• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma longa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma longa)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENGENDALIAN INFEKSI BAKTERI Edwardsiella tarda

PADA IKAN LELE (Clarias sp.) MENGGUNAKAN

EKSTRAK KUNYIT (Curcuma longa)

MUHARRAM NUR IKHSAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma longa)” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Muharram Nur Ikhsan

(4)

ABSTRAK

MUHARRAM NUR IKHSAN. Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma longa). Dibimbing oleh DINAMELLA WAHJUNINGRUM dan SUKENDA. Peningkatan target produksi lele di Indonesia mencapai 35% untuk tahun 2013 dapat dicapai melalui produksi yang bebas dari penyakit infeksi bakterial termasuk infeksi bakteri Edwardsiella tarda. Kunyit (Curcuma longa) telah diuji memiliki zat aktif sebagai antibakteri, sehingga perlu diuji efektivitasnya pada ikan lele. Tujuan penelitian ini adalah menguji penambahan ekstrak kunyit melalui pakan terhadap infeksi bakteri E. tarda pada ikan lele. Penelitian ini menguji metode ekstraksi terhadap kunyit segar dilanjutkan uji in vivo dengan perlakuan pencegahan, pengobatan, dan pengendalian, juga kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing tiga ulangan yang dianalisa dengan metode RAL. Hasil zona hambat terbaik yaitu pada metode dekoksi selama 15 menit dengan diameter zona hambat 7,42 mm. Hasil uji Lethal Dosage 50 (LD50) untuk ikan lele diperoleh pada kepadatan 106 cfu/mL. Bakteri ini menimbulkan gejala klinis berupa pembengkakan, luka dan tukak, juga gastroentritis dan gas pada perut. Hasil pengujian secara in vivo mendapatkan hasil terbaik parameter kelangsungan hidup pada perlakuan pengobatan dengan 86,67%. Parameter Laju Pertumbuhan Harian, Pertumbuhan Bobot Harian dan Pertumbuhan Panjang Mutlak tidak menunjukkan adanya beda nyata tiap perlakuan.

Kata kunci: Edwardsiella tarda, ekstraksi, kunyit, LD 50, zona hambat

ABSTRACT

MUHARRAM NUR IKHSAN. Control Effort of Edwardsiella tarda Infection on Catfish (Clarias sp.) Using Turmeric (Curcuma longa) Exctract. Supervised by DINAMELLA WAHJUNINGRUM and SUKENDA.

Production target of catfish in Indonesia was up to 35% for 2013 and can be reached by free bacteria infection production including from Edwardsiella tarda. Turmeric (Curcuma longa) has been tested as antibacteria, and so its effectivity to catfish must be tested. The objectives of this research was to test turmeric extract on feed as additive to E. tarda infection on catfish. This research were test some methods to extract turmeric and in vivo test with prevention, curative, and control treatment, also positive and negative control three times for each test then analized with RAL method. The best result was the extraction by decoction for 15 minutes with 7,42 mm of inhibition zone. The bacteria density result of Lethal Dosage 50 (LD50) on catfish was 106 cfu/mL. This bacteria had some clinical signs like swelling, hemoraghic, and body ulcer, also gastroentritis and gas captivy. The best result of the survival rate in vivo test was the curative treatment with 86,67%. Specific Growth Rate, Growth Rate, and Growth of Absolute Length parameters did not differ significantly for each treatments.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Budidaya Perairan

MUHARRAM NUR IKHSAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

UPAYA PENGENDALIAN INFEKSI BAKTERI Edwardsiella tarda

PADA IKAN LELE (Clarias sp.) MENGGUNAKAN

(6)
(7)

Judul Skripsi : Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit

(Curcuma longa) Nama : Muharram Nur Ikhsan

NIM : C14090067

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi Pembimbing I

Dr Ir Sukenda, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc Ketua Departemen

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul ”Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri Edwardsiella tarda pada Ikan Lele (Clarias sp.) Menggunakan Ekstrak Kunyit (Curcuma longa)" ini dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi dan Bapak Dr Ir Sukenda, MSc selaku dosen pembimbing skripsi.

2. Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku dosen penguji tamu dan Ibu Yuni Puji Hastuti, Spi, MSi sebagai komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya Perairan.

3. Bapak drh Toha Tusihadi selaku Kepala Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL), Serang, Banten, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di instansi ini dan Bapak Yan Evan, SPi, selaku pembimbing lapang di LP2IL, Serang, Banten, yang telah memberikan bimbingan selama proses pengerjaan penelitian ini. 4. Keluarga tercinta, terutama untuk Papah, Mamah, mas Miftakh dan Maula,

serta seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi yang tiada henti kepada penulis.

5. Bapak Robani, Ibu Dinarti, Ssi, Ibu Dita Swastika S., Spi, Bapak Suherman, SSi, Bapak Tanjung Penataseputro, Bapak Didik, Bapak drh Joko, Bapak Rohman, Bapak Cahyadi, Bapak Subhan, Bapak Yayan dan keluarga, Netty, Ike, dan Dede (BDP47) serta masih banyak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan telah banyak membantu penulis selama proses penelitian di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL), Serang, Banten.

6. Bapak Ranta, Ka Dendi, Ka Titi, Ka Lita, dan seluruh personil Laboratorium Kesehatan Ikan, BDP, IPB.

7. Sahabat M2G (Chandra, Aya, Soya, Arli dan Yeyen), serta sahabat BDP46 (Fahrul, Orin, Ita, Nendi, Doni, Seto, Tia, Wuri dan semuanya yang tidak bisa dituliskan satu persatu) yang telah memberikan cerita-cerita terbaik selama masa kuliah, BDP46 Big Family is the best.

8. Saudara seperjuangan SAGA (Herul, Deni, dan Bayu), Dr Armein S. Rowi, Nanda, Bella dan seluruh keluarga besar Perguruan Beladiri Tenaga Murni Gerak Alam yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap hasil penelitian yang dituliskan dalam skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat sesuai dengan yang diharapkan.

