APLIKASI KAPUR CaCO3 DAN KOMPOS Tithonia diversifolia TERHADAP KEJENUHAN Al SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI PADA
TANAH ULTISOL
SKRIPSI OLEH : TETTY JULIANA B
100301107 AET-ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
APLIKASI KAPUR CaCO3 DAN KOMPOS Tithonia diversifolia TERHADAP KEJENUHAN Al SERTA PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI PADA
TANAH ULTISOL
SKRIPSI OLEH : TETTY JULIANA B
100301107 AET-ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
JUDUL
NAMA NIM PRODI MINAT
: Aplikasi Kapur CaCO3 dan Kompos Tithonia diversifolia Terhadap Kejenuhan Al Serta Pertumbuhan Tanaman Kedelai Pada Tanah Ultisol
: Tetty Juliana Butar-Butar : 100301107
: Agroekoteknologi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Fauzi , M.P.) (Ir. Sarifuddin, M.P.)
NIP. 195711101986011003 NIP. 196509031993031014
Mengetahui
ABSTRAK
TETTY JULIANA BUTAR-BUTAR : aplikasi kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap kejenuhan Al serta pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah Ultisol, oleh FAUZI dan SARIFUDDIN
Penelitian ini dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada ± 25 dpl mulai Agustus sampai Oktober 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan. Faktor pertama adalah kapur CaCO3 yaitu 0xAl-dd (K0), 0,5xAl-dd (K1), 1xAl-dd (K2), 1,5xAl-dd (K3) dan faktor kedua pemberian kompos Tithonia diversifolia yaitu 0 g (K0), 25g (K1), 50g (K2) dan 75g (K3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 1,5xAl-dd (K3) nyata menurunkan kejenuhan Al dan Al-dd, serta menaikkan pH. Sedangkan perlakuan Tithonia diversifolia 75 g (B3) nyata dalam menurunkan kejenuhan Al, menurunkan Al-dd serta meningkatkan KTK tanah. Terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pemberian kapur CaCO3 1,5xAl-dd (K3) nyata meningkatkan volume akar dan bobot kering akar, dan perlakuan Tithonia diversifolia 75 g (B3) nyata meningkatkan volume akar dan bobot kering akar. Interaksi perlakuan nyata terhadap kejenuhan Al, KTK, Al-dd dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman.
ABSTRACT
TETTY JULIANA BUTAR-BUTAR : The Application of CaCO3 Lime and Tithonia diversifolia Compost to Al Saturation as well as Against The Growth of Soybean Plants on a Land of Ultisol, by FAUZI and SARIFUDDIN
This research aims to know the influence of application of CaCO3 lime and Tithonia diversifolia compost against Al saturation as well as plant growth on soybean soil Ultisol. This research has been done at screen house FP USU using random factorial design group with CaCO3 lime 0xAl-dd, 0,5xAl-dd, 1xAl-dd and 1,5xAl-dd treatment factors and factors of Tithonia diversifolia 0; 25 g; 50 g; and 75 g treatment conducted during August to October.
The result showed that awarding CaCO3 lime 1,5xAl-dd (K3) actually decrease Al saturation and Al-dd, and increase pH. Where as Tithonia diversifolia
75 g (B3) treatment actually decrease the saturation of Al, decrease Al-dd and increase KTK soil. Against soybean plant growth, giving CaCO3 lime 1,5xAl-dd (K3) actually increase the volume of the dry weight of roots, and treatment of
Tithonia diversifolia 75 g (B3) actualy increase the volume of the dry weight of roots. The interaction of treatment against a surfeit of Al, KTK, Al-dd and has no effect on plant growth.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Morawa pada tanggal 5 Juli 1992 dari ayah. P. Butar-Butar dan ibu T. Sitorus penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Lubuk Pakam dan pada tahun 2010 masuk ke Fakultas pertanian USU melalui jalur masuk bersama Perguruan Tinggi Negeri (UMB/PTN). Penulis memilih minat ilmu tanah program studi agroekoteknologi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan karunia–Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Aplikasi Kapur CaCO3 Dan Kompos
Thithonia Diversifolia Terhadap Kejenuhan Al Serta Pertumbuhan Tanaman Kedelai Pada Tanah Ultisol”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Fauzi, M.P. dan Ir. Sarifuddin, M.P. selaku dosen pembimbing yang telah
membantu dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis mengharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Februari 2015
DAFTAR ISI
Kompos Thithonia diversifolia ... 11
Tanaman Kedelai ... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16
Bahan dan Alat ... 16
Metode Penelitian ... 16
PELAKSANAANPENELITIAN Pengambilan Contoh Tanah ... 18
Penyediaan Kompos Thithonia diversifolia ... 18
Aplikasi Thithonia diversifolia danKapur ... 18
Kapasitas Tukar Kation (KTK) ... 19
Kejenuhan Al... 19
Tanaman Tinggi Tanaman (g) ... 19
Bobot Kering Tajuk (g) ... 19
Bobot Kering Akar (g) ... 19
Volume Akar ... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20
pH H2Otanah ... 20
Aluminium Tukar (Al-dd) ... 22
Kapasitas Tukar Kation (KTK) ... 26
Kejenuhan Al ... 27
Tinggi Tanaman (g) ... 30
Bobot Kering Tajuk (g) ... 31
Bobot Kering Akar (g) ... 32
Volume Akar (ml) ... 35
Pembahasan ... 37
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42
Saran ... 42
DAFTAR TABEL
No. Hlm
1. Rataan pH H2O pada tanah Ultisol 20
DAFTAR GAMBAR
No. Hlm
1. Grafik pH H2O tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 21 2. Grafik pH H2O tanah Ultisol terhadap interaksi kapur CaCO3 dan
Thithonia diversifolia
22
3. Grafik aluminium tukar (Al-dd) tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3
24
5. Grafik aluminium tukar (Al-dd) tanah Ultisol akibat pemberian
Thithonia diversifolia
25
6. Grafik aluminium tukar (Al-dd) tanah Ultisol terhadap interaksi kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia
25
8. Grafik kapasitas tukar kation (KTK) tanah Ultisol akibat pemberian
Thithonia diversifolia
27
9. Grafik kejenuhan aluminium tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3
29
10. Grafik kejenuhan aluminium tanah Ultisol akibat pemberian
Thithonia diversifolia
29
11. Grafik kejenuhan aluminium tanah Ultisol terhadap interaksi kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia
30
12.
13.
Grafik kejenuhan aluminium tanah Ultisol terhadap interaksi
Thithonia diversifolia dan kapur CaCO3
Grafik bobot kering akar pada akhir vegetatif akibat pemberian kapur CaCO3
Grafik bobot kering akar pada akhir vegetatif akibat pemberian
Thithonia diversifolia
Grafik volume akar pada akhir vegetatif akibat pemberian kapur CaCO3
Grafik volume akar pada akhir vegetatif akibat pemberian
Thithonia diversifolia
34 35
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hlm
1. Bagan plot penelitian 46
2. Hasil analisis awal tanah Ultisol Mancang 47 3. Hasil analisis awal kompos Thithonia diversifolia 47 4. Kebutuhab Kapur CaCO3 berdasarkan Aldd 47
5. Rataan pH H2O pada tanah Ultisol 48
6. Hasil sidik ragam pH H2O pada tanah Ultisol 48 7. Rataan kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah Ultisol 49 8. Hasil sidik ragamkapasitas tukar kation (KTK) pada tanah
Ultisol
49
10. Rataan Al tukar(Al-dd) pada tanah Ultisol 50 11. Hasil sidik ragam Aluminium tukar Al-dd) padaa tanah Ultisol 50 12. Rataan kejenuhan Al pada tanah Ultisol 51 13. Hasil sidik ragam aluminium tukar (Al-dd) pada tanah Ultisol 51 14. Rataan Tinggi tanaman kedelai pada akhir vegetatif 52 15. Rataan bobot kering tajuk pada akhir vegetatif 52 16. Rataan bobo kering akar pada akhir vegetatif 53 17. Hasil sidik ragam bobot kering akar pada akhir vegetatif 53 18. Rataan volume akar pada akhir vegetatif 54 19. Hasil sidik ragam volume akar pada akhir vegetatif 54
20. Deskripsi kedelai varietas Anjasmoro 56
21. 22.
