• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA ASAP KAYU BAKAR SEBAGAI BAHAN BAKAR TERHADAP SINDROM MATA KERING (SMK) atau DRY EYE SYNDROME PADA IBU RUMAH TANGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA ASAP KAYU BAKAR SEBAGAI BAHAN BAKAR TERHADAP SINDROM MATA KERING (SMK) atau DRY EYE SYNDROME PADA IBU RUMAH TANGGA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA ASAP KAYU BAKAR SEBAGAI BAHAN BAKAR TERHADAP

SINDROM MATA KERING (SMK) atau DRY EYE SYNDROME

PADA IBU RUMAH TANGGA

Oleh : I Shanty Choirina

09020102

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

KARYA TULIS AKHIR

HUBUNGAN ANTARA ASAP KAYU BAKAR SEBAGAI BAHAN BAKAR TERHADAP

SINDROM MATA KERING (SMK) atau DRY EYE SYNDROME

PADA IBU RUMAH TANGGA

Diajukan kepada

Universitas Muhammadiyah Malang

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Pendidikan Dokter

Oleh :

I SHANTY CHOIRINA

09020102

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2014

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh

Segala puji bagi Alloh SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat serta salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya. Syukur Alhamdulillah, penulis telah berhasil menyelesaikan proposal karya tulis akhir ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dan membimbing saya selama menempuh pendidikan dan juga selama menyelesaikan tugas ini, khususnya saya tujukan kepada:

1. dr. Irma Suswati, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian tugas akhir ini.

2. Para Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.

3. dr. Yuliono Trika Nur Hasan, Sp.M selaku pembimbing 1 yang selama ini dengan penuh kesabaran dan ketekunan telah membimbing dan mengarahkan saya dalam mengerjakan halaman demi halaman karya tulis ini hingga selesai. 4. Dr. Maryam Abdullah selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu,

membimbing dan mengarahkan saya agar terus semangat untuk cepat menyelesaikan karya tulis ini.

(6)

5. dr.Feny Tunjungsari selaku dosen penguji yang berkenan meluangkan waktu untuk menguji, membimbing dan mengoreksi serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini.

Saya harap tugas akhir ini dapat menjadi sumbangan ilmu kepada masyarakat luas. Dengan kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun..

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 12 Desember 2014

Penulis

(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR SINGKATAN ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1Bahan Bakar Rumah Tangga ………...…... 6

2.1.1 Kayu Bakar ... 10

2.1.1 Efek Pembakaran Kayu Bakar Terhadap Kesehatan ... 14

2.2 Anatomi Mata ... 16

2.2.1 Konjungtiva ... 17

2.2.2 Kelenjar Lakrimalis ... 19

2.2.2.1 Sistem Sekresi lakrimalis ……… 23

2.2.2.1 Sistem ekskresi lakrimalis ………...… 23

2.3 Sindroma mata kering (SMK) atau dry eye syndrome…..… 25

(10)

2.3.1 Definisi sindrom mata kering atau dry eye syndrome

... 25

2.3.2. Etiologi dry eye syndrome …….………...……….… 27

2.3.3. Gejala Klinis ………...…….… 28

2.3.4. Diagnosis Differential …….………....… 28

2.3.5 Pemeriksaan Penunjang Dry Eye Syndrome ...…. 28

2.3.6 Penatalaksanaan Dry Eye Syndrome ………..….…. 31

2.3.7 Patofisiologi Kayu Bakar Menyebabkan Timbulnya Dry Eye Syndrome ………..…...… 33

2.4 Kerangka Teori ………...… 40

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Gambar arang kayu ………..……….... 6

2. Gambar 2.2 Gambar ibu rumah tangga yang memasak menggunakan kayu bakar ………...…...…………... 7

3. Gambar 2.3 Gambar kondisi dapur dengan pemakaian kayu bakar sebagai bahan bakar ………. 9

4. Gambar 2.4 Gambar sekam padi yang digunakan sebagai bahan bakar ……….… 12

5. Gambar 2.5 Gambar daun kering yang dapat dibakar untuk digunakan sebagai bahan bakar ………..…. 12

6. Gambar 2.6 Gambar briket arang yang dapat dibakar dan digunakan sebagai bahan bakar ………..……...………….…. 13

7. Gambar 2.7 Gambar tabung gas elpiji 12 kilogram berwarna biru dan tabung warna kuning dengan isi 3 kilogram ...………..…. 14

