• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Rekayasa Nilai (Value Engineering) Pada Pembangunan Proyek Ketenagalistrikan Pasca Reformasi Di Indonesia (Studi Kasus, Pltu Pangkalan Susu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Rekayasa Nilai (Value Engineering) Pada Pembangunan Proyek Ketenagalistrikan Pasca Reformasi Di Indonesia (Studi Kasus, Pltu Pangkalan Susu)"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

[1] C. DR. Suriana Chandra, MAXIMIZING CONSTRUCTION PROJECY AND INVESTMENT BUDGET EFFICIENCY WITH VALUE ENGINEERING, Jakarta: Kompas Gramedia, 2014. [2] WEST VIRGINIA DEPARTMENT OF TRANSPORTATION, Value Engineering Manual,

Virginia: WVDOH OFFICE SERVICES DIVISON, 2004.

[3] J.Supantor, Ekonometrik Buku Satu, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia, 1983.

[4] Y. Oktopianto, "Analisis Keterlambatan Proyek Konstruksi Dengan Konsep Earned Value Analysis Pada Proyek Gedung Dinas Komunikasi dan Informasi Jawa Timue," 2012. [5] S. Herawati Zetha Rahman, "Analisa Penerapan Metode Value Engineering Pada Industri

Konstruksi di Indonesia," JURNAL TEKNIK FTUP, vol. 27, pp. 119-126, 2014.

(2)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan pada PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & II. Penelitian akan dilaksanakan setelah seminar proposal disetujui. Lama penelitian direncanakan selama dua bulan.

3.2 Data – Data Yang Dibutuhkan

Data – data yang dibutuhkan merupakan data yang diambil dari data PT. PLN (Persero), seperti :

1. Data histori pembangunan PLTU Pangkalan Susu. 2. Spesifikasi PLTU Pangkalan Susu Unit I dan II. 3. Statistik PLN.

3.3 Prosedur Penelitian

Untuk mengetahui berapa besar biaya investasi yang bisa dihemat dilakukan perkiraan perhitungan dari total biaya investasi yang direncanakan dari awal pembangunan PLTU pangkalan susu.

(3)

3.4 Pelaksanaan Penelitian

(4)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHANSAN 4.1 Gambaran Umum Proyek

PLTU Pangkalan Susu adalah pembangkit listrik berbahan bakar batubara. Pembangunan proyek PLTU ini guna memenuhi pasokan tenaga listrik yang akan mengalami defisit sampai beberapa tahun mendatang, serta menunjang program diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik dari bahan bakar minyak (BBM) ke non BBM dengan memanfaatkan batubara berkalori rendah.

Adapun data-data umum proyek Pembangunan PLTU Pangkalan Susu adalah sebagai berikut :

a. Kontraktor : Guandong Power Engineering Corp. & PT. Bagus Karya b. Konsultan : PLN Enjiniring (Design Review & Approval)

KSO PT. Jaya CM – PT. Power Plant Servis – PT. Pemetar ACE (Construction Supervision)

c. Kapasitas : 2 x 200 MW

d. Transmisi : 275 kV (Pangkalan Susu – Binjai) ± 70 KM e. Nilai Proyek : Rp. 3.500.000.000.000,00

f. Tahun Mulai : 2008 g. Perkiraan Selesai : 2010

(5)

4.2 Permasalahan Proyek

Proyek pembangunan PLTU Pangkalan Susu ini dikerjakan oleh Guandong Power Engineering Corp. Dan PT. Bagus Karya dengan jangka waktu pelaksanaan proyek 2 tahun. Namun pada awal pelaksanaannya proyek tersebut mengalami keterlambatan yang disebabkan adanya proses pembebasan lahan dan beberapa kali pindah lokasi proyek karena tidak memungkinkannya pembangunan dilakukan di tempat tersebut.

4.3 Penyebab Permasalahan

Penyebab keterlambatan Proyek Pembangunan PLTU Pangkalan Susu adalah sebagai berikut :

1. Adanya proses pembebasan lahan dan beberapa kali pindah lokasi karena tidak memungkinkannya pembangunan dilakukan di tempat tersebut.

2. Faktor – faktor lain yang menyebabkan keterlambatan

a. Kendala komunikasi (bahasa) dengan kontraktor asal RRT.

(6)

setengah harga satu unit PLTU itu sendiri, hal ini menyebabkan PLTU Tahap 1 tidak kunjung beroperasi.

c. Kontraktor RRT juga gagal mendapatkan pendanaan dari perbankan, sehingga pembangunan tak kunjung dilaksanakan.

d. Salah satu perusahaan peserta konsorsium yang terlambat mengerjakan pembangunan sipil, sehingga alat mekanikal yang seharusnya bisa terpasang tepat waktu menjadi tertunda.

4.4 Perhitungan Total Biaya Investasi Proyek PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 Diketahui :

Lama proyek ( n ) : 5 tahun

Total biaya investasi ~ 2013 : Rp 3.500.000.000.000,00 (tiga triliun lima ratus juta rupiah) BI interest rate 2008 : 8%

Ditanya :

- Total biaya Investasi jika selesai tepat waktu pada tahun 2010.

Jawab :

 Mencari Annual Cost

A = Total Biaya Investasi ÷ n

A = Rp . . . . , ÷

(7)

 Mencari Biaya Awal

P = A ( PA , %i , n )

P = Rp . . . , ( PA , % , )

P = Rp . . . , .

P = Rp . . . . ,

 Jika Selesai Pada Tahun 2010

o Annual Cost

A = P ( AP , %i , n )

A = Rp . . . . , ( AP , % , )

A = Rp . . . . , .