Bogor, September 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Materi Uji ... 2

Rancangan Percobaan ... 3

Prosedur Penelitian ... 3

Parameter Penelitian ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 7

Hasil ... 7

Pembahasan ... 13

KESIMPULAN DAN SARAN ... 16

Kesimpulan ... 16

Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Metode pengukuran parameter kualitas air ... 6

2 Karakterisasi fisik dan biokimia bakteri E. tarda ... 7

3 Diameter zona hambat ekstrak kunyit dengan empat metode ekstraksi ... 8

4 Kematian kumulatif dan persentase kematian LD50 bakteri E. tarda ... 10

5 Pertumbuhan ikan lele selama pemeliharaan ... 11

6 Respon makan ikan lele selama pemeliharaan ... 12

7 Nilai kualitas air selama pemeliharaan ... 12

8 Nilai parameter suhu pemeliharaan (oC) ... 13

DAFTAR GAMBAR

1 Skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele ... 3

2 Uji zona hambat dari empat metode ekstraksi A (kunyit-infusi), B (kunyit -dekoksi), C (kunyit-alkohol 96%) dan D (kunyit-alkohol 70%) serta kontrol negatif (larutan PBS) dan kontrol postif (alkohol 70%) ... 8

3 Gejala klinis pada abdominal ikan lele berupa depigmentasi kulit (A) dan tukan (B) ... 9

4 Gejala klinis pada organ dalam ikan lele tiap perlakuan dengan perlakuan A (pencegahan), B (pengobatan), dan C (pengendalian) ... 9

5 Persentase kelangsungan hidup ikan lele di akhir pemeliharaan dengan perlakuan A (pencegahan), B (pengobatan), dan C (pengendalian) ... 10

6 Kelangsungan hidup harian ikan lele selama 7 hari pemeliharaan setelah infeksi ... 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji lanjut Duncan parameter kelangsungan hidup ... 19

2 Hasil uji lanjut Duncan parameter laju pertumbuhan harian ... 19

3 Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan bobot harian ... 19

4 Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan panjang mutlak... 20

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Target produksi Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2013 untuk ikan lele sebesar 670.000 ton dengan peningkatan produksi sebesar 35% (DJPB KKP 2013). Salah satu masalah yang dapat menimbulkan kegagalan produksi yaitu permasalahan penyakit ikan. Irianto (2005) menyatakan bahwa penyakit secara umum dibedakan menjadi dua yaitu penyakit infeksi dan bukan infeksi, penyakit infeksi merupakan permasalahan utama dalam kegiatan budidaya yang disebabkan oleh virus, bakteri, fungi dan parasit. Salah satu bakteri yang menyerang golongan catfish termasuk ikan lele (Clarias sp.) yaitu bakteri

Edwardsiella tarda, penyebab penyakit Edwardsiellosis, Emphisematous Putrefactive Disease of Catfish (EPDC), dan Red Pest. Bakteri ini memiliki cukup banyak inang dan daerah penyebaran cukup luas yaitu Eropa, Thailand, Amerika Serikat, Malaysia, Asia, Kanada, Australia, dan juga Indonesia (KEPMEN KP RI 2010).

Permasalahan penyakit infeksi bakterial dapat diatasi dengan adanya manajemen kesehatan ikan melalui usaha pengendalian penyebaran infeksi. Pengendalian yang biasa dilakukan yaitu dengan pemberian obat atau antibakteri seperti bahan-bahan antibiotik melalui kegiatan pencegahan (preventive) dan pengobatan (curative), sedangkan upaya pengendalian (control) belum banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan penyakit pada kegiatan budidaya. Pencegahan merupakan suatu kegiatan pemberian obat untuk menghindari infeksi ataupun efek dari infeksi penyakit sebelum terjadinya infeksi. Pengobatan merupakan langkah responsif setelah kemunculan infeksi pada ikan untuk mengurangi bahkan meniadakan efek infeksi terhadap ikan, sedangkan pengendalian merupakan langkah pemberian obat untuk mempertahankan kondisi ikan agar tetap dalam kondisi sehat dengan ada atau tidaknya infeksi dengan pemberian obat setelah terjadi infeksi (Kordi 2004).

Darminto et al. (2009) menyatakan bahwa aktivitas antimikroba ternyata juga dihasilkan oleh tumbuhan yang dikenal sebagai fitofarmaka, penggunaan fitofarmaka di Indonesia telah lama digunakan karena melimpahnya potensi antimikroba dari bahan alam yang lebih aman namun memiliki fungsi serta aktivitas yang tidak kalah dari antibiotika. Obat-obatan dari bahan tanaman sudah mulai banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan penyakit ikan seperti bawang putih, daun jambu biji dan tanaman lainnya (Angka 2005).

(12)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji penambahan ekstrak kunyit pada pakan melalui metode pencegahan, pengobatan serta pengendalian dan menggunakan dosis berbeda terhadap infeksi bakteri E. tarda pada ikan lele.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2013, penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Bio Assay, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL), Serang, Banten.

Materi Uji

Ikan Lele Clarias sp.

Ikan yang digunakan dalam kegiatan penelitian yaitu benih ikan lele. Ukuran benih yang digunakan pada uji in vivo yaitu panjang total 13,47 ± 0,87 cm dan bobot tubuh 14,02 ± 2,61 gram. Ikan yang digunakan merupakan ikan lele stok untuk keperluan uji tantang berasal dari Lab. Bio Assay, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang, Banten. Jumlah ikan yang digunakan pada pengujian in vivo yaitu 10 ekor ikan per akuarium dengan jumlah total 150 ekor ikan lele uji.

Bakteri E. tarda

Isolat bakteri E. tarda yang diujikan merupakan isolat milik Laboratorium Mikrobiologi, Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan, Serang, Banten. Bakteri dikultur pada media Brain Heart Infusion Agar (BHIA) dan media Brain Heart Infusion Broth (BHIB). Inkubasi kultur pada media BHIA dilakukan pada inkubator dengan suhu sekitar 26-29 oC, sedangkan inkubasi pada media BHIB dilakukan pada shaker dengan suhu yang sama.

