• Tidak ada hasil yang ditemukan

‘Cerita Kampus’ Dan Pemuasan Kebutuhan Followers Akun Twitter Usukomfm Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "‘Cerita Kampus’ Dan Pemuasan Kebutuhan Followers Akun Twitter Usukomfm Medan"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

‘CERITA KAMPUS’ DAN PEMUASAN KEBUTUHAN

FOLLOWERS AKUN TWITTER USUKOMFM MEDAN

SKRIPSI

SUSAN NATASSYA

100904113

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

‘CERITA KAMPUS’ DAN PEMUASAN KEBUTUHAN

PARA FOLLOWERS AKUN TWITTER USUKOMFM MEDAN

(Studi Korelasional Program Siaran ‘Cerita Kampus’ dan

Pemuasan Kebutuhan Para Followers @UsukomFM yang

Mengirimkan Tweet tentang Cerita Kampus)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

SUSAN NATASSYA

100904113

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui dan dipertahankan oleh: Nama : Susan Natassya

NIM : 100904113

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : ‘Cerita Kampus’ dan Pemuasan Kebutuhan Followers

Akun Twitter USUKom FM Medan

Medan, Juli 2014 Dosen Pembimbing Ketua Departemen

YovitaSabarinaSitepu, S.Sos, M.Si Dra. Fatmawardy Lubis, M.A NIP: 198011072006042002 NIP: 196208281987012001

Dekan

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya

dengan benar.Jika di kemudian hari saya terbukti melakukan

pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses dengan hukum

yang berlaku.

Nama: Susan Natassya

NIM: 100904113

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Susan Natassya NIM : 100904113 Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : ‘Cerita Kampus’ dan Pemuasan Kebutuhan Para

Followers Akun Twitter USUKom FM Medan

(Studi Korelasional Penggunaan Cerita Kampus dan Pemuasan Kebutuhan Para Followers @UsukomFM yang Mengirimkan Tweet tentang Cerita Kampus)

(Sudi Korelasional Program Siaran Cerita Kampus dan

Pemuasan Kebutuhan Para Followers @UsukomFM yang

Mengirimkan Tweet tentang Cerita Kampus)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).Peneliti menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga pada masa penyusunan skripsi, sangatlah sulit bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua peneliti, Papa dan Mama yang telah memberikan bantuan material dan moral. Tidak ada satu hari pun Papa dan Mama tidak menyemangati peneliti untuk terus berjuang menyelesaikan studi S-1 Ilmu Komunikasi. Berkat perjuangan, restu dan doa dari Papa dan Mama, peneliti dapat meraih segalanya.Skripsi ini peneliti dedikasikan khusus kepada Papa dan Mama, wujud bakti peneliti sebagai anak.

2. Kak Yovita Sabarina Sitepu, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini. Kak Jo adalah pembimbing yang perfeksionis sekaligus teman berbagi yang amat perhatian dan peduli. Kakak selalu menyemangati peneliti untuk fokus pada tugas akhir di tengah-tengah kegiatan yang peneliti ikuti. Kakak banyak berbagi pengalaman tentang hidup dan dunia kerja yang membuat peneliti ingin terus maju. Kak Jo adalah pembimbing yang paling mantap.

(7)

4. Adik-adikku tercinta, Nita Bena Agustina, Marie Azalea, dan Dina Priscila Adelia yang selalu membawa keceriaan dan memberi semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi. Kalian selalu menjadi pendongkrak semangatbagi peneliti untuk terus mengerjakan tugas akhir ini hingga selesai. Senyum, tawa, ucapan-ucapan semangat dari kalian yang selalu peneliti ingat.

5. Sahabat seperjuanganku, Arisai Olga Hakase Pasaribu, Fipit Novita Sari, Nia Lestari, dan Nathalia Priscilla Simanjuntak, yang telah menemani peneliti dari awal perkuliahan hingga saat ini. Kita berjuang bersama dari awal dan akhirnya kita juga akan menyelesaikannya dengan bersama-sama, Sahabatku. Suka duka selama di bangku perkuliahan menjadi pembelajaran bagi kita menuju kedewasaan. Tidak terasa waktu bergulir amat cepat, rasanya baru kemarin kita bertemu, berstatus mahasiswa baru, polos dan lugu. Saat ini tinggal hitungan hari kita akan melepaskan status mahasiswa dan mengenakan toga serta menggenggam ijazah hasil jerih payah selama 4 tahun ini. Selamat menyongsong masa depan yang indah, sahabat-sahabatku…

6. Rekan-rekan Tanoto Scholars Association (TSA) Medan, Dedek Robby, Koko Gilbert, Titi Ricky, Danu Panda, Sofyan Buncit, Fadlullah Leci, Mario Bullyable, Surya, Uji, Risky, Tama, Bang Yosua dan rekan-rekan lainnya yang mewarnai hari peneliti dengan tawa. Tanpa kalian, hari-hari peneliti akan terasa sunyi. Kebersamaan yang telah kita bina selama lebih dari setahun semoga dapat terus terjaga hingga tua nanti.

7. XL Future Leaders Medan, Bang Balie, Memei, Togar, David, Irfan, dan Winner yang selalu menyemangati dan mendukung peneliti untuk meraih prestasi. Kalian selalu memacu peneliti untuk berani bermimpi, terus maju dan berusaha sampai akhir.

(8)

9. Pak Yanno, Ci Kristin, dan Ci Nicky yang banyak memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar dan berkarya melalui kegiatan-kegiatan yang diadakan Tanoto Foundation Medan.

10.Kak Meilani Fitri yang selalu ada untuk membantu dan menemani peneliti mengusir kesepian.

11.Penyiar USUKom FM, Endang, Ghina, Apung, Wisnu, yang selalu menemani hari-hari peneliti saat bersiaran di radio.

12.Kak Endah yang telah membantu peneliti mendapatkan data penelitian dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Sumatera Utara dan Kak Ata yang banyak berbagi cerita tentang tugas akhir dan selalu menyemangati peneliti.

13.Ko Welly yang selalu menasihati peneliti agar menjaga kesehatan dan fokus pada skripsi. Andrey dan Freddy yang mendoakan peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

14.Teman-teman Sofyan 32, Febrina, Tania, Nonik, Ayu, Vivi, Una, Nuri, Dian dan Novi yang telah menjadi teman peneliti selama di Medan.

15.29 followers @UsukomFM yang telah mengisi kuesioner penelitian

peneliti, tanpa data-data, kritik dan saran dari kalian, peneliti tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini.

16.Keluarga dan teman-teman lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga Skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Juli 2014

(9)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Susan Natassya NIM : 100904113 Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

‘Cerita Kampus’ dan Pemuasan Kebutuhan Para Followers Akun Twitter

USUKom FM Medan

(Studi Korelasional Penggunaan Cerita Kampus dan Pemuasan Kebutuhan Para

Followers @UsukomFM yang Mengirimkan Tweet tentang Cerita Kampus)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Medan Pada Tanggal: Juli 2014

(10)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai pengaruh penggunaan program siaran radio terhadap kebutuhan penikmatnya.Program siaran tersebut adalah ‘Cerita Kampus’ yang merupakan program siaran radio komunitas Universitas Sumatera Utara (USU), USUKom FM. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian kuantitatif mengenai penggunaan media dan kepuasan yang diperoleh.Penelitian ini berlandaskan pada teori penggunaan media dan kepuasan (uses and gratification

theory) dan menggunakan motif-motif kebutuhan yang menyebabkan penggunaan

media oleh McQuail. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti khusus pada siaran ‘Cerita Kampus’ terhadap pendengar radio USUKom FM yang diwakili oleh

followers@UsukomFM. Sesuai dengan perumusan masalah yang akan diteliti

yaitu “Sejauhmanakah hubungan antara penggunaan ‘Cerita Kampus’ dengan pemuasan kebutuhan followers @UsukomFM?”, dimana dalam penelitian ini peneliti menemukan hasil, tentang sejauh mana penggunaan Cerita Kampus dalam memenuhi kebutuhan pendengarnya. Walaupun ‘Cerita Kampus’ merupakan program andalan USUKom FM, ternyata tidak semua motif kebutuhan McQuail dapat terpenuhi.

