• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan ANALISIS PERBANDINGAN BIROKRASI DI INDONESIA DAN SINGAPURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan ANALISIS PERBANDINGAN BIROKRASI DI INDONESIA DAN SINGAPURA"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN BIROKRASI DI INDONESIA DAN SINGAPURA

Birokrasi pada dasarnya adalah syarat dalam kehidupan bersama. Birokrasi bisa menjadi alat untuk menjaga konsistensi, keteraturan, keseragaman,

kekompakan-betapapun- menjengkelkannya, orang sering merasakannya. Birokrasi melayani setiap orang sesuai dengan aturan main. Birokrasi bisa mengakomodasi hak dan kebebasan begitu banyak orang dan kepentingan, tanpa menjadi anarkis.

Birokrasi menurut Peter M Blau dan Marshal W Meyer adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang besar dengan cara mengkoordinasi secara sistematis pekerjaan dari orang banyak. Tapi hal itu sangatlah berbeda dengan pemahaman kita saat ini.

Birokrasi yang ada dipikiran masyarakat kita pasti suatu hal yang berbelit-belit, menjengkelkan, terlalu patuh pada prosedur, rigid dan kaku, tidak efektif dan tidak efisien, kualitas kerja rendah, biaya mahal dan boros, miskin informasi dan lebih mementingkan diri sendiri, banyak melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti penyalahgunaan kekuasaan dan jabatan, KKN, sewenang-wenang dan arogan.

Adapun permasalahan internal yang dimiliki birokrasi kita saat ini (Prasojo, Kurniawan and Holidin, 2007) adalah :

a. Sistem perekrutan

b. Sistem penggajian dan pemberian penghargaan c. Sistem pengukuran kinerja

d. Sistem promosi dan pengembangan karir; serta e. Sistem pengawasan

Kemudian, ada juga permasalahan utama yang muncul dalam pengelolaan aparatur negara (Depdagri, 2009) yaitu :

a. Netralitas birokrasi b. Kualitas pelayanan c. Rekrutmen pegawai d. Sistem penggajian e. Pengembangan karir

e. Komisi kepegawaian negara

Karena banyaknya permasalahan yang ada dalam birokrasi di Indonesia

(2)

PEMBAHASAN

Birokrasi di Indonesia (Birokrasi Yang Tidak Efektif)

Sedikit gambaran mengenai birokrasi di Indonesia pada saat awal pasca kemerdekaan, birokrasi yang ada masih semangat memperjuangkan nasib rakyat Indonesia. Namun saat masa demokrasi parlementer, birokrasi yang

memperjuangkan kepentingan rakyat tersebut mulai ternodai dengan adanya unsur kepentingan politik dalam birokrasi. Kemudian pada saat Orde Baru, birokrasi mulai didominasi oleh kekuatan Golkar. Dan pada masa reformasi saat ini, birokrasi yang ada menjadi kurang peka terhadap kebutuhan masyarakat karena imbas dari buruknya birokrasi pada masa-masa sebelumnya , sorotan dan permasalahan utama dalam birokrasi di Indonesia adalah integritas aparat

birokrasi yang rendah yang masih sangat rentan dengan KKN. Hal tersebut bisa terjadi karena ketidakmandirian, ketidakdisiplinan dan kualitas birokrat yang kurang memadai yang ditambah dengan sikap materialistis dan gaji kecil sehingga membuat kinerja para birokrat yang tidak memuaskan.

Birokrasi di Singapura ( Penerapan Prinsip Entrepreneur dalam Birokrasi) Sedikit gambaran mengenai birokrasi di Singapura yaitu pemerintah di

Singapura berperan aktif di masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan ekonomi, kemudian pegawai negeri memiliki prestise yang tinggi di Singapura, lalu pelayanan publik di Singapura hampir seluruhnya bebas dari korupsi. Hal ini dipengaruhi oleh nilai-nilai (integritas, pelayanan, dan keunggulan) yang kuat yang menekankan pada kejujuran dan dedikasi kepada nilai-nilai nasional dan tujuan pembangunan bersama. Kejujuran pekerjaan tersebut juga dipicu oleh gaji yang relatif tinggi. Kemudian keunggulan lainnya yaitu dalam pola rekruitmen pegawai negeri sipil, Singapura menganut system Tradisi Konfusian Cina dan Administrasi Pelayanan Sipil dari Inggris, jadi pegawai-pegawai negeri yang direkrut merupakan lulusan dari universitas elite seperti sekolah pelayanan publik Singapura.

