INVENTARISASI JENIS TANAMAN MPTS
(
Multy Purpose Tree Species
) DI DAERAH TANGKAPAN AIR
DANAU TOBA PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH:
SAMUEL RAYA MARPAUNG 111201121/BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
INVENTARISASI JENIS TANAMAN MPTS
(
Multy Purpose Tree Species
) DI DAERAH TANGKAPAN AIR
DANAU TOBA PROVINSI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
OLEH:
SAMUEL RAYA MARPAUNG 111201121/BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Inventarisasi Jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree
Species) Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba Provinsi
Sumatera Utara
Nama : Samuel Raya Marpaung
NIM : 111201121
Program studi : Kehutanan
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Afifuddin Dalimunthe, SP, MP Dr. Ir. Budi Utomo, SP, MP
Ketua Anggota
Mengetahui
Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Ketua Program Studi Kehutanan
i
ABSTRAK
SAMUEL RAYA MARPAUNG. Inventarisasi Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Dibawah bimbingan akademik AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman MPTS, teknik silvilkltur, manfaat tanaman, peranan tanaman MPTSdan persepsi masyarakat jika tanaman MPTS dijadikan tanaman rehabilitasi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek Provinsi Sumatera Utara, selama 4 bulan dimulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2014. Objek penelitian adalah jenis-jenis tanaman MPTS yang terdapat di DTA Danau Toba. Pengumpulan data sekunder, data primer, identifikasi tanaman MPTS, dan studi pustaka, wawancara serta pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis tanaman MPTS yang tumbuh di DTA Danau Toba. Keberadaan tanaman MPTS sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba baik secara ekologi maupun ekonomi. Masyarakat menyetujui jika tanaman MPTS dijadikan sebagai tanaman rehabilitasi.
ii
ABSTRACT
SAMUEL RAYA MARPAUNG. Plant Inventory of Multy Purpose Tree Species (MPTS) in catchment area of Toba Lake. Under academic supervision of AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.
This research aims to determine the types of MPTS, silvicultural techniques, plant benefit, the role of plant MPTS and peoples perception if the plant MPTS used as plant rehabilitation. This research was conducted in Haranggaol Subdistric and Merek Subdistric at North Sumatera Province during four month from September until December. The objective of research is MPTS plant species be found in the catchment area Toba Lake. The data collection of secondary data, primary data, MPTS plant identification, literature reviews, interviews and direct observation in the field. The results research that be found 10 species of MPTS plant in the catchment area Toba Lake. MPTS is very beneficial for the people living in the Toba Lake catchment area both ecologically and economically. Peoples approved if the plant MPTS used as plant rehabilitation.
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
SAMUEL RAYA MARPAUNG Dilahirkan di Porsea tanggal 10 Sebtember
1993 dari ayah Alamat Marpaung dan ibu Sartina Sinurat. Penulis merupakan anak ke
lima dari lima bersaudara.
Tahun 2005 penulis lulus dari SDN 176373 Porsea, tahun 2008 dari SMP
Negeri 1 porsea selanjutnya pada tahun 2011 penulis lulus dari SMK Negeri 1
Lumban Julu dan pada tahun 2011 penulis diterima di Universitas Sumatera Utara
melaluijalur UMB. Penulis memilih Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian
USU.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kampus.
Pada tahun 2011 hingga 2014 penulis bergabung dengan Himpunan Mahasisa Sylva
(Himas) sebagai anggota tetap di Universitas Sumatera Utara. Selain itu penulis juga
melaksanakan kegiatan akademik diluar lingkungan kampus, antara lain
melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya
(TAHURA) Tongkoh, Brastagi pada tahun 2013, melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di HTI PT. Adindo Hutani Lestari di Kalimantan Utara pada tahun
2015. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan penelitian di Kabupaten Simalungun
Kecamatan Haranggaol dan Kabupaten Karo Kecamatan Merek Provinsi Sumatera
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis meneliti
tentang “Inventarisasi Jenis Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) di Daerah
Tangkapan Air Danau Toba Provinsi Sumatera Utara”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui jenis-jenis tanaman MPTS yang terdapat disekitar DTA Danau
Toba. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada banyak pihak
yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Komisi pembimbing menulis yaitu Afifuddin Dalimunthe, SP, MP. Sebagai
ketua komisi pembimbing dan Dr. Budi Utomo Sp, MP. Sebagai anggota
komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan selama
penelitian hingga penulisan hasil penelitian ini selesai.
2. Ayah Alamat Marpaung dan ibu Sartina Sinurat dan keluarga yaitu: Mery
Novelina Marpaung, Lodewik Marpaung, Verawati Marpaung, dan Novia
Marpaung yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Posma Agustinus, Frits Melky, Frans Sipayung, Ricky Gea, Candra p, Gideon
Purba, Julianto Hadi, Daud Situmorang, Adelina Sitompul, Purnama Sagala,
Melia Sinaga dan seluruh teman-teman di Program Studi Kehutanan yang
telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis berharap sikripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……….…….…… i
ABSTRACT ……….……….…..ii
RIWAYAT HIDUP……….………….……. iii
KATA PENGANTAR……….………..…… iv
DAFTAR ISI……….……….….………v
DAFTAR TABEL……….……... vii
DAFTAR GAMBAR……….…….. viii
PENDAHULUAN
MPTS (Multy Purpose Tree Species)………...………. 4
Jenis-Jenis Tanaman MPTS……….……… 4
Keadaaan Umum Danau Toba……….11
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu………... 15
Bahan dan Alat………... 15
Metode penelitian………16
Pengumpulan Data……….. 16
Analisis Data………... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Peta Penyebaran Tanaman MPTS……….. 19
Jenis Tanaman MPTS Yang Ditemukan………. 21
Teknik Silvikultur Tanaman MPTS………... 22
Kendala Yang Menghambat Pertumbuhan Tanaman MPTS……….…. 23
Potensi Produktivitas Tanaman MPTS……….…….. 26
Manfaat Tanaman MPTS……….…... 27
Peran Tanaman MPTS Terhadapa Ekonomi Masyarakyat………….……… 29
vi KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan……… ……… 32 Saran……… ……….. 32
vii
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Jumlah Jenis Keragaman MPTS ……….……. 16
2 Pengambilan Jumlah Sampel dari Suatu Populasi………….……….….…. 17
3 Jumlah Jenis Tanaman MPTS yang Ditemukan di DTA Danau Toba...….. 21
4 Persentase Teknik Silvikultur Tanaman MPTS di DTA Danau Toba…... 22
5 Persentase Kendala Yang Menghambat Pertumbuhan Tanaman MPTSdi DTA Danau Toba……….……… 24
6. Potensi Produksi Tanaman MPTS Berdasarkan Jenis di DTA Danau
Toba..……….…………... 26
7. Persentase Manfaat Tanaman MPTS di DTA Danau Toba…….……….… 28
8. Peran Tanaman MPTS Terhadap Ekonomi Masyarakyat di DTA Danau Toba……….………. 29
viii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Peta Lokasi penelitian………...……… 15
2 Peta Sebaran MPTS di DTA Danau Toba Kecamatan. Haranggaol.……... 19
3 Peta Sebaran MPTS di DTA Danau Toba Kecamatan. Merek…….…... 20
4. Tanaman Mangga yang Rusak Akibat Pengaruh Angin Kencang ……….. 24
5. Penanggulangan Hama dengan Zat Kimia………... 25
i
ABSTRAK
SAMUEL RAYA MARPAUNG. Inventarisasi Tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) Di Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Dibawah bimbingan akademik AFIFUDDIN DALIMUNTHE dan BUDI UTOMO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tanaman MPTS, teknik silvilkltur, manfaat tanaman, peranan tanaman MPTSdan persepsi masyarakat jika tanaman MPTS dijadikan tanaman rehabilitasi. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek Provinsi Sumatera Utara, selama 4 bulan dimulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2014. Objek penelitian adalah jenis-jenis tanaman MPTS yang terdapat di DTA Danau Toba. Pengumpulan data sekunder, data primer, identifikasi tanaman MPTS, dan studi pustaka, wawancara serta pengamatan langsung dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis tanaman MPTS yang tumbuh di DTA Danau Toba. Keberadaan tanaman MPTS sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba baik secara ekologi maupun ekonomi. Masyarakat menyetujui jika tanaman MPTS dijadikan sebagai tanaman rehabilitasi.
