• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Analisis Kebutuhan Air Sektor Non-Domestik Kategori Industri Kecil Di Sentra Pengrajin Batik Motif Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Analisis Kebutuhan Air Sektor Non-Domestik Kategori Industri Kecil Di Sentra Pengrajin Batik Motif Medan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Dijk, E. V. 2014. Water Resources Management . Amsterdam University of Applied Sciences. Amsterdam, Netherlands.

Ganiron, T. U. 2015. Study of Water Needs. International Journal of Disaster Recovery and Business Continuity. 6 : 17-28.

Triatmodjo, Bambang. 2008. Hidraulika II. Yogyakarta. Beta Offset.

(2)

Fox, J. A. 1984. Hydraulic Analysis of Unsteady Flow in Pipe Network. London. The Macmillan Press LTD.

Munson, B. R. 2005. Mekanika Fluida. Jakarta. Erlangga.

Santoso, Gatot. 2014. Mengatasi Masalah Akibat Limbah Cair Batik. Jurnal Teknologi Technoscientia. 7 : 1.

Sani, G. D. 2014. Flood in Malaysia: Historical Reviews, Causes, Effects and Mitigations Approach. International Journal of Interdisciplinary Research and Innovations. 2 : 59-65.

Schmitt, T. G. 2004. Analysis and Modeling of Waste Water Treatment Managemen . Journal of Hydrology. 299 : 300-311.

(3)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Oktober 2016 di Sentra UMKM

pengrajin batik khas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Letda Sudjono,

Medan Tembung. Lokasi kegiatan di Jl. Letda Sudjono, masuk Jl. Bersama

Gg. Musyawarah No 2.

Gambar 3. 1Lokasi pengerajin ardhina batik motif medan

(4)

Gambar 3. 2 Ardhina Batik Motif Medan

3.2. Sentra Pengrajin Batik Motif Medan

Ardhina Batik Motif Medan memiliki dua jenis batik yang

dikembangkan adalah batik tulis dengan motif khas Jawa serta batik cap

atau cetak dengan motif Gorga atau khas Batak. Produksi batik dari sentra

ini sering dipamerkan pada acara-acara pameran yang diadakan di Sumatera

Utara dan beberapa sudah mendapat pesanan dari beberapa instansi

pemerintah untuk pakaian seragam.

UMKM Ardhina Batik Motif Medan (BMM) yang meproduksi kain

batik khas Sumatera Utara. Batik dengan motif yang disesuaikan dengan

lima etnis Batak yang ada di Sumatera Utara yaitu Mandailing Tapanuli

Utara (Toba) Simalungun Karo Pakpak Dairi dan Tapanuli Tengah.

Ardhina Batik Motif Medan tahun 2009.

Gambar 3. 3 Manajemen Produksi Ardhina Batik Motif Medan

Aspek produksi dan Manajemen dari usaha pembuatan kain batik oleh

mitra kerja sama terdiri dari tiga aspek yaitu perencanaan produksi,

pengendalian produksi dan pengawasan produksi. Pada aspek produksi

meliputi jenis produk berupa kain untuk bakal baju dengan jumlah produksi

rata-rata perhari 10 meter utuk tiap motif dengan jumlah motif yang

(5)

Batik Motif Medan dengan jam kerja dari Senin sampai Sabtu dari jam

08.00– 17.00 WIB, Ardhina Batik Motif Medan terdiri dari 9 orang pekerja

yang merupakan masyarakat sekitar. Pemasaran batik melalui reseller dan

dijual di galeri-galeri batik.

Pengawasan produksi meliputi kualitas dan standar produk yang

dihasilkan, produk yang dihasilkan sudah dipamerkan di beberapa acara

dan sudah dipasarkan ke berbagai daerah serta dipesan oleh beberapa

instansi pemerintah sebagai baju seragam. Kisaran harga untuk per lembar

kain batik yang dipasarkan sekitar 150 ribu sampai dengan 300 ribu rupiah,

untuk cost produksi rata-rata 100 ribu sampai dengan 200 ribu rupiah per

lembar.

Proses produksi kain batik terdiri dari tiga tahapan yaitu pewarnaan,

pemberian malam (lilin) pada kain dan pelepasan lilin pada kain. Jika

proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka malam dilunturkan

dengan proses pemanasan. Batik yang telah jadi direbus hingga malam

menjadi leleh dan terlepas dari air. Proses perebusan ini dilakukan dua kali,

yang terakhir dengan larutan soda ash untuk mematikan warna yang

menempel pada batik, dan menghindari kelunturan. Setelah perebusan

selesai, batik direndam air dingin dan dijemur. Proses pembatikan tersebut

menghasilkan limbah cair batik yang menimbulkan masalah pada

lingkungan jika tidak dikelola. Limbah cair batik dibuang begitu saja ke

saluran drainase tanpa memikirkan dampaknya. Keterbatasan air bersih

untuk proses pewarnaan dan pelontoran (perebusan) memerlukan jumlah air

(6)

Mulai

kita ketahui bahwa UMKM selalu terkendala dengan modal.

3.3. Metodologi Penelitian 3.3.1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan jl. Letda sudjono jl. Bersama Gg. Musyawarah

no.2 Medan termasuk jenis penelitian eksperimen.

3.3.2. Kerangka Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer

- Data jumlah produksi harian

- Data pengujian sampel limbah sesudah dan sebelum penyaringan

Tinjauan Pustaka

Data Sekunder

(7)

Selesai

3.3.3. Tahapan Penelitian

Tugas akhir ini dimulai dengan survei lokasi. setelah mendapat lokasi,

peneliti melakukan referensi atau studi literatur yang berkaitan dengan studi

analisis pengolahan sektor air non domestik kategori industri kecil di sentra

pengerajin batik motif medan. Setelah mempelajari literatur yang ada,

peneliti melakukan pengumpulan data yang di butuhkan. Data yang diambil

yaitu data primer dan sekunder, data primer berupa :

- Data jumlah produksi harian

- Data pengujian sampel limbah sesudah dan sebelum penyaringan

(BOD, COD, TSS, TDS, PH, Suhu)

Pengolahan Data

- Metode Analisis Kebutuhan Air

- Metode Daur Ulang Limbah Cair Batik

- Metode Perhitungan Biaya

- Metode Perhitungan Komponen Instalasi

(8)

Sedangkan data sekunder yang diambil adalah :

- Data kebutuhan dan biaya pemakaian air dari PDAM

Data – data tersebut akan diolah dengen beberapa metode yaitu :

1. Metode analisis kebutuhan air

2. Metode daur ulang limbah cair batik

3. Metode perhitungan biaya

4. Metode perhitungan komponen instalasi

Setelah data – data diolah, maka didapatkan hasil analisa biaya produksi

batik. Kemudian peneliti dapat memberi kesimpulan dan saran terhadap

biaya produksi batik dan pencemaran lingkungan.

3.4. Metode Analisis Kebutuhan Air

3.5. Metode Daur Ulang Limbah Cair Batik

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah

Metode elektrokoagulasi. Secara singkat berikut cara kerja sistem yang

digunakan adalah.

1) Limbah batik hasil pencucian batik yang selesai direbus, lalu

dimasukkan ke dalam bak pengumpul limbah cair.

2) Kemudian limbah batik dimasukkan dalam bak elektrokoagulasi,

kemudian bisa ditambahkan 250 gr garam untuk mempercepat

(9)

3) Elektroda-elektroda pada bak elektrokoagulasi dihubungkan dengan

sumber arus DC melalui voltmeter.

4) Proses elektrokoagulasi limbah batik dijalankan dan dihentikan jika

larutan sudah menjadi jernih.

5) Penambahan garam dapur untuk mempercepat proses elektrokoagulasi.

6) Air limbah yang terdapat pada bak elektrokoagulasi setelah waktu

tertentu maka dialirkan ke bak pengendapan. pada bak pengendapan

akan diendapkan dalam kurun waktu satu malam.

7) Limbah hasil pengendapan kemudian dialirkan ke bak filtrasi.