Kriteria sifat tanah Foto penelitian
ABSTRAK
TETTY JULIANA BUTAR-BUTAR : aplikasi kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap kejenuhan Al serta pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah Ultisol, oleh FAUZI dan SARIFUDDIN
Penelitian ini dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada ± 25 dpl mulai Agustus sampai Oktober 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan. Faktor pertama adalah kapur CaCO3 yaitu 0xAl-dd (K0), 0,5xAl-dd (K1), 1xAl-dd (K2), 1,5xAl-dd (K3) dan faktor kedua pemberian kompos Tithonia diversifolia yaitu 0 g (K0), 25g (K1), 50g (K2) dan 75g (K3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 1,5xAl-dd (K3) nyata menurunkan kejenuhan Al dan Al-dd, serta menaikkan pH. Sedangkan perlakuan Tithonia diversifolia 75 g (B3) nyata dalam menurunkan kejenuhan Al, menurunkan Al-dd serta meningkatkan KTK tanah. Terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pemberian kapur CaCO3 1,5xAl-dd (K3) nyata meningkatkan volume akar dan bobot kering akar, dan perlakuan Tithonia diversifolia 75 g (B3) nyata meningkatkan volume akar dan bobot kering akar. Interaksi perlakuan nyata terhadap kejenuhan Al, KTK, Al-dd dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman.
ABSTRACT
TETTY JULIANA BUTAR-BUTAR : The Application of CaCO3 Lime and Tithonia diversifolia Compost to Al Saturation as well as Against The Growth of Soybean Plants on a Land of Ultisol, by FAUZI and SARIFUDDIN
This research aims to know the influence of application of CaCO3 lime and Tithonia diversifolia compost against Al saturation as well as plant growth on soybean soil Ultisol. This research has been done at screen house FP USU using random factorial design group with CaCO3 lime 0xAl-dd, 0,5xAl-dd, 1xAl-dd and 1,5xAl-dd treatment factors and factors of Tithonia diversifolia 0; 25 g; 50 g; and 75 g treatment conducted during August to October.
The result showed that awarding CaCO3 lime 1,5xAl-dd (K3) actually decrease Al saturation and Al-dd, and increase pH. Where as Tithonia diversifolia
75 g (B3) treatment actually decrease the saturation of Al, decrease Al-dd and increase KTK soil. Against soybean plant growth, giving CaCO3 lime 1,5xAl-dd (K3) actually increase the volume of the dry weight of roots, and treatment of
Tithonia diversifolia 75 g (B3) actualy increase the volume of the dry weight of roots. The interaction of treatment against a surfeit of Al, KTK, Al-dd and has no effect on plant growth.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang tersebar luas mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan di Indonesia. Ultisol berkembang mulai dari bahan induk, mulai dari yang bersifat masam hingga basa. Dalam luasan yang sangat tinggi, Ultisol di Indonesia belum terkelola dengan baik. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting
dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Permasalahan utama yang dihadapi pada Ultisol jika dijadikan lahan pertanian adalah keracunan aluminium (Al). Kandungan Kejenuhan Al yang tinggi dilaporkan sebagai penyebab utama pertumbuhan buruk dan produksi rendah. Kejenuhn Al yang tinggi pada tanah masam menyebabkan pertumbuhan akar terhambat sehingga mengurangi serapan hara dan air. Disamping itu, masalah kekurangan air dan miskin hara juga sebagai penyebab produksi rendah atau gagal berproduksi pada tanah Ultisol (Hakim, dkk 1989).
Untuk mengatasi kendala kejenuhan Al dan kemasaman yang tinggi dapat dilakukan pengapuran. Pengapuran pada tanah-tanah masam dapat memperbaiki kesuburan tanah, dengan adanya pengapuran pada tanah masam akan menurunkan dengan nyata konsentrasi Al dalam keadaan sangat masam yang bersifat racun bagi tanaman (Sarief, 1993).
Dengan pengapuran pH tanah akan meningkat, dimana ion Mg dan Ca yang dapat menggeser kedudukan H+ dipermukaan koloid sehingga menetralisir kemasaman tanah. Pengapuran juga bertujuan untuk mengurangi resiko keracunan aluminium, menambah ketersediaan unsur P tanah sebagai hasil pembebasan P dari ikatan Al-P dan Fe-P (Kuswandi, 1993).
Selain pemberian kapur, penambahan bahan organik juga merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Bahan organik dalam proses dekomposisinya akan melepaskan asam-asam organik yang dapat mengikat Al membentuk senyawa kompleks, sehingga Al menjadi tidak larut. Pemberian bahan organik merupakan salah satu cara untuk mempercepat proses ameliorasi tanah terutama tanah Ultisol (Tan, 2010).
Salah satu bahan organik (kompos) yang dapat dimanfaatkan adalah kompos Tithonia diversifolia yang merupakan tanaman legum. Tanaman ini telah banyak dimanfaatkan sebagai kompos oleh petani di Kenya. Dari hasil penelitian Hakim, dkk (2008), kompos Tithonia diversifolia dapat megurangi kebutuhan pupuk buatan sebanyak 50% bagi tanaman melon, tomat, cabai, jahe, jagung dan kedelai pada tanah Ultisol. Kompos Tithonia diversifolia mengandung 0,37% P, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber P bagi tanaman. Tithonia diversifolia dapat menurunkan Al dan menaikkan pH tanah sehingga unsur hara fosfor dapat tersedia.
Kementrian Pertanian mentargetkan kebutuhan kedelai akan tercukupi oleh produksi dalam negeri pada tahun 2014 degan produksi sebesar 2,70 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2013).
Faktanya, pengembangan kedelai pada lahan kering masam dihadapkan kepada kondisi tanah yang kurang subur karena pH rendah (4,3-5,5), kandungan Al tinggi, kandungan bahan organik rendah sehingga menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat. Kondisi tanah yang kurang subur tersebut dapat diatasi
dengan memberi bahan organik serta penambahan kapur (Alimoeso, 2006 dalam Atman 2006).
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengaplikasikan kapur dan kompos Tithonia diversifolia terhadap kejenuhan Al serta pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah Ultisol.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh aplikasi kapur dan kompos Thithonia
diversifolia terhadap kejenuhan Al serta pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) pada tanah Ultisol.
Hipotesis Penelitian
• Aplikasi Kapur dapat menurunkan kejenuhan Al dan meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) pada tanah Ultisol
• Interaksi Kapur dan kompos Thithonia diversifolia menurunkan kejenuhan Al dan meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai (Glycine max L.) pada tanah Ultisol
Kegunaan Penelitian
- Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan dapat dimanfaatkan para petani untuk meningkatkan produksi pertanian
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol
Ultisol merupakan tanah yang bertekstur relatif berat, berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal mempunyai agregat yang kurang stabil dan permeabilitas rendah. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Ciri Ultisol memiliki solum tanah agak tebal yaitu 90-180 cm dengan batas horizon yang datar. Kandungan bahan organik pada lapisan olah adalah kurang dari 9 % umumnya sekitar 5%. Kandungan unsur hara seperti N, P, K dan Ca umumnya rendah dan pH sangat rendah 4-5,5 (Darmawijaya, 1997 dalam Frisandi, 2009).