A = Rp . . . . ,

o Total Biaya Proyek

Biaya Proyek = × Rp . . . . ,

Biaya Proyek = Rp . . . . ,

4.5 Perhitungan Rata-Rata Tarif Dasar Listrik per kwh per Periode Diketahui :

Tarif dasar listrik per kwh per jenis daya tiap periode : Lampiran

Jumlah jenis daya : Lampiran

(8)

Rumus :

Rata − Rata TDL Periode n =∑ harga per kwh per jenis daya pada periode n∑jenis daya pada periode n

Jawab :

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Periode Juli 2010 – Januari 2011

Rata − Rata TDL Periode Juli – Januari = Rp . ,

Rata − Rata TDL Periode Juli – Januari = Rp ,

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Periode Febuari 2011 – Desember 2012

Rata − Rata TDL Periode Febuari – Desember = Rp . ,

Rata − Rata TDL Periode Febuari – Desember = Rp ,

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Periode Januari 2013 – Maret 2013

Rata − Rata TDL Periode Januari – Maret = Rp . ,

Rata − Rata TDL Periode Januari – Maret = Rp ,

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Periode April 2013 – Juni 2013

Rata − Rata TDL Periode April – Juni = Rp

Rata − Rata TDL Periode April – Juni = Rp ,

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Periode Juli 2013 – September 2013

Rata − Rata TDL Periode Juli – September = Rp . ,

Rata − Rata TDL Periode Juli – September = Rp ,

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Periode Oktober 2013 – Desember 2014

Rata − Rata TDL Periode Oktober – Desember = Rp . ,

(9)

 Tabel Rata-Rata Tarif Dasar Listrik per Periode

Periode Tarif (Rupiah/kwh) Juli 2010 - Januari 2011 736,57 Febuari 2011 - Desember 2012 735,41 Januari 2013 - Maret 2013 756,72 April 2013 - Juni 2013 789,94 Juli 2013 - September 2013 817,19 Oktober 2013 - Desember 2014 853,5

Tabel 4.1 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Per Periode

4.6 Rata – Rata Tarif Dasar Listrik per kwh per Tahun

Diketahui :

Rata – rata tarif dasar listrik per kwh per periode : Tabel 4.1

Ditanya :

Rata – rata tarif dasar listrik per kwh per tahun.

Rumus :

Rata − Rata TDL Tahun n = ∑rata − rata TDL per bulan

Jawab:

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Tahun 2011

(10)

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Tahun 2012

Rata − Rata TDL Tahun = × Rp ,

Rata − Rata TDL Tahun = Rp ,

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Tahun 2013 Rata − Rata TDL Tahun

= × Rp , + × Rp , + × Rp , + × Rp ,

Rata − Rata TDL Tahun = Rp ,

 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Tahun 2014

Rata − Rata TDL Tahun = × Rp ,

Rata − Rata TDL Tahun = Rp ,

 Tabel Rata-Rata Tarif Dasar Listrik per kwh per Tahun

Tahun Tarif (Rupiah/kwh)

2011 735,50

2012 735,41

2013 805,08

2014 853,50

(11)

4.7 Daftar Tunggu PLN Diketahui:

Daftar tunggu PLN : Lampiran

Ditanya :

Total daya aktif (MW) daftar tunggu PLN per tahun.

Rumus :

Daya Aktif MW = Daya Nyata kVA × × cos φ

cos φ = ,

Jawab :

 Total Daftar Tunggu PLN Tahun 2011

Daya Aktif MW = . , × × ,

Daya Aktif MW = ,

 Total Daftar Tunggu PLN Tahun 2012

Daya Aktif MW = . , × × ,

Daya Aktif MW = ,

 Total Daftar Tunggu PLN Tahun 2013

Daya Aktif MW = . , × × ,

Daya Aktif MW = ,

 Total Daftar Tunggu PLN Tahun 2014

(12)

 Tabel Daftar Tunggu PLN per Tahun dan Kontribusi PLTU Pangkalan Susu

Tabel 4.3 Total Daftar Tunggu PLN per Tahun dan Kontribusi PLTU Pangkalan Susu

Gambar 4.1 Grafik Total Daftar Tunggu PLN & Kontribusi PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2

0

Total Daftar Tunggu PLN & Kontribusi PLTU

Pangkalan Susu Unit 1 & 2

(13)

4.8 Total Biaya Penjualan Listrik Diketahui:

Tarif Dasar Listrik per Tahun : Tabel 4.2 Kapasitas PLTU Pangkalan Susu ( P ) : 2 × 200 MW Efisiensi Pembangkit ( cos φ ) : 0.85

Waktu hidup pembangkit per tahun ( h ) : 8000 jam

Ditanya :

Total biaya penjualan listrik per tahun.

Rumus:

Total Biaya Tahun n = P × × cos φ × h × TDL tahun n

Jawab :

 Total Penjualan Listrik Tahun 2011

Total Biaya Tahun = × × , × × Rp ,

Total Biaya Tahun = , Triliun Rupiah

 Total Penjualan Listrik Tahun 2012

Total Biaya Tahun = × × , × × Rp ,

Total Biaya Tahun = , Triliun Rupiah

 Total Penjualan Listrik Tahun 2013

Total Biaya Tahun = × × , × × Rp ,

(14)

 Total Penjualan Listrik Tahun 2014

Total Biaya Tahun = × × , × × Rp ,

Total Biaya Tahun = , Triliun Rupiah

 Total Penjualan Listrik Apabila Pembangunan Selesai Tepat Waktu Total Penjualan Listrik

= , + , + , + , Triliun Rupiah

Total Penjualan Listrik = , Trilin Rupiah

 Tabel Total Biaya Penjualan Listrik PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2

Tahun Biaya (Triliun Rupiah)

2011 2,00056

2012 2,00031

2013 2,18981

2014 2,32152

Total 8,5122

(15)

4.9 Perhitungan Besar Biaya Keterlambatan Apabila PLTU Pangkalan Susu Unit 3 & 4 Terlambat

Diketahui :

Lama proyek ( n ) : 3,75 Tahun (dibulatkan menjadi 4 tahun karena perhitungan dalam tabel bunga tidak bisa 3,75)

Total biaya investasi ~ 2017 : Rp 2.570.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus tujuh puluh juta rupiah)

BI interest rate 2013 : 7 % Ditanya :

- Total biaya Investasi apabila proyek terlambat 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun.