8. Gambar 2.8 Bagian-bagian dari konjungtiva yang tampak dari depan ………. 18

9. Gambar 2.9 Gambar Anatomi Kelenjar Lakrimalis dan Kandungan Air Mata …..………. 21

10. Gambar 2.10 Gambar Anatomi Aparatus Lakrimal Mata dan Saluran Ekskresi Air Mata ………... 22

11. Gambar 2.11 Gambar Anatomi Lapisan Air Mata …..……….…. 25

12. Gambar 2.12 Gambar Etiologi Dry Eye Syndrome ……...…. 27

13. Gambar 2.13 Gambar Uji Schirmer ……….…. 30

(12)

14. Gambar 2.14 Gambar Pemulasan Rose Bengal……….…...…………. 31 15. Gambar 2.15 Gambar efek umpan balik yang terjadi di saraf otak akibat

proses inflamasi di mata ……….…. 37 16. Gambar 2.16 Gambar siklus mekanisme lingkaran setan tentang

timbulnya dry eye sindrome…...………..… 38

[image:12.595.141.510.251.583.2]
(13)

DAFTAR SINGKATAN

CO : Carbon monoksida CO2 : Carbon Dioksida

ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut COPD : Cronic Pulmonary Disease LPG : Liquid Petroleum Gases

PAH : Polycityc Aromatic Hidrocarbon ROS : Reactive Ovygen Species

MMP : Matrix Metaloproteinase SMK : Sindroma Mata Kering SWT : Subhanahu Wata’ala

WHO : World Health Organisation

(14)

46

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanti, 2006, Kewajiban Berumah Tangga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp 23-34.

Susenas , Data Sensus Penelitian res 2001 tim 817 susenas, In: Penggunaan Bahan Bakar Rumah Tangga di Indonesia, 2009, pp 1-23

Departemen Kesehatan Republik Indonesia , 2005, Pemakaian Kayu Bakar dan Arang serta Prevalensi Merokok di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Available from: www. depkes.go.id/biomassa/media/TheBiomassaSourceBook/co.1march.ino_S BI.mar14.pdf. (diakses 24 Oktober 2014).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Available from:www.kesehatan.kebumenkab.go.id /data/lapriskesdas.pdf, (diakses tanggal 8 Februari 2014).

Gondhowiardjo T, Simanjuntak W, Konversi Fisis Biomass. 2011. The Asian Biomass Handbook, CV. Ondo, Jakarta , pp 92-100

Ilyas, Sidharta, 2009, Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata , Edisi ke-3, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp 502

Ilyas S, Mailangkay H.B., Taim H, 2002, Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke-2, Sagung Seto, Jakarta, pp 144-209

Jamilatun, Siti, 2008, sifat-sifat Penyalaan dan Pembakaran Briket Biomass, Briket Batubara dan Arang Kayu, Jurnal Rekayasa Proses Volume 2 Nomor 2, pp 37-40.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, No 1473/Menkes/SK/X/2005, Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan untuk Mencapai Vision 2010, Jakarta: 2005.

Klein,B.,Klein, R., 2007, Lifestyle Exposure and Eye Diseases in Adults, Am J Ophtalmol, pp 961-969.

Lubor, Kainsa, 2014, Bahaya Penggunaan Kayu Bakar, Jurnal Teknologi Terapan Volume 56 Nomor 2, pp 1-10.

Kasnodihardjo, 2007, ISPAdan Polusi Udara di Indonesia. Jakarta : Penerbit PT.Grasindo, pp 2-25.

(15)

47

Sulaiman, Nasrudin, 2009, Dapur dan Alat-Alat Memasak Tradisional Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Jakarta, pp 5-19

Wijaya, Teuku, 2010, Teknologi Tepat Guna Membuat Biogas, Edisi ke-1, Balai Industri Biogas, Bandung, pp 1-19

T.H. Tan Donald et all, Pterigium, Clinical Ophtalmology-An Asian Perspective , Chapter 3.2, Saunders Elvesier, Singapore, 2005, pp 207-214

Vaughan, Asbhury, 2009, Oftalmology Umum. Edisi 17, Alih bahasa Pendit, Brachm. Editor Bahasa Indonesia Susanto, Diana, Jakarta: EGC.

Waller G.Stephen, Adams P Antony, Pterigium. Duane’s Clinical Ophtalmology Chapter 35, Vol:36: Revised Edition. Lippincot William dan Wilkins, 2004, pp 1-10

Wijaya N, 1993, Ilmu Penyakit Mata, Edisi rev, cet ke-16, Abadi Tegal, Jakarta Waller G.Stephen, Adams P Antony, Pterigium. Duane’s Clinical Ophtalmology

Chapter 35, Vol:36: Revised Edition. Lippincot William dan Wilkins, 2004, pp 1-10

Wijaya N, 1993, Ilmu Penyakit Mata, Edisi rev, cet ke-16, Abadi Tegal, Jakarta Akmal, 2009, Penggunaan Bahan Bakar Rumah Tangga di Indonesia, American

Academy of Ophtalmology, Basic and Clinical Science Course, section 8, External Disease and Cornea, 2009, pp 344 & 405

Coroneo M.T., Digerolamo N, Wakefield D, 2012, The Pathogenesis of Pterygium, curr Opin Ophthalmol; 10(4): 282-8 [Medline].

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Konsumsi Rokok dan Prevalensi Merokok di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Available from: www. depkes.go.id/tobaccofree/media/The TobaccoSourceBook/BukuTembakau/ch.1-march.ino_SBI.mar04.pdf. (diakses 22 Maret 2014).

Rukmana M, Wisnu T, Wijaya D, et all, Pterigium in Indonesia: prevalence, severity and risk factors, British Journal of Ophtalmology, 2012, pp 1-12 Ghozi M, 2002, Handbook of Ophtalmology; A Guide to Medical Examination.

(16)

48

Mackay, J. & Ericksen,M, 2002, The Tobacco Atlas, Switzerland: World Health Organization, Available from:www.who.int/tobacco/media/en/title.pdf. (diakses tanggal 5 Maret 2014).

Nema HV, Nema Nitin, Disease of the Conjunctiva, Text of Ophtalmology. Chapter 11, Jaypee Brothers, New Delhi, p p 125-126

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu, batubara, gas, bensin, solar, minyak, sampah organik, produk rokok adalah material karbon yang mudah terbakar. Biasanya kayu dijadikan bahan bakar tungku pemanas di negara dengan empat musim. Sementara di kawasan pedesaan kayu bakar banyak digunakan sebagai bahan bakar dapur untuk memasak meskipun pemerintah Indonesia telah menggalakkan program konversi energi ke bahan bakar gas atau LPG. Hal ini disebabkan kurang meratanya distribusi gas elpiji, daya pikir masyarakat yang belum modern, rendahnya tingkat ekonomi, maupun banyaknya ketersediaan kayu di sekitar lingkungan desa dan hutan yang mampu meminimalisir pengeluaran keuangan rumah tangga untuk membeli bahan bakar LPG (Sudarto, 2014).

Dapat dianalisis bahwa dominasi energi non komersial, khususnya kayu bakar dalam konsumsi energi pada sektor rumah tangga bisa terjadi karena 3 faktor kemungkinan, yaitu faktor ekonomi, faktor infrastruktur, faktor pola pikir (mind set). Faktor ekonomi disebabkan oleh keterbatasan ekonomi dimana kelompok masyarakat ekonomi rendah lebih memilih energi yang harganya tidak melebihi daya beli. Bagi kelompok rumah tangga miskin di pedesaan, energi non komersial (kayu bakar) tentu saja menjadi pilihan. Sedangkan keterbatasan infrastruktur juga menghambat masyarakat dalam mengkonsumsi energi komersial. Ketidakstabilan distribusi LPG di pedesaan menyebabkan rumah

(18)

2

tangga kaya di desa tidak memungkinkan memakai gas untuk memasak meski sebenarnya mereka mampu membeli. Begitu pula, ketiadaan listrik di daerah terpencil menyebabkan penduduk di wilayah itu terus bergantung pada kayu bakar sebagai sumber energinya (Nuryanti, 2007).

