• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi alami dari tegakan pohon ulin dan keragaman jenis pohon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Distribusi alami dari tegakan pohon ulin dan keragaman jenis pohon"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perhatian seluruh dunia terhadap deforestasi hutan hujan tropis yang disebabkan oleh penebangan yang meluas telah mengingatkan pemerintah Indonesia tentang pentingnya melindungi dan mengelola sumberdaya hutan alam. Sumber daya hutan yang sangat kaya di Kalimantan Timur di bawah tekanan yang berat, khususnya dari teknik-teknik penebangan komersial yang merusak. Ancaman-ancaman utama terhadap jenis-jenis pohon disebabkan oleh deforestasi dan eksploitasi yang berlebihan, konversi hutan untuk areal pertanian dan perkebunan, kebakaran hutan yang tidak terkendali dan pengelolaan hutan yang tidak lestari. Secara global, pohon-pohon besar sesungguhnya menjadi lebih langka sampai pada titik terancam punah, khususnya beberapa jenis pohon hutan tropis yang disukai.

Borneo ironwood (Eusideroxylon zwageri) atau lebih dikenal secara luas dengan nama ulin merupakan satu dari jenis-jenis pohon hutan tropis yang disukai dari sebuah pandangan lokal, tampil menjadi jenis yang paling berharga. Dengan kata lain, jenis pohon ini dianggap sebagai ‘jenis masyarakat’ atau ‘jenis yang dilindungi’ untuk kebutuhan lokal dalam sistem penghidupan desa. Tetapi di sisi lain, jenis pohon ini terancam oleh penebangan yang berlebihan untuk perdagangan komersil. Mayoritas kayu ulin yang masuk dalam perdagangan internasional berasal dari hutan alam yang tidak dikelola.

Adalah penting untuk memahami sistem-sistem penggunaan lahan dari kelompok masyarakat asli di Kalimantan Timur. Populasi mereka ditopang dan bertahan melalui praktek-praktek penggunaan lahan. Mosaik dari sistem-sistem pengelolaan lahan mengkreasikan keragaman dalam bentang alam dan juga kesempatan memanfaatkan berbagai jenis tanaman sebagai sumber makanan dan kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan pendapatan yang terus-menerus yang ditopang oleh sistem-sistem tersebut. Tetapi masyarakat asli ini menghadapi tekanan terhadap dinamika budayanya;

(2)

yang disebabkan pembangunan Indonesia yang berjalan dengan cepat dan desentralisasi sektor kehutanan. Ini adalah sebuah kasus, sekalipun masyarakat asli telah hidup di hutan dan telah mempraktekkan pengelolaan hutan selama beberapa generasi. Masyarakat ini secara aktif mengelola dan mengeksploitasi hutan di sekitar mereka, dengan secara selektif melindungi pohon-pohon bernilai. Tetapi sistem-sistem pengelolaan hutan tradisional terhadap jenis pohon tertentu tidak dikenali. Penelitian ini menyediakan wawasan atau pengetahuan mendalam yang penting dan ditujukan terhadap isu-isu terkini dan merumuskan sebuah perangkat rekomendasi yang tepat dan terpadu dari kebijakan-kebijakan eksploitasi hutan, mendukung pengelolaan yang lestari dari pohon ulin dan peranannya dalam dimensi budaya masyarakat lokal di lokasi penelitian. Thesis ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana inventarisasi distribusi alami dari pohon ulin, ragam pohon dalam asosiasi dengan keragaman pohon ulin dan peranannya dalam ekosistem hutan pada lokasi penelitian dan bagaimana pengaruh sistem-sistem pengelolaan tradisional terhadap tegakan alami pohon ulin?

2. Bagaimana sistem penggunaan lahan tradisional dan peranannya dalam pengelolaan pohon-pohon ulin, strategi-strategi pemanfaatan pohon ulin, dan bagaimana pengaruh eksternal terhadap pengelolaan tradisional pohon ulin?

