• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokte ran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 terhadap Penyakit Otitis Media Akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokte ran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 terhadap Penyakit Otitis Media Akut"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010 TERHADAP

PENYAKIT OTITIS MEDIA AKUT

OLEH

BATARA TUAN SYAH 100100353

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010 TERHADAP

PENYAKIT OTITIS MEDIA AKUT

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH

BATARA TUAN SYAH 100100353

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Otitis Media Akut (OMA) merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang umum terjadi di berbagai belahan dunia dan gangguan penyakit telinga hidung tenggorokan (THT) terkait infeksi yang terjadi di negara -negara dengan ekonomi rendah yang dapat menyebabkan gangguan p endengaran. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) terhadap OMA.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan September hingga Oktober 2013 dengan teknik wawancara menggunakan alat berupa kuesioner. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2010 yang berjumlah 107 orang yang dipilih dengan metodesimple random sampling.

Bila dilihat menurut jawaban atas pertanyaan mengenai definisi OMA diperoleh 56 orang (52,3%) dalam kategori baik, mengenai etiologi diperoleh 84 orang (78,6%) dalam kategori baik, mengenai perjalanan penyakit diperoleh 51 orang ( 47,7%) dalam kategori baik, mengenai patogenesis diperoleh 75 orang (70,1%) dalam kategori sedang, mengenai penatalaksanaan diperoleh 61 orang ( 57%) dalam kategori sedang, serta mengenai komplikasi diperoleh 55 orang ( 51,4%) dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian , didapati bahwa sebanyak 73 orang (68.2%) mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai OMA.

Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2010 secara umum berada dalam kategori baik.

(5)

ABSTRACT

Acute Otitis Media is one of the common otolaryngeal disease that frequently happened in all over the world and related with infections occurrence which mostly happened in low economic countries which can give an impact with hearing disorder. The aimed of this study is to know the degree of knowledge in Medical Students about Acute Otitis Media (AOM).

Descriptive study with cross sectional design was held in Medical Faculty, University of North Sumatera. This research was conducted from September to Oktober 2013 by interview using questionnaires. The number of subjects in this study were 107 medical third -year students that taken by simpel random sampling method.

Distribution from each classified questionnaires that 56 people (52,3%) had good knowledge about definition AOM, 84 people (78,6%) had good knowledge about etiology, 51 people (47,7%) had good knowledge about cours e of disease, 75 people (70,1%) was knowledge about pathogenesis, 61 people (57%) was knowledge about management, and 55 people (51,4%) was knowledge about complication of AOM. Based on the results of this study, there are 73 students (68.2%) had a good level of knowledge about AOM

From this research, we can conclude that mayority of medical third -year students had a good level of knowledge about Acute Otitis Media.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia -Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian yang berjudul : ” Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokte ran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010 terhadap Penyakit Otitis Media Akut”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar Sp. PD -KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. dr. T. Siti Hajar Haryuna Sp. THT -KL sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberi ara han dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak dr. Ichwanul Adenin Sp. OG dan Ibu dr. Ramona Duma Sari Sp. KK selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya t ulis ilmiah ini.

4. Para dosen dan staf pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Alidius Damanik dan Ibunda saya Rosmawati Saragih, kakak saya Anggih Rebecca Damanik dan Hanna Mandela Damanik, serta Abang saya Alfred Jhonson Damanik yang menjadi motifasi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini atas doa, semangat dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini

(7)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 10 Desember 2013 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan... ... i

Abstrak………... ii

Abstract………... iii

Kata Pengantar……… …. iv

Daftar Isi... .... vi

Daftar Tabel………... viii

Daftar Gambar……… .….. ix

Daftar Lampiran……….... x

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 2

1.3. Tujuan Penelitian………... 2

1.3.1. Tujuan Umum... 2

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1. Pengetahuan………... 4

2.2. Anatomi Telinga... 6

2.3. Otitis Media Akut... 8

2.3.1. Definisi………... 8

2.3.2. Etiologi …………... 8

2.3.3. Patogenesis………... 9

2.3.4. Perjalanan Penyakit………... 10

2.3.5. Gejala Klinis... .... 11

2.3.6. Pemeriksaan Penunjang... ... 12

2.3.7. Penatalaksanaan... .... 12

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 14

3.1. Kerangka Konsep Penelitian………... 14

3.2. Definisi Operasional Penelitian………... 14

3.2.1. Definisi... 14

3.2.2. Cara Ukur... 15

3.2.3. Alat Ukur... 15

3.2.4. Kategori... 15

3.2.5. Skala Pengukuran... 15

BAB 4 METODE PENELITIAN………... 16

4.1. Jenis Penelitian………... 16

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 16

4.2.1. Lokasi Penelitian………... 16

4.2.2. Waktu Penelitian………... 16

4.3. Populasi dan Sampel……….... 16

4.3.1. Populasi Penelitian………... 16

4.3.2 Sampel Penelitian…………... 16

4.4. Metode Pengumpulan Data………... 17

4.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas…………... 18

4.5. Metode Analisis Data………... 19

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………... 20

5.1. Hasil Penelitian... ... 20

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 20

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Penelit ian... 20

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Responden. ... 20

5.2. Pembahasan... 25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………... 27

6.1. Kesimpulan ... ... .. 27

6.2. Saran... .. 28

(10)

DAFTAR TABEL

NOMOR Halaman

5.1. Distribusi Frekuensi Katego ri Pengetahuan 21 Responden tentang OMA

5.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 21 Berdasarkan Definisi

5.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 22 Berdasarkan Etiologi

5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 22 Berdasarkan Perjalanan Penyakit

5.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 23 Berdasarkan Patogenesis

5.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan 23 Berdasarkan Penatalaksanaan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Anatomi Telinga 7

