• Tidak ada hasil yang ditemukan

Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Opini Anggota Brimob Terhadap Tayangan 86 Net Tv (Studi Deskriptif Kuantitatif Opini Anggota Brimob Leting Arya Bratha Yudha Medan Terhadap Tayangan 86 Net Tv)"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pusataka

Ardianto, Elvinaro dan Lukiat Erdinaya. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua . Jakarta: Kencana Media Group.

____________. 2009. Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Media Group. ____________. 2011. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Kencana Media Group. Cangara, H.H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Krisyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Media Group

Mulyana, Deddy. 2006. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

McQuail, Dennis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur.

Rahmat, Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya. Sawarno, Jonathan. 2005. Teori dan Praktik Riset Pemasaran dengan SPSS.

Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Soehartono, I. 2004. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan ilmu sosial lainnya. Bandung: PT. Rosdakarya.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

West, Richard dan Lynn H.Turner. 2008. Pengantar Teori Komunkasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Wiryanto, 2000. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Grasindo.

(2)

2015, 17.00 WIB)

http://www.kapanlagi.com/showbiz/televisi/program-reality-show-348634-hadir-temani-pemirsa-net-tv-9175b2.html (Diakses tanggal 1 April 2015, 17.10 WIB) http://www.netmedia.co.id/program/408/86 (Diakses tanggal 1 April 2015, 17.20 WIB)

(3)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode dibentuk dari kata “metodos” yang berarti teknik atau cara. Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis (Suriasumantri, 2001:119).

Metode dalam pembuatan penelitian ini menggambarkan tentang tata cara pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada dalam kegiatan ilmiah. Metode pengumpulan data pada penelitian menggunakan angket namun sering pula disebut sebagai metode kuesioner. Metode kuesioner merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim atau diisi oleh responden. Setelah diisi kuesioner dikembalikan lagi kepada peneliti (Bungin, 2009:123).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang ini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Selain itu, metode ini menitikberatkan pada observasi dan suasana alamiah. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatat dalam buku observasinya (Rakhmat, 2007:4).

3.2 Deskripsi Lokasi Penelitian

Markas SATUAN BRIMOB POLDA SUMUT Jl. K. H. Wahid Hasyim No. 3-1, Medan.

3.2.1 Sejarah SATUAN BRIMOB POLDA SUMUT

Pada saat pendudukan Jepang di indonesia,setiap keresidenan dibentuk

kepolisian keresidenan yang disebut „‟Chiang bo”. Kepolisian keresidenan ini

membawahi kantor kepolisian kabupaten disebut “keisatsu syo“ yang membawahi

(4)

atau bangsa Indonesia. Para calon anggotanya diasramakan dan mendapat pendidikan maupun latihan kemiliteran dari tentara jepang. Lulusannya tersebut menjadikan anggota tokobetsu kaisatsu tai. Mereka menjadi terlatih, berdisiplin tinggi, terorganisir dan memiliki persenjataan yang lengkap, sehingga kesatuan ini merupakan kesatuan yang tangguh dan lengkap.

Dengan kalahnya tentara jepang dalam perang dunia II dan menggemanya pekik kemerdekaan bagi rakyat indonesia ke seluruh pelosok tanah air, begitu juga Keresidenan Tapanuli. Berdasarkan SK. Gubernur Sumatera Utara T.M Hasan diangkatlah Dr.Ferdinan Lumban Tobing sebagai Residen Tapanuli yang berkedudukan di Tarutung awal Oktober 1945 dikibarkanlah bendera Merah Putih di Lapangan Tarutung yang dipimpin oleh Keresidenan Tapanuli Dr.F.Lumban Tobing.

Berdasarkan Surat Ketetapan Cabang Jawatan Kepolisian untuk sumatera di lebur namanya menjadi Mobile Brigade Polisi Keresidenan Tapanuli . Nama Mobil Brigede Polisi ini berdasarkan surat perintah kepala muda kepolisian No. : 126 / 78 / 91 tanggal 14 Nopember 1946 perihal Pembentukan Mobile Brigade di tiap keresidenan. Pembentukan mobile brigade polisi dimaksudkan untuk menyeragamkan nama, susunan kepangkatan, tugas tata cara kerja dari pasukan kepolisian yang terdapat di keresidenan di Indonesia. Sebelumnya nama polisi beraneka ragam, ada Polisi Pejuang, Polisi Istimewa, Barisan Istimewa Polisi.

Dengan surat kepala kepala kepolisian Negara No.26 / XIII / 1952 tanggal 6 mei 1952 mobil brigade direorganisasi. Dalam reorganisasi tersebut dijelaskan untuk ditingkat pusat kepala bagian inspeksi mobile brigade jawatan kepolisian Negara, ditingkat propinsi koordinator inspektur mobil brigade dan ditingkat keresidenan mobil brigade rayon pimpinan tehnis tetap berada pada kepolisian keresidenan. Koordinator inspektur mobile brigade Sumut-Aceh memiliki kekuatan 8 kompi berkedudukan :

1. Kompi 5129 berkedudukan di Medan. 2. Kompi 5132 berkedudukan di Binjai.

(5)

5. Kompi 5134 berkedudukan di Tebing Tinggi. 6. Kompi 5164 berkedudukan di Banda aceh. 7. Kompi 5272 berkedudukan di Tanjung balai

8. Kompi 5378 berkedudukan di Markas koordinator Inspektur Mobil brigade di Medan.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Polisi Negara No.Pol : 13 / Mb / 1959 Tanggal 25 April 1959. Ditingkat jawatan kepolisian Negara disebut komandan mobile brigade pusat. Ditingkat propinsi disebut komandan mobile brigade daerah dengan 3 Batalyon senapan sebagai unsur pelaksanaan tugas. Ditingkat keresidenan adanya kesatuan mobile brigade hanya didasarkan atas lokasi markas pasukan saja. Untuk Koordinator dan Inspektur Mobile Brigade Sumut namanya menjadi komandemen mobile brigade Sumut-Aceh dengan kekuatan 3 Batalyon dengan kedudukan : Batalyon 515 Rencong Sakti berkedudukan di Aceh dengan kekuatan 1 kompi berkedudukan di Banda aceh dengan nama kompi 5164; Batalyon 516 Elang Sakti berkedudukan di Medan dengan kekuatan 3 kompi yang terdiri dari.

1. Kompi 5378 berkedudukan di Medan 2. Kompi 5129 berkedudukan di Medan 3. Kompi 5132 berkedudukan di Binjai

Batalyon 517 Patuan Nagari berkedudukan pertama di Tarutung kedua di P.sidimpuan dan terakhir di P.Siantar dengan kekuatan 4 kompi yang terdiri dari:  Kompi 514 berkedudukan di P.Siantar

 Kompi 5140 berkedudukan di Sibolga  Kompi 5134 berkedudukan di Tebing tinggi  Kompi 5272 berkedudukan di Tanjung balai

(6)

kepentingan tugas kepolisian maupun Negara.

