• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN METODE PEMBIAYAAN DENGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD TIPE A DR MOEWARD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN METODE PEMBIAYAAN DENGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD TIPE A DR MOEWARD"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

HUBUNGAN METODE PEMBIAYAAN DENGAN PERSEPSI KUALITAS PELAYANAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD TIPE A

DR MOEWARDI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

RINI KARTIKA DEWI G0007141

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Hubungan Metode Pembiayaan dengan Persepsi Kualitas Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD Tipe A Dr. Moewardi

Rini Kartika Dewi, G0007141/VII, 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Kamis, 16 September 2010

Pembimbing Utama

Nama : Putu Suriyarsa, dr, MS, PKK, Sp.OK

NIP : 19481105 19811 1 101 (………..)

Pembimbing Pendamping

Nama : Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, Ph.D

NIP : 19551021 199412 1 001 (………..)

Penguji Utama

Nama : Prof. Dr. H. Santoso, dr, MS, Sp.OK

NIP : 19441124 197609 1 001 (………..)

Anggota Penguji

Nama : Sumardiyono, SKM, M.Kes

NIP : 19650706 198803 1 002 (………..)

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi

Muthmainah, dr., M.Kes

NIP : 19660702 199802 2 001

Dekan FK UNS

Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS.

(3)

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,……… 2010

Rini Kartika Dewi

(4)

commit to user

ABSTRAK

Rini Kartika Dewi, G0007141, 2010. Hubungan Metode Pembiayaan dengan

Persepsi Kualitas Pelayanan Pasien Rawat Inap di RSUD Tipe A Dr. Moewardi. Skripsi. Surakarta. Fakultas Kedokteran UNS. Juli 2010.

Tujuan: Memberikan pelayanan kesehatan optimal dan berkualitas kepada

masyarakat luas bukanlah perkara mudah, tetapi juga bukan merupakan hal yang mustahil untuk diwujudkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara metode pembiayaan dengan persepsi kualitas pelayanan rawat inap pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di RSUD Tipe A.

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik, dan

pengambilan data secara observasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan teknik quota sampling. Ukuran sampel untuk analisis multivariat, yaitu berjumlah 15-20 untuk setiap variabel independent. Terdapat empat variabel independen yang terdiri dari: metode pembiayaan, umur, pendidikan, dan pendapatan. Maka jumlah responden minimal yang dibutuhkan sebanyak 60 orang, yang dibagi dalam tiga kelompok, yaitu 20 pasien umum, 20 pasien Askes, dan 20 pasien Jamkesmas yang dipilih secara acak hingga memenuhi 60 orang.

Hasil: Berdasarkan uji Kruskal Wallis tentang beda kualitas menurut metode

pembiayaan menunjukkan terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan kualitas pelayanan rawat inap menurut metode pembiayaan kesehatan, untuk aspek reliability (p=0.016) serta kualitas keseluruhan (p=0.003). Sedangkan menurut uji Mann-Whitney, didapatkan hasil secara keseluruhan persepsi kualitas pelayanan pasien Jamkesmas lebih rendah daripada pasien Umum (p=0,000) dan pasien Askes lebih rendah daripada pasien Umum (p=0,022).

Simpulan: Penelitian ini mendukung hipotesis bahwa terdapat pengaruh metode pembiayaan pelayanan kesehatan secara statistik signifikan terhadap kualitas pelayanan rawat inap sebagaimana dipersepsikan oleh pasien. Berdasarkan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney, didapatkan hasil kualitas pelayanan rawat inap yang diterima pasien umum lebih baik daripada pasien Askes, dan pasien Askes lebih baik daripada pasien Jamkesmas.

(5)

commit to user ABSTRACT

Rini Kartika Dewi, G0007141, 2010. Method of Financing with Relationship Quality Perceptions Hospitalized Patient Services in RSUD Type A Dr. Moewardi. Skripsi. Surakarta. Faculty of Medicine Sebelas Maret University.

July 2010.

Goal: To provide optimal health and quality of service to the general public

is not an easy matter, but also not an impossible thing to achieve. This study aimed to determine whether there is a relationship between the method of financing with the perception of quality inpatient service public patients, Askes patients, and Jamkesmas patients in RSUD Type A.

Method: This research is a quantitative analytical research and data retrieval using cross sectional observation. Sampling for this study using a quota sampling technique. The sample size for multivariate analysis, which amounted to 15-20 for each independent variable. There are four independent variables which consists of: financing methods, age, education, and income. Then the number of respondents required a minimum of 60 people, divided into three groups, namely 20 public patients, 20 patients Askes, and 20 patients randomly selected Jamkesmas to meet 60 people.

