• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengorganisasian Koleksi Terhadap Temu Kembali Koleksi Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengorganisasian Koleksi Terhadap Temu Kembali Koleksi Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN – 1

KUESIONER PENELITIAN

Judul : Pengaruh Pengorganisasian Koleksi Terhadap Temu Kembali Koleksi Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah

Peneliti : Hafiani Zahara ( 090709001)

Identitas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Petunjuk Pengisian

1. Jawablah pertanyaan ini dengan jujur dan benar.

2. Bacalah terlebih dahulu pertanyaan dengan cermat sebelum anda memulai untuk menjawabnya.

3. Pilihlah salah satu jawaban yang tersedia dengan memberi tanda ( √ ) pada salah satu jawaban yang anda anggap paling benar.

(2)

NO PERNYATAAN JAWABAN

SS S TS STS

Pengorganisasian Koleksi

1. Pemberian nomor klas pada buku cukup jelas 2. Anda mengerti dengan adanya pemberian

nomor klas pada punggung buku

3. Dengan adanya pemberian no klas pada buku memudahkan anda dalam mengenali koleksi yang anda butuhkan

4. Pemberian label pada punggung buku sangat jelas

5. Buku yang anda dapatkan Pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah tersampul rapi

6. Penyusunan buku tersusun sistematis di rak 7. Penyusunan buku di rak sesuai dengan subjek 8. Penempatan buku di rak sesuai dengan no. Klas

Temu Kembali Koleksi

9. Buku yang anda butuhkan mudah ditemukan berdasarkan no. Klas

10. Nomor Klas buku berfungsi sebagai penunjuk anda dalam menemukan koleksi bahan pustaka yang anda butuhkan

11. Buku yang anda butuhkan mudah ditemukan berdasarkan subjek

12. Buku yang anda butuhkan mudah ditemukan di rak

13. Buku yang anda butuhkan mudah di kenali melalui judul

(3)

LAMPIRAN – 2

(4)

Frequencies

Std. Deviation .61796

Variance .382

Skewness -.134

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis .106

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 273.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

75 3.0000

Q1

Frequency Percent Valid Percent

(5)

Q2

Statistics

Q2

N Valid 97

Missing 0

Mean 2.7113

Median 3.0000

Mode 3.00

Std. Deviation .76320

Variance .582

Skewness -.173

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.252

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 263.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

(6)

Q2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Tidak Setuju 5 5.2 5.2 5.2

Tidak Setuju 31 32.0 32.0 37.1

Setuju 48 49.5 49.5 86.6

Sangat Setuju 13 13.4 13.4 100.0

(7)

Q3

Std. Deviation .76489

Variance .585

Skewness -.554

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis .320

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 282.00

Percentiles 25 3.0000

50 3.0000

75 3.0000

Q3

Frequency Percent Valid Percent

(8)
(9)

Q4

Std. Deviation .82109

Variance .674

Skewness -.059

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.555

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 261.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

75 3.0000

Q4

Frequency Percent Valid Percent

(10)

Q5

Statistics

Q5

N Valid 97

Missing 0

Mean 2.5670

Median 2.0000

Mode 2.00

Std. Deviation .85278

Variance .727

Skewness .250

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.679

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 249.00

Percentiles 25 2.0000

50 2.0000

(11)

Q5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Tidak Setuju 7 7.2 7.2 7.2

Tidak Setuju 44 45.4 45.4 52.6

Setuju 30 30.9 30.9 83.5

Sangat Setuju 16 16.5 16.5 100.0

(12)

Q6

Std. Deviation .81676

Variance .667

Skewness .082

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.493

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 247.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

75 3.0000

Q6

Frequency Percent Valid Percent

(13)

Q7

Statistics

Q7

N Valid 97

Missing 0

Mean 2.5567

Median 2.0000

Mode 2.00

Std. Deviation .79016

Variance .624

Skewness .198

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.456

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 248.00

Percentiles 25 2.0000

50 2.0000

(14)

Q7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Tidak Setuju 6 6.2 6.2 6.2

Tidak Setuju 43 44.3 44.3 50.5

Setuju 36 37.1 37.1 87.6

Sangat Setuju 12 12.4 12.4 100.0

(15)

Q8

Std. Deviation .83058

Variance .690

Skewness .106

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.502

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 241.00

Percentiles 25 2.0000

50 2.0000

75 3.0000

Q8

Frequency Percent Valid Percent

(16)

Q9

Std. Deviation .69051

Variance .477

Skewness -.209

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.018

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 258.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

75 3.0000

Q9

Frequency Percent Valid Percent

(17)

Q10

Statistics

Q10

N Valid 97

Missing 0

Mean 2.7216

Median 3.0000

Mode 3.00

Std. Deviation .85076

Variance .724

Skewness -.153

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.594

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 264.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

(18)

Q10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Tidak Setuju 7 7.2 7.2 7.2

Tidak Setuju 31 32.0 32.0 39.2

Setuju 41 42.3 42.3 81.4

Sangat Setuju 18 18.6 18.6 100.0

(19)

Q11

Std. Deviation .71930

Variance .517

Skewness -.020

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.218

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 250.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

75 3.0000

Q11

Frequency Percent Valid Percent

(20)

Q12

Std. Deviation .78839

Variance .622

Skewness .260

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.507

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 250.00

Percentiles 25 2.0000

50 2.0000

75 3.0000

Q12

Frequency Percent Valid Percent

(21)

Q13

Statistics

Q13

N Valid 97

Missing 0

Mean 2.7526

Median 3.0000

Mode 3.00

Std. Deviation .80404

Variance .646

Skewness -.132

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.484

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 267.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

(22)

Q13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Sangat Tidak Setuju 5 5.2 5.2 5.2

Tidak Setuju 31 32.0 32.0 37.1

Setuju 44 45.4 45.4 82.5

Sangat Setuju 17 17.5 17.5 100.0

(23)

Q14

Std. Deviation .85793

Variance .736

Skewness -.135

Std. Error of Skewness .245

Kurtosis -.777

Std. Error of Kurtosis .485

Range 3.00

Minimum 1.00

Maximum 4.00

Sum 273.00

Percentiles 25 2.0000

50 3.0000

75 3.0000

Q14

Frequency Percent Valid Percent

(24)
(25)

LAMPIRAN – 3

(26)

LAMPIRAN - 3

HASIL DOKUMENTASI

Gedung Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah

(27)
(28)

Kondisi ruang Referensi pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah

(29)
(30)
(31)

Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Aceh Tengah

(32)

(33)

Pengguna perpustakaan melakukan temu kembali koleksi di rak

(34)
(35)
(36)
(37)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, eny. (2010) pengembangan koleksi perpustakaan. Retrieved December, 12, 2013, from

Alwi, Muhammad Yafizham. (2012). Efektifitas Sistem Temu Kembali Informasi Dalam Meningkatkan Pemanfaatan Koleksi : Studi Kasus Pemustaka Pada

Perpustakaan STMIK Potensi Utama Medan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Barizhu. (2012), Manajemen Koleksi. Retrieved December 12, 2013, from

http://onperpustakaan.blogspot.com/2012/08/manajemen-koleksi_7980.html?m=1

Dani, Ery Desi. (2011), Peran Manajemen Koleksi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pengguna Perpustakaan. Semarang : Gramedia Pustaka Utama

Dewiyana, Himma. (2008), Knowledge Manajemen dalam konteks perpustakaan. Medan: USU Repository

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hasibuan, zainal A. (2007), Penerapan berbagai teknik sistem temu informasi berbasis hiperteks: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia.

Penelitian Hasugian, jonner. (2009), Dasar dasar ilmu perpustakaan dan informasi. Usu press

Hasugian, Jonner. (2006). Penggunaan Bahasa Ilmiah dan Kosa Kata Terkendali dalam Sistem Temu Balik Informasi Berbasis Teks. Pustaha: (Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi) ; Vol.II, No.2. p.72-75.