Kunyit Curcuma longa

Kunyit yang diujikan sebagai fitofarmaka dalam penelitian ini merupakan rimpang kunyit segar. Dosis ekstraksi yang dilakukan yaitu 1:10 (w/v) atau 1 gram kunyit untuk tiap 10 mL pelarut yang digunakan. Pelarut untuk ekstraksi antara lain air, alkohol 70% serta alkohol 96%. Untuk pelarut air digunakan metode perendaman dengan air hangat (infusi, suhu ± 70oC) dan dekoksi atau perebusan (suhu ± 90oC) selama 15 menit, sedangkan pelarut alkohol 70% dan 96% menggunakan metode maserasi selama 24 jam.

Pakan Uji

(13)

3 (2008), persentase pemberian pakan (Feeding Rate) untuk ikan lele dengan bobot sekitar 15 g/ekor yaitu antara 4-6% dari bobot tubuh. Dosis pencegahan dan pengendalian sesuai dengan modifikasi dari metode Darmawan (2008) yaitu 1:2 (v/w) yaitu setiap 1 liter ekstrak untuk 2 kg pakan, sedangkan dosis pengobatan menggunakan 1:1 (v/w) atau setiap 1 liter ekstrak untuk 1 kg pakan.

Rancangan Percobaan

Zona hambat ekstrak kunyit dilakukan dengan menguji 4 metode ekstraksi kunyit berbeda terhadap bakteri E. tarda pada satu cawan dengan dua kali ulangan.

Lethal Dosage 50 diujikan kepadatan bakteri 103, 105, 107 dan 109 cfu/mL pada 10 ekor ikan tiap perlakuan masing-masing dua kali ulangan. Penelitian utama menggunakan tiga perlakuan dan dua kontrol meliputi kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan A (pencegahan), B (pengobatan) dan C (pengendalian) masing-masing tiga ulangan dan tiap perlakuan menggunakan 10 ekor ikan lele. Pemeliharaan dilakukan selama 21 hari dan infeksi dilakukan pada hari ke-14. Parameter yang diamati antara lain tingkat kelangsungan hidup, respon makan, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, kualitas air dan gejala klinis infeksi. Analisis data secara statistik dan deskriptif, untuk statistik menggunakan analisis ANOVA dengan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0. Berikut merupakan skema rancangan percobaan dalam penelitian utama (Gambar 1):

Gambar 1 Skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah, Media Air, dan Ikan Uji

Wadah berupa akuarium berukuran 30 x 50 x 50 cm sebanyak 15 unit direndam dengan larutan CaOCl2 konsentrasi 30 ppm selama 24 jam, selanjutnya

(14)

4

dengan aerasi kuat selama 24 jam. Akuarium, selang dan batu aerasi dibilas dengan air. Setiap sisi akuarium ditutup dengan plastik berwarna hitam untuk menghindari stres pada ikan lele (Widiani 2011). Air dimasukkan hingga volume 30 liter lalu sistem aerasi diatur hingga sama pada setiap akuarium dan dibiarkan semalam sebelum ikan dimasukkan. Ikan diadaptasi dengan kondisi akuarium selama 24 jam sebelum pengujian dimulai dengan pemberian pakan pada pagi, siang dan malam hari.

Karakterisasi Fisik dan Biokimia Bakteri E. tarda

Isolat bakteri awal sebelum pengembalian virulensi diuji karakterisasi dan diperoleh hasil sesuai dengan bakteri E. tarda, bakteri hasil isolasi setelah pengembalian virulensi diuji kembali karakterisasi fisik dan biokimia untuk memastikan bahwa bakteri yang menginfeksi dan menimbulkan gejala klinis merupakan bakteri E. tarda. Karakter bakteri yang diamati antara lain pewarnaan Gram, kultur suhu 4oC dan suhu 40oC, uji laktosa, uji citrate, glukosa, sukrosa, fruktosa, dan galaktosa, uji Sulfide Indol Motility (SIM), uji urease, uji O/F, uji katalase dan uji oksidase.

Zona Hambat Ekstrak Kunyit Terhadap Bakteri E. tarda

Zona hambat merupakan visualisasi kemampuan antibakteri dari ekstrak kunyit segar yang diekstrak melalui empat metode ekstraksi berbeda yaitu perlakuan A dengan infusi air hangat selama 15 menit, pelakuan B melalui dekoksi (perebusan) kunyit selama 15 menit, perlakuan C dengan metode maserasi alkohol 96% selama 24 jam dan perlakuan D yaitu maserasi alkohol 70% selama 24 jam sesuai penelitian Wasilah et al. (2007). Perbandingan kunyit dan pelarut yaitu 1:10 (w/v) sesuai dengan penelitian dari Kumar et al. (2012) yang menggunakan perbandingan 100 mg/mL pelarut. Bakteri dengan kepadatan 109 cfu/mL disebar pada media BHIA (Brain Heart Infusion Agar), selanjutnya kertas cakram yang telah direndam dalam ekstrak kunyit sekitar 5 menit diletakkan pada media BHIA. Inkubasi untuk zona hambat pada suhu sekitar 26-29 oC selama 24 jam. Kuantifikasi zona hambat melalui pengukuran diameter zona hambat yang terbentuk pada tiap perlakuan.

Pengembalian Virulensi Bakteri E. tarda Terhadap Ikan Lele (Clarias sp.) Tahap ini dilakukan untuk mengembalikan virulensi bakteri yang diindikasikan menurun akibat kultur pada media kultur agar. Tiap ikan lele uji diinfeksi dengan suspensi E. tarda sebanyak 0,1 mL pada bagian intramuskular dengan kepadatan bakteri stok 109 cfu/mL. Ikan terinfeksi bakteri E. tarda akan menunjukkan gejala klinis seperti luka, tukak dan pendarahan, bakteri diisolasi pada bagian luka dan dimurnikan untuk pengujian selanjutnya yang dilakukan hingga tiga kali pengulangan.

Uji Lethal Dosage 50 (LD50) Bakteri E. tarda

(15)

5 kali ulangan untuk tiap kepadatan bakteri. Pengamatan dilakukan dengan pencatatan jumlah ikan yang mati selama 72 jam (Koswara 2009).

Pemberian Pakan

Pemberian ekstrak kunyit (Curcuma longa) segar yang dicampur dengan pakan diaplikasikan melalui metode oral pada pemeliharaan ikan Lele (Clarias

sp.), dengan perlakuan pencegahan, pengobatan, dan pengendalian terhadap infeksi bakteri E. tarda. Jadwal pemberian pakan yaitu tiga kali dalam sehari, pagi (07.00-08.00), siang (12.00-13.00) dan malam (19.00-20.00) WIB.