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 SuratEthical Clearance

Lampiran 3 Surat Penjelasan

Lampiran 4 Inform Consent

Lampiran 5 Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 SPSS Validasi

Lampiran 7 Data Induk

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otitis Media Akut (OMA) merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi di berbagai belahan dunia (Aboet, 2006) . Hal ini lebih sering dijumpai di negara-negara dengan tingkat ekonomi yang rendah, salah satunya Indonesia (WHO, 2006). Angka kejadian OMA, sebagai sal ah satu penyakit infeksi pada telinga hidung tenggorokan (THT) yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, ditemukan bervariasi di berbagai negara. Meropol (2008) menyatakan bahwa di antara semua pemberian antibiotik pada anak -anak di Amerika Serikat, 45-62% diantaranya diberikan atas indikasi OMA. Studi lain yang dilakukan oleh Donaldson (2013) menemukan bahwa 70% anak-anak di Amerika Serikat mengalami≥ 1 kali serangan OMA sebelum usia 2 tahun. Dube et al (2011) menyatakan bahwa pada usia 3 tahun, 60 -70% anak telah mengalami minimal 1 kali episode OMA serta kasus OMA rekuren. Di Indonesia sendiri, belum ada data akurat yang menunjukkan angka kejadian, in sidensi, maupun prevalensi OMA. OMA merupakan penyakit yang sering dij umpai dalam praktek sehari-hari. Bahkan di Poliklinik THT RSUD Dr. Saiful Anwar Malang OMA menduduki peringkat enam dari sepuluh penyakit terbanyak pada tahun 1995 dan 1996, serta pada tahun 1997 OMA menduduki peringkat lima. S edangkan di Poliklinik THT RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada tah un 1995, OMA menduduki peringkat dua penyakit terbanyak (Suheryanto (2000) dalam Rudolf (2011)).

(14)

Usia merupakan salah satu faktor risiko yang cukup berkaitan dengan OMA. Pada anak-anak berusia 6 tahun ditemukan prevalensi OMA sebesar 4% (Muhammad, 2010). Kasus OMA sangat banyak terjadi pada anak -anak dibandingkan dengan kalangan usia lainnya. Kondisi ini disebabkan oleh posisi tuba Eustachius anak pada fase perkembangan telinga tengah cenderung lebih pendek, lebar, dan terletak horizontal (Maqbool, 2000).

Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko OMA yaitu infeksi saluran napas atas, pajanan pada asap lingkungan, polusi iritan dan bahan -bahan alergen, kurangnya waktu pemberian ASI esklusif dan pemberian makan dalam posisi terlentang pada anak, riwayat OMA pada keluarga, kelainan kepala dan wajah, penurunan sistem imun, dan aliran balik dari lambung dan esofagus (Burrows et al, 2013).

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, dijumpai bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa dalam mengenal dan mengetahui penyakit OMA masih kurang. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas K edokteran USU angkatan 2010 terhadap penyakit OMA.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang d i atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap OMA?”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap OMA .

1.3.2. Tujuan khusus

(15)

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap etiologi OMA.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap perjalanan penyakit OMA.

d. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap patogenesis OMA.

e. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Faku ltas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap penatalaksanaan OMA.

f. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap komplikasi OMA.

1.4. Manfaat Penelitian

a Bagi Mahasiswa itu sendiri untuk mengetahui sejauhmana pen getahuan OMA pada mahasiswa Fakultas Kedokteran USU

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

Definisi pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penc iuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia dip eroleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2010).

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan yang ter cakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukurr bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: Dapat menyebutkan tanda -tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terha dap atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpilkan, meramalkan, dan sebaginya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (application)

(17)

dapat diartiakan aplikasi atau pengguanaan hokum -hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Mis alnya dapat menggunakan runus statistik dalam perhitungan -perhitungan hasil penitian, dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah (problem salving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen -komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata -kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian -bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan -rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

(18)

2.2. Anatomi Telinga 1. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga d an liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga dibentuk oleh tulang rawan yang dibungkus oleh perikondrium dan bagian terluar dilapisi oleh kulit. Liang telinga dibagi atas bagian tulang rawan (2/3 luar) dan bagian tulang (1/3 dal am), panjangnya kira-kira 3,7 cm (Ellis, 2006). Seperti yang terlihat pada gambar 2.1

2. Telinga Tengah

Telinga tengah merupakan suatu rongga yang b erisi udara yang terhubung ke nasofaring melaluituba eustachius. Rongga telinga tengah terdiri dari mastoid air cells yang berhubungan erat dengan lobus temporalis, cerebellum, bulbus jugularis dan labirin di telinga dalam. Tiga tulang pendengaran yang berfungsi menghantarkan getaran suara dari membra n timpani ke koklea (Dhillon dan East, 1999). Dinding lateral dari telinga tengah adalah membrana timpani, sedangkan bagian medial berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (fenestra ovalis), tin gkap bundar (fenestra rotundum) dan yang paling dominan adalah promotorium. Seperti yang terlihat pada gambar 2.2.

Di dinding anterior terdapat pintu ke tuba Eustachius, sedangkan di dinding posterior terdapat aditus ad antrum, yaitu saluran yang menuju k e rongga mastoid. Bagian dasar telinga tengah adalah bulbus jugularis (dipisahkan dengan vena jugularis oleh tulang tipis). Dinding superior berbatasan dengan lantai fosa kranii media yang disebut tegmen timpani ( Soetirto, 2001 ).