ii
ABSTRACT
SAMUEL RAYA MARPAUNG. Plant Inventory of Multy Purpose Tree Species (MPTS) in catchment area of Toba Lake. Under academic supervision of AFIFUDDIN DALIMUNTHE and BUDI UTOMO.
This research aims to determine the types of MPTS, silvicultural techniques, plant benefit, the role of plant MPTS and peoples perception if the plant MPTS used as plant rehabilitation. This research was conducted in Haranggaol Subdistric and Merek Subdistric at North Sumatera Province during four month from September until December. The objective of research is MPTS plant species be found in the catchment area Toba Lake. The data collection of secondary data, primary data, MPTS plant identification, literature reviews, interviews and direct observation in the field. The results research that be found 10 species of MPTS plant in the catchment area Toba Lake. MPTS is very beneficial for the people living in the Toba Lake catchment area both ecologically and economically. Peoples approved if the plant MPTS used as plant rehabilitation.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan Danau Toba beserta sumber daya alam dan ekosistemnya
merupakan kekayaan alam yang perlu dilestarikan untuk menunjang pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi kepentingan Nasional dan
Daerah. Pada kenyataannya saat ini, mutu lingkungan kawasan danau toba semakin
menurun sebagai akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta
akibat kegiatan yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan
(LTEMP, 2006).
Saat ini kawasan DTA Danau Toba mengalami kerusakan lingkungan yang
cukup besar terutama sebagai akibat dari berbagai aktivitas masyarakat sekitarnya.
Diperkirakan DTA Danau Toba telah kehilangan lebih dari 16.000 ha kawasan hutan.
Penyebab utamanya adalah konversi hutan secara ilegal menjadi lahan pertanian.
Degradasi lingkungan DTA Danau Toba tidak saja mengancam kelestarian Danau
Toba tetapi juga penghidupan masyarakat, baik masyarakat sekitar Danau Toba
maupun seluruh Provinsi Sumatera Utara (Sanudin dan Sundawati 2009).
Masyarakat sekitar kawasan danau toba pada umumnya memiliki pekerjaaan
sebagai petani dan nelayan, tetapi seiring berkurangnya hasil nelayan sebagian
masyarakat mulai beralih dengan bertani,halini yang menyebabkan rusaknya
lingkungan karena masnyarakat tidak memiliki keahlian/kemampuan khusus dalam
bertani hanya menggunakan cara tradisional, meskipun demikian tak sedikit
2
Purpose Tree Species) di DTA Danau Toba, karena ditanam secara turun-temurun dimulai dari nenek moyang mereka sejak jaman dahulu.
Jenis-jenis tanaman MPTS di suatu daerah biasanya lebih unggul dalam
beberapa hal dibanding jenis tanaman berkayu dengan manfaat tunggal baik jenis
endemik maupun eksotis. Keunggulan tersebut antara lain berasal dari habitat aslinya,
telah teruji dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya, bernilai melestarikan
keanekaragaman hayati, dan secara finansial bernilai ekonomis yang tinggi serta
disukai oleh masyarakat. Sehingga jenis-jenis pohon ini akan lebih prospektif
memberikan peluang bagi keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis jika
ditawarkan sebagai jenis-jenis pohon yang digunakan untuk rehabilitasi. Untuk itulah
perlu dilakukan kegiatan inventarisasi kekayaan jenis-jenis pohon bermanfaat ganda
(Jenis-Jenis MPTS / Multy Purpose Tree species ) Di DTA Danau Toba.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman MPTS (MultyPurpose Tree
Species)yang tumbuh dilingkungan Daerah Tangkapan Air Danau Toba, Provinsi
Sumatera Utara.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang jenis-jenis
tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species) yang berada di daerah tangkapan air
Danau Toba, sehingga tanaman serba guna ini dapatdirekomendasikan dalam
3
TINJAUAN PUSTAKA
Inventarisasi
Inventarisasi hutan dilaksanakan guna mengetahui modal kekayaan alam yang
berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan perencanaan
pembangunan proyek-proyek kehutanan secara nasional dan menyeluruh. Penetapan
fungsi hutan dibagi menjadi empat fungsi hutan, yaitu Hutan Lindung, Hutan
Produksi, Hutan Suaka Alam dan Hutan Wisata (Pamulardi, 1995).
Secara umum, inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan
penyusunan data dan fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan
pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan
serbaguna. Secara umum inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui kondisi
biofisik lapangan serta kondisi sosial ekonomi dari areal kawasan hutan yang
diinventarisasi (Arief, 2001).
Daerah DTA Danau Toba yang dekat dengan danau sebagian besar tanahnya
berbatu-batu dan dulunya merupakan penghasil bawang merah yang berkualitas baik,
tetapi sejak dua tahun belakangan ini tanaman bawang merah tidak dapat diusahakan
lagi karena adanya serangan penyakit yang belum dapat ditanggulangi sampai saat
ini. Sebagai penggantinya masyarakat mulai mengusahakan tanaman buah-buahan
seperti mangga, alpukat dan kemiri. Yang menjadi masalah adalah adanya angin
kencang pada bulan Mei dan Juni akan menggugurkan bunga tanaman yang berbunga
4
maka masyarakat mengharapkan agar para peneliti mencarikan cara merubah musim
berbunga tanaman buah-buahan ke bulan-bulan yang tidak ada angin kencangnya
(Ginting dan Simanihuruk, 2004).
MPTS ( Multy Purpose Tree Species)
Multipurpose Tree Species (MPTS) adalah sistem pengelolaan lahan dimana
berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk menghasilkan kayu, akan
tetapi juga daun-daunan dan buah-buahan yang dapat digunakan sebagai bahan
makanan ataupun pakan ternak (Suyanto at all, 2009).
Jenis tanaman serbaguna (multi purpose tree species/MPTS) adalah jenis
tanaman yang menghasilkan kayu dan bukan kayu (getah, buah, daun, bunga, serat,
pakan ternak, dan sebagainya) (Permenhut, 2012).