Jawab :

 Mencari Annual Cost

A = Total Biaya Investasi ÷ n

A = Rp . . . . , ÷

A = Rp . . . ,

 Mencari Biaya Awal

P = A ( PA , %i , n )

P = Rp . . . , ( PA , % , )

P = Rp . . . , ,

(16)

 Jika Selesai Pada Tahun 2018

o Annual Cost

A = P ( AP , %i , n )

A = Rp . . . . , ( AP , % , )

A = Rp . . . . , ,

A = Rp . . . ,

o Total Biaya Proyek

Biaya Proyek = × Rp . . . ,

Biaya Proyek = Rp . . . . ,

 Jika Selesai Pada Tahun 2019

o Annual Cost

A = P ( AP , %i , n )

A = Rp . . . . , ( AP , % , )

A = Rp . . . . , ,

A = Rp . . . ,

o Total Biaya Proyek

Biaya Proyek = × Rp . . . ,

(17)

 Jika Selesai Pada Tahun 2020

o Annual Cost

A = P ( AP , %i , n )

A = Rp . . . . , ( AP , % , )

A = Rp . . . . , ,

A = Rp . . . ,

o Total Biaya Proyek

Biaya Proyek = × Rp . . . ,

Biaya Proyek = Rp . . . . ,

Gambar 4.2 Grafik Kenaikan Total Biaya Investasi PLTU Pangkalan Susu Unit 3 & 4 Apabila Mengalami Keterlambatan

0 5E+11 1E+12 1,5E+12 2E+12 2,5E+12 3E+12

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Akibat keterlambatan proyek pembangunan PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 selama 3 tahun, maka biaya investasi meningkat sebesar Rp 365.251.688.000,00.

2. Apabila PLTU Pangkalan Susu selesai tepat waktunya yaitu pada tahun 2010, PLTU Pangkalan Susu dapat menjual listrik ke sistem Sumbagut dan mampu mengurangi daftar tunggu PLN dengan tambahan penjualan listrik sebesar 8,5122 triliun rupiah atau dapat membantu krisis listrik di sistem Sumbagut sebesar 2 x 200 MW.

3. Rata-rata kenaikan biaya investasi untuk PLTU Pangkalan Susu Unit 3 & 4 dengan bunga bank 7% per tahun menurut standar Bank Indonesia, apabila mengalami keterlambatan, maka besar biaya investasi akan meningkat sebesar 3,367039 % per tahun.

5.2 Saran

Adapun saran dari penulis sebagai pengembangan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

(19)

2. Perlunya perencanaan yang bagus ketika akan memulai proyek, salah satu caranya adalah dengan menggunakan value engineering. Value engeneering dapat direalisaikan dengan maksimal apabila dilakukan dari mulai tahap perencanaan, jadi proyek diharapkan dapat selesai tepat waktu dengan biaya yang seminimal mungkin dengan value yang sama.

3. Perlu ditingkatkan keamanan untuk setiap alat-alat transmisi guna menjaga kontinuitas dan kualitas pentransmisian listrik dari pembangkit ke beban. Pemasangan kamera cctv pada setiap tiang transmisi mungkin bisa dilakukan dan memberikan hukuman yang keras terhadap oknum yang melakukan pencurian terhadap alat-alat transmisi.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Value Engineering

Menurut Dell ‘Isola, VE adalah sebuah teknik dalam manajemen menggunakan pendekatan sistematis untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik antara biaya, keandalan dan kinerja sebuah proyek.

Menurut Zimmerman dan Hart (1982), VE bukanlah :

1. A Design Review Yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh perencana, atau

melakukan perhitungan ulang yang sudah dibuat oleh perencana

2. A Cost Cutting Process Yaitu proses menurunkan biaya dengan mengurangi biaya satuan

serta mengorbankan mutu, keandalan dan penampilan dari hasil produk yang dihasilkan 3. A Requirement Done All Design Yaitu ketentuan yang harus ada pada setiap desain, akan

tetapi lebih berorientasi pada biaya yang sesungguhnya dan analisa fungsi

4. Quality Control Yaitu kontrol kualitas dari suatu produk karena lebih dari sekedar meninjau

ulang status keandalan sebuah desain Beberapa hal yang mendasari VE sangat penting dipahami oleh setiap perencana dan pelaksana proyek sehingga dapat menyebabkan biaya-biaya yang tidak perlu muncul setiap kegiatan proyek berlangsung, hal-hal tersebut antara lain:

a. Kekurangan waktu (lack of time)

b. Kekurangan informasi (lack of information) 8 c. Kekurangan ide/ gagasan (lack of idea)

d. Kesalahan konsep (misconceptions)

(21)

f. Kebiasaan (habits) g. Sikap (attitude) h. Politik (politic)

i. Keterlambatan pembayaran (cash flow)

2.2 Komponen Sistem VE

Penerapan VE dilakukan dengan cara yang berbeda sesuai dengan yang dianggap cocok dengan kondisi masing-masing. Dalam sistem VE terdapat beberapa alternatif dari setiap komponen yang ada, kemudian komponenkomponen tersebut digabungkan dan menjadi sebuah system VE.

2.2.1 Definisi Fungsi (Function Definition)

Langkah awal dalam penerapan VE adalah melakukan definisi fungsi untuk mengetahui identifikasi fungsi secara tepat dalam proyek konstruksi. Klarifikasi dilakukan menggunakan 1 kata benda dan 1 kata kerja (1 noun and 1 verb).