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah mineral masam (acid soil) yang merupakan potensi besar untuk perluasan dan peningkatan produksi pertanian di Indonesia. Hampir semua tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini. Pemanfaatan Ultisol untuk pengembangan tanaman pangan umumnya terkendala oleh sifat-sifat kimia yang dirasakan berat bagi para petani untuk mengatasinya, karena kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah. Kendala utama yang dijumpai didalam kaitannya dengan pengembangan Ultisol untuk lahan pertanian terutama karena termasuk tanah yang mempunyai harkat keharaan yang rendah (Prahastuti, 2005)
lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basa tukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0-0,1 me/100 g tanah (Subagyo dkk 2000).
Menurut Munir (1996) komponen kimia tanah berperan penting dalam menentukan kesuburan tanah. Ultisol merupakan tanah yang mengalami proses pencucian yang sangat intensif yang menyebabkan tanah ini miskin secara kimia dan fisik. Ultisol merupakan tanah mineral yang bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah dan memiliki kadar Al yang tinggi yang dapat menjadi racun bagi tanaman. Disamping itu Ultisol memiliki kandungan bahan organik dan KTK yang rendah. Ultisol mempunyai derajat kemasaman yang tinggi, serta ketersediaan unsur hara N, P dan K yang rendah. Reaksi tanah yang masam disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan basa-basa mudah tercuci. Disamping itu diketahui pula bahwa hasil dekomposisi minearl aluminium silikat akan membebaskan ion aluminium (Al3+). Ion tersebut dapat dijerap kuat oleh koloid tanah dan bila dihidrolisis akan menyumbangkan ion H+, akibatnya tanah menjadi masam (Nyakpa, dkk 1988).
basa rendah. Selain itu, Ultisol juga memiliki kandungan Al-dd tinggi (Munir, 1996).
Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan bahan organiknya rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat dan sebagian terbawa erosi. Ultisol merupakan tanah yang mengalami proses pencucian yang intensif yang menyebabkan Ultisol miskin secara kimia dan fisik (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Reaksi tanah Ultisol umumnya masam hingga sangat masam (pH 5 – 3, 10). Kapasitas tukar kation pada tanah Ultisol tergolong rendah yaitu berkisar 6,10 – 6, 80 cmol/kg. Pada ph rendah (< 5.0) ketersedian P bermasalah dari bentuk tersedia menjadi tidak tersedia. Pada tanah masam kelarutan logam seperti Al, Fe, dan Mn sangat tinggi. Permasalahan kemasaman tanah pada tanah Ultisol menyebabkan unsur hara makro seperti Fosfor (P) menjadi tidak tersedia bagi tanaman (Damanik, dkk 2010).
Pada tanah Ultisol, Al hanya berasal dari pelapukan batuan bahan induknya. Kondisi ini juga masih dipengaruhi oleh pH. Pada bahan induk yang bersifat basa, pelepasan Al tidak sebanyak pada batuan masam, karena pH tanah
yang tinggi dapat mengurangi kelarutan hidroksida Al (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
kedalaman 125 cm dibawah atas horizon argilik atau 180 cm dari permukaan tanah (USDA , 2010).
Peran Al dapat ditukar pada tanah Ultisol sangat penting, karena pada tanah-tanah tersebut sering ditemukan kejenuhan Al nisbi yang tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Ultisol mempunyai kejenuhan Al yang lebih tinggi daripada tanah-tanah yang lain, bahkan bisa mencapai lebih dari 85 %. Di dalam tanah Al-dd akan mengendap pada ph antara 5,5 sampai 6,0 sehingga pada tanah-tanah yang mempunyai ph lebih besar dari 6,0 kandungan Al-dd dan kejenuhan Al nisbi rendah bahkan peranannya dapat diabaikan (Munthe, 1997). Kapur dan Reaksinya di dalam Tanah
Kapur adalah bahan yang mengandung unsur Ca yang dapat meningkatkan pH tanah (Hardjowigeno, 1992). Pemberian kapur dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor (P) dan molibdenum (Mo). Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, sehingga pemberian kapur pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur remah, mempengaruhi pelapukan bahan organik dan pembentukan humus (Buckman dan Brady, 1964).
pengapuran sebaiknya ditujukan untuk meniadakan pengaruh meracun Al tersebut. Sejalan dengan itu, pengapuran juga bertujuan untuk menyediakan hara Ca bagi tanaman (Nyakpa dkk , 1998).
Soepardi (1983) menyatakan bahwa pengapuran menetralkan senyawa-senyawa beracun dan menekan penyakit tanaman. Aminisasi, amonifikasi dan oksidasi belerang nyata dipercepat oleh meningkatnya pH yang diakibatkan oleh pengapuran. Dengan meningkatnya pH tanah, maka akan menjadikan tersedianya unsur N, P dan S serta unsur mikro bagi tanaman. Kapur yang banyak digunakan di Indonesia dalam bentuk kalsit (CaCO3) dan dolomite (CaMg(CO3)2).
Pengapuran dilakukan dengan mempertimbangkan keseimbangan dengan unsur lain. Pada kebanyakan tanaman tingkat tinggi, penjagaan ph 6-7 menjamin ketersediaan hara. Tingginya konsentrasi ion hidrogen yang terdapat dalam larutan tanah akan menimbulkan reaksi tanah yang besifat masam, dengnan pengapuran konsentransi ion hidrogen yang tinggi dapat diturunkan, sehingga derajat kemasaman tanahnya dikehendaki oleh tanaman tertentu yang hendak ditanam. Dengan adanya pengapuran pada tanah masam, absorbsi unsur-unsur Mo, P dan Mg akan meningkat pada dan pada waktu yang bersamaan akan menurunkan secara nyata konsentrassi Fe, Al dan Mn yang dalam keadaan masam unsur-unsur ini dapat mencapai konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian, pengapuran tidak boleh dilakukan secara sembarangan, karena kelebihan kapur pada tanah mengakibatkan tanaman kerdil, Mn dan P menjadi tidak tersedia (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
masam dapat mencapai konsentrasi yang bersifat racun bagi tanaman. Menurut penelitian, pemberian kapur setara 1,5 x Aldd (1,5 ton CaCO3/ha setiap 1 me Aldd/100 g tanah) dapat meningkatkan produksi tanaman (Sarief, 1993).
Secara umum semua jenis kapur bagi pertanian untuk mengurangi kemasaman tanah dan menambah Ca sebagai unsur hara tanaman. Kapur dolomit menyediakan unsur Mg. Batuan kapur tesusun oleh kalsium karbonat (CaCO3), dan magnesium karbonat (MgCO3). Suasana masam dalam tanah dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur. Mekanisme reaksi dari bahan kapur pada
komplek tanah masam dapat dilukiskan sebagai berikut (Buckman and Brady, 1982).
H+ + CaCO3 Ca++
+ CO2 + H2O H+ misel Ca++
Dari reaksi tersebut, bahwa begitu reaksi kekanan, kelihatan pengaruh netralisasi ion H oleh kapur dan peningkatan jumlah kalsium yang dapat dipertukarkan. Sehingga kejenuhan basa dan pH tanah meningkat.