Jenis Jenis Tanaman MPTS ( Multy Purpose Tree Species)
Nawirat all (2008) menyatakan bahwa jenis-jenis tanaman serba guna
(MPTS) yang paling umum ditanam oleh masyarakyat adalah durian (Durio
zibethinus), rambutan (Nephelium lappaceum), alpukat (Persea americana), nangka (Artocarpus heterophyllus), mangga (Mangifera indica),kemiri (Aleurites
moluccana), sirsak(Annona muricata), Petai (Parkia Speciosa), cengkeh (Syzygium
aromaticum), jambu air (Eugenia Jambos), jambu biji (Psidium guajava) dan lain sebagainya.
1. Durian (Durio zibethinus)
Buah berbau menyengat ini memiliki peluang pasar yang sangat bagus
5
ke-tahunnya tidak pernah jenuh bahkan cenderung naik. Manfaat buah durian, antara
lain pohonnya dapat dimanfaatkan sebagai pencegah erosi dilahan miring. batangnya,
baik untuk kayu perkakas, bahan bangunan dan bahan kayu lapis. Bijinya, memiliki
kandungan pati sangattinggi, sehingga berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan
pangan. Sementara kulitnya, dapat dipakai untuk bahan abu gosok dan campuran
media tanaman dalam pot, baik tanaman indoor maupun bunga-bungaan.
Tanaman durian paling menyukai tempat subur, tanahnya gembur dan tidak
bercadas, kedalamam air tanah tidak lebih dari 1 m, pH tanah antara 6–7 dengan pH
6,5 sebagai pH optimum. Hal ini karena pH 6,5 tersebut dapat mudah sekali
menetralkan kandungan N, P dan K. Pohon durian dapat tumbuh bagus pada tempat
berketinggian 200–600 mdpl dengan suhu rata-rata 20–30 derajat celcius. Proses
fisiologis tanaman, membutuhkan energi yang diambil dari sinar matahari
berintensitas 45%–50%. Sementara curah hujan maksimal 3.000–5.000 mm/tahun
dan minimal 1.500–3.000 mm/tahun ( Jumali, 2010).
2. Rambutan (Nephelium lappaceum)
Di Indonesia, tanaman rambutan tumbuh menyebar di dataran rendah sampai
ketinggian 600 mdpl. Namun demikian hasil yang baik akan diperoleh pada
lahan-lahan berketinggian 0–250 mdpl, bercurah hujan antar 1.500–2.500 mm/tahun dan
merata sepanjang tahun. Semakin basah suatu daerah, semakin baik pula kualitas
pertumbuhan dan pembuahannya.
Pada prinsipnya, rambutan dapat tumbuh di segala tipe tanah. Namun agar
pertumbuhannya maksimal, tanamlah rambutan di tanah yang subur, gembur serta
6
pada keadaan air tanah yang dangkal dan menggenang. Kedalamam air tanah yang
ideal untuk tanaman ini adalah 100–150 cm dari permukaan tanah (Baga,1994).
3. Alpukat (Persea americana)
Varietas alpukat yang dikehendaki adalah yang mempunyai sifat-sifat :
pohonnya pendek, kekar dengan percabangan mendatar dan tahan terhadap
perubahan keadaan lingkungan, tahan terhadap penyakit busuk akar yang disebabkan
oleh pytophora sp dan antraknosa, daya hasil tinggi dan stabil serta tahan
penyimpanan dan pengangkutan. Alpukat, dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi (sampai 2.000 mdpl) dengan ketinggian optimum 200–1.000 mdpl.
Suhu yang diperlukannya 15 sampai 30 derajat celcius dengan curah hujan rata-rata
setiap tahunnya 1.500–3.000 mm berkelembaban udara 50%–80%. Tipe iklim yang
cocok adalah iklim basah sampai dengan agak kering.Tanaman alpukat, toleran
terhadap naungan, sehingga cocok ditanam di lahan pekarangan rumah yang teduh.
Aplukat tidak cocok untuk tanah yang tandus. Tanah yang baik untuk
pertumbuhannya yaitu yang banyak mengandung bahan organik, airase dan drainase
baik, pH 5,5–6,5, berjenis alluvial, latosol, podzolik merah kuning, grumusol,
andosol, dan mediteran merah kuning (Karina, 2012).
4. Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari India dan
menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia.Hampir semua bagian tanaman ini
sangat bermanfaat. Akarnya sebagai obat diare, kayunya bagus untuk perkakas,
7
matang, selain dapat langsung dikonsumsi dengan rasanya yang manis dan baunya
yang wangi, juga bisa diolah menjadi aneka makanan, dari mulai dodol hingga kripik.
Tanaman nangka dapat tumbuh subur dan berproduksi dengan baik di daerah
beriklim tropik/panas pada areal 700 mdpl. Tanaman ini membutuhkan temperatur
minimal antara 16 hingga 21 derajat celcius dan maksimum 31 hingga 32 derajat
celcius. Curah hujan yang dibutuhkannya 1.500 hingga 2.400 mm/tahun dengan
kelembaban udara (RH) 50%–80 %. Untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi
yang optimal, pohon nangka membutuhkan tanah liat berpasir, subur, gembur banyak
bahan organik, airase dan drainase baik, pH 5 hingga 7,5, serta kedalaman air tanah
antara 1–200 cm dari permukaan tanah. Jenis tanah andosol, latosol dan podsolik
merah kuning sangat cocok untuk tanam bergetah lengket ini. Tanaman ini bisa
diperbanyak dengan cara generatif maupun vegetatif(Rukmana, 2007).
5. Mangga (Mangifera indica)
Mangga bukan tanaman asli dari indonesia. Walaupun begitu
masyarakatsudah menganggap mangga sebagai salah satu tanaman buah-buahan asli
Indonesia. Di Indonesia mangga tumbuh baik didaerah dataran rendah yang beriklim
panas, tapi juga ditanam sampai dataran tinggi yang beriklim sedang.
Mangga tumbuh berupa pohon berbatang tegak,bercabang banyak dan
bertajuk rindang dan hijau sepanjang tahun. Tinggi pohon dewasa bisa mencapai 10–
40 meter. Umur pohon bisa mencapai 100 tahun lebih.Morfologi pohon mangga
terdiri atas akar,batang, daun dan bunga.Bunga menghasilkan buah dan biji (pelok),
8
Mangga dapat tumbuh dengan baik didataran rendah ataupun dataran tinggi,
daerah panasatau dingin, daerah yang sedikit hujan atau banyak hujan. Temperatur
dan curah hujan tertentu sangat berpengaruh terhadap produktivitas mangga.Mangga
masih dapat hidup dengan sehat pada temperatur 4–10 ºC. Namun kondisi ini bukan
temperatur yang baik untuk pertumbuhan dan produksi.Temperatur pertumbuhan
optimum untuk mangga berkisar antara 24–27 ºC. Pada kondisi ini pertumbuhan
mangga sangat baik untuk produktivitasnya. Didaerah tropis mangga dapat tumbuh
sampai daerah pegunungan sekitar 1.3000 m dpl. Hasil terbaik, mangga ditanam
didataran rendah samapai pada ketinggian 500 m dpl. Pembungaan mangga
dipengaruhi ketinggian tanah dari permukaan laut. Setiap naik 130 m, waktu
pembungaan mangga akan tertunda 4 hari. Hal ini seperti letak pohon pada lintang
utara atau selatan didaerah tropis. Setiap tambah satu derajat ke selatan atau ke utara
waktu pembungaan manga akan di tunda 4 hari (Pracaya, 2004).