Manajemen Kualitas Air

Air yang digunakan untuk perlakuan yaitu air tanah yang ditampung dalam tandon air tawar dan dialirkan ke laboratorium bio assay. Kualitas air diamati setiap minggu untuk parameter Dissolved Oxygen (DO), Tingkat keasaman (pH), nitrit dan ammonia, sedangkan untuk parameter suhu diamati setiap hari. Air pemeliharaan disifon setiap tiga hari sekali dan dilakukan pergantian air 50% setiap minggu setelah pengambilan sampel uji kualitas air sesuai dengan metode dari Sartika (2011). Hasil uji dibandingkan dengan PP 82 Th 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.

Parameter Penelitian

Penentuan Lethal Dosage 50 (LD50)

Penentuan LD50 yaitu penentuan nilai yang akan digunakan sebagai dosis infeksi pada pengujian utama, nilai LD50 dihitung dengan metode Reed and Muench (1938) :

m = Xi + d%X i − 1 − %Xi50 − %Xi

Keterangan : m = log LD50

Xi = log dosis kematian dibawah 50%

d = selisih log dosis kematian di bawah 50% dan di atas 50% %Xi = persentase kematian kumulatif dosis di bawah 50% %X(i-1) = persentase kematian kumulatif dosis di atas 50%

LD50 = nilai interval antilog “m” Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat kelangsungan hidup dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan dari Effendie (1997), yaitu :

Tingkat Kelangsungan Hidup =No x 100%Nt

(16)

6

Laju Pertumbuhan Harian

Laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus Huisman (1987), yaitu :

α = !"WW$ 0$ t − 1%X 100%

Keterangan : α = Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)

Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g) t = Lama percobaan (hari)

Pertumbuhan Bobot Harian

Pertumbuhan bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (1997), yaitu :

Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus Effendie (1997), yaitu :

Pertumbuhan Panjang Mutlak = L.t − L.0

Keterangan : Lt = Panjang rata-rata ikan pada waktu t (cm)

L0 = Panjang rata-rata ikan pada awal percobaan (cm) Respon Makan dan Gejala Klinis

Respon makan diamati dengan menghitung jumlah ikan yang naik ke permukaan untuk makan dan dicatat pada saat pemberian pakan untuk setiap perlakuan dan ulangan, juga penimbangan sisa pakan sesuai dengan Sartika (2011). Menurut Ibrahem et al. (2011), gejala klinis yang diamati pada organ luar tubuh yaitu munculnya abnormalitas meliputi depigmentasi kulit, pembengkakan, hemoragi atau pendarahan dan luka, hingga kemunculan tukak. Gejala klinis yang diamati pada organ dalam ikan meliputi perubahan warna hati, pembengkakan pankreas, dan kemunculan gelembung gas pada saluran pencernaan.

Parameter Kualitas Air

Alat dan metode pengukuran beberapa parameter kualitas air sebagai berikut (Tabel 1):

Tabel 1 Metode pengukuran parameter kualitas air

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakterisasi Fisik dan Biokimia Bakteri Edwardsiella tarda

Karakterisasi dilakukan dengan pengujian beberapa karakter bakteri berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sesuai dengan Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Karakterisasi fisik dan biokimia bakteri E. tarda

Karakterisasi Hasil

Pewarnaan Gram negatif negatif negatif negatif √

Oksidase - - - - √

Keterangan: 1) F: Fermentatif; 2) ND: No Data; 3) Pesentase dari strain hasil positif +: reaksi positif; -: reaksi negatif

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 2, hasil karakterisasi isolat bakteri dengan 15 karakter bakteri E. tarda diuji dan dibandingkan dengan karakter bakteri berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan dilakukan pemeriksaan kesesuaian, diperoleh 14 parameter yang sesuai dan parameter citrate kurang sesuai karena beberapa strain bakteri E. tarda memiliki hasil positif pada penelitian Rashid et al. (1994).

Zona Hambat Ekstrak Kunyit Terhadap Bakteri Edwardsiella tarda

Diameter zona hambat dari kunyit dengan metode esktraksi berbeda menunjukkan hasil terbaik pada metode ekstraksi B (dekoksi) dengan rataan 7,420 mm, sedangkan diameter terkecil ditunjukkan pada metode ekstraksi A dengan tidak munculnya zona hambat. Kontrol positif menggunakan alkohol 70% menghasilkan zona hambat 6,50 mm, sedangkan pada kontrol negatif tidak terlihat adanya zona hambat.

(18)

8 dengan pengambilan jarak dan metode infusi diper terbentuknya zona hambat cakram. Zona hambat yang kertas cakram. Gambaran ekstraksi berbeda ditunjukka

Gambar 2 Uji zona hambat B (kunyit-dekoks alkohol 70%) ser (alkohol 70%) Gejala Klinis Infeksi Bakt

Gejala klinis merupa bakteri termasuk bakteri E.

pada organ tubuh bagian lua gambaran kemunculan geja sebanyak 0,1 mL per ekor i bagian perut ikan, sedang depigmentasi pada bagian hemoragi atau luka. Kontr abdominal, sedangkan kont klinis pada ikan lele uji munc

ambat ekstrak kunyit dengan empat metode ekst

traksi Diameter Zona Hambat (mm)

Ulangan Rataan

fusi dengan air hangat (± 70oC selama 15 menit) ekoksi (perebusan ± 90oC selama 15 menit)

aserasi dengan alkohol 96% selama 24 jam aserasi dengan alkohol 70% selama 24 jam

zona hambat diperoleh melalui pengukuran zona ak terpanjang dan terpendek. Perlakuan kontr peroleh hasil zona hambat 0,00 mm kare

bat dan tumbuhnya bakteri pada bagian baw ang terbentuk merupakan bagian zona bening an zona hambat ekstrak kunyit dengan empa ukkan pada Gambar 2 berikut:

at dari empat metode ekstraksi A (kunyit-infusi koksi), C (kunyit-alkohol 96%) dan D (kunyit-

serta kontrol negatif (larutan PBS) dan kontrol

akteri E. tarda terhadap ikan lele

upakan tanda yang muncul pada infeksi bebe

E. tarda, pada infeksi ikan lele muncul gejala kl n luar maupun organ dalam ikan. Gambar 3 m gejala klinis hasil uji in vivo melalui injeksi intra

r ikan, perlakuan pencegahan tampak adanya tuk dangkan pada perlakuan pengobatan hanya gian abdominal, ikan perlakuan pengendalian ntrol positif menunjukkkan luka dan kerusaka ontrol negatif tidak terlihat adanya gejala klini uncul pada setiap ikan yang mati juga ikan yan