3. Bagaimana pengetahuan tradisional dari penanaman dan usaha-usaha konservasi dari pohon ulin oleh masyarakat asli?

4. Apa yang dapat kita pelajari tentang rantai produksi konsumsi kayu ulin dari Kalimantan Timur pada kondisi saat ini?

5. Kondisi-kondisi apa yang berkontribusi terhadap sukses dari sebuah program kolaborasi konservasi yang terpadu dengan tujuan mengembangkan sebuah strategi bagi konservasi dan pengelolaan lestari dari pohon ulin?

6. Kontribusi apa yang dapat mengembangkan kemungkinan intervensi dengan sintesa dan rekomendasi?

Distribusi alami dari tegakan pohon ulin dan keragaman jenis pohon

Memahami distribusi alami dan keragaman jenis pohon adalah penting untuk menolong masyarakat lokal mengevaluasi potensi nilai saat ini dan masa depan dari sumberdaya hutan-hutan mereka. Penelitian ini dilaksanakan di hutan adat pada dua desa di kabupaten Paser yaitu Muluy dan Rantau Layung di Kalimantan Timur. Sebuah inventarisasi tambahan dari pohon ulin alami untuk penelitian ini juga dilakukan di desa-desa tersebut. Data tentang keragaman pohon dalam asosiasi dengan pohon ulin di

(3)

Vegetasi hutan di lokasi penelitian memiliki kekayaan jenis-jenis pohon. Ada beberapa perbedaan dalam kekayaan jenis dan suku atau famili, pola distribusi dari pohon-pohon ulin, parameter dalam inventarisasi (rataan kerapatan atau mean density, basal area dan potensi) antara plot-plot di Muluy dan Rantau Layung. Kerapatan pohon ulin dalam plot-plot di Muluy lebih tinggi daripada plot-plot di Rantau Layung. Hal itu mengindikasikan bahwa hutan cadangan masyarakat di Muluy tetap berhutan lebat dan belum terganggu oleh penebangan komersil. Orang-orang Muluy dan Rantau Layung juga mengenali tiga varietas dari pohon ulin. Tegakan alami pohon ulin adalah sebuah komponen yang menyebar dari hutan Dipterocarpaceae. Di lokasi-lokasi penelitian, pohon ulin tumbuh dalam kelompok-kelompok kecil. Tegakan pohon ulin menyebar tidak merata, tetapi tegakan dalam kelompok-kelompok; terkadang dalan satu hektar hanya ditemukan beberapa pohon.

Aturan-aturan adat yang berhubungan dengan penebangan dan pemanfaatan pohon-pohon di wilayah ini tetap masih secara keras dan tegas dilaksanakan. Menebang dan memindahkan pohon-pohon tetap dibatasi untuk keperluan pribadi. Hutan cadangan masyarakat juga menyediakan sejumlah hasil hutan dan hasil hutan bukan kayu. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa masyarakat lokal mempertahankan jenis-jenis pohon hutan secara tradisional untuk mata pencaharian, praktik-praktik agama dan budaya dan untuk manfaat-manfaat yang mereka peroleh dari hutan tersebut sebagai sumber obat-obatan dan untuk pemeliharaan lebah. Kehadiran dari kerapatan pohon ulin dalam hutan mereka dan etika akses untuk memanfaatkan pohon ulin adalah bukti-bukti bahwa sumberdaya ini tidak ditebang secara berlebihan. Tetapi pohon-pohon ulin masih dihormati oleh masyarakat karena asosiasi tradisional mereka dengan pohon-pohon dan tumbuhan lain.