(38)

Kadir, Abdul. (2003), Pengenalan sistem informasi, Yogyakarta : ANDI OFFSET Kudadiri, Sri Astuti. (2010). Faktor-Faktor Penghambat Pengembangan Koleksi

Pada Perpustakaan Istitute Agama Islam Negeri (Iain) Sumatera Utara, Skripsi, Medan : Fakultas Sastra

Lubis, Fajri Zamadiah. (2007) Efektifitas Katalog Online Cyber Library Perpustakaan Bank Indonesia Medan. Skripsi. Medan : USU Press

Muhardika. (2007). Knowledge Management. Retrieved December, 12, 2012. form

Muliyantoe. (2012). Pengorganisasian di Perpustakaan. Retrieved 14 maret 2013. form http://studymuliyantoe.blogspot.com/2012/01/pengorganisasian-diperpustakaan.html Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Niswah, Khairun. (2009). Pemanfaatan Koleksi Pada Perpustakaan Universitas Muslim Nusantara (Umn) Medan, Skripsi, Medan : Fakultas Sastra.

Pendit, Putu Laxman. (2003). Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar Diskusi Epistemologi. Jakarta: JIP-FSUL

Purwono. (2010). Pengorganisasian di Perpustakaan: Yogyakarta , Graha Ilmu.

(2000). Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi perpustakaan Nasional RI. Jakarta : perpustakaan Nasional RI

Sangkala. (2007), Knowledge Management.Ed.1. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada Sismalib. (2012)

http://sismalib.wordpress.com/2012/07/08/pengolahan-bahan-pustaka-inventarisasi-klasifikasi-katalogisasi-dan-shelving/

Sutarno NS. (2006), Manajemen Perpustakaan : suatu pendekatan praktik. Jakarta Wibiwo. (2006). Manajemen Kinerja,Ed.2. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan pendekatan Kuantitatif, penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dengan memakai instrumen pengumpulan data dan analisis yang bersifat kuantitatif. Filsafat positivisme memandang realita atau gejala dan fenomena sebagai sesuatu yang tetap, konkrit, teramati (observable), terukur (measurable), hubungan gejala bersifat sebab-akibat. Proses penelitian bersifat deduktif hubunga sebab-akibat ditelusuri dan di uji dengan statistik yang menggunakan data data kuantitatif. Sasarannya adalah untuk mengembangkan dan memanfaatkan model matematik, teori dan hipotetis tentang penomena.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat penelitian yang sesuai dengan objek permasalahan dan merupakan daerah informasi secara kualitas dan kuantitas. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah yang beralamat di Jl. Commondore Sudarso No.6

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(40)

generalisasi yang terdiri atas objek penelitian atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini penulis menetapkan populasi penelitian yaitu seluruh pengguna yang terdaftar sebagai anggota pada Perpustakaan dan Badan Arsip Kabupaten Aceh Tengah yang hingga bulan Desember 2012 yaitu berjumlah 2.931 orang yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, pegawai negeri sipil (PNS), guru dan masyarakat umum lainnya (Sumber: Data anggota Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah, 2013).

3.3.2 Sampel

Mengingat populasi penelitian jumlahnya besar, maka tidak semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Menurut Sugiyono ( 2002: 57 ) menyatakan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel yang baik adalah sampel yang representatif artinya sampel tersebut mewakili populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel, yaitu:

n

=

Dimana: n = Sampel N = Populasi

e = Tingkat kesalahan sebesar 10%

Maka, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah: n =

(41)

n =

n =

n =

n = 96,70

97

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 97 orang dari jumlah populasi. Selanjutnya teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah menggunakan teknik Protionate Stratified Random Sampling. Menurut Sugiyono (2006: 75) “Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional”. Adapun alasan penggunaan meode ini adalah karena mengingat jumlah populasi yang besar sehingga diperlukan penentuan sampel secara acak pada setiap karakteristik atau stratifikasi. Dengan menggunakan teknik ini, maka jumlah sampel untuk masing masing strata dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Penentuan Sampel Penelitian Berdasarkan Strata

No. Strata Sub Populasi Sampel Jumlah

1. Pelajar SMA 850 27

2. Mahasiswa 592 19

3. PNS 265 11

4. Guru 552 18

5. Masyarakat umum lainnya 672 22

(42)

3.3Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari responden melalui pengisian jawaban atas pernyataan yang diajukan dalam kuesioner.

2. Data Sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang bersumber dari buku, buku peminjaman dan pengembalian dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah :

1. Kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan (kuesioner) untuk diisi oleh responden sebagai pengguna Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah.

2. Pengamatan, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah.

3. Studi Kepustakaan, yaitu suatu metode yang dilakukan penulis dengan cara mengumpulkan data melalui bahan pustaka atau literature baik berupa buku, jurnal, majalah, laporan tahunan, internet atau dokumen dokumen lain yang berhubungan dengan masalah peneliti.

3.5 Defenisi Operasional Variabel

(43)

Temu Kembali Koleksi sebagai variabel terikat/ Independent variable (Y). Lebih jelasnya definisi dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sabagai berikut:

1. Pengorganisasian Koleksi (variabel X) adalah suatu proses kegiatan kepustakaan yang meliputi kegiatan mulai dari pengolahan sampai dengan pelayanan pengguna perpustakaan.

Adapun indikator dari pengorganisasian koleksi adalah : a). Pengklasifikasian

b). Penyelesaian Akhir c). Penyusunan di Rak

2. Temu Kembali Koleksi (variabel Y) adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan memanggil atau menemukan (retrieve) dokumen tertentu dari suatu simpanan (file) sebagai jawaban atas permintaan informasi.

Adapun indikator dari temu kembali koleksi adalah : a). Menemukan Koleksi

b). Mengidenifikasi Koleksi

3.6. Skala Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel adalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

satuan ukuran Skala Likert dengan alternatif jawaban mulai dari sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju. Menurut Sugiyono (1997: 74), “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Bobot untu ksetiap jawaban yang diberikan responden dari setiap indicator pernyataan adalah sebagai berikut:

a. Jawaban sangat setuju diberi bobot 4 b. Jawaban setuju diberi bobot 3

(44)

3.7 Pengujian Validalitas dan ReliabilitasInstrumen

3.7.1 Uji Validalitas Instrumen

Validalitas pada penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat, Karena validalitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang di teliti secara tepat.

Menurut Ghozali (2005: 19) menyatakan bahwa untuk mengukur validalitas dapat dilakukan dengan 3 macam, yaitu:

1. Melakukan korelasi antaraskor butir pernyataan dengan total skor konstruk atau variabel.

2. Uji validalitas dapat juga dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indicator dengan total skor konstruk.

Penguji validalitas instrument dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor butir pernyataan dengan total skor konstruk atau variabel. Pengujian validitas instrument dilakukan pada pengguna yang menjadi anggota Perpustakaan dan Badan Arsip Daerah Kabupaten Aceh Tengah. Uji coba dilakukan terhadap 30 responden yang tidak termasuk dalam sampel penelitian tetapi masih masuk kedalam populasi penelitian. Pengujian instrumen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah isi kuesioner dapat dimengerti dan di pahami oleh para responden atau tidak. Hasil dari kuesioner ini akan valid jika dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat dan akurat. Pengujian validalitas instrumen dilakukan dengan menggunakan teknik analisis nilai r Product Moment Correlation. Yaitu “Bila korelasi setiap pertanyaan positif, dan besarnya

(45)

Setelah dilakukan pengujian terhadap 30 responden ternyata ada beberapa butir pernyataan yang responden tidak mengerti, pernyataan yang responden tidak mengerti sudah dibuang.