6. Kemiri (Aleurites molucana)
Tanaman kemiri termasuk suku Euphorbiaceae. Pohon kemiri yangtumbuh
secara alami atau di budidayakan pada ketinggian 150–1000 meter diatas permukaan
laut dapat mencapai ketinggian 40 meter.Tanaman kemiri merupakan tanaman
industri, sebab produk yang dihasilkan dapat dipakai untuk bahan berbagai barang
industri.kayunya dapat dipakai untuk bahan berbagai barang industri. Kayunya yang
ringan dapat digunakan untuk bahan pembuat perabot (peralatan) rumah tangga atau
bahan industri lain seperti batang korek api dan kotak korek api. Batang kemiri juga
9
Pohon kemiri dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah
berpasir di pantai. Tetapi tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanah-tanah
podsolik yang kurang subur sampai yang subur pada tanah-tanah latosol. Pohon
kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0–800 meter diatas
permukaan laut walaupun dibeberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketinggian
sampai 1.200 meter diatas permukaan laut. Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan
yang berkonfigurasi datar, bergelombang dan bertebing-tebing yang curam.Ditinjau
dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri daapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim
kering dan daerah-daerah yang beriklim basah. Dengan demikian tanaman kemiri
dapat tumbuh di daerah-daerah yang memiliki curah hujan 1.500–2.400 mm
pertahundan pada suhu 20–27 ºC.(Sunanto, 1994).
7. Sirsak(Annona muricata)
Tanaman sirsak termasuk tanaman tahunan yang dapat tumbuh danberbuah
sepanjang tahun, apabila air tanah mencukupi selamapertumbuhannya. Di Indonesia
tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baikmulai dari daratan rendah beriklim kering
sampai daerah basah denganketinggian 1.000 meter dari permukaan laut (Muaris,
2008).
8. Petai (Parkia Speciosa)
Tanaman petai berupa pohon dengan ketinggian antara 5–25 m dan
membentuk percabangan yang banyak. Daun menyirip ganda. Karangan bunga
berbentuk bongkol yang terkulai dengan tangkai yang panjang, bunga yang masih
muda dan belum mekar bewarna hijau. Setelah dewasa dan terlihat benang sari dan
10
besar, buah berbentuk polong panjang dan pipih. Biji tesusun rapi dalam polong yang
menggantung di pohon dan pada setiap polong terdapat 10–18 biji . Setiap biji
diselaputi kulit tipis bewarna putih pada saat biji masih muda dan selaput tersebut
akan menjadi bewarna kuning pada saat biji sudah tua. Biji petai yang masih muda
agak lunak dan setelah tua menjadi lebih keras. Tanaman ini banyak tumbuh di
daerah-daerah yang mempunyai musim kemarau yang tidak terlalu ekstrem (Sunanto,1992).
9. Cengkeh (Syzygium aromaticum)
Cengkeh adalah tanaman perkebunan yang dapat mencapai ketinggian hingga
20 meter. Yang diambil dari tanaman cengkeh adalah bunganya, dan bunga cengkeh
berkelompok mulai tiga hingga sepuluh tangkai, di mana setiap tangkai berisi tiga
kuntum bunga
Tanaman cengkeh dapat tumbuh dan berproduksi optimal memerlukan
persyaratan lingkungan tumbuh yang spesifik. Faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap tanaman cengkeh antara lain iklim, tinggi tempat dan jenis tanah. Curah
hujan yang optimal untuk perkembangan tanaman cengkeh adalah 1500–2500
mm/tahun atau 2.500–3.500 mm/tahun dengan bulan kering kurang dari 2 bulan.
Intensitas penyinaran matahari 61–60 % dan suhu udara 22–28 °C serta tidak ada
angin kencang sepanjang tahun yang dapat menyebabkan cabang-cabang tanaman
patah. Tanaman cengkeh dapat ditanam pada ketinggian 0-900m diatas permukaan
laut (dpl). Makin tinggi tempat, produksi bunga makin rendah, namun pertumbuhan
makin subur. Ketinggian tempat yang optimal untuk pembungaan tanaman cengkeh
11
10.Jambu air (Eugenia aquea)
Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia
dan pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih terkonsentrasi sebagai tanaman
pekarangan untuk konsumsi keluarga. Buah Jambu air tidak hanya sekedar manis
menyegarkan, tetapi memiliki keragaman dalam penampilan Tanaman jambu air
mempunyai daya adaptasi yang cukupbesar di lingkungan tropis dari dataran rendah
sampai tinggi yangmencapai 1.000 m dpl
(Cahyono 2009).
11.Jambu biji (Psidium guajava)
Jambu biji atau bahasa latinnya merupakan jenis tanaman perdu dengan
cabang yang banyak. Tinggi pohon ini rata-rata sekitar 10–12 meter. Tanaman ini
berasal dari Amerika Tengah yang dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini sekitar 1.200 meter dari
permukaan laut. Daunnya berbentuk bulat telur, kasar, dan kusam. Bunganya relatif
kecil dan berwarna putih. Besar buahnya sangat bervariasi, berisi banyak biji
kecil-kecil dan ada juga yang tidak mempunyai biji yang biasa disebut dengan jambu sukun
(Waluyo, 2008).
Keadaan Umum Danau Toba
LIPI (2010) menyatakan profil Danau Toba adalah sebagai berikut:
Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi) tektonik
vulkanis yang dasysat pada zaman Pleiopleistosen. Kaldera raksasa ini mempunyai
12
Panjang 87 km, lebar 27–31 km
Luas 1.100 km²
Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat
adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut) . Luas daerah aliran sungai
Asahan (DAS Asahan) adalah ± 4000 km² dan 90% dari luas DAS ini adalah kawasan
Danau Toba sendiri sebagai daerah tangkapan air (catchment area) yang dibatasi oleh
pegunungan terjal, kecuali di daerah antara Porsea dan Balige terdapat daerah
dataran. Di tengah-tengah danau terdaapt pulau Samosir dengan panjang 45 km, lebar
19 km dan luas 640 km². Kedalaman air Danau Toba berkisar 400–600 meter dan
bagian terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460 meter) dan disamping Tao Silalahi
yang relatif memiliki area yang luas (± 445 meter).
Letak Geografi
Secara geografis Kawasan Danau Toba terletak di pegunungan Bukit. Danau
Toba terletak di Pulau Sumatera 176 Km arah Selatan Kota Medan, merupakan
danau terbesar di Indonesia dan di Asia Tenggara. Permukaan danau berada pada
ketinggian 903 meter dpl, dan Daerah Tangkapan Air (DTA) 1.981 meter dpl. Luas
Perairan Danau Toba yaitu 1.130 Km² dengan kedalaman maksimal danau 529 meter.
Total luas Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba lebih kurang 4.311,58 Km².
Iklim
DTA Danau Toba termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan  E2.
Dengan demikian bulan basah (Curah Hujan 200 mm/bulan) berturut-turut pada
kawasan ini bervariasi antara dari 3 bulan sampai dengan 7–9 bulan, sedangkan bulan
13
klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Ferguson maka DTA Danau Toba ini termasuk
ke dalam tipe iklim A,B dan C.
Curah Hujan
Curah hujan tahunan yang terdapat di kawasan Daerah Tangkapan Air Danau
Toba berkisar antara 1.700 sampai dengan 2.400 mm/tahun. Sedangkan puncak
musim hujan terjadi pada bulan Nopember hingga Desember dengan curah hujan
antara 190–320 mm/bulan dan puncak musim kemarau terjadi selama bulanJuni-Juli
dengan curah hujan berkisar 54–151 mm/bulan.
