfaatan air untuk pembangkit listrik adalah Desa Cipeuteuy, Kabupaten

Sukabumi. Desa Cipeuteuy ini memanfaatkan air dari aliran sungai Taman

Nasional Gunung Halimun Salak untuk pembangkit tenaga listrik atau PLTMH

(20)

20   

oleh karena tidak adanya jaringan listrik dari PLN ke daerah tersebut dikarenakan

letaknya yang sulit dijangkau.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) biasa disebut dengan

mikrohidro, PLTMH adalah suatu pembangkit listrik kecil yang menggunakan

tenaga air di bawah kapasitas 100 kW yang dapat berasal dari saluran irigasi,

sungai atau air terjun alam dengan cara memanfaatkan tinggi terjun (head) dan

debit air. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Cisalimar di Desa

Cipeuteuy sangat berpengaruh bagi perkembangan dan kemajuan desa ini.

Estimasi nilai yang bersedia dibayar oleh masyarakat Desa Cipeuteuy perlu

dilakukan agar pengelolaan dan ketersediaan air Sungai Citamiang terjamin

keberlanjutannya. Pengoperasian PLTMH Cisalimar juga menuntut adanya suatu

sistem kelembagaan tersendiri yang menjalankan fungsi-fungsi pengelolaan dan

perawatan. Lembaga tersebut akan menambah keberadaan lembaga yang sudah

ada di desa dan secara tidak langsung dapat menjadi media pengembangan

kapasitas masyarakat dalam pengelolaan kelembagaan dan pelayanan publik.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini akan mengidentifikasi

sistem kelembagaan dari PLTMH Cisalamar, mengestimasi WTP masyarakat

Desa Cipeuteuy untuk keberlanjutan PLTMH Cisalimar dan mengidentifikasi

kebijakan. Langkah pertama, mengidentifikasi sistem kelembagaan PLTMH

Cisalimar. Adapun yang harus dilakukan dalam mengidentifikasi sistem

kelembagaan ini terdapat dalam tabel 1. Data ini merupakan data sekunder yang

diperoleh dari berbagai literatur dan instansi yang terkait. Selanjutnya, data ini

(21)

  Tabel 1 Karakteristik Kondisi dan Hubungan dalam Kelompok-Kelompok Bagian

Hulu dan Hilir

Karakteristik Kondisi dan Hubungan dalam Kelompok-Kelompok Bagian Hulu dan Hilir

1. Karakteristik sumberdaya system

Ukuran kecil

Batas-batas boundaries

Perbaikan sumberdaya untuk intervesi tertentu

2. Karakteritik kelompok

Ukuran kecil

Pembagian norma-norma Pengalaman organisasi Kepemimpinan yang tepat

Saling ketergantungan antara anggota kelompok Kepentingan yang sama

Kemiskinan rendah

3. Hubungan antara sumberdaya sistem dan kelompok

Perebutan lahan yang digunakan kelompok masyarakat dan sumberdaya Ketergantungan yang tinggi antara kelompok masyarakat dengan sistem sumberdaya

4. Pengaturan kelembagaan

Aturan yang mudah dipahami

Kemudahan dalam penegakan aturan Sanksi

5. Lingkungan eksternal

Tidak adanya campur tangan pemerintah pusat Bantuan dari luar untuk konservasi

Sumber: munoz@wifa.uni-leipzig.de

Langkah kedua, mengestimasi nilai kebersediaan membayar masyarakat

untuk pengelolaan dan keberlanjutan PLTMH Cisalimar. Data yang dibutuhkan

merupakan data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan

menggunakan kuesioner kepada masyarakat Desa Cipeuteuy yang memanfaatkan

PLTMH Cisalimar. Hasil dari wawancara ini untuk mengestimasi nilai WTP yang

dibayar masyarakat Desa Cipeuteuy terhadap PLTMH Cisalimar. Selanjutnya data

dianalisis dengan metode kuantitatif. Langkah terakhir, mengidentifikasi

(22)

22   

merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan instansi yang

terkait. Data ini selanjutnya dianalisis dengan analisis deskriptif.

(23)

  IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi. Lokasi

ini dipilih secara sengaja atau (purposive). Desa Cipeuteuy merupakan salah satu

desa yang memanfaatkan aliran air sungai menjadi pembangkit tenaga listrik atau

yang biasa dikenal dengan Pembangkit listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara secara

langsung dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang terpilih.

Responden yang terpilih terdiri dari masyarakat Desa Cipeuteuy, serta instansi

yang terkait dengan penelitian yang dilakukan agar memperoleh data mengenai

kebersedian masyarakat untuk membayar terhadap keberlanjutan PLTMH

Cisalimar.

Data sekunder yang diperlukan untuk penelitian ini meliputi data tentang

gambaran umum lokasi penelitian, data mengenai kelembagaan dalam mengelola

PLTMH Cisalimar dan data pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Data sekunder ini diperoleh dari Kantor Kecamatan Kabandungan, Kantor Desa

Cipeuteuy dan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Selain itu data

sekunder juga diperoleh dari buku, internet, jurnal serta instasi lain yang terkait

(24)

24   

4.3 Metode Penentuan Sample

Metode pengambilan sample terhadap masyarakat Desa Cipeuteuy

dilakukan secara sengaja atau purposive dengan metode ”non-probability

sampling”. Teknik ini digunakan karena data mengenai kerangka sampling tidak

memadai. Responden yang dipilih adalah kepala keluarga di Desa Cipeuteuy yang

memiliki pendapatan tetap, dan bersedia diwawancarai. Jumlah pengambilan

sampel responden yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 30

responden dari masyarakat Desa Cipeuteuy dengan asumsi jumlah tersebut sudah

cukup mewakili untuk menjawab tujuan penelitian.