8) Setelah melewati serangkaian filterisasi maka air akan dialirkan ke

bak penampung.

9) Begitu terus prosesnya selanjutnya sampai dengan air yang keluar

jernih agar dapat digunakan kembali untuk proses pekerjaan

pembuatan batik motif Medan.

3.6. Metode Perhitungan Biaya

Dengan adanya pemakaian alat pengolahan limbah tentunya terdapat influence terhadap perhitungan biaya untung dan rugi. Analisa biaya pada penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu sebulan, dengan memfokuskan perhitungan pada penggunaan air, biaya pembuatan alat dan peningkatan nilai jual.

(10)

tersebut diakumulasi dengan biaya pembuatan alat dan biaya dari volume air yang masih digunakan (diluar penggunaan air daur ulang).

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Kebutuhan Air

4.1.1. Kebutuhan Air Proses Produksi

Penggunaan air pada produksi batik digunakan pada proses

pewarnaan, perebusan, dan pencucian. Dari hasil interview dan survei

lapangan langsung, total produksi rata-rata kain batik perharinya adalah 10

potong kain dengan penggunaan 15 ember dengan kapasitas ± 0.1 m3. Oleh

karena itu, kebutuhan air proses produksi perharinya adalah 15 x 0.1 = 1,5

m3dan perbulannya sebesar 15 x 0.1 x 30 = ± 45 m3 (dengan perhitungan

(11)

4.1.2. Suplai Air untuk Proses Produksi

Kebutuhan air pada proses produksi tidak hanya digunakan pada

proses tersebut diatas, tetapi juga pada proses sekunder lainnya. Total

suplai air yang digunakan dilihat dari tagihan rekening air Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) pabrik seperti pada gambar dibawah.

Gambar 4. 1 Rekening tagihan air PDAM

Dari tagihan rekening air tersebut diperoleh suplai air rata-rata untuk proses

produksi sebesar 63 m3. Dengan asumsi pemakaian sekunder sebesar ± 20 m3

4.2. Analisis Daur Ulang Limbah Cair 4.2.1. Analisis Kondisi Limbah Cair Batik

Dari survei lapangan diambil sampel limbah pengolahan seperti pada

Gambar 4.2. Dari hasil uji laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan

diperoleh kandungan limbah cair batik berdasarkan PerMenLH No. 05

Tahun 2014 Lamp. XLVII tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha

(12)
(13)

Gambar 4. 3 Hasil penyaringan

Tabel. 5.1 Hasil uji laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan

Tabel 4. 1 Hasil Analisa Penurunan Kandungan Parameter Limbah

No.

Parameter Hasil Analisa Baku mutu limbah cair

industri batik

Setelah dilakukan penyaringan terdapat perubahan pada warna

seperti pada Gambar 4.3 dan penurunan kandungan parameter limbah

seperti yang tercantum pada Tabel 4.1.

4.2.2. Analisis Proses Elektrokoagulasi

Aplikasi metode elektrokimia untuk lingkungan dan laboratorium

pada umumnya didasarkan pada proses elektrolisis, yakni terjadinya reaksi

kimia dalam suatu sistem elektrokimia akibat pemberian arus listrik dari

suatu sumber luar. Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari

proses elektrokimia dan proses flokulasi-koagulasi. Proses ini dapat

menjadi pilihan metode pengolahan limbah radioaktif dan limbah B3 cair

fase air alternatif mendampingi metode-metode pengolahan yang lain yang

(14)

Sebuah arus yang dilewatkan ke elektroda logam maka akan

mengoksidasi logam (M) tersebut menjadi logam kation (M+), sedangkan

air akan mengalami reduksi menghasilkan gas hidrogen (H2) dan ion

hidroksi (OH). Persamaan reaksi elektrokoagulasi adalah sebagai berikut :

M  M+ + ne : Anoda ……….. (1)

2H2O+ 3e  2OH- + H2 : Katoda ………. (2)

Kation menghidrolisis di dalam air membentuk sebuah hidroksi

dengan spesies dominan yang tergantung pada kondisi pH larutan. Kation

bermuatan tinggi mendestabilisasi beberapa partikel koloid dengan

membentuk polivalen polihidroksi komplek. Senyawa komplek ini

mempunyai sisi yang mudah diadsorbsi, membentuk gumpalan (aggregates)

dengan polutan. Pelepasan gas hidrogen akan membantu pencampuran dan

pembentukan flok. Flok yang dihasilkan oleh gas hidrogen akan

diflotasikan kepermukaan reaktor. Sebuah reaktor elektrokoagulasi adalah

sel elektrokimia dimana anoda korban (biasanya menggunakan aluminium

atau besi) digunakan sebagai agen akoagulan (Matteson et al).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses elektrokoagulasi ini

antara lain:

a. Kuat arus

Pengolahan limbah nikel dengan rapat arus 40, 50, 60, dan 70

mA/cm2 menghasilkan penurunan kontaminan nikel sebesar

95% dan Cu sebesar 98% pada rapat arus 70 mA/cm2. Ini

dikarenakan rapat arus merupakan elektron yang berpindah

(15)

elektron yang berpindah maka semakin besar, hal ini akan

menyebabkan pembentukan koagulan yang terbentuk akan

semakin banyak.

b. Jenis Elektroda

Pada penelitian yang dilakukan ada 3 elektrode yang digunakan

yaitu Fe, Zn, serta Al. Setiap jenis elektrode ini memberikan

pengaruh yang berbeda-beda. Hasil terbaik pada penelitian ini di

dapat pada logam Al dengan penurunan TSS sebesar 95,3%,

sedangkan untu Fe terjadi penurunan sebesar 94,39% dan Zn

sebesar 91,96%. Penggunaan jenis elektrode ini dipengaruhi

kereaktifan logam serta pembentukan koagulan untuk mengikat

kotoran yang ada.

c. Waktu

Percobaan elektrokoagulasi dengan variasi waktu 10, 15, 20, 25.

dan 30 menit. Dalam elektrokoagulasi semakin lama waktu

proses maka penurunan parameter pencemaran akan semakin

baik. Ini juga sesuai hukum faraday yang menyatakan semakin

lama waktu proses.

Proses Elektrokoagulasi menggunakan bak dengan material stainless

steel dan dilengkapi elektroda yang juga terbuat dari stainless steel yang

tersusun sebanyak 15 material katoda anoda. Proses elektrokoagulasi terjadi

selama 120 menit hingga terjandinya koagulasi pada limbah. Berikut

(16)

Gambar 4. 4 Bak elektrokoagulasi

(17)

Gambar 4. 6 Proses elektrokoagulen pada material anoda katoda

4.2.3. Analisis Proses Pengendapan

Proses pengendapan dimaksudkan agar limbah yang mengalami

koagulasi terpisah dengan air. Pengendapan dilakukan di bak pengendap

selama 24 jam dan setelah itu limbah yang menggumpal akan berada

didasar bak pengendap dan air berada diatasnya. Kapasitas bak pengendap

disesuaikan dengan pemakaian air produksi batik selama 1x24 jam. Berikut

adalah gambar bak pengendap dan limbah sebelum dan sesudah mengalami

proses pengendapan.

(18)

(a) (b)

Gambar 4. 8 (a) Limbah sebelum mengalami pengendapan. (b)

Limbah sesudah mengalami pengendapan

4.2.4. Analisis Proses Filtrasi

Filtrasi(penyaringan) adalah pembersihan partikel padat dari suatu

fluida dengan melewatkan pada medium penyaringan yang diatasnya

padatan akan terendapkan. Rentang filtrasi pada industry mulai dari

penyaringan sederhana hingga pemisahan yang kompleks. Fluida yang

difiltrasi berupa cairan.

Filtrasi merupakan pembersihan partikel padat dari suatu fluida

dengan melewatkannya pada medium penyaringan. Pada penelitian ini

limbah yang sebelumnya diendapkan pada bak pengendapdialirkan kedalam

bak filtrasi. Bak filtrasi terdiri dari 1 (satu) buah bak yang memiliki

(19)

filtrasi. Berikut gambar bak filtrasi untuk proses filter air hasil

pengendapan.