2.2.1.1 Definisi fungsi proyek (Project function)

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara umum/keseluruhan, untuk apa proyek konstruksi itu dibuat. Contohnya adalah gedung sekolah yang mempunyai fungsi untuk mendidik anak.

2.2.1.2 Definisi fungsi ruang (Space function)

(22)

ruang-ruang yang diperlukan dalam proyek konstruksi, yang dapat dilihat pada contoh ruang-ruang kelas yang berfungsi sebagai tempat pengajaran dilakukan.

2.2.1.3 Definisi fungsi elemen (Elemental function)

Definisi fungsi proyek yang dilakukan dengan cara melihat proyek itu secara elemental yang dibutuhkan dan yang akan terbentuk dalam proyek konstruksi, yang dapat dilihat pada contoh pintu ruangan untuk membuka akses atau menutup akses.

2.2.2 Evaluasi Fungsi

Tahapan evaluasi fungsi dilakukan untuk mendapatkan alternatif yang digunakan. Penentuan alternatif yang dipakai sesuai dengan fungsi yang diharapkan dan biaya yang terendah.

2.2.3 Alokasi Biaya Terhadap Fungsi (Allocated Cost of Function)

Beberapa ahli melakukan alokasi biaya terhadap fungsi dalam fungsi definisi ini. Seperti contoh, rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai berikut :

 Merawat Pasien  Mendiagnosa pasien  Merawat inap pasien

(23)

2.2.4 Calculate Worth

Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara biaya dengan kelayakan dari setiap komponen yang dipakai.

2.2.5 Pengembangan Alternatif

Alternatif sangat perlu untuk dilakukan pengembangan. Usaha yang biasa dipakai adalah teknik Brainstorming yang merupakan cara untuk pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa orang dengan disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda, yang secara spontan mengutarakan ide-ide mereka untuk berfikir secara stimulasi sehingga mendapatkan sebanyak mungkin kemungkinan alternatif lain.

2.2.6 Organisation of Study

VE mengikuti suatu metodologi berupa langkah yang tersusun secara sistematis yang dikenal dengan rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job plan). Prosedur yang digunakan adalah :

1. Fase informasi Pada fase ini meliputi pencarian informasi sebanyak-banyaknya yang dapat digunakan sebagai perencanaan proyek pada tahap selanjutnya.

2. Fase kreatif Pada fase ini dilakukan identifikasi sejumlah alternatif ide-ide baru, metode konstruksi baru, perencanaan baru. Hasil yang dapat dicapai adalah kemungkinan-kemungkinan alternatif lain yang dapat dipakai dalam pemenuhan fungsi.

(24)

4. Fase pengembangan Tahapan ini membuat perbandingan perencanaan yang direncanakan, sehingga dapat melihat perbandingan dari tiap-tiap life-cycle cost sehingga dapat melihat keuntungan maupun kerugian perencanaan yang dibuat. 5. Fase presentasi Tahapan ini palig penting karena komunikasi yang kurang baik akan

menjadi hambatan terhadap respon dari tim perencana. Keberhasilan tahap ini banyak tergantung pada keahlian mempresentasikan untuk mencapai pesan-pesan yang benar.

2.2.7 Pendekatan Group (Group Approach)

Tim yang melakukan analisa VE terhadap proyek konstruksi dapat menggunakan external team atau internal team maupun kedua-duanya. Penggunaan tim diatas mempunyai keuntungan maupun kerugian, yang memerlukan pengorganisasian yang baik untuk tercapainya hasil yang diinginkan.

2.2.8 Fasilitator VE (VE Facilitator)

Fasilitator sangat penting peranannya yang mempunyai kemampuan pengetahuan yang baik dalam menjembatani antara tim yang melakukan analisa dengan kebutuhan dari proyek.

2.2.9 Format Studi VE (Format of The VE Study)

Dalam perkembangan pembelajaran Value Management (VM), terdapat beberapa cara pendekatan yang dipakai. Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan yang digunakan :

1. The 40 Hour Workshop Pendekatan ini sering digunakan dalam penerapan VE, yang meliputi evaluasi dari pra rencana (sketch design) oleh tim perencana kedua yang didalamnya dipimpin oleh value manager selama 1 minggu (Kelly dan Male, 1998). 2. The Charette Metode ini dilakukan pertama kali oleh ahli VE yang bernama Bob

(25)

direncanakan. Pendekatan ini dilakukan pada akhir perumusan arahan pemilik (setelah tim perencana ditunjuk tetapi sebelum perencanaan dimulai). Koordinator tim VE memimpin tim perencana dan pemilik melaksanakan VE selama satu atau dua hari pertemuan.

3. The Contractor Change proposal Pelaksanaan VE ini dilakukan atas dasar inisiatif kontraktor yang mengusulkan perubahan desain setelah pelelangan atau pada tahapan kontruksi, yang sering disebut VECP (Value Engineering Change Proposal). 17 Hal ini dapat dilakukan oleh kontraktor yang ditujukan kepada pemilik yang mengajukan proposal terhadap penghematan biaya yang dapat dihasilkan.

4. Japanese 3 Hours Compact VE Program Pelaksanaan VE yang dilakukan selama 3 jam yang dilakukan pada lingkup operasional lapangan dan cocok untuk proyek yang tidak terlalu besar, sehingga biaya VE rendah.

2.2.10 Lokasi Studi

Pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilakukan pada lingkungan kerja proyek maupun diluar lingkungan kerja proyek. Tidak adanya peraturan yang mengatur mengenai lokasi tempat pembelajaran dilakukan. Namun ada yang menganggap perlunya lokasi yang berbeda dengan lingkungan kerja, yang dapat dilakukan dihotel atau fasilitas lainnya.