4.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi literatur,

wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner dan observasi lapang. Data

yang berhubungan dengan masyarakat Desa Cipeuteuy dan data pengelolaan

PLTMH Cisalimar diperoleh melalui studi literatur dengan pencarian data

sekunder yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Data yang berhubungan dengan

kebersediaan membayar masyarakat terhadap ketersediaan air Sungai Citamiang

untuk keberlanjutan PLTMH Cisalimar diperoleh melalui wawancara secara

langsung dengan kuesioner kepada masyarakat Desa Cipeuteuy.

4.5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Setelah data diperoleh dari penelitian ini maka data akan dianalisis secara

kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual

dan menggunakan microsoft Office Excel 2007. Berikut ini adalah tabel 2

mengenai matriks keterkaitan antara tujuan penelitian, jenis data dan metode

(25)

  Tabel 2 Matriks Keterkaitan Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis Data

Tujuan Penelitian Jenis Data Metode Analisis Data

Mengidentifikasi sistem kelembagaan pada pengelolaan PLMTH Cisalimar

Sekunder dan Primer Analisis deskriptif

kualitatif

4.5.1 Identifikasi Sistem Kelembagaan dalam Pengelolaan PLTMH Cisalimar

Mengidentifikasi sistem kelembagaan dalam pengelolaan PLTMH

Cisalimar dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Identifikasi sistem

kelembagaan PLTMH Cisalimar ini dapat dilihat dari struktur kelembagaan yang

terdapat di hulu dan di hilir. Pengelolaan kelembagaan di hulu dilakukan agar air

sungai dapat mengalir dengan debit air yang cukup untuk memutar turbin pada

PLTMH. Pengelolaan dilakukan dengan menjaga lahan hutan yang terdapat pada

Taman Nasional Gunung Halimun Salak agar dapat menyerap air lebih banyak

dan mencegah terjadinya erosi yang dapat menimbulkan pendangkalan pada air

sungai. Sedangkan, pengelolaan kelembagaan di hilir dilakukan agar dapat

mendistribusikan hasil dari PLTMH Cisalimar ke masyarakat dan untuk

keberlanjutan PLTMH Cisalimar. Data ini merupakan data sekunder dan primer

(26)

26   

dalam pengelolaan PLTMH Cisalimar, serta melakukan wawancara langsung

dengan pimpinan PLTMH dan petugas balai taman nasional. Data yang telah

dikumpulkan akan dibuat hipotesis untuk mengidentifikasi sistem kelembagaan

dalam pengelolaan PLTMH Cisalimar. Hasilnya, akan dideskripsikan sehingga

dapat diketahui sistem kelembagaan dalam pengelolaan PLTMH Cisalimar dapat

berkelanjutan atau tidak dengan adanya sistem kelembagaan yang dibuat

masyarakat.

Tabel 3 Teknik Pengumpulan Data untuk Analisis Kelembagaan PLTMH Cisalimar dan Pengelolaan Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

Parameter Analisis

Profil Kelembagaan sistem PLTMH Cisalimar dan pengelolaan hutan TNGHS :

- Aktor dalam kelembagaan - Aturan kelembagaan 1. Boundary rule

2. Akses sumberdaya alam 3. Sanksi dan monitoring

4. Penyelesaian konflik dalam kelembagaan

Analisis aktor dan aturan dalam kelembagaan melalui wawancara dengan pimpinan PLTMH Cisalimar dan petugas BTNGHS

Aktor dianalisis secara deskriptif dengan mengidentifikasi struktrur kelembagaan dengan peran masing-masing aktor tersebut

Aturan diklasifikasi dalam aturan boundary, akses, sanksi, monitoring, dan penyelesaian konflik kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif

4.5.2 Analisis Kebersediaan Membayar Masyarakat terhadap Pengelolaan dan Keberlanjutan PLTMH Cisalimar

Mengestimasi nilai jasa lingkungan agar dapat sustainable dengan

pendekatan kebersediaan membayar atau WTP masyarakat terhadap pengelolaan

di hulu dan ketersediaan air Sungai Citamiang untuk keberlanjutan PLTMH

(27)

  1. Membangun Pasar Hipotetik

Pasar hipotetik dibentuk untuk memberikan gambaran kepada responden

mengenai jasa lingkungan, seperti mengelola ketersediaan air sungai agar

memiliki debit air yang cukup dan berkelanjutan untuk dimanfaatkan sebagai

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pasar yang dibangun yaitu

menginformasikan mengenai Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang

menghasilkan sumberdaya air untuk aliran Sungai Citamiang yang dimanfaatkan

sebagai PLTMH Cisalimar untuk memberikan manfaat pada masyarakat Desa

Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi. Untuk keberlanjutan PLTMH ini maka harus

ada pengelolaan yang baik agar debit air dapat terus memutar turbin PLTMH

Cisalimar. Selanjutnya, pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam skenario

berikut:

Skernario:

Gambar 2 Hutan dan Aliran Sungai

Pengelolaan sumberdaya air dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(TNGHS) merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam proses

menjalankan PLTMH Cisalimar. Hal ini dikarenakan, sebagian besar air yang

(28)