3.7.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reabilitas dilakukan terhadap instrument yang telh di uji validalitasnya. Reabilitas pada dasarnya adalah alat untuk mengukur suatu instrument yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu instrumen dikatakan realibel atau handal jika jawaban dari responden terhadap pernyataan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Ghozali (2005: 20) menyatakan bahwa pengukuran reabilitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Repeated Measure atau pengukuran ulang dilakukan dengan cara memberikan kuesioner (pertanyaan) yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah responden tetap konsisten dengan jawabannya. 2. One Shot atau pengukuran sekali saja dilakukan dengan cara hanya sekali

saja kuesioner deberikan kepada responden dan kemudian hasilnya dibandingkan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Pengujin reabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan One Shot atau pengukuran sekali saja dan untuk uji statistic reabilitasnya digunakan uji statistic Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan realibel jika memberikan

nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nugroho, 2005: 72).

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

(46)

adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskriptifkan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum”.

Data akan ditabulasi sesuai dengan kelompok aspek yang diteliti, untuk memudahkan interprestasi data yang akan disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis dan diiterpretasikan. Untuk menghitung persentase rumus yang dibuat oleh Hadi (1981: 421), yaitu:

P= F x 100%

Keterangan

n

P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang diperoleh n = Jumlah Responden

dalam menafsirkan data, peneliti menggunakan metode penafsiran Supardi, (1979: 20) dengan rincian sebagai berikut:

1-25% : Sebagian Kecil

3.9 Analisis Regresi Linier Sederhana

(47)

Ŷ = ɑ + bX Dimana:

Ŷ = Temu kembali koleksi ɑ = Konstanta

b = Koefisien Regresi

X = Pengorganisasian koleksi

3.10 Uji Signifikansi

Untuk mengetahui pengaruh pengorganisasian koleksi terhadap temu kembali koleksi dilakukan pengujian secara parsial. Pengujian secara parsial dilakukan dengan uji-t. Uji-t dilakukan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan dierima atau ditolak. Uji-t dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel maka Ho ditolak dengan Ha diterima, artinya secara parsial dimensi pengorganisasian koleksi berpengaruh signifikan terhadap temu kembali koleksi. Sedangkan jika thitung < ttabel. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya secara parsial dimensi pengorganisasian koleksi tidak berpengaruh signifikan terhadap temu kembali koleksi.

Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:

a. Ho : ρ = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengorganisasian koleksi terhadap temu kembali pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah).

(48)

3.11 Koefisiensi Determinasi (R2)

Koefesiensi Determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengorganisasian variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) atau meelalui r Square ( ). Nilai digunakan antara 0 sampai 1(0 < < 1), artinya apabila nilai

semakin mendekati 1 maka pengaruh pengorganisasian koleksi terhadap temu kembali semakin lemah. Pengelahan data dilakukan dengan menggunakan software (perangkat lunak) SPSS (Statistical Product and Service Solution).

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisiensi korelasi antara pengaruh variabel pengorganisasian koleksi terhadap variabel temu kembali koleksi peneliti berpedoman pada pendapat Sugiyono (2006 : 216) yang menyatakan :

Tabel 3.3 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi

Nilai Hubungan Statistika Dua Variabel

Keterangan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Adapun jumlah pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 14 butir. Kuesioner disebarkan kepada responden yaitu pengguna yang terdaftar di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah yang sedang menggunakan sarana temu kembali koleksi berdasarkan proportioned random sampling. Kuesioner berisikan pernyataan-pernyataan pengaruh pengorganisasian koleksi terhadap temu kembali koleksi pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah.

4.2 Karakteristik Responden

Penelitian ini menjelaskan karakteristik responden pengguna di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah yang diperoleh melalui kuesioner. Karakteristik yang dimaksud adalah identitas responden yang terdiri dari: (a) jenis kelamin dan (b) pekerjaan. Berikut ini dijelaskan secara ringkas karakteristik dari responden.

(a) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(50)

Tabel 4.1: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah %

1. Laki-laki 32 32.99

2. Perempuan 65 67.01

Jumlah 97 100.0

(b) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Data pada Tabel 5.2 merupakan kategori responden berdasarkan jenis pekerjaan. Berdasarkan tabel tersebut diperoleh informasi bahwa jenis pekerjaan responden masing-masing sebagai Pelajar adalah 27 (27,8%), Mahasiswa 28 (28,8%), Wiraswasta 9 (9,3%), Pegawai Bank 2 (2,1%), Pegawai Swasta 1 (1,0%), Karyawan 2 (2,1%), Ibu Rumah Tangga 2 (2,1%), Pedagang 3 (3,1%), Peternak 1 (1,0%), Petani 2 (2,1%), dan Guru 20 (20,6%).

(51)

Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Jenis Kelamin Jumlah %

1. Pelajar 27 27,8

2. Mahasiswa 28 28,8

3. Wiraswasta 9 9,3

4. Pegawai Bank 2 2,1

5. Pegawai Swasta 1 1,0

6. Karyawan 2 2,1

7. Ibu Rumah Tangga 2 2,1

8. Pedagang 3 3,1

9. Peternak 1 1,0

10. Petani 2 2,1

11. Guru 20 20,6

Jumlah 97 100.0

4.3 Analisis Deskriptif

4.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Pengorganisasian Koleksi (Variabel X )

(52)

jawaban responden pada pernyataan kuesioner nomor 1 sampai 8, proses perhitungan menggunakan program SPSS 17.0.

4.3.1.1 Pemberian Nomor Klasifikasi pada Koleksi

Gambaran umum pernyataan responden tentang pemberian nomor klasifikasi pada koleksi dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pemberian Klasifikasi pada Koleksi

Frequen

Valid Sangat Tidak Setuju

Dari 97 responden, 10 responden (10,3%) menjawab sangat setuju bahwa pemberian klasifikasi pada koleksi cukup jelas, sedangkan 59 responden (60,8%) menyatakan setuju, 27 responden (27,8%) menjawab tidak setuju dan 1 responden (1,0%) sangat tidak setuju.

(53)

4.3.1.2 Fungsi Mengerti Pemberian Nomor Klasifikasi pada Koleksi

Gambaran umum pernyataan responden tentang pengertian pemberian nomor klasifikasi pada koleksi dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Mengerti Pemberian Nomor Klasifikasi pada Koleksi

Frequen

Valid Sangat Tidak Setuju

Dari 97 responden, 13 responden (13,4%) menjawab sangat setuju bahwa mengerti akan pemberian klasifikasi pada koleksi cukup jelas, sedangkan 48 responden (49,5%) menyatakan setuju, 31 responden (32,0%) menjawab tidak setuju dan 5 responden (5,2%) sangat tidak setuju.

Sesuai dengan kriteria dari tabel tersebut responden yang menyatakan setuju akan fungsi dari klasifikasi pada koleksi cukup jelas berjumlah 61 responden (62,9%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar responden setuju dan mengerti akan fungsi dari pemberian klasifikasian pada koleksi perpustakaan cukup membantu dalam temu kembali koleksi.

4.3.1.3 Pemberian Nomor Klasifikasi Memudahkan Mengenali Koleksi

(54)

Tabel 4.5. Nomor Klasifikasi Memudahkan Mengenali Koleksi Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Sangat Tidak

Setuju

5 5.2 5.2 5.2

Tidak Setuju 18 18.6 18.6 23.7

Setuju 55 56.7 56.7 80.4

Sangat Setuju 19 19.6 19.6 100.0

Total 97 100.0 100.0

Dari tabel di atas, 19 responden (19,6%) menjawab sangat setuju bahwa mengerti akan pemberian nomor klasifikasi memudahkan mengenali koleksi, sedangkan 55 responden (56,7%) menyatakan setuju, 18 responden (18,6%) menjawab tidak setuju dan 5 responden (5,2%) sangat tidak setuju.

(55)

4.3.1.4 Pemberian Label Buku

Gambaran umum pernyataan responden tentang pemberian label buku dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.6. Pemberian Label Buku

Frequen

Valid Sangat Tidak Setuju

Dari tabel di atas diperoleh 16 responden (16,5%) menjawab sangat setuju bahwa pemberian label buku pada koleksi sangat jelas, sedangkan 41 responden (42,3%) menyatakan setuju, 34 responden (35,1%) menjawab tidak setuju dan 6 responden (6,2%) sangat tidak setuju.