Sesuai surat Keputusan Kepala Kepolisian RI. No. Pol. Kep / 05 / III / 1972 tanggal 17 Maret 1972 tentang Refungsionalisasi dan Reorganisasi Korps Brigade Mobil Polri diatur sebagai berikut : ditingkat Pusat Markas Korps Brimob Polri dimasukkan dalam Komando Samapta. Kesatuan Brimob yang di daerah dimasukkan dalam Organik Komdak. Kesatuan yang berada di Resimen V Sumut-Aceh diganti menjadi SAT BRIMOBDAK – II / SU. Dengan demikian Korps Brimob Resimen V Sumut-Aceh masuk dalam markas Komando Daerah Kepolisian II Sumatra Utara ( KOMDAK II /SU ). Seluruh Bataliyon di bubarkan sehingga menjadi 3 Kompi saja yang berkedudukan di:

1. Kompi 03 Berkedudukan di P. Siantar 2. Kompi 04 Berkedudukan di Binjai 3. Kompi 05 Berkedudukan di Sibolga

Pada tahun 1994 Dibawah kepemimpinan Dansat Brimobda Sumut Letkol Pol Bambang Suedi mulai merencanakan dan merumuskan piranti lunak serta pelaksanaan penataan sarana dan prasarana guna meningkatkan pendayagunaan Sat Brimobda Sumut dan pembangunan Markas Batalyon di Binjai dan Markas Batalyon di Tebing Tinggi, sebagai satuan pelaksana dibentuk 3 Batalyon kerangka dengan kedudukan di:

1. Batalyon A berkedudukan di Binjai dengan kekuatan 6 Kompi:

a. Kompi Markas berkedudukan di Binjai b. Kompi 1 berkedudukan di Medan

c. Kompi 2 berkedudukan di Tanjung Morawa d. Kompi 3 berkedudukan di Binjai

e. Kompi Bantuan berkedudukan Binjai

2. Batalyon B berkedudukan di Tebing Tinggi dengan kekuatan 6 Kompi :

(7)

b. Kompi 1 berkedudukan di Tebing Tinggi c. Kompi 2 berkedudukan di Pematang Siantar d. Kompi 3 brkedudukan di TanjungBalai e. Kompi 4 berkedudukan di Tebing Tinggi

f. Kompi Bantuan berkedudukan di Tebing Tinggi

3. Batalyon C berkedudukan di Padang Sidempuan dengan kekuatan 2 Kompi untuk sementara kedudukan masih di Medan.

3.2.1 Visi SATUAN BRIMOB POLDA Sumut

Terwujudnya SATBRIMOB POLDA Sumut sebagai tenaga bantuan taktis back up operasional satuan kewilayahan yang bertugas membina kemampuan dan mengerahkan kekuata dalam menanggulangi gangguan keamanan yang

berintensitas tinggi serta membarikan perlindungan, pengayoman pelayanan kepada masayrakat yang profesional, bermoral, modern dan dipercaya dalam penegakan hukum dengan tetap menjunjung tinggi hukum dan HAM untuk menciptakan susanan KAMTIBMAS yang kondusif diwilayah provinsi sumatera utara.

3.2.2 Misi SATUAN BRIMOB POLDA Sumut

- Meningkatkan kinerja SATUAN BRIMOB POLDA Sumut secara profesional, transparan, akuntabel dalam penegakan hukum dengan tetap menjunjun tinggi hukum dan HAM.

- Menyiapakan bantuan dan memberikan bantuan taktis (back up) kepada satuan kewilayahan maupun fungsi tehnis kepolisian lainnya dalambentuk membantu, melengkapi, melindungi, memperkuat dan menggantikan sehingga dapat membatasi ruang gerak, melumpuhkan, menangkap pelaku kejahatan beserta saksi dan barang buktinya.

- Meningkatkan pelatihan – pelatihan baik perorangan maupun satuan agar tetap terpelihara disiplin dan keterampilan yang dimiliki berlapis dan berjengjang agar dapat menciptakan rasa aman.

(8)

komunikasi dengan masyarakat dalam menciptakan rasa aman, tentram dan damai dalam kehidupan masyarakat dan situasi KAMTIBMAS yang kondusif. - Meningkatkan koordinasi dengan lembaga, instansi swasta dan satuan samping dalam menciptakan kondisi KAMTIBMAS yang kondusif di provinsi Sumatera Utara.

3.3 Leting Arya Bratha Yudha Medan

Leting Arya Bratha Yudha atau juga sering disebut angkatan 41 adalah salah satu leting yang ada di kesatuan BRIMOB POLDA Sumut. Terbentuk tanggal 14 November 2013 yang anggotanya terdiri dari 3000 personel diseluruh Indonesia. Untuk provinsi Sumatera Utara ada 107 personel dan rata – rata bertugas di kota Medan. Leting ini merupakan salah satu leting dari kompi 5129 yang berkedudukan di Medan dari puluhan leting yang ada di satuan BRIMOB POLDA Sumut adapun leting – leting lain diantaranya leting 40, 39, 38, 37 dan leting 41 (Arya Bratha Yudha) adalah leting terakhir sampai Oktober 2015.

Adapun tugas – tugas khusus leting ini adalah menanggulangi gangguan KAMTIBMAS (keamanan ketertiban masyarakat) berkadar tinggi seperti pemberantasan terorisme, penjinakan bom, dan SAR (search and rescue).

Setiap personel memiliki pangkat yang sama ketika mereka dinyatakan lulus dari proses pelatihan yaitu BHARADA namun mereka memiliki jabatan yang berbeda - beda. Adapun jabatan – jabatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. TAMIN SI OPS (tamtama administrasi seksi operasional)

2. TAMIN SI SARPRAS (tamtama administrasi seksi sarana dan prasarana).

3. TAMIN SI PROVOS (tamtama administrasi seksi provos)

4. TAMIN SI KESJAS (tamtama administrasi seksi kesehatan jasmani)

5. TAMIN SI YANMA (tamtama adminsistrasi seksi pelayanan markas)

(9)

9. TANIT SUBDEN 4/A (tamtama unit detasemen 4/A) 10. TANIT SUBDEN 1/B (tamtama unit detasemen 1/B) 11. TANIT SUBDEN 2/B (tamtama unit detasemen 2/B) 12. TANIT SUBDEN 3/B (tamtama unit detasemen 3/B) 13. TANIT SUBDEN 4/B (tamtama unit detasemen 4/B) 14. TANIT SUBDEN 1/C (tamtama unit detasemen 1/C) 15. TANIT SUBDEN 2/C (tamtama unit detasemen 2/C) 16. TANIT SUBDEN 3/C (tamtama unit detasemen 3/C)

3.4 Populasi dan sampel 3.4.1 Populasi

Sugiyono (2002:55) menyebut populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh periset untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Brimob leting Arya Bratha Yudha yang bertugas di Medan yang berjumlah 107 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.

Untuk mendefinisikan sampel sebagai bagian dari populasi maka digunakan rumus Slovin dengan presisi 95%, sebagai berikut:

1. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) n = N/N(d)2 + 1

n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.

Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah:

(10)

n = 107 / 107 (0,052 )+ 1 = 87, 418146. Dibulatkan 87 orang.

3.5 Teknik Penarikan Sampel

3.5.1 Pengambilan sampel secara sengaja (Proposive Sampling)

Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang sering digunakan dalam penelitian. Secara bahasa, kata purposive berarti sengaja. Jadi, purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi, sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti.

Adapun syarat – syarat sampel antara lain :

1. Anggota BRIMOB Leting Arya Bratha Yudha yang menonton tayangan 86 minimal 2 kali dalam seminggu.

2. Anggota BRIMOB Leting Arya Bratha Yudha yang bertugas di Medan. 3.5.2 Accidental Sampling

Teknik ini memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sebagai sampel. Teknik ini digunakan antara lain karena peneliti merasa kesulitan dalam menemui responden, atau topik yang diteliti bersifat umum, sehingga semua orang mengetahuinya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah: 3.6.1 Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, dan internet sebagai media online yang sangat membantu untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.6.2 Penelitian Lapangan (Field Research)

(11)

atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden (Soehartono, 2006:65).

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 2006:263). Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis dan diinterpretasikan.