28   

Salak. Hutan yang berada di kawasan TNGHS harus dijaga dengan baik agar

menghasilkan air yang cukup. Hal ini dikarenakan pada pembangkit listrik tenaga

mikro hidro diperlukan debit air yang cukup untuk menggerakan turbin dan dapat

menghasilkan energi listrik yang akan dimanfaatkan masyarakat. Oleh karena itu,

diperlukan adanya pengelolaan yang baik dari Taman Nasional Gunung Halimun

Salak agar tidak terjadi pengendapan dan pendangkalan pada aliran Sungai

Citamiang sehingga menghasilkan air sungai yang baik. Pengelolaan yang

dilakukan Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah menjaga hutan tutupan,

menjaga agar tidak terjadi perambahan hutan, kerjasama dengan masyarakat dan

menanam tegakan pohon. Dengan mengelola dan menjaga lingkungan maka

PLTMH Cisalimar ini dapat digunakan dengan baik dan berkelanjutan. Penetapan

nilai awal sebesar Rp 10.000,00 dari iuran bulanan masyarakat pengguna PLTMH

Cisalimar, untuk mengestimasi nilai kebersediaan membayar masyarakat terhadap

pengelolaan PLTMH Cisalimar. 

2. Memperoleh Nilai WTP

Besar nilai WTP diperoleh melalui wawancara langsung dengan sejumlah

responden. Teknik yang digunakan untuk memperoleh nilai penawaram dengan

metode bidding game (tawar-menawar), Hal ini dikarenakan, metode ini

memudahkan responden memahami maksud dan tujuan penelitian ini. Metode

bidding game” (tawar-menawar) dilakukan dengan menanyakan kepada

responden berapa yang bersedia dibayarkan untuk pengelolaan air Sungai

Citamiang agar PLTMH Cisalimar dapat berkelanjutan.

(29)

 

Setelah data mengenai nilai WTP dari sejumlah responden dilakukan

perhitungan nilai rataannya. Perhitungan dari dugaan nilai rataan WTP responden

ditentukan dengan rumus:

dimana:

EWTP = dugaan nilai rataan WTP (Rp) Wi = batas bawah pada kelas ke-i

Pfi = frekuensi relative kelas ke-i

n = jumlah kelas

i = sampel (1,2,...,n)

4. Menduga Kurva WTP ( Estimating Bid Curve)

Pendugaan kurva akan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

WTP = f (PNDK, PNDP, UR, LT)

dimana:

WTP = nilai WTP responden (Rp/bulan)

UR = usia responden (tahun)

PNDK = tingkat pendidikan (tahun)

PNDP = tingkat pendapatan (Rp)

JTK = jumlah tanggungan keluarga (orang)

LT = lama tinggal (tahun)

5. Total WTP

Total WTP dapat digunakan untuk menduga WTP populasi secara

(30)

30   

rata-rata terhadap total populasi yang dimaksud. Nilai total WTP diduga dengan

menggunakan rumus:

dimana:

TWTP = total WTP (Rp)

WTPi = WTP individu ke-i

ni = jumlah responden ke-i

N = jumlah responden

P = jumlah populasi

i = responden WTP (1,2,...,n)

4.5.3 Identifikasi Kebijakan Pengelolaan PLTMH Cisalimar

Mengidentifikasi kebijakan pengelolaan PLTMH Cisalimar dilakukan

dengan analisis deskriptif kualitatif. Identifikasi kebijakan pengelolaan PLTMH

Cisalimar ini dapat dilihat dari nilai kebersediaan membayar masyarakat Desa

Cipeuteuy terhadap pengelolaan dan keberlanjutan PLTMH Cisalimar. Kebijakan

pengelolaan ini dilakukan agar PLTMH Cisalimar dapat dikelola dengan baik dan

digunakan secara berkelanjutan oleh masyarakat Desa Cipeuteuy. Data yang

digunakan untuk mengidentifikasi kebijakan pengelolaan ini adalah data sekunder.

Data yang telah dikumpulkan akan dibuat hipotesis untuk mengidentifikasi

kebijakan pengelolaan PLTMH. Hasilnya, akan dideskripsikan sehingga dapat

diketahui kebijakan pengelolaan PLTMH Cisalimar yang baik untuk diterapkan

(31)

  V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Kondisi Umum Penelitian

Desa Cipeuteuy merupakan desa yang terletak di sekitar Kawasan Taman

Nasional Gunung Halimun Salak. Secara administratif Desa Cipeuteuy terletak di

Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Desa

Cipeuteuy berbatasan dengan Desa Purwabakti di sebelah utara, sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Cimaherang, sebelah barat berbatasan dengan Desa

Malasari dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kabandungan.

Sumber: google earth

Gambar 3 Peta Desa Cipeuteuy

Desa Cipeuteuy memiliki luas wilayah 3.746,6 ha dengan ketinggian

tempat 750-850 m dpl. Kondisi lingkungan di Desa Cipeuteuy masih alami dan

memiliki banyak lahan persawahan dengan tingkat curah hujan 2.600 mm per

(32)

32   

Jarak Desa Cipeuteuy dari kecamatan sekitar 5 km, jarak dari ibukota

kabupaten sekitar 56 km, jarak dari ibukota provinsi sekitar 135 km dan jarak dari

ibukota negara sekitar 106 km. Kondisi jalan di Desa Cipeuteuy yaitu jalan tanah

sepanjang 4,5 km, jalan perkerasan sepanjang 15,6 km dan jalan aspal sepanjang

13,5 km. Akses lalulintas menuju desa ini tidak terlalu sulit tetapi jumlah

kendaraan menuju desa tersebut masih terbatas.