(56)

4.3.1.5 Kerapian Koleksi Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah

Gambaran umum pernyataan responden tentang kerapian sampul koleksi buku dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7. Kerapian Sampul Koleksi Buku

Frequen

Valid Sangat Tidak Setuju

Dari tabel diperoleh 16 responden (16,5%) menjawab sangat setuju bahwa buku tersampul rapi, sedangkan 30 responden (30,9%) menyatakan setuju, 44 responden (45,4%) menjawab tidak setuju dan 7 responden (7,2%) sangat tidak setuju.

(57)

4.3.1.6 Penyususan Koleksi Secara Sistematis

Gambaran umum pernyataan responden tentang penyusunan koleksi secara sistematis dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8. Penyususan Koleksi Secara Sistematis

Frequenc

Valid Sangat Tidak Setuju

Dari tabel diperoleh 12 responden (12,4%) menjawab sangat setuju bahwa koleksi disusun secara sistematis, sedangkan 37 responden (38,1%) menyatakan setuju, 40 responden (41,2%) menjawab tidak setuju dan 8 responden (8,2%) sangat tidak setuju.

Sesuai dari tabel tersebut responden yang menyatakan bahwa koleksi perpustakaan tersusun secara sistematis berjumlah 49 responden (52,5%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian responden setuju bahwa koleksi perpustakaan tersusun secara sistematis sehingga memudahkan pengguna menemukan koleksi yang dibutuhkannya.

4.3.1.7 Penyususan Koleksi Sesuai Subjek

(58)

Tabel 4.9. Penyususan Koleksi Sesuai Subjek

Dari tabel diperoleh 12 responden (12,4%) menjawab sangat setuju bahwa koleksi disusun sesuai subjek, sedangkan 36 responden (37,1%) menyatakan setuju, 43 responden (44,3%) menjawab tidak setuju dan 6 responden (6,2%) sangat tidak setuju.

Sesuai dari tabel tersebut responden yang menyatakan bahwa koleksi perpustakaan tidak tersusun sesuai subjek berjumlah 49 responden (50,5%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian / setengah responden menyatakan bahwa koleksi perpustakaan tidak tersusun sesuai subjek sehingga dapat menyulitkan pengguna menemukan koleksi yang dibutuhkannya.

4.3.1.8 Penyususan Koleksi Sesuai Nomor Klasifikasi

(59)

Tabel 4.10. Penyususan Koleksi Sesuai Nomor Klasifikasi

Valid Sangat Tidak Setuju

Dari tabel diperoleh 11 responden (11,3%) menjawab sangat setuju bahwa koleksi disusun sesuai nomor klasifikasi, sedangkan 35 responden (36,1%) menyatakan setuju, 41 responden (42,3%) menjawab tidak setuju dan 10 responden (10,3%) sangat tidak setuju.

Sesuai dari tabel tersebut responden yang menyatakan bahwa koleksi perpustakaan tidak tersusun sesuai nomor klasifikasi berjumlah 51 responden (52,6%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa koleksi perpustakaan tidak tersusun sesuai nomor klasifikasinya sehingga dapat menyulitkan pengguna menemukan koleksi yang dibutuhkannya.

4.3.2 Tanggapan Responden Terhadap Temu Kembali Koleksi (Variabel Y )

(60)

4.3.2.1 Koleksi Mudah Ditemukan Berdasarkan Nomor Klasifikasi

Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap kemudahan menemukan koleksi berdasarkan nomor klasifikasi dapat dilihat dari tabel 4.11 berikut:

Tabel 4.11 Koleksi Mudah Ditemukan Berdasarkan Nomor Klasifikasi

Frequenc

Dari tabel di atas 8 responden (8,2%) menjawab sangat setuju bahwa koleksi mudah ditemukan berdasarkan nomor klasifikasi, sedangkan 52 responden (53,6%) menyatakan setuju, 33 responden (34,0%) menjawab tidak setuju dan 4 responden (4,1%) sangat tidak setuju.

(61)

4.3.2.2 Nomor Klasifikasi Koleksi Berfungsi Sebagai Penunjuk Koleksi

Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap nomor klasifikasi koleksi sebagai penunjuk koleksi dapat dilihat dari tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12 Nomor Klasifikasi Koleksi Berfungsi Sebagai Penunjuk Koleksi

Frequenc

Dari tabel di atas 18 responden (18,6%) menjawab sangat setuju bahwa nomor klasifikasi koleksi berfungsi sebagai penunjuk koleksi, sedangkan 41 responden (42,3%) menyatakan setuju, 31 responden (32,0%) menjawab tidak setuju dan 7 responden (7,2%) sangat tidak setuju.

(62)

4.3.2.3 Koleksi Mudah Ditemukan Berdasarkan Subjek

Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap kemudahan menemukan koleksi berdasarkan subjek dapat dilihat dari tabel 4.13 berikut:

Tabel 4.13 Koleksi Mudah Ditemukan Berdasarkan Subjek

Frequenc

Dari tabel di atas 8 responden (8,2%) menjawab sangat setuju bahwa koleksi mudah ditemukan berdasarkan subjek, sedangkan 45 responden (46,4%) menyatakan setuju, 39 responden (40,2%) menjawab tidak setuju dan 5 responden (5,2%) sangat tidak setuju.

(63)

4.3.2.4 Koleksi yang Dibutuhkan Mudah Ditemukan di Rak

Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap kemudahan menemukan koleksi yang dibutuhkan di rak dapat dilihat dari tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14 Koleksi yang Dibutuhkan Mudah Ditemukan di Rak

Frequenc

Dari tabel diperoleh 13 responden (13,4%) menjawab sangat setuju bahwa koleksi yang dibutuhkan mudah ditemukan di rak, sedangkan 35 responden (36,1%) menyatakan setuju, 44 responden (45,4%) menjawab tidak setuju dan 5 responden (5,2%) sangat tidak setuju.

Sesuai tabel tersebut responden menyatakan bahwa koleksi yang dibutuhkan tidak ditemukan di rak berjumlah 49 responden (50,6%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian/setengah responden menyatakan bahwa koleksi perpustakaan yang dibutuhkan tidak ditemukan di rak sehingga menyulitkan pengguna menemukan koleksi yang dibutuhkannya.

4.3.2.5 Koleksi yang Dibutuhkan Mudah Dikenali Melalui Judul

(64)

Tabel 4.15 Koleksi yang Dibutuhkan Mudah Dikenali Melalui Judul

Dari tabel diperoleh 17 responden (17,5%) menjawab sangat setuju bahwa koleksi yang dibutuhkan mudah dikenali melalui judul, sedangkan 44 responden (45,4%) menyatakan setuju, 31 responden (32,0%) menjawab tidak setuju dan 5 responden (5,2%) sangat tidak setuju.

(65)

4.3.2.6 Koleksi yang Dibutuhkan Mudah Dikenali Melalui Pengarang

Tanggapan responden terhadap kemudahan mengenali koleksi yang dibutuhkan melalui judul dapat dilihat dari tabel 4.16 berikut:

Tabel 4.16 Koleksi yang Dibutuhkan Mudah Dikenali Melalui Pengarang

Frequenc

Pada tabel diperoleh 23 responden (23,7%) menjawab sangat setuju bahwa koleksi yang dibutuhkan mudah dikenali melalui pengarang, sedangkan 38 responden (39,2%) menyatakan setuju, 31 responden (32,0%) menjawab tidak setuju dan 5 responden (5,2%) sangat tidak setuju.

Sesuai tabel tersebut di atas responden menyatakan bahwa koleksi yang dibutuhkan mudah dikenali di rak melalui judul berjumlah 61 responden (62,9%). Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa koleksi yang dibutuhkan di perpustakaan mudah ditemukan di rak dengan mengenali pengarangnya sehingga dapat membantu pengguna menemukan koleksi yang dibutuhkannya.