2.2.11 Waktu Studi

Waktu pembelajaran dapat dilakukan sesuai dengan kondisi dan yang dianggap cocok. Waktu yang dipakai dalam pembelajaran VE antara lain :

(26)

2. Brief

Pembelajaran yang memerlukan definisi dari fungsi ruang dalam proyek, hal ini lebih pada alternatif yang dilakukan.

3. Sketch design

Melakukan proses pembelajaran mulai design pertama itu dibuat, dengan memperhatikan hal-hal yang penting untuk dilakukan.

4. Construction stage

Proses pembelajaran yang dilakukan pada saat konstruksi dan dilakukan oleh kontraktor yang ditujukan kepada owner untuk melakukan perubahan dalam evaluasi penghematan yang dapat dilakukan, biasa disebut dengan VECP (Value Engineering Change Proposal).

5. Combination of above

Proses pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan dari cara yang dapat dilakukan seperti diatas.

6. Continuous process

Proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus mulai dari tahap desain, tahap konstruksi sampai proyek tersebut selesai.

2.2.12 Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative)

Evaluasi sangat penting dilakukan untuk melihat alternatif mana yang terbaik dilakukan. Teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan evaluasi alternatif adalah :

1. Weight matrix Evaluasi dari alternatif yang dihasilkan dengan menggunakan pembobotan pada setiap komponen.

(27)

3. Voting Melakukan suara terbanyak (voting) yang dapat dilakukan untuk mendapatkan alternatif yang dipakai

4. Subjective evaluation Evaluasi yang dilakukan secara subyektif yang dipakai untuk menentukan alternatif yang dipakai.

2.3. Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan VE

Menurut majalah konstruksi (Februari 1992) dan penelitian yang dilakukan oleh Cheah dan Ting (2004) dalam Chandra (2006), dapat dilihat beberapa hambatan dalam aplikasi VE antara lain :

1. Definisi yang salah tentang VE VE bukan semata-mata hanya untuk pemotongan biaya, namun lebih kearah pendekatan yang sistematis untuk menghilangkan biaya yang tidak perlu dengan mempertimbangkan fungsi proyek tersebut.

2. Kontribusi VE yang kurang terukur VE tidak hanya memberikan konstribusi pada penghematan biaya tetapi masih ada kontribusi lainnya yang dapat disumbangkan, namun hanya saja masih sulit untuk diukur dan belum banyak diketahui oleh penerima jasa. Informasi tentang keberhasilannya umumnya sampai batas penyelenggara proyek saja, tidak sempat untuk direkam dan disebarluaskan sebagai suatu prestasi.

3. Kurangnya pengetahuan tentang VE Pelaksanaan VE di Indonesia tergolong baru apabila dibandingkan dengan Negara-negara lain (Jepang, Amerika Serikat), sehingga dalam pelaksanaannya mengalami kendala pengetahuan yang mendalam mengenai pelaksanaan VE. Hal tersebut dapat mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang diperoleh dari pelaksanaannya.

(28)

5. Tidak adanya insentif dari penghematan yang dihasilkan sehingga kurang menarik bagi pelaksana VE, karena tidak adanya hasil yang didapat dalam melakukan VE pada suatu proyek karena hanya menguntungkan pihak owner saja.

6. Terbatasnya waktu dan biaya Terbatasnya waktu dan biaya untuk melakukan VE sehingga kurangnya kesadaran pelaku proyek untuk melakukan VE.

7. Kurangnya profesionalisme Tidak adanya keberadaan asosiasi praktisi VE bagi penerapan VE di Indonesia. Lain halnya dengan di Negara Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki asosiasi praktisi VE yang melakukan dukungan terhadap pelaksanaan dan pengembangan VE.

8. Konflik yang terjadi antara pada Stakeholder 9. Kurangnya komunikasi

10.Wewenang pengambilan keputusan yang terbagi 11.Kurangnya dukungan dari pihak lain yang terkait

(29)

2.4 PLTU Pangkalan Susu

2.4.1 Lokasi PLTU Pangkalan Susu

PLTU Pangkalan Susu dibangun diatas area seluas 105 Ha, berlokasi di Desa Tanjung Pasir Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Sekitar 120 km dari Medan (3 ½ jam dari bandara terdekat - KNIA Medan).

2.4.2 Latar Belakang Pembangunan PLTU

Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar Batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden RI (Perpres) Nomor 71 Tahun 2006, tanggal 05 Juli 2006 tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit TenagaListrik yang menggunakan batubara.

(30)

2.4.3 Data Proyek

Capacity 2 x 200 MW

Transmition 275 kV (Pangkalan Susu – Binjai) ±70KM

Contractor

Guangdong Power Engineering Corp.

PT Bagus Karya Services - PT. Pemetar ACE

Construction Supervision

Boiler Type Pulverized Coal; Sub Critical Pressure; Drum Type

Coal

Consumption

220 Ton/Jam 2 Unit, atau 5400 Ton/Hari (1.971.000 Ton/yr) ; SFC = 0,524 kg/kWh

Tabel 2.1 Profil PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2

2.5 Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Teknik

(31)

swasta maupun sektor umum. Dalam bahasa ilmu ekonomi, barang-barang yang dihasilkan, penjualan, atau penukarang dikenal sebagai barang. Setidak-tidaknya ada empat sektor produksi yang perlu untuk kesanggupan menghasilkan barang : tenaga kerja, tanah, modal, dan bahan-bahan lain yang diperlukan untuk menghasilkan barang. Kesempatan berharga dalam biaya modal diukur oleh suku bunga dan bunga modal adalah upah premi atau penerimaan dari hasil untuk pemakaian uang. Di sini, kesempatan berharga menggambarkan berharganya sebuah kesempatan yang batal akibat sumber-sumber penghasilan digunakan penyeleksian cara lain, maka tidak dapat digunakan untuk maksud-maksud yang lain. Suku bunga yang berhubungan dengan sejumlah uang dimasa mendatang sampai hari ini hal ini disebut dengan potongan harga.

