• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan Awal Kegawatdaruratan medis Antara Mahasiswa FK USU yang Sudah Melewati Blok Emergency Medicine dan yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Tingkat Pengetahuan Tentang Penanganan Awal Kegawatdaruratan medis Antara Mahasiswa FK USU yang Sudah Melewati Blok Emergency Medicine dan yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

Perbandingan Tingkat Pengetahuan tentang Penanganan Awal

Kegawatdaruratan Medis Antara Mahasiswa FK USU yang

Sudah Melewati Blok Emergency Medicine dan yang Pernah

Mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support

Oleh:

M. CHAIRUL LUTHFI S.

110100215

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Perbandingan Tingkat Pengetahuan tentang Penanganan Awal

Kegawatdaruratan Medis Antara Mahasiswa FK USU yang

Sudah Melewati Blok Emergency Medicine dan yang Pernah

Mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

M. CHAIRUL LUTHFI S.

110100215

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

ABSTRACT

High number of emergency cases out of hospital area and the importance of initial assessment for saving patient’s life constrain both common people and medical community to master good initial assessment for emergency patients. Especially for medical community, such as medical students should know how to help emergency patients well. The goal of this research is to compare the knowledge about initial assessment between students who get the lesson from college curriculum and who get the lesson from seminar and workshop.

This research uses an analytic method with cross-sectional design. Sampling method that used is consecutive sampling, with 160 respondents from Faculty of Medicine. The instrument of this research is a questionnaire with 15 questions.

This research indicates that there is a significant difference (p = 0.000) between the level of knowledge of students of the Faculty of Medicine USU who have already passed the block Emergency Medicine and who have attended the Basic Life Support Seminar and Workshop.

The conclusion of this research is Faculty of Medicine USU students have good knowledge level about emergency initial assessment generally. Statistically, the students who get the lesson from college curriculum have better knowledge level than who get the lesson from seminar and workshop.

(4)

ABSTRAK

Banyaknya kejadian gawat darurat yang terjadi di luar rumah sakit dan pentingya penangan awal gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa korban mengharuskan baik orang awam maupun kalangan medis menguasai pertolongan pertama yang baik pada korban gawat darurat. Terutama kalangan medis, seperti mahasiswa Fakultas Kedokteran harus mengetahui bagaimana menangani korban gawat darurat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengetahuan mahasiswa FK USU yang mendapatkan pembelajaran mengenai penanganan gawat darurat dari perkuliahan terhadap seminar dan workshop.

Metode yang digunakan adalah analitik dengan desain penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling dengan besar sampel sebanyak 160 responden. Data diambil menggunakan instrument kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan (p = 0,000) antara tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan yang pernah mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan secara keseluruhan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mengenai penanganan awal gawat darurat baik. Secara statistic, mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dari perkuliahan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dari seminar dan workshop.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ...i

Daftar Isi ...ii

Daftar Gambar ...v

Daftar Tabel ...vi

Daftar Lampiran ...vii

Kata Pengantar ...viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah ...2

1.3. Tujuan Penelitian ...3

1.4. Manfaat Penelitian ...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengetahuan ...4

2.2. Keadaan Gawat Darurat ...5

2.2.1. Definisi... ...5

2.2.2. Primary Survey ...6

2.2.2.1. Airway ...6

2.2.2.2. Breathing ...9

2.2.2.3. Circulation ...11

2.2.2.4. Disability ...13

2.2.2.5. Exposure ...14

2.3. Blok Emergency Medicine ...15

2.3.1. Latar Belakang Blok Emergency Medicine ...15

(6)

2.4. Seminar Basic Life Support...16

2.4.1. Definisi Seminar dan Basic Life Support ...16

2.4.2. Tujuan Seminar Basic Life Support ...17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...18

3.1. Kerangka Konsep ...18

3.2. Definisi Operasional... ...18

3.3. Hipotesis ...20

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ...21

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ...21

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian...21

4.3.1. Populasi ...21

4.3.2. Sampel ...22

4.4. Teknik Pengumpulan Data ...23

4.4.1. Data Primer ...23

4.4.2. Data Sekunder ...23

4.4.3. Uji Validitas ...23

4.4.4. Uji Reliabilitas ...24

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ...24

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ...26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...26

5.1.2. Deskripsi Karakteristik ...26

5.1.2.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelamin ..26

5.1.2.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ...27

5.1.2.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stambuk ..28

(7)

Pengetahuan ...30 5.2.3. Uji Chi-Square Metode Pembelajran terhadap Tingkat Pengetahuan ...31 5.3. Pembahasan ...31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ...34 6.2. Saran ...34

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Head-tilt, chin-lift maneuver ... 8

Gambar 2.2. Jaw-thurst maneuver ... 9

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Stambuk

Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Metode Pembelajaran terhadap Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.6 Uji Chi-Square Metode Pembelajaran terhadap Tingkat

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Menjadi Responden dalam Penelitian

Lampiran 4 Kuesioner

Lampiran 5 Hasil Output SPSS

(11)

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Perbandingan Tingkat

Pengetahuan Tentang Penanganan Awal Kegawatdaruratan medis Antara Mahasiswa FK USU yang Sudah Melewati Blok Emergency Medicine dan yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support” sebagai

tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran.

Saya sangat menyadari bahwa tulisan ini mungkin masih jauh dari sempurna baik isi maupun bahasannya, dengan semua keterbatasan tersebut, saya berharap mendapat masukan yang bermanfaat demi kebaikan kita semua.

Dalam proses penyelesaian proposal penelitian ini, penulis menerima bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orangtua penulis, Alm. Dr. H. Effendy Siregar dan Hj. Siti Aniah, SE. yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan-bosannya mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ini.

Penelitian ini bisa diselesaikan akhirnya atas dukungan dari banyak pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, diantaranya:

1. Bapak Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. RR. Sinta Irina, Sp.An selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Rointan Simanungkalit, Sp.KK dan dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes, Sp.PA selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini.

(12)

5. Kakak penulis Effinia Kamila Hanum Siregar, S.Ked yang banyak memberi masukan pada penulis untuk menyelesaikan penelitia ini.

6. Staf - staf pengajar yang telah bersedia memberikan pengetahuan dan bimbingan selama saya mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Sahabat-sahabat penulis, Siti Rahmah Mu’izah, Eka Apriani Lubis, Putri Permata Valentine Siahaan, Sophia Khairina Khaidirman, Dhiyanisa Nadhira Lubis, Gita Rizki Maulida, Rahma Rosyada, Nabila Adani Lubis, Annisa Dhiya Zafirah, Putri Ardiyanti, Hafizhalaila Ammar, Dina Khairunnisah, Hafiz Nurdiansyah, Defriyan Ramzi, M. Arief Fadillah, dan M. Gusti Haryandi) yang membuat kehidupan perkuliahan penulis menjadi lebih berwarna.

8. Teman seperjuangan penulis Giovani Purba.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan proposal penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, memberi informasi dan manfaat dalam pengembangan ilmu kedokteran.

Medan, 11 Desember 2014 Penulis

(13)

ABSTRACT

High number of emergency cases out of hospital area and the importance of initial assessment for saving patient’s life constrain both common people and medical community to master good initial assessment for emergency patients. Especially for medical community, such as medical students should know how to help emergency patients well. The goal of this research is to compare the knowledge about initial assessment between students who get the lesson from college curriculum and who get the lesson from seminar and workshop.

This research uses an analytic method with cross-sectional design. Sampling method that used is consecutive sampling, with 160 respondents from Faculty of Medicine. The instrument of this research is a questionnaire with 15 questions.

This research indicates that there is a significant difference (p = 0.000) between the level of knowledge of students of the Faculty of Medicine USU who have already passed the block Emergency Medicine and who have attended the Basic Life Support Seminar and Workshop.

The conclusion of this research is Faculty of Medicine USU students have good knowledge level about emergency initial assessment generally. Statistically, the students who get the lesson from college curriculum have better knowledge level than who get the lesson from seminar and workshop.

(14)

ABSTRAK

Banyaknya kejadian gawat darurat yang terjadi di luar rumah sakit dan pentingya penangan awal gawat darurat untuk menyelamatkan nyawa korban mengharuskan baik orang awam maupun kalangan medis menguasai pertolongan pertama yang baik pada korban gawat darurat. Terutama kalangan medis, seperti mahasiswa Fakultas Kedokteran harus mengetahui bagaimana menangani korban gawat darurat. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengetahuan mahasiswa FK USU yang mendapatkan pembelajaran mengenai penanganan gawat darurat dari perkuliahan terhadap seminar dan workshop.

Metode yang digunakan adalah analitik dengan desain penelitian cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling dengan besar sampel sebanyak 160 responden. Data diambil menggunakan instrument kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan (p = 0,000) antara tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan yang pernah mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan secara keseluruhan pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU mengenai penanganan awal gawat darurat baik. Secara statistic, mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dari perkuliahan memiliki pengetahuan yang lebih baik dari mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dari seminar dan workshop.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan. Menurut American College of Emergency Physicians, ada beberapa tanda-tanda dari kejadian gawat darurat, diantaranya sulit bernafas, nyeri dada atau perut dalam beberapa menit, lemah, perdarahan yang tidak terkontrol, dan tidak sadarkan diri. Kejadian gawat darurat tersebut akan menyebabkan berkurang atau terhentinya distirbusi oksigen ke seluruh tubuh.

Terhentinya distribusi oksigen ke seluruh tubuh akan menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Kematian biologis dimana otak tidak dapat diperbaiki lagi terjadi hanya dalam waktu kurang lebih 4 menit karena kekurangan oksigen tersebut (Alkatiri, 2007). Oleh karena itu sangat dibutuhkan pertolongan cepat untuk menghindari terjadinya kematian biologis tersebut. Pertolongan cepat tersebut dikenal dengan istilah Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support).

Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu (Alkatiri, 2007). Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah sebagai suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah oksigenasi ke jaringan tubuh (Alkatiri, 2007). Bantuan hidup dasar sangat diperlukan pada kondisi dimana dimana oksigenasi tidak terjadi secara efektif pada organ vital.

Kejadian gawat darurat seperti henti jantung dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja. Berdasarkan laporan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang melakukan survey terhadap kejadian cardiac

arrest di United States selama periode 1 Oktober 2005–31 December 2010

(16)

orang-orang yang berada di sekitar korban tersebut, terutama apabila orang-orang yang berada disana adalah seorang dokter.

Dari hasil penelitian Chandrasekaran dkk pada tahun 2010 di india menunjukkkan bahwa 31% kalangan medis, mahasiswa keperawatan, mahasiswa kedokteran gigi dan mahasiswa kedokteran tidak mengetahui singkatan BLS yang merupakan Basic life support, 51% gagal malakukan usaha penyelamatan sebagai langkah awal dalam bantuan hidup dasar, dan 74% tidak mengetahui lokasi yang tepat untuk kompresi dada pada tindakan bantuan hidup dasar (Chandrasekaran, 2010).

Dalam kurikulum perkuliahan FK USU, di dalam blok Emergency Medicine mahasiswa telah diajarkan mengenai berbagai kasus emergency dan

cara penanganannya. Sebagai seorang mahasiswa FK USU yang telah mendapat materi Emergency dalam kurikulum kuliah, sudah seyogyanya mahasiswa FK USU mahir dalam melakukan pertolongan pertama pada kasus gawat darurat tersebut. Bahkan belakangan ini, banyak instansi-instansi yang mengadakan Seminar dan Workshop Basic Life Support sebagai sarana bagi mahasiswa kedokteran untuk memahami bantuan hidup dasar di luar kurikulum kuliah mahasiswa kedokteran. Seminar-seminar yang diadakan oleh berbagai instansi tersebut dianggap memiliki dampak yang cukup signifikan untuk dapat mewakili kurikulum kuliah dalam hal penanganan awal kegawatdaruratan medis. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pengetahuan mahasiswa FK USU yang mendapatkan ilmu mengenai bantuan hidup dasar dalam kurikulum kuliah maupun melalui Seminar dan Workshop Basic Life Support mengenai bantuan hidup dasar untuk dapat menilai apakah Seminar dan Workshop Basic Life Support yang diadakan oleh berbagai instansi tersebut dapat mewakili

kurikulum kuliah dalam hal penanganan awal kegawatdaruratan medis.

1.2. Rumusan Masalah

(17)

Bagaimana perbandingan tingkat pengetahuan tentang penanganan awal kegawatdaruratan pada Mahasiswa FK USU yang telah mengikuti Blok Emergency Medicine dan Mahasiswa FK USU yang telah mengikuti Seminar dan

Workshop Basic Life Support?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penanganan awal kegawatdaruratan medis antara Mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan yang pernah mengikuti Seminar dan Workshop Basic

Life Support

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang penanganan awal kegawatdaruratan medis

2. Untuk menilai manfaat dari pelaksanaan Seminar dan Wokrshop Basic Life Support

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Bagi FK USU : Dapat menjadi bahan evaluasi untuk menilai sejauh mana mahasiswa memahami kurikulum kuliah mengenai kegawatdaruratan medis

2. Bagi Peneliti : Sebagai suatu syarat kelulusan Sarjana Kedokteran bagi peneliti

3. Bagi Penyelenggara seminar : Dapat menjadi bahan evaluasi untuk menilai manfaat pelaksanaan Seminar dan Workshop Basic Life Support 4. Bagi Mahasiswa FK USU : Sebagai media informasi kepada mahasiswa

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

(19)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.2. Keadaan Gawat Darurat 2.2.1. Definisi

Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan.

(20)

Penatalaksanaan awal diberikan untuk : 1. Mempertahankan hidup

2. Mencegah kondisi menjadi lebih buruk 3. Meningkatkan pemulihan

Seseorang yang memberikan penatalaksanaan awal harus : 1. Mengkaji sesuatu

2. Memnentukan diagnosis untuk setiap korban

3. Memberikan penanganan yang cepat dan adekuat, mengingat bahwa korban mungkin memiliki lebih dari satu cedera dan beberapa korban akan membutuhkan perhatian dari pada yang lain

4. Tidak menunda pengiriman korban ke Rumah Sakit sehubungan dengan kondisi serius

Penatalaksanaan awal tersebut dimulai dengan melakukan survey awal (primary survey).

2.2.2. Primary Survey

Penatalaksanaan awal pada primary survey dilakukan pendekatan melalui ABCDE yaitu :

A:Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical spinecontrol) B: Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi

C: Circulation dengan kontrol perdarahan (hemorrage control) D: Disability, status neurologis

E: Exposure/environmental control, membuka baju penderita, tetapi cegah hipotermia

2.2.2.1. Airway

Airway manajemen merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi dan

(21)

trakea. Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau berulang. Menurut American Collage of Surgeon, 2004, Kematian-kematian dini karena masalah airway seringkali masih

dapat dicegah, dan dapat disebabkan oleh :

1. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway 2. Ketidakmampuan untuk membuka airway

3. Kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru 4. Perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang

5. Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi 6. Aspirasi isi lambung

Bebasnya jalan nafas sangat penting bagi kecukupan ventilasi dan oksigenasi. Jika pasien tidak mampu dalam mempertahankan jalan nafasnya, patensi jalan nafas harus dipertahankan dengan cara buatan seperti : reposisi, chin lift, jaw thrust, atau melakukan penyisipan airway orofaringeal serta nasofaringeal

(Walls, 2010). Usaha untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal. Dalam hal ini dapat dimulai dengan melakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih, walaupun demikian penilaian terhadap airway harus tetap dilakukan. Penderita dengan gangguan kesadaran atau Glasgow Coma Scale sama atau kurang dari biasanya memerlukan pemasangan airway definitif. Adanya gerakan motorik yang tak bertujuan, mengindikasikan perlunya airway definitif. Penilaian bebasnya airway dan baik-tidaknya pernafasan harus dikerjakan dengan cepat dan tepat. Bila penderita mengalami penurunan tingkat kesadaran, maka lidah mungkin jatuh ke belakang, dan menyumbat hipofaring. Bentuk sumbatan seperti ini dapat dengan segera diperbaiki dengan cara mengangkat dagu (chin lift maneuver), atau dengan mendorong rahang bawah ke arah depan (jaw thrust

maneuver). Airway selanjutnya dapat dipertahankan dengan airway orofaringeal

(22)

prosedur-prosedur ini harus dilakukan imobilisasi segaris (in-line immobilization) (American Collage of Surgeon, 2004).

Teknik-teknik mempertahankan airway : 1. Head tilt

Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi terlentang dan horizontal, kecuali pada pembersihan jalan napas dimana bahu dan kepala pasien harus direndahkan dengan posisi semilateral untuk memudahkan drainase lendir, cairan muntah atau benda asing. Kepala diekstensikan dengan cara meletakkan satu tangan di bawah leher pasien dengan sedikit mengangkat leher ke atas. Tangan lain diletakkan pada dahi depan pasien sambil mendorong / menekan ke belakang. Posisi ini dipertahankan sambil berusaha dengan memberikan inflasi bertekanan positif secara intermittena (Alkatiri, 2007). Namun, pada korban yang dicurgai mengalami fraktur pada daerah servikal, maneuver ini tidak boleh dilakukan.

2. Chin lift

(23)

Gambar 2.1. Head-tilt, chin-lift maneuver (sumber : European Resusciation Council Guidelines for Resusciation 2010).

3. Jaw thrust

Penolong berada disebelah atas kepala pasien. Kedua tangan pada mandibula, jari kelingking dan manis kanan dan kiri berada pada angulus

mandibula, jari tengah dan telunjuk kanan dan kiri berada pada ramus mandibula

(24)

Gambar 2.2. Jaw-thrust maneuver (sumber : European Resusciation Council Guidelines for Resusciation 2010).

2.2.2.2. Breathing

Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Sel-sel tubuh memerlukan pasokan O2 kontinu untuk menunjang untuk menunjang reaksi-reaksi kimia yang

menghasilkan energi, yang menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan secara

terus-menerus (Sherwood, 2002). Kegagalan dalam oksigenasi akan menyebabkan hipoksia yang diikuti oleh kerusakan otak, disfungsi jantung, dan akhirnya kematian (Hagberg, 2005). Pada keadaan normal, oksigen diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh (Smith, 2007). Airway yang baik tidak dapat menjamin pasien dapat bernafas dengan baik pula

(25)

penting untuk pemberian oksigen. Oksigenasi yang memadai akan menunjukkan pengiriman oksigen yang sesuai ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolik, efektivitas ventilasi dapat dinilai secara klinis.

Apabila pernafasan tidak adekuat, ventilasi dengan menggunakan teknik bag-valve-face-mask merupakan cara yang efektif, teknik ini lebih efektif apabila

dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah satu petugas dapat digunakan untuk menjamin kerapatan yang baik (American Collage of Surgeon, 2004). Cara melakukan pemasangan face-mask (Arifin, 2012):

1. Posisikan kepala lurus dengan tubuh

2. Pilihlah ukuran sungkup muka yang sesuai (ukuran yang sesuai bila sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak ada kebocoran)

3. Letakkan sungkup muka (bagian yang lebar dibagian mulut)

4. Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada angulus mandibula, jari manis dan tengah memegang ramus mandibula, ibu jari dan telunjuk memegang dan memfiksasi sungkup muka

5. Gerakan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan sedikit kepala pasien

6. Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang sudah dipasangkan

7. Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama-sama (tangan kanan dan kiri memegang mandibula dan sungkup muka bersama-sama)

8. Pastikan jalan nafas bebas (lihat, dengar, rasa)

9. Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri memfiksasi sungkup muka, sementara tanaga kanan digunakan untuk memegang bag (kantong) reservoir sekaligus pompa nafas bantu (squeeze-bag)

(26)

Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan kepala. Tentukan laju dan dalamnya pernafasan. Inspeksi dan palpasi leher serta toraks untuk mencari apakah terdapat deviasi trakea, distensi vena leher, ekspansi toraks simetris atau tidak, pemakaian otot-otot tambahan, dan tanda-tanda cedera. Perkusi toraks untuk menentukan redup atau hipersonor

Penilaian tersebut dilakukan untuk menilai apakah terdapat keadaan-keadaan seperti tension pneumothorax, massive haemothorax, ataupun open pneumothorax dimana keadaan tersebut harus dapat dikendalikan pada saat

dilakukannya primary survey. Bila ditemukan keadaan-keadaan tersebut, maka resusitasi yang dilakukan adalah :

1. Berikan oksigen dengan kecepatan 10-12 L/menit

2. Tension pneumothorax : Needle insertion (IV Cath. No. 14) di ICR 2 linea midclavicularis

3. Massive haemothorax : Pemasangan Chest Tube

4. Open pneumothorax : Luka ditutup dengan kain kasa yang diplester pada tiga sisi (flutter-type valve effect)

2.2.2.3. Circulation

Perdarahan merupakan penyebab kematian setelah trauma (Dolan, Holt, 2008). Oleh karena itu penting melakukan penilaian dengan cepat status hemodinamik dari pasien, yakni dengan menilai tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi (American Collage of Surgeon, 2004).

a. Tingkat kesadaran

Bila volume darah menurun perfusi otak juga berkurang yang menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.

b. Warna kulit

Wajah yang keabu-abuan dan kulit ektremitas yang pucat merupakan tanda hipovolemia.

c. Nadi

(27)

Dalam keadaan darurat yang tidak tersedia alat-alat, maka secara cepat kita dapat memperkirakan tekanan darah dengan meraba pulsasi (Haffen, Karren, 1992):

1. Jika teraba pulsasi pada arteri radial, maka tekanan darah minimal 80 mmHg sistol

2. Jika teraba pulsasi pada arteri brachial, maka tekanan darah minimal 70 mmHg sistol

3. Jika teraba pulsasi pada arteri femoral, maka tekanan darah minimal 70 mmHg sistol

4. Jika teraba pulsasi pada arteri carotid, maka tekanan darah minimal 60 mmHg sistol

Bila tidak teraba nadi di arteeri carotid selama 5-10 detik, maka pijat jantung harus segera dilakukan untuk membantu jantung memopa darah ke seluruh tubuh. Cara melakukan pijat jantung adalah sebagai berikut (Eropean Resucitation Council, 2010) :

1. Penolong berada di sisi korban

2. Letakkan tumit satu tangan pada bagian tengah dada korban 3. Letakkan tumit tangan yang lain di atas tangan yang pertama 4. Pastikan tangan lurus

5. Posisikan badan anda tegak lurus di atas dada korban dan tekan di atas dada tersebut dengan kedalaman minimal 5 cm (tetapi tidak lebih dari 6 cm)

6. Setelah masing-masing kompresi, bebaskan tekanan di dada tanpa mengangkat tangan dari tulang dada; ulangi dengan kecepatan minimal 100 kali per menit (tetapi tidak lebih dari 120 kali per menit)

(28)

8. Lakukan kompresi dilanjutkan dengan pemberian nafas bantuan dengan perbandingan 30 : 2 (30 kali pijat jantung, 2 kali nafas bantu)

2.2.2.4. Disability

Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat. Hal yang dinilai adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Tanda-tanda lateralisasi dan tingkat (level) cedera spinal (American Collage of Surgeon, 2004). Cara cepat dalam mengevaluasi status neurologis

yaitu dengan menggunakan AVPU, sedangkan GCS (Glasgow Coma Scale) merupakan metode yang lebih rinci dalam mengevaluasi status neurologis, dan dapat dilakukan pada saat survey sekunder (Jumaan, 2008). AVPU, yaitu:

A : Alert

V : Respon to verbal P : Respon to pain U : Unrespon

GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem skoring yang sederhana untuk menilai tingkat kesadaran pasien.

1. Menilai “eye opening” penderita (skor 4-1) Perhatikan apakah penderita :

a. Membuka mata spontan

b. Membuka mata jika dipanggil, diperintah atau dibangunkan

c. Membuka mata jika diberi rangsangan nyeri (dengan menekan ujung kuku jari tangan)

d. Tidak memberikan respon

2. Menilai “best verbal response” penderita (skor 5-1) Perhatikan apakah penderita :

(29)

c. Mengucapkan kata-kata tetapi tidak dalam bentuk kalimat d. Mengerang (mengucapkan kata -kata yang tidak jelas artinya) e. Tidak memberikan respon

3. Menilai “best motor respon” penderita (skor 6-1) Perhatikan apakah penderita :

a. Melakukan gerakan sesuai perintah b. Dapat melokalisasi rangsangan nyeri c. Menghindar terhadap rangsangan nyeri d. Fleksi abnormal (decorticated) e. Ektensi abnormal (decerebrate) f. Tidak memberikan respon

Range skor : 3-15 (semakin rendah skor yang diperoleh, semakin jelek kesadaran). Penurunan tingkat kesadaran perlu diperhatikan pada empat kemungkinan penyebab (Pre-Hospital Trauma Life Support Committee, 2002) :

1. Penurunan oksigenasi atau/dan penurunan perfusi ke otak 2. Trauma pada sentral nervus sistem

3. Pengaruh obat-obatan dan alkohol 4. Gangguan atau kelainan metabolic

2.2.2.5. Exposure

(30)

2.3. Blok Emergency Medicine

2.3.1. Latar Belakang Blok Emergency Medicine

Secara klinis kegawatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada dalam keadaan kritis dan jika tidak dilakukan suatu usaha atau tindakan akan menyebabkan kematian. Misi dari Emergency Medicine meliputi evaluasi, tatalaksana, pengobatan dan pencegahan penyakit dan cedera yang tidak diharapkan.

Perawatan gawat darurat (emergency) senantiasa berkembang. Berbagai teknik mutakhir telah dilakukan untuk meningkatkan ketahanan hidup (survival rate), dan pemahaman fisiologi yang lebih baik telah membawa pada pengobatan

yang baru dan lebih baik.

Kegawatan membutuhkan pemikiran dan tindakan yang cepat dan luas. Setiap dokter umum harus terlatih dan siap secara intelektual maupun emosi untuk berhadapan dengan setiap kegawatan. Dalam blok emergency mahasiswa dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mampu menghadapi kegawatan. Mahasiswa diharapkan akan memiliki kepekaan terhadap keadaan krisis (sense of crisis) sehingga mampu mengenali kegawatan dan segera memberikan tindakan yang tepat.

Blok Emergency Medicine dibagi dalam dua tahap, yaitu Blok Emergency Medicine – 1 dan Blok Emergency Medicine – 2 yang masing-masing terdiri dari

3 SKS, dilaksanakan selama 9 (sembilan) minggu.

Tujuan umum blok ini, membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menilai pasien kritis, melakukan tindakan pendahuluan dan merujuk ke konsultan/ institusi yang sesuai (Medical Education Unit, 2014).

2.3.2. Tujuan Blok Emergency Medicine

(31)

1. berkomunikasi efektif baik verbal maupun nonverbal secara santun dalam upayanya mengelola pasien dengan masalah kegawatdaruratan dengan mengintegrasikan penalaran klinis dan biomedis sehingga menunjang terciptanya kerja sama yang baik antara dokter dengan pasien, keluarga, komunitas, dalam penanganan masalah gawat darurat. 2. melakukan penilaian dan pemeriksaan fisik yang lengkap dengan teknik

yang tepat serta mencatat riwayat penyakit secara lengkap dan kontekstual.

3. menjelaskan semua prosedur klinik rutin dan menganalisis data sekunder pasien gawat darurat dengan mengintegrasikan ilmu biomedik dan ilmu klinik.

4. memilih berbagai prosedur klinik, laboratorium, dan penunjang lain dan menafsirkan hasilnya.

5. melakukan tindak pencegahan dan tindak lanjut dalam tata laksana masalah gawat darurat dengan mempertimbangkan keterbatasan ilmu dalam diagnosis maupun tata laksananya.

6. peka terhadap tata nilai pasien dan mampu memadukan pertimbangan moral dan pengetahuan/keterampilan klinisnya dalam memutuskan masalah etik yang berkaitan dengan kegawatdaruratan.

7. mengembangkan ketertarikan dalam melakukan riset yang berkaitan dengan masalah-masalah kegawatdaruratan.

2.4. Seminar dan Workshop Basic Life Support

2.4.1. Definisi Seminar dan Workshop Basic Life Support

Seminar adalah sebuah pertemuan khusus yang memiliki teknis dan akademis yang tujuannya untuk melakukan studi menyeluruh tentang suatu topik tertentu dengan pemecahan suatu permasalahan yang memerlukan interaksi di antara para peserta seminar yang dibantu oleh seorang guru besar ataupun cendikiawan.

Workshop merupakan bentuk aplikasi dari materi. Biasanya Workshop

(32)

Bantuan hidup dasar (Basuc life support) adalah usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan napas (airway) tetap terbuka, menunjang pernapasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan alat-alat bantu (Soerianata, 1996).

Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu (Alkatiri, 2007).

2.4.2. Tujuan Seminar dan Workshop Basic Life Support

(33)

Tingkat pengetahuan mengenai penanganan awal

kegawatdaruratan medis BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional

1.Variabel Independen : Mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok

Emergency Medicine dan Mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti

seminar Basic Life Support

Mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine adalah mahasiswa FK USU yang sudah melewati semester 6 pada kurikulum pendidikan FK USU.

Mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti seminar Basic Life Support adalah mahasiswa FK USU yang belum melewati semester

6 pada kurikulum kuliah FK USU tetapi pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support yang diselenggarakan untuk Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU.

Mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine

Mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti Seminar

(34)

2.Variabel Dependen : Tingkat pengetahuan mengenai penanganan awal

kegawatdaruratan medis

• Tingkat pengetahuan mengenai penanganan awal kegawatdaruratan medis merujuk kepada sejauh mana pengetahuan yang dimiliki mahasiswa FK USU tentang bagaimana menangani situasi gawat darurat medis.

3.Cara Ukur

Cara pengukuran pada penelitian ini adalah dengan metode angket

4.Alat Ukur

Alat ukur berupa kuesioner, dimana akan diajukan beberapa pertanyaan tertutup dengan 3 pilihan jawaban, dimana setiap jawaban yang benar akan diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0.

5.Hasil Ukur

Hasil ukur dengan melakukan pengukuran tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU mengenai penatalaksanaan awal

kegawatdaruratan medis berdasarkan pertanyaan yang telah diberikan kepada responden dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

a. Baik b.Cukup c. Kurang

3.3. Hipotesis

(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik/inferensial, suatu penelitian yang bertujuan untuk membandingkan tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support mengenai penanganan awal kegawatdaruratan medis. Desain yang

digunakan adalah cross-sectional yaitu penelusuran sesaat, artinya subyek diamati hanya satu kali (pada saat penelitian dilaksanakan).

4.2.Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September sampai bulan Oktober 2014.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1.Populasi

(36)

4.3.2.Sampel

Sampel dipilih dengan menggunakan metode Non Probability Sampling, yaitu Consecutive Sampling, dimana setiap subyek yang memenuhi

kriteria penelitian dimasukkan sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Sampel akan dipilih dari mhasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support. Subyek yang diteliti harus memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

Kriteria inklusi :

Mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine

Mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support.

Kriteria Eksklusi :

Mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan pernah mengikuti seminar Basic Life Support.

• Mahasiswa FK USU yang berada pada tahap P3D.

Penghitungan minimum besarnya sampel yang dibutuhkan bagi penelitian ini menggunakan rumus :

Keterangan :

n = Besar sampel minimum P = Rata-rata nilai P1 dan P2 (0,6) P1 = Proporsi standar ( 0,5) P2 = Proporsi yang diteliti (0,7)

(37)

Dari rumus di atas, maka estimasi jumlah sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini adalah 160, yaitu 80 sampel dari kelompok mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan 80 sampel dari kelompok mahasiswa yang pernah mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support.

4.4.Teknik Pengumpulan Data 4.4.1.Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Sampel penelitian pada penelitian ini adalah mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support. Pengumpulan data dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrument kuesioner.

4.4.2.Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari pihak fakultas yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan dari pihak penyelenggara seminar dan workshop Basic Life Support

berhubungan dengan jumlah mahasiswa yang pernah mengikuti seminar tersebut.

4.4.3.Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebur benar-benar mengukur apa yang diukur. Angket yang telah selesai disusun akan diuji validnya dengan menggunakan program SPSS.

Angket penelitian ini yang telah disusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 25 pertanyaan. Akan dilakukan uji validitas pada 25 orang responden yang diambil dari salah satu fakultas kedokteran di universitas Medan.

(38)

dibandingkan dengan nilai r tabel. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

4.4.4.Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu.

Sampel untuk uji reliabilitas adalah 25 orang responden dilakukan pada salah satu fakultas kedokteran di universitas Medan.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

4.5.Pengolahan dan Analisis Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data kuantitatif, yakni hasil data yang diperoleh dari pengukuran. Data diolah dengan menggunakan SPSS untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti seminar

dan workshop Basic Life Support mengenai penanganan awal kegawatdaruratan medis dengan uji chi square. Uji dinyatakan bermakna bila nilai p < 0.05 pada tingkat kepercayaan 95% (Sastroasmoro, 2011).

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Nomor Total pearson correlation

Status Alpha Status

1 0,590 Valid 0,948 Reliabel

2 0,799 Valid Reliabel

3 0,525 Valid Reliabel

4 0,590 Valid Reliabel

(39)

6 0,473 Valid Reliabel

7 0,799 Valid Reliabel

8 0,676 Valid Reliabel

9 0,799 Valid Reliabel

10 0,676 Valid Reliabel

11 0,799 Valid Reliabel

12 0,430 Valid Reliabel

13 0,676 Valid Reliabel

14 0,799 Valid Reliabel

(40)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan dr. Mansur No. 5 Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik

Total Responden dalam penelitian ini adalah 160 orang. Karakteristik yang diamati adalah jenis kelamin, usia, dan stambuk.

5.1.2.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Mahasiswa yang Telah Melewati Blok Emergency Medicine

Mahasiswa yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic

Life Support Frekuensi (n) Persentase

(%)

Frekuensi (n) Persentase (%)

Perempuan 50 62,5 52 35

Laki-laki 30 37,5 28 65

Total 80 100 80 100

Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa jumlah responden terbanyak pada kelompok mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine adalah perempuan yaitu sebanyak 50 orang (62,5%) dan pada kelompok mahasiswa yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support adalah laki-laki yaitu sebanyak 52 orang (65%).

5.1.2.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

(41)

Usia (tahun)

Mahasiswa yang Telah Melewati Blok Emergency Medicine

Mahasiswa yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic

Life Support Frekuensi (n) Persentase

(%)

Frekuensi (n) Persentase (%)

17 0 0 2 2,5

18 0 0 18 22,5

19 4 5 59 73,75

20 13 16,25 1 1,25

21 47 58,75 0 0

22 11 13,75 0 0

23 5 6,25 0 0

Total 80 100 80 100

Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa responden terbanyak pada kelompok mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine adalah usia 21 tahun (47 orang) dan pada kelompok mahasiswa yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Lie Support adalah usia 19 tahun (59 orang). Sedangkan

responden paling sedikit pada kelompok mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine adalah usia 17 tahun dan 18 tahun (0 orang) dan pada

(42)

5.1.2.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stambuk

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Stambuk

Stambuk

Mahasiswa yang Telah Melewati Blok Emergency Medicine

Mahasiswa yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic

Life Support Frekuensi (n) Persentase

(%)

Frekuensi (n) Persentase (%)

2011 80 100 0 0

2012 0 0 28 35

2013 0 0 52 65

Total 80 100 80 100

Tabel 5.3 memperlihatkan bahwa seluruh responden yang termasuk dalam kelompok mahasiswa yang sudah melewwati blok Emergency Medicine berasal dari stambuk 2011, sedangkan pada kelompok mahasiswa yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support terdiri dari 52 orang (65%) stambuk 2013 dan 28 orang (35%) stambuk 2012

5.2. Hasil Analisis Data

5.2.1. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan

(43)

Tabel 5.4 Distribusi Jawaban Responden Menurut Pertanyaan

Variabel

Mahasiswa yang Telah Melewati Blok Emergency Medicine

Mahasiswa yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life

Support

Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%) 1. Pengertian ABCDE

a. Benar 80 100 76 95

b. Salah 0 0 4 5

2. Penanganan awal korban terbakar

a. Benar 79 98,75 68 85

b. Salah 1 1,25 12 15

3. Penyebab sumbatan jalan nafas pasien penurunan kesadaran

a. Benar 75 93,75 77 96,25

b. Salah 5 6.25 3 3,75

4. Kontraindikasi headtilt

a. Benar 73 91,25 61 76,25

b. Salah 7 8,75 19 23,75

5. Triple Airway manuver

a. Benar 79 98,75 77 96,25

b. Salah 1 1,25 3 3,75

6. Manuver menarik rahang bawah

a. Benar 77 96,25 67 83,75

b. Salah 3 3,75 13 16,25

7. Penanganan Tension

Pneumothorax

a. Benar 66 82,5 48 60

b. Salah 14 17,5 32 40

8. Lokasi kompresi jantung

a. Benar 67 83,75 55 68,75

b. Salah 13 16,25 25 31,25

9. Kecepatan minimal kompresi jantung

a. Benar 55 68,75 60 75

b. Salah 25 31,25 20 25

10. Kedalaman minimal kompresi jantung

a. Benar 67 83,75 64 80

b. Salah 13 16,25 16 20

11. Pengertian AVPU

a. Benar 78 97,5 64 80

b. Salah 2 2,5 16 20

12. Skor terendah GCS

a. Benar 66 82,5 49 61,25

b. Salah 14 17,5 31 38,75

13. Unsur yang dinilai pada GCS

a. Benar 76 95 55 68,75

b. Salah 4 5 25 31,25

14. Tahap akhir Primary Survey

a. Benar 76 95 46 57,5

b. Salah 4 5 34 42,5

15. Teknik memeriksa punggung pasien

a. Benar 79 98,75 65 81,25

b. Salah 1 1,25 15 18,75

(44)

yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan “Berapakah kecepatan minimal untuk melakukan kompresi jantung?”, yaitu sebanyak 55 orang (68,75%).

Pada kelompok responden mahasiswa yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support, berdasarkan tabel 5.4, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan “Apakah peyebab tersering sumbatan jalan nafas pada korban dengan penurunan kesadaran?” dan pertanyaan “Apakah tindakan yang termasuk dalam triple airway maneuver?”, yaitu sebanyak 77 orang (96,25%), sedangkan pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan “Apa yang dilakukan pada korban pada tahap akhir primary survey?”, yaitu sebanyak 46 orang (57,5%).

5.2.2. Tabulasi silang Metode Pembelajaran terhadap Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.5 Tabulasi Silang Metode Pembelajaran terhadap Tingkat Pengetahuan Seminar dan Workshop Basic

Life Support

(45)

5.2.3. Uji Chi-Square Metode Pembelajaran terhadap Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.6 Uji Chi-Square Metode Pembelajaran terhadap Tingkat Pengetahuan

Value Df Asymp. Sig (2-sided)

Pearson Chi-Square 21.215a 2 0.000

Likehood Ratio 23.371 2 0.000

N of Valid Cases 160

Dari tabel 5.6 didapatkan nilai p 0.000 (p<0.05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan mahasiswa FK USU yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support.

5.3. Pembahasan

Pada kelompok responden mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine didapati masih banyaknya responden yang tidak tahu berapa

kecepatan minimal pada kompresi jantung. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya paparan mengenai guidline penanganan awal gawat darurat dalam proses perkuliahan. Sementara untuk kelompok responden mahasiswa yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support didapati masih banyak yang tidak mengetahui apa yang harus dilakukan pada korban di akhir primary survey. Hal ini mungkin dikarenakan tidak terlalu dalam pembahasan

yang diberikan dalam seminar dan workshop Basic Life Support mengenai tahap akhir primary survey.

Dari penelitian ini, didapatkan bahwa 95% responden dari kelompok mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine memiliki pengetahuan mengenai penanganan awal kegawatdaruratan yang baik, sementara hanya 66,25% responden dari kelompok mahasiswa yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support yang memiliki pengetahuan baik. Lebih banyaknya

(46)

sudah melewati blok Emergency Medicine dapat dipengaruhi oleh lamanya proses pembelajaran yang terjadi. Hal ini sejalan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Medical Education Unit FK USU, yaitu proses pembelajaran blok Emergency

Medicine dilaksanakan selama 9 jam untuk perkuliahannya dan 5 jam untuk skills

lab, sementara pembelajaran pada seminar dan workshop Basic Life Support

hanya dilaksanakan dalam waktu 3 jam untuk seminarnya dan 3 jam untuk workshop. Hal ini sejalan dengan teori Lee yang mengatakan teori hokum latihan,

bahwa “Semakin sering sesuatu hal dilakukan, maka akan semakin mahir lah kita dalam hal tersebut”.

Lebih baiknya pengetahuan mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine daripada mahasiswa yang pernah mengikuti Seminar dan

Workshop Basic Life Support dapat disebabkan oleh lebih baiknya dasar teori

yang dimiliki oleh mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine, mengingat mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa tingkat atas yang sudah mendapatkan lebih banyak dasar teori.

Pada penelitian ini didapati masih ada beberapa mahasiswa yang memiliki pengetahuan kurang mengenai penanganan awal pada kegawatdaruratan medis. Kurangnya pengetahuan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu Input, Proses, dan Output (Soekanto, 2002). Proses adalah poin yang dianggap berperan membedakan tingkat pengetahuan responden pada penelitian ini.

Pada penelitian ini didapati ada sekitar 16,25% mahasiswa yang sudah melewati blok Emergency Medicine dan 31,25% mahasiswa yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support tidak mengetahui lokasi yang tepat untuk melakukan kompresi jantung. Terbukti masih banyak mahasiswa yang masih belum tahu mengenai lokasi yang tepat untuk melakukan kompresi jantung walaupun jumlahnya jauh lebih kecil dari hasil penelitian yang dilakukan di India pada tahun (Chandrasekaran, 2010).

(47)

mengenai penanganan awal kegawatdaruratan medis. Hal ini juga sejalan dengan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square.

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine tentang penanganan awal kegawatdaruratan berada

pada kategori baik, yaitu sebanyak 76 responden (95%).

2. Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine tentang penanganan awal kegawatdaruratan berada

pada kategori baik, yaitu sebanyak 53 responden (66,25%).

3. Tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU yang sudah melewati blok Emergency Medicine lebih baik secara statistika (p = 0.000) daripada

yang pernah mengikuti seminar dan workshop Basic Life Support tentang penanganan awal kegawatdaruratan medis.

6.2. Saran

1. Saran untuk mahasiswa FK USU agar dapat meningkatkan lagi pengetahuannya mengenai kegawatdaruratan mengingat kejadian gawat darurat lazimnya terjadi di luar rumah sakit.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh durasi pembelajaran terhadap hasil pembelajaran.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Alkatiri, J., Bakri, S., 2007. Resusitasi Kardio-pulmoner. Dalam: Sudoyo, et al. Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 173-177.

American College of Emergency Physicians, 2014. Is It An Emergency?. Emergency Care for You. Diunduh dari:

American Collage of Surgeon, 2004. Advanced trauma Life Support for Doctors 7th Edition. Terjemahan Komisi Trauma Ikatan Ahli Bedah Indonesia.

Arifin, H., 2012. Airway Management. Dalam: Hakim, A.A., et al. Modul Keterampilan klinik. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara, 8-14.

Bryan, et al., 2011. Out-of-Hospital Cardiac Arrest Surveillance. Centers fo Disease Control and Prevention, United States. Diunduh dari

(Diakses

24 May 2014).

Chandrasekaran, S., et al. 2010. Awareness of Basic Life Support Among Medical, Dental, Nursing Students and Doctors. India J Anaesth v.54 (2)

121-126. Diunduh dari :

(Diakses 21

May 2014).

(50)

European Resuscitation Council, 2010. Guidelines for Reuscitation. Diunduh dari:

https://www.erc.edu/index.php/doclibrary/en/209/1/ (Diakses 23 May

2014).

Hafen, B.Q., Ph.D., Karren, K.J., Ph.D. 1992. Patient Assessment. Dalam: Hafen, B.Q., Ph.D., Karren, K.J., Ph.D., ed. Prehospital Emergency Care and Crisis Intervention. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall.

Hagberg, C., Georgi, R., Krier, 2005. Complications of Managing the Aiway. Dalam: Best Practise and Research Clinical Anaesthesiology. Elsevier 19

(4): 641. Diunduh dari:

http://clinicaldepartments.musc.edu/anesthesia/education/medicalstudent/

outline/airway%20complications.pdf. (Diakses 22 May 2014).

Jumaan, 2008. Dalam: Nasution, C., Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Tahun Masuk 2009 Mengenai Penatalaksanaan Awal

Kegawatdaruratan.

Medical Education Unit, 2014. Buku Panduan Mahasiswa. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 1-3.

Notoatmojo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 127-130.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi keempat. Jakarta: CV, Sagung Seto.

Sherwood, L., 2002. Sistem Pernapasan. Dalam: Sherwood, L., ed. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC, 410-411.

Skeet, M., 1995. Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama. Dalam: Nasution, C., Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Tahun Masuk 2009 Mengenai

(51)

Smith, T., Davidson, S., 2007. Dokter di Rumah Anda. Dalam: Nasution, C., Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU Tahun

Masuk 2009 Mengenai Penatalaksanaan Awal Kegawatdaruratan.

Soerianata, S. 1996. Resusitasi Jantung-Paru. Dalam: Rilanto. Lily I., dkk (editor). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

(52)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : M. Chairul Luthfi S.

Tempat / Tanggal Lahir : Palembang / 15 Februari 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Karya Wisata Komp. Villa Prima Indah No.

42B, Medan

Orang Tua : Ayah : Alm. dr. H. Effendy S., Sp.OG Ibu : Hj. Siti Aniah, S.E

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 132406 T. Balai (2000-2006) 2. SLTP Negeri 1 T. Balai (2006-2008) 3. SMA Negeri 1 Medan (2008-2011)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2011-Sekarang) Riwayat Organisasi :

1. Ketua Divisi Hubungan Masyarakat TBM FK USU PEMA FK USU periode 2013

(53)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Saya, M. Chairul Luthfi S., mahasiswa semester 7 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sedang melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Tingkat Pengetahuan tentang Penanganan Awal Kegawatdaruratan Medis Antara Mahasiswa FK USU yang Sudah Melewati Blok Emergency Medicine dan yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU tentang penanganan awal kegawatdaruratan dan kemudian melihat ada tidaknya perbedaan bermakna di antara yang mendapatkan ilmunya dari kurikulum kampus maupun dari seminar yang diadakan organisasi, sehingga bias menjadi gambaran apakah mahasiswa FK USU sudah mampu melakukan pertolongan bila menemukan kasus gawat darurat..

Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, saya mohon kesediaan saudara/saudari dalam menjawab pertanyaan dalam kuesioner ini dengan benar dan sejujur-jujurnya. Setiap data yang didapat pada saat proses penelitian ini bersifat rahasia dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian ini saja. Seandainya saudara/saudari menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak mendapat sanksi apapun.

Setelah memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, saya mengharapkan saudara/saudari dapat mengisi lembar persetujuan kesediaan dalam berpartisipasi pada penelitian ini. Atas perhatian dan kesediaan saudara/saudari menjadi responden, saya ucapkan terimakasih.

Medan, ... 2014

Hormat Saya,

(54)

Lampiran 3

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN DALAM PENELITIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama :

Tempat/Tgl. Lahir :

Alamat :

Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat penelitian yang berjudul “Perbandingan Tingkat Pengetahuan tentang

Penanganan Awal Kegawatdaruratan Medis Antara Mahasiswa FK USU yang Sudah Melewati Blok Emergency Medicine dan yang Pernah Mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support”

Saya mengerti bahwa saya akan diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan pada kuesioner yang akan memerlukan waktu sekitar 10-15 menit dan saya bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini.

Medan,...2014

(55)

Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER

Bacalah pertanyaan dengan hati-hati. Setiap pertanyaan dijawab dengan jawaban yang paling benar menurut anda. Jika terdapat pertanyaan yang tidak dimengerti,

silahkan tanya kepada pewawancara (interviewer).

Nama : ...

Riwayat mengikuti Seminar dan Workshop Basic Life Support : ya / tidak *

1.Pendekatan pada penanganan awal kegawatdaruratan dapat dilakukan dengan ABC, yaitu :

Daftar Pertanyaan

a. Airway, Breathing, Circulation b. Airway, Brain, Circulation c. Airway, Blood, Cardiac

2.Apa yang anda lakukan pertama kali bila anda menemukan korban kebakaran dengan keadaan luka bakar di seluruh tubuhnya?

a. Tangani pendarahan b. Bebaskan jalan nafas

c. Angkat kaki lebih tinggi dari badan

3.Apakah peyebab tersering sumbatan jalan nafas pada korban dengan penurunan kesadaran?

a. Cairan

b. Jatuh pangkal lidah c. Edema laring

(56)

b. Fraktur Nasal c. Fraktur Mandibula

5.Apakah tindakan yang termasuk dalam triple airway maneuver? a. Head tilt, Chin Lift, Jaw Thrush

b. Head push, Neck Lift, Chin Lift c. Head tilt, Jaw thrush, Neck lift

6.Manuver pembebasan jalan nafas dengan cara menarik rahang bawah sampai gigi-giginya melewati gigi-gigi rahang atas disebut dengan?

a. Mandibular pull b. Jaw thrush c. Chin lift

7.Tindakan apakah yang dapat dilkakukan pada pasien dengan tension pneumotoraks?

a. Needle Thoracosentesis b. Pemasangan Chest Tube c. Pemasangan plaster tiga sisi

8.Dimanakah lokasi untuk melakukan kompresi jantung? a. Bagian kiri dada

b. Bagian kanan dada c. Bagian tengah dada

9.Berapakah kecepatan minimal untuk melakukan kompresi jantung? a. 80 kali per menit

b. 100 kali per menit c. 120 kali per menit

10.Berapakah kedalaman minimal untuk melakukan kompresi jantung? a. 4 cm

b. 5 cm c. 6 cm

11.Untuk mengevaluasi status neurologis pasien, dapat digunakan metode AVPU, yaitu :

a. Alert, Verbal, Pain, Unrespond b. Active, Verbal, Palpation, Unrespond c. Alert, Verbal, Percussion, Unrespond 12.Berapakah skor terendah pada Glasgow Coma Scale?

a. 0 b. 1 c. 3

13.Unsur apa saja yang dinilai pada pemeriksaan Glasgow Coma Scale? a. Pergerakan bola mata

b. Cara berjalan

(57)

14.Apa yang dilakukan pada korban pada tahap akhir primary survey?? a. Menjaga pasien agar tidak jatuh ke hipertermi

b. Menjaga pasien agar tidak jatuh ke hipotermi c. Menjaga pasien agar tidak tertidur

15.Teknik apakah yang digunakan untuk memeriksa punggung pasien? a. Log Roll

b. Neck Lift

(58)

Lampiran 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Kelamin * Seminar Crosstabulation

Seminar

Total Mengikuti Tidak Mengikuti

Kelamin Laki-laki Count 28 30 58

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Usia * Seminar Crosstabulation

Seminar

Total Mengikuti Tidak Mengikuti

(59)

Total Count 80 80 160

Expected Count 80.0 80.0 160.0

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Stambuk

Stambuk * Seminar Crosstabulation

Seminar

Total Mengikuti Tidak Mengikuti

Stambuk 2011 Count 0 80 80

Expected Count 40.0 40.0 80.0

2012 Count 28 0 28

Expected Count 14.0 14.0 28.0

2013 Count 52 0 52

Expected Count 26.0 26.0 52.0

Total Count 80 80 160

Expected Count 80.0 80.0 160.0

Distribusi Frekuensi besdasarkan Jawaban

Seminar * Pertanyaan1 Crosstabulation

Count

Pertanyaan1

Total

Salah Benar

Seminar Mengikuti 4 76 80

Tidak Mengikuti 0 80 80

(60)

Seminar * Pertanyaan2 Crosstabulation

Seminar * Pertanyaan3 Crosstabulation

Count

Seminar * Pertanyaan4 Crosstabulation

Count

Seminar * Pertanyaan5 Crosstabulation

(61)

Seminar * Pertanyaan6 Crosstabulation

Seminar * Pertanyaan7 Crosstabulation

Count

Seminar * Pertanyaan8 Crosstabulation

Count

Seminar * Pertanyaan9 Crosstabulation

(62)

Seminar * Pertanyaan10 Crosstabulation

Seminar * Pertanyaan11 Crosstabulation

Count

Seminar * Pertanyaan12 Crosstabulation

Count

Seminar * Pertanyaan13 Crosstabulation

(63)

Seminar * Pertanyaan14 Crosstabulation

Count

Pertanyaan14

Total

Salah Benar

Seminar Mengikuti 34 46 80

Tidak Mengikuti 4 76 80

Total 38 122 160

Seminar * Pertanyaan15 Crosstabulation

Count

Pertanyaan15

Total

Salah Benar

Seminar Mengikuti 15 65 80

Tidak Mengikuti 1 79 80

Total 16 144 160

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 32.669a 2 .000

Likelihood Ratio 34.875 2 .000

N of Valid Cases 160

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum

(64)

Lampiran 6

Master Data

Nama Seminar Kelamin

Stambu

AAR Mengikuti

Perempua

n 2013 18 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 10

AH Mengikuti Laki-laki 2013 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13

ARA Mengikuti

Perempua

FAD Mengikuti

Perempua

FSD Mengikuti

Perempua

n 2013 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13

HF Mengikuti

Perempua

n 2013 18 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 11

INL Mengikuti

Perempua

n 2013 19 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 10

J Mengikuti

Perempua

(65)

KAS Mengikuti

RDSS Mengikuti

Perempua

n 2013 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 13

SDP Mengikuti

Perempua

n 2013 19 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 10

SRMS Mengikuti

Perempua

ZRN Mengikuti

Perempua

n 2013 19 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 10

AIC Mengikuti

Perempua

n 2013 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14

ADZ Mengikuti

Perempua

n 2013 19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 12

AKJ Mengikuti

Perempua

Gambar

Gambar 2.1. Head-tilt, chin-lift maneuver (sumber : European
Gambar 2.2. Jaw-thrust maneuver (sumber : European Resusciation
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
+5

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa yang telah mendaftarkan diri sebagai peserta KKN (dilakukan dengan mengisi Blanko Pendaftaran KKN dan memohon persetujuan Dosen Wali, kemudian menyerahkan blanko tersebut

Masalah-maslah tersebut di antaranya ketidakmampuan siswa menggunakan representasi makroskopik, submikrioskopik dan simbolik dalam memahami kimia, siswa merasa

Untuk menguji pengaruh variabel Kualitas Pelayanan (X1)dan Sarana Prasarana (X2) secara silmultan terhadap variabel Kepuasan Peserta Didik (Y) digunakan uji F.Dengan hasil nilai

Lampiran 12.Spektrum 1 H-NMR Senyawa Flavonoida Pembanding untuk Senyawa Hasil Isolasi (Mabry, 1970).. Senyawa Hasil Isolasi

Dengan membuat sistem pendukung keputusan kepuasan pelanggan parabola MNC Sky Vision berbasis web dengan metode TOPSIS akan sangat membantu dalam pelaksanaan

Untuk mencapai tujuan di atas, paket instrumen kebijakan yang diambil adalah: (1) menetapkan harga dasar, (2) melakukan pem- belian gabah dan beras hasil produksi

Jumlah anakkan ganyong di Jakarta Utara semakin meningkat, sampai pada pengamatan minggu ke 8 jumlah anakan ganyong di wilayah Jakarta Timur adalah 10,6 lebih

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah Untuk mendeskripsikan kelayakan dari bisnis penjualan warung kopi Pak Haji jika dilihat dari aspek non