Gambar 4. 9 Bak Filtrasi

Bak filtrasi tersebut memiliki tinggi sekitar 100 cm akan diisi material

untuk proses filtrasi yang terdiri dari (dari dasar bak ke atas permukaan)

yaitu pasir, coral, ijuk dan kerikil. Untuk material pasir diisi dengan ketebalan 15

cm, coral diisi dengan ketebalan 10 cm, ijuk diisi dengan ketebalan 10 cm dan

kerikil diisi dengan ketebalan 10 cm. Berikut gambar material yang akan diisi

(20)

(a) (b)

Gambar 4. 10 (a) Proses pencucian material . (b) Material filtrasi yang sudah

bersih

Limbah yang telah difiltrasi akan berubah baik dari segi kandungan dan

warnanya seperti yang terlihat pada tabel 4.1 dan gambar 4.11. Limbah

tersebut dapat digunakan kembali dalam proses produksi dan mengurangi

penggunaan air PDAM.

(21)

4.3 Analisis Dimensi Pengolahan Limbah

4.3.1 Analisis Bak Elekrokoagulasis

Proses elektrokoagulen berlangsung selama 120 menit, maka dalam

satu hari dapat dilakukan 12 kali proses elektrokoagulen. Dengan kapasitas

penggunaan air sebesar 1,5 m3 perharinya, maka dimensi bak

elektrokoagulasi minimum sebesar 0,125 m3 (12 kali). Pada penelitian ini

digunakan dimensi bak sebesar 0,35 m3. Oleh karena itu, proses

elektrokoagulen dapat dilakukan 5 kali perharinya. Gambar bak

eletrokuagulasi terdapat pada gambar 4.4 dengan dimensi 1,5x0,5x0,5 m .

4.3.2 Analisis Bak Pengendap

Pengendapan berlangsung selama 1x24 jam, maka dimensi bak

pengendap harus disesuaikan dengan pemakaian air perhari. Dengan

kapasitas penggunaan air sebesar 1,5 m3 perharinya, maka dimensi bak

pengendap yang digunakan sebesar 1,53 m3 dengan dimensi 1,7x1x0.9 m

seperti yang terdapat pada gambar 4.7

4.4 Analisis Biaya Produksi

4.4.1 Analisis Biaya dengan Suplai Air dari PDAM

Total biaya penggunaan air untuk proses produksi perbulannya

merupakan uraian dari tagihan rekening air PDAM Tirtanadi sebagai

(22)

Jumlah (m3) Harga air /m3 (Rp) Total (Rp)

Pemakaian total 63 2.300 144.900

Pemakaian Sekunder 20 2.300 46.000

Proses produksi 98.900

4.4.2 Analisis Air dengan Suplai Air Daur Ulang

Pengendapan berlangsung selama 1x24 jam, maka dimensi bak

pengendap harus disesuaikan dengan pemakaian air perhari. Dengan

kapasitas penggunaan air sebesar 1,5 m3 perharinya, maka dimensi bak

pengendap yang digunakan sebesar 1,53 m3 dengan dimensi 1,7x1x0.9 m

seperti yang terdapat pada gambar 4.7

4.4.3 Analisis Perbandingan Biaya dengan Suplai Air PDAM dan Daur Ulang

Alat pengolahan limbah ini dapat mengurangi pemakaian air dalam

proses produksi pembuatan kain batik karena air yang telah diolah dapat

digunakan kembali. Selain itu, keberadaan alat ini juga dapat meningkatkan

harga jual karena pabrik dapat memperoleh sertifikat AMDAL dari dan

harga jual dapat meningkat sebesar. Dari analisa biaya diatas, kita dapat

(23)

produksi batik perharinya sebesar 15 buah, maka dalam bulan pertama

pabrik sudah dapat menutupi modal pembuatan alat dan memperoleh

keuntungan di bulan selanjutnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil pada Tugas Akhir yang berjudul “Studi

Analisis Kebutuhan Air Sektor Non-Domestik Kategori Industri Kecil di Sentra

Pengrajin Batik Motif Medan” adalah

1. Jumlah kebutuhan air untuk proses produksi batik sebesar 45 m3 perbulan

2. Terjadi penurunan terhadap kandungan limbah cair batik seperti yang

(24)

3. Bedasarkan kebutuhan air produksi diperoleh desain bak elektrokoahgulasi

sebasar1,5x0,5x0,5 m 1,7x1x0.9 m dan bak pengendap sebesar 1,7x1x0.9 m.

4. Biaya produksi penggunaan air dari suplai PDAM sebesar Rp. 98.900,

sedangkan dari PDAM dan proses daur ulang sebesar Rp. 10.748.800.

5.2. Saran

Saran untuk hasil Tugas Akhir yang berjudul “Studi Analisis Kebutuhan

Air Sektor Non-Domestik Kategori Industri Kecil di Sentra Pengrajin Batik Motif

Medan” adalah

1. Agar proses elektrokoagulen berjalan lebih cepat power supply sebaiknya

diganti dengan kapasitas 24 volt 10 ampere dan lempengan stainless steel

diganti dengan logam Seng, karena memiliki sifat penghantar listrik yang

lebih baik.

2. Biaya pembuatan alat ini masih tergolong mahal bila dilimpahkan terhadap

pengrajin tradisional. Untuk penelitian selanjutnya agar lebih memberikan

inovasi-inovasi baru terkhusus dalam hal pengurangan biaya.

(25)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum

Air mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan

makhluk lainnya di alam ini. Tidak ada satupun kehidupan di dunia ini yang tidak

membutuhkan air. Air merupakan hal pokok bagi konsumsi manusia dan

telah menjadi salah satu kekayaan yang sangat penting. Pengaruh air sangat luas

bagi kehidupan, bukan hanya untuk makan dan minum. Dalam buku karangan

Hefni Efendi kata pengaruh dapat dapat diartikan sebagai dampak atau manfaat

sedangkan air adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan kehidupan

adalah dimana terdapat sekelompok mahluk hidup yang tinggal di bumi ini

dengan menjalani interaksi antara mahluk hidup satu dengan yang lainnya. Jadi

yang dimaksud pengaruh air bagi kehidupan manusia adalah dampak atau manfaat

air bagi kehidupan manusia yang membantu manusia untuk melakukan

aktivitasnya dan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

2.2. Sumber Air Baku

Sumber air baku bagi suatu penyediaan air bersih sangat penting, karena

selain kuantitas harus mencukupi juga dari segi kualitas yang akan berpengaruh

terhadap proses pengolahan. Disamping itu letak sumber air dapat

mempengaruhi bentuk jaringan transmisi, distribusi dan sebagainya. Secara umum

(26)

A. Air Hujan

Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian

jatuh ke bumi berbentuk air. Air hujan juga merupakan sumber air baku

untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan lain-lain. Air hujan dapat

diperoleh dengan cara penampungan, air hujan dari atap rumah

dialirkan ke tempat penampungan yang kemudian dapat dipergunakan

untuk keperluan rumah tangga.

B. Air Permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi.

Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama

pengalirannya, misalnya: oleh lumpur, batang-batang kayu,

daun-daun, limbah industri kota dan sebagainya.

C. Air Rawa atau Danau

Kebanyakan dari air rawa ini berwarna, hal ini disebabkan oleh adanya

zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya: asam humus yang

dalam air menyebabkan warna kuning kecoklatan. Dengan adanya

pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan

Mn akan tinggi pula. Jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada

kedalaman tertentu agar endapan-endapan Fe dan Mn tidak terbawa,

begitu juga dengan lumut yang ada pada permukaan rawa.

D. Air Sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum harus mengalami suatu

pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada

(27)

mencukupi.