3.7.1 Analisis Tabel Tunggal

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan dan Pengumpulan Data

Peneliti memulai beberapa tahap untuk melakukan penelitian dan pengumpulan data, adapun tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Peneliti melanjutkan dengan studi kepustakaan di perpustakaan USU guna mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan judul penelitian yang sedang diteliti. Selain dari sumber bacaan berupa buku, peneliti juga memperoleh sumber bacaan lainnya dari situs internet. Selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian dan kuesioner penelitian setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing.

b. Peneliti meminta izin kepada Departemen Ilmu Komunikasi dan Dekanat FISIP USU untuk melakukan penelitian di markas satuan BRIMOB POLDA SUMUT.

c. Membuat kuesioner yang menjadi teknik pengumpulan data pada penelitian ini.

d. Pengumpulan data dilalukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden dalam jangka waktu empat belas hari, penyebaran kuisioner ini tergolong cukup lama karena responden adalah anggota BRIMOB yang memiliki kesibukan, dan peneliti hanya bisa meneliti setelah responden selesai bertugas pada sore hingga malam hari. mulai tanggal 22 september 2015 sampai dengan tanggal 6 oktober 2015. Jumlah kuesioner yang disebar oleh peneliti yaitu 87 unit.

4.1.1 Teknik Pengolahan Data

Setelah kuisioner terkumpul dari responden, maka peneliti melakukan proses pengolahan data dari kuisioner yang telah diisi oleh responden. Adapun tahapan pengolahan data dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penomoran Kuesioner

(13)

2. Editing

Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan anjuran pengisian kuesioner.

3. Inventarisasi Variabel

Inventarisasi Variabel yaitu data mentah yang diperoleh dan dimasukkan kedalam lembar tabel Fortran Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data dalam kesatuan.

4. Tabulasi Data

Tabulasi data yaitu memindahkan variabel responden yang sudah melalui pengkodean dan inventarisasi variabel kedalam kerangka tabel. Adapun tabel sebanyak jumlah pertanyaan dari kuesioner. Data disajikan dalam bentuk tabel tunggal dan dirinci melalui kategori, frekuensi dan persentase. Selanjutnya untuk memperjelas isi tabel, data dianalisis melalui deskripsi teks.

5. Pengkodean merupakan proses pemindahan jawaban-jawaban responden kedalam kotak skor yang disediakan dalam bentuk angka.

4.2 Analisis Tabel Tunggal

(14)

4.2.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Agama

No. Agama Frekuensi Persen

1. Islam 62 71,3

2. Kristen 24 27,6

3. Hindu 1 1,1

Total 87 100

Sumber P.1/FC.1 (Karakteristik Responden)

Berdasarkan tabel diatas, responden yang beragama islam sebanyak 62 orang (71,3%), kemudian 24 orang (27,6%) beragama kristen dan 1 orang (1,1%) beragama hindu, maka dapat diketahui mayoritas responden beragama islam.

Tabel 4.2 Usia

No. Usia Frekuensi Persen

1. 22 tahun 13 14,9

2. 23 tahun 49 56,3

3. 24 tahun 13 14,9

4. 25 tahun 12 13,8

Total 87 100

Sumber P.2/FC.2 (Karakteristik Responden)

(15)

Tabel 4.3 Suku

No. Suku Frekuensi Persen

1. Batak toba 15 17,2

2. Mandailing 14 16,1

3. Jawa 10 11,5

4. Karo 8 9,2

5. Minang 9 10,3

6. Nias 3 3,4

7. Melayu 13 14,9

8. Batak angkola 10 11,5

9. Batak pak pak 5 5,7

Total 87 100

Sumber P.3/FC.3 (Karakteristik Responden)

(16)

Kota asal

No. Kota Asal Frekuensi Persen

1. Medan 66 75,9

2. Binjai 12 13,8

3. Langkat 3 3,4

4. Lubuk Pakam 3 3,4

5. Brastagi 1 1,1

6. Kabanjahe 1 1,1

7. Penyabungan 1 1,1

Total 87 100

Sumber P.4/FC.4 (Karakteristik Responden)

Berdasatkan tabel 4.4 diatas dapat dilihat sebanyak 66 responden (75,9%) berasal dari kota Medan, 12 responden (13,8%) berasal dari kota Binjai, 3 responden (3,4%) berasal dari Langkat, 3 responden (3,4%) lainnya berasal dari kota Lubuk Pakam, 1 responden (1.1%) berasal dari kota Brastagi, 1 responden lainnya (1,1%) berasal dari kota Kabanjahe, kemudian 1 responden (1,1%) terakhir berasal dari kota Penyabungan. Mayoritas responden berasal dari provinsi Sumatera Utara, ini disebabkan oleh penerimaan anggota BRIMOB memang dibuat per provinsi.

4.2.2 Mencari informasi

Tabel 4.5

Memberikan informasi tentang kegiatan kepolisian

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat memberikan informasi 55 63,2

2. Memberikan informasi 25 28,7

3. Tidak memberikan informasi 5 5,7

4. Sangat tidak memberikan informasi

2 2,3

Total 87 100

(17)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa 55 responden (63,2%) menjawab tayangan 86 sangat memberikan informasi tentang kegiatan kepolisian, responden yang menjawab memberikan informasi sebanyak 25 (28,7%), responden yang menjawab tidak memberikan informasi sebanyak 5 (5,7%), dan yang menjawab sangat tidak memberikan informasi hanya 2 (2,3%). Dapat dilihat dari jawaban responden diatas bahwa mayoritas yaitu sebanyak 63,2% yang berarti lebih dari setengah responden menilai tayangan 86 di Net tv sangat memberikan informasi tentang kegiatan kepolisian kepada mereka, hal ini disebabkan karena tayangan 86 banyak menayangkan kegiatan – kegiatan kepolisian lain yang reponden inginkan.

Tabel 4.6

Kebutuhan informasi dan berita tentang kegiatan kepolisian

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat terpenuhi 48 55,2

2. Terpenuhi 30 34,5

3. Tidak terpenuhi 7 8,0

4 Sangat tidak terpenuhi 2 2,3

Total 87 100

Sumber P.2/FC.2

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa 48 (55,2%) responden menjawab kebutuhan mereka tentang informasi dan berita kegiatan kepolisian sangat terpenuhi, responden yang menjawab terpenuhi sebanyak 30 (34,5%), responden yang menjawab tidak tepenuhi ada 7 (8,0%) dan responden yang menjawab sangat tidak terpenuhi hanya 2 (2,3%). Dapat di simpulkan bahwa kebutuhan informasi dan berita responden tentang kegiatan kepolisian sangat terpenuhi melalui tayangan 86.

(18)

Kepuasan terhadap informasi

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat puas 48 55.2

2. Puas 28 32,2

3. Tidak puas 10 11,5

4 Sangat tidak puas 1 1,1

Total 87 100

Sumber P.3/FC.3

Berdasarkan tabel 4.7 diatas kepuasan terhadap informasi yang ada di tayangan 86 sebanyak 48 (55,2%) responden menjawab sangat puas, yang menjawab puas saja ada 28 (32,2) yang menjawab tidak puas dengan informasi yang ada di tayangan 86 sebanyak 10 (11,5%), sedangkan yang menjawab sangat tidak puas dengan informasi yang ada ditayangan 86 hanya 1 (1,1%) responden. Artinya kebanyakan responden merasa sangat puas dengan informasi yang bisa mereka dapatkan dari tayangan 86.

Jawaban sangat puas mendominasi jawaban mayoritas respoden. Lebih dari setengah responden merasa puas terhadap informasi yang diperoleh dari tayangan 86. Rasa puas ini timbul karena responden merasa tayangan 86 menyajikan informasi yang lengkap dan jelas.

4.2.3 Memuaskan rasa ingin tahu

Tabel 4.8

Banyak hal baru tentang kepolisian yang diketahui melalui tayangan 86

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat banyak 39 44,5

2. Banyak 31 35,6

3. Tidak banyak 16 18,4

4 Tidak ada 1 1,1

Total 87 100

Sumber P.4/FC.4

Berdasarkan tabel diatas sebanyak 39 (44,5%) responden menjawab sangat banyak hal baru seputar kegiatan kepolisian yang mereka ketahui melalui

(19)

yang menjawab “tidak banyak” berjumlah 16 (18,4%) responden, dan yang

menjawan “tidak ada” hanya 1 (1,1%) responden. Terlihat jelas bahwa responden

banyak mengetahui hal baru tentang kegiatan kepolisian yang mereka peroleh dari tayangan 86.