Berdasarkan data dasar desa tahun 2011, menunjukkan bahwa penduduk

Desa Cipeuteuy sekitar 6.842 jiwa yang terbagi dalam 1.777 kepala keluarga

dengan jumlah penduduk laki-laki adalah 3.503 jiwa dan penduduk perempuan

adalah 3.339 jiwa. Terdapat lima dusun yaitu Dusun Arendah, Dusun Cipeuteuy,

Dusun Cisarua, Dusun Leuwi Waluh dan Dusun Pandan Arum.

Tabel 4 Dusun dan Jumlah Kepala Keluarga Desa Cipeuteuy

No. Dusun Jumlah Kepala

Sumber: Kantor Desa Cipeuteuy

Ada beberapa dusun di Desa Cipeuteuy yang belum mendapatkan aliran

listrik dari PLN, salah satunya yaitu Dusun Pandan Arum. Hal ini dikarenakan

akses menuju daerah tersebut masih sangat sulit dijangkau. Masyarakat yang

menggunakan PLTMH Cisalimar di Desa Cipeuteuy sebanyak 288 rumah. Listrik

(33)

 

Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro ini dapat

dioperasionalkan dengan menggunakan turbin yang digerakkan oleh aliran Sungai

Citamiang yang mengalir dari hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Salah satu kampung dari Dusun Pandan Arum yang memanfaatkan listrik dari

pembangkit listrik tenaga mikro hidro adalah Kampung Sukagalih.

5.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Cipeteuy yang

menggunakan pembangkit listrik tenaga mikro hidro untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung dibedakan berdasarkan jenis

kelamin, usia, tingkat pendidikan, status pernikahan, jumlah tanggungan dan

pekerjaan. Selain itu, akan diestimasi kebersediaan membayar masyarakat untuk

ketersediaan air sungai agar PLTMH Cisalimar berkelanjutan.

Dalam penelitian ini sebagian besar responden sudah mengetahui

mengenai PLTMH Cisalimar dan manfaatnya dari PLTMH itu sendiri. Seluruh

responden mengetahui manfaat dari PLTMH Cisalimar yaitu sebagai pembangkit

listrik terutama penerangan pada malam hari. Responden pun bersedia untuk

menjaga lingkungan di kawasan taman nasioanl karena responden membutuhkan

sumberdaya yang berada di kawasan taman nasional untuk dimanfaatkan. Mereka

pun bersedia membayar untuk pengelolaan hutan dalam kawasan taman nasional

agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

5.2.1 Jenis Kelamin dan Usia

Masyarakat Desa Cipeuteuy yang menjadi responden dalam penelitian ini

(34)

34   

menjadi responden dalam penelitian ini sebesar 93 persen atau sebanyak 28 orang

dan 7 persen atau sebanyak 2 orang sisanya berjenis kelamin perempuan.

 

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Gambar 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Dapat dilihat pada Gambar 4 sebaran responden berdasarkan kelompok

usia sebesar 37 persen atau sebanyak 11 orang responden berusia antara 29-39

tahun, 30 persen atau sebanyak 9 orang responden berusia antara 40-50 tahun, 23

persen atau 7 orang responden yang berusia antara 18-28 tahun, 7 persen atau 2

orang yang berusia antara 51-61 tahun dan 3 persen atau sebanyak 1 orang yang

berusia antara 62-72 tahun.

5.2.2 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan terakhir menunjukan pendidikan formal yang pernah

ditempuh oleh seseorang. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap jenis

pekerjaan yang dimiliki. Jenis pekerjaan mempengaruhi jumlah pendapatan yang

kemudian jumlah pendapatan berpengaruh terhadap kesejahteraan seseorang serta

berpengaruh terhadap kebersediaan membayar untuk keberlanjutan PLTMH

(35)

  Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Gambar 5 Karakteristik Reponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan sekolah

dasar (SD) sebesar 83,34 persen atau sebanyak 25 orang, SMA sebesar 13,33

persen sebanyak 4 orang dan perguruan tinggi sebanyak 3,33 persen atau

sebanyak 1 orang. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden dari golongan

kurang mampu dan akses menuju sekolah sulit, sehingga memiliki jenjang

pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan terakhir responden disajikan pada

Gambar 5 di atas.

5.2.3 Status Pernikahan dan Jumlah Tanggungan

Status perkawinan dan jumlah tanggungan seseorang dapat menunjukan

tingkat konsumsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan primernya. Seseorang

yang sudah menikah dan memiliki anak, maka pendapatan yang diperolehnya

digunakan untuk memenuhi konsumsi anggota keluarga.Jumlah tanggungan

responden ditentukan istri, jumlah anak dan jumlah anggota keluarga lainnya yang

tinggal dalam satu atap dan menjadi tanggungan.

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Gambar 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, sebesar 90 persen atau

sebanyak 27 orang responden telah menikah dan sebesar 10 persen atau sebanyak

3 orang belum menikah. Jumlah tanggungan responden berjumlah empat orang

(36)

36   

5 orang memiliki jumlah tanggungan tiga orang, sebesar 14,81 persen atau

sebanyak 4 orang memiliki jumlah tanggungan lima orang, responden yang

memiliki jumlah tanggungan dua dan enam orang sebesar 7,41 persen atau

sebanyak 2 orang. Sebaran jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada

Gambar 6.

5.2.4 Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden erat kaitannya dengan tingkat pendapatan seseorang

yang pada akhirnya menentukan tingkat kesejahteraannya. Selain itu, pekerjaan

seseorang pun mempengaruhi tingkat konsumsi dan kebersediaan membayar

untuk keberlanjutan PLTMH Cisalimar. Sebaran pekerjaan dibedakan dalam

beberapa kelompok sebaran.

  Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Gambar 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Berdasarkan hasil wawancara dapat dilihat sebagian besar responden

adalah buruh tani sebesar 86,67 persen atau sebanyak 26 orang, dan sisanya

wiraswasta sebesar 13,33 persen atau sebanyak 4 orang. Sebaran karakteristik

responden berdasarkan jenis pekerjaan disajikan pada Gambar 7.

5.2.5 Lama Menetap

Lama menetap responden mempengaruhi kebersedian membayar

(37)

 

masyarakat menetap di daerah ini, maka mereka semakin merasakan dan

menyadari fungsi dari adanya hutan ini TNGHS ini. Hal ini dikarenakan sumber

listrik yang ada sangat bergantung terhadap keberlanjutan hutan dan sumberdaya

air yang dihasilkan oleh hutan.

  Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Gambar 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menetap

Berdasarkan dari hasil wawancara dapat dilihat sebaran responden yang

telah menetap di Desa Cipeuteuy selama antara 21-30 tahun sebanyak 30 persen

atau sebanyak 9 orang, selama antara 31-40 sebanyak 26,67 persen atau sebanyak

8 orang, selama antara 10-20 tahun sebanyak 23,33 persen atau sebanyak 7 orang,

selama antara 41-50 tahun sebanyak 13,33 persen atau sebanyak 4 orang dan

selama lebih dari 50 tahun sebanyak 6,67 persen atau sebanyak 2 orang. Sebaran

(38)

38   

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Sistem Kelembagaan dalam Pengelolaan PLTMH Cisalimar

6.1.1 Pelaku Kelembagaan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS)

Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak adalah organisasi

pelaksanaan teknis pengelola taman nasional yang berada dibawah dan

bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jendral Perlindungan dan

Konservasi Alam. Balai itu mempunyai tugas melakukan penyelenggaraan

konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta pengelolaaan kawasan

taman nasional. Kelembagaan dalam taman nasional berperan sangat penting

karena dengan adanya kelembagaan, pengelolaan taman nasional menjadi

terstruktur dengan baik. Balai itu dipimpin oleh kepala balai dan dibantu oleh

staf-staf yang memiliki tugas masing-masing. Struktur organisasi Balai Taman

Nasional Gunung Halimun Salak dapat dilihat pada gambar 9.

Kepala Balai Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Seksi Pengelolaan TN

Wilayah I Lebak

Seksi Pengelolaan TN

Wilayah II Bogor

Seksi Pengelolaan TN Wilayah III Sukabumi

Resort Tn. Wilayah Resort Tn. Wilayah Resort Tn. Wilayah

(39)

  Sumber: Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak

(40)

  40 Adapun tugas dan fungsi dari tiap-tiap bagian dalam kelembagaan Taman

Nasional Gunung Halimun Salak sebagai berikut:

1. Kepala Balai adalah seseorang yang memimpin dan mengatur pengelolaan

taman nasional

2. Kepala Sub Bagian Tata usaha adalah seseorang yang bertanggung jawab atas

urusan tata persuratan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga,

kepegawaian tatalaksana, keuangan, perlengkapan, perencanaan, data,

pemanfaatan dan evaluasi, pelaporan humas, kerjasama, bina cinta alam dan

kader konservasi, perlindungan, pengengamanan dan pengendalian kebakaran

hutan.

3. Seksi Pengelolaan Taman nasional wilayah adalah bagian yang mempunyai

tugas melakukan tata persuratan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga,

kepegawaian dan keuangan. Menyusun perencanaan dan anggaran, data

evaluasi dan pelaporan. Mengumpulkan, menyusun data, dan menyusun

konsep kerjasama, promosi informal, penyuluhan serta pelayanan kepada

pengunjung dan masyarakat. Melakukan bina cinta alam, pemberdayaan

masyarakat, bina wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan serta

pengawetan keaneka ragaman hayati dan ekosistemnya. Pengamalan hutan

pengendalian kebakaran hutan, pemberantasan penebangan dan peredaran

kayu.

4. Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah adalah bagian yang mempunyai

tugas melakukan pengamatan dan pengendalian kebakaran hutan, pengecekan

terhadap pal batas kawasan, inventarisasi dan monitoring gangguan kawasan

(41)

restorasi, survey partisipatif dan koordinasi keamanan, memelihara sarana dan

prasarana, memberikan informasi, penyuluhan dan pembinaan kepada

masyarakat dan pengunjung.

5. Kelompok Jabatan Fungsional adalah bagian yang mempunyai tugas

melakukan pangendalian ekosistem hutan, penyuluhan dan keamanan hutan.

6.1.2 Pelaku Kelembagaan PLTMH Cisalimar

Kelembagaan pada PLTMH Cisalimar sudah ada sejak tahun 2005 setelah

PLTMH Cisalimar berjalan. Kelembagaan tersebut bertujuan agar PLTMH

Cisalimar dapat dioperasionalkan secara terus menerus untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat Desa Cipeuteuy. Kelembagaan PLTMH Cisalimar

memiliki ketua dan perangkat lainnya yang memiliki tugas masing-masing. Ketua

PLTMH dipilih oleh masyarakat untuk bertanggung jawab mengelola PLTMH

sedangkan petugas PLTMH dipilih oleh ketua PLTMH berdasarkan kemampuan

yang dimiliki dan tempat tinggal yang tidak jauh dengan PLTMH. Petugas

PLTMH tidak hanya bekerja mengelola PLTMH tetapi juga bekerja sebagai

petani. Kelembagaan ini pun dibantu oleh Kelompok masyarakat untuk

memudahkan melakukan pembayaran iuran untuk pemakaian PLTMH. Berikut

(42)