Membran timpani berbentu k bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga. Terdiri atas tiga lapisan yaitu :

1. Lapisan luar berupa lanjutan epitel kulit dari liang telinga. 2. Bagian tengah berupa jaringan ikat yang lentur.

3. Lapisan dalam ialah sel kubis yang bersilia.

(19)

maleus pada membran timpani disebut sebaga i umbo. Dari umbo bermula suatu

reflex cahaya (cone of light) ke arah bawah yaitu pada jam 7 untuk membran

timpani kiri dan jam 5 untuk membran timpani kanan (Soetirto, 2001). Tuba

eustachius ialah suatu saluran yang menghubungkan nasofaring dengan telinga

tengah yang berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi

membran timpani. Pada anak tuba lebih pendek, lebih lebar, dan kedudukannya

lebih horizontal dari tuba orang dewasa hingga infeksi dari nasofaring lebih

mudah masuk ke telinga tenga h. Panjang tuba orang dewasa kira -kira 3,75 cm dan

pada anak dibawah 9 bulan adalah 1,75 cm (Boeis, 1994). Bagian tulang rawan

tuba biasanya tertutup dan baru terbuka apabila udara diperlukan masuk ke telinga

tengah atau pada saat mengunyah, menelan atau m enguap. Pembukaan tersebut

dibantu oleh kontraksi otot tensor palatinum dan levator palatinum yang masing

-masing dipersarafi oleh nervus mandibu laris dan pleksus faringealis (Soetirto,

2001).

3.

Telinga Dalam

Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya seh ingga disebut sebagai

labirin (Boeis, 1994). Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa

dua setengah lingkaran dan vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis

semisirkularis. Koklea berperan dalam fungsi pendengaran dan vestibular

(20)

Gambar 2.1 Anatomi Telinga(sumber: Tortora & Derrickson, 2009)

Gambar 2.2 Anatomi Telinga Tengah dan Dalam(sumber: Sobotta, 2006)

2.3. Otitis Media Akut 2.3.1. Definisi

Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan infeksi bakteri pada kavum timpani (Lustig dan Schindler, 2013) . Bila OMA berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari 1½ bulan atau 2 bulan , maka keadaan ini disebut Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) ( Djaafar, 2001).

2.3.2. Etiologi

(21)

Pada bayi dimana tuba relatif lebih lebar dan lebih lurus, susu atau muntah dapat masuk ke kavum timpani, bila bayi tidur rata sambil menyusu, kemudian muntah. Membuang ingus yang kuat juga d apat mempunyai akibat yan g sama (Boeis, 1994). Penyebab lain otitis media akut ialah disfungsi tuba eustachius. Obstruksi tuba Eustachius merupakan suatu faktor penyebab dasar. Dengan hilangnya sawar utama telinga tengah terhadap invasi bakteri, dan spesies bakteri yang tidak biasanya patogenik, dapat berkolonisasi dalam telinga tengah, menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi. Kendatipun infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virus, namun sebagian besar infeksi otitis media akut disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang seringkali ditemukan antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Streptokokus beta -hemolitikus (Boeis, 1994). Menurut Ari (2010), sinusitis, hipertropi adenoid, dan rhinitis alergika dapat menjadi penyebab OMA.

2.3.3. Patogenesis

Patogenesis OMA berhubungan erat dengan gangguan fungsi tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius antara lain adalah :

1. Ventilasi atau pengatur keseimbangan tekanan udara di dalam telinga tengah dengan tekanan udara luar.

2. Proteksi terhadap secret nasofaring masuk ke telinga tengah. 3. Saluran keluar secret telinga tengah ke nasofaring.

(22)

Infeksi pertama hanya mengenai lapisan mukosa dan submukosa kavum timpani, tidak mengenai tulang. Pada anak -anak infeksi dapat mengenai kedua telinga. Akibat infeksi mukosa jadi edem, silia paralise dan tuba Eustachius tertutup. Udara dalam kavum timpani diabsorpsi, hingga menyebabkan tekanan negatif dalam kavum timpani. Hal ini menyebabkan retraksi membran timpani dan mengiritasi membran mukos a untuk memproduksi cairan eksudat (Djaafar, 2001).

2.3.4. Perjalanan Penyakit

Stadium otitis media akut berdasar perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium, yaitu:

1) Stadium oklusi tuba Eustac hius

Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang -kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi (Ari, 2010).

2) Stadium hiperemis

Pada stadium ini tampak pembuluh darah melebar akibat oklusi (penyumbatan) berkepanjangan yang menyebabkan invasi organisme piogenik. Eksudat inflamasi terlihat di telinga tengah dan membran timpani terlihat hiperemis dan edema (Dhingra, 2010).

3) Stadium supurasi

(23)

kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Pada stadium ini sebaiknya dilakukan miringotomi agar tidak terjadi ruptur spontan (Djaafar, Helmi, dan Restuti, 2007).

4) Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akh irnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terj adi walaupun tanpa pengobatan (Djaafar, 2001).

5) Stadium Komplikasi

Infeksi yang berkelanjutan k arena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi dapat menyebabkan ruptur dari membran timpani dan keluarnya nanah dari telinga tengah ke liang telinga luar . (Yates, dan Anari, 2008; Djaafar, Helmi, dan Restuti, 2007).

2.3.5. Gejala Klinis

(24)

nyeri telinga (otalgia), keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, tinitus.

2.3.6. Pemeriksaan Penunjang

Pada kebanyakan kasus OMA, pemeriksaan lebih lanjut tidak dibutuhkan karena diagnosis bias dilihat dari gejala dan tanda klinis. Bila gejala berat, hitung darah sering menunjukkan leukositosis, dan kultur darah dapat mendeteksi bakteremia selama periode demam tinggi. Kultur dari sekret telinga dapat membantu dalam pemilihan antibiotik pada pasien yang menunjukkan kegagalan terapi lini pertama. Bila OMA yang rekuren terjadi bersamaan dengan infeksi rekuren di sistem lain, maka defisiensi imun harus dipertimbangkan dan pemeriksaan yang tepat harus dilakukan (Djaafar, 2001).

2.3.7. Penatalaksanaan

Pengobatan otitis media ak ut tergantung dari stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi pengobatan terutama untuk membuka kembali tuba Eustachius, untuk itu diberikan dekongestan nasal (HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak < 12 tahun, dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik bagi yang berumur > 12 tahun) ( Djaafar, 2001 ). Disamping itu dapat diberikan antibiotika untuk infeksinya. Sesuai prevalensi organisme penyebab otitis media akut, maka terapi terpilihnya adalah ampisilin (50 – 100 mg/kg BB/hari) yang diberikan setiap 6 jam selama 10 hari. Terapi terpilih lainnya kombinasi penisilin dan sulfisoksazol (120 mg/kg BB/hari) dalam dosis terbagi setiap 6 jam selama 10 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, dapat diberikan eritromisin (50 mg/kg BB/hari).

Pada stadium hiperemis pengobatan diberikan antibiotika, analgetika untuk nyeri, serta dekongestan nasal dan antihistamin atau kombinasi keduanya.

(25)

Pada stadium perforasi membran timpani telah pecah dan terdapat sekret purulen, biasanya analgetika tidak diperlukan, tetapi diperluk an perawatan lokal bagi telinga. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7 –10 hari ( Djaafar, 2001 ). Harus dihindarkan masuknya air ke dalam liang telinga sampai penyembuhan sempurna, karena dapat ditunggangi kontaminasi tersebut.

Pada stadium resolusi maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrana timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 mi nggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak, kemungkinan telah terjadi masoiditis hari (Djaafar , 2001).

2.3.8. Komplikasi

(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Pada penelitian ini, kerangka konsep berdasarkan penelitian yang akan dilakukan adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Definisi

a Pengetahuan adalah apa yang diketahui mahasiswa FK USU angkata n 2010 tentang defenisi, etiologi, gejala klinis, penatalaksanaan, dan komplikasi OMA.

b Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah semua mahasiswa laki-laki dan perempuan dari angkatan 2010 yang aktif mengikuti kegiatan perkuliahan.

c Otitis Media Akut (OMA) adalah penyakit yang disebabkan oleh serangan infeksi bakteri pada cavum timpani (Lustig dan Schindler, 2013) .

d Etiologi adalah ilmu pengetahuan atau teori tentang factor -faktor yang menyebabkan penyakit dan metode masuknya penyebab penyakit (agen) ke tubuh pejamu (Dorland, 2010).

e Perjalanan penyakit adalah proses yang terjadi pada pejamu akibat agen penyebab penyakit.

f Patogenesis adalah reaksi dan peristiwa selular dan mekanisme patologik lainnya yang terjadi dalam perkembangan peny akit.

(27)

h Komplikasi adalah penyakit -penyakit yang muncul bersama -sama dengan penyakit lainnya (Dorland, 2010).

3.2.2. Cara Ukur

Dilakukan dengan cara wawancara.

3.2.3. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan p ada penelitian ini adalah kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 20 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban:

a Jawaban yang benar diberi skor 1 b Jawaban yang salah diberi skor 0

3.2.4. Kategori

Tingkat pengetahuan akan dikategorika n sebagai berikut (Arikunto, 201 0): a Tingkat pengetahuan baik, apabila responden memperoleh nilai ≥70%

dari total skor.

b Tingkat pengetahuan sedang, apabila responden memperoleh nilai 50 -69% dari total skor.

c Tingkat pengetahuan buruk, apabila responden memperoleh nilai <50% dari total skor.

3.2.5. Skala Pengukuran

(28)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross sectional,untuk memperoleh tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap OMA.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokt eran Universitas Sumatera Utara.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Septembe r 2013 sampai dengan Oktober 2013. Pengambilan sampel dilakukan selama dua minggu pada bulan September 2013.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjumlah 428 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara ang katan 2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

(29)

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

 Responden yang menolak diikutsertakan dalam penelitian.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling karena peneliti telah mengetahui sampling frame yang jelas (Dahlan, 2009). Setiap subyek diberi nomor, dan dipilih sebagian dari mereka dengan bantuan

tabel angka random (Sastroasmoro, 2011).

Perkiraan besar sample pada penelitian ini menggunakan rumus : PQ

1,96 x 0,5 x 1 0,5 0,1

97

Keterangan :

: Jumlah / besar sampel

: Tingkat kemaknaan (ditetapkan = 1.96) P : Proporsi penyakit (0.5)

Q : 1-P (1- 0.5)

d : Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki ( ditetapkan 0.1)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer. Data primer adalah data yang digunakan untuk penelitian ini dan data ini diper oleh langsung dari objek penelitian dengan menggunakan kuesioner.

(30)

(Notoatmodjo, 2011). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang dirancang oleh peneliti sendiri.

4.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar -benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji validiltasnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.

Rumus teknikproduct moment yang digunakan adalah :

Keterangan :

r : Koefisien korelaso product moment X : Skor tiap pertanyaan

Y : Skor total

N : Jumlah responden 2. Uji Reabilitas

Reabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dap at dipercaya atau diandalkan. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reabilitasnya dengan rumus Koefisien Reabilitas Alpha (Notoadmojo, 2010).

1 1 ∑

Keterangan :

: Koefisien alpha

K : Banyaknya butiran pertanyaan SI2 : Ragam skor butiran pertanyaan/ke -i ST2 : Ragam skor total

4.5. Metode Analisis Data

(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBA HASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dalam lingkungan Universitas Sumatera Utara

(USU) yaitu di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terletak di

Jl. Dr. Mansyur no.5 Medan. Fakultas Kedo kteran USU dibuka tanggal 20

Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di

kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru.

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha dengan zona akademik seluas

sekitar 120 Ha berada di tengahnya. Fakul tas ini memiliki berbagai ruang kelas,

ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang tutorial, ruang skills lab, ruang

seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEM, ruang POM, kantin, kamar

mandi dan mushola.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 107 orang. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yaitu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 secara acak.

5.1.3. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Re sponden

(32)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden tentang OMA

Kategori

Pengetahuan Frekuensi (orang) Persentase (%)

Buruk 3 2.8

Sedang 31 29.0

Baik 73 68.2

Total 107 100.0

Dari tabel di atas, didapati bahwa responden penelitian secara umum memiliki tingkat pengetahuan yang baik, yaitu 73 orang (68.2%) dan 3 orang (2,8%) memiliki pengetahuan yang buruk. Data lengkap dapat dilihat pada table 5.1.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Definisi Kelompok Pengetahuan

tentang Definisi

Frekuensi (orang) Persentase (%)

Salah Semua 1 .9

Salah dua 3 2.8

Salah satu 47 43.9

Benar Semua 56 52.3

Total 107 100.0

Dari tabel di atas, berdasarkan pertanyaan mengenai definisi didapati bahwa responden penelitian memiliki tingkat pengetahuan yang baik, yaitu 56 orang (52,3%), sedang 47 orang (43,9%) dan 4 orang (3,7%) memiliki

(33)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Etiologi Kelompok Pengetahuan

tentang Etiologi

Frekuensi (orang) Persentase (%)

Salah Semua 1 .9

Salah tiga 11 10.3

Salah dua 11 10.3

Salah satu 42 39.3

Benar Semua 42 39.3

Total 107 100.0

Dari tabel di atas, berdasarkan pertanyaan mengenai etiologi didapati bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, yaitu 84 orang (78,6%), 11 orang (10,3%) memiliki pengetahuan yang sedang, dan 12 orang (11,2%) memiliki pengetahuan yang buruk.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Perjalanan Penyakit

Kelompok Pengetahuan tentang Perjalanan Penyakit

Frekuensi (orang) Persentase (%)

Salah dua 9 8.4

Salah satu 47 43.9

Benar semua 51 47.7

Total 107 100.0

(34)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Patogenesis

Kelompok

Pengetahuan tentang Patogenesis

Frekuensi (orang) Persentase (%)

Salah Semua 2 1.9

Salah dua 14 13.1

Salah satu 75 70.1

Benar semua 16 15.0

Total 107 100.0

Dari tabel di atas, berdasarkan pertanyaan mengenai patogenesis didapati bahwa responden penelitian memiliki tingkat pengetahuan yang sedang lebih banyak dibandingkan dengan yang baik dan buruk, yaitu 75 orang (70,1%). Sedangkan untuk responden penelitian yang memiliki tingkat penget ahuan yang baik berjumlah 16 orang (15%), dan 16 orang (15%) memiliki pengetahuan yang buruk.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Penatalaksanaan

Kelompok Pengetahuan tentang Penatalaksanaan

Frekuensi (orang) Persentase (%)

Salah semua 9 8.4

Salah dua 24 22.4

Salah satu 61 57.0

Benar semua 13 12.1

(35)

Dari tabel di atas, berdasarkan pertanyaan mengenai penatalaksanaan didapati bahwa responden penelitian memiliki tingkat pengetahuan yang sedang lebih banyak dibandingkan dengan yang baik dan buruk, yaitu 61 orang (57%). Sedangkan untuk responden penelitian yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik berjumlah 13 orang (12,1%), dan 33 orang (30,8%) memiliki pengetahuan yang buruk.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Komplikasi

Kelompok Pengetahuan tentang Komplikasi

Frekuensi (orang) Persentase (%)

Salah Semua 9 8.4

Salah dua 29 27.1

Salah satu 55 51.4

Benar Semua 14 13.1

Total 107 100.0

(36)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 terhadap penyakit OMA secara umum. Selain itu dinilai juga tingkat pengetahuan tentang OMA yang lebih spesifik, yaitu tentang definisi, etiologi, perjalanan penyakit, patogenesis, penatalaksanaan, dan komplikasi.

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa mahasiswa Fakultas Kedo kteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai OMA secara umum yaitu berjumlah 73 orang (68.2%). Hal ini dapat terjadi karena responden telah diajarkan/diberi bahan pembelajaran pada blok Special Sense System. Selain itu, mahasiswa juga telah mendapatkan informasi dari media cetak seperti buku, televisi, internet ataupun media komunikasi yang lain. Jadi jika mahasiswa tersebut memiliki keingintahuan dan keinginan mencari tahu, maka mereka akan memiliki tingka t pengetahuan yang baik, hal ini sesuai dengan pernyataan Notoadmojo (2010).

(37)

Selain itu, rendahnya frekuensi pengulangan materi kuliah sebelumnya terutama OMA mengakibatkan tingkat pengetah uan yang rendah.

Etiologi OMA paling banyak adalah bakteri dengan persentase 50 -90% dari total kasus. Bakteri yang paling banyak adalah Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, dan Moraxella catarrhalis (Harmes et al, 2013). Infeksi bakteri paling banyak terjadi di nasofaring (Hafren et al, 2013). Penyakit OMA itu sendiri paling banyak terdapat pada anak -anak dibandingkan dewasa (Hafren et al, 2012). Penyebab yang paling sering terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, tetapi infeksi bakteri dapat berinteraksi dengan virus (Marom et al, 2012). Dari hasil penelitian Mc Cormick et al (2011) pada Lieberthal et al (2013), didapati bahwa gejala klinis pada anak -anak yang diberikan antibiotik lebih cepat sembuh dibandingkan dengan kelompok anak -anak tanpa antibiotik. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) akibat bakteri maupun virus juga dapat menyebabkan penyakit OMA ( Marom et al, 2012).