Hal yang penting adalah penelitian ini telah mengungkapkan bahwa komunitas lokal mengetahui dengan baik dari manfaat penting yang mereka dapatkan dari hutan tersebut dan khususnya bagi mereka yang tinggal di dalam hutan memiliki pertalian yang lebih pada hutan ketika kehidupan mereka terhubung dengan keberadaan hutan tersebut. Pengelolaan hutan adat oleh masyarakat asli menghadirkan bukti bahwa dalam pengelolaan tradisional ini, perhatian khusus diberikan terhadap kelestarian pohon-pohon bernilai tinggi, khususnya pohon ulin. Kehidupan mereka secara luas sangat tergantung pada hutan, yang mereka jaga secara turun temurun. Ada aturan-aturan administratif tradisional dalam komunitas untuk melaksanakan praktek-praktek ini tetapi oleh kewenangan pokok mereka saat ini terkikis oleh aturan-aturan administratif modern. Jika praktek-praktek tradisional ini digabungkan dengan usaha-usaha konservasi modern, hal ini akan sangat mendukung konservasi dari berkurangnya hutan-hutan yang terjadi dengan cepat di wilayah tersebut.

(4)

Pengelolaan dan strategi pemanfaatan lestari dari pohon ulin

Bab ini menyelidiki kompleksnya aktivitas termasuk pengelolaan hutan dan pertanian di antara petani-petani peladang berpindah di desa-desa penelitian, untuk tujuan memahami bagaimana kumpulan aktivitas yang berbeda ini berhubungan satu sama lain dan juga mempelajari sistem penggunaan lahan tradisional dan peranannya dalam pengelolaan pohon-pohon ulin. Identifikasi penggunaan-penggunaan lahan, juga nama-nama lokal atau tradisional dari tipe-tipe penggunaan lahan dilakukan dan dikumpulkan berdasarkan informasi dari asisten-asisten lapangan seperti kepala adat, anggota-anggota organisasi swadaya masyarakat (LSM) PEMA (Persatuan Masyarakat Adat) Paser, dan petani-petani sebagai pengumpul yang ditetapkan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka dalam mengenali nama-nama lokal dari tanaman.

Orang-orang Muluy dan Rantau Layung adalah bagian dari masyarakat asli Paser telah hidup dalam harmoni yang erat dengan hutan. Wilayah desa mereka umumnya dibagi dalam beberapa areal penandaan. Berbagai bentuk dari tipe-tipe penggunaan lahan dapat dibedakan yang menyediakan berbagai pemenuhan kebutuhan juga fungsi-fungsi konservasi. Masyarakat ini juga mempertahankan dan memelihara beberapa praktik-praktik penggunaan lahan, mereka menegakkan hukum-hukum tradisional yang bersinggungan dengan kedudukan lahan, dan mereka telah melibatkan diri mereka sendiri dalam ekonomi pasar dengan mengumpulkan beberapa hasil hutan. Meskipun kegiatan utama bagi masyarakat di kedua desa lokasi penelitian adalah plot-plot perladangan berpindah, kegiatan-kegiatan lainnya tetap penting. Melalui kreativitas dari budaya ini, orang-orang ini telah mengembangkan sebuah sistem yang kuat dan dapat dipercaya dari pengelolaan lahan dan hukum-hukum adat yang memperbolehkan mereka untuk memanfaatkan sumberdaya hutan melalui pengelolaan dan pemanfaatan ladang-ladang yang belum ditanami.

Pulau-pulau hutan atau simpukng, diciptakan untuk melindungi tegakan pohon atau cadangan pohon, jika mereka menemukan beberapa pohon dalam kelompok. Simpukng merupakan jenis-jenis pohon campuran dan memainkan peranan dalam fungsi produksi, perlindungan dan budaya di antara orang-orang tersebut. Simpukng kebanyakan dilindungi dan terdiri dari tanaman budidaya dan tanaman liar yang menyediakan manfaat ekonomi dan lingkungan. Simpukng juga berfungsi sebagai sebuah areal konservasi in-situ untuk pohon ulin dan tumbuhan lainnya. Tegakan ulin juga terdapat, berasosiasi dan menyebar dalam alas tuo (hutan pertumbuhan tua atau old-growth forests). Dari sudut pandang sistem penggunaan lahan, sistem-sistem simpukng dan alas tuo menawarkan sebuah tantangan menarik dari konservasi ulin. Ini adalah contoh-contoh asli dari ‘kebun hutan lindung’ (yang tidak hanya menyediakan jenis-jenis pohon bernilai seperti ulin tetapi juga fungsi-fungsi ekonomi dan lingkungan).