Ternyata reponden banyak mengetahui hal baru dalam kepolisian yang mereka peroleh melalui tayangan 86. Terlihat dari presentase jawaban yang diberikan responden yang mayoritas menjawab sangat banyak hal baru tentang kepolisian yang diketahui melalui tayangan 86. Karena tayangan 86 menurut responden banyak menayangkan tayangan bukan hanya tugas pokok sebagai polisi namun juga menayangkan kegiatan polisi sebagai anggota dari sebuah keluarga.

Tabel 4.9

Rasa ingin tahu terhadap kegiatan kepolisian lain mendorong untuk menonton tayangan 86

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat mendorong 43 49,4%

2. Mendorong 30 34,5%

3. Tidak mendorong 16 18,4%

4 Sangat tidak mendorong 3 3,4%

Total 87 100

Sumber P.5/FC.5

Berdasarkan tabel diatas responden yang merasa sangat terdorong oleh rasa ingin tahunya untuk menonton tayangan 86 ada 43 (49%) responden, yang menjawab terdorong rasa ingin tahu tentang kegiatan kepolisian lain untuk menonton tayangan 86 sebanyak 30 (34,5%) responden, sedangkan yang menjawab rasa ingin tahu tidak mendorong untuk menonton tayangan 86 sebanyak 11 (12,6%) responden, dan yang menjawab rasa ingin tahu terhadap kegiatan kepolisian lain sangat tidak mendorong responden untuk menonton tayangan 86 hanya 3 (3,4%) responden.

(20)

4.2.4 Belajar, pendidikan

Tabel 4.10

Dijadikan media belajar

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat efektif 34 39,1

2. Efektif 44 50,6

3. Tidak efektif 7 8,0

4 Sangat tidak efektif 2 2,3

Total 87 100

Sumber P.6/FC.6

Berdasarkan tabel 4.6 diatas responden yang menjawab tayangan 86 sangat efektif dijadikan media belajar dalam mereka berkegiatan berjumlah 34 (39,1%), yang menjawab tayangan 86 efektif sebagai media belajar sebanyak 44 (50,6%) responden, sedangkan yang menjawab tayangan 86 tidak efektif sebagai media belajar berjumlah 7 (8,0%) responden, dan yang menjawab tayangan 86 sangat tidak efektif sebagai media belajar hanya 2 (2,3%) responden.

(21)

Tabel 4.11

Dijadikan sebagai sarana evaluasi kesalahan dalam bekerja

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat setuju 38 43,7

2. Setuju 33 37,9

3. Tidak setuju 15 17,2

4 Sangat tidak setuju 1 1,1

Total 87 100

Sumber P.7/FC.7

Berdasarkan tabel 4.11 diatas responden yang menjawab sangat setuju tayangan 86 menjadi sarana untuk mengevaluasi kesalahan dalam bekerja sebanyak 38 (43,7%), yang menjawab setuju tayangan 86 menjadi sarana untuk mengevaluasi kesalahan dalam bekerja ada 33 (37,9%) responden, sedangkan yang memilih tidak setuju tayangan 86 menjadi sarana untuk mengevaluasi kesalahan dalam bekerja berjumlah 15 (17,2%) responden, dan yang menjawab sangat tidak setuju tayangan 86 menjadi sarana untuk mengevaluasi kesalahan dalam bekerja hanyak 1 (1,1%) responden.

(22)

Tabel 4.12

Menjadikan lebih banyak tahu aturan hukum yang berlaku

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat setuju 47 54,0

2. Setuju 30 34,5

3. Tidak setuju 7 8,0

4 Sangat tidak setuju 3 3,4

Total 87 100

Sumber P.8/FC.8

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat setuju tayangan 86 menjadikan responden lebih banyak tahu tentang aturan hukum yang berlaku sebanyak 47 (54,0%) responden, yang menjawab setuju bahwa tayangan 86 menjadikan responden lebih banyak tahu tentang aturan hukum yang berlaku ada 30 (34,5%) responden. Sedangkan yang menjawab tidak setuju tayangan 86 menjadikan responden lebih banyak tahu tentang aturan hukum yang berlaku sebanyak 7 (8,0%) responden, dan yang menjawab sangat tidak setuju hanya 3 (3,4%) responden.

(23)

Tabel 4.13

Menambah pengetahuan tentang kegiatan kepolisian lainnya

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat menambah pengetahuan 47 54,0

2. Menambah pengetahuan 22 25,3

3. Tidak menambah pengetahuan 14 16,1

4 Sangat tidak menambah pengetahuan

4 4,6

Total 87 100

Sumber P.9/FC.9

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab tayangan 86 sangat menambah pengetahuan tentang kegiatan kepolisian lainnya berjumlah 47 (54,0%) responden, yang menjawab menambah pengetahuan tentang kegiatan kepolisian lainnya sebanyak 22 (25,3%) responden, sedangkan yang menjawab tayangan 86 tidak menambah pengetahuan tentang kegiatan kepolisian lainnya ada 14 (16,1%) responden, dan yang menjawab tayangan 86 sangat tidak menambah pengetahuan tentang kegiatan kepolisian lainnya hanya 4 (4,6%) responden.

(24)

Banyak pelanggaran hukum yang baru diketahui melalui tayangan 86

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat banyak 52 59,8

2. Banyak 19 21,8

3. Tidak banyak 12 13,8

4 Tidak ada 4 4,6

Total 87 100

Sumber P.10/FC.10

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat banyak pelanggaran hukum yang baru diketahui melalui tayangan 86 berjumlah 59 (59,8%) responden, yang menjawab banyak ada 19 (21,8%) responden, sedangkan yang menjawab tidak banyak pelanggaran hukum yang baru diketahui melalui tayangan 86 ada 12 (13,8%) responden, dan yang menjawab tidak ada pelanggaran hukum yang baru diketahui melalui tayangan 86 hanya 4 (4,6%) responden.

(25)

4.2.6 Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri Tabel 4.15

Membuat lebih percaya diri dalam berkegiatan

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat membuat lebih percaya diri

56 64,4

2. Membuat lebih percaya diri 23 26,4

3. Tidak membuat lebih percaya diri

7 8,0

4 Sangat tidak membuat lebih percaya diri

1 1,1

Total 87 100

Sumber P.11/FC.11

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab tayangan 86 sangat membuat lebih percaya diri dalam berkegiatan berjumlah 56 (64,4%) responden, yang menjawab membuat lebih percaya diri sebanyak 23 (26,4%) responden, sedangakan yang menjawab tidak membuat lebih percaya diri ada 7 (8,0%) responden, dan yang menjawab tayangan 86 sangat tidak membuat lebih percaya diri hanya 1 (1,1%) responden.

(26)

Membantu lebih taat hukum

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat membantu 43 49,4

2. Membantu 35 40,2

3. Tidak membantu 7 8,0

4 Sangat tidak membantu 2 2,3

Total 87 100

Sumber P12./FC.12

Berdasarkan tabel diatas responden yang setuju bahwa tayangan 86 sangat membantu responden lebih taat hukum dengan presentase jawaban sebanyak 43 (49,4%) responden, yang menjawab tayangan 86 membantu responden lebih taat hukum berjumlah 35 (40,2%) responden sedangkan yang menjawab tidak membantu lebih taat hukum dan sangat tidak membantu lebih taat hukum lebih sedikit yaitu untuk jawaban tidak membantu berjumlah 7 (8,0%) dan yang sangat tidak membantu hanya 2 (2,3%) responden.