CaCO3 + CO2 + H2O 3Ca2+ + HCO3- + 3 OH
Al3+ + 3OH- Al(OH) 3
Kapur banyak mengandung unsur Ca tetapi pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah kekurangan unsur Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karna itu pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan (Hardjowigeno, 1995).
Ada beberapa keuntungan bila tanah masam diberi kapur, yaitu sebagai berilut :
1. Struktur tanahnya menjadi baik dan kehidupan mikroorganisme dalam tanah lebih tinggi. Akibatnya daya melapuk bahan organik menjadi humus berjalan lebih cepat.
2. Kelarutan zat-zat yang sifatnya meracuni tanaman menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang.
3. Di tempat yang diberi kapur akan lebih leluasa di tanami berbagai jenis tanaman
(Lingga dan Marsono, 1999). Thithonia diversifolia
Beberapa manfaat pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan mikroorganisme tanah, pada tanah masam penambahan bahan organik dapat membantu meningkatkan pH tanah, dan penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air (Novizan, 2007).
berat kering per hektar), nisbah C/P kurang dari 200, daun-daun kering Tithonia diversifolia mempunyai kandungan N (3,15%), P (0,32 %), K (3,1 %), polifenol larut (2,9 %). Lignin (9,8 %) serta menurunkan jerapan P oleh Al-Fe oksida dalam tanah.
Tithonia diversifolia merupakan sejenis gulma yang dapat tumbuh di sembarang tanah,namun menggandung unsur hara yang tinggi terutama N, P, K, yaitu 3,5% N ; 0,38% P ; dan 4,1% K yang berfungsi untuk meningkatkan pH tanah (dengan reaksi menurut Hakim (2006), R-NH2 + H2O 2NH4 + CO32-, ditambahkan Hakim, dkk (1986), ion CO32- mempunyai kemampuan dalam menarik ion H+ dari koloid tanah dan merupakan bahan penting dari kapur dalam menetralkan tanah) menurunkan Al-dd serta meningkatkan kandungan P, Ca dan Mg tanah (Hartatik, 2007).
Menurut Hakim (2006), dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat, serta asam-asam organik lainnya. Asam-asam itu dapat mengikat logam seperti Al dan Fe, sehingga mengurangi kemasaman serta pengikatan P dan P akan lebih tersedia. Anion-anion organik seperti sitrat, asetat, tartrat dan oksalat yang dibentuk selama pelapukan bahan organik dapat membantu pelepasan P yang diikat oleh hidroksida-hidroksida Al, Fe, dan Ca dengan jalan bereaksi dengannya, membentuk senyawa kompleks.
fosfor (Wanjau, dkk, 2002). Pemberian tithonia pada tanah Ultisol untuk mensubstitusi N dan K pupuk buatan dapat meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd, serta meningkatkan kandungan hara P, Ca, dan Mg tanah (Hartatik,2007).
Dari penelitian yang telah dilakukan Hakim, dkk, (2008) kompos tithonia dapat menggantikan 50% pupuk buatan. Selain itu pemberian tithonia dapat meningkatkan kesuburan tanah/produktivitas lahan (menurunkan Al, serta meningkatkan pH tanah, bahan.organik, kandungan hara N, P, K, Ca dan Mg
tanah, sehingga meningkatkan produktivitas tanaman.
Bahan organik sangat berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah dan juga dalam menunjang pertumbuhan tanaman. Bahan organik juga sangat berperan dalam pembebasab P-fiksasi oleh senyawa Al dan Fe. Asam organik yang dilepaskan mampu mengikat ion logam seperti ion Al dan ion Fe di dalam tanah., kemudian mebentuk senyawa kompleks yang sukar larut. Senyawa-senyawa termasuk asam humat dan fulvat mampu mebentuk kompleks dengan ion-ion logam (Tan, 1991).
Pemberian kompos pada tanah masam cukup efisien untuk menetralkan sebahagian efek meracun Al dalam larutan tanah dan juga meningkatkan KTK tanah. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral.
Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti tempe, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005).
Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8-7, namun pada tanah dengan ph 4,5 pun kedelai dapat tumbuh baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah podzolik merak kuningg dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah yang cukup (Andrianto dan Indarto, 2004).
Pengembangan kedelai pada lahan kering masam dihadapkan kepada kondisi tanah yang kurang subur karena pH rendah (4,3-5,5), kandungan Al tinggi, kandungan bahan organik rendah, ketersediaan hara N, P, K, Ca dan Mg rendah, dan kemampuan tanah mengikat air juga rendah. Kondisi tanah yang kurang subur dapat diperbaiki dengan inovasi teknologi ameliorasi, di antaranya penggunaan kapur (kalsit atau dolomit) dan bahan organik, serta pemupukan berdasarkan kondisi tanah setempat (Litbang, 2008).
Kandungan Al yang tinggi dapat meracuni tanaman kedelai. Toksisitas pada tanaman kedelai ditandai dengan rusaknya sistem perakaran. Pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah masam akibat cekaman abiotik dan biotik. Pertumbuhan vegetatif terhambat akibat keracunan Al. Tingginya kandungan unsul aluminium reaktif (Al3+) dapat meracuni akar tanaman dan menghambat pembentukan bintil akar tanaman legum (Sumarno, 2005).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Lahan dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25 m dpl, pada bulan Juni 2014 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanah Ultisol Desa Mancang Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat (titik koordinat 98,42 BT ; 3,61 LU)sebagai media tumbuh kedelai, benih kedelai sebagai tanaman indikator, kompos Thithonia diversifolia dan kapur CaCO3 sebagai perlakuan, Pupuk Urea (50 kg/ha) , SP-36 (100 kg/ha) dan KCL (150 kg/ha) sebagai pupuk dasar dan beberapa bahan kimia untuk keperluan analisis.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul untuk pengambilan sampel tanah, polybag, timbangan, ayakan dan beberapa alat laboratorium untuk keperluan analisis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu penggunaan kapur dengan 4 taraf perlakuan dan penggunaan Thithonia diversifolia 4 taraf perlakuan dengan 3 ulangan sehingga didapat 48 unit percobaan:
Perlakuan I : Pemberian kapur CaCO3 (K) dengan 4 taraf K0 = 0 x Al-dd
K3 = 2,36 x Al-dd
Perlakuan II : Pemberian kompos Thithonia diversifolia dengan 4 taraf B0 = Kontrol
B1 = 5 ton/ha ( 25 g / polybag) B2 = 10 ton/ha ( 50 g / polybag) B3 = 15 ton/ha ( 75 g / polybag)
Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut: K0B0 K1 B0 K2 B0 K3 B0
K0B1 K1 B1 K2 B1 K3 B1 K0B2 K1 B2 K2 B2 K3 B2 K0B3 K1 B3 K2 B3 K3 B3
Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:
Yij = μ + αi + βj +(αβ)ij + Є ij
Dimana:
Yij = Hasil pengamatan dengan perlakuan kapur pada taraf ke-i, pada taraf
Thithonia diversifolia ke-j, dan ulangan pada taraf ke-k μ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh kapur pada taraf ke-i
βj = Pengaruh Thithonia diversifolia pada taraf ke-j
(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara kapur pada taraf ke-i dan Thithonia diversifolia pada taraf ke-j
yang nyata akan diuji dengan menggunakan uji beda Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan secara acak pada kedalaman 0-30 cm dan dikompositkan lalu dikering udarakan dan diayak dengan ayakan 10 mesh. Kemudian dilakukan analisis awal meliputi pengukuran kadar air tanah (%KA) dan kapasitas lapang (%KL), pH H2O, Al-dd, Kejenuhan Al, KTK dan N,P,K tanah.