E. Air Tanah

Air tanah adalah air yang berasal dari curah hujan yang kemudian

mengalami infiltrasi dan perkolasi. Infiltrasi adalah meresapnya air ke

dalam permukaan tanah. Air yang telah meresap ke dalam tanah, akan

terus bergerak ke bawah yaitu ke dalam profil tanah hingga menemui

lapisan tanah yang kedap air sehingga air akan terkumpul sebagai air

tanah. Pergerakan air menuju lapisan tanah yang lebih dalam inilah

yang disebut sebagai perkolasi.

F. Mata Air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.

Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh

musim dan kuantitas maupun kualitasnya sama dengan keadaan air

tanah dalam. Berdasarkan tempat munculnya ke permukaan tanah,

mata air terbagi atas rembesan dan umbul. Rembesan terjadi di mana

air keluar melalui lereng-lereng sedangkan umbul terjadi di mana air

keluar ke permukaan pada suatu dataran.

G. Air Laut

Dua per tiga dari luas permukaan bumi merupakan lautan. Namun

jumlah yang besar ini tidak membuat air laut dapat dengan mudah

dimanfaatkan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih. Air laut

mempunyai sifat yang asin karena mengandung garam NaCl. Kadar

NaCl dalam air laut adalah 3%. Teknologi pengolahan air laut menjadi

(28)

sumber daya air yang ada terbatas.

2.3. Kebutuhan Air Bersih

Faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih, yaitu:

A. Iklim

Iklim yang panas akan menyebabkan kebutuhan air meningkat,

terutama untuk mandi dan menyiram tanaman, dibandingkan pada

iklim lembab. Sedangkan pada iklim yang sangat dingin, air dialirkan

untuk menghindari bekunya pipa distribusi.

B. Karakteristik Penduduk

Karakteristik penduduk sangat dipengaruhi tingkat ekonomi

masyarakat. Pada masyarakat ekonomi menengah keatas, penggunaan

air sangat besar bahkan sangat boros, sedangkan masyarakat ekonomi

menengah kebawah penggunaan air sedikit berhemat.

C. Masalah Lingkungan Hidup

Penggunaan air yang berlebihan menyebabkan berkembangnya

teknologi yang menyebabkan pengurangan jumlah air.

D. Industri dan Perdagangan

Pada kawasan sentral industri dan bisnis lebih banyak membutuhkan

air dibanding daerah lainnya. Hal ini disebabkan pegunungan air pada

kawasan ini untuk proses industri selain kebutuhan rumah tangga. Hal

ini berarti lebih banyak dibutuhkan air dibanding daerah lainnya.

E. Iuran dan meteran

Iuran dan meteran dalam hal ini terkait dengan harga air. Harga air

(29)

bahkan berusaha membangun instalasi sendiri. Sedangkan harga air

yang murah mengakibatkan masyarakat cenderung boros air.

F. Ukuran wilayah

Wilayah yang besar akan menggunakan air yang sangat besar dibanding

wilayah yang kecil. Hal ini sangat di pengaruhi besarnya konsumenpada

daerah tersebut.

G. Kebutuhan konvermasi alam

Musim kering yang lama mengakibatkan masyarakat berusaha

menghemat penggunaan air. Instalasi terkait akan berusaha

menyediakan cadangan air untuk mengantisipasi kekurangan air.

Kebiasaan ini akan berlanjut manakala musim hujan telah tiba.

Kebiasaan masyarakat ini akan berlangsung sepanjang tahun.

Pada umumnya kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan dapat dibagi dalam:

1. Kebutuhan domestik,

Kebutuhan domestik adalah kebtuhan air bersih untuk pemenuhan

kegiatan sehari-hari atau rumah tangga seperti : untuk minum, memasak,

kesehatan individu (mandi cuci dan sebagainya, menyiram tanaman,

halaman, pengangkutan air buangan (buangan dapur dan toilet).

2. Kebutuhan Non-Domestik,

Kebutuhan non-domestik adalah kebutuhan air bersih yang digunakan

untuk beberapa kegiatan seperti :

 Kebutuhan institusional.

(30)

tempat pendidikan atau sekolah.

 Kebutuhan komersial dan industri.

merupakan kebutuhan air bersih untuk kegiatan hotel, pasar,

pertokoan, restoran. Sedangkan kebutuhan air bersih untuk industry

biasanya digunakan untuk air pendingin, air pada boiler untuk

pemanas, bahan baku proses.

 Kebutuhan fasilitas umum.

merupakan kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempat-tempat

ibadah, rekreasi, terminal.

Dilihat dari pengertiannya air baku adalah air yang digunakan untuk kepentingan

manusia sehari-hari. Data-data yang mempengaruhi neraca air baku:

1. Hubungan debit andalan 20 % terkering dengan jumlah penduduk yang

dapat dilayani

2. Kebutuhan air baku untuk penduduk / liter / hari

3. Kebutuhan air baku untuk penduduk dan atau hewan.

Menurut Ditjen Cipta Karya (2002) standar kebutuhan air ada 2 (dua)

macam yaitu:

1. Standar kebutuhan air domestik

Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan

pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan

sehari-hari seperti; memasak, minum, mencuci dan keperluan rumah

(31)

Tabel 2. 1 Penentuan Tingkat Layanan Air Baku

2. Standar kebutuhan air non domestik

Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar

keperluan rumah tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain:

a) Penggunaan komersil dan industri

yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersil dan industri.

Penggunaan air = Volume air : Satuan produk

Penetapan baku mutu limbah cair melalui debit limbah cair maksimum

didasarkan pada tingkat produksi bulanan yang sebenarnya. Digunakan rumus

sebagai berikut:

DM = Dm x Pb ... (2.1)

Dimana:

DM = Debit limbah cair maksimum yang diperbolehkan bagi setiap limbah

industri yang bersangkutan, dinyatakan dalam m3/Bulan.

Dm = Debit limbah cair maksimum, dinyatakan m3 limbah cair persatuan

produk.

(32)

Debit limbah cair yang sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut:

DA = Dp x H ... (2.2)

Keterangan:

DA = debit limbah cair yang sebenarnya, dinyatakan dalam m3/bulan

Dp = hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam m3/hari

H = jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan

b) Penetapan baku mutu limbah cair melalui penetapan pencemaran maksimum

didasarkan pada jumlah unsur pencemar yang terkandung dalam aliran

limbah. Digunakan perhitungan sebagai berikut:

BPM = (CM) x DM x f... (2.3)

Keterangan:

BPM = Beban Pencemaran Maksimum per satuan produk, dinyatakan

dalam kg parameter per satuan produk

(CM)j = kadar maksimum unsur pencemar j, dinyatakan dalam mg/l

DM = debit limbah cair maksimum sesuai dengan jenis industri yang

bersangkutan, dinyatakan dalam m3 limbah cair per satuan produk

f = faktor konversi = 1 kg/1.000.000 mg x 1000 l/m3

Beban pencemaran maksimum sebenarnya dihitung dengan cara

sebagai berikut:

BPA = (CA)j x DA/Pb x f ... (2.4)

Keterangan:

BPA = beban pencemaran sebenarnya, dinyatakan dalam kg parameter per

satuan produk

(33)

DA = debit limbah cair sebenarnya, dinyatakan dalam m3/bulan

Pb = Produksi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan

produk untuk jenis industri yang bersangkutan

f = faktor konversi = 1/1000

c) Penetapan beban pencemaran maksimum perhari digunakan perhitungan

sebagai berikut:

BPMi = BPM x Pb/H ... (2.5)

Keterangan:

BPMi = Beban pencemaran maksimum perhari yang diperbolehkan bagi

jenis industri yang bersangkutan, dinyatakan dalam kg

parameter per hari

Pb = Produksi sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan

produk untuk jenis industri yang bersangkutan.

Beban pencemaran maksimum sebenarnya dihitung dengan cara sebagai

berikut:

BPAi = (CA)j x Dp x f ... (2.6)

Keterangan :

BPAi = Beban pencemaran per hari yang sebenarnya, dinyatakan dalam

kg parameter per hari

(CA) = Kadar sebenarnya unsur pencemar j, dinyatakan dalam mg/l

Dp = Hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam m3/hari

f = faktor konversi = 1/1000

d) Penggunaan umum

(34)

sakit, sekolah-sekolah dan tempat-tempat ibadah.

Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa

kategori antara lain :

 Kota kategori I (Metro)

 Kota kategori II (Kota besar)

 Kota kategori III (Kota sedang)

 Kota kategori IV (Kota kecil)

 Kota kategori V (Desa)

Tabel 2. 2 Kategori kebutuhan air non-domestik

NO URAIAN

domestik l/o/h (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

4 Kehilangan air (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30

5 Faktor hari

Maksimum 1,1 1,1 1,1 1,1 1,1

6 Faktor jam puncak 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5

7 Jumlah jiwa per SR 5 5 5 5 5

8 Jumlah jiwa per HU 100 100 100 100 100

(35)

11 Volume reservoir (% **) 25% perpipaan, 45% non perpipaan

Kebutuhan air bersih non domestik untuk kategori I sampai dengan V dan

beberapa sektor lain adalah sebagai berikut:

(36)

Tabel 2.4 Kebutuhan Air Non Domestik Kota Kategori II, III dan IV

Sumber :Ditjen Cipta Karya

Tabel 2.5 Kebutuhan Air Non Domestik Kota Kategori V

Sumber :Ditjen Cipta Karya

Tabel 2.6 Kebutuhan Air Domestik Kota Kategori lain

Sumber :Ditjen Cipta Karya

2.4. Standar Baku Mutu Limbah Cair

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Limbah Didapat Data Sebagai Berikut :

NO SEKTOR NILAI SATUAN

(37)
(38)

2.5. Standar Kualitas Air Baku

Berdsarkan Permenkes Tentang Standar Kualitas Air Bersih Dan Air Minum

Didapat Data Sebagai Berikut :

Tabel 2. 7 Kualitas Air Baku

Persyaratan air minum Persyaratan air bersih

(39)
(40)
(41)

activity)

Aktifitas beta (Gross Alpha activity)

Bq/L 1,0 1,0

Sumber : permenkes

2.6. Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Unit paket instalasi pengolahan air yang selanjutnya disebut unit paket IPA

adalah unit paket yang dapat mengolah air baku melalui proses fisik, kimia dan

atau biologi tertentu dalam bentuk yang kompak sehingga menghasilkan air minum

yang memenuhi baku mutu yang berlaku, didesain dan dibuat pada suatu tempat

yang selanjutnya dapat dirakit di tempat lain dan dipindahkan, yang terbuat dari

bahan plat baja dan plastik atau fiber. Komponen paket unit Instalasi Pengolahan

Air (IPA) sesuai diagram proses sebagai berikut :

Gambar 2. 1 Unit instalasi pengolahan air

Komponen paket unit Instalasi Pengolahan Air (IPA) sesuai diagram proses

(42)

Tabel 2. 8 Komponen Unit Pengolahan Air

No. Komponen Jenis

1 Komponen Utama

Unit pengambil air baku Air permukaan, air tanah Pengukur aliran air ambang tajam, turbin, pitot,

elektromagnetik dan ultrasonik Pembubuh larutan kimia Pompa dosing, gravitasi

Mixer Mekanis, hidrolis, in line dan kompresor

Koagulasi Hidrolis, Mekanis

Flokulasi Hidrolis, Mekanis

Sedimentasi/klarifikasi Gravitasi, floating Filtrasi Saringan pasir cepat

Desinfeksi Pompa dosing

2 Komponen Penunjang

Penampung Reservoir

Distribusi Gravitasi, pemompaan

2.6.1 Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk cepat)

Kriteria perencanaan untuk unit koagulasi (pengaduk cepat) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 2. 9Kriteria perencanaan unit koagulasi (pengaduk cepat)

Unit Kriteria

(43)

2.6.2 Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)

Kriteria perencanaan untuk unit flokulasi (pengaduk lambat) dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. 10 Kriteria perencanaan unit flokulasi (pengaduk lambat)

Kriteria umum

Keterangan: * termasuk ruang sludge blanket

2.6.3 Kriteria perencanaan unit flotasi (pengapungan)

(44)
(45)

2.7. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Lingkungan yang bersih bebas dari segala polusi dan kotoran

merupakan dambaan setiap orang. Namun pesatnya perkembangan di

segala bidang membawa akibat atau dampak pada lingkungan yaitu

LIMBAH.

Limbah pada umumnya terbagi tiga yaitu :

1. Limbah padat ( solid wastes )

2. Limbah cair ( liquid wastes )

3. Limbah gas ( gaseous wastes )

Ketiga limbah tersebut akan sangat mengganggu dan membawa

dampak yang buruk bagi lingkungan. Adapun dampak atau efek samping

dari limbah tersebut dapat berupa

1. Membahayakan kesehatan manusia.

2. Dapat merusak dan membunuh kehidupan / lingkungan .

3. Dapat merusak keindahan dan pemandangan.

Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas

maupun kualitasnya adalah suatu hal yang perlu dipahami dalam

merencanakan suatu unit pengolahan limbah air buangan. Kualitas air

(46)

1. Karakteristik fisik.

Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah solid ( zat padat

), temperatur, warna, bau.

2. Karakteristik kimia

Terbagi dalam tiga kategori : zat organik, zat anorganik dan gas – gas.

Polusi zat organik biasanya dinyatakan dalam BOD (Biological Oxygen Demand)

dan COD (Chemical Oxygen Demand ).

3. Karakteristik Biologi

Merupakan banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam air

limbah tersebut, seperti : bakteri, algae, virus, fungi. Sifat biologis ini perlu

diketahui dalam kaitannya untuk mengetahui tingkat pencemar air limbah

sebelum dibuang ke badan air penerima.

Bahan polutan yang terkandung di dalam air buangan secara umum dapat

diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan

tersuspensi dan bahan terlarut. Selain dari tiga kategori tersebut, masih ada

lainnya yaitu panas, warna, rasa, bau dan radioaktif. Menurut sifatnya tiga

kategori bahan polutan tersebut dapat dibedakan sebagai yang mudah

terurai secara biologi (biodegradable) dan tidak mudah terurai secara

biologi (non biodegradable).

Dampak terhadap badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan

(47)

Suhu

Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan

maksimum untuk hidupnya dan mempunyai kemempuan menyesuaikan diri

sampai batas tertentu. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar dalam

proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Selain itu suhu

juga berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi

temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami

kejenuhan. Suhu air untuk budidaya ikan berkisar antara 25 – 300C.

pH

Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Batas minimum air

tawar pada umumnya adalah pada pH 4 dan batas maksimum pada pH11.

Oksigen terlarut (DO)

Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting

bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan oksigen

dalam bentuk oksigen terlarut. Oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH

dan karbondioksida. Air kolam yang mengandung konsentrasi oksigen

terlaut yang rendah akan mempengaruhi kesehatan ikan, karena ikan lebih

mudah terserang penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut

dibawah 4 – 5 mg/l maka ikan tidak mau makan dan tidak berkembang

(48)

untuk jangka waktu yang lama maka ikan akan menghentikan makan dan

pertumbuhannya terhenti. Kadar oksigen 0,2 – 0,8 mg/l merupakan

konsentrasi yang dapat mematikan ikan gurameh.

Zat organik terlarut (BOD)

Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen

terlarut di badan air, sehingga badan air tersebut mengalami kekurangan

oksigen yang sangat diperlukan oleh kehidupan air dan menyebabkan

menurunnya kualitas badan air tersebut.

COD (Chemical Oxygen Demand)

COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu

limbah dengan mengukur jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat – zat

organik yang terdapat pada air limbah tersebut. COD adalah ukuran dari

jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimia bahan – bahan

organik perairan. COD juga dikatakan sebagai jumlah oksigen yang

dikonsumsi.

Mengingat sifat – sifat limbah sedemikian kompleksnya maka cara

pengolahannya harus disesuaikan dengan sifat – sifat limbah yang

bersangkutan, harus dilakukan survei, analisis contoh limbah dan yang

paling penting adalah dilakukan percobaan dalam skala laboratorium untuk

menentukan parameter yang akan digunakan sebagai kriteria perencanaan.