(5)

produk penting dari hutan pertumbuhan tua. Secara tradisional, ketersediaan yang dihargai digunakan dengan hemat oleh masyarakat desa untuk konstruksi lokal dan penggunaan-pengunaan alat-alat tradisional. Ulin secara khusus, dengan banyaknya penggunaan-penggunaan penghidupan yang tidak ada penggantinya, jarang ditebang untuk tujuan komersil, meskipun sirap ulin dapat dijual untuk mendapatkan uang tunai membeli makanan. Alat-alat dari kayu ulin adalah penting dalam semua aspek-aspek kehidupan budaya. Mereka membuat kayu papan dan membuat alat perkakas dari sisa batang pohon ulin saja bukan dari batang pohon baru yang utuh.

Sebuah isu hak-hak manusia mungkin terlibat dalam kasus ini. Telah disebutkan bahwa orang-orang Muluy dan Rantau Layung tergantung pada ulin untuk beberapa penggunaan-penggunaan tradisional dan infrastruktur umum dari desa-desa mereka. Bagaimanapun, pengetahuan tradisional dari penggunaan-penggunaannya terutama terdiri dari pengetahuan mempertahankan kelestarian dari kayu ulin tersebut. Ulin merupakan sebuah hasil hutan yang dikelola menurut aturan-aturan lokal terhadap akses atau cara masuk. Kecenderungan dari peningkatan kesempatan-kesempatan pasar merupakan sebuah ancaman terhadap keberlangsungan keberadaan pohon ulin. Dalam menghadapi lemahnya hukum-hukum nasional mengatur penggunaan hutan, sejumlah komunitas telah memperkuat hukum-hukum adat mereka untuk mencegah pengrusakan hutan yang meluas.

Usaha-usaha penanaman dan konservasi ulin oleh masyarakat asli

Bab ini menjelaskan informasi yang berhubungan dengan pengetahuan tradisional dari usaha-usaha penanaman dan konservasi pohon ulin dari masyarakat asli. Bab ini juga mencakup informasi tentang bentang alam dan pola penggunaan lahan yang berhubungan dengan pengetahuan konservasi dan ekologi ulin. Juga menghadapi faktor-faktor dalam konteks sosial ekonomi yang mempengaruhi ketersediaan pohon ulin dan mengenali pembatas dan menganalisa pengaruh-pengaruh eksternal terhadap usaha-usaha penanaman dan konservasi pohon ulin. Orang Dayak Agabag menganggap bahwa perladangan berpindah sebagai sebuah metode yang sangat tua yang telah digunakan selama ratusan tahun. Seperti orang Muluy dan Rantau Layung, orang Dayak Agabag juga mempertahankan dan memelihara beberapa tipe berbeda dari praktik-praktik penggunaan lahan dan mereka juga menegakkan hukum-hukum tradisional yang bersinggungan dengan kedudukan lahan. Secara keseluruhan ada empat sistem pertanian utama di lokasi penelitian: sawah tadah hujan, perkebunan kecil (kelapa sawit dan lada/merica), jakaw (sistem rotasi ladang dengan hasil padi gunung) dan sistem agroforestri. Penelitian ini menunjukkan sejumlah jenis pohon asli dan eksotis ditemukan pada agroforestri tradisional ladang dari orang-orang Dayak Agabag.