Menurut pendapat Notoadmojo (2003) dalam Aliia Amirah binti MD Kamaru Al-Amin (2010) yang menyatakan bahwa pengetahua n dapat dikembangkan oleh manusia karena manusia memiliki bahasa yang dapat dimengerti untuk mengkomunikasikan informasi yang telah di dapat. Sehingga jika informasi yang diterima itu salah, maka pengetahuan tidak akan berkembang dengan baik.

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan mahasi swa Fakultas Kedokteran angkatan 2010 terhadap OMA, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan secara umum berada dalam kategori baik yaitu 73 orang (68,2%).

2. Tingkat pengetahuan mengenai definisi OMA berada dalam kategori baik yaitu 56 orang (52.3%).

3. Tingkat pengetahuan mengenai etiologi OMA berada dalam kategori baik yaitu 84 orang (78,6%).

4. Tingkat pengetahuan mengenai perjalanan penyakit OMA berada dalam kategori baik yaitu 51 orang (47.7%).

5. Tingkat pengetahuan mengenai patoge nesis OMA berada dalam kategori sedang yaitu 75 orang (70.1%).

6. Tingkat pengetahuan mengenai penatalaksanaan OMA berada dalam kategori sedang yaitu 61 orang (57%).

(39)

6.2. Saran

1. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak universitas sebagai bahan evaluasi pembelajaran bagi generasi kedepannya terutama mengenai blokSpecial Sense System (SSS).

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman, M.H., 1990. Otitis media akut. Dalam: Hel mi, Kurniawan, A.N., Abdoerrachman, M.H., Setiabudy, R. (Penyunt.). Pengobatan non supuratifotitis media supuratif . Jakarta: Balai penerbit FK UI, pp.37-44. Aboet, A., 2006. Terapi pada otitis media supuratif akut. Majalah Kedokteran

Nusantara, 39(3): 356.

Ari, N.E., 2010.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem telinga hidung tenggorokan dan gangguan wicara. Edisi I. Jakarta: Rekatama, pp.59 -65.

Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 191-262.

Burrows, H.L. et al., 2013. Otitis Media Guideline. University of Michigan Health System: 1–4.

Dahlan, S., 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Dhillon, R.S. and East, C.A., 1999. An illustrated colour text: ear, nose, and throat and head and neck surgery 2nd ed. New York: Churchill Livingstone,pp. 2-3.

Dhingra. P.L. and Dhingra, S., 2010. Diseases of ear, nose & throat. 5thed. India: Elsevier, pp.69-70.

Djaafar, Z. A., Helmi, dan Restuti, R.D., 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar,N., Bashiruddin,J., Restuti,R.D., ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok. Edisi ke-6. Jakarta: Gaya Baru-FKUI, pp.64-69.

(41)

Dorland, W.A. Newman., 2010. Kamus Kedokteran Dorland. (31ed). (A.A.Mahode, Penyunt,.& R.N. Alser ia, penerj.) Jakarta: EGC Medical Publisher

Dube, E., et al., 2011. Burden of Acute Otitis Media on Canadian Families. Canadian Family Physician, 57: 60, 62–64.

Ellis, H. 2006. Clinical anatomy: A revision and applied anatomy for clinical students.11thed. Oxford: Blackwell Publishing,pp.384 -387.

Ghazali, M. V., Sastromihardjo, S., Soedjarwo, R. S., Soelaryo, T., Pramulyo, H.S., 2011. Studi Cross -Sectional. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke -4. Jakarta: Sagung Seto, 130.

Hafren, L., Einarsdottir, E., Kere, J. & Mattila, P.S., 2012. Current Knowledge of the Genetic of Otitis Media. Curr Allergy Asthma Rep, (12), pp.582-89.

Available at:

http://search.proquest.com/docview/1140978849/fulltextPDF/142266C3ACB 1EAB5299/1?accountid=50257 [Accessed 05 Desember 2013].

Harmes, K. M., Blackwood, R.A., Burrows, H. L., Cooke, J. M., Harrison, R. V., Passamani, P. P., 2013. Otitis Media : Diagnosis and Treatment. Am Fam Physican88(7) : 435-440.

Lieberthal, A. S., Carroll, A. E., Chonmaitree, T., Ganiats, T. G., Hoberman, A., Jackson, M. A., Joffe, M. D., Miller, D. T., Rosenfeld, R. M., Sevilla, X. D., Schwartz, R. H., Thomas, P.A., Tunkel, E. D., 2013. The Diagnosis and Management of Acute Otitis Media. Pediatrics131: e964-e999.

Lustig, L.R. & Schindler, J.S., 2013. Ear, nose,& throat disorders. In: Papadakis, M.A., McPhee, S.J. & Rabow, M.W. (eds). CURRENT medical diagnosis & treatment. 52thed. Madrid: McGraw-Hill Medical, pp.203.

Maqbool, M., 2000. Textbook of ear, nose, and throat diseases. 9thed. New delhi: Jaypee brothers, pp. 52-56.

Marom, T., Nokso-Koivisto, J. & Chonmaitree, T., 2012. Viral -Bacteria Interaction.Curr Allergy Astma Rep, (12), pp.551-58. Available at:

(42)

MD Kamaru Al-Amin,A.A., 2010. Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Tuberkulosis pada Masyarakat Kelurahan Tanjung Rejo -Medan Tahun 2010. Universitas Sumatra Utara. diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4/4/Chapter%2011.pdf . (Diakses pada tanggal 12 januari 2011).

Meropol, S. B., Glick, H. A., Asch, D. A., Age Inconsistency in The American Academy of pediatrics guidelines for acute Otitis Media. Pediatrics, 121 (4): 657–663.