Kata kunci:

(11)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai pengaruh penggunaan program siaran radio terhadap kebutuhan penikmatnya.Program siaran tersebut adalah ‘Cerita Kampus’ yang merupakan program siaran radio komunitas Universitas Sumatera Utara (USU), USUKom FM. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian kuantitatif mengenai penggunaan media dan kepuasan yang diperoleh.Penelitian ini berlandaskan pada teori penggunaan media dan kepuasan (uses and gratification

theory) dan menggunakan motif-motif kebutuhan yang menyebabkan penggunaan

media oleh McQuail. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti khusus pada siaran ‘Cerita Kampus’ terhadap pendengar radio USUKom FM yang diwakili oleh

followers@UsukomFM. Sesuai dengan perumusan masalah yang akan diteliti

yaitu “Sejauhmanakah hubungan antara penggunaan ‘Cerita Kampus’ dengan pemuasan kebutuhan followers @UsukomFM?”, dimana dalam penelitian ini peneliti menemukan hasil, tentang sejauh mana penggunaan Cerita Kampus dalam memenuhi kebutuhan pendengarnya. Walaupun ‘Cerita Kampus’ merupakan program andalan USUKom FM, ternyata tidak semua motif kebutuhan McQuail dapat terpenuhi.

Kata kunci:

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

ABSTRAK ...ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5Manfaat Penelitian ... 10

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... 11

2.2 Kerangka Konsep ... 33

2.3 Variabel Penelitian ... 33

2.4 Defenisi Operasional ... 34

2.5 Hipotesis ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 38

3.1.1 Sejarah USU ... 38

3.1.2 Pimpinan Universitas ... 40

3.1.3 Sejarah Radio USUKom FM ... 40

3.1.4 Manajemen Radio USUKom FM ... 41

3.1.5 @UsukomFM ... 43

3.2 Metode Penelitian... 45

3.3 Populasi dan Sampel ... 46

3.3.1 Populasi ... 46

3.3.2 Sampel ... 47

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48

(13)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 53

4.2 Teknik Pengolahan Data ... 54

4.3 Analisis Tabel Tunggal ... 56

4.4 Analisis Tabel Silang ... 79

4.5 Pengujian Hipotesis ... 81

4.6 Pembahasan ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 5.3 Saran dalam Kaitan Akademis ... 88

5.3 Saran dalam Kaitan Praktis ... 88

5.4 Saran Responden Penelitian ... 88

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Typology of Gratification Sought and Obtained from the Media 25 Tabel 2.2 Visualisasi Teori Uses and Gratification 30

Tabel 2.3 Variabel Penelitian 35

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden 56

Tabel 4.2 Usia Responden 56

Tabel 4.3 Fakultas 57

Tabel 4.4 Angkatan 58

Tabel 4.5 Jumlah Uang Saku per Bulan 58 Tabel 4.6 Durasi Mendengarkan Cerita Kampus 59 Tabel 4.7 Frekuensi Mendengarkan Cerita Kampus 59 Tabel 4.8 Responden Mencari Informasi Perkuliahan di USU 60 Tabel 4.9 Responden Mencari Informasi Seminar di USU 60 Tabel 4.10 Responden Mencari Informasi Kuliah Umum di USU 61 Tabel 4.11 Responden Mencari Informasi UKM di USU 62 Tabel 4.12 Responden Mencari Informasi HMD di USU 62 Tabel 4.13 RespondenMenggunaan Nama Asli sebagai Akun Twitter 63 Tabel 4.14 Respondeningin Menambah Minat Belajar 64 Tabel 4.15 Respondeningin Menemukan Sosok Panutan 64 Tabel 4.16 Respondeningin Menambah Relasi 65 Tabel 4.17 RespondenMenunjukkan Kepedulian sebagai Mahasiswa USU 65 Tabel 4.18 RespondenMenunjukkan Keterlibatan sebagai Mahasiswa USU 66 Tabel 4.19 Respondeningin Mendapatkan Bahan Percakapan 66 Tabel 4.20 Respondeningin Menghilangkan Rasa Kesepian 67 Tabel 4.21 Respondeningin Mengisi Waktu Luang 68 Tabel 4.22 Respondeningin Melepaskan Diri dari Rutinitas Sehari-hari 68 Tabel 4.23 Kebutuhan Responden akan Informasi Perkuliahan USU 69 Tabel 4.24 Kebutuhan Responden akan Informasi Seminar USU 69 Tabel 4.25 Kebutuhan Respondenakan Informasi Kuliah Umum USU 70 Tabel 4.26 Kebutuhan Responden akan Informasi UKM USU 71 Tabel 4.27 Kebutuhan Respondenakan Informasi HMD USU 71 Tabel 4.28 Penggunaan Nama Asli Responden sebagai Jati Diri 72 Tabel 4.29 Minat Belajar Responden Bertambah 72 Tabel 4.30 Responden Menemukan Sosok Panutan 73 Tabel 4.31 Relasi Responden Bertambah 74 Tabel 4.32 Kepedulian Responden sebagai Mahasiswa USU Tersalurkan 74 Tabel 4.33 Keterlibatan Responden sebagai Mahasiswa USU Tersalurkan 75 Tabel 4.34 Responden Mendapatkan Bahan Percakapan 75 Tabel 4.35 Rasa Kesepian Responden Hilang 76 Tabel 4.36 Waktu Luang Responden Terisi 77 Tabel 4.37 Responden Terlepas dari Rutinitas Sehari-hari 77

(15)

Tabel 4.39

Hubungan antara Penggunaan Cerita Kampus untuk Mendapatkan

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Kuesioner Penelitian 2 Tabel Fotran Cobol 3 Surat Izin Penelitian 4 Biodata Peneliti

(18)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai pengaruh penggunaan program siaran radio terhadap kebutuhan penikmatnya.Program siaran tersebut adalah ‘Cerita Kampus’ yang merupakan program siaran radio komunitas Universitas Sumatera Utara (USU), USUKom FM. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian kuantitatif mengenai penggunaan media dan kepuasan yang diperoleh.Penelitian ini berlandaskan pada teori penggunaan media dan kepuasan (uses and gratification

theory) dan menggunakan motif-motif kebutuhan yang menyebabkan penggunaan

media oleh McQuail. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti khusus pada siaran ‘Cerita Kampus’ terhadap pendengar radio USUKom FM yang diwakili oleh

followers@UsukomFM. Sesuai dengan perumusan masalah yang akan diteliti

yaitu “Sejauhmanakah hubungan antara penggunaan ‘Cerita Kampus’ dengan pemuasan kebutuhan followers @UsukomFM?”, dimana dalam penelitian ini peneliti menemukan hasil, tentang sejauh mana penggunaan Cerita Kampus dalam memenuhi kebutuhan pendengarnya. Walaupun ‘Cerita Kampus’ merupakan program andalan USUKom FM, ternyata tidak semua motif kebutuhan McQuail dapat terpenuhi.

Kata kunci:

(19)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai pengaruh penggunaan program siaran radio terhadap kebutuhan penikmatnya.Program siaran tersebut adalah ‘Cerita Kampus’ yang merupakan program siaran radio komunitas Universitas Sumatera Utara (USU), USUKom FM. Penelitian ini memfokuskan pada penelitian kuantitatif mengenai penggunaan media dan kepuasan yang diperoleh.Penelitian ini berlandaskan pada teori penggunaan media dan kepuasan (uses and gratification

theory) dan menggunakan motif-motif kebutuhan yang menyebabkan penggunaan

media oleh McQuail. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti khusus pada siaran ‘Cerita Kampus’ terhadap pendengar radio USUKom FM yang diwakili oleh

followers@UsukomFM. Sesuai dengan perumusan masalah yang akan diteliti

yaitu “Sejauhmanakah hubungan antara penggunaan ‘Cerita Kampus’ dengan pemuasan kebutuhan followers @UsukomFM?”, dimana dalam penelitian ini peneliti menemukan hasil, tentang sejauh mana penggunaan Cerita Kampus dalam memenuhi kebutuhan pendengarnya. Walaupun ‘Cerita Kampus’ merupakan program andalan USUKom FM, ternyata tidak semua motif kebutuhan McQuail dapat terpenuhi.