4.4 Pengolahan Data

4.4.1 Deskripsi Data

(66)

responden, sehingga akan terlihat rentang datanya. Selain itu juga dideskripsikan nilai rata-rata (Mean), nilai tengah (Median), nilai yang sering muncul (Modus) dan standar deviasi (SD), jumlah kelas, range dan panjang kelas (Interval). Deskripsi data setiap variabel adalah sebagai berikut:

4.4.1.1 Variabel Pengorganisasian Koleksi

Data empiris tentang pengorganisasian koleksi yang berhasil diungkapkan di lapangan diolah secara statistik. Setelah data diidentifikasikan dan diolah hasilnya dapat dilihat Tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4.17. Statistik Pengorganisasian Koleksi

N Valid 97

Std. Deviation 3.59033

Variance 12.890

Range 19.00

Minimum 13.00

Maximum 32.00

Sum 2064.00

Percentiles 25 19.0000 50 21.0000 75 23.5000

(67)

Dari hasil pengolahan statistik di atas menggambarkan bahwa untuk mengkaji lebih jauh mengenai pengorganisasian koleksi dapat diteliti tentang indikator-indikator pengorganisasian koleksi yaitu : pengklasifikasian, inventarisasi, pengatalogan, penyelesaian akhir, penyusunan di rak. Data empiris tentang pengorganisasian koleksi yang berhasil diungkap di lapangan, diolah secara statistik ke dalam distribusi frekuensi dan dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut :

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Data Variabel Pengorganisasian Koleksi

No. Interval Frequency Percent %

Berdasarkan deskripsi data variabel pengorganisasian koleksi pada Tabel 4.18, dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 25 orang (25,77%) responden berada pada kelompok rata, 18 orang (18,55%) responden berada di atas kelompok rata-rata dan 54 orang (55,67%) responden berada di bawah kelompok rata-rata-rata-rata.

(68)

Gambar 4.1 Sebaran Data Pengorganisasi Koleksi

4.4.1.2 Variabel Temu Kembali Koleksi

Data empiris tentang temu kembali koleksi yang berhasil diungkapkan di lapangan diolah secara statistik. Setelah data diidentifikasi dan diolah hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.19 sebagai berikut :

Tabel 4.19. Statistik Temu Kembali Koleksi

N Valid 97

Missin g

0

Mean 16.1031

Median 16.0000

Mode 15.00

Std. Deviation 2.93501

Variance 8.614

Range 13.00

Minimum 11.00

(69)

Sum 1562.00 Percentiles 25 14.0000 50 16.0000 75 18.0000

Dari hasil pengolahan data pada Tabel 4.17 diperoleh data yang dideskripsikan sebagai berikut: skor terendah 13, skor tertinggi 24, nilai rata-rata (mean) 16,1031 nilai tengah (median) 16,0 nilai yang sering muncul (Modus) 15 dan Standar Deviasi (SD) 2,93501.

Dari hasil pengolahan statistik di atas menggambarkan bahwa untuk mengkaji lebih jauh mengenai temu kembali koleksi dapat diteliti tentang indikator-indikator temu kembali koleksi yaitu : mengidentifikasi koleksi, memanggil koleksi, menemukan koleksi. Data empiris tentang temu kembali koleksi yang berhasil diungkap di lapangan, diolah secara statistik ke dalam distribusi frekuensi dan dapat dilihat pada tabel 4.20 sebagai berikut :

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Data Variabel Temu Kembali Koleksi

No Interval Frequency Percent %

(70)

kelompok rata-rata, 18 orang (18,55%) responden berada di atas kelompok rata-rata dan 60 orang (61,85%) responden berada di bawah kelompok rata-rata.

Secara visual sebaran data pengorganisasian koleksi ditampilkan dalam bentuk histrogram gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.1 Sebaran Data Temu Kembali Koleksi

4.5 Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum dilakukan analisis regresi, ada beberapa persyaratan yang berlaku untuk persyaratan analisis data.

4.5.1 Uji Normalitas

(71)

adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada gambar 4.3 sebagai berikut:

Gambar 4.3 Uji Normalitas

(72)

4.6 Metode Analisis Statistik

4.6.1 Analisis Regresi Linier

Untuk mengetahui pengaruh pengorganisasian koleksi terhadap temu kembali koleksi oleh pengguna di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah digunakan analisis regresi linier sederhana.

Tabel 4.21. Hasil Uji Statistik Koefisien Regresi Linier

Coefficients (a)

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui persamaan regresi linier sederhana adalah:

Y = 8,465 + 0,359 X

(73)

positif. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pengorganisasian koleksi searah dengan temu kembali koleksi. Dengan kata lain pengorganisasian koleksi pada Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah mempunyai dampak positif terhadap temu kembali koleksi. Jika pengorganisasian koleksi dipenuhi sebesar satu satuan maka temu kembali koleksi akan bertambah sebesar 0,359 di tambah dengan konstanta 8,465.

4.7 Uji Signifikansi

4.7.1 Uji Pengaruh Secara Pasial (Uji-t)

Untuk mengetahui pengaruh signifikansi pengorganisasian koleksi terhadap temu kembali koleksi di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah, dilakukan uji t. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 4.13 dapat diketahui nilai t hitung sebesar 4,764 pada tingkat signifikan 0,000. Sedangkan t tabel pada tingkat signifikansi 95% ( α = 0,05) sebesar 1,661. Karena nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pengorganisasian koleksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap temu balik koleksi di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa pengorganisasian koleksi yang baik akan membuat pengguna mudah menemukan kembali koleksi yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan.

4.8 Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

(74)

Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh tengah ditunjukkan pada Tabel 4.18 di bawah ini.

Tabel 4.22 Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2) Model Summary

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui nilai R Square yaitu 0,193 yang artinya pengaruh antara variabel X dengan variabel Y sangat lemah. Hal ini menunjukan bahwa 19,3% variabel pengorganisasian koleksi dapat mempengaruhi temu kembali koleksi di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah sedangkan sisanya sebesar 80,7 % diakibatkan oleh faktor lain di luar variabel yang digunakan.

(75)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengorganisasian koleksi (Variabel X) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Temu Kembali Koleksi (Variabel Y). Hal ini menunjukkan bahwa pengorganisasian koleksi yang baik akan memudahkan pengguna perpustakaan untuk menemukan kembali koleksi.

2. Nilai koefisien determinasi adalah sebesar 19.3 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengorganisasian koleksi berpengaruh sebesar 19.3% terhadap temu kembali koleksi di Kantor Perpustakaan dan Arsip kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan sisanya sebesar 80,7% diakibatkan pengaruh faktor-faktor lain di luar variabel yang digunakan.

3. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa temu kembali koleksi akan tercapai dengan baik jika pengorganisasian koleksi dilakukan dengan benar.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk kepada kesimpulan maka penulis mengajukan saran untuk mengoptimalkan aspek-aspek yang dapat mewujudkan peningkatan pengorganisasian koleksi di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Aceh Tengah.

(76)

pengorganisasian koleksi yang baik dan sesuai kriteria. Hasil penelitian diharapkan meningkatkan pengorganisasian koleksi yang lebih berorientasi kepada pengguna, sehingga diharapkan dengan adanya peningkatan pengorganisasian koleksi tersebut akan mampu meningkatkan temu kembali koleksi dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan secara maksimal, dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah kunjungan pengguna dari tahun ke tahun. Salah satu peningkatan yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komputer berupa Online Public Access Catalog (OPAC)

2. Oleh karena keterbatasan penelitian, sangat diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat menggunakan populasi yang lebih luas dan menindak lanjuti variabel lainnya yang tidak dibahas di dalam penelitian ini, sehingga diperoleh gambaran yang lebih menyeluruh mengenai temu kembali koleksi.