Proses pengolahan air limbah merupakan proses tiruan dari proses self

(49)

prosesnya meliputi tahapan – tahapan perbaikan kualitas air yang terdiri

dari empat zone, yaitu dimulai dari zone degradasi, zone pengurai aktif,

zone perbaikan dan zone normal yang waktunya dipersingkat.

Penyingkatan waktu tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui

pengolahan limbah. Unsur – unsur yang tidak dikehendaki kehadirannya

dalam air limbah dapat dihilangkan dengan cara fisik, kimia, dan biologi.

Cara pengolahan secara fisik disebut unit operasi. Sedangkan pengolahan

dengan mempergunakan zat – zat kimia atau aktivitas biologi disebut unit

proses. Pengolahan fisik sering disebut pengolahan primer dengan maksud

untuk mereduksi zat padat tersusupensi dan tergantung dari waktu tinggal

dalam bak pengendapan. Pengolahan kimia sering disebut pengolahan

sekunder yang bertujuan untuk mengendapkan partikel yang mudah

mengendap. Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder

dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dalam limbah

cair (BOD).

B . Pengolahan air limbah

Pengolahan Fisik

Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air

buangan diinginkan agar bahan – bahan tersusupensi berukuran besar dan

ang mudah mengendap atau bahan – bahan yang terapung disisihkan

terlebih dahulu. Metode – metode pengolahan secara fisik meliputi

penyaringan, pengendapan, pengapungan, pengadukan dan pengeringan

(50)

1. Screen (Penyaringan)

Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti

sampah dan benda- benda terapung lainnya.

2. Equalisasi

Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan,

misalnya unsur – unsur pH, warna, BOD dan sebagainya. Hal ini akan

menyulitkan dalam pengoperasian suatu instalasi pengolahan air limbah,

sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah tersebut diolah.

3. Sedimentasi (Pengendapan)

Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel – partikel

tersuspensi yang terjadi bila air diam atau mengalir secara lambat melalui

bak. Partikel – partikel ini akan terkumpul pada dasar kolam, membentuk

suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan berada dalam

kondisi yang jernih. Proses pengendapan yang terjadi dalam suatu bak

pengendapan merupakan unit utama pada pengolahan fisik. Ada dua

macam bak pengendapan yaitu bak pengendapan dengan arah aliran

horizontal dan aliran vertikal.

4. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)

Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk

campuran yang homogen. Stiring adalah pengadukan campuran homogen

(51)

5. Pengeringan lumpur

Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik

yang terdiri dari salah satu atau kombinasi unit – unit berikut :

1. Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)

2. Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)

Pengolahan Kimia

Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan

air buangan industri adalah koagulasi – flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan

desinfeksi. Pengolahan ini menggunakan zat – zat kimia sebagai pembantu

yang bertujuan untuk menghilangkan partikel – partikel yang tidah mudah

mengendap (koloid), logam berat dan zat organik beracun.

Pengolahan Biologi

Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan

memanfaatkan aktivitas biologi (aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan

menyisihkan bahan pencemar dalam air limbah. Proses pengolahan biologi

adalah penurunan bahan organik terlarut dan koloid dalam air limbah

menjadi serat – serat sel biologi (berupa endapan lumpur), kemudian

diendapkan pada bak sedimentasi. Proses ini dapat berlangsung secara

aerob (dengan bantuan oksigen) maupun anaerob (tidak dengan bantuan

(52)

D. Cara Kerja IPAL

a. Pompa Air Baku (Raw water pump)

Pompa air baku yang digunakan jenis setrifugal dengan kapasitas

maksimum yang dibutuhkan untuk unit pengolahan (daya tarik minimal 9

meter dan daya dorong 40 meter). Air baku yang dipompa berasal dari bak

akhir dari proses pengendapan pada hasil buangan limbah industri pelapisan

logam.

b. Pompa Dosing (Dosing pump)

Merupakan peralatan untuk mengijeksi bahan kimia (ferrosulfat dan

PAC) dengan pengaturan laju alir dan konsentrasi tertentu untuk mengatur

dosis bahan kimia tersebut. Tujuan dari pemberian bahan kimia ini adalah

sebagai oksidator.

c. Pencampur Statik (Static mixer)

Dalam peralatan ini bahan-bahan kimia dicampur sampai homogen

dengan kecepatan pengadukan tertentu untuk menghindari pecah flok.

d. Bak Koagulasi-Flokulasi

Dalam unit ini terjadi pemisahan padatan tersuspensi yang

terkumpul dalam bentuk-bentuk flok dan mengendap, sedangkan air

(53)

e. Pompa Filter

Pompa yang digunakan mirip dengan pompa air baku. Pompa ini

harus dapat melalui saringan multimedia, saringan karbon aktif, dan

saringan penukar ion.

f. Saringan Multimedia

Air dari bak koagulasi-flokulasi dipompa masuk ke unit

penyaringan multimedia dengan tekanan maksimum sekitar 4 Bar. Unit ini

berfungsi menyaring partikel kasar yang berasal dari air olahan. Unit filter

berbentuk silinder dan terbuat dari bahan fiberglas. Unit ini dilengkapi

dengan keran multi purpose (multiport), sehingga untuk proses pencucian

balik dapat dilakukan dengan sangat sederhana, yaitu dengan hanya

memutar keran tersebut sesuai dengan petunjuknya. Tinggi filter ini

mencapai 120 cm dan berdiameter 30 cm. Media penyaring yang digunakan

berupa pasir silika dan mangan zeolit. Unit filter ini juga didisain secara

khusus, sehingga memudahkan dalam hal pengoperasiannya dan

pemeliharaannya. Dengan menggunakan unit ini, maka kadar besi dan

mangan, serta beberapa logam-logam lain yang masih terlarut dalam air

dapat dikurangi sampai sesuai dengan kandungan yang diperbolehkan

untuk air minum.

g. Saringan Karbon Aktif

Unit ini khusus digunakan untuk penghilang bau, warna, logam

(54)

adalah karbon aktif granular atau butiran dengan ukuran 1 – 2,5 mm atau

resin sintetis, serta menggunakan juga media pendukung berupa pasir silika

pada bagian dasar.

h. Saringan Penukar Ion

Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium ditukardengan

sodium. Pertukaran ini berlangsung dengan cara melewatkan air sadah ke

dalam unggun butiran yang terbuat dari bahan yang mempunyai

kemampuan menukarkan ion. Bahan penukar ion pada awalnya

menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu greensand yang biasa

disebut zeolit, Agar lebih efektif Bahan greensand diproses terlebih dahulu.

Disamping itu digunakan zeolit sintetis yang terbuat dari sulphonated coals

dan condentation polymer. Pada saat ini bahan-bahan tersebut sudah diganti

dengan bahan yang lebih efektif yang disebut resin penukar ion. Resin

penukar ion umumnya terbuat dari partikel cross-linked polystyrene.

Apabila resin telah jenuh maka resin tersebut perlu diregenerasi. Proses

regenerasi dilakukan dengan cara melewatkan larutan garam dapur pekat ke

dalam unggun resin yang telah jenuh. Pada proses regenerasi terjadi reaksi

sebaliknya yaitu kalsium dan magnesium dilepaskan dari resin, digantikan

dengan sodium dari larutan garam.

i. Sistem Jaringan Perpipaan

Sistem jaringan perpipaan terdiri dari empat bagian, yaitu jaringan

inlet (air masuk), jaringan outlet (air hasil olahan), jaringan bahan kimia

(55)

jaringan ini dilengkapi dengan keran-keran sesuai dengan ukuran

perpipaan. Diameter yang dipakai sebagian besar adalah 1” dan

pembuangan dari bak koagulasi-flokulasi sebesar 2“. Bahan pipa PVC

(56)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dan makhluk hidup lainnya di muka bumi ini sangat memerlukan air

sebagai salah satu sumber daya utama. Adapun dua hal yang meliputi yang

menyangkut kebutuhan air yaitu : kehidupan air sebagai makhluk hayati dan

kehidupan air sebagai makhluk berbudaya. Air untuk makhluk hayati di gunakan

secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung air digunakan dalam proses

metabolisme dalam tubuh. Selain itu air juga berfungsi sebagai pengatur suhu

tubuh, sedangkan air yang digunakan secara tidak langsung antara lain untuk

pertanian, perikanan dan industri. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya

memerlukan air untuk kehidupan sehari-hari misalnya : memasak, mencuci dan

mandi.