Kata kunci:

(20)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan informasi saat ini tidak terlepas dari peran media massa dalam menyebarkannya. Arus informasi di era teknologi yang semakin canggih mengakibatkan kebutuhan akan informasi dapat terpenuhi hanya dalam hitungan detik. Informasi yang diinginkan akan tersaji dengan cepat.

Media massa memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan manusia modern dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hampir pada setiap aspek kehidupan, manusia memerlukan media massa baik yang digunakan secara pribadi ataupun berkelompok. Media massa telah menjadi kebutuhan manusia yang tidak terlepaskan layaknya kebutuhan pokok.

Namun pada perkembangannya, media massa yang dianggap sebagai kekuatan keempat dari demokrasi menunjukkan kekecewaan. Karena dalam perkembangannya, media massa dikuasai oleh para konglomerat global seperti

Time Warner, American On Line, Disney, dan lain-lain yang telah menghasilkan transformasi dari media, dari kepentingan ekonomi global, dan telah mencampuradukkan jurnalistik, periklanan, dan juga budaya massa (Seneviratmen, 2007). Untuk itu, Chris Alton mengatakan dibutuhkan kekuatan kelima (the fifth estate) dan kekuatan kelima tersebut merujuk pada media-media komunitas (Haryanto, 2009: 5).

(21)

dalam mobil, di kantor, di jalanan, di pantai dan berbagai tempat lainnya (Elvinaro, 2004: 115).

Radio komunitas adalah radio yang beroperasi dalam suatu komunitas, yang dilakukan untuk kepentingan komunitas, oleh komunitas itu sendiri dan mengenai komunitas itu juga. Perkembangan radio komunitas di Indonesia diawali di Surakarta pada 1 April 1933, setelah radio siaran pertama Bataviase

Radiovereniging (BRV) mengudara di Jakarta pada tahun 1925 dan masih

berstatus swasta. SRV (Solose Radiovereniging) merupakan radio komunitas yang diketuai oleh Ir. Sarsito Mangunkusumo, penulis Sutarso Hardjowahono, dan bendahara Liem Tik Liang (Haryanto, 2009: 19).Perkembangan radio komunitas di berbagai daerah tidak lepas dari keberadaan SRV yang fenomenal. Karena melalui siaran-siarannya, SRV berhasil membuka perwakilan dimana-mana dan berkembang menjadi stasiun penyiaran sendiri, seperti VORO (Vereniging

Oosterse Radio Omroep) di Betawi, VORL (Vereniging Oosterse Radio

Luisteraars) di Bandung dan CIRVO (Chineese en Inheem Radio Luisetaars

Vereniging Oost Java) di Surabaya (Haryanto, 2009: 20).

Pada masa penjajahan Jepang, radio-radio berbasis komunitas dikuasai oleh mereka dan diubah nama serta statusnya menjadi Hoso Kyoku yang berfungsi sebagai stasiun relai dari siaran NHK (Nippon Hoso Kyoku). Program-program berbau Barat dilarang dan para seniman lokal didorong untuk menciptakan berbagai karya seni yang dapat disiarkan di Hoso Kyoku. Pada satu sisi, kebijakan ini meningkatkan produktivitas kerja seniman Indonesia namun pada sisi lainnya mematikan semangat perkumpulan dalam penyelenggaraan siaran radio di Indonesia (Haryanto, 2009: 21). Ketatnya pengawasan Jepang, membuat para pemuda Indonesia harus sembunyi-sembunyi mendengarkan siaran luar negeri hingga pada tanggal 14 Agustus 1945 mereka mengetahui bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Kemudian pada tanggal 11 September 1945, para pemimpin radio siaran sepakat untuk mengubah Hosokyoku menjadi RRI (Radio Republik Indonesia) (Elvinaro, 2004: 118-119).

(22)

lega. Bermula dari munculnya Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah, dimana hanya dikenal dua jenis siaran radio di Indonesia yaitu Radio Pemerintah baik Pusat maupun daerah adalah RRI (Radio Republik Indonesia) dan Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD), serta radio siaran non pemerintah. Diluar kategori tersebut dianggap sebagai radio gelap. Tidak lama kemudian, UU No. 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran mengategorikan jenis penyiaran di Indonesia hanya 3, Lembaga Penyiaran Pemerintah, Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Khusus.Istilah “komunitas” tidak dimunculkan. Namun pada kenyataannya, radio-radio siaran berbasis komunitas tetap beroperasi, khususnya radio komunitas berbasis kampus meski harus dilakukan secara kucing-kucingan (Haryanto, 2009: 21-22).

Radio komunitas mulai bangkit kembali ketika pada Februari 2002 saat para pengelola radio kampus dan radio masyarakat mendeklarasikan terbentuknya Jaringan Radio Komunitas (JRK) di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali dan beberapa tempat lainnya. Namun kehadiran lembaga penyiaran komunitas untuk merangkul radio-radio komunitas di Indonesia tidak mendapat sambutan yang hangat. Radio komunitas Indonesia harus berhadapan kembali pada PP No. 51 Tahun 2005 tentang Penyiaranterutama pada inisiator pendirian maupun pengelola radio komunitas (Haryanto, 2009: 25). Lebih lanjut, Haryanto menjelaskan bahwa berikut adalah beberapa ketentuan yang berpotensi menghambat perkembangan radio komunitas antara lain:

(1) komunitas pendirinya hanya boleh dari suatu wilayah dan tidak boleh komunitas internasional, (2) daya jangkau siaran terbatas radius 2.5 km, (3) kekuatan daya pancar (Effective Radiated Power, ERP) maksimal 50 Watt, (4) tidak boleh komersial atau mencari laba, (5) tidak boleh menjadi bagian dari perusahaan yang hanya mencari untung, (6) tidak mewakili organisasi atau lembaga asing, (7) sumber pembiayaan hanya dari hibah, sponsor, sumber lain yang tidak mengikat, (8) tidak boleh terkait dengan organisasi terlarang (9), tidak untuk propaganda bagi kelompok atau golongan tertentu, (10) tidak boleh minta bantuan dana awal mendirikan dan dana operasional dari pihak asing, (11) tidak boleh menyiarkan iklan komersial, (12) harus membayar izin penyelenggaraan penyiaran, dan (13) membayar biaya hak penggunaan frekuensi, dan (14) proses perizinan harus sampai ke Menteri.

(23)

segelintir orang yang mampu mendirikan radio komunitas. Proses seleksi yang dilakukan cukup tinggi dan hanya mereka yang benar-benar serius ditopang oleh dukungan finansial memadai serta tenaga dan pikiran ekstra yang dapat membuat radio komunitas. Padahal radio komunitas adalah salah satu media yang menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan suara, khususnya kepada rakyat yang tidak dapat bersuara dan memiliki akses informasi publik yang terbatas (Haryanto, 2009: 25).

Radio komunitas lahir dari komunitas, dikelola dan diperuntukkan bagi komunitas yang sama sehingga persoalan pembiayaan dan pendanaan juga disokong oleh komunitas itu sendiri. Untuk dapat bertahan, berbagai upaya dilakukan radio-radio komunitas tanah air. Bantuan dana ada yang datang dari anggota komunitas seperti pengutipan dana dari anggota, ada juga radio komunitas yang menjual program acara, seperti kupon untuk request lagu atau iklan layanan masyarakat dan bantuan dari luar komunitas seperti dari LSM (Haryanto, 2009: 78-87). Salah satu inisiatif yang dilakukan radio komunitas di lereng Merapi adalah membuka warung makan.Gagasan ini dilakukan oleh Radio

Lintas Merapi, di Dusun Deles Sidorejo, Klaten (Haryanto, 2009: 80).Keuntungan dari hasil penjualan kemudian disumbangkan untuk keberlanjutan radio.Berbagai upaya dilakukan radio komunitas untuk menjaga keberlangsungan radio demi memenuhi kebutuhan komunitasnya.