Sebenarnya ada sesuatu yang sedikit unik di Singapura. Apa itu? Di Singapura, sektor sektor privat domestik relatif lemah sehingga pemerintah dan

birokrasinya-lah yang akhirnya menjadi pendorong laju ekonomi, penyedia lapangan pekerjaan, infrastruktur, hingga berbagai pelayanan. Bukti nyatanya, Government-Linked Company (GLC), semacam BUMN jika di Indonesia, mampu menyumbang 10 persen dari total output Singapura dan 25 % dari pasar modal lokal. Berbeda dengan birokrasi di Indonesia, pengelolaan sumber daya di Singapura lebih efisien, mengutamakan kepuasan pelanggan, hingga inovasi kebijakan yang tiada henti. Lalu, iklim kompetisi yang ketat antar perusahaan dan antar pegawai sehingga membuat setiap orang berusaha untuk

(3)

antre untuk bekerja di sana. Dengan kata lain, menjadi birokrat di Singapura sama dengan menjadi pegawai swasta di Indonesia. Jika di Indonesia, menjadi birokrat adalah pekerjaan ‘aman dan nyaman’ karena gaji tetap dan terjamin, meski harus mencari banyak ‘srimpilan’ jika ingin mencukupi kebutuhan, sedangkan di Singapura, birokrat adalah pekerjaan ‘menantang’ yang menjanjikan kenaikan gaji dan berbagai bonus jika kinerja mereka

membanggakan. Inilah buah dari penerapan prinsip entrepreneur dalam birokrasi.

analisis Perbedaan Birokrasi di Indonesia dan di Singapura

Memang birokrasi yang ada di Indonesia dan Singapura sangatlah jauh berbeda. Birokrasi Indonesia cenderung tidak efektif karena integritas aparat birokrasi yang rendah dan disertai dengan rentannya akan KKN. Padahal para birokrat tersebut memiliki gaji yang bisa dibilang cukup tinggi. Hal yang paling mendukung terjadinya patologi birokrasi tersebut adalah ketidakmandirian dan ketidakdisiplinan serta kualitas birokrat yang kurang memadai dan disertai

dengan sikap materialistis dan gaji kecil. Untuk meminimalisir hal tersebut, perlu adanya reformasi birokrasi terutama dalam hal perbaikan mental dan budaya para birokrat, yaitu perbaikan mutu sumber daya manusia dari penyelenggara birokrasi itu sendiri. Perbaikan tersebut bisa dimulai dengan sistem perekrutan PNS yang transparan dan menempatkan orang yang benar dalam posisi yang benar atau benar-benar berdasarkan keahlian dan bidangnya. Konsep ini disebut dengan meritokrasi sistem, seperti yang terlebih dahulu telah diterapkan di Singapura. Konsep rekruitmen pegawai negeri yang menggunakan meritokrasi sistem di Singapura yaitu dengan cara merekrut mahasiswa-mahasiswa lulusan terbaik dari universitas-universitas elite di Singapura untuk dijadikan pegawai negeri berdasarkan keahlian dan bidangnya yang tentunya dibayar dengan gaji yang tinggi sesuai kompetensi, kompetisi dan kinerja.