Seperti yang kita ketahu, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh manusia

menyebabkan polusi air. Yang penyebab utamanya adalah pencemaran air melalui

limbah pabrik dan limbah rumah tangga yang berupa zat-zat kimia yang

dihasilkan dari kegiatan maunisa lainnya. Hal ini tentu memberi dampak negatif

terhadap lingkungan, bahkan pencemaran air tersebut dapat membunuh makhluk

yang disekitarnya.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Air limbah atau air buangan adalah

sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri, ataupun

(57)

membahayakan bagi kesehatan manusia, mempengaruhi aktivitas makhluk hidup

lainnya, dan dapat merusak lingkungan hidup.

Meskipun dinamakan air sisa, volumenya besar karena kurang lebih 80% dari

air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang

lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya, air limbah ini

akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan kembali oleh

manusia.

Berkembangnya berbagai industri, seperti Usaha Mikro dan Kecil Menengah

(UMKM) pengrajin batik motif Medan yang terdapat di Medan Tembung.

UMKM tersebut meproduksi kain batik khas Sumatera Utara yaitu batik dengan

motif yang disesuaikan dengan lima etnis Batak yang ada di Sumatera Utara yaitu

Mandailing Tapanuli Utara (Toba) Simalungun Karo Pakpak Dairi dan Tapanuli

Tengah.

Proses produksi kain batik terdiri dari tiga tahapan yaitu pewarnaan,

pemberian malam (lilin) pada kain dan pelepasan lilin pada kain. Jika proses

pewarnaan dan pemberian malam selesai maka malam dilunturkan dengan proses

pemanasan. Batik yang telah jadi direbus hingga malam menjadi leleh dan

terlepas dari air. Proses perebusan ini dilakukan dua kali, yang terakhir dengan

larutan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan

menghindari kelunturan. Setelah perebusan selesai, batik direndam air dingin dan

dijemur. Proses pembatikan tersebut menghasilkan limbah cair batik yang

menimbulkan masalah pada lingkungan jika tidak dikelola. Limbah cair batik

(58)

Keterbatasan air bersih untuk proses pewarnaan dan pelontoran (perebusan)

memerlukan jumlah air yang cukup banyak, hal tersebut akan menambah biaya

produksi. Seperti kita ketahui bahwa UMKM selalu terkendala dengan modal.

Gambar 1. 1 Limbah cair hasil proses pewarnaan dan pelontoran batik

Gambar 1. 2 Limbah cair langsung dibuang ke saluran drainase

Limbah cair batik merupakan bagian dari industri batik yang selama ini

selalu menjadi persoalan karena tergolong dalam limbah B3 (Sarto, 1994). Sudah

menjadi kenyataan, sebagian besar pelaku industri enggan untuk mengolah

limbahnya, hal ini dikarenakan untuk proses pengolahan limbah selalu

dibutuhkan biaya yang tidak murah. Belum lagi kesulitan-kesulitan teknik dalam

(59)

begitu saja tanpa memikirkan dampaknya. Selain itu juga Ketersediaan air baku

untuk proses pewarnaan dan pelontoran juga menjadi masalah. Para pelaku

UMKM hanya mengandalkan pemakaian air dari PDAM,

Industri batik rumahan yang terdapat di wilayah Kelurahan Bantan Medan

Tembung merupakan salah satu dari tiga tempat produsen batik Medan. Dari

ketiga wilayah tersebut sebagian besar masyarakatnya masih tidak nyaman dari

pencemaran limbah batik hasil proses produksi.

Jumlah pengrajin batik di Jalan Bersama Gang Musyawarah ada 10

pengrajin batik. Limbah cair batik di Jalan Bersama, Kelurahan Bantan,

Kecamatan Medan Tembung Kota Medan masih menjadi problem bagi pengrajin

batik dan masyarakat, hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk

mendapatkan hasil analisis kualitas air limbah batik yang meliputi kebutuhan air

dan biaya. Ketersediaan air baku untuk proses pewarnaan dan pelontoran juga

menjadi permasalahan. Para pengrajin batik hanya mengandalkan pemakaian air

PDAM. Pada jam-jam tertentu air yang dialirkan dari PDAM tidak dapat

memenuhi pasokan kebutuhan air untuk proses produksi. Salah satu pengrajin ada

yang masih mengandalkan air sumur yang terkadang tidak mencukupi sehingga

harus menggunakan air PDAM. Hal tersebut tentu akan menambah beban biaya

produksi batik sehingga sulit bagi UMKM batik tersebut untuk berkembang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut :

(60)

2. Keterbatasan ketersediaan air baku untuk proses pewarnaan dan

pelontoran pada produksi kain batik.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya hal yang dapat mempengaruhi dalam suatu penelitian,

maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Analisis kebutuhan air dan pengolahan air hanya dilakukan di pengrajin

ardhina batik motif medan

2. Konsep pengolahan limbah berdasarkan metode elektrokoagulasi

3. Proses produksi menggunakan suplai air dari PDAM

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini untuk menganalisis kebutuhan air pada sektor non

domestik kategori industri kecil di ardhina batik motif medan.

Tujuan dari penelitian ini :

a. Menghitung jumlah kebutuhan air untuk proses produksi batik

b. Menganalisis pengolahan limbah cair batik dengan proses daur ulang

dengan metode elektrokoagulasis

c. Desain Bak elektrokoagulasi dan Bak pengendap

d. Menghitung perbandingan biaya produksi (simulasi biaya seluruh

kegiatan produksi) dengan pemenuhan kebutuhan air dari:

 Suplai air PDAM

(61)

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberikan

informasi masukan sebagai berikut :

a. Memberikan informasi mengenai tingkat kebutuhan air sektor

nondomestik untuk kategori industri kecil atau home industri.

b. Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai prediksi kebutuhan air di masa mendatang.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran mengenai keseluruhan tulisan ini, maka

diuraikan secara singkat mengenai bab - bab yang ada didalamnya sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memberikan uraian singkat mengenai tugas akhir ini

sebelum memasuki tahap pembahasan. Uraian dalam bab ini mencakup latar

belakang, maksud dan tujuan, rumusan dan batasan masalah, metode penulisan,

serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan tentang tinjauan secara umum mengenai sumber

daya air, manajemen kebutuhan air baku industri kecil dan limbah dari hasil

produksi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian meliputi : gambaran

(62)

pengumpulan dan analisis data.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan tentang hasil dan analisa mengenai jumlah

kebutuhan air industri kecil atau home industri di kawasan tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini merupakan penutup dari keseluruhan penulisan yang berisi

kesimpulan dan saran-saran.

1.7. Jadwal Kegiatan Penelitian

Tabel 1. 1 Jadwal kegiatan penelitian

No. Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3 4

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan proposal

3 Survey awal

4 Evaluasi proposal

5 Pelaksanaan penelitian

6

Pengolahan data, analisis

dan penyusunan laporan

(63)

ABSTRAK

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya memerlukan air untuk kehidupan sehari-hari seperti memasak, mencuci, mandi dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan polusi air yang salah satu penyebabnya adalah pencemaran air melalui limbah pabrik. Jumlah pengrajin batik di Jalan Bersama Gang Musyawarah ada 10 pengrajin batik dan masih mengandalkan air sumur yang terkadang tidak mencukupi sehingga harus menggunakan air PDAM. Hal tersebut tentu akan menambah beban biaya produksi batik sehingga sulit bagi UMKM batik yang notabenenya masih tradisional tersebut untuk berkembang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengurangan kandungan parameter limbah dan kebutuhan air yang digunakan dalam proses produksi batik setelah menggunakan air dari proses daur ulang. Proses daur ulang terdiri dari 3 tahapan, yakni pemisahan, pengendapan dan penyaringan. Air yang dihasilkan dari proses daur ulang kemudian digunakan kembali dan dihitung anggaran biayanya.