2.5.1 Catatan

Simbol-simbol berikut dan defenisi digunakan dalam subbab ini. P = Uang pokok, jumlah uang yang ditanamkan awal tahun pertama i = Suku bunga perunit waktu yang dinyatakan dalam desimal n = Waktu, jumlah unit waktu lebih yang mengumpulkan bunga

l = Bunga yang tidak berbunga, jumlah total uang yang dibayar untuk penggunaan uang pada bunga yang tidak berbunga tersebut

F = Melipatgandakan jumlah, sejumlah uang akhir di unit n dari waktu bunga i, susunan prinsip ditambah bunga yang dapat dibayarkan

A = Keseragaman rangkaian akhir dari periode pembayaran atau kuitansi yang memperpanjang periode n

(32)

2.5.2 Bunga Yang Tidak Berbungan (Tetap)

Ketika seseorang menanamkan uang pada bentuk sebuah suku bungan tetap i untuk selama periode n tahun, bunga tetap berikut ini berhubungan :

Bungan tetap (l) = Pin (1)

Jumlah l, akan ditambahkan pada jumlah yang semula ditentukan diakhir periode, tetapi akan tetap konstan setiap periode, kecuali kalau bunga berubah.

2.5.3 Melipatgandakan Bunga

Bagaimanapum, ketika bunga dibayar pada infestasi semula juga akan memperoleh bunga, proses tersebut dikenal sebagai bunga berganda. Jika suatu jumlah awal, P, ditanamkan pada sebuah suku bungan tetap i, yang melebihi satu periode dari n tahun :

F = P (1 + i)n (2)

Jika bunga i dilipatgandakan dalam waktu m tiap periode n,

F = P (1 + i)nm (3)

Karena m sebagai bilangan tak berhingga, persamaan 3 dapat ditulis sebagai berikut:

F = P ein (4)

Persamaan 4 digunakan ketika terpaksa untuk melakukan “perlipatgandaan berkelanjutan”, metode ini seringkali digunakan dalam prakteknya.

2.5.4 Rangkaian Keseragaman Keadaan Pembayaran

(33)

2.5.4.1 Faktor Jumlah Pelipatgandaan (CAF)

Penggunaan CAF membantu menjawab pertanyaan : Berapakah jumlah (F) masa depan akan mengharapkan terkumpul dan memberikan jumlah uang setiap tahun (A) yang ditanamkan pada sebuah suku bunga tetap (i) selama (n) tahun?

� = � [ 1+� �−1

� ] = � �−1

� (5)

Dimana [ (x-1)/i ] adalah rangkaian keseragaman faktor jumlah pelipatgandaan.

2.5.4.2 Faktor Penamaan Dana (SSF)

SFF menyatakan berapa banyak uang (A) yang harus ditanamkan pada akhir setiap tahun dengan suku bunga i selama n tahun untuk pengumpulan sejumlah uang (F) yang bakal ditentukan untuk masa depan. SSF berbanding terbalik dengan CAF.

� = � [ �

1+� �−1] = �

�−1 (6)

Dimana [ i / (x-1) ] adalah rangkaian keseragaman keadaan faktor penamaan dana.

2.5.4.3 Faktor Harga Sekarang (PWF)

PWF menjelasakan kepada kita apakah jumlah P yang harus ditanamkan hari ini dengan bunga i untuk memperoleh kembali sejumlah A pada akhir setiap tahun selama n tahun.

� = � [ 1+� �−1

1+� �] = �

�−1

�� (7)

Dimana [(x-1)/(xi)] adalah rangkaian keseragaman keadaan faktor harga sekarang.

2.5.4.4 Faktor Pengembalian Modal (CRF)

(34)

� = � [ 1+� ��

1+� �−1] = �

��

�−1 (8)

CRF adalah berbanding terbalik dengan PWF.

2.5.5 Rangkaian Tingginya Keadaan Yang Sama

Ketika suatu rangkaian keseragaman jumlah pembayaran bertambah setiap tahun dengan jumlah hitungan yang serupa, hal itu memungkinkan berubahnya mereka menjadi rangkaian tingginya keadaan yang sama. Jika tingginya keadaan seragam pada setiap akhit tahun ialah G, kemudian semua jumlah pelipatgandaan ganda dapat ditotal ke F

� =�

(35)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Wilayah Sumatera Utara termasuk 8 dari 12 sistem kelistrikan di Indonesia yang mengalami defisit pasokan listrik. Untuk sistem listrik Aceh-Sumut dengan daya maksimal 1.788 MW dengan defisit 9%.

Besar daya yang dihasilkan oleh pembangkit yang dibangun sebelum masa reformasi di Indonesia adalah sebesar 20.580 MW. Laju permintaan listrik yang terus bertambah tidak diikuti dengan laju bertambahnya pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia karena Indonesia terkena krisis moneter pada tahun 1997, dimana infrastruktur listrik mengalami masa sulit sejak krisis ekonomi tahun 1997. Kemudian pada tahun 1998 PLN mengalami kebangkrutan, sehingga hampir tidak ada pembangunan proyek ketenagalistrikan selama masa reformasi.

Setelah masa reformasi, baru dimulai pembangunan proyek ketenagalistrikan dimulai dengan pembangunan proyek 10.000 MW Tahap 1, tetapi banyak pembangunan proyek ketenagalistrikan 10.000 MW Tahap 1 mengalami kendala, seperti di PLTU Pangkalan Susu yang terkendala pembebasan lahan dalam pemasangan jaringan listrik, PLTU Nagan Raya Aceh yang terlambat akibat kendala izin, begitu juga dengan PLTA Asahan III, serta pembangkit kapasitas kecil mikrohidro yang tersebar di Sumut.