Suhu dan Kelembaban Udara
Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi dibandingkan
dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar
antara 79%–95%. Pada bulan-bulan musim kemarau kelembaban udara cenderung
agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulanan di
daerah tangkapan air Danau Toba ini berkisar antara 74 - 88 mm/bulan.
Topografi dan Tata Guna Lahan
Kondisi topografi DTA Danau Toba didominasi oleh perbukitan dan
pegunungan, dengan kelerengan lapangan terdiri dari datar dengan kemiringan(0%–
8%) seluas 703,39 Km², landai (8%–15%) seluas 791,32 Km², agak curam (15–25%)
seluas 620,64 Km², curam (25–45%)seluas 426,69 Km², sangat curam sampai dengan
terjal (>45%) seluas 43,96 Km².Eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA
Danau Toba terdiri dari hutan alam, hutan rapat, hutan tanaman, hutan jarang dan
kebun campuran, semak belukar, resam, tanaman semusim, persawahan dan lahan
14 Kecamatan Haranggaol
Kecamatan Haranggaol memiliki luas areal wilayah 371,70 Km².Kecamatan
Haranggaol dulunya merupakan sebuah desa yang bernama tingga langgiung namun
karena pertumbuhan masyarakat yang terus meningkat maka desa ini dimekarkan
menjadi sebuah kecamatan. adapun batas-batas wilayah Haranggaol adalah
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Purba
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siimakuta
Sebelah Selatan berbatasan dengan Danau Toba
Kecamatan Haranggaol mempunyai 11 desa dan jumlah rumah tangga
sebanyak 3.096 rumah tangga dan mata pencaharian masyarakatnya adalah Tambak
ikan dan berkebun (BPS, 2012).
Kecamatan Merek
Kecamatan Merek mempunyai areal seluas 125,51 Km² dan berada pada
1.192 meter di atas permukaan laut. Wilayah Kecamatan Merek berbatasan dengan:
Tiga Panah di sebelah Utara,
Kabupaten Dairi di sebelah Selatan,
Kecamatan Juhar di sebelah Barat, dan
Kabupaten Simalungun di sebelah Timur.
Kecamatan Merek mempunyai 19 desa dan jumlah rumah tangga sebanyakn
4.660 rumah tangga. Mata pencaharian masyarakatnya adalah menanampalawija dan
15
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Simalungun dan
Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Di Kabupaten Simalungun berlokasi di
Kecamatan Haranggaol Horison dan Kabupaten Karo berlokasi di Kecamatan Merek
selama empat bulan pada bulan September – Desember 2014.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman MPTS (Multy
Purpose Tree Species), lokasi ditemukan tanaman MPTS pada masing–masing daerah
16
adalah peralatan survei seperti GPS. Peralatan lain yang digunakan adalah kamera
digital dan peralatan tulis.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode bel transect, hanya objek diamati dan
diambil datanya.Soegianto dalam Rani (2005) menyatakanMetode belt transect biasa
digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui
keadaan sebelumnya. Teknik ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan
keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat
memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai atau
menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Penelitian ini akan menginventarisasi
jenis-jenis tanaman MPTS (Multy Purpose Tree Species). Jumlah jenis-jenis MPTS di
Kecamatan Haranggaol Horison, Kecamatan Merek dihitung dan ditabulasikan dalam
bentuk tabel.
Tabel 1. Jumlah Jenis Tanaman MPTS
No Wilayah/ Kecamatan Jumlah Jenis
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Sekunder
a. Identifikasi Tanaman MPTS (Multi Purpose Tree Species)
17
2. Data Primer
a. Kuisioner
Merupakan suatu daftar pertanyaan yang ditujukan kepada para petani
pemilik tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penyebaran kuisioner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer
yang dibutuhkan dalam penelitian.
b. Wawancara
Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan
dengan penelitian untuk memperoleh data-data yang lebih akurat.
c. Pengamatan
Survei langsung dengan melihat jenis-jenis tanaman MPTS yang terdapat
di Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek.
Analisis Data
1. Data analisis jumlah dan jenis tanaman MPTS di Kecamatan Haranggaol
Horison dan Kecamatan Merek disajikan dalambentuk tabulasi.
2. Data hasil perhitungan jumlah tegakan tanaman MPTS dalam bentuk tabulasi
berdasarkan wilayah Kecamatan Haranggaol Horison dan Kecamatan Merek.
3. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yakni
pengambilan sampel dengan sengaja dipilih. Untuk menentukan ukuran
sampel maka digunakan metode kuantitatif, Krecjek dan Morgan dalam
Dantes(2012) menyarankan pengambilan sampel dari suatu populasi seperti
18
Tabel 2. Pengambilan Jumlah Sampel Dari Suatu Populasi
19
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 123 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 100000 384
Keterangan N = Jumlah Populasi S = Sampel
Berdasarkan data BPS (2012) jumlah rumah tanggakecamatan yang diuji
adalah kecamatan Haranggaol berjumlah 3.096 rumah tangga dankecamatan Merek
berjumlah 4.660 rumah tangga. Jika ditotal maka jumlah seluruh populasi yang akan
diuji adalah 7.756rumah tangga.jumlah sampel yang akan dijadikan sebagai
responden adalah 367 rumah tangga responden.
4. Potensi Produktivitas Tanaman MPTS
Untuk mengetahui potensi dari tanaman MPTS, terlebih dahulu dihitung
jumlah tanaman per hektar. Untuk memperkirakan jumlah batang perhektarnya, cara
yang umum dilakukan dalam bidang kehutanan adalah dengan membagi luas 1 Ha
dengan jarak tanam. Berdasarkan produksi dari masing-masing individu pohon, maka
dapat dihitung konversi produktivitas satu hektar dalam setahun (produksi/ha/tahun).
Jika diketahui harga setempat untuk setiap satuan produksinya, maka produksivitas
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta Sebaran Tanaman MPTS
Berdasarkan survei lapangan yang dilakukan pada DTA Danau Toba
ditemukan tegakan tanaman MPTS. Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilokasi
penelitian tanaman MPTS ini sudah ditanam oleh masyarakat secara turun temurun.
Gambar 2 merupakan peta sebaran MPTS yang tumbuh di Kecamatan Haranggaol.