Penyediaan Kapur dan Kompos Thithonia diversifolia
Thithonia diversifolia agar tersedia untuk tanaman terlebih dahulu dilakukan pengomposan yaitu dengan menggunakan aktivator EM4. Setelah pengomposan selama 2 minggu diharapkan terbentuk kompos yaitu dengan kadar C/N (<20) , maka dilakukan analisis awal kompos meliputi kandungan N, P, K, C-organik, dan pH.
Aplikasi Kapur dan Kompos Thithonia diversifolia
Setelah tanah dimasukkan ke dalam polybag kemudian diaplikasikan kapur dan kompos Thithonia diversifolia sesuai taraf perlakuan, kemudian diinkubasi tanah tersebut selama 1 bulan.
Penanaman
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan menyiram tanaman setiap hari dan membersihkan gulma dengan cara mencabuti rumput liar yang ada disekitar tanaman indikator.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada akhir masa vegetatif. Dengan menimbang hasil yang diperoleh yaitu berta kering tajuk, berat kering akar serta volume akar. Pengamatan Parameter
Adapun parameter yang diamati meliputi : Tanah
- pH H2O dengan metode Elektrometri setelah inkubasi 1 bulan
- Al-dd (me/100 g) tanah dengan metode Titrasi setelah inkubasi 1 bulan - KTK (me/100 g) tanah dengan metode Ektraksi NH4 oAc pH 7
- Kejenuhan Al (%) dengan perhitungan Al−dd
KTK
x
100 %Tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pH Tanah
Hasil sidik ragam pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, demikian juga interaksi antara kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia. Sedangkan pemberian kompos Tithonia diversifolia tidak berpengaruh nyata.
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia dalam meningkatkan pH tanah Ultisol disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1.Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap pH tanah Ultisol
Kapur CaCO3
Keterangan : Angka-angka pada baris yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata dengan uji beda rata-rata duncan pada taraf α 5 %.
Pengaruh pemberian kompos Tithonia diversifolia cenderung meningkatkan pH tanah Ultisol, yaitu tertinggi pada taraf B3 (75 g/pot) dari pH 5,99 menjadi pH 6,19.
Pengaruh perlakuan interaksi kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia pada K3B3 nyata berpengaruh paling tinggi dalam meningkatkan pH tanah Ultisol dibandingkan dengan semua perlakuan, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan K2B2 dan K3B1.
Respon pH tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1: Respon pH tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3
Gambar 1 menunjukkan bahwa peningkatan pH tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 besifat linear, dimana peningkatan pH sejalan dengan peningkatan dosis kapur CaCO3.
y = 1,640x + 4,892 r² = 0,926 0,00
1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
pH
Respon pH tanah Ultisol terhadap interaksi pemberian kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2: Respon pH tanah Ultisol terhadap interaksi pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia.
Gambar 5 menunjukkan bahwa respon pH di tanah Ultisol terhadap pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia bersifat kuadratik, dimana semakin tinggi dosis pemberian kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia mampu meningkatkan pH tanah menjadi baik.
Aluminium Tukar (Al-dd)
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia dalam menurunkan Aluminium tukar (Al-dd) pada tanah Ultisol disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2:Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap Aluminium tukar (Al-dd) pada tanah Ultisol
Kapur CaCO3
Keterangan : Angka-angka pada baris yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata dengan uji beda rata-rata duncan pada taraf α 5 %.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian kapur dengan taraf K2 (1,57xAldd) berpengaruh nyata paling rendah menurunkan Al-dd pada tanah Ultisol dibandingkan dengan K0 (0xAl-dd) yaitu dari 0,81 me/100g menjadi 0,05 me/100g, namun tidak berpengaruh nyata dibandingkan dengan K3 (2,36xAl-dd).
Pengaruh perlakuan interaksi kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia pada K3B3 nyata paling rendah menurunkan Al-dd dibandingkan kontrol yaitu dari 0,94 me/100g menjadi 0,05 me/100g.
Respon Al-dd tanah Ultisol terhadap pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3: Respon Aluminium tukar (Aldd) tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa penurunan Al-dd akibat pemberian kapur CaCO3 bersifat kuadratik, dimana Al-dd menurun pada pemberian kapur 0,785 x Al-dd kemudian pada dosis 1,57 x Al-dd dan 2,36 x Al-dd kembali meingkat. Berdasarkan persamaan regresi dari gambar diatas, dosis maksimum kapur CaCO3 yang digunakan untuk menurunkan Al-dd adalah 1,05xAl-dd.
y = 0,75x2- 1,583x + 0,774 r² = 0,938
-0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6
Al
-dd
Respon Al-dd tanah Ultisol terhadap pemberian beberapa taraf Tithonia diversifolia disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4: Respon Aluminium tukar (Aldd) tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis Tithonia diversifolia
Gambar 4 menunjukkan bahwa penurunan Al-dd pada tanah Ultisol akibat pemberian Tithonia diversifolia bersifat linear, dimana penurunan Al-dd di tanah Ultisol sejalan dengan peningkatan dosis Tithonia diversifolia.
Respon Al-dd tanah Ultisol terhadap interaksi pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5: Respon Aluminium tukar (Al-dd) di tanah Ultisol terhadap interaksi pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia
Gambar 5 menunjukkan bahwa respon Aluminium tukar di tanah Ultisol terhadap pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia bersifat kuadratik, dimana pemberian kapur CaCO3 lebih baik dalam menurunkan Aluminium tukar dibandingkan dengan kompos Tithonia diversifolia.
Kapasitas tukar kation (KTK)
Hasil sidik ragam pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa pemberian
Tithonia diversifolia berpengaruh nyata dalam meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tanah Ultisol.
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah Ultisol disajikan pada Tabel 3. Tabel 3: Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia
terhadap Kapasitas tukar kation (KTK) pada tanah Ultisol Kapur CaCO3
Keterangan : Angka-angka pada baris yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata dengan uji beda rata-rata duncan pada taraf α 5 %.
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian Tithonia diversifolia pada taraf B1 ( 25g/pot) B2, (50g/pot) dan B3 (75g/pot) masing-masing berpengaruh nyata terhadap Kapasitas Tukar Kation (KTK) di tanah Ultisol baik antar perlakuan maupun tanpa pemberian Tithonia diversifolia. Pemberian Tithonia diversifolia
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 cenderung meningkatkan KTK tanah yaitu tertinggi pada taraf K3 (2,36xAl-dd) dibandingkan dengan kontrol yaitu dari 14,08 me/100 g menjadi 14,50 me/100 g.
Respon KTK tanah Ultisol terhadap pemberian beberapa taraf dosis
Tithonia diversifolia disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6: Respon KTK tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis
Tithonia diversifolia.
Gambar 6 menunjukkan bahwa peningkatan KTK pada tanah Ultisol akibat pemberian Tithonia diversifolia bersifat linear, dimana peningkatan KTK di tanah Ultisol sejalan dengan peningkatan dosis Tithonia diversifolia.
Kejenuhan Aluminium
Hasil sidik ragam pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia berpengaruh nyata dalam menurunkan kejenuhan Al tanah. Serta adanya interaksi yang nyata antara kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia.
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap Kejenuhan aluminium pada tanah Ultisol disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4: Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap Kejenuhan aluminium pada tanah Ultisol
Kapur CaCO3 (me/100g)
Kompos Tithonia diversifolia
Rataan
Keterangan : Angka-angka pada baris yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata dengan uji beda rata-rata duncan pada taraf α 5 %.
Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 dengan taraf K2 (1,57xAl-dd) bepengaruh nyata paling tinggi menurunkan kejenuhan Al dibandingkan dengan K0 (0xAl-dd) yaitu dari 5,82 % menjadi 0,35 %, namun tidak berbeda nyata dengan K3 (2,36xAl-dd).
Pengaruh pemberian Tithonia diversifolia pada taraf B1(25g/pot), B2 (50g/pot) dan B3 (75g/pot) masing-masing bepengaruh nyata dalam menurunkan kejenuhan Al baik antar perlakuan maupun tanpa pemberian kompos
Tithonia diversifolia. Pemberian kompos Tithonia diversifolia pada taraf B3 (75g/pot) paling tinggi menurunkan kejenuhan Al yaitu dari 2,05 % menjadi 1,32 %.
Pengaruh perlakuan interaksi kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia pada K3B3 nyata berpengaruh paling rendah dalam menurunkan kejenuhan Al dibandingkan dengan perlakuan K0B0.
Respon Kejenuhan Al tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7: Respon Kejenuhan Al tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3
Gambar 7 menunjukkan bahwa penurunan Al akibat pemberian kapur CaCO3 bersifat kuadratik, dimana pada taraf K2 (1,57xAl-dd) menurunkan Al namun pada taraf K3 (2,36xAldd) kejenuhan Al kembali meningkat. Berdasarkan persamaan regresi pada Gambar di atas, maka dosis maksimum kapur CaCO3 untuk menurunkan kejenuhan Al adalah pada taraf K2 ( 1,57xAldd) yaitu sebesar 1,06xAl-dd.
Respon Kejenuhan Al tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis
Tithonia diversifolia disajikan pada Gambar 8.
Gambar 8: Respon kejenuhan Al tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis Tithonia diversifolia
Kapur CaCO3(x Al-dd)
Dari gambar 8 dapat dilihat bahwa penurunan kejenuhan Al akibat pemberian Tithonia diversifolia bersifat linear, dimana penurunan kejenuhan Al di tanah Ultisol sejalan dengan peningkatan dosis Tithonia diversifolia.
Respon kejenuhan Al tanah Ultisol terhadap interaksi pemberian Kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9: Respon pH tanah Ultisol terhadap interaksi pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia.
Gambar 9 menunjukkan bahwa semua respon kejenuhan Al tanah Ultisol terhadap interaksi pemberian beberapa taraf dosis CaCO3 dan Tithonia diversifolia bersifat kuadratik yaitu dimana pemberian kapur CaCO3 lebih baik dalam menurunkan Aluminium tukar dibandingkan dengan kompos Tithonia diversifolia.
Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam pada Lampiran 13 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 dan Kompos Tithonia diversifolia serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai di tanah Ultisol.
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap tinggi tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 5: Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap tinggi tanaman kedelai
Kapur CaCO3 (me/100g)
Kompos Tithonia diversifolia
Rataan
Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 cenderung meningkatkan tinggi tanaman, yaitu paling tinggi pada taraf K3 (2,36xAl-dd) dari 72,21 cm menjadi 74,46 cm. Pemberian kompos Tithonia diversifolia juga cenderung meningkatkan tinggi tanaman yaitu tertinggi pada taraf B3(75g/pot) yaitu dari 72,08 cm menjadi 78,19 cm.
Berat Kering Tajuk
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap berat kering tajuk tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7: Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia
terhadap berat kering tajuk tanaman kedelai Kapur CaCO3
(me/100g)
Kompos Tithonia diversifolia
Rataan
Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 cenderung meningkatkan bobot kering tajuk, paling tinggi yaitu pada taraf K3 (2,36xAl-dd) dari 9,81 g menjadi 10,25 g. Pemberian kompos Tithonia diversifolia juga cenderung meningkatkan tinggi tanaman yaitu tertinggi pada taraf B3(75g/pot) yaitu dari 9,06 g menjadi 11,57 g.
Berat Kering Akar
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap bobot kering akar tanaman kedelaidapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8: Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap bobot kering akar tanaman kedelai
Kapur CaCO3
Keterangan : Angka-angka pada baris yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata dengan uji beda rata-rata duncan pada taraf α 5 %.
Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 pada taraf K0 (0,785xAl-dd), K1 (1,57xAl-dd) , dan K3 (2,36xAl-dd) masing-masing nyata dalam meningkatkan bobot kering akar tanaman kedelai baik antar perlakuan maupun tanpa pengapuran. Pemberian kapur CaCO3 pada taraf K3 (2,36xAl-dd) paling tinggi meningkatkan bobot kering akar tanaman kedelai yaitu dari 0,63 g menjadi 4,85 g.
Respon bobot kering akar tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10: Respon bobot kering akar tanaman kedelai terhadap pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3.
Gambar 10 menunjukkan bahwa peningkatan bobot kering akar tanaman kedelai akibat pemberian kapur CaCO3 bersifat linear, dimana peningkatan bobot kering tanaman tanaman kedelai sejalan denan peningkatan dosis kapur CaCO3.
Respon bobot kering akar tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kompos Tithonia diversifolia disajikan pada gambar 11.
Gambar 11: Respon Bobot kering tanaman kedelai terhadap interaksi pemberian beberapa taraf dosis Tithonia diversifolia.
y = 2,844x + 0,345
Kapur CaCO3(x Al-dd)
Gambar 11 dapat dilihat bahwa peningkatan bobot kering akar tanaman kedelai akibat pemberian kompos Tithonia diversifolia bersifat linear, dimana peningkatan bobot kering tanaman kedelai sejalan dengan peningkatan dosis kompos Tithonia diversifolia.
Volume Akar
Hasil sidik ragam pada Lampiran 19 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 dan Tithonia diversifolia berpengaruh nyata dalam meningkatkan volume akar tanaman kedelai, namun interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata.
Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap volume akar tanaman kedelai disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9: Pengaruh pemberian kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia terhadap volume akar tanaman kedelai
Kapur CaCO3
Keterangan : Angka-angka pada baris yang diikuti huruf-huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata dengan uji beda rata-rata duncan pada taraf α 5 %.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pemberian kapur CaCO3 pada taraf K1 (0,5xAl-dd), K2 (1xAl-dd), dan K3 (1,5xAl-dd) masing-masing nyata dalam meningkatkan volume akar tanaman kedelai baik antar perlakuan maupun tanpa pengapuran. Pemberian kapur CaCO3 pada taraf B3 (1,5xAl-dd) paling tinggi meningkatkan volume akar tanaman kedelai yaitu dari 2,67 ml menjadi 11,71 ml.
meningkatkan volume akar tanaman kedelai baik antar perlakuan maupun tanpa pemberrian kompos Tithonia diversifolia. Pemberian kompos Tithonia diversifolia
pada taraf B3 (75g/pot) paling tinggi meningkatkan volume akar tanaman kedelai yaitu dari 4,50 ml menjadi 13,79 ml.
Respon volume akar tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3 disajikan pada Gambar 12.
Gambar 12: Respon volume akar terhadap pemberian beberapa taraf dosis kapur CaCO3.
Gambar 12 menunjukkan bahwa peningkatan bobot kering akar tanaman kedelai akibat pemberian kapur CaCO3 bersifat linear, dimana peningkatan bobot kering tanaman Ultisol sejalan denan peningkatan dosis kapur CaCO3.
y = 6,375x + 2,791
Respon volume akar tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian beberapa taraf dosis kompos Tithonia diversifolia disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13: Respon volume akar tanaman kedelai terhadap pemberian beberapa taraf dosis Tithonia diversifolia.