  42

Sumber: Ketua Pengelola PLTMH

Gambar 10 Struktur Kelembagaan PLTMH Cisalimar

Gambar 10 struktur kelembagaan PLTMH Cisalimar di atas merupakan

perangkat masyarakat yang membantu tugas ketua PLTMH Cisalimar untuk

melakukan pengelolaan dan operasional PLTMH. Masing-masing perangkat

melakukan tugas sesuai dengan fungsinya. Mereka menjalankan tugas sesuai

dengan amanah yang diberikan oleh masyarakat dan ketua PLTMH Cisalimar

untuk melakukan pengelolaan PLTMH secara berkelanjutan. Adapun tugas dan

fungsi dari tiap-tiap perangkat dalam kelembagaan PLTMH Cisalimar adalah

sebagai berikut:

1. Ketua PLTMH adalah seseorang yang memimpin dan mengatur untuk

pengelolaan PLTMH.

PLTMH

Ketua PLTMH

Petugas PLTMH

Bagian Operator Bagian

Operasional

Bagian Perairan

Distribusi

(43)

2. Bagian Operator adalah seseorang yang bertugas untuk

menghidupkan,mematikan dan mengawasi turbin.

3. Bagian Operasional adalah seseorang yang bertugas untuk merawat dan

memeriksa turbin.

4. Bagian Perairan adalah seseorang yang bertugas untuk menjaga pintu air

bendungan dan mengatur masuknya debit air untuk turbin.

6.1.3 Aturan PLTMH Cisalimar

6.1.3.1 Boundary rules, Sanksi dan Monitoring Terhadap Aturan

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Cisalimar memanfaatkan aliran

Sungai Citamiang yang mengalir dari kawasan taman nasional. Pembangkit listrik

ini memiliki batasan untuk daerah penggunanya yaitu hanya daerah Dusun Pandan

Arum yang baru dapat dijangkau oleh PLTMH Cisalimar. Untuk dapat digunakan

sebagai pembangkit listrik, maka masyarakat desa membangun bendungan agar

air dapat memutar turbin. Bendungan tersebut dinamakan bendungan Cisalimar

karena terletak di daerah Cisalimar. Bendungan ini pun sekaligus sebagai batasan

aliran sungai yang dimanfaatkan untuk PLTMH Cisalimar.

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Cisalimar dikelola oleh kelompok

masyarakat yang di dalamnya terdapat beberapa anggota yang memiliki tugas

masing-masing. Anggota kelompok masyarakat ini berasal dari masyarakat yang

tinggal di Desa Cipeuteuy yang berada tidak jauh dengan PLTMH Cisalimar.

Masuk dan keluarnya pengurus PLTMH ditetapkan oleh ketua kelompok

masyarakat yang mengelola PLTMH Cisalimar. Aturan tata batas (boundary rule)

terkait dengan bagaimana seseorang dapat dan masuk untuk mengakses

(44)

  44 Syarat tersebut yaitu dapat diperoleh secara langsung dengan mendaftar sebagai

pengguna PLTMH Cisalimar dan anggota dapat keluar dengan melapor kepada

pihak pengelola PLTMH Cisalimar. Anggota pengguna PLTMH diwajibkan

untuk mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan pengelola PLTMH Cisalimar.

Adapun aturan yang ditetapkan PLTMH Cisalimar yakni listrik dapat digunakan

dari pukul 17.00 sampai pukul 06.00, pemakaian listrik diatur untuk menjaga

keawetan mesin PLTMH. Pemakaian listrik pengguna PLTMH Cisalimar tidak

boleh berlebihan. Aturan yang ditetapkan oleh pengelola PLTMH terkadang tidak

dihiraukan pengguna, masih ada pengguna PLTMH yang menggunakan listrik

dengan daya yang cukup besar sehingga kerja mesin menjadi terlalu berat dan

dapat berakibat rusak pada mesin. Pengelola PLTMH akan memberikan sanksi

kepada pengguna PLTMH dengan mematikan jaringan listrik sementara.

Pengelola PLTMH juga melakukan pengawasan terhadap jalur perairan,

pintu air dan turbin PLTMH agar PLTMH dapat digunakan dengan baik.

Perawatan mesin atau turbin dilakukan sebulan sekali oleh bagian operasional

agar mesin dapat digunakan secara berkelanjutan. Masyarakat yang menggunakan

listrik dari PLTMH Cisalimar dikenakan iuran per bulan untuk operasional

PLTMH karena pemeliharaan dan perawatan pada mesin PLTMH memerlukan

biaya yang tidak sedikit.

6.1.3.2 Aturan Akses terhadap Sumberdaya dan Penyelesaian Konflik

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Cisalimar merupakan

pembangkit listrik yang memanfaatkan Sungai Citamiang sebagai media untuk

memutarkan turbin pada mesin pembangkit listrik. Hulu Sungai Citamiang berada

(45)

mengalir melewati daerah Cisalimar, Desa Cipeuteuy. Untuk pemanfaatan Sungai

Citamiang sebagai pembangkit listrik, maka pengelola dan masyarakat

membangun bendungan yang berfungsi untuk membantu dalam proses

pembangkit listrik. Bendungan tersebut mengalirkan air Sungai Citamiang ke

saluran air yang mengarah ke mesin atau turbin PLTMH. Pengelola PLTMH

diperbolehkan memanfaatkan Sungai Citamiang untuk pembangkit listrik namun

harus dapat menjaga dan merawat aliran sungai tersebut. Aliran sungai ini tidak

dimanfaatkan hanya untuk pembangkit listrik saja namun dimanfaatkan juga oleh

masyarakat sekitar untuk pengairan sawah.