(27)

4.2.7 Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain Tabel 4.17

Membantu untuk lebih memahami kondisi masyarakat

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat membantu 43 49,4

2. Membantu 29 33,3

3. Tidak membantu 13 14,9

4 Sangat tidak membantu 2 2,3

Total 87 100

Sumber P.13/FC.13

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab tayangan 86 sangat membantu untuk lebih memahami kondisi masyarakat berjumlah 43 (49,4%) responden, yang menjawab membantu untuk lebih memahami kondisi masyarakat sebanyak 29 (33,3%) responden, sedangkan yang menjawab tidak mambantu dan sangat tidak membantu untuk lebih memahami kondisi masyarakat lebih sedikit yaitu 13 (14,9%) responden untuk jawaban tidak membantu sedangkan 2 (2,3%) responden untuk jawaban sangat tidak membantu.

(28)

Tabel 4.18

Tayangan 86 menghibur

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat menghibur 35 49,4

2. Menghibur 43 33,3

3. Tidak menghibur 7 14,9

4 Sangat tidak menghibur 2 2,3

Total 87 100

Sumber P.14/FC.14

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab tayangan 86 sangat menghibur berjumlah 35 (49,4%) responden, yang menjawab tayangan 86 menghibur berjumlah 43 (33,3%) responden, sedangkan jawaban tidak menghibur dan sangat tidak menghibur lebih sedikit yaitu hanya 7 (14,9%) responden untuk tidak menghibur dan 2 (2,3%) responden untuk jawaban sangat tidak menghibur.

Tayangan 86 dinilai menghibur responden, telihat dari kebanyakan responden memilih jawaban sangat menghibur dan menghibur berbanding jauh dengan jumlah jawaban tidak menghibur dan sangat tidak menghibur. Hal ini disebakan karena responden merasa menemukan hal unik dari tayangan 86 ini, yaitu satu – satunya acara televisi yang menayangkan tayangan tentang kepolisian yang selama ini tidak pernah ada dan dapat di nikmati masyarakat.

Tabel 4.19

Dapat melepaskan beban pekerjaan

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat setuju 30 34,5

2. Setuju 30 34,5

3. Tidak setuju 24 27,6

4 Sangat tidak setuju 3 3,4

Total 87 100

Sumber P.15/FC.15

(29)

menjawab setuju berjumlah sama dengan sangat setuju yaitu 30 (34,5%) responden sedangkan yang menjawab tidak setuju berjumlah 24 (27,6%) responden dan yang menjawab sangat tidak setuju hanya 3 (3,4%) responden saja.

Jawaban dengan jumlah yang sama antara sangat setuju dan setuju menunjukan indikasi bahwa responden setidaknya dapat melepaskan beban pekerjaan sehari – hari melalui tayangan 86. Setelah seharian bekerja responden merasa menikmati tayangan 86 sebagai salah satu cara mereka bersantai.

4.2.9 Belief (kepercayaan tentang sesuatu) Tabel 4.20

Merupakan tayangan real tanpa rekayasa skenario

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat setuju 35 40,2

2. Setuju 22 25,3

3. Tidak setuju 25 28,7

4 Sangat tidak setuju 5 5,7

Total 87 100

Sumber P.16/FC.16

Berdasarkan tabel 4.16 diatas responden yang menjawab sangat setuju tayangan 86 merupakan tayangan tanpa rekayasa skenario berjumlah 35 (40,2%) responden, yang menjawab setuju tayangan 86 merupakan tayangan tanpa rekayasa skenario sebanyak 22 (25,3%) responden, sedangkan yang menjawab tidak setuju sedikit lebih dari yang menjawab setuju yaitu berjumlah 25 (28,7%) responden dan yang menjawab sangat tidak setuju hanya 5 (5,7%) responden.

(30)

Bertujuan meningkatkan citra positif polisi

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat bertujuan untuk itu 52 59,8

2. Bertujuan untuk itu 25 28,7

3. Tidak bertujuan untuk itu 5 5,7

4 Sangat tidak bertujuan untuk itu 5 5,7

Total 87 100

Sumber P.17/FC.17

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat bertujuan untuk meningkatkan citra positif polisi kepada masyarakat sebanyak 52 (59,8%) responden, yang menjawab bertujuan untuk meningkatkan citra positif polisi kepada masyarakat berjumlah 25 (28,7%) responden sedangkan yang menjawab tidak bertujuan dan sangat tidak bertujuan untuk meningkatkan citra positif polisi kepada masyarakat berjumlah sama dan lebih sedikit yaitu 5 (5,7%) responden.

Lebih dari setengah jumlah responden memilih jawaban sangat bertujuan untuk itu, jumlah ini menunjukan bahwa responden melihat bahwa tayangan 86 adalah sebagai suatu cara untuk meningkatkan citra kepolisian kepada masyarkat. Responden merasa tayangan 86 hanyalah bertujuan untuk menigkarkan citra positif kepolisian kepada masyarakat, yang seharusnya menurut responden tayangan ini adalah sebagai bentuk bahwa agar masyarakat merasa lebih dekat dengan polisi.

Tabel 4.22

Polisi berpenampilan menarik saja yang menjadi objek tayangan 86

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat setuju 9 10,3

2. Setuju 26 29,9

3. Tidak setuju 21 24,1

4 Sangat tidak setuju 31 35,6

Total 87 100

(31)

Berdasarkan tabel 4.22 diatas responden yang menjawab sangat setuju berjumlah 9 (10,3%) responden, yang menjawab setuju berjumlah lebih banyak yaitu 26 (29,9%) responden sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 21 (24,1%) responden dan yang menjawab sangat tidak setuju merupakan jawaban yang paling banyak yaitu berjumlah 31 (35,6%) responden.

Penampilan menarik dari seorang polisi ternyata tidak membuat responden menjadi tolak ukur dari responden jika hanya polisi yang berpenampilan menarik secara fisik yang menjadi objek tayangan, terlihat dari jawaban sangat tidak setuju dan tidak setuju yang mayoritas responden berikan. Karena responden merasa semua polisi adalah sama tidak dapat dibeda – bedakan terutama dalam masalah penampilan.

4.2.10 Attitude (apa yang sebernarnya dirasakan seseorang) Tabel 4.23

Tayangan 86 menggambarkan kegiatan sehari – hari

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat menggambarkan 50 57,5

2. Mengambarkan 20 18,4

3. Tidak menggambarkan 16 23,0

4 Sangat tidak menggambarkan 1 1,1

Total 87 100

Sumber P.19/FC.19

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat menggambarkan kegiatan sehari – hari berjumlah 50 (57,5%) responden kemudian 20 (18,4%) untuk yang menjawab menggambarkan kegiatan sehari - hari sedangkan 21 (24,1%) menjawab tidak menggambarkan dan yang menjawab sangat tidak menggambarkan hanya 1 (1,1%) responden.

(32)

Tayangan 86 membuat lebih percaya terhadap kinerja kepolisian

Sumber P.20/FC.20

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab tayangan 86 membuat lebih percaya terhadap kinerja kepolisian sebanyak 35 (40,2%) responden kemudian yang menjawab percaya sebanyak 29 (33,3%) responden sedangkan yang menjawab tidak percaya berjumlah 30 (23,0%) responden dan yang menjawab sangat tidak percaya terhadap kinerja kepolisian hanya 3 (3,4%) responden.