Kebutuhan anggota komunitas menjadi salah satu dasar dari kelahiran radio komunitas.Kebutuhan-kebutuhan tersebut kemudian disalurkan melalui program siaran sesuai dengan keinginan komunitas.Untuk menciptakan sebuah program siaran, pengelola radio komunitas terlebih dahulu melakukan riset program dengan menyampaikan program yang akan dijalankan kepada komunitas. Komunitas yang bersangkutan kemudian memilih program yang ditawarkan. Program acara yang paling diminati pendengar itulah yang kemudian disiarkan (Haryanto, 2009: 93-94).

(24)

Utara) yang dikenal dengan Radio USUKom FM. Jumlah ini berbanding jauh dengan banyaknya radio siaran komersil atau swasta yang terdaftar yakni berjumlah 45 stasiun radio (Newsletter KPID-SU, Infosiar, hal. 24, edisi Januari-Juni 2011).

Radio USUKom FM adalah radio komunitas yang berada di bawah naungan Universitas Sumatera Utara (USU). Sejak berdiri pada 2 Mei 2007, Radio USUKom FM telah mengudara selama lebih dari 6 tahun lamanya pada frekuensi 107.7 FM dengan tagline “Solusi Cerdas Sobat Kampus” dan sapaan “Sobat Kampus” kepada pendengar. Siaran radio USUKom FM dapat dijangkau sejauh radius 1 sampai 2.5 km dari kampus USU. Profil pendengar USUKom FM adalah mahasiswa/i dan para civitas akademika USU. USUKom FM mengudara setiap hari Senin s/d Jumat mulai pukul 09.00 s/d 17.00 WIB dan hari Sabtu pukul 09.00 s/d 15.00 WIB. USUKom FM hadir dengan program lagu-lagu dan informasi seputar dunia akademis, kegiatan kampus, dan aktivitas sosial politik serta budaya di kota Medan. Presentasi program acara USUKom FM bersifat pendidikan 30%, informasi 30%, dan hiburan 40% (http://usukom.blogspot.com).

Hingga saat ini, para penyiar dan manajemen Radio USUKom FM produktif dalam menghasilkan program-program siaran, salah satunya adalah ‘Cerita Kampus’.Pada awal tahun 2013, program siaran yang awalnya bernama ‘Lunch Break’ ini diganti menjadi ‘Cerita Kampus’ atas kesepakatan para penyiar dan manajemen Radio USUKom FM. Pergantian nama ini menanggapi berbagai permintaan dari mahasiswa yang ingin mempublikasikan kegiatan mereka dengan bersiaran di radio USUKom FM.

‘Cerita Kampus’ kemudian menjadi wadah bagi mahasiswa USU dengan fokus utama tentang kegiatan yang diadakan mahasiswa disamping informasi mengenai perkuliahan dan dunia pendidikan. Sebelumnya program ini juga menyiarkan tentang kehidupan akademik di USU misalnya profil dosen terfavorit di Fakultas Psikologi USU dan mahasiswa berprestasi yang sekarang telah memiliki program tersendiri, “Sobat Inspiratif” (Sumber: Manajemen Radio USUKom FM).

(25)

Cerita Kampus memiliki jam siaran setiap hari Senin-Jumat, pukul 11.00-13.00 WIB. Untuk kegiatan yang diadakan mahasiswa USU, ‘Cerita Kampus’ menghadirkan perwakilan dari panitia yang bersangkutan. Selain talkshow, Cerita Kampus juga membagikan informasi seputar kegiatan perkuliahan di USU, misalnya jadwal UTS (Ujian Tengah Semester), UAS (Ujian Akhir Semester) dan jadwal pembayaran SPP. Di bidang pendidikan, ‘Cerita Kampus’ membahas seputar perkembangan ilmu pengetahuan seperti yang disiarkan USUKom FM Senin, 11 November 2013 mengenai perangkat lunak Health Circle, pendeteksi penyakit yang ditemukan oleh mahasiswa Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Selama 2 jam siaran, Cerita Kampus juga diiringi dengan lagu-lagu yang diminta pendengar Radio USUKom FM, yang disapa ‘Sobat Kampus’. Interaksi dengan ‘Sobat Kampus’ dilakukan melalui sosial media di akun Facebook Radio

USUKom FM,

Sosial media merupakan sebuah media untuk bersosialisasi secara online

yang memungkinkan manusia untuk berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Sosial media menghapus batasan-batasan manusia untuk besosialisasi, batasan ruang maupun waktu, dengan media sosial ini manusia dimungkinkan untuk , Twitter

@UsukomFM dan SMS (Short Messaging Service) dengan nomor tujuan 0888-7-84-83-84 (Sumber: Manajemen Radio USUKom FM).

Radio USUKom FM tidak memiliki data pendengar dan jumlahnya. Berbeda dengan salah satu radio komersil di kota Medan, KISS FM yang memiliki pendataan pada pendengarnya yang disapa ‘Rekan Sebaya’. Setiap pendengar yang bergabung memiliki nomor registrasi sesuai dengan waktu pendaftaran.

Selain menggunakan radio untuk bersiaran secara on air, USUKom FM juga menggunakan sosial media sebagai media pelengkap. Salah satu sosial media yang paling aktif digunakan adalah akun Twitter, @UsukomFM. Akun ini telah disinkronisasikan dengan akun Facebook radio USUKom FM sehingga apa yang dibagikan melalui akun @UsukomFM secara otomatis akan tampil di timeline

(26)

berkomunikasi satu sama lain dimanapun mereka berada dan kapanpun, tidak peduli seberapa jauh jarak mereka, dan tidak peduli siang ataupun malam (www.unpas.ac.is/apa-itu-sosial-media/).

Keberadaan sosial media tidak terlepas dari pengaruh internet. Internet terlihat mirip dengan medium massa tradisional yang mengirim pesan dari titik transmisi sentral, tetapi internet melakukan lebih dari itu. Penerima pesan bisa mengklik hampir seketika dari satu sumber ke sumber lain. Internet juga bersifat interaktif, ia memiliki kapasitas untuk memampukan orang berkomunikasi, bukan sekadar menerima pesan belaka, dan mereka bisa melakukannya secara real time

(Vivian, 2008: 263).

Pada tahun 2001, pengguna internet di Indonesia berjumlah sekitar 2 juta orang.Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mencatat pengguna internet di Indonesia hingga akhir Desember 2012 mencapai jumlah 63 juta orang. Pandu mengatakan bahwa rata-rata pengguna internet di Indonesia mengakses internet sekitar 35 jam per minggu atau lima jam per hari (http://www.tempo.co/read/news/2013/03/12/173466522/).

Tahun 2006, Twitter muncul sebagai salah satu media baru di social

network.Twitter adalah sebuah jaringan informasi secara real-time, yang

menghubungkan penggunanya kepada cerita, ide, opini, atau berita yang menarik bagi penggunanya (http://twitter.com/about#about). Berdasarkan penelitian yang diadakan oleh Semiocast, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai pengguna Twitter terbanyak di dunia dengan jumlah akun 19.5 juta. Selain dari segi jumlah, pengguna Twitter di Indonesia juga lebih aktif dari rata-rata pengguna di dunia. Selama September hingga 30 November 2011, hanya 27 persen akun di dunia yang membagikan tweet setidaknya satu kali dalam periode tersebut, sementara di Indonesia persentasenya mencapai 28 persen (http://www.tempo.co/read/news/2012/02/02/072381323).

Akun Twitter @UsukomFM dibuat pada 4 Maret 2011. Sejak bergabung lebih dari 3 tahun, @UsukomFM telah mem-posting sebanyak 4148 tweets. Hingga 7 November 2013, followers @UsukomFM telah berjumlah 1.233. Isi

(27)

yang bersiaran on air, informasi kegiatan kampus, foto-foto kegiatan yang dilakukan oleh USUKom FM, misalnya kegiatan workshop penyiar baru, foto bersama dengan tamu dan petunjuk (clue)untuk kuis program ‘Sore Seru’. Tweets

tersebut kemudian dibagikan kepada para followers.