Gambar 13 menunjukkan bahwa peningkatan volume akar tanaman kedelai akibat pemberian kompos Tithonia diversifolia bersifat linear, dimana peningkatan bobot kering tanaman Ultisol sejalan dengan peningkatan dosis kompos Tithonia diversifolia.
Pembahasan
Pengaruh Pemberian Kapur CaCo3
Pemberian Kapur CaCO3 pada penelitian ini berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah Ultisol sejalan dengan penurunan Al-dd tanah yang bersifat linear. Peningkatan pH disebabkan karena kapur CaCO3 yang mengandung Ca yang mampu menetralisir kemasaman tanah. Kandungan Ca pada kapur CaCO3 akan mengubah atau menggeser kedudukan ion H dipermukaan koloid sehingga menetralisir kemasaman tanah. Sejalan dengan peningkatan pH, kapur CaCO3 dalam rekasinya juga mampu menekan kejenuhan Al. Dalam tamah masam masih banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam, sehingga dengan
pemberian kapur CaCO3 ion Al3+ mampu dinetralkan. Pada perlakuan tanpa pengapuran dapat dilihat bahwa pH rendah dan Al-dd masih ada. Hal ini sesuai dengan Buckman and Brady (1982) yang menyatakan bahwa suasana dalam tanah masam dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur.
Pengaruh pemberian kompos Tithonia diversifolia
Pemberian kompos Tithonia diversifolia berpengaruh nyata dalam meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah secara linear yaitu dar 13,58 me/100 g menjadi 15,00 me/100 g. Hal ini disebabkan sifat KTK tanah yang sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah, dimana tanah dengan kandungan bahan organik tinggi atau kadar liat tinggi mempunyai KTK yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah berpasir. Penambahan kompos Tithonia diversifolia secara langsung menyumbangkan koloid-koloid dalam bentuk unsur hara pada tanah yang dapat mengikat kation-kation sehingga kapasitas tukar kation tanah meningkat. Hal ini sesuai dengan Ningrum (2000) yang menyatakan bahwa bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
senyawa khelat dengan Al bebas dalam tanah, sehingga Al yang dapat dipertukarkan menurun. Hal ini sesuai dengan Tan (1991) yang menyatakan bahwa bahan organik sangat berperan dalam membebaskan P-fiksasi oleh senyawa Al dan Fe. Asam-asam organik yang dilepaskan mampu mengikat ion logam seperti ion Al dan ion Fe di dalam tanah, kemudian membentuk senyawa kompleks yang sukar larut.
Pemberian kompos Tithonia diversifolia berpengaruh nyata terhadap peningkatan bobot kering akar dan volume akar tanaman kedelai yang bersifat linear, dimana peningkatan bobot kering akar dan volume akar terus meningkat sejalan dengan peningkatan dosis kompos Tithonia diversifolia yang diaplikasikan pada tanah Ultisol. Pemberian kompos yang pada dasarnya memperbaiki sifat kimia tanah serta menyumbangkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman mampu mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah, dalam rekasinya mampu menurunkan kadar Al yang dapat meracuni tanaman, sehingga dengan menurunnya kadar Al di dalam tanah, tanaman mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan Hakim (2006) yang menyatakan bahwa dari pelapukan bahan organik akan dihasilkan asam humat, asam vulvat serta asam-asam organik lainnya yang mampu mengikat Al dan membantu pelepasan P yang diikat oleh hidroksida-hidroksida Al sehingga lebih tersedia bagi tanaman.
Pengaruh Interaksi Kapur CaCO3 dan Kompos Tithonia diversifolia
dibandingkan dengan kombinasi perlakuan K0B0 (Kontrol) yaitu sebesar 4,54. Peningkatan pH ini terjadi sebagai akibat berkurangnya konsentrasi Al di dalam tanah akibat kelat organik dari asam-asam organik yang dihasilkan oleh peruraian kompos Tithonia diversifolia yang dipercepat oleh kapur CaCO3 dalam proses pelapukan kompos. Hal ini sesuai dengan Lingga dan Marsono (1999) yang menyatakan bahwa keuntungan bila tanah masam diberi kapur yaitu struktur tanahnya menjadi baik, daya melapuk bahan organik menjadi humus berjalan cepat serta kelarutan zat-zat yang sifatnya mracuni tanaman menjadi menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Pemberian kapur CaCO3 berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah, bobot kering akar dan volume akar tanaman kedelai, serta menurunkan Aldd pada tanah Ultisol
2. Pemberian kompos Tithonia diversifolia berpengaruh nyata dalam meningkatkan KTK tanah, menurunkan Al-dd, menurunkan kejenuhan Al serta meningkatkan bobot kering akar dan volume akar tanaman kedelai pada tanah Ultisol.
3. Interaksi kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia berpengaruh nyata menurunkan kejenuhan Al dan Al-dd serta meningkatkan pH tanah Ultisol. 4. Dosis kapur CaCO3 yang paling efektif untuk menurunkan kejenuhan Al pada
tanah Ultisol yaitu pada dosis 1,06 x Al-dd .
5. Dosis kompos Tithonia diversifolia yang paling efektif untuk menurunkan kejenuhan Al pada tanah Ultisol yaitu pada dosis 75 g setara dengan 15 ton/ha. 6. Interaksi kapur CaCO3 dan kompos Tithonia diversifolia yang paling efektif
untuk menurunkan kejenuhan Al yaitu pada kombinasi perlakuan K3B3.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alimoeso. S. 2006. Deptan RI Canangkan Program Bangkit Kedelai. Dalam www. Jabar.go.id. 1 Juni 2006.
Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut. Yogyakarta
Atman. 2006. Pengelolaan Tanaman Kedelai di Lahan Kering Masam. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sumatera Barat
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Padi, jagung dan Kedelai. Angka Ramalan 1 Tahun 2013. No.45/07/Th.XVI
Buckman, H.O dan N.C. Brady. 1964. Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta
Buckman, H.O dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta. Bharata Karya Aksara Darmadjati, D.J., S. Marwoto, D.K.S. Swastika, D.M. Arsyad, Y. Hilman. 2005.
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta
Damanik, MMB., Hasibuan, B.E., Fauzi, Sarifuddin, Hanum, H., 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Darmawijaya. M. I. 1997. Klasifikasi Tanah. UGM Press. Yogyakarta
Frisandi, D.S. 2009. Perubahan Beberapa Sifat Kimia Tanah Ultisol Asal Mancang akibat Pemberian Kompos Enceng Gondok dan Sisa Kotoran
Lembu serta Efeknya terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara
Hadiatmi. 2002. Evaluasi Toleransi Plasma Nuftah Sorghum Terhadap Lahan Masam. Prosiding Kongres IV dan Simposium Nasional Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia. Peripi Komda DIY dan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. pp.150-156
Hakim, Nurhajati., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A.Diha, G.B.Hong dan H.H.Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Universitas Lampung. Lampung. 488
Hakim. N. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah Masam dengan Teknologi Pengapuran Terpadu. Padang. Aandalas University Press. 204 hal
Hakim, N., Agustian. dan Hermansyah. 2008. Pemanfaatan Agen Hayati dalam Budidaya dan Pengomposan Titonia Sebagai Pupuk Alternatif dan Pengendali Erosi pada Ultisol. Laporan Penelitian Tanah I PascaSarjana. PPS Unand. Padang.
Hardjowigeno, S. 1995. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapres. Jakarta. 273 Hal.
Hartatik, W. 2007. Thithonia diversifolia Sumber Pupuk Hijau. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 29, No. 5. Bogor
Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta
Lingga, P dan Marsono. 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta
Litbang. 2008. Ketersediaan Teknologi dalam Mendukung Peningkatan Produksi Menuju Swasembada
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah utama di Indonesia, Karakteristik Klasifikasi dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta
Munthe,S. 1997. Perubahan Beberapa Sifat Tanah Liat Aktivitas Rendah (Low Activity Clay) Serta Hasil Tanaman Jagung (Zea mays. L) Akibat Pemberian Dolomit dan Kompos Kulit Buah Kakao. Tesis S2 Program Pasca Sarjana USU (Tidak Diterbitkan). Medan. Hal. 3-35.
Ningrum, H. 2000. Evaluasi Pemanfaatan Kompleks Ongok-Urea-Zeolit yang Difermentasi Dengan Aspergillus niger Dalam Ransum Ayam Pedaging. Skripsi Fakultas Peternakan IPB-Press, Bogor.
Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, A.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, Go Ban
Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Prahastuti, S.W. 2005. Jurnal Agroland: Perubahan Beberapa Sifat Kimia dan Serapan P Jagung akibat Pemberian Bahan Organik dan Batuan Fosfat Alam pada Ultisol Jasinga :12(1):68-74
Sarief. S. 1993. Kesuburan dan Pemupukan Tanah. Bandung. Pusaka Buana Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tnah. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertania.
IPB. Bogor
Subagyo, H. Nata Suharta dan Agus. B. Siswanto. 2000. Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia. Hlm. 21- 66 dalam Buku Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pegelolaannya. Pusat Penelitian Tanah Agroklimat. Bogor
Sumarno. 2005. Kedelai dan Cara Budidayanya. Jakarta. Yasaguna
Supriyadi. 2002. Thitonia diversifolia dan Theprosia Candida sebagai sumber Bahan Organik Alternatif untuk Perbaikan P Tanah Andisol. Sains Tanah Vol. I. No.2 . Fakultas Pertanian UNS. Surakarta
Suriadikarta. 2006. Pengaruh Kedalaman Pengapuran dan Inokulan Terhadap Tanaman Kedelai dan Perubahan Sifat Kimia Tanah Podzolik. Hlm. 257-270. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Cipayung. 21-23 Februari. Pusat Penelitian Tanah. Bogor
Sutedjo, M.M dan Kartasapoetra. A.G. 1988. Pupuk dan cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta. 173 hal
Tan, K. H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yogyakarta. Terjemahan: D.H. Goenadi. 259 hal.
Tan, K.H. 2010. Principles of Soil Chemistry Fourth Edition. CRC Press Tailor and Francis Croup. Boca Raton. London. New York. 362 p
USDA. 2010. Key To Siol Taxonomy. Tenth edition. SMSS Technical Monograph No. 6. Blacksburg. Virginia
Lampiran 1. Hasil analisis sampel tanah awal Ultisol Mancang No. Jenis Analisis Nilai Metode
1 pH (H2O) 4,57 Elektrometry
2 Al-dd(me/100g) 2,64 Titrimetry
3 K-dd(me/100g) 0,30 AAS
4 KTK 14,66 AAS
5 N- Total 0,07 Kjeldahl
6 P2O5- Total 10,95 Spectrophotometry Lampiran 2. Hasil analisis kompos Thithonia diversifolia
No. Jenis Analisis Nilai
Lampiran 3. Perhitungan kebutuhan kapur CaCO3 berdasarkan Aldd 2,64 me/100 g Aldd = 1,57 x 2,64 me CaCO3/100g
2,64 me/100 g Aldd = 4,1488 me CaCO3/100g
4,1488 me CaCO3/100g = 4,1488 x 100/2 mg CaCO3/100g 4,1488 me CaCO3/100g = 207,24 mg CaCO3/100g
Untuk Berat tanah kering oven sebanyak 8 kg, maka CaCO3 yang dibutuhkan
= 8000g/100g x 207,24 mg CaCO3 = 16579,2 mg CaCO3
= 16,58 g CaCO3
Jadi kebutuhan kapur CaCO3 untuk beberapa taraf Aldd, adalah : 0xAldd = 0 g CaCO3
Lampiran 4. pH tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan pupuk Thithonia diversifolia yang dianalisis pada waktu seminggu setelah penanaman Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 5. Hasil analisis sidik ragam pH tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia
Lampiran 6. Aluminium (Al) tukar tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan kompos Thithonia diversifolia yang dianalisis pada waktu sebulan inkubasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III
Lampiran 7. Hasil analisis sidik ragam Aluminium (Al) tukar tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia
Lampiran 8. KTK tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia yang dianalisis pada waktu sebulan setelah inkubasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3
Lampiran 9. Hasil analisis sidik ragam KTK tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia
Lampiran 10. Kejenuhan Al tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia yang dianalisis pada waktu sebulan setelah inkubasi
Perlakuan Blok Total Rataan
1 2 3
Lampiran 11. Hasil analisis sidik ragam Kejenuhan Al tukar tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia
Lampiran 12. Tinggi tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian Thithonia diversifoliadan pupuk KCl yang diukur pada waktu sebulan setelah inkubasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III
Lampiran 13. Hasil analisis sidik ragam Tinggi tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia
Lampiran 14. Berat Kering Tajuk tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia yang diukur setelah sebulan inkubasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 16. Bobot kering takar tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia yang diukur setelah sebulan inkubasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III
Lampiran 18. Volume akar tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia yang diukur setelah sebulan inkubasi
Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III
Lampiran 19. Hasil analisis sidik Volume akar akar tanaman kedelai di tanah Ultisol akibat pemberian kapur CaCO3 dan Thithonia diversifolia
Lampiran 20. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro Nama Varietas : Anjasmoro
Kategori : Varietas unggul nasional (released variety)
SK : 537/Kpts/TP.240/10/2001 tanggal 22 Oktober tahun 2001
Tahun : 2001
Tetua : Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA
Potensi Hasil : 2.25-2.03 ton/ha
Pemulia : Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin M, Susanto, Darman M.Arsyad, Muchlish Adie
Nama galur : MANSURIA 395-49-4
Warna polong masak: Coklat muda Warna kulit biji : Kuning
Warna hilum : Kuning kecoklatan Tipe pertumbuhan : Determinate Bentuk daun : Oval
Ukuran daun : Lebar Perkecambahan : 78-76% Tinggi tanaman : 64-68 cm Jumlah cabang : 2.9-5.6
Jumlah buku pada batang utama : 12.9-14.8 Umur berbunga : 35.7-39.4 hari
Umur masak : 82.5-92.5 hari Berat 100 biji : 14.8-15.3 gram Kandungan protein : 41.78-42.05% Kandungan lemak : 17.12-18.60%
Lampiran 21. Kriteria Sifat Tanah (BPPM, 1982)
Sifat Tanah Satuan Sangat Rendah
Lampiran 22. Data Analisis Aluminium Tukar (Al-dd)
Lampiran 23. Foto pertumbuhan Tanaman
K0B0 K1B0
K2B0 K0B3
Keterangan : Pertumbuhan tanaman kedelai cenderung lebih baik pada perlakuan kapur CaCO3 1,5xAl-dd tanpa diberikan kompos Tithonia
K0B0 K0B1
K0B2 K0B3
K0B0 K1B1
K2B2 K3B3
Lampiran 24. Foto Akar Tanaman
K0B0 K1B0
K2B0 K3B0
K0B0 K0B1
K0B2 K0B3
K0B0 K1B1
K2B2 K3B3