Meskipun tayangan 86 sudah dikemas dengan format reality show namun 30 responden menjawab tidak lebih membuat mereka percaya terhadap kinerja kepolisian, namun sebanyak 35 reponden memilih jawaban bahwa tayangan 86 membuat mereka lebih percaya terhadap kinerja kepolisian. Dari pemaparan diatas mayoritas responden merasa tayangan 86 membuat mereka lebih percaya dengan kinerja kepolisian, karena dengan adanya tayangan 86 kegiatan polisi kini dapat dilihat oleh seleruh masyarakat yang bisa mengurangi aktifitas – aktifitas polisi yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Lebih percaya 35 40,2

2. Percaya 29 33,3

3. Tidak percaya 30 23,0

4 Sangat tidak percaya 3 3,4

(33)

Tabel 4.25

Tayangan 86 memotivasi dalam bertugas

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat memotivasi 56 64,4

2. Memotivasi 25 28,7

3. Tidak memotivasi 5 5,7

4 Sangat tidak memotivasi 1 1,1

Total 87 100

Sumber P.21/FC.21

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat termotivasi dalam bertugas karena tayangan 86 berjumlah 56 (64,4%) responden, kemudian yang menjawab tayangan 86 memotivasi dalam bertugas sebanyak 25 (28,7%) responden sedangkan yang menjawab tidak memotivasi dan sangat tidak memotivasi lebih sedikit yaitu 5 (5,7%) responden untuk tidak memotivasi dan 1 (1,1%) untuk yang menjawab sangat tidak memotivasi.

Sebanyak 56 responden menjawab bahwa tayangan 86 sangat memotivasi mereka dalam bertugas artinya lebih dari setengah jumlah responden sangat termotivasi oleh tayangan 86. Hal ini disebabkan responden menilai tayangan 86 yang menayangkan tayangan tentang aktifitas polisi dapat dilihat oleh seluruh masyarakat sehingga memacu semangat responden untuk bertugas lebih baik.

Tabel 4.26

Tayangan 86 memenuhi kebutuhan hiburan

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat setuju 27 31,0

2. Setuju 28 32,2

3. Tidak setuju 27 31,0

4 Sangat tidak setuju 5 5,7

Total 87 100

Sumber P.22/FC.22

(34)

(32,2%) responden sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 27 (31,0%) responden dan yang menjawab sangat tidak setuju hanya 5 (5,7%) responden.

Dari pemaparan tabel diatas dapat dilihat jawaban dengan jumlah yang sama terdapat pada jawaban sangat setuju dan tidak setuju, dapat dilihat bahwa dalam hal ini responden tidak ada yang dominan semuanya memiliki pandangan masing – masing.

4.2.11 Perception (persepsi)

Tabel 4.27

Net tv sebagai stasiun televisi penayang tayangan 86

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat baik 46 52,9

2. Baik 27 31,0

3. Tidak baik 12 13,8

4 Sangat tidak baik 2 2,3

Total 87 100

Sumber P.23/FC.23

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab tanggapan tentang net tv sebagai televisi yang menayangkan sangat baik berjumlah 46 (52,9%) responden, yang menjawab baik ada 27 (31,0%) responden sedangkan yang menjawab tidak baik berjumlah 12 (13,8%) dan yang paling sedikit adalah yang menjawab sangat tidak baik yaitu hanya 2 (2,3%) responden.

(35)

Tabel 4.28 Durasi tayangan 86

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat cukup 38 43,7

2. Cukup 13 24,9

3. Tidak cukup 26 29,9

4 Sangat tidak cukup 10 11,5

Total 87 100

Sumber P.24/FC.24

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab durasi tayangan 86 sangat cukup berjumlah 38 (43,7%) responden, yang menjawab cukup sebanyak 13 (14,9%) responden, kemudian yang menjawab durasi tayangan 86 tidak cukup lebih banyak dari yang menjawab cukup yaitu 26 (29,9%) responden dan yang menjawab sangat tidak cukup berjumlah 10 (11,5%) responden.

Durasi 30 menit tayangan 86 ternyata dinilai sangat cukup oleh mayoritas responden walaupun terdapat responden dengan jumlah jawaban yang cukup banyak juga menjawab durasi tayangan 86 dinilai tidak cukup atau kurang. Hal ini disebabkan responden menilai tayangan 86 dengan durasi yang ada sekarang tidak berlebihan karena jika berlebihan responden juga dapat merasa bosan dengan tayangan ini.

Tabel 4.29

Pesan yang disampaikan

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat jelas 49 56,3

2. Jelas 22 25,3

3. Tidak jelas 12 13,8

4 Sangat tidak jelas 4 4,6

Total 87 100

Sumber P.25/FC.25

(36)

oleh tayangan 86 tidak jelas berjumlah 12 (13,8%) responden dan yang menjawab sangat tidak jelas berjumlah 4 (4,6%) responden.

Mayoritas responden menilai pesan yang disampaikan melalui tayangan 86 sangat jelas, dan sebagian responden lainnya menilai pesan yang disampaikan melalui tayangan 86 tidak jelas bahkan sangat tidak jelas, namun jumlah ini lebih sedikit dari yang menjawab sangat jelas. Karena responden merasa mereka dapat mencerna pesan yang ingin disampaikan melalui tayangan 86 dengan bahasa yang mudah dimengerti.

Tabel 4.30

Jam tayang tayangan 86 berpengaruh terhadap minat menonton

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat berpengaruh 31 35,6

2. Berpengaruh 27 31,0

3. Tidak berpengaruh 27 31,0

4 Sangat tidak berpengaruh 2 2,3

Total 87 100

Sumber P.26/FC.26

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab jam tayang tayangan 86 sangat berpengaruh terhadap minat menonton berjumlah 31 (35,6%) responden, kemudian yang menjawab berpengaruh jumlahnya sama dengan yang menjawab tidak berpengaruh yaitu berjumlah 27 (31,0%) responden, sedangkan yang menjawab sangat tidak berpengaruh berjumlah 2 (2,3%) responden saja.

(37)

karena responden merasa jam tayang tayangan 86 yang tayang pukul 21.00 WIB adalah merupakan waktu yang sangat pas bagi responden untuk menonton televisi.

Tabel 4.31

Tayangan 86 dikemas secara reality show

No. Jawaban Frekuensi Persen

1. Sangat menarik 16 18,4

2. Menarik 39 44,0

3. Tidak menarik 27 31,0

4 Sangat tidak menarik 5 5,7

Total 87 100

Sumber P.27/FC.27

Berdasarkan tabel diatas responden yang menjawab sangat menarik tayangan 86 yang dikemas secara reality show jumlahnya 16 (18,4%) responden, kemudian yang menjawab menarik sebanyak 39 (44,0%) responden, sednagkan yang menjawab tidak menarik sebanyak 27 (31,0%) responden dan yang menjawab sangat tidak menarik hanya 5 (5,7%) responden saja.

Kebanyakan responden menilai tayangan 86 yang dikemas dengan format reality show adalah menarik. Hal ini disebabkan karena responden merasa dengan format reality show masyarakat dapat menilai langsung apa yang dilakukan polisi. 4.3 Analisis Tabel Silang

(38)

Puas dengan informasi kegiatan kepolisian yang ada di tayangan 86 * pesan dari tayangan 86 tersampaikan dengan jelas kepada anda

pesan dari tayangan 86 tersampaikan dengan jelas kepada anda

Total

sangat tidak

jelas

tidak jelas

jelas sangat jelas

puas dengan informasi kegiatan

kepolisian yang ada di tayangan 86

sangat

tidak puas 1 0 0 0 1

tidak puas 0 2 2 6 10

Puas 1 4 13 10 28

sangat

puas 2 6 7 33 48

Total 4 12 22 49 87

(39)

Tabel 4.33

Tayangan 86 dapat menghibur anda dalam mengisi waktu luang * tayangan 86 memnuhi kebutuhan hiburan

Bedasarkan hasil output spss 20.0 tabel 4.33 dapat diketahui sebanyak 16 responden merasa bahwa tayangan 86 sangat menghibur dalam mengisi waktu luang mereka dan sebanyak 16 responden juga sangat setuju tayangan 86 dapat memnuhi kebutuhan hiburan. Dengan kata lain kedua variabel yang disilangkan memiliki hubungan sehingga dapat diketahui bahwa variabel tersebut merupakan variabel yang positif.