(36)

Salah satu metode yang bisa dilakukan supaya proyek bisa selesai tepat waktu sesuai dengan rencana adalah value engineering (VE). VE adalah sebuah teknik dalam manajemen konstruksi menggunakan pendekatan sistematis untuk mencari keseimbangan baru dari fungsi terbaik antara biaya, kendala dan kinerja dalam suatu proyek.

VE dalam suatu pyoyek diharapkan dapat memunculkan alternatif-alternatif untuk memberikan keuntungan berupa cepatnya suatu proyek selesai terhadap besarnya biaya yang bisa dihemat. Pada penelitian ini mengambil studi kasus proyek PLTU Pangkalan Susu dengan tujuan dapat diketahui permasalahan dalam masa konstruksi hingga beroperasi dari perspektif biaya, waktu dan teknikal sehingga realisasi pelaksanaan proyek tersebut terukur dan teridentifikasi secara transparansi dan akuntanbilitas.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah pada penelitian ini :

1. Apa saja yang menjadi hambatan pembangunan proyek tersebut?

2. Berapa besar biaya investasi yang bisa dihemat apabila proyek PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 bisa selesai tepat waktu?

3. Berapa besar kerugian yang dialami PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 akibat keterlambatannya?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pada penelitian ini :

1. Untuk mendapatkan solusi dari hambatan-hambatan (barrier) yang terjadi, sehingga proyek pembangunan ketenagalistrikan tidak terlambat lagi.

(37)

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini :

1. Hanya membahas masalah teknis faktor keterlambatan (lagging) pelaksanaan pembangunan proyek.

1.5 Manfaat

(38)

ABSTRAK

Wilayah Sumatera Utara termasuk 8 dari 12 sistem kelistrikan di Indonesia yang mengalami defisit pasokan listrik. Untuk sistem listrik Aceh-Sumut dengan daya maksimal 1.788 MW dengan defisit 9%.

Besar daya yang dihasilkan oleh pembangkit yang dibangun sebelum masa reformasi di Indonesia adalah sebesar 20.580 MW. Laju permintaan listrik yang terus bertambah tidak diikuti dengan laju bertambahnya pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia karena Indonesia terkena krisis moneter pada tahun 1997, dimana infrastruktur listrik mengalami masa sulit sejak krisis ekonomi tahun 1997. Kemudian pada tahun 1998 PLN mengalami kebangkrutan, sehingga hampir tidak ada pembangunan proyek ketenagalistrikan selama masa reformasi.

Pada penelitian ini penulis ingin memfokuskan pada keterlambatan proses pembangunan PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 karena proyek ketenagalistrikan ini memiliki banyak kontroversi selama masa pembangunannya.

Besar kerugian yang akibat keterlambatan proyek pembangunan PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 yang meliputi kerugian biaya investasi dan hasil penjualan listrik apabila bisa selesai tepat waktu sangat besar yaitu Rp8.877.451.688.000,00.

(39)

SKRIPSI

EVALUASI REKAYASA NILAI (VALUE ENGINEERING) PADA PEMBANGUNAN PROYEK KETENAGALISTRIKAN PASCA

REFORMASI DI INDONESIA

(STUDI KASUS, PLTU PANGKALAN SUSU)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh

Hugo Wijaya NIM : 100402075

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

(40)
(41)

ABSTRAK

Wilayah Sumatera Utara termasuk 8 dari 12 sistem kelistrikan di Indonesia yang mengalami defisit pasokan listrik. Untuk sistem listrik Aceh-Sumut dengan daya maksimal 1.788 MW dengan defisit 9%.

Besar daya yang dihasilkan oleh pembangkit yang dibangun sebelum masa reformasi di Indonesia adalah sebesar 20.580 MW. Laju permintaan listrik yang terus bertambah tidak diikuti dengan laju bertambahnya pembangkit-pembangkit listrik di Indonesia karena Indonesia terkena krisis moneter pada tahun 1997, dimana infrastruktur listrik mengalami masa sulit sejak krisis ekonomi tahun 1997. Kemudian pada tahun 1998 PLN mengalami kebangkrutan, sehingga hampir tidak ada pembangunan proyek ketenagalistrikan selama masa reformasi.

Pada penelitian ini penulis ingin memfokuskan pada keterlambatan proses pembangunan PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 karena proyek ketenagalistrikan ini memiliki banyak kontroversi selama masa pembangunannya.

Besar kerugian yang akibat keterlambatan proyek pembangunan PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 yang meliputi kerugian biaya investasi dan hasil penjualan listrik apabila bisa selesai tepat waktu sangat besar yaitu Rp8.877.451.688.000,00.

(42)

Daftar Isi

Halaman

ABSTRAK ... i

Daftar Isi ... ii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Manfaat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 4

2.1 Pengertian Value Engineering ... 4

2.2 Komponen Sistem VE ... 5

2.2.1 Definisi Fungsi (Function Definition) ... 5

2.2.2 Evaluasi Fungsi ... 6

2.2.3 Alokasi Biaya Terhadap Fungsi (Allocated Cost of Function) ... 6

2.2.4 Calculate Worth ... 7

(43)