Muhammad, F., Rahardjo, S.P., Pieter, N.A.L., 2010. Otitis Media Prevalence in Primary School Children in Makassar. The Indonesian Journal of Medical Science,1(7): 387-388.

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, pp.115-130.

Notoatmodjo, S., 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku: Konsep perilaku dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, pp.133 -151.

Paparella, M.M, Adams.G.L, dan Levine.S. C. Penyakit telinga tengah dan mastoid. In: Adams G.L., Boeis L.R., Hilger P.A., 1994. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Edisi VI. Jakarta: EGC, pp.88-118.

Rudolf, S., 2011. Hubungan Antara Faktor Usia dan Angka Kejadian Otitis Media Akut di RSUP H. Adam Malik Medan Periope 2009 -2010. Diambil dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31375 [Diakses 28 Mei 2013]

Sastroasmoro, S., 2011. Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sas troasmoro, S., Ismael, S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke -4. Jakarta: Sagung Seto, pp. 88-104.

Sobotta, J., 2006. Telinga: Ikhtisar. Dalam: Sobotta, J. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Edisi 22 Jilid 1: Kepala, Leher, Ekstremitas Atas. Jakarta: EGC, pp.379.

(43)

Tortora, G. J., Derrickson, B. H., 2009. The Special Senses. Dalam: Tortora, G. J., Derrickson, B. H. Principles of Anatomy and Physiology 12th edition International Student Version Volume 1. Hoboken: John Wiley and Sons, Inc, pp.620–621.

World Health Organization, 2006. Primary ear and hearing care training resource: Advanced Level. WHO Geneva, Switzerland: WHO press, pp.14 -15.

World Health Organization, 2007. Situation review and update on deafness, hearing loss and interventi on programmes proposed plans of action for preventionand alleviation of hearing impairment in countries of the south -east asia region. New Delhi: WHO, pp.11 -12.

(44)
(45)
(46)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Salam sejahtera,

Saya, Batara Tuan Syah, sedang menjalani Pendidikan Dokter di Universitas Sumatera Utara. Saya akan melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) angkatan 2010 terhadap penyakit Otitis Media Akut (OMA)”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam rangka menyelesaikan proses belajar dan mengajar pada semester ketujuh.

Untuk keperluan tersebu t saya mohon kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini responden akan mengisi identitas diri dan menjawab 20 pertanyaan mengenai OMA. Setiap data yang ada dalam penelitian iniakan dirahasiakan dan akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Jika anda bersedia menjadi subjek penelitian, silahkan menandatangani lembar persetujuan.

Terima kasih saya ucapkan kepada anda yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan anda dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Medan,…… ……….2013

(47)

LAMPIRAN 4

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran USU yang bernama Batara Tuan Syah, dengan judul penelitian “Tingkat Pengetahuan Mahasiswaa Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010 terhadap Penyakit OMA”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Demikian pernyataan persetujua n ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksaan.

Medan,…… ………..2013

Subjek Penelitian,

(48)

LAMPIRAN 5 PERTANYAAN

Berdasarkan Defenisi

1. Apakah pengertian otitis media akut(OMA) a. Infeksi pada mata

b. Infeksi pada mulut c. Infeksi pada telinga

2. Penyakit yang disebabkan oleh serangan infeksi bakteri pada cavum timpani adalah

a. Penyakit Otitis Media b. Penyakit Otitis Media Akut

c. Penyakit Otitis Media Supuratif Kronis

3. Bila otitis media akut berlanjut dengan keluarnya sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan tersebut disebut

a. Otitis Media Supuratif subakut b. Otitis Media Supuratif kronik c. Otitis Media Serosa akut

Skor: Berdasarkan Etiologi

4. Penyebab lain OMA adalah a. Disfungsi tuba eustachius b. Infeksi pada nasofaring c. Faktor tempat lingkungan 5. OMA paling sering disebabkan oleh

a. Jamur b. Bakteri c. Parasit

6. Siapakah golongan umur yang sering terinfeksi OMA a. Anak-anak

b. Remaja

c. Orang tua(>50 thn)

7. Pada bayi terjadinya OMA paling sering dikarenakan a. Infeksi bakteri piogenik

b. Tuba eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal c. Alergi obat

Skor: Berdasarkan Perjalanan penyakit

8. Apakah faktor utama terjadinya OMA?

a. Sumbatan atau peradangan pada tuba Eustachius b. Sering mendengar bunyi yan g kuat

c. Rhinitis Alergika

(49)

telinga tengah oleh a. Nasofaring

b. Saluran Eustachius c. Hidung

10. OMA dapat dikurangi dengan cara a. Memberi vitamin setiap hari b. Melakukan pencegahan ISPA

c. Membersihkan liang telinga setiap hari

Skor Berdasarkan Patogenesis

11. Stadium OMA terdiri dari a. 5 stadium

b. 4 stadium c. 6 stadium

12. Patogenesis OMA berhubungan erat dengan gangguan fungsi tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius antara lain adalah :

a. Sebagai pengatur keseimbangan tekanan udara di dalam telinga tengah dengan tekanan udara luar

b. Sebagai penghubung telinga luar dan dalam

c. Sebagai proteksi terhadap sekret nas ofaring masuk ke telinga luar 13. Hal apakah yang terjadi pada stadium hiperemis dalam penyakit

OMA

a. Keluarnya nanah dari telinga tengah ke liang telinga b. Dekalsifikasi dan demineralisasi

c. Pembuluh darah melebar akibat penyumbatan berkepanjangan yang menyebabkan invasi organism piogenik