Faktor pola pikir (mind set) seringkali juga menjadi faktor penghambat dalam konsumsi energi komersial. Misalnya, faktor ketakutan untuk menggunakan kompor LPG menyebabkan banyak kelompok rumah tangga kaya di pedesaan masih bertahan menggunakan kayu bakar. Faktor pola pikir yang dimaksud juga bisa berarti pandangan bahwa menggunakan kayu bakar jauh lebih menguntungkan karena harga ekonominya tidak ada. Mereka belum memikirkan bahwa waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk mencari kayu bakar maupun hasil samping pembakaran berupa CO2 dan abu sebenarnya juga merupakan harga mahal yang harus dibayar (Nuryanti, 2007).

(19)

3

yang berasal dari rumah tangga yang menggunakan bahan bakar kayu memiliki kemungkinan lebih dari dua kali lipat untuk menderita ISPA dibandingkan dengan anak-anak dengan lingkungan rumah tangga yang menggunakan bahan bakar LPG. Asap kayu bakar juga menimbulkan mata pedih, merah dan iritasi. Pembakaran kayu bakar yang mengeluarkan zat iritan merupakan salah satu faktor yang menimbulkan dry eye syndrome atau sindrom mata kering (SMK) (Gondhowiardjo, 2011).

Dry eye syndrome sering ditemukan pada wanita. Schaumberg (2003)

melaporkan bahwa populasi wanita Amerika Serikat yang berumur ≥50 tahun

memiliki prevalensi SMK sebanyak 7,8% atau sekitar 3,2 juta dan laki-laki sebanyak 4,7% atau sekitar 1,6 juta (Schaumberg et all, 2013). Penelitian oleh Melbourne study di Australia melaporkan prevalensi sekitar 7,4% diantara populasi dengan rata-rata umur 59 tahun pada wanita. Sedangkan penelitian di Makassar menyatakan bahwa kasus dry eye lebih banyak ditemukan pada wanita dengan perbandingan wanita:laki-laki sekitar 2:1 (Riskesda, 2013).

(20)

4

bahan bakar dapur terhadap sindrom mata kering (SMK) atau dry eye sindrom pada ibu rumah tangga.

1.1 Tujuan Penelitian 1.1.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara asap kayu bakar sebagai bahan bakar terhadap SMK pada ibu rumah tangga.

1.1.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui mekanisme dari efek asap kayu bakar sebagai bahan bakar ketika memasak pada ibu rumah tangga.

1.2 Manfaaat Penelitian 1.2.1 Manfaat Akademik

Untuk dijadikan referensi penelitian selanjutnya tentang efek asap kayu bakar sebagai bahan bakar terhadap SMK .

1.2.2 Manfaat Klinis

Untuk memberikan informasi pada kalangan medis tentang hubungan antara asap kayu bakar sebagai bahan bakar terhadap SMK.

1.2.3 Manfaat Masyarakat

Gambar

Gambar 2.1 Gambar arang kayu ……………………………..……….... 6
Gambar 2.15 Gambar efek umpan balik yang terjadi di saraf otak akibat

Referensi

Dokumen terkait

Nolly Octa Pramika’ Drs... Nolly Octa

Sehingga yang menarik dalam ini untuk dikaji lebih dalam, adalah pengaruh upacara nyadran bagi masyarakat nelayan di desa Bluru Kidul Sidoarjo dalam kehidupan sehari-hari

Hasil dari kajian menyatakan bahawa Kemahiran Abad ke-21 enGuage harus dimiliki dengan tahap penguasaan yang tinggi dan Kemahiran Berkomunikasi adalah kemahiran

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap cookies sukun dan berbagai formulasinya dibandingkan dengan cookies berbahan dasar tepung lain yang

Kuat Desak Beton Dengan Variasi Penambahan Fly Ash 10 % Dan Direndam Dalam H2S04 Selama 15 Hari. NO Umur (hari) Luas (cm2)

Pada penelitian sebelumnya tentang pembangunan gedung parkir terpusat kampus UNS yang akan dibangun di dua tempat yaitu dibelakang kampus dan didepan kampus maka dapat

Tinea &ruris membentuk ruam yang dimulai pada daerah selangkangan, terutama di lipatan antara bagian atas paha dan alat kelamin.5uam ini gatal, memiliki perbatasan merah, dan

Ketujuh variabel independen dari penelitian Marganingsih dan Martani (2010) yang digunakan oleh peneliti antara lain budaya organisasi, gaya kepemimpinan, imbalan