4.4 Pembahasan

(40)

tidak lagi kesulitan mencari informasi atau mencari hiburan. Stasiun – stasiun televisi yang bermunculan sekarang ini pun cukup banyak tinggal penggunanya yang menentukan ingin menikmati tayangan apa dan dari stasiun televisi mana.

Pada dasarnya teori Uses and Gratification memiliki asumsi dasar bahwa khalayak dianggap aktif serta penggunaan media berorientasi pada tujuan yang jelas dan penilaian terhadap isi media tersebut ditentukan pula oleh khalayak itu sendiri, selain itu terdapat pula motif yang ada dalam diri khalayak sebagai dasar memilih mengkonsumsi sebuah media, motif-motif tersebut dapat dikelompokan sebagai motif kognitif, personal diversi dan personal identity.

Dari asumsi dasar tersebut maka responden dalam penelitian ini yang merupakan anggota satuan BRIMOB POLDA SUMUT leting Aya Bratha Yudha Medan yang menonton tayangan 86 di Net tv. Pada dasarnya tayangan ini adalah tayangan reality show dengan bentuk fly on the wall yaitu program yang memperlihatkan kehidupan sehari - hari dari seseorang (biasanya orang terkenal) mulai dari kegiatan pribadi hingga aktivitas profesionalnya. Dalam tayangan 86 menceritakan tentang kegiatan kepolisian baik saat bertugas sebagai polisi mau pun sebagai masyarakat pada umumnya yang hidup di tengah – tengah keluarga. Pastinya para anggota satuan BRIMOB POLDA SUMUT leting Arya Bratha Yudha Medan memiliki opini masing masing terhadap tayangan ini.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa responden memiliki opini yang sangat beragam. Opini merupakan tanggapan aktif terhadap rangsangan disusul melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran dan kesediaannya terhadap sesuatu yang terjadi. Dalam hal mencari informasi tentang kegiatan kepolisian responden menilai bahwa tayangan 86 sangat memberikan informasi, sangat memenuhi kebutan informasi dan sangat puas dengan informasi yang tayangan 86 berikan.

(41)

Dari jawaban yang responden berikan tayangan 86 juga dijadikan sebagai sarana belajar mereka untuk meningkatkan produktivitas mereka dalam bekerja dan juga menjadi sarana evaluasi kesalahan – kesalahan yang mereka lalukan dalam berkegiatan sebagai polisi sehari – hari. Dari tayangan 86 responden merasa lebih banyak tahu tentang aturan hukum yang berlaku dan juga responden banyak mendapat pengetahuan tentang kegiatan kepolisian lainnya dari berbagai satuan POLRI yang ada. Melalui tayangan 86 responden juga banyak mengetahui pelanggaran – pelanggaran hukum yang dilakukan oleh masyarakat yang responden sendiri baru mengetahui pelanggaran – pelanggaran tersebut dari tayangan 86.

Motif adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu sedangkan motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Terdapat beberapa motif dan motivasi responden yang mendorong mereka dapat lebih percaya diri dalam berkegiatan yang merupakan dampak positif dari tayangan 86 yang ditonton oleh responden. Selain itu dampak positif lainnya responden merasa lebih taat terhadap hukum yang berlaku setelah menonton tayangan 86. Ini adalah wujud kesinambungan antara tayangan 86 dijadikan sarana evaluasi dan belajar responden dalam berkegiatan sehari – hari.

Tayangan 86 ternyata sangat membantu responden untuk memahami kondisi masyarakat, karena dalam tayangan, polisi secara langsung di rekam dalam melakukan aktifitasnya yang tak jarang bersentuhan langsung kepada masyarakat umum. Terlihat jelas dari jawaban mayoritas responden dalm hal memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain.

(42)

real tanpa rekayasa skenario dapat dilihat dari jawaban mayoritas responden walaupun ada beberapa responden kurang setuju dengan hal ini, mereka menganggap tayangan 86 adalah tayangan dengan settingan atau dilakukan dengan sebuah skenario yang telah disusun. Citra positif polisi yang tumbuh di masyarakat adalah tujuan dari tayangan 86 dan itu juga terlihat dari jawaban responden yang banyak menjawab tayangan 86 sangat bertujuan untuk meningkatkan citra polisi di masyarakat. Dalam tayangan 86 biasanya yang menjadi objek tayangan adalah polisi yang berpenampilan menarik saja, namun hal ini sangat tidak di setujui oleh kebanyakan responden, mereka mengangap tayangan ini seharusnya harus mendeskripsikan seluruh anggota polisi baik secara penampilan maupun dalam hal lain.

Kegiatan responden sebagai polisi ternyata juga tergambarkan dalam tayangan 86, mayoritas responden setuju dengan hal ini, terlihat dari jawaban yang mereka berikan bahwa tayangan 86 sangat mengambarkan kegiatan responden sehari – hari sebagai polisi. Selain itu tayangan 86 membuat responden lebih percaya diri terhadap kinerja kepolisian. Dari pertanyaan yang diajukan hampir seluruh responden menjawab bahwa tayangan 86 sangat memotivasi mereka dalam bertugas, responden lebih semangat dalam melakukan aktifitas setelah menonton tayangan 86. Kemudian jawaban responden berimbang dalam masalah tayangan 86 hanya sebagai hiburan. Sebagain menjawab tidak setuju jika tayangan 86 hanya sebagai hiburan dan sebagian lagi setuju bahkan sangat setuju jika tayangan 86 hanya sebagai hiburan.

(43)

sebaliknya dikatakan melalui kuesioner oleh seorang responden bahwa responden tidak menyukai tampilan gambar yang kurang jelas, karena terkadang episode tayangan 86 menayangkan tayangan yang real langsung dari lapangan tempat para polisi yang menjadi objek bertugas, yang mengakibatkan gambar yang diambil juga tidak maksimal. Dengan durasi 30 menit tayangan 86 dinilai mayoritas responden sangat cukup dan sebagian kecil responden merasa sangat tidak cukup, karena responden yang merasa sangat tidak cukup mengangap tayangan ini sangat menarik dan perlu ditambah durasi tayangnya. Pesan – pesan yang disampaikan melalui tayangan 86 juga dinilai jelas dan sangat jelas oleh responden, responden merasa mengerti nilai – nilai yang ada pada pesan yang disampaikan melalui tayangan 86. Ternyata jam tayang tayangan 86 menurut responden berpengaruh bahkan sangat berpengaruh terhadap minat mereka untuk menonton tayangan 86, namun dengan presentase jumlah jawaban yang sama sebagian responden menganggap jam tayang tayangan 86 tidak berpengaruh terhadap minat responden untuk menonton tayangan 86 bahkan sebagian kecil merasa sangat tidak berpengaruh. Tayangan 86 dikemas dengan format reality show sebagian responden merasa hal ini kurang menarik bahkan sebagian lainnya merasa tidak menarik, karena responden lebih suka dengan format lain, responden merasa kegiatan mereka sebagai polisi seharusnya disajikan dengan format yang lebih elegan menurut responden seperti talk show.

(44)

SIMPULAN & SARAN 5.1 Simpulan

Setelah melalui proses analisis data mengenai “opini anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan terhadap tayangan 86 di Net tv” maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Anggota BRIMOB Leting Arya Bratha Yudha Medan menjadikan tayangan 86 untuk menambah informasi seputar kegiatan kepolisian mereka. Tayangan 86 juga dinilai sangat efektif oleh anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan sebagai sarana belajar mereka. Selain itu tayangan 86 tidak lepas dari fungsi utamanya sebagai sarana hiburan oleh anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan karena anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan menilai tayangan 86 dapat menghibur mereka dan dapat melepaskan beban pekerjaan sehari – hari.