Gambar 2. Peta Sebaran MPTS di DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol
Salah satu sumber utama perekonomian masyarakat di Kecamatan Haranggaol
adalah sektor pertanian. Sehingga tidak heran jika ditemukan jumlah tegakan MPTS
yang tinggi dilokasi ini. Namun dewasa ini masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Haranggaol mulai beralih pada usaha tambak ikan. Sehingga dilapangan banyak
21
Hasil survei lapangan yang dilakukan di DTA Danau Tobapada lokasi
Kecamatan Merek juga menemukan tanaman MPTS dengan jumlah tegakan yang
tinggi. Jika dibandingkan dengan Kecamatan Haranggaol, jumlah tegakan tanaman
MPTS yang terdapat di Kecamatan Merek lebih tinggi dengan jumlah tegakan MPTS
yang terdapat di Kacamatan Haranggaol. Secara umum hal ini dikarenakan jumlah
penduduk di Kecamatan Merek lebih banyak dari jumlah penduduk di Kecamatan
Harangaol. Peta sebaran MPTS di Kecamatan Merek seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta penyebaran MPTS di DTA Danau Toba Kecamatan Merek
Berdasarkan survei lapangan di Kecamatan Merek diperoleh jumlah dari
tanaman MPTS sangat banyak, hal ini karena secara umum penduduk yang tinggal di
kecamatan ini memiliki profesi sebagai petani. Jumlah tanaman MPTS paling banyak
22
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada dua kecamatan yaitu
Kecamatan Harangaol dan Kecamatan Merek, diperoleh bahwa masyarakat yang
tinggal di DTA Danau Toba sangat meyukai tanaman MPTS, karena selain dapat
memanfaatkan hasil buah masyarakat juga dapat memanfaatkan hasil kayu dari
tanaman ini. Jumlah tegakan tanaman MPTS yang paling tinggi terdapat pada
Kecamatan Merek, hal ini disebabkan sebagian besarmasyarakat yang tinggal di
Kecamatan Merek adalah petani dan hanya sebagian kecil yang memiliki pekerjaan
sebagai nelayan atau usaha tambak ikan sedangkan pada Kecamatan Haranggaol
masyarakatnya sebagain besar sudah beralih pada pekerjaan utama uasha tambak ikan
dan menjadikan pertanian sebagai pekerjaan sampingan.
Jenis Tanaman MPTS Yang Ditemukan
Berdasarkan hasil survei lapangan, berikut merupakan tabel jenis jenis
tanaman MPTS yang terdapat di DTA Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison
dan Kecamatan Merek.
Tabel 3. Jumlah dan Jenis Tanaman MPTS Yang Ditemukan di DTA Danau Toba
Kecamatan Nama Lokal Nama Latin Jumlah
23
Hasil pengamatan dan survei lapangan yang telah dilakukan diketahui bahwa
terdapat 10 jenis tanaman MPTS yang tumbuh di Kecamatan Haranggaol Horison
dan ada 9 jenis tanaman MPTS yang tumbuh di Kecamatan Merek. Di dua
kecamatan tersebut jenis tanaman MPTS paling banyak adalah Mangga dan jenis
terbanyak kedua adalah jenis tanaman Kemiri, hal ini dikarenakan kedua tanaman ini
tidak membutuhkan tempat tumbuh yang khusus, hal ini sesuai dengan pendapat
Pracaya (2004) yang menyatakan bahwa mangga dapat tumbuh dengan baik didataran
rendah ataupun dataran tinggi, daerah panasatau dingin, daerah yang sedikit hujan
atau banyak hujan.Sunanto (1994) menyatakan tanaman kemiri dapat juga tumbuh
pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur pada tanah-tanah
latosol.
Teknik Silvikultur Tanaman MPTS
Hasil pengamatan dilapangan dan analisa data kuisioner yang disebar pada
masyarakat tentang teknik silvikultur yang dilakukan pada tanaman MPTS oleh
24
Tabel 4. Persentase Teknik Silvikultur Tanaman MPTS di DTA Danau Toba
No Budidaya yang dipilih Jumlah Responden Persentase (%)
1 Stek akar 0 0
2 Stek pucuk 0 0
3 Pemindahan Anakan 315 85, 83
4 Cangkok 52 14, 17
Total 367 100
Berdasarkan data pada Tabel 4. Teknik silvikultur yang paling banyak
digunakan oleh manyarakat adalah dengan cara pemindahan anakan. Hal ini
disebabkan karena teknik ini merupakan cara yang sangat sederhana atau tidak
membutuhkan keahlian khusus dan teknik ini tidak membutuhkan dana. Namun
teknik ini memiliki kelemahan yaitu menghasilkan tanaman yang kurang baik, baik
dalam menghasilkan buah, maupun kualitas buah yang dihasilkan oleh tanaman
tersebut.
Wawancara terhadap responden, menunjukkan sebagian besar masyarakat
yang tinggal di DTA Danau Toba belum mengetahui atau mengenal budidaya
tanaman dengan teknik silvikultur stek akar dan stek pucuk.Adapun masyakat yang
melakukan teknik cangkok pada tanaman MPTS pada umumnya adalah masyarakat
pendatang. Tanaman cangkok hanya ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman
hias.
Sebagian besar tanaman MPTS yang ada di lokasi penelitian adalah tanaman
yang sudah berumur 30–50 tahun bahkan ada yang berumur lebih dari 100. Tanaman
25
banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui teknik silvikultur yang dilakukan
pada tanaman mereka sebelumnya. Pada umumnya tanaman MPTS memang
memiliki masa produktif yang panjang, tetapi jika umur dari suatu tanaman semakin
tua akan menghasilkan buah yang lebih kecil dan jumlah yang sedikit.
Kendala Yang Menghambat pertumbuhan Tanaman MPTS
Pertumbuhan tanaman MPTS di DTA Danau Toba bisa dikategorikan baik,
karena dapat dibuktikan dengan jumlahnya yang sangat banyak dan kondisi
pertumbuhan tanaman yang baik. Tetapi berdasarkan hasil survei dan pengamatan
dilapangan serta wawancara yang telah dilakukan kepada masyarakatmenunjukkan
adanya beberapa kendala yang sering menghambat pertumbuhan tanaman MPTS.
Tabel 4 memuat data persentasi kendala yang menghambat pertumbuhan tanaman
MPTS yang paling sering dialamai oleh masyarakat di DTA Danau Toba
Tabel 5. Persentase Kendala Yang Menghambat Pertumbuhan Tanaman MPTS di DTA Danau Toba
No Kendala Pertumbuhan Jumlah Responden Persentase (%)
1 Kesuburan Tanah 36 9,81
2 Iklim/Angin 189 51,50
3 Ketinggian 0 0
4 Hama Penyakit 142 38,69
Total 367 100
Iklim saat ini yang sulit ditebak menjadi kendala yang paling sering dialami
oleh masyarakat, karena iklim memiliki peranan penting dalam membantu
26
paling sering menjadi kendala adalah angin kencang.Pada umumnya dampak yang
paling sering merugikan terjadi pada tanaman mangga, adalah mulai dari menurunnya
produksi buah ataupun gagalnya proses pembungaan tanaman mangga, hal ini sesuai
dengan pendapat Pracaya (2004) yang menyatakan bahwa temperatur dan curah hujan
tertentu sangat berpengaruh terhadap produktivitas mangga.