(77)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan sangat beraneka ragam. Dari segi isi (subjek) terdapat koleksi fiksi atau non fiksi. Koleksi non-fiksi adalah yang bersifat ilmiah atau mengandung ilmu pengetahuan yang ditulis berdasarkan data dan fakta. Sedangkan koleksi fiksi adalah karya bersifat khayalan atau imajinasi pengarangnya. Di antara kedua jenisnya tersebut, terdapat pula koleksi fiksi ilmiah (science fiction), yaitu gabungan antara keduanya, karya ilmiah yang ditulis fiksi, atau sebaliknya karya fiksi yang didukung dengan beberapa data dan fakta ilmiah.

Dalam Pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi (2000) yang dimaksud dengan koleksi perpustakaan adalah “semua pustaka yang dikumpulkan, di olah dan disimpan untuk disebarluaskan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan informasi mereka (p. 11).”

Suwarno (2007) menyatakan bahwa “Koleksi bahan pustaka adalah sejumlah bahan pustaka yang telah ada di perpustakaan dan sudah diolah, sehingga siap dipinjamkan atau digunakan oleh pemakai (p. 41).”

Kohar (2003) menyatakan koleksi perpustakaan adalah “Koleksi perpustakaan adalah yang mencakup berbagai format bahan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan alternatif para pemakai perpustakaan terhadap media rekam informasi (p. 6).”

(78)

2.1.1 Tujuan Penyediaan Koleksi Perpustakaan

Tujuan penyediaan koleksi perpustakaan adalah untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi. Tujuan penyediaan koleksi tidak sama untuk semua jenis perpustakaan, tergantung kepada jenis dan tujuan perpustakaan tersebut.

Pmantjuntak (2000) menjelaskan sebagai contoh perpustakaan perguruan tinggi menyediakan koleksi dengan tujuan ;

1. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka yang dibutuhkan Sivitas akademika perguruan tinggi induknya.

2. Mengumpulkan dan menyediakan bahan pustaka bidang bidang tertentu yang terhubungan dengan tujuan perguruan tinggi penggunanya.

3. Memiliki koleksi bahan perpustakaan yang lampau dan mutakhir dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, kebudayaan, hasil penelitian dan lain lain yang erat hubungannya dengan program perguruan tinggi tersebut (p. 4).

Dengan demikian koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna maka pelayanan perpustakaan dapat dilakukan secara tepat guna dan berhasil.

Sesuai dengan tujuannya penyedia koleksi perpustakaan tersebut di atas dapat dilihat apa fungsi koleksi perpustakaan tersebut. Adapun fungsi koleksi perpustakaan menurut Siregar yang di kutip oleh Niswah (2009)

1. Fungsi pendidikan, yaitu menunjang program pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang membutuhkan.

2. Fungsi penelitian, yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh masyarakat/ pengguna.

3. Fungsi referensi, yaitu menjadi bahan referensi bagi masyarakat/pengguna perpustakaan.

(79)

2.1.2 Fungsi Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi tertentu yang ingin diketahuinya. Dengan adanya koleksi perpustakaan, pengguna dapat melihat referensi mengenai suatu informasi sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui.

Menurut Sutarno (2006) koleksi perpustakaan akan memberikan ciri dan wahana sebagai berikut:

1. Memberikan ciri bagi jenis perpustakaan yang dibentuk

2. Merupakan daya tarik dan perhatian bagi pengunjung, yaitu koleksi yang makin lengkap dengan terbitan yang relatif baru.

3. Meningkatkan citra dan gambaran atas performa dan kinerja perpustakaan (p. 113).

Sedangkan menurut Siregar (2009) menyatakan bahwa koleksi perpustakaan berfungsi sebagai berikut:

1. Fungsi pendidikan, yaitu menunjang program pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat umum, kelompok, lembaga yang membutuhkannya.

2. Fungsi penelitian, yaitu menunjang penelitian yang dilakukan oleh masyarakat atau pengguna.

3. Fungsi umum, dimana perpustakaan menjadi pusat informasi bagi masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan pendidikan kepada masyarakat dan pelestarian bahan pustaka serta budaya manusia lainnya (p. 28).

Dari kedua pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa koleksi perpustakaan berfungsi untuk memberikan ciri tersendiri bagi perpustakaan yang menyediakannya dan dapat menarik minat pengguna sehingga citra dari perpustakaan tersebut akan terlihat baik dimata para pengguna. Selain itu koleksi perpustakaan juga memiliki fungsi pendidikan, penelitian, dan berfungsi untuk semua pengguna perpustakaan.

2.1.3 Jenis-Jenis Koleksi Perpustakaan

(80)

memenuhi kebutuhan informasi untuk semua lapisan masyarakat. Semakin banyak koleksi yang terdapat di perpustakaan maka semakin banyak informasi yang ada di perpustakaan tersebut. Buku-buku di perpustakaan biasanya kelompokkan untuk memudahkan cara pengadaannya, pengolahannya, penyusunannya serta pelayanannya.

Menurut Kohar (2003) koleksi perpustakaan terdiri dari 1. Koleksi buku teks

Di perpustakaan perguruan tinggi, buku teks biasa dikenal dengan buku ajar. Koleksi buku teks pada umumnya berisi bahan – bahan berupa buku wajib, buku anjuran, dan buku umum lainnya yang diperlukan di dalam kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi.

2. Koleksi referensi

Koleksi referensi yang kuat merupakan modal bagi perpustakaan. Buku – buku atau bahan referensi berisi berbagai informasi yang luas dan penting yang tidak tersedia di dalam buku teks dan bahan yang lainnya. Koleksi referensi merupakan alat pustakawan untuk memberikan informasi yang spesifik kepada para pemakai perpustakaan. Komponen koleksi referensi diantaranya adalah ensiklopedia, kamus, buku tahunan, bahan biografi, bahan statistik, peraturan perundang – undangan dan sebagainya.

3. Koleksi laporan penelitian

Perkembangan ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil kegiatan penelitian yang sambung menyambung secara kumulatif. Untuk perpustakaan mempunyai tugas mendokumentasikannya ke dalam bentuk koleksi laporan penelitian. Laporan penelitian umumnya tidak diterbitkan secara komersil dan menjadi salah satu jenis literatur kelabu (gray literature). Oleh karena itu setiap perpustakaan dapat memperolehnya melalui hadiah dari berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi.

4. Koleksi terbitan pemerintah

(81)

5. Koleksi jurnal

Koleksi jurnal dapat dibangun dan dikembangkan melalui langganan atau hadiah. Suatu perpustakaan harus hati – hati di dalam mengembangkan koleksi jurnal, sekali suatu jurnal ditetapkan menjadi koleksi perpustakaan, maka harus berkesinambungan dilanggan dari tahun ke tahun berikutnya. Untuk itu kehadiran koleksi jurnal di perpustakaan harus dipertimbangkan atas dasar kebutuhan masyarakat pemakai disaat sekarang dan mendakang.

6. Koleksi bahan pandang dengar

Suatu perpustakaan dapat membangun koleksi bahan pandang dengar secara tersendiri terpisah dari koleksi bahan lainnya. Bahan – bahan berbentuk mikrofilm, mikrofis, CD-ROM, VCD, kaset video, film dan sejenisnya dikumpulkan menjadi satu kelompok dalam susunan koleksi perpustakaan. Koleksi ini umumnya dikembangkan untuk tujuan pelestarian dan penghematan ruang penyimpanan.

7. Koleksi khusus lainnya

Setiap perpustakaan bisa menentukan kebijakannya masing – masing untuk mengembangkan berbagai jenis koleksi khusus yang diperlukannya, misalnya koleksi peta, koleksi disertasi, koleksi surat kabar, koleksi bahan cadangan dan sebagainya.