(19)

Gambar 3 Gejala kli

klinis pada abdominal ikan lele berupa depigme k (B)

Gambar 3 dapat diketahui gejala klinis yang

arda diawali dengan depigmentasi kulit atau pe is atau kematian sel dan jaringan, dilanjutkan de n luka hingga menyebabkan tukak atau borok. enunjukkan gejala klinis yang muncul pada or hati yang berbeda dengan kondisi normal pada ada saluran pencernaan, juga pembengkakan pa

an) (B/Pengobatan) (C/Peng

ontrol Positif) (Kontrol Negatif) klinis pada organ dalam ikan lele tiap perlakuan kuan A (pencegahan), B (pengobatan), dan C (pen

kontrol negatif pada Gambar 4 menunjukkan n lele, hati yang berwarna merah, pankrea normal, sedangkan pada perlakuan lain dapat ter pembengkakan pankreas, juga adanya gelem

(20)

10

Lethal Dosage 50 (LD50) Bakteri Edwardsiella tarda

Pengujian dilakukan dengan penyuntikan intraperitoneal sebanyak 0,1 mL tiap ikan uji dan dilakukan pengamatan selama 72 jam sehingga diperoleh hasil yang ditunjukkan oleh Tabel 4 berikut:

Tabel 4 Kematian kumulatif dan persentase kematian LD50 bakteri E. tarda

Kepadatan

Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat diketahui persentase kematian terdekat di bawah 50% yaitu pada kepadatan bakteri 105 dengan 37,50 %, sedangkan persentase kematian terdekat di atas 50% yaitu pada kepadatan bakteri 107 dengan 75,00%, sehingga nilai LD50 berada diantara kepadatan bakteri 105 dan 107.

Penentuan nilai LD50 dengan menggunakan metode Reed and Muench (1938):

m = 5 + 250,00 − 37,5075,00 − 37,50

Persentase tingkat kelangsungan hidup pada masa akhir pemeliharaan ditunjukkan pada Gambar 5 berikut:

Gambar 5 Persentase kelangsungan hidup ikan lele di akhir pemeliharaan dengan perlakuan A (pencegahan), B (pengobatan), dan C (pengendalian)

(21)

Hasil perlakuan berbeda nyata (p<0,05 nyata dengan kontrol berdasarkan hasil uji hidup harian ikan lel tiga waktu pemberian pemeliharaan. Respon 0,05) dibandingkan dengan kontrol positif, da rol negatif, data kelangsungan hidup menyeba uji Kolmogorov-Smirnov (Lampiran 5). Grafi lele selama 7 hari pemeliharaan setelah infe rikut:

ungan hidup harian ikan lele selama 7 hari peme h infeksi

upakan data pertumbuhan ikan lele yang ditunj meter laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot ng mutlak:

buhan ikan lele selama pemeliharaan

Laju Pertumbuhan , dan pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan le

lakuan (p>0,05).

(22)

12

Tabel 6 Respon makan ikan lele selama pemeliharaan

Perlakuan Waktu Minggu ke-

1 2 3

Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa respon ikan terhadap pakan yang diberikan hingga minggu kedua pemeliharaan sebelum diuji tantang dengan bakteri E. tarda cukup responsif, dan respon berkurang secara drastis pada minggu terakhir pemeliharaan kecuali pada perlakuan kontrol negatif.

Kualitas Air

Data hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan ikan lele meliputi lima parameter kualitas air antara lain kadar keasaman (pH), kelarutan oksigen (DO), kandungan nitrit, dan kandungan amoniak. Berikut merupakan hasil pengukuran kualitas air ditampilkan pada Tabel 7:

Tabel 7 Nilai kualitas air selama pemeliharaan

Perlakuan

Keterangan : PP 82 Th 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air

(23)

13 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa rentang pH sekitar 6,9 hingga 7,3, parameter DO berkisar antara 6,97 mg/L hingga 8,49 mg/L, nilai nitrit media pemeliharaan yaitu antara 0,116 mg/L NO2-N hingga 0,905 mg/L NO2-N, dan

parameter amonia berkisar antara 0,047 mg/L NH3-N hingga 0,271 mg/L NH3-N.

Hasil pengukuran suhu pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut: Tabel 8 Nilai parameter suhu pemeliharaan (oC)

Waktu Minggu ke-

Rentang Suhu

Pengukuran 1 2 3

Pagi 26,8 26,9 26,7 26,7-26,9

Siang 27,3 28,1 27,4 27,3-28,1

Malam 26,9 27,1 26,9 26,9-27,1

Berdasarkan Tabel 8 diketahui rentang suhu pada pagi hari yaitu sekitar 26,8

o

C, pada siang hari berkisar pada 26,7-27,9 oC, dan pada malam hari suhu pemeliharaan sekitar 26,9-27,1 oC. Kenaikan dan penurunan suhu relatif stabil dan tidak lebih dari 1 oC.

Pembahasan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya telah mencanangkan target produksi ikan lele untuk tahun 2013 sebesar 670.000 ton dengan peningkatan mencapai 35%. Untuk mencapai target tersebut diperlukan pendukung kegiatan produksi terutama faktor teknis yaitu komoditas produksi yang sehat dan bebas dari penyakit yang dapat menimbulkan kegagalan produksi (DJPB KKP 2013). Bakteri Edwardsiella tarda

merupakan salah satu penyebab penyakit infeksi golongan bakterial yang memiliki sebaran infeksi luas baik berdasarkan inang maupun lingkungan hidup, bakteri E. tarda dapat menginfeksi berbagai jenis ikan terutama golongan catfish

(Miwa dan Nobuhiro 2000). Penelitian ini menggunakan lele sebagai ikan uji terkait munculnya serangan bakteri E. tarda yang menyebabkan kematian secara massal. Pengendalian penyakit bakterial dapat dilakukan melalui pemberian obat-obatan pada ikan.