Tahap pemisahan menggunakan proses elektrokoagulasis dimana dalam prosesnya listrik digunakan sebagai pemisah antara limbah dan air bersih. Pengendapan berlangsung selama 1x24 jam dengan tujuan agar limbah dan air bersih terpisah dengan sempurna. Selanjutnya limbah yang telah menggumpal namun masih bercampur dengan air di saring didalam bak penyaringan. Jumlah kebutuhan air untuk proses produksi batik sebesar 45 m3 perbulan

Dari penelitian diperoleh kebutuhan air untuk proses produksi batik sebesar 45 m3. Untuk mendaur ulang pemakaian air perharinya diperlukan dimensi bak elektrokoahgulasi sebasar1,5x0,5x0,5 m dan bak pengendap sebesar 1,7x1x0.9 m. Air yang telah didaur ulang mengalami penurunan terhadap parameter limbahnya dengan kadungan COD, BOD, TSS, TDS dan PH masing-masing sebesar 14.19 mg/l, 4.54 mg/l, 14 mg/l, 1815 mg/l, 6.7. Air yang telah menurun parameter limbahnya dapat digunakan kembali dalam proses produksi batik dan mencukupi kebutuhan penggunaan air.

(64)

STUDI ANALISIS KEBUTUHAN AIR SEKTOR

NON-DOMESTIK KATEGORI INDUSTRI KECIL DI

SENTRA PENGRAJIN BATIK

MOTIF MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil

Oleh:

WAHYU RAMDANI SIREGAR

11 0404 031

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(65)

ABSTRAK

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya memerlukan air untuk kehidupan sehari-hari seperti memasak, mencuci, mandi dan lain sebagainya. Seperti yang kita ketahui berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan polusi air yang salah satu penyebabnya adalah pencemaran air melalui limbah pabrik. Jumlah pengrajin batik di Jalan Bersama Gang Musyawarah ada 10 pengrajin batik dan masih mengandalkan air sumur yang terkadang tidak mencukupi sehingga harus menggunakan air PDAM. Hal tersebut tentu akan menambah beban biaya produksi batik sehingga sulit bagi UMKM batik yang notabenenya masih tradisional tersebut untuk berkembang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengurangan kandungan parameter limbah dan kebutuhan air yang digunakan dalam proses produksi batik setelah menggunakan air dari proses daur ulang. Proses daur ulang terdiri dari 3 tahapan, yakni pemisahan, pengendapan dan penyaringan. Air yang dihasilkan dari proses daur ulang kemudian digunakan kembali dan dihitung anggaran biayanya.

Tahap pemisahan menggunakan proses elektrokoagulasis dimana dalam prosesnya listrik digunakan sebagai pemisah antara limbah dan air bersih. Pengendapan berlangsung selama 1x24 jam dengan tujuan agar limbah dan air bersih terpisah dengan sempurna. Selanjutnya limbah yang telah menggumpal namun masih bercampur dengan air di saring didalam bak penyaringan. Jumlah kebutuhan air untuk proses produksi batik sebesar 45 m3 perbulan

Dari penelitian diperoleh kebutuhan air untuk proses produksi batik sebesar 45 m3. Untuk mendaur ulang pemakaian air perharinya diperlukan dimensi bak elektrokoahgulasi sebasar1,5x0,5x0,5 m dan bak pengendap sebesar 1,7x1x0.9 m. Air yang telah didaur ulang mengalami penurunan terhadap parameter limbahnya dengan kadungan COD, BOD, TSS, TDS dan PH masing-masing sebesar 14.19 mg/l, 4.54 mg/l, 14 mg/l, 1815 mg/l, 6.7. Air yang telah menurun parameter limbahnya dapat digunakan kembali dalam proses produksi batik dan mencukupi kebutuhan penggunaan air.

(66)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan

karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulisan untuk menyelesaikan Tugas

Akhir ini. Shalawat dan salam ke atas baginda Rasulullah Muhmmad SAW yang

telah memberi keteladanan tauhid, ikhtiar dan kerja keras sehingga menjadi

panutan dalam menjalankan setiap aktifitas kami sehari hari, karena sungguh

suatu hal yang sangat sulit yang menguji ketekunan dan kesabaran untuk tidak

pantang menyerah dalam menyelesaikan penulisan ini.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi dalam Program Studi Strata Satu (S1) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi yang diambil adalah: “Studi

analisis kebutuhan air sektor non domestik kategori industri kecil di sentra

pengerajin batik motif medan”

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini tidak

terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu :

1. Ayahanda Elpin riswan siregar S.E dan Ibunda Nurlaili hasibuan S.IP

tercinta yang telah banyak berkorban moril dan materiil, memberikan

(67)

2. Bapak Ir. Alferido selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

arahan, masukan, dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk

membantu saya menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Teruna Jaya M.Sc. selaku koordinator bidang studi Teknik

Sumber Daya Air.

6. Bapak Ivan Indrawan, ST. MT, dan Kak Riza Inanda Siregar, ST. MT.

selaku Dosen Pembanding, atas saran dan masukan yang diberikan kepada

penulis terhadap Tugas Akhir ini.

7. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini

kepada penulis.

9. Abang kandungku dan kakak kandungku Ahmad ansyari siregar S.H M.H

dan Elisya fitri S.Farm yang telah menjadi inspirasi dan semangat, serta

membantu finansial penulis.

10.Teman yang selalu memeberikan semangat Putri Zhafira chuznita dan

Dika Swandana yang membantu dalam penelitian ini

11.Abang/kakak dan teman-teman seperjuangan di Sipil USU bang robi, bang

(68)

barly, dian, imfim, ilham, kobol, rae, budi, bara, rendra, tandem, suped,

hilman, yogi, serta kawan-kawan seperjuangan angkatan 2011 yang tidak

dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan bantuannya

selama ini.

12.Dan segenap pihak yang belum penulis sebut di sini atas jasa-jasanya

dalam mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka

penulis menyadari bahwa laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca

diharapkan untuk penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 2017

Penulis

(69)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR NOTASI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Batasan Masalah ... 5

1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

1.6. Sistematika Penulisan ... 6

1.7. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Umum ... 8

2.2. Sumber Air Baku ... 8

Gambar

Gambar 3. 1 Lokasi pengerajin ardhina batik motif medan
Gambar 3. 3 Manajemen Produksi Ardhina Batik Motif Medan
Gambar 4. 2 Sampel Limbah
Tabel 4. 1 Hasil Analisa Penurunan Kandungan Parameter Limbah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui nilai parameter air limbah batik, dan untuk mengetahui nilai perbandingan parameter air limbah dari wilayah lain apakah memenuhi ambang batas,

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas dan kuantitas air sungai yang kemasukan limbah cair batik; (2) mengetahui kualitas air sungai Pete dapat

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah : i) untuk membandingkan proses pengolahan air limbah secara kimia dan fisika, ii) mengetahui kandungan parameter pencemar air limbah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi biogas yang dalam peralatan modifikasi digester secara fed batch dari pengolahan air limbah industri minyak kelapa

Maka dari itu dengan penulisan agar dalam kapal ini mempunyai sistem pengolah limbah domestik grey water yang bertujuan mengolah kembali dari limbah untuk menjadi

Tujuan penelitian adalah mengetahui efisiensi penurunan kadar warna air limbah industri batik R dengan menggunakan Multi Soil Layering, mengukur kadar warna awal air

Limbah cairnya mengandung warna yang berasal dari logam timbal sebesar 82,561 mg/l yang melebihi Baku Mutu air limbah batik berdasar Perda Jateng No.10 tahun 2004, yaitu

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas dan kuantitas air sungai yang kemasukan limbah cair batik; (2) mengetahui kualitas air sungai Pete dapat