Skor Berdasarkan Penatalaksanaan

14. Apakah jenis antibiotik yang paling sering digunakan sebagai terapi OMA pada stadium oklusi?

a. Paracetamol b. Ampisilin c. Sulfiksoksazol

15. Apakah terapi defenitif pada tatalaksana OMA a. Antibiotik

b. Analgetik c. Miringotomi

16. Pada stadium oklusi, pengobatan apa yang utama diberikan untuk membuka tuba eustachius

(50)

17. Pada stadium supurasi selain diberikan antibiotik, idealnya harus disertai dengan

a. Pemberian antihistamin b. Miringotomi

c. Pemberian antipiretik

Skor Berdasarkan Komplikasi

18. Komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien imunosupresi adalah

a. Mastoiditis b. Labirinitis c. Meningitis

19. Komplikasi lain yang mengenai susunan saraf pusat akibat OMA adalah

a. Meningitis b. Labirinitis c. Mastoiditis

20. Komplikasi lain yang dapat terjadi disebabkan OMA adalah a. Hidrosepalus

b. Hidrosepalus otitis

c. Ketulian sementara/menetap

(51)

LAMPIRAN 6

1 0,871 Valid 0,763 Reliabel

(52)

LAMPIRAN 7

(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)

LAMPIRAN 8

HASIL OUTPUT SPSS Frequency Table

pertanyaan 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 4 3.7 3.7 3.7

1 103 96.3 96.3 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 44 41.1 41.1 41.1

1 63 58.9 58.9 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 8 7.5 7.5 7.5

1 99 92.5 92.5 100.0

(63)

pertanyaan 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 53 49.5 49.5 49.5

1 54 50.5 50.5 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 20 18.7 18.7 18.7

1 87 81.3 81.3 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 6 5.6 5.6 5.6

1 101 94.4 94.4 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 22 20.6 20.6 20.6

1 85 79.4 79.4 100.0

(64)

pertanyaan 8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 14 13.1 13.1 13.1

1 93 86.9 86.9 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 8 7.5 7.5 7.5

1 99 92.5 92.5 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 43 40.2 40.2 40.2

1 64 59.8 59.8 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 88 82.2 82.2 82.2

1 19 17.8 17.8 100.0

(65)

pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 12 11.2 11.2 11.2

1 95 88.8 88.8 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 9 8.4 8.4 8.4

1 98 91.6 91.6 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 30 28.0 28.0 28.0

1 77 72.0 72.0 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 11 10.3 10.3 10.3

(66)

pertanyaan 16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 21 19.6 19.6 19.6

1 86 80.4 80.4 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 74 69.2 69.2 69.2

1 33 30.8 30.8 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 41 38.3 38.3 38.3

1 66 61.7 61.7 100.0

Total 107 100.0 100.0

pertanyaan 19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 20 18.7 18.7 18.7

1 87 81.3 81.3 100.0

(67)

pertanyaan 20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 0 79 73.8 73.8 73.8

1 28 26.2 26.2 100.0

Total 107 100.0 100.0

tingkat pengetahuan yang dikelompokkan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Buruk 1 .9 1.0 1.0

Sedang 31 29.0 29.5 30.5

Baik 73 68.2 69.5 100.0

Total 105 98.1 100.0

Missing System 2 1.9

Total 107 100.0

definisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah Semua 1 .9 .9 .9

Salah dua 3 2.8 2.8 3.7

Salah satu 47 43.9 43.9 47.7

Benar Semua 56 52.3 52.3 100.0

(68)

etiologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah Semua 1 .9 .9 .9

Salah tiga 11 10.3 10.3 11.2

Salah dua 11 10.3 10.3 21.5

Salah satu 42 39.3 39.3 60.7

Benar Semua 42 39.3 39.3 100.0

Total 107 100.0 100.0

PPeny

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah dua 9 8.4 8.4 8.4

Salah satu 47 43.9 43.9 52.3

Benar semua 51 47.7 47.7 100.0

Total 107 100.0 100.0

Pato

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah Semua 2 1.9 1.9 1.9

Salah dua 14 13.1 13.1 15.0

Salah satu 75 70.1 70.1 85.0

Benar semua 16 15.0 15.0 100.0

(69)

tatalaksana

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah semua 9 8.4 8.4 8.4

Salah dua 24 22.4 22.4 30.8

Salah satu 61 57.0 57.0 87.9

Benar semua 13 12.1 12.1 100.0

Total 107 100.0 100.0

komplikasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Salah Semua 9 8.4 8.4 8.4

Salah dua 29 27.1 27.1 35.5

Salah satu 55 51.4 51.4 86.9

Benar Semua 14 13.1 13.1 100.0

Gambar

Gambar 2.2 Anatomi Telinga Tengah dan Dalam (sumber: Sobotta, 2006)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Definisi
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kebutuhan mendatang dari sumber daya alam dan lahan dalam persaingan yang terus menerus dengan perusahaan-perusahaan kayu dan keterbatasan lain adalah penting bagi

Sejalan dengan Sudjana, P2TK Ditjend Dikti dalam Mulyasa (2008:20) menguraikan tugas guru sebagai pengajar kedalam tiga kegiatan yang mengandung kemampuan mengajar yaitu

Dengan pendidikan/latihan melalui program Ijazah Sarjana Muda Perakaunan (Sistem Maklumat) (dengan Kepujian) serta pengalaman pekerjaan dalam bidang berkaitan,

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkah dan rahmatnya serta karunia dan anugrah yang luar biasa dalam hidup saya hingga detik ini,

Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah

syva. Dy pernah bilang bagi dy hari terindah buat dy adalah hari natal hari ultah, hari valentine cuma dy anggep hari biasa. Sebuah bukti kecintaan dy terhadap keyakinan yang

1) Tingkat nyeri menstruasi sebelum diberikan kompres air hangat pada siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo sebagian besar pada skala nyeri 4-6 (nyeri sedang) yaitu sebesar