(24)

14

metode ekstraksi diperoleh melalui data zona hambat tiap metode. Metode infusi dengan air hangat tidak terbentuk zona hambat melainkan tumbuhnya bakteri pada bagian bawah kertas cakram, sehingga dapat disimpulkan metode ini tidak dapat menarik bahan aktif dari rimpang kunyit. Metode dekoksi yang merupakan metode dengan hasil diameter zona hambat terbaik (7,42 mm) menjadi metode acuan yang digunakan untuk pengujian secara in vivo.

Zona hambat yang terbentuk dari ekstrak kunyit muncul akibat adanya bahan aktif dari kunyit yang tertarik keluar akibat metode ekstraksi, bahan aktif yang ada pada kunyit didominasi oleh minyak atsiri dan kurkumin. Menurut Liang

et al. (1985) dalam Marwati (1996), minyak atsiri dalam kunyit bersifat bakterisidal, sedangkan kurkumin bersifat bakteriostatik. Purseglove (1975) dalam Marwati (1996) menyatakan bahwa rimpang kunyit mengandung 13,1% air, 6,3% ptotein, 5,1% lemak, 69,4% karbohidrat, 3,5% abu, 2,6% serat, 1,3-6% minyak atsiri, dan 0,5-6% kurkumin. Uji in vivo membandingkan tiga perlakuan yaitu pencegahan, pengobatan, dan pengendalian. Dosis perbandingan ekstrak kunyit dan pakan untuk perlakuan pencegahan dan pengendalian yaitu 1 liter ekstrak untuk 2 kg pakan (1:2), sedangkan perlakuan pengobatan menggunakan perbandingan 1 liter ekstrak kunyit untuk 1 kg pakan (1:1). Selama pemeliharaan diamati respon makan dan gejala klinis dari ikan uji.

Menurut Hasyim dan Galil (2012), ikan lele uji yang diinfeksi dengan biakan bakteri E. tarda menunjukkan gejala klinis yang sangat jelas, mulai dari nekrosis otot saat bagian tubuh ikan memutih, letargi, dan hemoragi, produksi mukus berlebih, dilanjutkan dengan pembengkakan bagian tubuh yang diinfeksi dengan warna putih sedikit kekuning-coklatan seperti nanah dan akhirnya muncul luka, hingga muncul tukak atau borok pada bagian tubuh dan menyebabkan kematian pada ikan lele juga adanya gas pada bagian abdominal. Sama halnya dengan Morsy (2010), bakteri E. tarda menunjukkan gejala klinis pada infeksi ikan lele seperti hemoragi atau pendarahan pada tubuh, insang, perut, insang, dan ekor, juga kemunculan ulcer akibat infeksi. Bakteri E. tarda juga menimbulkan gejala klinis pada organ dalam ikan ditandai dengan abses atau pembengkakan pada usus dan adanya gas pada bagian organ dalam, juga hati dan ginjal yang pucat (Bullock dan Herman 1985), hal tersebut sesuai dengan pengujian yang dilakukan dan ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Bakteri E. tarda memiliki mekanisme toksisitas melalui produksi dua eksotoksin dermatonekrosis. Kedua jenis toksin yang dihasilkan merupakan antigenik dan tidak ditemukan pada sistem imun hewan. Toksin yang telah masuk ke dalam tubuh hewan akan menyebabkan nekrosis dan produksi gas pada bagian perut (dropsy) (Ullah dan Arai 1983). Gejala klinis yang muncul pada ikan uji berupa nekrosis dan ditandai dengan depigmentasi kulit, hemoragi dan luka bahkan tukak (Gambar 3), sedangkan pada organ dalam terlihat adanya gas pada bagian saluran pencernaan (Gambar 4) yang menyebabkan perut ikan akan terlihat kembung (dropsy).

Bakteri ini juga mampu menginfeksi manusia, terutama infeksi melalui luka pada kulit, walaupun belum pernah ada laporan sebelumnya mengenai infeksi langsung dari organisme akuatik ke manusia, tapi melalui bakteri yang menginfeksi hewan terestrial (Lowry dan Smith 2007). Menurut Janda et al.

(1991), bakteri E. tarda jauh lebih virulen dibandingkan strain Edwardsiella

(25)

15 hingga 35oC. Suhu selama pemeliharaan berkisar pada suhu 26-28 oC, sehingga masih dalam rentang kemunculan atau suhu optimal infeksi bakteri E. tarda. Ikan lele yang diujikan dengan infeksi bakteri E. tarda dikondisikan agar tidak dalam kondisi stres dengan cara pemberian pakan teratur dan pengelolaan kualitas air pemeliharaan, sehingga faktor stressor diharapkan seminimal mungkin. Ikan uji menunjukkan gejala infeksi yang jelas selama pengamatan inkubasi pengembalian virulensi, sehingga dapat diketahui bahwa bakteri E. tarda mampu menginfeksi ikan sehat dalam kondisi tidak stres sekalipun. Penyebaran infeksi bakteri E. tarda

dapat bersifat langsung dan horizontal melalui proses makan, insang, dan permukaan tubuh, bakteri ini dapat menginfeksi terutama ikan yang sakit dan stres dengan prevalensi 43%, namun dapat pula menginfeksi ikan yang tidak stres dengan prevalensi 7% (Ling et al. 2001 dalam Morsy 2010).

Mekanisme antibakteri dari kunyit menurut Knobloch et al (1989) yaitu minyak atsiri yang dapat merusak membran biologis sel sehingga mikroba akan lisis atau minimal terhambat pertumbuhannya. Sedangkan kurkuminoid dalam rimpang kunyit merupakan senyawa fenolik yang dapat mengubah permeabilitas membran sel sitoplasma yang akan menyebabkan kebocoran nutrisi pada sel bakteri sehingga menyebabkan kematian bakteri atau terhambat pertumbuhannya, juga merupakan racun dalam protoplasma sel sehingga mengendapkan protein (Pelczar dan Reid 1987 dalam Marwati 1996). Adanya minyak atsiri dan kurkuminoid dalam kunyit menimbulkan zona bening pada uji in vitro yang diharapkan dapat memberikan efek antibakteri yang sama pada uji in vivo. Metode ekstraksi dengan metode dekoksi mampu menarik lebih banyak zat aktif minyak atsiri dan kurkuminoid dilihat dari luasan zona hambat yang dihasilkan.

Parameter Tingkat kelangsungan hidup terjadi perbedaan nyata antara perlakuan pengobatan dengan kontrol positif, sedangkan perlakuan pengendalian tidak menunjukkan perbedan nyata dengan tiap perlakuan. Perlakuan B (pengobatan) menjadi perlakuan dengan hasil tingkat kelangsungan hidup terbaik dengan 86,67% dan tidak berbeda nyata dengan kontrol negatif (96,67%) (lihat Lampiran 1). Perbedaan hasil antara perlakuan pengobatan dengan pencegahan dan pengendalian yaitu perbedaan penggunaan dosis perlakuan, pada perlakuan pengobatan diberikan dosis 1:1 sedangkan pada perlakuan pencegahan dan pengendalian diberikan dosis 1:2 antara ekstrak kunyit dengan pakan yang diberikan, sehingga konsentrasi ekstrak kunyit pada perlakuan pengobatan dua kali lebih banyak dan menghasilkan efek lebih baik pada ikan lele uji. Penggunaan perbandingan ekstrak kunyit dan pakan 1:2 yaitu berdasarkan penelitian Darmawan (2008). Kunyit memiliki fungsi sebagai penambah nafsu makan (Dian 2007), namun pada parameter pertumbuhan ikan lele setelah uji lanjut tidak terdapat perbedaan nyata pada tiap perlakuannya (lihat Lampiran 2, Lampiran 3, dan Lampiran 4), hal tersebut diduga karena adanya batasan dalam pemberian pakan dari metode pemberian pakan secara restricted atau menggunakan feeding rate sebesar 5% dari bobot tubuh ikan.

Kualitas air selama pemeliharaan yang diukur meliputi parameter keasaman (pH), kelarutan oksigen (DO), kadar nitrit, kadar ammonia, dan suhu pemeliharaan. Parameter pH berkisar antara 6,9-7,3 selama pemeliharaan, kelarutan oksigen dalam kisaran 6,97-8,49 mg/L, kadar nitrit antara 0,116-0,905 mg/L NO2-N, kadar ammonia yaitu 0,047-0,271 mg/L NH3-N, dan suhu antara

(26)

16

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk pH yaitu 6-9, kelarutan oksigen (DO) lebih dari 5 mg/L, kadar nitrit kurang dari 0,06 mg/L NO2-N dan

kadar ammonia kurang dari 0,5 NH3-N, sehingga selama pemeliharaan parameter

kualitas air berada dalam toleransi aman kecuali untuk parameter nitrit yang melebihi ambang batas toleransi dan diduga menjadi penyebab kematian selama 14 hari pemeliharaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan pencegahan menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 60%, perlakuan pengobatan memiliki kelangsungan hidup 86,67%, dan 76,67% untuk perlakuan pengendalian. Perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan pengobatan dengan kelangsungan hidup 86,67% bila dibandingkan dengan kontrol positif dengan kelangsungan hidup 43,33%. Pengobatan lebih baik diduga karena menggunakan dua kali dosis ekstrak kunyit.

Saran

Perlu adanya penelitian lanjutan terkait frekuensi, lama pemberian, dan dosis ekstrak kunyit untuk dapat digunakan baik sebagai pencegahan maupun pengobatan sesuai dengan tujuan penambahan ekstrak kunyit.

DAFTAR PUSTAKA

Angka SL. 2005. Kajian penyakit Motile Aeromonad Septicemia (MAS) pada ikan lele dumbo (Clarias sp.): patologi, pencegahan dan pengobatannya degan fitofarmaka [Disertasi]. Bogor (ID): IPB.

Bullock GL dan Herman RL. 1985. Edwardsiella infections of fishes. US Fish and Wildlife Publication. University of Nebraska – Lincoln. Paper 132. Darmawan BD. 2008. Pemanfaatan ekstrak kunyit dan bawang putih sebagai

nutrisi tambahan alami pada pakan dan aplikasinya terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Buletin Akuatik Universitas Bangka Belitung. Edisi April 2008.

Darminto, Ali, Alimuddin, Dini, Iwan. 2009. Kajian pengembangan dan produksi kandidat fitofarmaka antibakterial pada tumbuhan mangrove untuk pengendalian pengakit bakterial ikan: Laporan Penelitian. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah-LIPI[Internet]. [diunduh 2013 Juni 17]. Tersedia pada: http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php /searchkatalog/byId/264904.

(27)

17 [DJPB KKP] Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan

Perikanan. 2013. Statistik menakar target ikan air tawar tahun 2013. Info gariepinus fish at Sohag Governorate. Journal of American Science. 8(4):438-444.

Holt JG, Krieg NR, Sheath PHA, Staley JT, Williams ST. 1994. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. Edisi ke-9. Baltimore (US): Williams & Wilkins.

Huisman EA. 1987. The principles of fish culture production. Netherland: Departement of Aquaculture, Wageningen University.

Ibrahem MD, Shaheed IB, Yazeed HA, Korami H. 2011. Assesment of the susceptibility of polyculture reared African Catfish and Nile tilapia to

Edwardsiella tarda. Journal of American Science. 7(3):779-786

Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. hlm 102.

Janda JM, Abbott SL, Bystrom SK, Cheung W, Powers C, Kokka RP, Tamura K. 1991. Pathogenic properties of Edwardsiella species. Journal of Clinical Microbiology. 29(9):1997-2001.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Kejar produksi 9,5 juta ton, KKP pasang 4 strategi. Info Media KKP [Internet]. [diunduh 2013 Juni 16]. Tersedia pada: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8771/Kejar-Produksi-95-Juta-Ton-KKP-Pasang-4-Strategi/.

KEPMEN KP RI. 2010. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. 03Tahun 2010.