(6)

teknis dan peralatan. Pada dua desa yang dikunjungi sebagai lokasi penelitian, setidaknya ada satu orang yang dianggap menjadi seorang ahli dalam tanaman lokal, dan pohon-pohon ulin ditanam tanpa pendampingan dari Departemen Kehutanan. Konservasi hutan dapat ditingkatkan melalui penyediaan kesempatan-kesempatan bagi petani-petani berskala kecil untuk menanam produk-produk hutan yang berguna di luar kawasan yang dilindungi. Pohon-pohon yang ditanam pada lahan pertanian dapat menjadi sumber genetic yang penting jika perhatian diberikan terhadap variasi genetic dan asal-usul dari bahan tanaman yang ditanam. Ketika hutan alam berkurang sebagai akibat ekspansi lahan pertanian, pengelolaan lahan pertanian bagi keragaman konservasi juga menjadi makin bertambah penting. Penelitian menunjukkan bahwa, di beberapa areal, jumlah pohon-pohon yang ditanam pada lahan pertanian berskala kecil telah meningkat bersama-sama dengan kepadatan populasi manusia. Hutan alam telah dibuka, bagaimanapun, banyak pohon telah ditanam pada lahan pertanian mengimbangi kehilangan ini.

Agroforestri mungkin sebuah metode khusus yang sesuai bagi konservasi pada kawasan dataran tinggi di Kalimantan Timur dimana kepadatan populasi yang tinggi dan khususnya tekanan terhadap hutan alam juga tinggi. Dari sebuah perspektif sistem penggunaan lahan, sistem-sistem jakaw (ladang tua) menawarkan sebuah tantangan menarik dari konservasi ulin. Pada areal-areal eksploitasi, sistem ini “konservasi melalui penanaman” nampaknya menjadi lebih efektif.daripada mencoba mengelola kelestarian ulin dalam hutan alam. Sebuah strategi penggunaan lahan berdasarkan agroforestri memerlukan sebuah usaha penyediaan kembali terhadap lahan kritis dan secara serempak mengembangkan produk-produk bahan pangan dan hasil hutan ikutan dalam sebuah cara yang secara ekologi dan ekonomi lebih tepat daripada penanaman hutan dengan jenis tunggal. Selan itu, akan ada partisipasi yang lebih besar oleh masyarakat lokal di dalam usaha-usaha tersebut.

Rantai produksi konsumsi

Informasi tentang rantai produksi dan konsumsi kayu ulin dimaksudkan untuk mengisi celah informasi yang berhubungan dengan penebangan, produksi, distribusi dan konsumsi kayu ulin. Bab ini juga menjelaskan perdagangan dan bisnis kayu ulin sebagai bagian dari akibat sampingan penebangan illegal di propinsi Kalimantan Timur dan apa yang dapat kita pelajari tentang pasar kayu ulin saat ini dengan menganalisa dokumentasi perdagangan kayu ulin yang tersedia dan bagaimana kondisi terkini dari kebijakan-kebijakan penegakan hukum kehutanan (forest law enforcement) yang sesuai untuk mengekang perdagangan dan penebangan illegal kayu ulin.

(7)

kayu ulin ditemukan dalam konteks perubahan modernisasi di Asia. Sebagai tambahan, hal ini juga berhubungan untuk membuat transportasi produk kayu ulin lebih mudah dan memberi nilai tambah dari kayu tersebut. Meskipun awalnya menyediakan pasar utama untuk bahan konstruksi lokal, bahan baku produk kayu ulin olahan modern bersaing dalam penggunaan bahan bakunya. Keragaman dan rentang yang luas dari penggunaan-penggunaan kayu ulin telah memicu tingginya permintaan, sehingga volume perdagangan meningkat. Ketidakseimbangan ini khususnya tepat menjadi sebuah kasus di sekitar kota-kota dan di sekitar areal lain dari konsentrasi permintaan kayu. Dalam dekade terakhir, permintaan kayu ulin untuk perdagangan lokal dan internasional telah mendesak ketegangan yang besar terhadap hutan dataran rendah di Kalimantan. Kenyataannya, lebih seperlima dari total penipisan luas hutan di Kalimantan Timur digunakan dengan tegas untuk memproduksi produk kayu ulin olahan modern. Kayu ulin diperdagangkan mendunia dalam volume yang significan. Setidaknya 95 persen dari produk kayu ulin olahan modern dijual terutama ke Jepang dan China, dan kemudian Korea, Taiwan, dan Jerman adalah memindahkan dari hutan dataran rendah di Kalimantan, dari areal dimana pohon-pohon tersebut tumbuh sangat lambat.