Kemudian langkah reformasi birokrasi lainnya di Indonesia yaitu dengan memperhatikan juga aspek kesejahteraan dan sistem pembinaan karier bagi para birokrat. Standar kesejahteraan PNS yang sebenarnya bisa dikatakan masih belum cukup, bisa menjadi faktor pendukung rendahnya kualitas kinerja para birokrat. Untuk itu perlu ditinjau kembali tentang gaji dan tunjangan bagi pegawai negeri di Indonesia. Bercermin pada sistem pemberian gaji dan

tunjangan yang ada di Singapura, sistem pemberian gaji di Singapura didasarkan pada kinerja, kompetisi dan kompetensi aparat birokrat itu sendiri. Selain itu ada tunjangan yang diberikan (selain gaji ke-13 pada akhir tahun), yaitu yang

(4)

termasuk gaji Perdana Menterinya pada 2009. Pada 2008, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong masih menerima gaji Sin$ 3,7 juta atau sekitar Rp 25 miliar. Namun, akibat krisis finansial global, pada 2009, gaji PM Lee diturunkan menjadi Sin$ 3,04 juta atau sekitar Rp 20 miliar per tahun. Memang pola

Singapura dalam menentukan gaji pegawai negeri dan para pejabat negaranya memang unik. Di negeri ini, pemerintah diibaratkan sebagai perusahaan. Mereka memiliki patokan untuk menentukan gaji eksekutif, legislatif dan yudikatik.

Reformasi birokrasi lainnya yang harus dilakukan Indonesia yaitu dengan memperhatikan aspek rasionalisasi birokrasi. Struktur birokrasi di Indonesia sangatlah gemuk sehingga membuat birokrasi menjadi tidak efektif dan efisien. Kementrian yang ada sekitar 36 kementrian membuat tugas dan wewenang menjadi tumpang tindih, seperti contohnya tumpang tindih dan ketidakjelasan tugas antara kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi dan kepolisian. Berbeda dengan Singapura yang hanya memiliki kurang lebih sekitar 11 kementrian, sehingga hal inilah yang membuat birokrasi di Singapura menjadi efektif dan efisien dan menempati peringkat teratas dalam hal birokrasi terefektif dan terefisien serta dalam hal pemberantasan korupsi.

KESIMPULAN

Birokrasi di Indonesia yang tidak efektif dan banyak KKN harus direformasi. Reformasi bisa dilakukan dengan cara mencontoh dan mengadopsi birokrasi di Singapura. Reformasi birokrasi yang pertama yaitu dalam hal perbaikan mental dan budaya para birokrat, yaitu perbaikan mutu sumber daya manusia dari penyelenggara birokrasi itu sendiri. Perbaikan tersebut bisa dimulai dengan sistem perekrutan PNS yang transparan dan menempatkan orang yang benar dalam posisi yang benar atau benar-benar berdasarkan keahlian dan bidangnya. Konsep ini disebut dengan meritokrasi sistem, seperti yang terlebih dahulu telah diterapkan di Singapura.

Reformasi selanjutnya yang diadopsi dari birokrasi di Singapura yaitu

memperhatikan juga aspek kesejahteraan dan sistem pembinaan karier bagi para birokrat. Untuk itu perlu ditinjau kembali tentang gaji dan tunjangan bagi pegawai negeri di Indonesia. Sistem pemberian gaji dan tunjangan yang ada di Singapura didasarkan pada kinerja, kompetisi dan kompetensi aparat birokrat itu sendiri

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pelanggaran Pasal 375 ayat (4) huruf d, denda sebesar $2000 (Duaribu dolar) Singapura atau pidana penjara maksimal 6 bulan atau keduanya (bisa denda dan penjara) Denda

Artinya perusahaan dengan intensitas aset tetap yang lebih besar akan semakin besar kemungkinan memilih menggunakan model revaluasi pada pencatatan aset tetap

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kemudahan, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul: “

Dalam hal ini terlihat adanya usaha orang-orang Tionghoa melakukan proses Asimilasi (Assimilation) yaitu sebuah usaha untuk mengurangi perbedaan yang terdapat

Pemilik Manfaat yang dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2018 adalah orang perseorangan, sedangkan pihak yang memiliki kewenangan dalam hal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan indeks Internet Financial Reporting (IFR), indeks komponen content, timeliness, technology dan user support antara

Patriarki juga dpat dijelaskan dimana masyarakat yang menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya

Dari fenomena di atas, secara umum permasalahan yang muncul dalam sistem birokrasi di Indonesia, dapat disederhanakan ke dalam tiga macam substansi, yaitu 1 Masalah dalam sistem atau