Twitter tidak hanya dapat diakses melalui komputer atau laptop. Dengan bermodalkan telepon genggam pintar dan koneksi internet, siapa saja dapat menggunakannya dengan leluasa.Twitter menghadirkan berbagai aplikasi sehingga masyarakat dapat menggunakannya untuk berbagi konten digital berupa teks, foto, suara maupun video. Dan yang terpenting, tidak terbatas pada waktu dan tempat, dimana saja dan kapan saja selama jaringan internet tersedia, Twitter

dapat digunakan.

Twitter adalah satu dari sekian banyak jenis media sosial yang digunakan orang-orang untuk memuaskan kebutuhan. Dari sisi kebutuhan akan informasi misalnya, Twitter memiliki pilihan retweet, yang berfungsi untuk meneruskan pesan berupa tweet kepada followers akun pribadi kita. Informasi yang ingin kita bagikan dapat dengan praktis tersebar kepada lingkungan sosial kita, terutama orang-orang yang menjadi pengikut akun twitter kita. Inilah yang kemudian dilakukan oleh berbagai radio komersil di Medan, salah satunya @mixfmmedan yang merupakan akun Twitter radio 90.8 Mix FM.

Penelitian mengenai motif penggunaan media dan pemenuhan kebutuhan telah banyak dilakukan, seperti yang dilakukan oleh Bradley Greenberg,

Gratifications of Television Viewing and Their Correlates for British

Children.Dalam kesimpulannya menjelaskan ada 6 alasan dibalik penggunaan

televisi oleh anak-anak pembelajaran (learning), kebiasaan (habit), hubungan pertemanan (companionship), keaktifan (arousal), relaksasi/istirahat (relaxation)

dan untuk menghabiskan waktu (passing time).Terdapat begitu banyak alasan orang-orang menggunakan media.

(28)

Kampus’ dengan pemuasan kebutuhan para followers akun Twitter @UsukomFM pada radio USUKOM FM Medan.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti dapat merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. “Apa saja motif followers @UsukomFM dalam menggunakan ‘Cerita Kampus’?”

2. “Bagaimana pemuasan kebutuhan followers @UsukomFM terhadap penggunaan ‘Cerita Kampus’?”

3. “Sejauhmanakah hubungan antara pemuasan kebutuhanfollowers

@UsukomFM dengan penggunaan ‘Cerita Kampus’?"

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat korelasional yaitu menganalisis motif menggunakan ‘Cerita Kampus’ dan pemuasan kebutuhan followersakun Twitter Radio USUKom FM,@UsukomFM.

2. Penelitian ini dibatasi hanya pada program ‘Cerita Kampus’ Radio USUKom FM Medan.

3. Objek penelitian ini dibatasi hanya kepadafollowers akun Twitter

@UsukomFM yang mengirimkan tweet tentang ‘Cerita Kampus’ sejak September 2013 hingga April 2014, tanpa pengulangan akun yang sama.

I.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui motif followers @UsukomFM dalam menggunakan program siaran ‘Cerita Kampus’.

(29)

3. Untuk mengetahui hubungan antara motif dan kepuasan followers

@UsukomFM yang terpenuhi dalam mendengarkan ‘Cerita Kampus’.

I.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi riset program bagi Radio USUKom FM sehingga dapat mengembangkan dan menciptakan program-program siaran lainnya yang sesuai dengan kebutuhan pendengar.

2. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengaplikasian teori Uses and Gratification khususnya mengenai pemenuhan kebutuhan melalui radio komunitas.

3. Secara Praktis

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung permasalahan penelitian.Menurut Kerlinger, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 1989: 37). Dari defenisi tersebut, ada tiga hal yang dikandung didalamnya.Pertama, teori adalah serangkaian proposisi antar konsep-konsep yang saling berhubungan.Kedua, teori menerangkan hubungan antar konsep. Dan ketiga, teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya (Singarimbun, 1989: 37). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi, Komunikasi Massa, Teori Penggunaan dan Kepuasan(Uses and Gratification) dan Teori Media Baru (New Media).

II.1.1 Komunikasi

Istilah ‘komunikasi’ sudah sangat sering terdengar di telinga, walaupun demikian dalam hal mendefenisikannya tidaklah semudah yang dibayangkan. Stephen W. Littlejohn mengatakan:

communication is difficult to define. The word is abstract and, like most terms,

posses numerous (komunikasi sulit untuk didefenisikan. Kata ‘komunikasi’

bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti)” (Morrisan, 2009).

Dance (1970) menyatakan terdapat 98 pengertian komunikasi yang berbeda, ia kemudian mengelompokkannya ke dalam 4 kategori berikut:

(31)

Theodorson & Theodorson (1969): “Komunikasi adalah proses pengiriman informasi, pemikiran, sikap atau emosi dari seorang individu atau kelompok lain dengan menggunakan simbol-simbol”

b. pengertian yang menekankan persamaan arti

Wilbur Schramm: “Komunikasi dapat dianggap sebagai persamaan orientasi terhadap suatu isyarat informasi”.

c. pengertian yang menekankan pembujukan

Carl Hovland (1953): “Komunikasi sebagai proses penyampaian stimulus atau rangsangan (biasanya secara lisan) dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku orang lain”.

d. pengertian yang menekankan aspek tingkah laku.

Dervin (1983): “Kita tidak boleh menganggap sesuatu informasi itu akan mempunyai arti yang sama kepada semua orang. Seseorang akan menafsirkan informasi tersebut sesuai dengan keperluan dan permasalahan hidupnya”.

Secara etimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, Communis

yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Menurut Harold Lasswell cara yang baik dalam menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: who (siapa),

says what (mengatakan apa), in which channel (dengan saluran apa), to whom

(kepada siapa), with what effect (dengan pengaruh bagaimana) (Mulyana, 2008: 69). Sementara Raymond S. Ross mengatakan bahwa komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator (Mulyana, 2008: 69).

II.1.1.1 Sifat Komunikasi

Berdasarkan sifatnya (Purba, dkk, 2010: 36), maka komunikasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini:

a. komunikasi verbal (verbal communication) adalah komunikasi dalam bentuk bahasa verbal, yakni:

(32)

- komunikasi tulisan (written communication): surat menyurat, SMS (Short Messaging Service), surat elektronik (email) dan lainnya. b. komunikasi non verbal (nonverbal communication) mencakup semua

rangsangan dalam suatu setting komunikasi yang dihasilkan individu dan penggunaan lingkungan oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima, baik disengaja atau tidak.

- Komunikasi kial (gestural/body communication): meliputi bahasa tubuh, sentuhan, parabahasa, penampilan fisik, bau-bauan, orientasi ruang dan jarak pribadi, konsep waktu, diam, warna dan artefak. - Komunikasi gambar (pictorial communication): simbol atau

tanda-tanda berupa gambar.

c. komunikasi tatap muka (face-to-face communication) adalah komunikasi yang dilakukan secara tatap muka oleh komunikator dan komunikan. d. komunikasi bermedia (mediated communication) adalah komunikasi yang

dilakukan melalui media seperti telepon genggam.

II.1.1.2 Tujuan Komunikasi

Kegiatan komunikasi yang dilakukan manusia memiliki tujuan yang ingin dicapai dan berbeda-beda yakni untuk mengubahsikap (to change the attitude), mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion), perilaku (to change the behavior), dan mengubah masyarakat (to change the society) (Purba, dkk, 2010: 36).

II.1.1.3 Fungsi Komunikasi

Komunikasi memiliki berbagai fungsi (Purba, dkk, 2010: 36) dalam kehidupan manusia yaitu sebagai berikut.

a. menginformasikan (to inform), contoh: rambu-rambu lalu lintas, berbagai pengumuman melalui radio, televisi dan lainnya,

b. mendidik (to educate), contoh: kuliah, ceramah, seminar dan lainnya, c. menghibur (to entertain), contoh: pemutaran lagu dan musik, guyonan,

(33)

d. mempengaruhi (to influence), contoh, iklan layanan masyarakat, kampanye, dan lainnya.