Menurut Edward Evans dalam bukunya Developing Library and Information Center Collections (2000) menyatakan bahwa format koleksi perpustakaan terdiri dari:

• Books (hardbound or paper back) • Newspaper

• Periodicals (Paper, microform and electronic) • Microforms

• Slides

• Films and Videos • Pictures

• Audio recordings

• Online resoureces (Internet and other services) • Musical Scores

• Pamphlets

• Manuscrips and archival materials • Maps

• Goverment documents • CD-ROMs and laser disc • Realia

• Games and toys • Specimen

(82)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis koleksi perpustakaan terdiri dari beberapa kelompok yaitu koleksi Buku Teks, Referensi dan Terbitan Berkala. Setiap koleki juga memiliki informasi yang dapat disesuaikan dan dimanfaatkan dengan kebutuhan masyarakat.

2.2 Pengorganisasian Koleksi di Perpustakaan

Pengorganisasian koleksi lebih dikenal dengan istilah klasifikasi, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan representasi pengetahuan yaitu penomoran bahan pustaka. Pemberian nomor berdasarkan klasifikasi desimal DDC untuk koleksi berbentuk hardcopy. Sedang dalam lingkungan internet (web resource description and

discovery), untuk koleksi berbentuk digital digunakan standar metadata Dublin Core.

Dalam setting perpustakaan digital dikenal sarana yang disebut Sistem Organisasi Pengetahuan atau Knowledge Organization Systems (KOSs). Dalam beberapa literatur ilmu komputer dan ilmu informasi, konsep KOSs banyak digunakan, tetapi dengan definisi dan cara yang tidak standar. Menanggapi hal tersebut, workshop yang diselenggarakan oleh National Information Standard Organization (NISO) tentang thesaurus elektronik menekankan pada perlunya memperbaiki terminologi demi

terminologi (NISO, 1999).

Sistem organisasi pengetahuan ini digunakan untuk organisasi materi dan tujuan mengelola koleksi dan sistem temu kembali. Sistem bertindak sebagai jembatan antara kebutuhan informasi pemakai dengan materi dalam koleksi.

Dewiyana 2008 menjelaskan KOSs untuk perpustakaan digital dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Daftar istilah (term list), yang menekankan pada daftar istilah bahkan dengan definisinya. Kelompok ini terdiri dari authority files, glossary, kamus dan gazetteer.

(83)

3. Daftar antar-hubungan (relationship list), yang menekankan pada hubungan antar istilah-istilah dan konsep-konsep yang terdiri atas thesaurus, semantic network dan ontologis.

Untuk kegiatan dalam organisasi misal seperti perpustakaan rules yang digunakan dalam proses ini telah berbentuk tertulis. Misalnya: Standar klasifikasi desimal (DDC), Dublin Core, KOSs, dll. Namun jika kegiatan tersebut dilakukan oleh agen, rules tergantung pada bagaimana ia mengorganisasi pengetahuan yang ia miliki.

Pengorganisasian koleksi perpustakaan berarti suatu proses kegiatan kepustakaan yang meliputi kegiatan mulai dari pengolahan sampai dengan pelayanan pengguna perpustakaan. Kegiatan pengorganisasian bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan menginventaris buku, pengklasifikasian, pembuatan katalog, penyelesaian dan penyusunan di rak buku. Kegiatan pokok sebuah perpustakaan adalah mengorganisir informasi atau mengolah bahan perpustakaan yang masuk ke perpustakaan. Tujuan utama pengorganisasian bahan perpustakaan adalah untuk memudahkan dalam proses penyimpanan dan penemuan kemabali (storage and retrievel) informasi yang dikelola. Sebuah informasi yang disimpan diantara jutaan

informasi yang ada di perpustakaan, tidak mungkin ditemukan dengan cepat tanpa diolah terlebih dulu. Didalam mengorganisasi informasi terdapat perkembangan dari organisasi secara teradisional dan terus mengalami perkembangan sampai dengan saat ini dengan penerapan teknologi informasi.

a. Pengolahan Bahan Pustaka

(84)

Setiap perpustakaan memiliki tugas menyediakan bahan pustaka serta mengolahnya agar dapat disajikan kepada pengguna sehingga bahan pustaka tersebut dapat bermanfaat bagi pengguna perpustakaan. Sebelum bahan pustaka dilayankan kepada pengguna, terlebih dahulu diolah dan disusun secara sistematis untuk memudahkan pengguna dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Menurut Qalyubi (2007) Yang dimaksud dengan kegiatan pemrosesan atau pengolahan bahan pustaka adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan-kegiatan:

 Inventarisasi

 Klasifikasi

 Pembuatan katalog

 Penyelesaian dan penyusunan buku di rak (p. 51)

Noerhayati yang dikutip oleh khairun (2011) mengemukakan tentang pengolahan bahan pustaka adalah :

Agar informasi atau bahan pustaka diperpustakaan dapat dimanfaatkan atau diketemukan kembali dengan mudah, maka dibutuhkan sistem pengelolaan dengan baik dan sistematis yang biasa disebut dengan kegiatan pengolahan (processing of library materials) atau pelayanan teknis (technical service). Kegiatan pengolahan bahan pustaka diperpustakaan biasanya mencakup beberapa kegiatan yaitu: pembinaan dan pengembangan koleksi, inventarisasi, katalogisasi, klasifikasi, dan kelengkapan fisik buku (p. 19)

Semua bahan pustaka yang ada, diorganisasikan dengan baik sehingga mudah pengontrolannya, mudah mengenalinya, yang kemudian mudah menelusurnya. Di dalam pengorganisasian koleksi di perpustakaan terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti katalogisasi dan klasifikasi.

1. Katalogisasi

(85)

itu informasi yang ada diperpustakaan perlu diproses dengan sistem katalogisasi (cataloging). Adapun sistem katalogisasi yang dikembangkan mengalami berbagai tahapan penyeragaman peraturan katalogisasi. secara internasional adalah Anglo American Cataloguing Ruler 2 (AACR2). Perkambangan terakhir telah di buat sistem katalog yang baru yaitu RDA (Resource Description and Acces) yaitu suatu standard pengatalogan baru yang di rancang untuk dunia digital tetapi perpustakaan perpustakaan di Indonesia masih menggunakan AACR2 bahkan perpustakaan Nasional juga masih menggunakan AACR2 untuk pedoman mengkatalogisasi.

Kegiatan pengkatalogan menurut Syakirin (2011) Kegiatan pengkatalogan secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kegiatan :

1. Pengatalogan deskriptif, yang bertumpu pada fisik bahan pustaka (judul, pengarang, impresium, kolasi, catatan, dll) kegiatannya berupa membuat deskripsi bibliografi, menentukan tajuk entri utama dan tambahan, pedomannya antara lain AACR2 dan ISBD

2. Pengindeksan subyek, yang berdasar pada isi bahan pustaka (subyek atau topic yang dibahas) mengadakan analisis subyek dan menentukan notasi klasifikasi, pedomannya antara lain bagan klasifikasi, daftar tajuk subyek dan thesaurus. Kedua kegiatan ini menghasilkan cantuman bibliografi atau sering disebut katalog yang merupakan wakil ringkas bahan pustaka.

2. Klasifikasi

(86)

Negara Amerika Serikat. DDC merupakan bagan klasifikasi yang banyak digunakan di dunia termasuk di Indonesia.

Noerhayati yang di kutip oleh Kudadiri (2011) menjelaskan. Adapun sistem klasifikasi yang digunakan oleh perpustakaan pada umumnya adalah DDC (Dewey Decimal Clasification)

a. DDC (Dewey Decimal Clasification)

DDC mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan yang dibuat dalam susunan yang sistematis dan teratur. Pembagian ilmu pengetahuan dimulai dari yang bersifat umum ke yang bersifat khusus, dengan demikian DDc pembagiannya terdiri dari 10 kelas utama, 100 divisi, 1000 seksi, dan 10.000 sub seksi.