(45)

hal ini tidak disetujui oleh anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan mereka menilai semua polisi berhak menjadi objek tayangan 86 sebab mereka menganggap polisi semuanya sama tidak bisa dinilai hanya dari penampilannya. Durasi tayangan 86 selama 30 menit yang dinilai cukup oleh anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan dan jam tayang tayangan 86 yakni pukul 21.00 WIB berpengaruh terhadap minat menonton karena dinilai terlalu malam, anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan lebih suka jika tayangan 86 ditayangkan pukul 20.00 WIB. anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan juga menganggap Net tv sangat baik sebagai stasiun penayang tayangan 86, dinilai dari segi penataan gambar, penataan suara dan lain sebagainya.

(46)

Bedasarkan tanggapan responden tentang tayangan 86 di Net tv, dari format tayangan 86 yang dikemas secara reality show setidaknya banyak dari responden yang kurang setuju karena menurut mereka tayangan - tayangan yang menceritakan kegiatan kepolisian harus dikemas secara lebih elegan yaitu seperti talk show. Dari segi durasi tayangan ada sebagian responden yang merasa durasi tayang tayangan 86 masih kurang mereka lebih setuju jika durasi tayangan ditambah sedikitnya 15 menit menjadi 45 menit. Responden juga menyoroti dari segi objek tayangan yang hanya polisi berpenampilan menarik yang menjadi objek tayangan. Mayoritas responden menilai semua polisi seharusnya dapat menjadi objek tayangan tidak hanya dilihat dari segi penampilan.

Tayangan 86 juga dinilai mayoritas responden sangat bertujuan untuk meningkatkan citra positif kepolisian kepada masyarakat. Sebagian responden berpendapat seharusnya tayangan ini tidak hanya bertujuan meningkatkan citra positif kepolisian saja namun seharusnya tayangan 86 menayangkan sisi – sisi negatif polisi “nakal” sehingga menimbulkan rasa malu dan takut bagi polisi agar dapat untuk betul – betul patuh pada hukum yang berlaku.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui opini anggota BRIMOB leting Arya Bratha Yudha Medan terhadap tayangan 86 di Net tv. Dengan hasil penelitian yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan mahasiswa khusunya mahasiswa bidang ilmu komunikasi dapat meneruskan penelitian yang sejenis dengan menggunakan teori-teori yang berbeda, atau memberikan variabel penelitian yang lebih banyak lagi sehingga memberikan hasil penelitian yang akan memperkaya khasanah ilmu penelitian di bidang ilmu komunikasi khususnya penelitian mengenai tayangan televisi.

(47)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori

Kelinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proporsi yang menggemukakan pandangan, sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6)

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir teori yang memuat pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39). Fungsi dari teori itu sendiri adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Krisyantono, 2006:43), serta memberikan ketajaman analisi peneliti akan masalah yang diteliti. Dalam masalah ini teori – teori yang dianggap relevan adalah komunikasi massa, media massa, televisi, motif dan motivasi, opini dan uses and gratifications.

2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico yang artinya membagi (cherry, 1983).Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D.Lasswell bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi adalah menjawab pertanyaan” siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. Berdasarkan paradigma laswell, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang akan menimbulkan efek (Cangara, 2010:19).

Carl I.Hovland dalam karyanya “Social Communication” menjelaskan komunikasi adalah proses seseorang menyampaikan rangsangan dengan kata, lambang atau gambar guna merubah tingkah laku orang lain (Lubis, 2011).

(48)

tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal tapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Menurut Rogers dan Lawrence Kincaid (1981) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan penukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 2010:20).

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy, 2003:28).

Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar di bidang komunikasi. Dari beberapa pengertian tentang komunikasi terlihat ruang lingkup dari komunikasi itu cukup luas sebagaimana ruang lingkup dari aspek-aspek kehidupan manusia sehingga aktivitas komunikasi itu adalah aktivitas manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Selama manusia melakukan aktivitasnya maka komunikasi terus beraktivitas satu hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan antara aktivitas manusia dengan aktivitas komunikasi.

2.1.2 Komunikasi Massa

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatio”. Istilah ini berasal dari perkataan “communis” yang berarti sama. Sama yang dimaksud berarti sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan (Effendy, 2004:30). Dari hal tersebut dapatlah diartikan jika tidak terjadi kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, maka komunikasi tidak akan terjadi.

Menurut Harold laswell (Mulyana, 2005:62) cara yang baik untuk berikut: Who Saya What In Which Channel To Whom With What Effect? (siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Efek Apa?). komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendy, 2004:253).

(49)

disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik) (Mulyana, 2005:75).

Fredrick C.Whitney menyebutkan komunikasi massa merupakan sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal lalu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim dan heterogen. Pool (1973) mendefinisikan komunikasi massa sebagai, komunikasi yang berlangsung dalam situasi interposed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000).

Komunikasi massa berupa proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai macam tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Banyak definisi komunikasi massa yang telah ditemukan oleh pakar di bidang komunikasi, namun dari sekian banyak definisi yang ada terdapat benang merah kesamaan definisi satu sama lain. pada dasarnya komunikasi massa adalah proses komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik).

Komunikasi massa bisa didefinisikan dalam tiga ciri-ciri (Severin, Warner J & James W. Tankard, 2008):

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audien yang relatif besar, heterogen dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum sering dijadwalkan untuk dapat mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya besar.

(50)

mengakibatkan orang mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang tidak dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2007:71).

Elemen pada komunikasi secara umum juga berlaku kepada komunikasi massa. Secara ringkas proses sederhana komunikasi meliputi; komunikator mengirimkan pesan melalui saluran kepada komunikan (penerima). Perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi pada umumnya lebih berdasarkan pada jumlah pesan berlipat-lipat yang sampai kepada penerima (Nurudin, 2003:87). Unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah:

1. Komunikator

Dalam komunikasi massa komunikator adalah pihak yang mengandalikan media massa dengan teknologi telematika hingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagi informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar dimana tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

2. Media Massa

Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal, dan dapat diakses oleh masyarakat secara masal pula.

3. Informasi Massa (pesan)

Informasi massa adalah informasi yang diteruntukkan kepada masyarakat secara masal, bukan informasi yang hanya boleh dikonsumsi oleh pribadi. Dengan demikian informasi massa merupakan milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

4. Gatekeeper

Gatekeeper adalah penyeleksi informasi, sebagai mana diketahui bahwa komunikasi massa dijalankan oleh beberapa orang dalam organisasi media massa, mereka inilah yang akan menyeleksi setiap informasi akan disiarkan atau tidak. Bahkan mereka memiliki kewenangan untuk memperluas, membatasi informasi yang akan disiarkan tersebut.

5. Khalayak

Gambar

Tabel 4.1 Agama
Tabel 4.3 Suku
Tabel 4.5 Memberikan informasi tentang kegiatan kepolisian
Tabel 4.6 Kebutuhan informasi dan berita tentang kegiatan kepolisian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Figure 4: Disparities generated by (A) Blockmatching (B) Dy- namic Programming (C) proposed method for Marius D crater.. CONCLUSION AND FUTURE WORK In this paper we used a method

cuci darah pertama kali (p=0,039) dan setelah cuci darah yang terakhir kali (p=0,032);obat furosemide pada saat setelah cuci darah ke 3 (p=0,046); obat

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Penulisan ini menjelaskan langkah-langkah secara visualisasi bagaimana setting up pada DNS Server, WEB Server, dan MAIL Server dilakukan dengan menggunakan Sistem

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Modul Pembelajaran Mengenai Mata Kuliah Basis Data, dibuat dengan menggunakan Macromedia Dreamweaver MX dan SwiSH v2.0 ini dapat memberi kemudahan kepada para user yang ingin

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis mencoba untuk membuat suatu program aplikasi sebagai sarana belajar guna menumbuhkan minat akan ilmu fisika. Program aplikasi ini dibuat