Gambar 4. Tanaman mangga yang rusak akibat pengaruh angin kencang
Selain iklim kendala yang paling sering dialami oleh masyarakat adalah hama
penyakit. Hama yang paling sering menyerang tanaman MPTS yang terdapat di
lokasi penelitian adalah serangga/lalat buah (Bactoreca, sp). Serangga ini dapat
menyebabkan buah dari tanaman MPTS menjadi busuk, atau jatuh meskipun masih
muda. Pada umumnya masyarakat menggunakan zat kimia metil euganol yang
dicampur dengan lem, zat kimia ini di lengketkan pada botol bekas, maka serangga
27
Gambar 5. Penanggulangan Hama dengan Zat Kimia
Berdasarkan hasil survei lapangan, penyakit yang paling sering menyerang
tanaman MPTS yang terdapat di lokasi penelitian adalah busuk batang.Penyakit ini
mengakibatkan batangdari tanaman jadi membusuk dan mudah patah jika diterpa
angin. Masyarakat pemilik tanaman MPTS tidak melakukan penanggulangan jika
tanaman MPTS mereka sudah terserang penyakit, karena pada umumnya masyarakat
pada lokasi penelitian tidak mengetahui cara penanggulangan dan cara pencegahan
28
Gambar 6. Tanaman MPTS yang Terserang Penyakit
Potensi Produktivitas Tanaman MPTS
Tanaman jenis MPTS (Multi Purpose Tres Species) adalah jenis-jenis
tanaman yang dapat diambil manfaatnya, baik secara ekologi, ekonomi. Secara
ekonomi tanaman ini dapat menghasilkan kayu atau non kayu. Potensi ekonomi yang
diperoleh dari tanaman MPTS sangat menjanjikan jika ditanam dan dirawat dengan
baik.Produksinya tanaman ini tidak terbatas dan tidak hanya satu jenis hasil yang bisa
di produksi contonhya: selain buah, kayu atau daun juga dapat dirproduksi dari
tanaman MPTS ini. Hasil perhitungan potensi produksi tanaman MPTS di DTA
29
Tabel 6. Potensi Produksi Tanaman MPTSBerdasarkan Jenis Tanaman di DTA Danau Toba
Berdasarkan data Tabel 6. Potensi tanaman MPTS paling tinggi adalah
cengkeh dikuti oleh mangga, kemiri, jambu biji dan jambu air. Tanaman cengkeh
merupakan tanaman MPTS yang memiliki potensi tinggi, tetapi dilokasi penelitian
hanya beberapa tegakan saja yang ditemukan. Hal ini disebabkan tanaman cengkeh
sangat mudah terserang penyakit, tanaman ini membutuhkan tempat tumbuh yang
khusus atau memiliki kriteria tertentu dan tanaman ini juga tidak dianjurkan di areal
yang sering diterpa angin.
Setelah tanaman cengkeh tanaman MPTS yang paling memiliki potensi
tertinggi adalah mangga dan kemiri. Hal ini menyebakan kedua tanaman menjadi
30
Kecamatan Merek. Karena selain tanaman ini mudah tumbuh dan membutuhkan
syarat tumbuh tidak yang rumit, tanaman ini memiliki potensi produksi yang tinggi.
Manfaat Tanaman MPTS
Jenis-jenis bermanfaat ganda (Multi Purpose) adalah jenis-jenis yang dapat
diambil manfaatnya bagi manusia, baik berupa hasil kayu maupun non kayu. Selain
hasil non kayu seperti: getah, buah, kulit, dan daun. Tetapi juga setelah jenis tersebut
mencapai tua dan hasil non kayunya sudah berkurang atau terhenti, maka pohonnya
dapat ditebang untuk diambil manfaat kayunya yang laku di pasaran.
Analisa kuisioner dan wawancara terhadap para responden menunjukkan
sebagian besar masyarakat masih terfokus terhadap pemanfaatan buah saja.
Sementara dari tanaman MPTS ini masih banyak yang bisa dimanfaatkan seperti
getah, daun dan lain sebagainya. Tabel 7 merupakan persentasi manfaat tanaman
MPTS.
Tabel 7.Persentase Manfaat Tanaman MPTS di DTA Danau Toba
No Manfaat Tanaman MPTS Jumlah Responden Persentase (%)
1 Pemanfaatan Buah 283 77,11
2 Obat-obatan 17 4,63
3 Pemanfaatan kayu 28 7,63
4 Tanaman naungan 39 10,63
Total 367 100
Berdasarkan data Tabel7. Pemanfaatan tanaman MPTS yang paling banyak
dipilih oleh responden adalah pemanfaatan buah yang dipilih oleh 283 responden
31
dimiliki oleh masyarakat di lokasi penelitian adalah tanaman buah yaitu mangga dan
kemiri.Masyarakat pada umumnya hanya memanfaatkan buah dari tanaman MPTS,
sedangkan bagian-bagian yang lain dari tanaman ini masih jarang dimanfaatkan. Hal
ini disebabkan kurangnya pengalaman atau pengetahuan masyarakat dalam
memaksimalkan manfaat dari tanaman MPTS.
Buah dari semua jenis tanaman MPTS pada umunya adalah makanan cepat
saji seperti: mangga, durian, alpukat, sirsak dll, oleh karena itu buah dari tanaman ini
tidak akan bisa tahan lama atau akan cepat membusuk. Contohnya buah mangga,
apabila saat pemanenan buahnya jatuh langsung ketanah (terbentur), maka akan
langsung pecah dan jika buahnya terlalu lama dijual akan busuk juga.
Sistem jual hasil tanaman MPTS adalah borongan, yaitu pembeli akan
langsung datang kelokasi panen, untuk memanen langsung buahnya. Harga
ditentukan saat negosiasi dengan pembeli dan biasanya masyarakat pemilik tanaman
MPTS ini hanya menerima hasil bersih karena biaya pemanenan ditanggung oleh
pembeli. Pemanenan buah tanaman MPTS pada umumya dilakukan dengan cara
memanjat. Buah yang sulitdijangkau akan menggunakan pengait (galah).
Peran Tanaman MPTS Terhadap Ekonomi Masyarakyat
Tanaman MPTS merupakan tanaman yang sewaktu-waktu dapat
menghasilkan uang baik dari kayu atau buah. Dilokasi penelitian masyarakat lokal
mayoritas memiliki dua jenis pekerjaan yaitu nelayan dan petani. Dari hasil survei
lapangan dan analisis kuisoner menujunkan tanaman MPTS ini membantu ekonomi
masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap manfaat secara ekonomi dari tanaman
32
Tabel 8. Peran Tanaman MPTS Terhadap Ekonomi Masyarakyat di DTA Danau Toba
No MPTS Membantu Perekonomian Jumlah Responden Persentase (%)
1 Sangat Membantu 71 19,35
2 Membantu 247 67,30
3 Biasa Saja 18 4,90
4 Tidak 31 8,45
Total 367 100
Dari data Tabel 8. Dapat disimpulkan bahwa tanaman MPTS memiliki
peranan yang penting bagi perekonomian masyarakat, meskipun kebanyakan jenis
tanaman MPTS ini adalah tanaman musiman. Tetapi jika sedang panen raya hasilnya
cukup membantu kebutuhan sehari hari, baik untuk dikomsumsi maupun dijual untuk
menghasilkan uang. Masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba pada umunya
menjadikan bidang pertanian sebagai sumber ekonomi utama, tetapi ada juga
masyarakat yang menjadikan pertanian sebagai pekerjaan sampingan yaitu
masyarakat bekerja sebagai nelayan atau usaha tambak ikan.
Berdasarkan hasil survey ada beberapa masyarakat yang menganggap biasa
saja dan tidak ada manfaat ekonomi dari tanaman MPTS ini. Hal inidisebabkan
tanaman yang mereka miliki hanya sebagai tanaman hias saja yang ditanam di
pekarangan rumah.Jika pada musim panen, buahnya hanya untuk dikomsumsi
sehari-hari atau tidak dijual. Hal ini terjadi karena ada sebagian masyarakat yang tidak
memiliki lahan untuk berladang kecuali pekarangan rumah dan pada umumnya
33
Masyarakat yang berada di lokasi penelitian pada umumnya memiliki dua
jenis pekerjaanada sebagai nelayan dan petani. Masyarakat yang berprofesi sebagai
nelayan ada juga yang memiliki tanaman MPTS sebagai usaha sampingan.Karena
meskipun hasil dari satu pohon sedikit, jika dikumpulkan akan jadi besar. Jenis pohon
tersebut antara lain tanaman kemiri.Tanaman jenis MPTS ini pada umumnya tidak
mengenal musim atau selalu berbuah sepanjang tahun. Hal inilah salah satu yang
menyebabkan tanaman ini disukai masyarakat.
Tanaman MPTS Dijadikan Tanaman Rehabilitasi
Kondisi DTA Danau Toba saat ini dapat dikatakan kritis,karena tingginya
perambahan kayu secara ilegal di daerah ini. Selain itu kegiatan rehabilitasi yang
dilakukan oleh pemerintah atau organisasi lingkungan tertentu tidak berhasil, baik
akibat tanaman yang gagal tumbuh maupun masyarakat lokal yang kurang
mendukung. Hasil survei dan analisis kuisioner menunjukkan respon masyarakat jika
tanaman MPTS ini dijadikan sebagai tanaman rehabilitasi sebagaimana disajikan
pada Tabel 9.
Tabel 9. Tanaman MPTS Dijadikan Tanaman Rehabilitasi di DTA Danau Toba
No MPTS Sebagai Tanaman Rehabilitasi Jumlah Responden Persentase (%)
1 Ya 127 34,60
2 Sangat Mendukung 198 53,95
3 Biasa saja 18 4,91
4 Tidak 24 6,54
34
Pada Tabel 9 menunjukkan 198responden dengan persentase 53,95% memilih
sangat mendukung jika tanaman MPTS dijadikan tanaman rehabilitasi, hal
inidikarenakan masyarakat sudah merasakan dampak dari gundulnya DTA Danau
Toba, salah satunya adalah menurunnya permukaan Danau Toba. Meskipun demikian
ada juga beberapa responden yang memilih biasa saja dan tidak mendukung. Hal ini
karena adanya masyarakat yang beranggapan bahwa kegiatan rehabilitasi dengan
tanaman MPTS sangat tidak mungkin terjadi.
Dilokasi penelitian sudah dilakukan beberapa kali kegiatan rehabilitasi lahan,
tetapi hasilnya yang kurang memuaskan atau bisa dikatakan gagal, ini disebabkan
tingkat kepedulian masyarakat terhadap rehabilitasi sangat rendah, karena pola
pemikiran masyarakat beranggapan bahwa rehabilitasi/reboisasi yang dilakukan tidak
memiliki manfaat untuk mereka.Tidak dilibatkanya masyarakat dalam kegitan
rehabilitasi tersebut, juga menjadi penyebab kegagalan dan hal inilah yang
mengakibatkan tidak berhasilnya kegiatan rehabilitasi di DTA Danau Toba.
Untuk mengatasi pola pikir masyarakat di lokasi penelitian yang masih
memiliki pemikiran yang primitif maka perlu dilakukan penyuluhan atau sosialisai.
Sehingga tanaman MPTS ini dapat direkomendasikan menjadi tanaman rehabilitasi
supaya masyarakat berpartisipasi dan mau merawat tanaman yang
ditanam.Masyarakat akan tahu bahwa tanaman MPTS ini akan sangat berguna bagi
masyarakat, baik membantu secara ekonomi maupun secara ekologi. Karena selain
dapat mengembalikan hutan di DTA Danau Toba yang sudah gundul rehabilasi
dengan tanaman ini juga akan membantu perekonomian masyarakat yang tinggal di
35
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jumlah jenis tanaman MPTS yang tumbuh di DTA Danau Toba ada 10 Jenis
yaitu Mangga,Kemiri, Durian, Alpukat, Sirsak, Cengkeh, Nangka, Jambu
Klutuk, Jambu Air dan Petai.
2. Tanaman MPTS membantu perekonomian masyarakat yang tinggal di DTA
Danau Toba.
3. Masyarakat yang tinggal di DTA Danau Toba sangat mendukung bila
tanaman MPTS dijadikan sebagai tanaman rehabilitasi.
Saran
Perlu dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat yang tinggal di DTA Danau
Toba, tentang teknik bertani yang baik, dan manfaat yang dapat diambil dari tanaman
36
DAFTAR PUSTAKA
Sunanto, H. 1994. Budidaya Kemiri Komoditas Agraris, A. 1993. Bagaimana
Menanam Cengkeh. Kanisius. Yogyakarta.
Arief. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Jakarta.
Baga, B. 1994. Budidaya Rambutan Varietas Unggul. Kanisius. Yogyakarta.
Lake Toba Ecosystem Management Plant (LTEMP). 2006. Pedoman Pengelolaan
Ekosistem Kawasan Danau Toba. Badan Koordinasi Ekosistem Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Medan.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Kependudukan Kecamatan Merek. Diakses dari
[10 Maret 2015]
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Kependudukan Kecamatan Haranggaol Horison. Diakses dar 2015]
Cahyono, B. 2009. Sukses Budidaya Jambu Air Diperkarangan dan Diperkebunan. Andi Publisher.Yogyakarta
Ginting dan Simanihuruk, M . 2004. Pendekatan Dalam Perencanaan Konservasi Lingkungan Di DTA Danau Toba. Volume 3 (3): 147-156
Dantes. 2012. Metode Penelitian. Andi. Yogyakarta.
Jumali. 2010. Pedoman Budidaya Tanaman Durian. Penyuluh Kehutanan Kabupaten Sleman.
Karina, A. 2012. Alpukad. Stomata. Jakarta.
Kartasubrata. 1991. Pengelolaan Hutan Dengan Tanaman Multi Fungsi.
Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia. 2012. Tentang Pedoman Teknis Kebun Bibit Rakyat.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2010. Diakses Dari
37
Pamulardi. 1995. Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Pracaya. 2004. Bertanam Mangga. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya
Muaris, H. 2008. Buah Sirsak. Mata Elang Bandung.
Nawir, Dkk. 2008. Rehabilitasi Hutan Indonesia Dengan Tanaman Serba Guna. Dinas Pertanian Semarang.
Rani. 2005. Metode Pengukuran Dan Analisis Pola Spasial (Dispersi) Bentuk Organisme. Makasar
Rukmana, R. 2007. Budidaya nangka. Kanisius. Yogyakarta.
Sanudin dan Sundawati. 2009. Analisis Pemangku Kepentingan dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Daerah Tangkapan Air Danau Toba. Volume. XV, (3): 102–108
Sianturi,T. 2004. Degradasi Danau Toba. Sumatera Utara.
Ekspor. Kanisius.Yogyakarta.
Sunanto, H. 1992. Budidaya Peta Dan Aspek Ekonominya. Kanisius Yogyakarta
Suyanto, Hafizianur, Nugroho Y. 2009. Inventarisasi Jenis-Jenis Pohon Bermanfaat Ganda Unggulan Lokal (MPTS) Berdasarkan Kondisi Ekologisnya. Hutan Tropis. 26 : 110.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 10. Tanaman Durian Gambar 11. Tanaman Alpukad
Gambar 14. Tanaman Nangka Gambar 15. Tanaman Jambu Biji
Gambar 16. Tanaman Jambu Air Gambar 17. Tanaman Pete