Ada juga kasus-kasus pemungutan hasil-hasil dengan eksploitasi yang berlebihan khususnya ketika produk kayu ulin dikomersialkan pada skala besar. Bagaimanapun, produk kayu ulin olahan untuk ekspor menggambarkan perdagangan paling serius yang berhubungan dengan isu di wilayah tersebut. Konsekuensinya, semua perdagangan internasional kayu ulin ini merupakan sebuah produk dari pengurangan dengan cepat areal hutan alam tropis Kalimantan. Sebagai sebuah hasil langsung dari aktivitas komersil, ulin telah menjadi fokus dari meningkatnya kepedulian konservasi.

Kondisi-kondisi bagi sukses dari sebuah program konservasi kolaborasi terpadu

Inisiatif-inisiatif konservasi yang mengingatkan akan nilai-nilai sosial dan budaya dari ekosistem tersebut mungkin bermanfaat khususnya dengan mengidentifikasi dan melihat dengan jelas pada jenis kunci budaya. Pengetahuan ekologi tradisional secara mendetail dari pohon ulin dan tanaman-tanaman lain dapat membawa kepada ahli-ahli ekologi dan biologi konservasi, sebuah penghargaan dan rasa hormat yang lebih baik bagi sistem-sistem pengetahuan tradisional secara umum, dan dipergunakan sebagai sebuah jendela melalui pemahaman-pemahaman yang dicapai.

Pendekatan-pendekatan konservasi hutan modern lemah memahami pandangan-pandangan dunia secara menyeluruh dan hutan yang berhubungan dengan cara-cara hidup dari masyarakat lokal. Beberapa hukum kehutanan dan konservasi gagal mengenali hak-hak masyarakat asli dan yang berpindah-pindah (nomadic) terhadap

(8)

tradisional pertanian, berburu, memancing, menggembala dan mengumpulkan. Hal itu membuat lebih sulit bagi masyarakat lokal untuk memelihara sumber pangan, praktek-praktek kesehatan dan cara-cara hidup.

Yang terpenting, hak-hak masyarakat lokal terhadap hasil hutan yang tidak ditanam seperti pohon ulin tidak pernah dikenali karena hak-hak orang-orang desa dan peranannya dalam pengelolaan mereka tidak cukup dipahami ataupun diakui. Sebagai contoh, meskipun sebuah masyarakat atau rumah tangga mungkin telah memutuskan untuk memungut sedikit secara intensif dari sebuah kawasan hutan supaya menghemat dan menganjurkan menanam produk-produk tertentu, aspek managemen dari keputusan ini diabaikan oleh professional kehutanan. Tidak ada perusahaan kayu membayar kompensasi untuk pohon-pohon yang dilindungi. Pengelolaan adat tradisional tidak disesuaikan bagi pembatas dan kesempatan-kesempatan dari sistem ekonomi modern. Bagaimanapun, pengelolaan ini dapat disesuaikan pada kondisi modern jika departemen kehutanan akan mengenali keberdaan dari sebuah sistem masyarakat untuk mengawasi akses ulin dalam wilayah lokal yang ditetapkan dan jika departemen akan mendukung system ini dalam prosedur pengelolaan konflik.