Masyarakat di Desa Cipeuteuy dapat memanfaatkan listrik dari PLTMH

Cisalimar, namun tidak semuanya dapat menggunakan secara langsung karena

masyarakat yang akan menggunakan harus mendaftar terlebih dahulu untuk di

data. Pendataan ini dilakukan untuk pemasangan jaringan listrik ke setiap rumah

yang akan menggunakan listrik dari PLTMH. Bertambahnya pengguna listrik dari

PLTMH maka akan mengurangi daya listrik yang digunakan untuk setiap rumah.

Adanya pengurangan daya listrik dari PLTMH membuat masyarakat pengguna

PLTMH tidak dapat menggunakan listrik secara maksimal maka pengelola

PLTMH membuat aturan agar masyarakat tidak menggunakan alat-alat elektronik

dengan daya listrik yang besar karena dapat merusak mesin PLTMH. Jika

masyarakat tidak mengikuti peraturan maka bagian operator PLTMH akan

mematikan mesin PLTMH untuk keawetan mesin. Peraturan yang ditetapkan oleh

pengelola PLTMH terkadang tidak sependapat dengan masyarakat sehingga dapat

(46)

  46 pengelola PLTMH mengadakan forum diskusi dan penjelasan kepada masyarakat

pengguna PLTMH.

6.1.3.3 Tata Kelola BTNGHS dan PLTMH Cisalimar

Pengelolaan PLTMH Cisalimar memiliki keterkaitan dengan Balai Taman

Nasional Gunung Halimun Salak dalam pengelolaannya. Pemanfaatan air Sungai

Citamiang untuk pembangkit listrik dapat beroperasi dengan baik jika ada tata

kelola yang baik dan berkesinambungan antara BTNGHS dengan PLTMH

Cisalimar. Pada gambar 11 dapat dilihat struktur tata kelola dari BTNGHS dan

PLTMH Cisalimar.

Sumber: Data Primer Diolah, 2011

Gambar 11 Struktur Tata Kelola BTNGHS dan PLTMH Cisalimar

Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) mempunyai

tugas untuk menjaga, merawat dan melindungi hutan di dalam kawasan taman

(47)

petugas yang membantu dalam pengelolaan taman nasional sebanyak 122 orang

yang terdiri dari PNS dan CPNS sebanyak 98 orang, serta tenaga honorer dan

kontrak sebanyak 24 orang. Hampir semua pegawai Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (TNGHS) pernah mengikuti pendidikan dan latihan pada berbagai

bidang yang berkaitan dengan pengelolaan taman nasional. Pengelolaan ekosistem

hutan yang dilakukan balai taman nasional diikuti dengan aturan-aturan yang

ditetapkan agar dapat dilakukan dengan baik. Aturan yang ditetapkan balai taman

nasional yakni aturan mengenai menjaga, melindungi dan melestarikan hutan

yang ada di dalam kawasan taman nasional.

Taman nasional memberikan sanksi pada masyarakat yang tidak mematuhi

aturan yang telah ditetapkan sanksi yang diberikan yakni teguran dan peringatan

untuk masyarakat yang melanggar aturan secara ringan, namun bagi masyarakat

yang melakukan pelanggaran yang berat seperti melakukan penebangan liar dan

merusak hutan maka dikenakan sanksi pidana dan denda. Aturan ini dibantu oleh

polisi hutan untuk melakukan penegakan hukum yang telah ditentukan. Adanya

polisi hutan di taman nasional sangat membantu dalam pengawasan dan

penjagaan kawasan hutan taman nasional, namun jumlah polisi hutan yang ada

tidak seimbang dengan luasnya taman nasional. Untuk membantu pengawasan

dan penjagaan maka polisi hutan bekerjasama dengan kelompok masyarakat yang

bersedia menjadi sukarelawan untuk membantu polisi hutan melakukan

pengawasan dalam kawasan taman nasional.

PLTMH adalah pembangkit listrik yang menggunakan energi air yang

berasal dari air sungai untuk menggerakan turbinnya. Pembangkit Listrik Tenaga

(48)

  48 mengalir dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak untuk

menggerakan turbin PLTMH. Untuk mendapatkan debit air sungai yang stabil,

maka pengelolaan PLTMH harus bekerjasama dengan taman nasional untuk

menjaga dan memelihara hutan di dalam kawasan taman nasional. Pembangkit

Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Cisalimar dimanfaatkan oleh masyarakat

Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi karena daerah ini cukup terpencil dan

belum terjangkau jaringan listrik. PLTMH Cisalimar dikelola oleh masyarakat

dalam bentuk kelompok masyarakat. PLTMH Cisalimar memiliki lima orang

pekerja yakni terdiri dari dua orang operator, satu orang dibagian operasional dan

dua orang dibagian perairan, petugas PLTMH ini berasal dari masyarakat di

daerah sekitar PLTMH agar lebih mudah untuk mengontrolnya.

Pengelolaan PLTMH ini dipimpin oleh seorang ketua yang

berlatarbelakang lulusan perguruan tinggi, bekerja sebagai guru dan wiraswasta.

Bagian operator dan operasional dipilih dengan syarat memiliki kemampuan

dalam bidang mesin atau turbin, mereka belajar secara otodidak. Bagian Perairan

bertugas membuka dan menutup pintu air, petugas berairan tidak perlu memiliki

kemampuan khusus tapi harus mengerti kapan pintu air harus dibuka dan ditutup

dan menjaga aliran air yang masuk ke mesin pembangkit listrik. Petugas PLTMH

tidak hanya bekerja mengelola PLTMH saja, namun mereka pun bekerja sebagai

petani. Pendapatan petugas PLTMH tiap bulannya yaitu untuk petugas bagian

operator mendapatkan Rp 300.000,00 per orangnya, petugas bagian perairan Rp

150.000,00 per orangnya dan Rp 250.000,00 untuk petugas bagian operasional.

Setiap sebulan sekali dilakukan pengecekan mesin atau turbin agar mesin PLTMH

(49)

Biaya operasional untuk PLTMH Cisalimar diambil dari iuran warga yang

menggunakan PLTMH, besarnya iuran yang dikeluarkan masyarakat untuk

pengoperasian PLTMH Cisalimar sesuai dengan kemampuan mereka

masing-masing sehingga besarnya iuran beragam dari RP 10.000,00 sampai Rp 30.000,00

per bulannya. Iuran yang dikeluarkan masyarakat digunakan untuk biaya

operasional dan membayar petugas PLTMH, tidak hanya iuran tetapi masyarakat

pun membantu melakukan perawatan hutan dalam taman nasional karena untuk

keberlanjutan PLTMH Cisalimar.

Masyarakat membantu melakukan adopsi pohon pada lahan yang gundul

dalam kawasan taman nasional untuk keberlanjutan ekosistem hutan. Hal ini

dikarenakan masyarakat di Desa Cipeuteuy membutuhkan sumberdaya yang

terdapat di hutan dalam kawasan taman nasional untuk dimanfaatkan. Masyarakat

pun mempunyai slogan “hutan weuteuh masyarakat teu rieweuh”, slogan ini

memiliki arti jika hutan utuh maka masyarakat tidak akan repot. Pemikiran itu

yang diterapkan oleh masyarakat pada kehidupannya untuk selalu menjaga,

melindungi dan merawat hutan yang ada di sekitar.

6.2 Estimasi Nilai Kebersediaan Membayar Masyarakat Untuk Keberlanjutan PLTMH Cisalimar

Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk mengestimasi WTP

responden terhadap keberlanjutan PLTMH Cisalimar. Adapun langkah-langkah

metode CVM yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Membangun Pasar Hipotetis

Informasi diberikan kepada responden untuk membantu mereka dalam

memberikan nilai kesediaan membayar untuk skenario yang dibuat. Taman

(50)

  50 Sungai Citamiang yang dimanfaatkan sebagai PLTMH Cisalimar untuk

memberikan manfaat pada masyarakat Desa Cipeuteuy, Kabupaten Sukabumi.

Untuk keberlanjutan PLTMH Cisalimar , maka harus ada pengelolaan yang baik

agar ketersediaan debit air tetap terjaga dan dapat terus memutar turbin.

Berdasarkan informasi tersebut responden mengetahui gambaran situasi hipotetik

mengenai upaya untuk keberlanjutan PLTMH Cisalimar.

2. Memperoleh Nilai WTP

Besar nilai WTP diperoleh melalui wawancara langsung dengan sejumlah

responden. Teknik yang digunakan untuk memperoleh nilai penawaram dengan

metode bidding game (tawar-menawar), karena metode ini memudahkan

responden memahami maksud dan tujuan penelitian ini. Metode ”bidding game

(tawar-menawar) dilakukan dengan menanyakan kepada responden berapa yang

bersedia dibayarkan untuk pengelolaan PLTMH Cisalimar agar dapat

dimanfaatkan secara berkelanjutan.

3. Menghitung Dengan Nilai Rataan WTP

Dugaan Nilai WTP (EWTP) responden dihitung berdasarkan rumus . Data

didistribusi WTP responden dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai rataan WTP

Gambar

Gambar 1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran
Tabel 2 Matriks Keterkaitan Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis Data
Gambar 2 Hutan dan Aliran Sungai
Gambar 3 Peta Desa Cipeuteuy
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh hasil penelitian tentang “Pengaruh Musik terhadap Kenyamanan Membaca Di Perpustakan Institut Seni Indonesia Yogyakarta“ dijabarkan melalui pembahasan yang ditandai

Besarnya risiko menderita pneumonia dapat dilihat dari nilai OR= 1,497 dengan nilai 95%CI= (0,427-5,246) artinya kepadatan hunian rumah yang tidak memenuhi syarat

Dalam Pasal 9 UUPA, secara jelas menyebutkan bahwa hanya Warga Negara Indonesia saja yang boleh mempunyai hubungan yang sepenuhnya.. dengan bumi, air dan ruang

Pendidikan merupakan salah satu faktor utama yang turut ambil bagian dalam pembangunan bangsa sehingga, setiap lapisan masyarakat berhak menerima pendidikan yang

Dengan demikian, metode Knowledge Graph (KG) dan Concept Mapping (CM) akan digunakan sebagai teknik menangkap pengetahuan dari teks yang hasilnya berupa representasi

Return on equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba setelah pajak atas pengelolaan modal.. ROE didapat dengan cara membagi laba

(Fhitung = 0,11 < Ftabel = 4,13). Dengan demikian pembuktian sub-hipotesis ketiga tidak dilanjutkan. Dari penemuan dalam penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa

Mereka bisa bercerita tentang sejarah, suatu negara yang bahasanya sedang dipelajari seperti budaya-budaya yang berkembang di negara tersebut, mereka bisa bertukar informasi