II.1.2 Komunikasi Massa

Komunikasi massa memiliki kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau bahkan jutaan orang. Komunikasi massa dapat didefenisikan sebagai proses penggunaan medium massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas dengan tujuan memberi informasi, menghibur, atau membujuk (Vivian, 2008: 450).

II.1.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Merujuk dari pendapat Tan dan Wright, komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Elvinaro, 2004: 3). Komunikasi massa (mass communication) bisa juga diartikan sebagai komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara tepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik) (Mulyana, 2008: 83-84).

Proses komunikasi dapat dipahami dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Siapa (Who), Berkata Apa (Says What), Melalui Saluran Apa (In Which Channel), Kepada Siapa (To Whom), dan Dengan Efek Apa (With What Effect?). Penerapan formula Lasswell dapat dilihat pada gambar berikut ini:

(34)

Sumber: Amir Purba, dkk (2010: 48)

II.1.2.2 Komponen Komunikasi Massa

Komponen komunikasi massa menurut Everett M. Rogers (Elvinaro, 2004: 35) adalah source, message, channel dan receiver. Komponen tersebut kemudian dirincikan menjadi lima bagian menurut Wilbur Schramm, yaitu: source (sumber),

encoder (komunikan), signal (sinyal/tanda), decoder (komunikan), dan

destination (tujuan). Kelima komponen tersebut sesuai dengan paradigma

Lasswell seperti yang digambarkan di gambar 2.1.

Elvinaro (2004) menjelaskan bahwa komponen dalam komunikasi massa tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks, karena masing-masing komponen memiliki karakteristik tertentu.

a. Komunikator

Jeremy Tunshall mendefenisikan komunikator sebagai petugas nonadministratif (non clerical)di dalam organisasi-organisasi komunikasi, orang-orang yang bekerja dalam memilih, menyusun dan merencanakan program-program, cerita-cerita dan pesan-pesan lainnya untuk akhirnya disebarkan kepada khalayak.

b. Pesan

Karakteristik dari pesan komunikasi massa adalah bersifat umum, maksudnya pesan harus diketahui oleh setiap orang.Ada pesan yang diminati seluruh orang, ada pula yang hanya kelompok tertentu.Oleh karena itu, penataan pesan harus diperhatikan dengan baik.

c. Media

(35)

d. Khalayak

Sasaran dari komunikasi massa adalah massa, sejumlah besar khalayak yang sifatnya anonim dan heterogen. Dalam strategi komunikasi massa, dilakukan pembagian melalui analisis demasifikasi (oleh para akademisi) dan segmentasi (oleh kalangan industri).

e. Filter dan Regulator Komunikasi Massa

Filter utama yang dimiliki khalayak adalah indra yang dipengaruhi oleh kondisi budaya (sesuai latar belakang budaya), psikologikal (sesuai dengan frame of reference dan field of experience) dan fisikal (keadaan internal dan eksternal khalayak).

Regulator adalah lembaga atau individu yang mewakili lembaga berwenang yang memberi perhatian atau tekanan berlebih terhadap poin-poin/kasus-kasus tertentu serta mengurangi perhatian pada hal-hal lainnya.

f. Penjaga Gawang (Gatekeepers)

Gatekeepersdapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima. Fungsi utama

gatekeepers adalah menyaring pesan yang diterima seseorang.

II.1.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Menurut Dominick, fungsi dari komunikasi massa (Elvinaro, 2004: 15-19) adalah sebagai berikut.

a. surveillance(pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi menjadi dua, yakni:

- fungsi pengawasan peringatan, terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung merapi, kondisi efek yang memperihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer, dan

(36)

b. interpretation (penafsiran)

Media massatidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.Tujuan penafsiran media ingin mengajak khalayak untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut.Misalnya tentang kebijakan rektor mengenai Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Universitas Sumatera Utara.

c. linkage (pertalian)

Media massa dapat menjalin hubungan dan menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. Contohnya, kasus demonstrasi yang dilakukan mahasiswa-mahasiswi USU menolak kebijakan UKT (Uang Kuliah Tunggal). Aksi turun ke jalan yang dilakukan mahasiswa tersebut terjadi karena adanya kepentingan yang sama. Suara USU salah satu pers mahasiswa melakukan liputan dan pembahasan pada tabloidnya.

d. transmission of values (penyebaran nilai-nilai)

Fungsi ini disebut juga dengan socialization (sosialisasi). Sosialisasi mengacu pada cara, di mana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Media massa memperlihatkan bagaimana cara masyarakat bertindak dan apa yang mereka harapkan. Sosialisasi yang dilakukan oleh BKKBN mengenai Keluarga Berencana (KB) mengajak masyarakat Indonesia untuk merencanakan masa depan anak yang lebih cerah dengan memiliki dua orang anak.

e. entertainment(hiburan)

Fungsi lain dari komunikasi massa adalah hiburan. Melalui berbagai program siaran yang disajikan media massa, khalayak dapat memperoleh hiburan yang ia kehendaki. Misalnya di radio USUKom FM, para pendengar dapat mendengarkan lagu-lagu favorit mereka pada program siaran Request Time dengan mention di akun Twitter @UsukomFM.

(37)

Umpan balik (feedback) adalah informasi yang dikirimkan kembali kepada sumbernya, oleh karena itu memiliki arti yang sangat penting yang akan menentukan kontinuitas serta keberhasilan komunikasi tersebut (Purba, dkk, 2010: 44). Umpan balik yang terjadi dalam proses komunikasi massa (Elvinaro, 2004: 45-47) meliputi:

a. internal feedback merupakan umpan balik yang diterima oleh komunikator bukan dari komunikan, akan tetapi datang dari pesan itu atau dari komunikator itu sendiri,

b. external feedback adalah umpan balik yang diterima oleh komunikator dari komunikan, dapat bersifat langsung dan tertunda,

c. representative feedback merupakan wakil (sampel) untuk mengukur

umpan balik dari komunikan. Walaupun komunikan yang ditanggapi hanya satu atau dua, namun hal tersebut dianggap dapat mewakili,

d. cumulative feedback adalah umpan balik yang datang kepada komunikator, dihimpun dahulu dan tidak segera diubah dalam pesan berikutnya, karena adanya pertimbangan dari komunikator,

e. quantitative feedback adalah umpan balik yang datang, pada umumnya

dikukur dengan jumlahnya (kuantitas), dan

f. institutionalized feedback adalah umpan balik yang terlembagakan, artinya umpan balik yang diupayakan oleh lembaga, dilakukan dengan mendatangi langsung khalayak untuk mengumpulkan pendapatnya, kemudian dianalisis oleh lembaga yang bersangkutan.

II.1.2.5 Efek Komunikasi Massa

Donald K. Robert (Elvinaro, 2004: 48) mengungkapkan bahwa sebagian orang beranggapan bahwa “efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa”. Oleh karena itu pesan menjadi fokus utama dan efek harus harus berkaitan dengan pesan yang akan disampaikan media massa. Sementara itu, Steven M. Chaffee melihat efek media massa dari tiga pendekatan:

(38)

b. pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku (kognitif, afektif dan behavioral), dan

c. pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa.

II.1.3 Teori Uses and Gratification

Littlejohn mengatakan bahwa “teori penggunaan dan kepuasan” atau uses and gratification theory merupakan salah satu teori yang paling populer dalam studi media massa (Littlejohn, 2005: 286). Uses and gratification menjadi teori yang berpengaruh dalam penelitian media. Teori yang dikemukakan oleh Elihu Katz, Jay G. Blumler, dan Michael Gurevitch pada tahun 1974 ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan audiens menyebabkan audiens mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda yang disebabkan berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda di antara audiens (Morrisan, 2013: 508).