Berikut pembagian sub subyek dalam system DDC: 000 = Karya Umum

900 Sejarah dan Geografi

b. UDC (Universal Dewey Clasification)

Sistem ini merupakan penyederhana dan perluasan system DDC. System ini juga mencakup semua cabang ilmu pengetahuan yang dibagi menjadi sepuluh cabang. Berikut pembagian cabang dalam UDC

0 = Karya Umum

1= Filsafat, metafisika, logika 2 = Agama

3 = Ilmu Sosial 4 = Bahasa/Filologi 5 = Ilmu murni 6 = Ilmu Terapan

7 = Seni, Olah Raga dan Arsitektur 8 = Kesusasteraan

9 = Sejarah, Geografi, dan Biografi

(87)

c. Kelengkapan Fisik Buku

Bahan Pustaka yang telah melalui proses inventarisasi, katalogisasi dan klasifikasi, langkah selanjutnya perlu dibuatkan perlengkapan fisik buku, hal ini dimaksudkan agar bahan pustaka yang disajikan dapat di tata di rak sedemikian rupa, sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah dan baik.

Adapun jenis perlengkapan buku menurut Purwono (2010) antara lain:

1). Label Buku, di tempel pada punggung buku bagian bawah, dengan ukuran 3cm x 4cm.

2). Lembar Tanggal kembali (date due slip), di tempel pada halaman terakhir. 3). Kartu Buku, diletakkan pada halaman terahir atau bagian dalam sampel

buku

4). Kantong Kartu Buku, di tempel di bagian akhir halaman buku untuk menempatkan kartu buku (p. 116).

d. Shelving (pengerakan)

Shelving atau pengerakkan memegang peranan penting dalam menentukan kecepatan serta ketepatan dalam proses temu kembali koleksi atau buku. Sebaik apapun kegiatan pengolahan atau sistem automasi yang digunakan tidak optimal apabila buku-buku tersebut tidak disusun secara sistematis di rak buku. Pengguna perpustakaan dan pengelola sendiri harus konsisten untuk mengembalikan bukunya. Usaha ini dilakukan agar buku dapat dengan mudah ditemukan jika diperlukan.

Langkah-langkah dalam pengerakan menurut Purwono (2010) adalah: 1. Pengelompokan buku berdasarkan jenisnya.

Buku-buku koleksi dikelompok-kelompokkan berdasarkan jenis buku, misalnya buku referensi dikelompokkan dalam kelompok buku referensi, buku teks dikelompokkan dalam kelompok buku teks.

2. Penyusunan buku di rak

(88)

2.2 Tujuan Pengorganisasian Koleksi Perpustakaan

Perpustakaan sebagai lembaga pengelola informasi yang memiliki koleksi sangat beraneka ragam dari berbagai bidang ilmu informasi, harus mampu mengorganisasikan koleksi dengan baik yang salah satu tujuannya untuk memudahkan temu kembali koleksi, dimana kegiatan pengorganisasian koleksi di perpustakaan sangatlah penting sebab tanpa adanya pengorganisasian koleksi yang baik pengguna akan mengalami kesulitan dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Sebuah perpustakaan yang tidak mempunyai pengorganisasian koleksi dapat dikatakan hanya sebuah gudang penyimpanan buku belaka.

Tujuan dari pengorganisasian koleksi ini menurut Zachroni (2006) adalah “untuk mengetahui jumlah koleksi, tempat rak penyimpanan , rincian koleksi yang terdapat di perpustakaan, dan yang lebih penting adalah bagaimana koleksi tersebut mudah ditemukan kembali apabila diperlukan” (p. 539)

Sedangkan pernyataan yang dikeluarkan pada Sismalib (2102) “Bahan pustaka yang masuk ke perpustakaan wajib diolah dengan baik agar proses temu kembali informasi nantinya berjalan lancar dan mewujudkan tertib administrasi dalam pelaksanaannya”.

Dari kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari pengorganisasian koleksi adalah untuk mengetahui jumlah koleksi, tempat rak penyimpanan, rincian koleksi yang terdapat di perpustakaan dan yang terpenting proses temu kembali yang mudah serta tertib administrasi yang berjalan lancar.

2.3 Temu Kembali Koleksi

(89)

bagaimana memanggil atau mendapatkan informasi yang tersedia dalam suatu database atau web untuk memenuhi informasi yang diminta oleh pemakai.

Bagaimana menemukan informasi yang diminta pemakai dan bagaimana memberikan solusi kepada pemakai untuk menemukan informasi yang diinginkan.

Hasugian (2006) menyatakan bahwa “Pada dasarnya sistem temu balik informasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi, kemudian memanggil (retrieve) suatu dokumen dari suatu simpanan (file), sebagai jawaban atas permintaan informasi (p. 2).”

Tague-Sutcliffe seperti yang dikutip oleh Hasugian (2006) menyatakan bahwa “tujuan utama sistem temu kembali informasi adalah untuk menemukan dokumen yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna secara efektif dan efisien, sehingga dapat memberikan kepuasan baginya (p. 3).”

Sedangkan pengertian sistem temu kembali informasi menurut Salton yang di kutip oleh Hasugian (2009) adalah :

Suatu proses untuk mengidentifikasi dan memanggil atau menemukan (retrieve) dokumen tertentu dari suatu simpanan (file) sebagai jawaban atas permintaan informasi. Dapat tidaknya suatu dokumen terpanggil dari suatu file (situs) adalah tergantung dokumen terpanggil dari suatu file (situs) adalah tergantung pada kesamaan antara dokumen dengan query. Permintaan informasi ke dalam sistem informasi dirumuskan dalam bentuk query (p. 54).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem temu kembali adalah merupakan sebuah sistem yang berguna dalam memanggil dan menempatkan dokumen dalam basis data sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan akhir dari sistem temu kembali informasi memberikan kepuassan informasi bagi pengguna. Sistem temu kembali informasi merujuk kepada keseluruhan kegiatan yang meliputi pembuatan wakil informasi (representation), penyimpanan (storage), pengaturan (organization) sampai kepada pengambilan (access).

(90)

(infrastruktur informasi). Konsep terjadinya temu kembali informasi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.3. : Konsep Sistem Temu Kembali Informasi Sumber : Hasugian (2009)

Menurut Hasugian (2009) Terdapat empat model klasik dalam sistem temu kembali informasi yaitu:

1.Logical models, sejak lama menggunakan Boolean logic (and, or, not). Alternatif temuan hanya dua yaitu cocok dan tidak cocok.

2.Vector processing models, memperlakukan indeks sebagai multidimensional information space. Dokumen dan query diwakili oleh nilai nilai vector sehingga

keduanya memperlihatkan posisi dekat atau jauh. Non binary degree of similarity

3.Probabilistic models, berasumsi bahwa sistem temu kembali informasi bertugas membuat urutan-urutan (ranking) dokumen sesuai kemungkinannya dalam menjawab kebutuhan nilai relevansi dokumen.

Gambar

Tabel 3.1 Penentuan Sampel Penelitian Berdasarkan Strata
Tabel 3.3 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien
Tabel 4.1: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 2.5 Kegiatan Shelving dan Temu Kembali Informasi di Perpustakaan Umum Kabupaten Boyolali .... commit

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ketersediaan koleksi dan sistem temu balik informasi terhadap pemenuhan kebutuhan informasi pengguna di

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa penataan koleksi untuk temu kembali informasi di perpustakaan SMK Negeri 1 Manado, berperan penting dalam proses penelusuran.. Sebab,

Jika R 2 yang diperoleh dari hasil perhitungan semakin besar (mendekati 1), maka dapat dikatakan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya semakin

Sebaliknya jika semakin kecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat semakin kecil. Artinya 99,00% pertumbuhan

Perpustakaan Daerah Kabupaten Jepara, menggunakan sarana sistem simpan dan temu kembali informasi atau yang biasa disebut dengan OPAC, sejak tahun 2009 dan mulai aktif

Meskipun pada hasil koefisien determinan dijelaskan bahwa variabel disiplin kerja memberikan varian variasi mendekati 1 yaitu 57,7%, Dikarenakan adanya pengaruh disiplin kerja terhadap

Determinan R² jika semakin besar mendekati satu maka dapat dikatakan bahwa pengaruh yang signifikan dari variabel independen yaitu X berupa variabel advertising, personal selling, sales