Kesimpulan

Hasil hutan mungkin tidak akan memecahkan masalah-masalah pembangunan, tetapi memiliki akses terhadap banyak produk-produk ini membuat program-program hutan kemasyarakatan (dan program-program perlindungan hutan) lebih ekonomis dan secara sosial dapat diterima masyarakat lokal tanpa dukungan seperti itu beberapa program-program tersebut seringkali gagal. Lagipula, pengelolaan hutan tradisional, dan agroforestri tradisional secara khusus mungkin cocok bagi budaya lokal yang telah mempraktekkan selama beberapa abad.

Masyarakat lokal merupakan penentu yang penting dalam sukses dari usaha-usaha konservasi, ketika mereka sering dilibatkan dalam penebangan pohon ulin dan mereka dapat mengambil manfaat-manfaat jangka panjang dari strategi penggunaan yang lestari. Pengelolaan hutan oleh masyarakat dapat membantu menghadapi kesulitan-kesulitan dalam penegakan peraturan-peraturan. Bagaimanapun, sejak pendekatan-pendekatan terhadap penggunaan sumber daya hutan berbeda di antara masyarakat, bahkan dalam sebuah wilayah, pelibatan masyarakat tersebut dalam usaha-usaha konservasi harus menjadi spesifik lokasi daripada sekedar menganjurkan. Hal ini membuat pembangunan dari rencana-rencana pengelolaan sebuah proses yang panjang dan seringkali lebih panjang dari jendela waktu yang tersedia bagi aksi konservasi yang efektif.

(9)

daya alam mereka, khususnya sumber daya ulin bagi generasi mendatang. Manfaat bagi masyarakat lokal menjadi tiga jika mereka dilibatkan dalam konservasi dan isu-isu pengelolaan ulin. Mereka dapat menjamin sumber daya masa depan, kemungkinan pekerjaan melalui aktivitas konservasi, dan lahan akan terlindungi dari perambahan atau pelanggaran batas dari pihak luar. Dalam istilah-istilah dari pengembangan pemanenan yang lestari dan metode-metode pengelolaan dan memelihara keragaman hayati, masyakat lokal dan pengetahuan tradisional mereka patut menerima lebih baik. Dengan kebutuhan mendatang dari sumber daya alam dan lahan dalam persaingan yang terus menerus dengan perusahaan-perusahaan kayu dan keterbatasan lain adalah penting bagi masyarakat asli dan kelompok-kelompok konservasi bekerja bersama untuk melindungi masa depan hutan dan orang-orang yang hidup bergantung dengan sumber daya hutan.

Referensi

Dokumen terkait

Nilai koefisien absorpsi bunyi material akustik serat lumut yang didapatkan dari hasil pengujian menggunakan metode tabung impedansi terlihat bahwa kelima sampel

Dari perhitungan Daya dukung kawasan tersebut, maka jumlah pengunjung yang sesuai dengan DDP pada Perairan Pulau Biawak adalah sebanyak ± 7 orang/hari. Pada konsep

Sebaik apapun mutu sebuah produk, semenarik apapun bentuk rupanya atau sebesar apapun manfaatnya, jika tidak ada orang yang mengetahui tentang keberadaannya,

Konflik kepentingan terjadi karena masalah yang mendasar atau substantif (misalnya uang dan sumberdaya), masalah tata cara (sikap dalam menangani masalah) atau masalah

Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan kadar garam dari asam atau basa lemah dengan standar basa atau asam kuat.Indikator visual yang digunakan adalah perubahan warna

Suorakylvökoekentällä kynnetyn maan lämpötila jäi katekoekenttää alemmaksi, ja se saavutti sänkipeitteisen maan lämpötilan noin viikkoa myöhemmin kuin

Tujuan penulis melakukan penelitian pada Pabrik Roti Syahfira adalah untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi persediaan pada perusahaan sudah sesuai dengan

Desain penelitian ini adalah penelitian kuanti-tatif dengan pengujian hipotesis yang bertujuan un- tuk menguji pengaruh keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan