TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN DAN HAMBATAN
PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI DI BADAN
PERTANAHAN NASIONAL BINJAI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
JULIA SARI
( 100200200 )
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM AGRARIA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN DAN HAMBATAN
PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI DI BADAN
PERTANAHAN NASIONAL BINJAI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum
Oleh :
JULIA SARI
( 100 200 200 )
DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM AGRARIA
Diketahui oleh :
Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara
Suryaningsih, SH.M.Hum ( 19600214 198703 2002 )
Pembimbing I Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas akhir kuliah dan menyelesaikan
studi hukum dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum yang terbaik pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
Adapun skripsi yang saya ajukan dengan judul : “TINJAUAN ATAS
PELAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDAFTARAN TANAH
PERTAMA KALI DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL BINJAI”.
Pemilihan judul ini didasari dengan jurusan yang telah saya dalami di dalam
menduduki bangku perkuliahan yaitu Hukum Agraria.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya telah mendapatkan banyak saran
dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam penulisan skripsi
ini saya mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.
M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, Bapak Syafruddin Hasibuan, SH. MH. DFM selaku Pembantu
Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Bapak Muhammad
Husni, SH. M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum
2. Ibu Suryaningsih, SH. M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum
Administrasi Negara di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. DR. M. Yamin, SH. MS. CN selaku ketua Program
kekhususan Hukum Agraria pada fakultas hukum Universitas Sumatera
Utara dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan
wawasan serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Mariati Zendrato, SH. M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Affan Mukti, SH. M.Hum selaku dosen program kekhususan
Hukum Agraria yang telah memberikan pengarahan kepada saya dalam
mengajukan judul skripsi ini.
6. Ibu Zaidar, SH. M.Hum selaku dosen program kekhususan Hukum
Agraria yang telah memberikan motivasi kepada saya dalam mempelajari
Hukum Agraria.
7. Bapak Malem Ginting, SH. M.Hum selaku Dosen dan Orang Tua yang
selalu mendidik dan memberikan saya bimbingan di dalam memasuki
bangku kuliah sampai selesai dalam menimba ilmu di fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
8. Bapak M. Hayat, SH selaku dosen dan motivator yang telah memberikan
banyak pengalaman kepada saya dalam menimba ilmu di dalam fakultas
9. Bapak Sunarto Ady Wibowo, SH. M.Hum selaku dosen yang telah
memberikan saya begitu banyak pengalaman dalam mempelajari Hukum
di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
10.Bapak Jusmadi Sikumbang, SH. M.Hum selaku dosen yang telah
memberikan saya banyak pengarahan.
11.Bapak DR. Mirza Nasution, SH. M.Hum selaku dosen pembimbing
akademik saya di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
12.Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staf Pengawai fakultas hukum
Universitas Sumatera Utara.
13.Seluruh jajaran dan Staf Kantor Badan Pertanahan Nasional di kotamadya
Binjai yang telah memberikan bantuan kepada saya dalam menyelesaikan
skripsi ini.
14.Papa dan Mama saya yang saya sayangi yang telah memberikan saya
begitu banyak dukungan dan memberikan saya begitu banyak pengalaman
yang tidak terlupakan serta memberikan saya motivasi dalam mempelajari
hukum di dalam Fakultas hukum Universitas Sumatera Utara.
15.Kakak dan abang saya yang telah memberikan saya semangat dalam
mempelajari hukum dan memberikan saya motivasi untuk menjadi orang
yang berguna bagi nusa dan bangsa ke depannya.
16.Abangda dan kakanda yang telah memberikan saya semangat dalam
menimba ilmu di fakultas hukum Universitas Sumatera Utara dan
seseorang yang telah memberikan saya begitu banyak pengalaman hidup
sampai sekarang ini dimana saya masih menginjak tanah dan berdiri
dengan tegar di hadapannya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada bapak-bapak dan ibu-ibu serta rekan-rekan sekalian.
Saya menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan baik dari segi saya sendiri maupun dari segi isinya. Untuk itu saya
senantiasa menerisa saran ataupun kritikan yang sifatnya positif dan membangun
dari semua pihak agar wujud dari skripsi ini menjadi lebih sempurna dan
bermanfaat kedepannya bagi pembaca.
Demikian yang dapat saya sampaikan, atas segala kesalahan dan
kekurangannya saya mohan maaf kepada seluruh pembaca.
Atas perhatian dan dukungannya, saya ucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2014
JULIA SARI
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
ABSTRAK ... vii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penulisan ... 7
D. Manfaat Penulisan ... 7
E. Keaslian Penulisan ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH ... 16
A. Dasar – dasar penyelenggaraan pendaftaran tanah ... 16
1. Asas – asas pendaftaran tanah ... 16
2. Tujuan diselenggarakannya pendaftaran tanah ... 18
3. Manfaat pendaftaran tanah ... 22
4. Pengertian pendaftaran tanah dan pelaksanaannya ... 23
B. Pendaftaran tanah pertama kali ... 32
1. Kegiatan dan pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali . 32 2. Pengumpulan data dan pengelolahan data fisik ... 42
3. Pengumpulan dan pengelolaan data yuridis serta pembukuan haknya ... 60
4. Penerbitan sertifikat ... 66
5. Penyajian data fisik dan data yuridis ... 69
6. Penyimpanan daftar umum dan dokumen ... 70
BAB III. TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDAFTARAN PERTAMA KALI DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL BINJAI ... 74
A. Pelaksanaan pendaftaran tanah petama kali di Badan Pertanahan Nasional Binjai ... 74
B. Hambatan – hambatan pendaftaran tanah pertama kali di Badan Pertanahan Nasional Binjai ... 78
C. Upaya yang dilakukan kepala Badan Pertanahan Nasional Binjai dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat pendaftaran tanah pertama kali di Binjai ... 92
BAB IV. PENUTUP ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 97
ABSTRAK
TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL
BINJAI
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara agraris. Dimana
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara yang dijuluki dengan
tuan tanah. Seiring dengan berkembangnya zaman, maka jumlah penduduk
Indonesia semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah penduduk
Indonesia, maka otomatis penggunaan tanah di Indonesia semakin meningkat.
Semakin meningkatnya penggunaan tanah di Indonesia maka timbullah
berbagai masalah tentang pertanahan misalnya tentang hak kepemilikan atas tanah
yang tidak jelas tanpa melalui hukum yang berlaku. Oleh karena itu, maka perlu
diselenggarakan pendaftaran tanah.
Metode penelitian yang dilakukan penulis dalam melakukan penulisan
skripsi ini adalah metode penelitian empiris. Dimana yang penulis lakukan dengan
mencari data kepustakaan ( library research ) dengan pengumpulan data sekunder
bersumber dari peraturan perundang – undangan yang berlaku teori, asas – asas
hukkum yang berlaku dan berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Dalam hal
memperoleh data primer, penulis melakukan riset lapangan dengan melakan
penelitian pada kantor pertanahan di Kotamadya Binjai.
Dengan Pasal 19 Undang – Undang Pokok Agraria telah dengan tegas
mengamanatkan kepada Pemerintah agar seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan
pendaftaran tanah, pengertian pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
bidang – bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik
ABSTRAK
TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL
BINJAI
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara agraris. Dimana
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara yang dijuluki dengan
tuan tanah. Seiring dengan berkembangnya zaman, maka jumlah penduduk
Indonesia semakin meningkat. Dengan meningkatnya jumlah penduduk
Indonesia, maka otomatis penggunaan tanah di Indonesia semakin meningkat.
Semakin meningkatnya penggunaan tanah di Indonesia maka timbullah
berbagai masalah tentang pertanahan misalnya tentang hak kepemilikan atas tanah
yang tidak jelas tanpa melalui hukum yang berlaku. Oleh karena itu, maka perlu
diselenggarakan pendaftaran tanah.
Metode penelitian yang dilakukan penulis dalam melakukan penulisan
skripsi ini adalah metode penelitian empiris. Dimana yang penulis lakukan dengan
mencari data kepustakaan ( library research ) dengan pengumpulan data sekunder
bersumber dari peraturan perundang – undangan yang berlaku teori, asas – asas
hukkum yang berlaku dan berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Dalam hal
memperoleh data primer, penulis melakukan riset lapangan dengan melakan
penelitian pada kantor pertanahan di Kotamadya Binjai.
Dengan Pasal 19 Undang – Undang Pokok Agraria telah dengan tegas
mengamanatkan kepada Pemerintah agar seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan
pendaftaran tanah, pengertian pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar, mengenai
bidang – bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang – bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi. Hak atas tanah
adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi
dua dengan panjang dan lebar. Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang dengan hak-hak yang disediakan oleh Undang-Undang Pokok Agraria,
adalah untuk digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya dan dipunyainya
tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan bermakna jika penggunaannya
terbatas hanya pada tanah sebagai permukaan bumi saja. Untuk keperluan apa
pun tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan senbagian tubuh bumi
yang ada dibawahnya dan air serta ruang angkasa yang ada diatasnya. Oleh
karena itu dalam ayat ( 2 ) dinyatakan bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya
mememberikan wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu
permukaan bumi yang bersangkutan, yang disebut tanah. Tetapi juga tubuh
bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang ada di atasnya.
Dalam hal ini hak – hak atas tanah yang diberikan kepada subjek hak yaitu
orang atau badan hukum yang dipersamakan dengan orang adalah hak – hak
atas tanah yang bersifat keperdataan sebagaimana diatur dalam public maka
hak dan kewenangan serta penguasaannya harus hak atas tanah yang sifatnya
public juga, seperti Negara dengan Hak Menguasai Negara, atau bila badan
pengelolaan. Oleh karena itu tidaklah pada tempatnya memberikan hak
pengelolaan kepada orang, karena demikianlah ketentuannya, maka Negara
mengatur kepemilikan dan penggunaan atas sumber daya agararia, sehingga
kita mengenal hukum agraria yang materinya menyangkut bumi, air, dan
ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di samping
hukum pertanahan.
Terhadap pemberian atau penetapan hak-hak atas tanah termasuk dalam
setiap penyelesaian masalah pertanahan tersebut dimaksudkan sebagai upaya
untuk pemberian jamainan kepastian hukum bagi pemegang haknya.
Pemberian jaminan kepastian hukum terhadap hak – hak atas tanah bagi rakyat
seluruhnya merupakan salah satu tujuan pokok UUPA yang sudah tidak bisa
ditawar lagi, sehingga Undang-Undang menginstruksikan kepada Pemerintah
untuk mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia yang
bersifat menjamin kepastian hukum dan kepastian haknya.
Pasal 19 UUPA telah dengan tegas mengamanatkan kepada pemerintah
agar di seluruh wilayah Indonesia dilaksanakan pendaftaran tanah, dengan
tujuan untuk memcapai kepastian hukum.1
1
M. Yamin Lubis dan Abd, Rahim Lubis., Hukum pendaftaran tanah, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 4
Pengertian pendaftaran tanah
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus –
menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengelolaan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis
rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang –
bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas saturan rumah susun
serta hak – hak tertentu yang membebaninya.2
Sebagai implementasi dari pasal 19 UUPA, maka oleh pemerintah telah
dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 tentang pendaftaran
tanah, yang disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun
1997 dan peraturan pelaksananya Peraturan Menteri Negara Agraria atau
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Peraturan Pelaksana Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah di Indonesia dilaksanakan oleh
Pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional dan untuk daerah
kabupaten dan / kota berdasarkan pasal 6 peraturan pemerintah Nomor 24
tahun 1997 dilaksanakan oleh kepala pertanahan, kecuali untuk kegiatan –
kegiatan tertentu yang oleh peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 1997 dan
peraturan perundang- undangan lain sebagian tugas pendaftaran tanah
ditugaskan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah ( PPAT ) dalam hal kegiatan
dengan pembuatan akta peralihan dan pembebanan hak atas tanah.
Kegiatan penyelenggaraan pendaftaran tanah sangat terkait dengan aspek
teknis, yuridis dan administeratif data bidang tanah. Ciri - cirri
penyelenggaraan pendaftaran tanah ini sangat terkait dengan pertimbangan
untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap subjek dan
bidang kepemilikan maupun atas bidang tanah yang sudah terdaftar atau
sesuatu hak menurut Undang – Undang Pokok Agraria.
Pendaftaran atas bidang tanah yang sudah mempunyai suatu hak,
diperlukan jika terjadi perubahan data fisik dan data yuridis atas tanah
tersebut. Perubahan data yuridis dapat terjadi karena peralihan hak, sedangkan
perubahan data fisik dapat terjadi karena pemisahan dari satu bidang tanah
menjadi beberapa bidang atau penggbungan dari beberapa bidang menjadi satu
bidang tanah.
Pendaftaran tanah telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, karena
pendaftaran tanah sangat erat kaitannya dengan pengamanan asset atau
kekayaan yang berupa tanah dari setiap orang atau badan hukkum yang
memilikinya, karena dengan memahami arti dan fungsi pendaftaran tanah,
masyarakat akan mendaftarkan tanahnya, maka akan diperoleh manfaat baik
dari segi hukum maupun dari sudut ekonomi. 3
3
M. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis., Op. cit., Hlm. v
Dengan terdaftarnya suatu
bidang tanah dengan produknya berupa sertifikat, maka bagi masyarakat
pemilik tanah akan memperoleh manfaat berupa adanya rasa aman dan
nyaman atas penguasaan dan penggunaan tanah yang dimilikinya. Disamping
itu juga sertifikat tanah dapat dijadikan sebagai modal dalam pengembangan
usaha perekonomian bagi masyarakat pemeliknya, dengan menjadikannya
sebagai agunan atau jaminan dalam memperoleh kredit dari lembaga
Dalam peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997, yang merupakan
penyempurnaan dari peraturan pemerintah nomor 10 tahun 1961, tetap
dipertahankan tujuan dan system yang digunakan selama ini yang pada
hakikatnya sudah ditetapkan dalam UUPA, yaitu bahwa pendaftaran tanah
diselenggarakan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dalam
penguasaan dan penggunaan tanah. Hal ini yang lebih penting lagi adalah
menyangkut system pendaftaran tanah yang dikembangkan terutama
menyangkut system publikasinya yang tetap menggunakan system negative
tetapi yang mengadung unsure positif, tidak menganut asas negative semata
dan bukan pula positif murni, karena dengan pendaftaran tanah hanya akan
menghasilkan surat – surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alah
pembuktian yang kuat, seperti telah dinyatakan dalam pasal 19 ayat ( 2 ) huruf
c, pasal 23 ayat ( 2 ), pasal 32 ayat ( 2 ) dan pasal 38 ayat ( 2 ) UUPA.
Pendaftaran tanah juga tetap dilaksanakan melalui dua cara, petama secara
sistematik yaitu pendaftaran tanah yang dilakukan atas semua bidang tanah (
massal ) yang meliputi wilayah satu desa / kelurahan atau sebagiannya yang
pelaksanaannya atas prakarsa pemerintah ( mengikuti system pendaftaran
tanah desa per desa ), kedua secara sporadic, yaitu pendaftaran mengenai
bidang tanah tertentu atas permintaan pemegang atau penerima hak yang
bersangkutan secara individual atau massal.4
4
Prinsip – prinsip yang terdapat dalam peraturan pemerintah nomor 10
tahun 1961 justru dipertegas dan diperjelas di dalam peraturan pemerintah
nomor 24 tahun 1997. Penegasan yang diatur dalam peraturan pemerintah
nomor 24 tahun 1997 merupakan upaya penyempurnaan terhadap peraturan
yang ada sekaligus penyesuaian terhadap perkembangan kebutuhan
masyarakat sebagaimana prinsip – prinsipnya telah diamanatkan oleh UUPA.
Ketentuan baru pendaftaran tanah dimaksud secara substansial tetap
menampung konsepsi – konsepsi Hukum Adat yang hidup dan berakar dalam
masyarakat, sehingga dengan demikian memperkuat kerangka tujuan UUPA
yaitu untuk menciptakan unifikasi hukum tanah nasional yang memang
didasarkan pada Hukum Adat.
Berdasarkan uraian di atas dan ketentuan – ketentuan yang ada, maka
penulis berkeinginan untuk mengkaji masalah pendaftaran tanah dalam skripsi
yang berjudul “ Tinjauan Atas Pelaksanaan dan Hambatan Pendaftaran Tanah
Pertama Sekali di Badan Pertanahan Nasional Binjai”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi pokok
bahasan yang berkaitan dengan “ Tinjauan atas Pelaksanaan dan Hambatan
Pendaftaran Tanah Pertama Sekali di Badan Pertanahan Nasional Binjai”
1. Bagaimana tata cara Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama sekali
di kotamadya Binjai ?
2. Apakah yang menjadi hambatan bagi badan pertanahan nasional dalam
melaksanakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali di Binjai ?
C. Tujuan Penulisan
Dari permasalahan yang telah di kemukakan sebelumnya, maka
dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan, yakni :
1. Untuk mengetahui proses atau pelaksanaan pendaftaran tanah untuk
pertama sekali di kotamadya Binjai
2. Untuk mengetahui hambatan – hambatan apa saja yang di timbulkan dan
upaya apa saja yang dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional Binjai
dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat pendaftaran tanah ini.
D. Manfaat Penulisan
Di samping tujuan penelitian tersebut, maka penulis berharap
nantinya dapat memberikan manfaat pemikiran baik secara teoritis
1. Manfaat teoritis
Dapat memberikan suatu masukan ataupun informasi bagi kalangan
Akademis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam
hal pendaftaran tanah untuk pertama sekali
2. Manfaat praktis
Dapat memberikan masukan bagi instansi yang terkait, dan informasi
untuk pemahaman bagi masyarakat yang memerlukan demi meningkatkan
kesadaran hukum dalam pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama
sekali.
E. Keaslian Penulisan
Penulisan atas skripsi ini dilakukan atas inisiatif dari penulis sendiri dan
tentunya dengan berbagi masukan dari berbagai pihak yang membantu
penulisan ini. Karena melihat pendaftaran tanah sangatlah penting untuk
dilaksanakan bagi masyarakat yang memiliki tanah. Kebanyakan masyarakat
tidak tau menau tentang pentingnya pendaftaran tanah ini. Masyarakat
beranggapan bahwa dengan dasar surat – surat keterangan tanah yang di buat
di bawah tangan, itu sudah cukup untuk mengetahui bahwa pemilik tanah
yang sah secara hukum. Mengingat pelaksanaan pendaftaran tanah belum
sepenuhnya dilaksanakan atas bidang – bidang tanah yang dimiliki oleh warga
masyarakat. Penulisan skripsi ini adalah satu – satunya di perpustakaan
penulisan yang di buat oleh penulis hanyalah beberapa kata dan memiliki
metodologi penelitian yang berbeda. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli
serta dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian hukum
empiris dengan pendekatan penelitian hukum normatif dan penelitian
hukum sosiologis. Dari beberapa penelitian yang ada, menurut Tampil
Anshari Siregar, penelitian yang banyak digunakan adalah penelitian
normative dan penelitian sosiologis. Penelitian hukum normative atau
penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau hanya menggunakan data sekunder belaka. Sedangkan
penelitian hukum sosiologis atau empiris yang dilakukan dengan cara
tetutama meneliti data primer yang diperoleh dari lapangan selain juga
meneliti data sekunder dari perpustakaan.5
Pendekatan hukum normative penulis melakukan dengan cara meneliti
bahan pustaka seperti peraturan perundang – undangan, bahan – bahan
hukum dan data yang sudah dipublikasikan pada instansi pemerintah,
dengan maksud untuk memperoleh data sekunder. Sedangkan
pejabat di kantor pertanahan binjai mengenai permasalahan yang
terkait guna mendapatkan data primer.
Untuk menganalisa data yang sudah diperoleh baik dari kantor instansi
yang terkait maupun dari masyarakat, maka penulis menggunakan
analisis pendekatan kualitatif.
Menurut Taylor dan bogdan, metode kualifikasi sebagai prosedur
penelitian yang menghasilakan data deskriftif berupa kata – kata
tertulis maupun lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat
diamati.6
Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya
pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis
terhadap dinamika hukumban antar fenomena yang diamati, dengan
menggunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan
kualitatif sama sekali tidak menggunakan dukungan data kuantitatif
akan tetapi penekanannya tidak pada penguji hipotesis melainkan pada
usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara berfikir dan
argumentative.7
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk
menggambarkan kondisi pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama
sekali atas tanah yang dikuasai dan dimiliki oleh masyarakat Binjai.
6
Lexy J. Moleong., metode penelitian kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung , 2000, hlm. 4 7
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yang dilaksanakan adalah di Kota Binjai. Pemilihan
lokasi ini di dasarkan pada keingingan penulis dalam melakukan riset
terhadap tanah yang di daftarkan untuk pertama sekali. Karena kota
Binjai juga merupakan kota yang merupakan jalur menuju pusat wisata
dan juga pusat rekreasi. Oleh karena itu kegiatan tersebut tentunya
tidak terlepas dari kegiatan pelaksanaan pendaftaran tanah untuk
pertama sekali.
3. Jenis dan Sumber Data
1) Jenis Data
Jenis data yang penulis kumpulkan adalah berupa :
• Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara
langsung oleh penulis dari beberapa pihak untuk
dijadikan sumber informasi. Data yang penulis lakukan
diperoleh dengan cara melakukan wawancara,
mengajukan pertanyaan pada responden dan melakukan
observasi. Data tersebut adalah data yang berhubungan
dengan data – data pelaksanaan pendaftaran tanah untuk
pertama sekali di kotamadya binjai yang penulis
• Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari
instansi dan dokumen – dokumen, arsip – arsip, dari
kantor Pertanahan Kota binjai.
2) Sumber Data
Sumber data adalah subjek data yang di dapat dan diperoleh.
Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari Kantor
Badan Pertanahan Nasional Binjai.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang di ambil oleh penulis dalam penulisan
skripsi ini adalah, sebagai berikut :
1. Study Kepustakaan
Study kepustakaan yaitu dengan cara mempelajari referensi –
referensi, tulisan ilmiah, peraturan perundang – undangan yang
memiliki hubungan dengan judul skripsi penulis.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mendapatkan data – data yang ada di
lapangan dengan bersesuaian tujuan penelitian. Observasi
dilakukan di lapangan dalam mengamati pelaksanaan pendaftaran
tanah untuk pertama sekali di kantor Badan Pertanahan Nasional
3. Wawancara
Dalam penelitian ini, penulis secara langsung mewawancarai para
pejabat Kantor Pertanahan di Kota Binjai dengan Tanya – jawab
seputar tentang kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama sekali di
Kota Binjai.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memperjelas penguraian dari isi skripsi ini dan untuk lebih
mengarahkan pembaca, maka penulis merangka sistematika penulisan
ataupun gambaran dari isi skripsi ini dengan beberapa bab, yakni :
1. Pada Bab I ini penulis menceritakan tentang pendahuluan yang di isi
dengan latar belakang, perumusan permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penellitian, keaslian penelitian, metode penelitian yang
meliputi jenis metode penelitian, lokasi penelitian, jenis data yang di
uraikan yang termasuk data primer, data sekunder dan sumber data,
teknik pengumpulan data yang terdiri dari studi kepustakaan, observasi
dan wawancara.
2. Pada Bab II penulis menguraikan dengan tinjauan umum tentang
pelaksanaan pendaftaran tanah dimana di dalamnya penulis
menguraikan tentang dasar – dasar penyelenggaraan pendaftaran tanah
pengertian pendaftaran tanah dan pelaksanaannya, objek pendaftaran
tanah, system pendaftaran tanah yang digunakan, system publikasi
yang digunakan, kekuatan pembuktian sertifikat, satuan wilayah tata
usaha pendaftaran tanah dan penyelenggaraan dan pelaksanaan
pendaftaran tanah.
Kemudian penulis juga menguraikan tentang kegiatan pendaftaran
tanah untuk pertama sekali yang meliputi kegiatan dan
pelaksanaannya, pengumpulan data dan pengelolaan data fisik,
pengumpulan dan pengelolaan data yuridis serta pembukuan haknya,
penerbitan sertifikat, penyajian data fisik dan data yuridis, dan
penyimpanan daftar umum dan dokumentasi.
Selanjutnya dalam bab ini penulis juga menelusuri tentang
pemeliharaan data pendaftran tanah yang meliputi, pengertitan dan
pemeliharaan data pendaftaran tanah, pemeliharaan data karena
pemimindahan hak yang bukan melalui lelang, pemeliharaan data
karena pemindahan hak melalui lelang, pemeliharaan data karena
pemindahanhak karena pewarisan, pemeliharaan data karena
pembebanan hak, pemeliharaan data karena perpanjangan jangka
waktu hak atas tanah, pemeliharaan data karena pembagian hak
bersama, dan pemeliharaan data karena perubahan nama.
3. Pada Bab III ini penulis melakukan riset dan menulis tentang tinjauan
atas pelaksanaan dan hambatan pendaftaran tanah pertama sekali di
Dimana yang penulis uraikan adalah tentang bagaimana pelaksanaan
pendaftaran tanah pertama sekali di kotamadya Binjai, dan hambatan –
hambatan pendaftaran tanah pertama sekali di kotamadya Binjai serta
menguraikan tentang upaya yang dilakukan oleh kepala kantor
pertanahan nasional Binjai dalam mengatasi permasalahan yang timbul
akibat pendaftaran tanah pertama sekali di Kotamadya Binjai.
4. Pada Bab IV ini yang penulis uraikan adalah tentang penutupan
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PELAKSANAAN PENDAFTARAN
TANAH
A. Dasar – dasar penyelenggaraan pendaftaran tanah
1. Asas – asas pendaftaran tanah
Menurut pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang
pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman,
terjangkau, mutakhir dan terbuka.
Asas Sederhana
Asas ii dimaksudkan agar ketentuan – ketentuan pokoknya maupun
prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak – pihak
yang berkepentingan, terutama para pemegang hak atas tanah.
Asas Aman
asas ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran
tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga
hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan
pendaftaran tanah itu sendiri.
Asas Terjangkau
Asas ini dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak – pihak yang
memerlukan, khususnya dengan memperhatikan kebutuhan dan
dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa
terjangkau oleh pihak yang memerlukan.
Asas Mutakhir.
Asas ini dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam
pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya.
Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang muthakir.
Untuk itu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan –
perubahan yang terjadi di kemudian hari.
Asas Terbuka
Asas ini dimaksudkan agar masyarakat dapat mengetahui atau
memperoleh keterangan mengenai data fisik dan data yuridis yang
benar setiap saat kantor Pertanahan Kabupaten dan atau/ kota.
Sudikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam pendaftaran tanah
dikenal 2 macam asas, yaitu :
Asas Specialiteit
Artinya pelaksanaan pendaftaran tanah itu diselenggarakan atas
dasr peraturan perundang – undangan tertentu, yang secara teknis
menyangkut masalah pengukuran, pemetaan , dan pendaftaran
peralihannya. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendaftaran
yaitu memberikan data fisik yang jelas mengenai luas tanah, letak,
dan batas – batas tanah.
Asas Openbaarheid ( asas Publisitas )
Asas ini memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi
subjek haknya, apa nama hak atas tanah, serta bagaimana
terjadinya peralihan dan pembebanannya. Data ini sifatnya terbuka
untuk umum, atinya setiap orang dapat melihatnya.8
Berdasarkan asas ini, setiap orang berhak mengetahui data yuridis
tentang subjek hak, nama hak atas tanah, peralihan hak, dan
pembebanan hak atas tanah yang ada di kantor Pertanahan Kabupaten
dan atau/ kota, termasuk mengajukan keberatan sebelum sertifikat
diterbitkan, sertifikat pengganti, sertifikat yang hilang atau yang rusak.
2. Tujuan diselenggarakannya pendaftaran tanah.
Dalam peraturan pemerintah yang menyempurnakan PP NO. 10 tahun
1961 ini, tetap dipertahanakan tujuan diselenggarakannya pendaftaran
tanah sebagai yang pada hakikatnya sudah ditetapkan dalam pasal 19
UUPA. Yaitu bahwa pendaftaran tanah merupakan tugas Pemerintah,
yang diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum di
bidang pertanahan.9
8
Sudikno Mertokusumo, Hukum dan politik Agraria, Karunia Universitas terbuka, Jakarta,, 1988, hlm. 99
Tujuan pendaftran tanah dimuat dalam pasal 3 dan
9
pasal 4 peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 1997, yaitu sebagai
berikut :
Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum
kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun
dan hak – hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
Tujuan memberikan jaminan kepastian hukum merupakan tujuan
utama dalam pendaftaran tanah sebagaimana yang ditetapkan oleh
pasal 19 UUPA.
Maka memperoleh seritifikat bukan sekedar fasilitas, malinkan
merupakan hak pemegang hak atas tanah yang dijamin oleh
Undang – Undang.
Jaminan kepastian hukum sebagai tujuan pendaftaran tanah,
meliputi :
Kepastian stataus hak yang didaftar
Artinya dengan pendaftaran tanah akan dapat diketahui
dengan pasti status hak yang didaftar, misalnya Hak Milik,
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak
Pengelolaan, Hak Tanggungan, Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun atau Tanah Wakaf.
Kepastian Subjek Hak
Artinya dengan Pendaftaran tanah akan dapat diketahui
sekelompok orang secara bersama – sama, atau badan
hukum.
Kepastian Objek Hak
Artinya dengan pendaftaran tanah akan dapat diketahui
dengan padti letak tanah, batas – batas tanah, dan ukuran
tanah.
Letak tanah berada di jalan, kelurahan / desa, kecamatan,
kabupaten / kota, dan provinsi mana. Batas – batas tanah
meliputi sebelah utara, selatan, timur dan barat berbatasan
dengan tanah siapa atau tanah apa. Ukuran tanah dalam
bentuk meter persegi.
Untuk menyediakan informasi kepada pihak – pihak yang
berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan
hukum mengenai bidang – bidang tanah dan satuan – satuan rumah
susun yang sudah terdaftar.
Dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan
untuk terciptanya suatu pusat informasimengenai bidang – bidang
tanah sehingga pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah
dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukkum mengenai bidang – bidang tanah
Untuk melaksanakan fungsi informasi, data fisik dan data yuridis
dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar
terbuka untuk umum. Dengan pendaftaran tanah, pemerintah
maupun masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi
tentang data fisik dan data yuridis di Kantor Pertanahan Kabupaten
/ kota apabila mau mengadakan suatu perbuatan hukum mengenai
bidang – bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah
terdaftar, misalnya pengadaan tanah untuk kepentingan pemerintah
atau perusahaan swasta, jual beli, lelang, pembebanan hak
tanggungan.
Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Program pemerintah di bidang pertanahan dikenal denga catur
tertib pertanahan, yaitu tertib hukum pertanahan, tertib administrasi
pertanahan, tertib pneggunaan tanah, dan tertib pemeliharaan tanah
dan kelestarian lingkungan hidup.
Untuk mewujudkan tertib administrasi pertanahan dilakukan
dengan meyelenggarakan pendaftaran tanah yang bersifat rechts
cadaster.
Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar
dan perwujudan tertib administrasi bidang pertanahan. Untuk
mewujudkan tertib administers petanahan, setipa bidang tanah dan
hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah
susun wajib didaftarkan.10
3. Manfaat Pedaftaran Tanah
Pihak – pihak yang memperoleh manfaat dengan diselenggarakannya
pendaftaran tanah ini, adala sebagai berikut :
Manfaat bagi pemegang hak.
Memberikan rasa aman.
Dapat mengetahui dengan jelas data fisik dan data
yuridisnya
Memudahkan dalam pelaksanaan peralihan hak.
Harga tanah menjadi lebih tinggi
Dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak
Tanggungan.
Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) tidak mudah
keliru
Manfaat bagi pemerintah
Akan terwujud tertib administrasi pertanahan sebagai salah
satu program catur tertib Pertanahan
Dapat memperlancar kegiatan pemerintahan yang berkaitan
dengan tanah dalam pembangunan.
10
Dapat mengurangi sengketa di bidang pertanahan, misalnya
sengketa batas – batas tanah, pendudukan tanah secara liar.
Manfaat bagi calon pembeli atau kreditor.
Bagi calon pembeli atau calon kreditor dapat dengan mudah
memperoleh keterangan yang jelas mengenai data fisik dan
data yuridis tanah yang akan menjadi objek perbuatan
hukum mengenai tanah.11
4. Pengertian Pendaftaran Tanah dan Pelaksanaannya
Pengertian Pendaftaran Tanah
Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997
diberikan rumusan tentang pengertian pendaftaran tanah.
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus – menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan dan penyajian
serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta
dan daftar, mengenai bindang – bidang tanah yang sudah ada
haknya dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, termasuk
bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun serta hak – hak tertentu yang membebaninya.12
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah meliputi kegiatan Pendaftaran
Tanah Untuk Pertama Sekali dan Pemeliharaan data Pendaftaran
Tanah.
5. Objek Pendaftaran Tanah
Objek pendaftaran tanah menurut pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor
24 tahun 1997 meliputi:
a. Hak Milik
Hak milik adalah hak turun – temurun, terkuat dan terpenuh yang
dapat diipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan
dalam pasal 6 ( pasal 20 ayat ( 1 ) UUPA ).
Yang mempunyai hak milik, adalah :
Hanya Warga Negara Indonesia
Bank Pemerintah atau badan Keagamaan dan badan Sosial (
permen Agraaria atau Kepada BPN Nomor 9 Tahun 1999
tentang tata cara pemberitan dan pembatalan hak atas tanah
Negara dan hak pengelolaan )
12
b. Hak Guna Usaha
Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu paling lama
35 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 25 tahun guna
perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan ( pasal 28 ayat ( 1
) UUPA ).
Yang dapat mempunyai Hak Guna Usaha, adalah :
Warga Negara Indonesia
Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.
Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996
tentang Hak Guna Bangunan, dan hak pakai atas tanah, Jangka
waktu Hak Guna Usaha, adalah untuk pertama kalinya paling lama
35 tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25
tahun, dan dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 35
tahun.
c. Hak Guna Bangunan
Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan – bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri,
untuk jangka waktu paling lama 20 tahun ( pasal 35 ayat ( 1 ) dan
ayat ( 2 ) UUPA ).
Yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan, adalah :
Warga Negara Indonesia
Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia.
Dari asal tanahnya, Hak Guna Bangunan dapat terjadi pada tanah
Negara, tanah Hak Pengelolaan, dan Tanah Hak Milik.
Jangka waktu hak Guna Bangunan atas tanah Negara dan tanah
Hak Pengelolaan menurut pasal 25 PP No. 40 tahun 1996 adalah
untuk pertama kalinya paling lama adalah 30 tahun, dapat
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun, dapat
diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 30 tahun. Sedangkan
jangka waktu Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik menurut
pasal 29 PP No. 40 tahun 1996, adalah paling lama 30 tahun, tidak
dapat diperpanjang, tetapi dapat diperbaharui haknya atas
kesepakatan pihak pemilik tanah dan pemegang Hak Guna
Bangunan.
d. Hak Pakai
Hak Pakai adalah untuk menggunakan dan atau / memungut hasil
dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik
ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian sewa menyewa
atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak
bertentangan dengan jiwa dan ketentuan – ketentuan Undang –
Undang ini ( pasal 41 ayat ( 1 ) UUPA ).
Yang dapat mempunyai Hak Pakai, adalah :
Warga Negara Indonesia
Badan hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia
dan berkedudukan di Indonesia
Departemen, Lembaga Pemerintah Non- Departemen, dan
Pemerintah Daerah
Badan – badan keagamaan dan social
Orang asing yang berkedudukan di Indonesia
Badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di
Indonesia
Perwakilan Negara asing dan perwakilan badan
Internasional
Hak Pakai ada yang diberikan untuk jangak waktu yang tidak
ditentukan dan ada yang diberikan untuk jangka waktu yang
ditentukan.
Hak Pakai yang diberikan untuk jangka waktu yang tidak
Departemen, Pemerintah Daerah, Perwakilan Negara Asing,
Perwakilan Badan Internasional, Badan Keagamaan, dan Badan
social.
Jangka waktu Hak Pakai atas tanah Negara dan tanah Hak
Pengelolaan adalah untuk pertama kalinya paling lama 25 Tahun,
dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun, dan
dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 25 Tahun.
Jangka waktu Hak Pakai atas tanah Hak Milik adalah paling lama
25 tahun, tidak dapat diperpanjang, akan tetapi dapat diperbaharui
haknya atas dasar kesepakatan antara pemilik tanah dan pemegang
Hak Pakai.
e. Tanah Hak Pengelolaan
Tanah Pengelolaan menurut pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah
Nomor 40 Tahun 1996 Jo. Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 tahun 1997 jo. Pasal 1 angka 3 Permen Agraria/ kepala
BPN Nomor 3 tahun 1999 jo. Pasal 1 angka 3 Permen Agraria /
kepala BPN Nomor 9 tahun 1999, adalah hak menguasai dari
Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan
kepada pemegangnya.
Secara lebih lengkap, pengertian Hak Pengelolaan dimuat dalam
pasal 2 ayat ( 3 ) Undang – undangn nomor 20 tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang – undang nomor 21 tahun 1997 tenang Bea
tahun 1997 tentang pengenaan Bea Perolehan Hak atas tanah dan
bangunan karena pemberian hak pengelolaan, adalah hak
menguasai dari Negara atas tanah yang berkewengan untuk
merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah, menggunakan
tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya, menyerahkan bagian
– bagian tanah tersebut kepada ketiga dan atau bekerja sama
dengan pihak ketiga.
Yang dapat mempunyai Hak Pengelolaan, adalah :
Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah
Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Daerah
PT Persero
Badam Otoritas
Badan – badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk
oleh pemerintah
f. Tanah Wakaf
Wakaf tanah Hak Milik diatur dalam pasal 49 ayat ( 3 ) UUPA,
yaitu perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Menurut pasal 1 ayat ( 1 ) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun
1977 tentang perwakafan tanah milik, yang dimaksud dengan
wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang
milik dan melembagakannya untuk selama – lamanya untuk
kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran Agama Islam.
Hak atas tanah yang dapat diwakafkan untuk kepentingan
peribadatan atau kepentingan umum lainnya menurut ajaran agama
islam hanyalah Hak Milik.
Dalam perwakafan tanah Hak Milik terdapat pihak yang
mewakafkan tanah disebut wakif, pihak menerima tanah wakaf
disebut Nadzir, pihak yang membuat akta ikrar wakaf adalah
Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, dan pihak yang mendaftar
tanah yang diwakafkan adalah kantor Pertanahan Kabupaten atau /
kota.
g. Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
Satuan Rumah Susun adalah rumah susun yang tujuan peruntukan
utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang
mempunyai sarana penghubung ke jalan umum ( pasal 1 angka 2
Undang – undang nomor 16 tahun 1985 ).
Hak milik atas satuan rumah susun adalah hak milik atas satuan
yang bersifat perseorangan dan terpisah, meliputi juga hak atas
bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama yang
semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
saturan yang bersangkutan ( pasal 8 ayat ( 2 ) dan ayat ( 3 ) undang
h. Hak Tanggungan
Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan kepada hak
atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam undang – undang
nomor 5 tahun 1960 tentang peraturan dasar Pokok – pokok
agraria, berikut atau tidak berikut benda – benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditor tertentu terhadap kreditor – kreditor lain ( pasal 1 angka 1
undang – undang nomor 4 tahun 1996 ).
Hak – hak yang dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani
hak tanggungan adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna
bangunan atas tanah Negara, hak guna bangunan atas tanah hak
pengelolaan, hak pakai atas tanah Negara yang menurut
ketentuaannya wajib didaftar dan menurut sifatnya dapaat
dipiindahtangankan dan hak milik atas satuan rumah susun yang
berdiri di atas tanah hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai
atas tanah Negara.
i. Tanah Negara
Tanah Negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
adalah tanah yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak atas tanah (
pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 ).
Dalam hal tanah Negara sebagai objek pendaftaran tanah,
yang merupakan tanah Negara dalam daftar tanah. Daftar tanah
adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat identitas
bidang tanah dengan suatu system penomoran. Untuk tanah Negara
tidak disediakan buku tanah dan oleh karenanya di atas tanah
Negara tidak diterbitkan sertifikat.13
B. PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI
1. Kegiatan dan pelaksanaan pendaftaran tanah pertama kali
Pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali terdapat dalam pasal
13 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 yakni :
1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui
pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah
secara sporadic.
2) Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu
rencana kerja dan dilaksanakan diwilayah – wilayah yang
ditetapkan oleh menteri.
3) Dalam hal suatu desa / kelurahan belum ditetapkan sebagai
wilayah pendaftaran tanah secara sistematik sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 2 ), pendaftarannya dilaksanakan
melalui pendaftaran tanah secara sporadic.
13
4) Pendaftaran tanah secara seporadik dilaksanakan atas
permintaan pihak yang berkepentingan. 14
Pendaftaran tanah secara sisstematis sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 1 butir 10 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 di atas
adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan
secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum
didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa / kelurahan, yang
dibiayai dari anggaran pemerintah pusat atau Daerah atau secara swadaya
oleh masyarakat dengan persetujuan Menteri, dengan kata lain pendaftaran
tanah tersebut dilaksanakan atas prakarsa pemerintah dengan kegiatan
yang didasarkan pada suatu rencana kerja yang ditetapkan oleh Menteri.15
Adapun ketentuan formal yang mengatur secara teknis mengenai
tahapan kegiatan pendaftaran tanah secara sistematis tersebut tercantum
dalam pasal 46 sampai dengan 72 Peraturan Menteri Negara Agraria /
Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997,
terdiri dari :
1) Penetapan lokasi, dalam hal ini ditetapkan oleh Menteri
atas usul Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi yang
didasarkan atas rencana kerja Kantor Pertanahan, dengan
14
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, pasal 13
15
satuan lokasi adalah seluruh atau sebagian wilayah satu
desa / kelurahan.
2) Persiapan, dalam hal Kepala Kantor Pertanahan
menyiapkan peta dasar pendaftaran, berupa peta dasar
berbentuk peta garis atau peta foto, memuat pemetaan
bidang – bidang tanah yang sudah terdaftar haknya dalam
bentuk peta indeks grafik.
3) Pembentukan panitia ajudikasi dan satuan tugas, dalam hal
ini oleh Menteri untuk setiap desa / kelurahan yang sudah
ditetapkan sebagai lokasi, sedang apabila dilaksanakan
dengan swadaya masyarakat dibentuk oleh Kepala Kantor
Wilayah, sebelum melaksanakan tugas, wajib mengangkat
sumpah di hadapan Kepala Kantor Pertanahan.
Setelah dibentuk panitia ajudikasi di suatu lokasi, maka
apabila ada permohonan hak, jika diproses melalui konversi
dan sudah diperiksa oleh Panitia A dan atau sudah
diumumkan, diteruskan oleh Kepala Kantor Pertanahan,
namun jika belum diperiksa oleh Panitia A dan atau belum
dimohonkan, berkasnya disampaikan oleh Kepala kantor
Pertanahan kepada Panitia Ajudikasi untuk diselesaikan.
4) Penyuluhan, dalam hal ini dilakukan sebelum dimulainya
ajudikasi dan berkoordinasi dengan instansi yang terkait,
Kabupaten / Kota, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan dan Instansi lain yang dianggap perlu, bertujuan
untuk memberitahukan kepada pemegang hak atau pihak
lain yang berkepentingan, dengan menyebut hak dan
kewajibannya dalam kegiatan tersebut.
5) Pengumputan Data Fisik, dalam hal ini dilakukan sebelum
penetapan batas – batas bidang tanah dan pemasangan
tanda – tanda batas tanah, setelah itu dilakukan kegiatan
pengukuran dan pemetaan.
6) Pengumpulan dan penelitian data yuridis, dalam hal ini
pengumpulan terhadap alat bukti mengenai kepemilikan /
penguasaan tanah, baik bukti tertulis berupa keterangan
saksi dan atau keterangan yang bersangkutan yang
ditunjukkan oleh pemengang hak atas tanah atau pihak lain
yang berkepentingan, bila alat bukti tidak lengkap atau
tidak ada, pembuktian dapat dilakukan dengan bukti lain
yang dilengkapi dengan pernyataan yang bersangkutan
disaksikan dua orang saksi yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan adalah benar pemilik bidang tanah tersebut.
Bila sama sekali tidak ada bukti tertulis dapat dibuat surat
pernyataan penguasaan secara fisik bidang tanah selama 20
bersangkutan. Setelah itu panitia meneliti kebenaran
keterangan tersebut.
7) Pengumuman data fisik dan data yuridis dan
pengesahannya, dalam hal ini panitia membuat rekapitulasi
data yuridis yang dituangkan di dalam risalah penelitian
data yuridis dan penetapan batas dan dimasukkan di dalam
daftar data yuridis dan data fisik bidang tanah atau daftar
isian, kemudian diumumkan untuk memberi kesempatan
bagi yang berkepentingan mengajukan keberatan, dengan
jangka waktu selama 30 ( tiga puluh ) hari di Kantor Panitia
Ajudikasi dan Kantor Kepala Desa / Keluralengkehan.
Setelah itu disahkan oleh Panitia dengan berita acara. Bila
ada data yang belum lengkap atau ada keberatan,
pengesahan dilakukan dengan catatan, kepada yang
mengajukan keberatan disampaikan pemberitahuan tertulis
agar segera mengajukan gugatan ke pengadilan.
8) Penegasan konversi, pengakuan dan pemberian hak, dalam
hal ini berdasarkan berita acara pengesahan data fisik dan
data yuridis, maka melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
Hak atas tanah yang alat bukti tertulisnya lengkap
atau alat bukti tertulisnya tidak lengkap tetapi ada
keterangan saksi maupun pernyataan yang
ditegaskan konversinya menjadi hak milik atas
nama pemegang hak yang terakhir
Hak atas tanah yang alat bukti kepemilikannya tidak
ada tetapi telah dibuktikan kenyataan penguasaan
fisiknya selama 20 ( dua puluh ) tahun atau lebih
secara berturut – turut, oleh Ketua Panitia Ajudikasi
diakui sebagai hak atas tanah dengan memberi
catatan, tanpa penerbitan surat keputusan pengakuan
hak, lalu berita acara secara kolektif kepada Kepala
Kantor Pertanahan setempat untuk pemberian hak
atas tanah dengan menggunakan daftar usulan
pemberian hak atas tanah Negara. Penetapan
pemberian hak dikeluarkan secara kolektif dalam
waktu paling lama 14 ( empat belas ) hari kerja
sejak diterimanya usul dari ketua panitia ajudikasi
dengan cara memberikan catatan pada halaman
terakhir tersebut. Setelah itu diserahkan kembali
kepada Ketua Panitia Ajudikasi untuk dijadikan
dasar pendaftaran haknya.
9) Pembukuan hak, dalam hal ini baik penegasan konversi dan
pengakuan hak maupun penetapan pemberian haknya
selesai diproses maka hak tersebut dibukukan dalam buku
Apabila data fisik dan data yuridis kurang lengkap atau
disengketakan dibukukan dengan catatan, termasuk adanya
catatan pembatasan haknya apabila ada.
10)Penerbitan sertifikat, dalam hal ini apabila ada yang sudah
didaftar dalam buku tanah, diterbitkan sertifikatnya, dan
dokumen alat bukti hak lama yang menjadi dasar
pembukuan dicoret silang dengan tinta selanjutnya
disimpan sebagai warkah. Sertifikat ditandatangani oleh
Ketua Panitia Ajudikasi dan Kepala Kantor Pertanahan,
selanjutnya diserahkan kepada pemegang hak.
11)Penyerahan hasil kegiatan, dalam hal ini setelah
berakhirnya penyelenggaraan pendaftaran tanah secara
sistematik, Ketua Panitia AJudikasi menyerahkan hasil
kegiatannya dengan Berita Acara Serah Terima kepada
Kepala Kantor Pertanahan berupa semua dokumen
mengenai bidang – bidang tanah di lokasi pendaftaran tanah
secara sistematik, meliputi : peta pendaftaran, daftar tanah,
surat ukur, buku tanah, daftar nama, sertifikat hak atas
tanah yang belum diserahkan kepada pemegang hak, daftar
hak atas tanah, warkah – warkah dan daftar isian lainnya.16
Sementara itu pendaftaran tanah secara sporadic sebagaimana
diterangkan dalam pasal 1 angka 11 tersebut adalah kegiatan pendaftaran
16
tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran
tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa / kelurahan secara
individuan atau missal, dengan teknis yang terdiri dari :
1) Permohonan pendaftaran tanah secara sporadic, dalam hal
ini dilakukan atas permohonan yang bersangkutan untuk
melakukan pengukuran dan mendaftar haknya ( baik hak
baru maupun hak lama ). Untuk permohonan pengukuran
bidang tanah tergantung keperluannya seperti untuk
mendapatkan hak baru, pemecahan, pengembalian batas
dan lain – lain, berkasnya harus disertai dengan dokumen
asli untuk membuktikaan hak atas bidang tanah tersebut.
2) Pengukuran, dalam hal ini pengukuran bidang tanah secara
sporadic pada dasarnya merupakan tanggung jawab Kepala
Kantor Pertanahan, namun untuk optimasi tenaga dan
peralatan pengukuran serta dengan mempertimbangkan
kemampuan teknologi petugas ukur, maka pengukuran
suatu bidang tanah yang luasnya 10 Ha sampai 1000 Ha
dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi dan yang
luasnya lebih dari 1000 Ha dilaksanakan oleh Badan
Pertanahan Nasional. Permohonan pengukuran diajukan
kepada Kepala Kantor Pertanahan, kecuali atas permohonan
pengukuran Hak Guna Usaha diajukan kepada Kepala
dapat saja dilakukan oleh petugas pada kantor yang
bersangkutan, dapat juga didelegasikan kepada petugas di
wilayah kerja yang lebih rendah, atau juga dapat
dilaksanakan oleh pihak ketiga dengan syarat harus
disupervisi dan hasilnya disahkan oleh pejabat yang
berwenang. Dalam melaksanakan tugasnya petugas ukut
harus menetapkan batas bidang tanah, membantu
penyelesaian sengketa mengenai batas bidang tanah,
melaksanakan pengukuran batas bidang tanah, dan
membuat gambar ukur.
3) Pengumpulan dan penelitian data yuridis bidang tanah,
dalam hal ini untuk keperluan pendaftaran hak baru
dilakukan oleh seksi Survey, pengukuran dan pemetaan
untuk data fisik dan seksi hak tanah dan pendaftaran tanah
untuk data yuridisnya. Apabila bukti – bukti sudah lengkap
, dapat dilakukan pengisian, namun jika belum lengkap,
dapat ditindaklanjuti penelitian data yuridisnya oleh panitia
pemeriksaan tanah A ( panitia A ) yang hasilnya dituangkan
dalam risalah penelitian data yuridis dan penetapan batas.
Setelah itu baru disiapkan pengumuman data fisik dan data
yuridisnya.
4) Pengumuman data fisik dan data yuridis dan
atas data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang
di mohon pendaftarannya, maka peta bidang tanah yang
bersangkutan diumumkan di Kantor Pertanahan dan kantor
Kepala Desa / Kelurahan letak tanah. Jangka waktu
pengumumannya, untuk pendaftaran tanah secara
sistematik dilakukan selama 30 ( tiga puluh ) hari,
sedangkan pendaftaran tanah secara sporadic pengumuman
ditetapkan selama 60 ( enam puluh ) hari. Pengumuman
dapat juga melalui sebuah harian umum setempat dan atau
di lokasi tanah tersebut atas biaya pemohon. Setelah
berakhir jangka waktu pengumuman, Kepala Kantor
Pertanahan membuat berita acara pengesahan data fisik dan
data yuridis. Jika ada keberatan dari pihak lain dan belum
diselesaikan, maka diberitahukan secara tertulis agar yang
bersangkutan mengajukan keberatan / gugatan ke
pengadilan.
5) Penegasan konversi dan pengakuan hak, dalam hal ini
berdasarkan berita acara panitia pengesahan data fisik dan
data yuridis, dilaksanakan kegiatan, yakni hak atas bidang
tanah yang alat bukti tertulisnya lengkap dan tanahnya
dikuasai oleh pemohon, ditegaskan konversinya menjadi
hak milik atas nama pemegang hak yang terkhir, sedang
tetapi dikuasai secara fisik selama 20 ( dua puluh ) tahun
diakui sebagai hak milik, dan untuk pengakuan hak tersebut
tidak diperlukan penerbitan surat keputusan pengakuan hak.
6) Pembukuan hak, dalam hal ini terhadap hak atas tanah yang
sudah ditegaskan konversinya dan diakui hak, maka hak
yang bersangkutan dibukukan dalam buku tanah. Apabila
datanya belum lengkap atau haknya masih disengketakan,
dibukukan dengan catatan dalam buku tanah mengenai hal
– hal yang kurang lengkap atau disengketakan tersebut.
Selanjutnya penandatanganan buku tanah dilakukan oleh
Kepala Kantor pertanahan.
7) Penerbitan sertifikat, dalam hal ini untuk hak – hak atas
tanah yang sudah didaftar dalam buku tanah dan memenuhi
syarat untuk diberikan tanda bukti haknya, diterbitkan
sertifikat yang ditandatangani oleh Kepala Kantor
Pertanahan, selanjutnya sertifikat diserahkan kepada
pemegang hak atau kuasanya, sedang dokumen alat bukti
hak lama disimpan sebagi warkah.17
2. Pengumpulan dan pengelolahan data fisik
Pengumpulan dan pengelolahan data fisik terdapat pada pasal 14
peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997 :
17
1) Untuk keperluan pengumpulan dan pengelolahan data fisik
dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan.
2) Kegiatan pengukuran dan pemetaan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) meliputi :
a. Pembuatan peta dasar pendaftaran
b. Penetapan batas bidang – bidang tanah
c. Pengukuran dan pemetaan bidang – bidang tanah
dan pembuatan peta pendaftaran
d. Pembuatan daftar tanah
e. Pembuatan surat ukur18
Dalam kegiatan penyelenggaraan pendaftaran tanah, kegiatan
pengukuran dan pemetaan merupakan bagian yang sangat penting
yang harus dilaksanakan, sebab tanpa kegiatan pengukuran dan
pemetaan maka pendaftaran tanah tesebut tidak akan dapat
memberikan penjelasan mengenai obyek tanah yang akan didaftar,
hal ini juga berkaitan dengan pengertian kadaster yang pokok
kegiatannya terdiri dari pengukuran dan pemetaan, sehingga dalam
pasal 19 ayat ( 2 ) UUPA dengan tegas ditentukan bahwa
pendaftaran tanah tersebut antara lain meliputi pengukuran dan
pemetaan.
Pengukuran adalah proses pemastian letak batas bidang tanah baik
bidang – bidang tanah yang saling berbatasan atau terpencar –
pencar dalam satu desa ( sporadic ) sedangkan pemetaan adalah
kegiatan menggambarkan hasil pengukuran bidang tanah secara
sistematik maupun sporadic dengan suatu metode tertentu pada
media tertentu seperti lembaran kertas, drafting film atau media
lainnya sehingga letak dan ukuran bidang tanahnya dapat diketahui
dari media tempat pemetaan bidang tanah tersebut.
Kegiatan pengukuran dan pemetaan tersebut bertujuan untuk
kepastian mengenai letak, batas – batas bidang – bidang serta luas
bidang – bidang tanah ( obyek hak nya ) atau menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 disebut sebagai data fisik yaitu
keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan
rumah susun yang didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya
bangunan atau bagian bangunan diatasnya. Dalam konteks yuridis
teknisnya, pengukuran dan pemetaan ini untuk membuat titik dasar
teknis.19
Pembuatan peta dasar pendaftaran terdapat pada pasal 15 Peraturan
Pemerntah Nomor 24 tahun 1997 yang berbunyi yakni, sebagai
berikut:
19
1) Kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 ayat ( 1 ) dimulai dengan pembuatan
peta dasar pendaftaran.
2) Di wilayah – wilayah yang belum ditunjuk sebagai wilayah
pendaftaran tanah secara sistematik oleh Badan Pertanahan
Nasional diusahakan tersedianya peta dasar pendaftaran untuk
keperluan pendaftaran tanah secara sporadic.
Pembuatan peta dasar pendaftaran tentunya dimulai dari kegiatan
pengukuran dan hasil dari pengukuran tersebut dituangkan dalam
peta. Karena itu pengukuran harus ditindaklanjuti dengan peta dan
sebaliknya peta baru ada apabila sudah dilakukan pengukuran.
Dalam kegiatan pendaftaran tanah, maka tanah yang akan didaftar
dalam suatu desa atau / kelurahan dibuatkan terlebih dahulu peta
dasarnya juga sebagai peta dasar teknis yakni peta yang memuat
penyebaran titik – titik dasar teknik dalam cakupan wilayah
tertentu. Peta dasar ini dalam praktek disebut juga peta blad yang
menggambarkan letak suatu bidang tanah di suatu wilayah
pengukuran ( desa atau / kelurahan ), juga berfungsi sebagai peta
control baik untuk rekonstruksi batas maupun menghindari
pengukuran di atas tanah yang sudah diukur dan dipetakan,
sehingga tidak terjadi peta / sertifikat ganda.
Agraria / Kepala BPN Nomor 3 tahun 1997. Pengukuran dan
pemetaan untuk pembuatan peta dasar pendaftaran diselenggarakan
dengan cara :
Terrestrial ( pengukuran dan pemetaan yang dilaksanakan
secara langsung di permukaan bumi )
Fotogrametrik ( pengukuran dan pemetaan dengan
menggunakan sarana foto udara yaitu fot permukaan bumi
yang diambil dari udara dengan menggunakan kamera yang
dipasang pada pesawat udara )
Metode lain, dalam hal ini tidak menutupi kemungkinan
cara – cara pengukuran dan pemetaan untuk membuka
kesempatan jika ada temuan sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tentang metode yang lebih
baik, cepat dan akurat ( canggih ) dalam pengukuran dan
pemetaan tersebut.
Di dalam pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997
juga dijelaska bahwa :
1) Untuk keperluan pembuatan peta dasar pendaftaran Badan
Pertanahan Nasional menyelenggarakan pemasangan,
pengukuran, pemetaan, dan pemeliharaan titik – titik dasar
teknik nasional di setiap Kabupaten dan atau / Kotamadya
2) Pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) diikatkan dengan
titik dasar teknik nasional sebagai kerangka dasarnya.
3) Jika di suatu daerah tidak ada atau belum ada titik – titik
dasar teknik nasional sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 )
dalam melaksanakan pengukuran untuk pembuatan peta
dasar pendaftaran dapat digunakan titik dasar teknik local
yang bersifat sementara, yang kemudian diikatkan dengan
titik dasar teknik nasional.
4) Peta dasar pendafataran sebagaimana dimaksud pada ayat (
2 ) dan ayat ( 3 ) menjadi dasar untuk pembuatan peta
pendaftaran.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengukuran dan pemetaan
titik dasar teknik nasional dalam pembuatan peta dasar
pendaftaran ditetapkan oleh Menteri.
Peta dasar pendaftaran dapat berupa peta garis ( dibuat diatas
drafting film ) dan peta foto ( dibuat diatas kertas bromide )
dibuat dengan skala 1 : 1.000 atau / lebih besar untuk daerah
pertanian dan 1 : 10.000 untuk daerah perkebunan besar,
dengan detail yang diukur meliputi semua atau sebagian unsure
geografi seperti sungai, jalan, bangunan, batas fisik bidang