2.2.6 Organisation of Study ... 7

2.2.7 Pendekatan Group (Group Approach) ... 8

2.2.8 Fasilitator VE (VE Facilitator) ... 8

2.2.9 Format Studi VE (Format of The VE Study) ... 8

2.2.10 Lokasi Studi ... 9

2.2.11 Waktu Studi ... 9

2.2.12 Evaluasi Alternatif (Evaluation of Alternative) ... 10

2.3. Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan VE ... 11

2.4 PLTU Pangkalan Susu ... 13

2.4.1 Lokasi PLTU Pangkalan Susu ... 13

2.4.2 Latar Belakang Pembangunan PLTU ... 13

2.4.3 Data Proyek ... 14

2.5 Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Teknik... 14

2.5.1 Catatan ... 15

2.5.2 Bunga Yang Tidak Berbungan (Tetap) ... 16

2.5.3 Melipatgandakan Bunga ... 16

2.5.4 Rangkaian Keseragaman Keadaan Pembayaran ... 16

2.5.5 Rangkaian Tingginya Keadaan Yang Sama ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 19

(44)

3.3 Prosedur Penelitian ... 19

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHANSAN ... 21

4.1 Gambaran Umum Proyek ... 21

4.2 Permasalahan Proyek ... 22

4.3 Penyebab Permasalahan ... 22

4.4 Perhitungan Total Biaya Investasi Proyek PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 ... 23

4.5 Perhitungan Rata-Rata Tarif Dasar Listrik per kwh per Periode ... 24

4.6 Rata – Rata Tarif Dasar Listrik per kwh per Tahun... 26

4.7 Daftar Tunggu PLN ... 28

4.8 Total Biaya Penjualan Listrik ... 30

4.9 Perhitungan Besar Biaya Keterlambatan Apabila PLTU Pangkalan Susu Unit 3 & 4 Terlambat ... 32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

(45)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

4.1

Grafik Total Daftar Tunggu PLN & Kontribusi PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2

29

4.2

Grafik Kenaikan Total Biaya Investasi PLTU Pangkalan Susu Unit 3 & 4 Apabila Mengalami Keterlambatan

(46)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Profil PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2 14

4.1 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik per Periode 26

(47)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:

EVALUASI REKAYASA NILAI (VALUE ENGINEERING) PADA

PEMBANGUNAN PROYEK KETENAGALISTRIKAN PASCA REFORMASI DI INDONESIA

(STUDI KASUS, PLTU PANGKALAN SUSU)

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu Ayahanda (Ian) beserta Ibunda (Ratna Wijaya) dan adik-adik tersayang (Poppy Wijaya, S.T. dan Hugeng Wijaya) yang selalu memberikan semangat dan mendoakan penulis selama masa studi hingga menyelesaikan Tugas Akhir ini. Selama masa kuliah hingga penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis juga banyak mendapatkan dukungan maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada:

(48)

2. Bapak Ir. Eddy Warrman M.T., selaku Dosen Wali dan Dosen Penguji Tugas Akhir yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan dan memberikan masukan demi perbaikan Tugas Akhir ini serta senantiasa memberikan bimbingan selama perkuliahan.

3. Bapak Ir. Raja Harahap, M.T., selaku Dosen Penguji Tugas Akhir, yang telah banyak memberikan masukan demi perbaikan Tugas Akhir ini dan telah memberikan banyak motivasi selama masa perkuliahan.

4. Seluruh staf pegawai Departemen Teknik Elektro FT USU yang telah membantu penulis dalam pengurusan administrasi.

5. Orang-orang terdekat saya Melia Oktiva, S.T., Rudi Tandean, S.Farm, APT., dan Kistia Maryanti, S.Farm, APT. yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Teman satu kos Eko Aditya, S.Kom, Hendy, S.Kom, dan Jevin, S.Kom yang selalu menemai dan menyemangati penulis ketika membuat tugas akhir ini 7. Rekan-rekan satu angkatan 2010 Enda, Angel, Sisko, Andika, Syilvester, Jefry,

Michael Anthony, Michael Kosasih, Anthony, Kevin, Vincent, Ricky Ananda, Afron, Milan, Fontes, Doni, Kiel, Marthin, Martua dll yang selalu saling memberi semangat, bantuan dan cerita selama perkuliahan.

8. Seluruh abang dan kakak senior serta adik-adik junior yang telah memberikan dukungan dan bantuan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

(49)

susunan bahasanya. Saran dan kritik dari pembaca dengan tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi kita semua dan hanya kepada Tuhan yang Maha Esa penulis menyerahkan diri.

Medan, Febuari 2016 Penulis

Gambar

Tabel 4.1 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik Per Periode
Tabel 4.2 Rata-Rata Tarif Dasar Listrik per kwh per Tahun
Tabel 4.3 Total Daftar Tunggu PLN per Tahun dan Kontribusi PLTU Pangkalan Susu
Tabel 4.4 Total Penjualan Listrik PLTU Pangkalan Susu Unit 1 & 2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui makna mitos yang terkandung dalam kisah raja Syahrayar maka pembaca harus menggabungkan antara bentuk dan konsep yang ada. Bentuk yang ada dalam

Sementara itu dalam pencarian informasi menggunakan Sistem Manajemen Basis Data, bila pertanyaan (query) sesuai dengan nilai atribut yang ada dalam basis data maka akan

Sehingga bila untuk paket data yang bersifat informasi data, Ethernet merupakan teknologi jaringan yang cukup ideal untuk memilih karena disamping memiliki hal-hal yang

Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar di perlukan suatu metode sesuai dengan judul penelitian tindakan kelas ini maka yang dpergunakan adalah

Tinggi dapat mencapai lebih dari 100 cm; daun berbentuk perisai, seperti kulit; daun bagian atas berwarna hijau tua mengkilat dengan bagian tulang daun bagian

materi muatan hukum, di mana asas-asas dan pninsipnya menjiwai setiap produk peraturan dan perundang-undangan; Ketiga , hukum Islam yang secara formil dan material

(3) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat keaktifan siswa berdasarkan prestasi belajar matematika siswa artinya siswa yang mengikuti

Kompos sebagai sumber bahan organik dapat dipertimbangkan dalam upaya menekan beberapa penyakit tanaman yang disebabkan ole h patogen tular tanah. Penyakit yang disebabkan