Teori uses and gratification menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran yang aktif dalam memilih dan menggunakan media. Pengguna media menjadi bagian yang aktif dalam proses komunikasi yang terjadi serta berorientasi pada tujuannya dalam media yang digunakannya. Teori ini memfokuskan perhatian pada audiens sebagai konsumen dari media massa, bukan pada pesan yang disampaikan. Audiens dinilai mengetahui serta bertanggung jawab terhadap pilihan media yang dapat memenuhi kebutuhan mereka tersebut.

“Compared with classical effect studies, the uses and gratifications approach takes the media consumer rather than the messages as its starting point, and explores his communication behavior in terms of his direct experience with the media. It views the member of the audience as actively utilizing media content, rather than being passively acted upon by the media. Thus, it does not assume a direct relationship between messages and effects, but postulated instead that members of the audience put messages to use, and that such ussages act as intervening variables in the process effects”(Katz, Blumler & Gurevitch,1974).

(39)

1 Basic needs

3 Society including media structures

2 Individual characteristics including

(10) Psychological set-up, social position qand life history 9

dari penelitian tersebut adalah: “Mengapa orang menggunakan media dan untuk apa mereka menggunakannya?” (McQuail, 1983).

Dalam proses komunikasi massa, teori uses and gratification

menempatkan fungsi menghubungkan gratifikasi kebutuhan dan pilihan media jelas di sisi khalayak. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat mempengaruhi media apa yang mereka pilih, bagaimana mereka menggunakan media tertentu dan apa gratifikasi yang media berikan kepada mereka. Pendekatan teori ini juga mengatakan bahwa media bersaing dengan sumber informasi lain untuk mendapat kepuasan kebutuhan audiens(Katz, Blumler & Gurevitch,1974). Model paradigma Rosengrenakan menjawab pertanyaan “mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi” (Surip, 2011: 210).

Gambar 2.2 Paradigma Uses and Gratification Rosengren

Sumber: Surip, 2011: 211

(40)

empat sampai sembilan lebih menekankan pada proses intra-individual. Butir-butir tersebut semuanya saling berkaitan satu sama lainnya (Surip, 2011: 211).

Perkembangan teori uses and gratification media dibedakan dalam tiga fase (Rosengren, 1993), yaitu:

a. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.

b. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola–pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.

c. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan.

Pada awalnya menurut Blumler, teori ini ditujukan untuk penelitian media yang berbasis kepada media dan komunikasi massa. Akan tetapi di masa kini, Pedersen & Ling (2003) menjelaskanbahwa teori ini juga telah digunakan untuk meneliti penggunaan internet (Flanagin dan Metzer pada tahun 2001), ponsel (Ozcan dan Kocak, 2003), blog (Li, 2005), world wide web (Kaye dan Johnson, 2002), dan sebagainya (Baran & Davis, 2009).

Menurut Blumler dan Katz beberapa asumsi mendasar dari uses and gratification (Fiske, 2005)adalah sebagai berikut:

a. Khalayak itu aktif. Khalayak bukanlah penerima yang pasif atas apa pun yang media siarkan. Khalayak memilih dan menggunakan isi program,

b. Para anggota khalayak secara bebas menyeleksi media dan program-programnya yang terbaik yang bisa mereka gunakan untuk memuaskan kebutuhannya,

(41)

d. Orang bisa atau dibuat bisa menyadari kepentingan dan motifnya dalam kasus-kasus tertentu, dan

e. Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa harus dicegah. Misalnya, tidaklah relevan untuk menyatakan program-program

infotainment itu sampah, bila ternyata ditonton oleh sekian juta penonton. Blumler dan Katz (Surip, 2011: 205) memberikan asumsi-asumsi dasar teori uses and gratification sebagai berikut:

a. Khalayak dianggap aktif; artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan,

b. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan kepuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak,

c. Media massa harus saling bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan,

d. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak; artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu, dan

e. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Rosengren kemudian melakukan pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam kategori identifikasi dan temuan-temuannya (Baran & Davis, 2009), sebagai berikut:

a. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media

(42)

mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.

b. Pendekatan nilai pengharapan

Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok uses and gratification media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.

c. Aktivitas audiens

Levy dan Windahl menyusun tipologi aktivitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi:

- Orientasi audiens: selektivitas, keterlibatan dan kegunaan. - Schedule aktivitas: sebelum, selama, dan sesudah terpaan.

Katz, Gurevitch, dan Haas dalam penelitian tentang penggunaan media, menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi yang dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor, yaitu struktur media dan teknologi, isi media, konsumsi media, aktivitas non media, dan persepsi terhadap gratifikasi yang diperoleh.

d. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh

Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi (Gratification Sought/GS) yaitu kepuasan yang dicari dan diinginkan individu ketika mengkonsumsi suatu media dan pemerolehan gratifikasi (Gratification Obtained/GO) yaitu kepuasan nyata yang dirasakan seseorang setelah mengkonsumsi media tertentu.

(43)

pemisahan antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut:

- GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain.

- Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi.

- Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari GO.

- GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi media dan efek.

Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan, pemilihan program dependensi media, kepercayaan dan evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media.

e. Gratifikasi dan konsumsi media

Penelitian mengenai hubungan antara gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:

- Studi tipologis mengenai gratifikasi media.

- Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.

Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.

f. Gratifikasi dan efek yang diperoleh

(44)

Beberapa motif kebutuhan yang menyebabkan khalayak menggunakan media menurut McQuail adalah information (kebutuhan akan informasi dari lingkungan sekitar), personal identity (kebutuhan untuk menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang), integration and social interaction

(dorongan untuk menggunakan media dalam rangka melanggengkan hubungan dengan individu lain)dan entertainment (kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan dan menghibur diri(Miller, 2002: 244)

Tabel 2.1 Typology of Gratifications Sought and Obtained from the Media

Gratification Category Examples

InformationFinding out about relevance events and conditions in

immediate surroundings, society, and the world

Seeking advice on practical matters or opinions and decisions choices

Satisfying curiosity and general interest Learning, self-education

Gaining a sense of security through knowledge

Personal IdentityFinding reinforcement for personal values Finding models of behavior

Identifying with valued others (in the media) Gaining insight into one’s self

Integration and Social

Interaction

Gaining insight into circumstances of others: social empathy Identifying with others and gaining a sense of belonging Finding a basis for conversation and social interaction Having a substitute for real-life companionship

Enabling one to connect with family, friends, and society

EntertainmentEscaping or being diverted from problems

Relaxing

(45)

Gaining emotional release

Experiencing sexual arousal

Sumber: McQuail (Miller, 2002: 244)

Menurut Kim & Rubin, proses internal yang dialami oleh seorang khalayak dalam mencari gratifikasi (kepuasan) dari media adalah sebagai berikut (Miller, 2002: 244-245):

a. Seorang khalayak akan melakukan proses seleksi (selectivity). Gratifikasi yang diinginkannya akan disesuaikan dengan media yang akan digunakannya. Seseorang yang ingin beristirahat setelah lelah bekerja seharian, tentu akan memilih mendengarkan musik video ketimbang melihat dialog atau debat di televisi yang memerlukan perhatian dan konsentrasi lebih.

b. Selanjutnya yang dilakukan adalah proses memperhatikan (attention). Pada proses ini, individu khalayak akan mengalokasikan usaha kognitifnya untuk mengkonsumsi media. Seorang yang instruktur senam tentu akan lebih teliti dalam membaca tabloid Aerobik, ketimbang seseorang yang sekedar membaca untuk mengisi waktu luang.

c. Proses terakhir adalah proses keterlibatan (involvement). Pada proses ini seorang khalayak akan terlibat lebih dalam secara personal dengan media tersebut, bahkan juga memiliki “hubungan spesial” dengan karakter media tersebut. Proses ini seringkali juga disebut sebagai “para-social interaction”. Misalnya, para penonton sepak bola level maniak, biasanya akan mampu merasakan ketegangan permainan meski hanya menonton dari layar televisi.

KlasifikasiMcQuailtentangalasan umumorang-orang memanfaatkan media adalah (Baran & Davis, 2009) sebagai berikut:

a. Informasi

- mencari tahu tentangperistiwadan kondisi yang relevandilingkungan sekitarnya, mengenai masyarakat dan dunia

(46)

- memuaskanrasa ingin tahu danminatumum - belajar;pendidikan

- memperolehrasa amanmelalui pengetahuan b. Identitaspribadi

- menemukanpenguatannilai-nilaipribadi - menemukanmodel perilaku

- menghargai dan dihargai orang lain - mendapatkanwawasan tentangdiri sendiri

c. Integrasi danInteraksiSosial

- mendapatkanwawasan tentangkeadaanorang lain;empatisosial - mengenali orang lain dan mendapatkanrasa saling memiliki - menentukan basis untukpercakapandan interaksi sosial

- memilikihubungan persahabatan selain di kehidupan nyata (misalnya di jejaring sosial kita dapat berteman dengan siapa saja dan berhubungan dengan mereka)

- melaksanakanperan sosial

- memungkinkanseseorang untuk berhubungandengan keluarga, temandan masyarakat

d. Hiburan

- melarikan atau mengalihkan diri dari masalah - santai

- mendapatkankenikmatanbudaya atauestetika - mengisi waktu.

Selain beberapa kegunaan dan alasan untuk menggunakan media tersebut.Katz, Blumler dan Gurevitch juga menjelaskan situasi sosial yang membuat seorang pengguna membutuhkan media (Baran & Davis, 2009: 241-242).

(47)

b. Situasi sosial dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk terus mencari informasi yang ditawarkan pada media.

c. Situasi sosial dapat membatasi peluang untuk berinteraksi di dunia nyata, di situlah media dapat berfungsi sebagai suplemen atau bahkan menggantikan kehidupan nyata tersebut.

d. Situasi sosial sering kali melahirkan nilai-nilai sosial tertentu. Pemenuhan kepuasan dari nilai-nilai tersebut dapat difasilitasi oleh konsumsi media tertentu. Situasi sosial dapat membuat pengguna semakin akrab dengan media. Kedekatan pengguna dengan media beserta isinya, dimaksudkan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam kelompok-kelompok tertentu.

Katz, Gurevitch, dan Haas (1973) memandang media massa sebagai suatu alat yang digunakan oleh individu-individu untuk berhubungan (atau memutuskan hubungan) dengan yang lain. Para peneliti tersebut membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil dari literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori (Severin, 2011: 357):

a. kebutuhan kognitif – memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman,

b. kebutuhan afektif – emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis, c. kebutuhan integratif personal – memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri,

stabilitas, dan status,

d. kebutuhan integratif sosial – mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan sebagainya, dan

e. kebutuhan pelepasan ketegangan – pelarian dan pengalihan.

Adapun kebutuhan yang mungkin membantu yang dipenuhi oleh komunikasi massa, interpersonal, dibantu komputer yang dikembangkan oleh Perse dan Courtright (1991), yang didasarkan pada karya sebelumnya yang ditulis oleh Greenberg (1974) adalah sebagai berikut (Severin, 2011: 358):

a. untuk bersantai, b. untuk dihibur,

c. untuk melupakan pekerjaan atau hal-hal lain, d. untuk melakukan sesuatu bersama teman-teman,

(48)

g. supaya merasa senang, h. supaya tidak kesepian, i. untuk memenuhi kebiasaan,

j. agar orang lain tahu bahwa saya peduli akan perasaan mereka, dan k. untuk mengajak seseorang melakukan sesuatu demi saya.

Gambar 2.3 Cara Beroperasi Teori Uses and Gratification

Sumber: Surip, 2011: 214

Dari bagan tersebut, dijelaskan bahwa kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan.Kebutuhan afektif, berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.Kebutuhan pribadi secara integratif berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual.Kebutuhan sosial secara

Lingkungan 3. Terpaan media 4. Konteks sosial

(49)

integratif berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Dan kebutuhan pelepasan berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman (Surip, 2011: 214).

Untuk menjelaskan cara kerja teori Uses and Gratification, dapat dilihat dari formula Schramm dan Porter (Surip, 2011: 213) berikut ini.

������������

�������������������=�������������������

Nurrudin (2004) menjelaskan, imbalan diatas artinya adalah imbalan yang diterima saat itu juga atau imbalan yang tertunda, yang memenuhi kebutuhan khalayak.Upaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan itu sangat bergantung pada tersedia atau tidaknya media dan kemudahan memanfaatkannya. Sehingga bila kita membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu (Surip, 2011: 213). Teori Uses and Gratificationkemudian dapat divisualisasikan dengan tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Visualisasi Teori Uses and Gratification

Anteseden Motif Penggunaan Media Efek

Variabel Individual Kognitif Hubungan Kepuasan Variabel Lingkungan Diversi Macam isi Pengetahuan

Personal identity Hubungan dengan isi Dependensi

Sumber: Rakhmat, 2002

Variabel antaseden terbagi menjadi dua dimensi yaitu: a. Variabel individual

Dimensi ini menyajikan informasi perihal data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan.

b. Variabel lingkungan

Dimensi pada variabel lingkungan terdiri atas data mengenai organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.

(50)

a. Kognitif, menyajikan infromasi perihal data kebutuhan akan informasi dan

surveillance atau eksplorasi realitas.

b. Diversi, menyajikan perihal data kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

c. Personal identity, menyajikan perihal data tentang bagaimana penggunaan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.

d. Integrasi dan interaksi sosial menyajikan perihal data tentang hubungan interaksi yang dibangun khalayak dengan lingkungan sosialnya.

Variabel-variabel dalam penggunaan media adalah sebagai berikut:

a. Hubungan, menyajikan perihal hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. b. Jenis isi media, menyajikan jenis media yang dipergunakan.

c. Jumlah waktu, menyajikan jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan media.

Variabel efek dibagi menjadi tiga, yakni: a. Kepuasan

Dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan.

b. Pengetahuan

Dimensi ini menyajikan perihal persoalan tertentu dan berkaitan dengan berbagai informasi.

c. Dependensi media

Dimensi ini menyajikan informasi perihal ketergantungan responden pada media dan isi media untuk kebutuhannya.

Berbicara tentang pemenuhan kebutuhan dan kepuasan, Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow (Surip, 2011: 214) menyatakan berikut adalah tingkatan kebutuhan manusia.

a. Kebutuhan fisiologis (physiological needs): kebutuhan tingkat pertama dan utama bagi manusia untuk mempertahankan hidupnya.

Gambar

Gambar 2.2 Paradigma Uses and Gratification Rosengren
Tabel 2.1 Typology of Gratifications Sought and Obtained from the Media
Gambar 2.3 Cara Beroperasi Teori Uses and Gratification
Tabel 2.2 Visualisasi Teori Uses and Gratification
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apa yang bisa disimpulkan dari hasil pada bagian ini adalah meskipun para pelajar menyukai semua cara pembelajaran yang telah ditentukan dalam kajian ini, mereka secara rangking

thitung 12,155 > F1abet3,128, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti hipotesis altematif yang diajukan diterima semua variabel independen yakni motivasi dan

Rata-rata hasil belajar siswa ( posttest ) pada kelas IV, yakni ketika diberiperlakuan berupa penggunaan Media Pembelajaran Gambar Grafis adalah 82,80 sedangkan sebelum

Abstrak : Peningkatan hasil belajar biologi peserta didik melalui model pembelajaran berbasis masalah di kelas X SMAN 1 Sungkai Barat.Penelitian ini bertujuan

Roemah Martha Tilaar. Data berupa uraian tentang penerapan Feng Shui pada tata ruang rumah bergaya Indische Empire di paviliun utama Roemah Martha Tilaar. Hasil

Sedangkan pada gambar 3 pantai dikelompokkan pada zona berbahaya, karena pada zona tersebut terdapat 7 pola rip current, dan di lapangan dibuktikan dengan adanya

Berdasarkan hasil penetapan calon anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Belitung Timur Tahun 2020, bersama ini