Knobloch K, Pauli A, Iberl B, Weigand H, Weis N. 1989. Antibacterial and antifungal properties of essential oil components. J.Ess. Oil Res.1:119-128. Kordi MGH. 2004. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta (ID): Rineka

Cipta dan Bina diaksara.

Koswara AD. 2009. Kajian patogenesis infeksi buatan bakteri Edwardsiella ictaluri pada ikan lele (Clarias sp.) [Tesis]. Bogor (ID): IPB.

Kumar S, Dhankhar S, Arya VP, Yadav S, Yadav JP. 2012. Antimicrobial activity of Salvadora oleoides Decne. Against some microorganisms. Journal of Medicinal Plants Research. 6(14):2754-2760.

Lima LC, Fernandes AA, Costa AAP, Velasco FO, Lette RC, Hackett JL. 2008. Isolation and characterization of Edwardsiella tarda from pacu Myleus micans. Arq. Bras. Med. Vet. Zootec. 60(1):275-277.

Lowry T dan Smith S A. 2007. Aquatic zoonoses associated with food, bait, ornamental, and tropical fish. Vet Med Today: JAVMA. 231(6).

Mahyuddin K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(28)

18

Miwa S dan Nobuhiro M. 2000. Infection with Edwardsiella tarda cayses hypertrophy of liver cells in the Japanese flounder Paraclichthys olivaceous.

Dis. Aquat Organ. 42:227-231.

Morsy AFH. 2010. Studies on some problems facing cultured of nile catfish (Clarias gariepinus) in Egypt [Tesis]. Department of Fish Diseases and Management. Zagazif University.

Rashid MM, Honda K, Nakai T, Muroga K. 1994. An ecological study on

Edwardsiella tarda in flounder farms. Fish Patology. 29(4):221-227.

Reed LJ & Muench H. 1938. A simple method od estimating fifty percent end points. The American Journal of Hygiene. 27:493-497.

Sartika Y. 2011. Efektivitas fitofarmaka dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydropilla pada ikan lele dumbo Clarias sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Tiwari P, Kumar B, Kaur M, Kaur G, Kaur H. 2011. Phytochemical screening and

extraction: A review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. 1(1):88-108. Ullah MA, Arai T. 1983. Exotoxic substances produces by Edwardsiella tarda.

Fish Pathology. 18(2):71-75.

(29)

19 LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil uji lanjut Duncan parameter kelangsungan hidup

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Kontrol + 3 43.3333

Pencegahan 3 60.0000 60.0000

Pengendalian 3 76.6667 76.6667 76.6667

Pengobatan 3 86.6667 86.6667

Kontrol - 3 96.6667

Sig. .056 .115 .225

Lampiran 2 Hasil uji lanjut Duncan parameter laju pertumbuhan harian

Perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1

Pengendalian 3 1.9600

Kontrol - 3 2.0000

Kontrol + 3 2.3233

Pengobatan 3 2.3333

Pencegahan 3 2.4267

Sig. .559

Lampiran 3 Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan bobot harian

Perlakuan N

Subset for alpha =

0.05

1

Pengendalian 3 .3500

Pencegahan 3 .3733

Kontrol - 3 .3800

Kontrol + 3 .3800

Pengobatan 3 .4033

(30)

20

Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan parameter pertumbuhan panjang mutlak

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1

Pengendalian 3 2.0600

Pengobatan 3 2.1067

Kontrol - 3 2.2133

Pencegahan 3 2.2667

Kontrol + 3 2.3733

Sig. .668

Lampiran 4 Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk data kelangsungan hidup

Unstandardized Residual

N 15

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 1.46356944

Most Extreme Differences Absolute .146

Positive .140

Negative -.146

Kolmogorov-Smirnov Z .565

Asymp. Sig. (2-tailed) .907

a. Test distribution is Normal.

(31)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 12 Juli 1991 dari Ayah Nur Samsudin dan Ibu Aan Hasanah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang dilalui yaitu SMAN 4 Bogor dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima masuk IPB melalui jalur SNMPTN 2009 pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, Jawa Tengah pada tahun 2010 dengan memilih komoditas ikan kerapu. Tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan IPB Goes To Field yang diadakan oleh LPPM IPB di Balai Benih Ikan dan Desa Cipajang, Brebes. Tahun 2012 penulis melaksanakan praktek lapangan akuakultur di Balai Budidaya Laut Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan komoditas ikan kerapu bebek. Penulis juga pernah menjadi Asisten mata kuliah Dasar-Dasar Akuakultur tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013, asisten mata kuliah Penyakit Organisme Akuatik semester ganjil tahun ajaran 2011/2012, dan asisten mata kuliah Manajemen Kesehatan Organisme Akuatik tahun ajaran 2012/2013. Penulis pernah menjadi anggota Forum Keluarga Muslim Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FKM-C) periode 2010-2012.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi pada jenjang S1 ini diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Upaya Pengendalian Infeksi Bakteri

Edwardsiella tarda Pada Ikan Lele Clarias sp. Menggunakan Ekstrak Kunyit

Gambar

Gambar 1 Skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele
Tabel 1 Metode pengukuran parameter kualitas air No Parameter Alat
Tabel 2  Karakterisasi fisik dan biokimia bakteri E. tarda
Gambar 5 Persentase kelangsungan hidup ikan lele di akhir pemeliharaan dengan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Prarencana Pabrik Bioplastik

Lebih lanjut berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), stimulasi verbal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicara

Pemberitaan yang disajikan Kompas juga lebih bersifat langsung (Straight news) dan memperlihatkan pengelolaan pemerintah terkait pariwisata, dibandingkan dengan media

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Dimana data – data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator performansi yang menunjukan tingkat efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai lama waktu perendaman benih dalam larutan urine sapi memberikan pengaruh yang tidak nyata (P&gt;0,05) terhadap

Napsu badan jeung sagala panga- jakna teh ku jelema anu geus jadi kagungan Kristus Yesus mah geus Ka pan urang teh geus maot tina dosa, piraku bisa keneh hirup dina

Oman Sukmana, M.Si selaku Kepala Jurusan Program Studi Kesejahteraan sosial sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dukungan serta motivasinya