Result: According to the Kruskal Wallis test of different quality according to the method of financing indicates that there is a statistically significant difference in the quality of inpatient services by the health financing methods, to aspects of reliability (p = 0016) as well as the overall quality (p = 0.003). Meanwhile, according to Mann-Whitney test, the result shows the overall perception of quality Jamkesmas patients service is lower than the public patients (p = 0.000) and Askes patients is lower than patients public patients (p = 0.022).

Conclusion: This study supports the hypothesis that there are significant health care financing methods are statistically significant effect on the quality of inpatient care as perceived by the patient. According to the Kruskal Wallis and Mann-Whitney test, the result shows the quality of inpatient care received by public patients better than Askes patients, and Askes patients better than Jamkesmas patients.

(6)

commit to user

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Metode Pembiayaan dengan Persepsi Kualitas Pelayanan Pasien Rawat Inap”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar kesarjanaan dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, yaitu:

1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi sekaligus Validator Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. dr. Putu Suriyarsa, MS, PKK, Sp.OK, selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan kepada penulis.

4. Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, Ph.D, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan demi penulisan skripsi ini.

5. Prof. Dr. H. Santoso, dr, MS, Sp.OK, selaku Penguji Utama yang berkenan menguji dan memberikan masukan yang berharga dalam penulisan skripsi ini.

6. Sumardiyono, SKM, M.Kes, selaku Anggota Penguji yang berkenan menguji dan meluangkan banyak waktu untuk memberikan pengarahan dan saran demi kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis mengharapkan kritik yang membangun, saran, dan pengarahan yang berguna demi kebaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bermanfaat bagi dunia kedokteran pada umumnya dan pembaca pada khususnya.

Surakarta,………….……. 2010

(7)

commit to user

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……... iv

ABSTRACT ……... v

PRAKATA ……... vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN …... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah …... 1

B. Perumusan Masalah... …. 3

C. Tujuan Penelitian... …. 3

D. Manfaat Penelitian... …. 3

BAB II. DASAR TEORI...…... 5

A. Tinjauan Pustaka …... 5

B. Kerangka Pemikiran ……….. 20

C. Hipotesis ……… 21

BAB III. METODE PENELITIAN... 22

A. Jenis Penelitian ……… 22

B. Subyek Penelitian ……….. 23

C. Lokasi Penelitian ………. 23

D. Teknik Sampling ………... 23

E. Identifikasi Variabel Penelitian ……… 23

F. Definisi Operasional Variabel ………... 24

G. Rancangan Penelitian ……… 26

H. Cara Kerja ……… 27

I. Teknik Analisis Data ……… 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN ……… 28

BAB V. PEMBAHASAN ………. 34

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN………... 39

DAFTAR PUSTAKA………... 42

(8)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran . . . .19

(9)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik sampel (data kontinu) . . . 27

Tabel 4.2. Karakteristik sampel (data kategorikal). . . 28

Tabel 4.3. Hasil Uji Kruskal Wallis Tentang Beda Kualitas Menurut

Metode Pembiayaan . . . .29

Tabel 4.4. Hasil Uji Mann-Whitney Tentang Beda Kualitas Menurut

(10)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Kualitas Pelayanan Kesehatan dan Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Data Hasil Kuesioner

(11)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memberikan pelayanan kesehatan optimal dan berkualitas kepada

masyarakat luas bukanlah perkara mudah, tetapi juga bukan merupakan

hal yang mustahil untuk diwujudkan. Diperlukan program-program

matang sekaligus beberapa ketetapan penting dalam memberikan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sehingga baik pemberi pelayanan

atau pun penerima pelayanan sama-sama merasa diuntungkan (Mukti,

2008).

Sejauh ini kualitas fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia

belum dapat diandalkan. Ini disebabkan komponen biaya lebih banyak

ditentukan oleh pertimbangan sosial sehingga kualitasnya belum pasti

(Kriss, 2008). Banyak masyarakat yang lebih memilih mencari pengobatan

ke luar negeri dari pada harus berobat di rumah sakit dalam negeri, karena

mereka menilai cara pengobatan rumah sakit di luar negeri lebih efisien

dan menggunakan teknologi yang lebih canggih. Selain itu juga pelayan

rumah sakit luar negeri menurut mereka lebih subyektif. Rumah sakit di

(12)

commit to user

dengan membeda-bedakan pelayanan pasien yang kaya dan pasien yang

miskin (Dian, 2010).

Berdasarkan penelitian tentang tingkat kepuasan konsumen

terhadap layanan kesehatan 26 puskesmas di Kota Bandung. diketahui

tingkat kepuasan konsumen terhadap layanan puskesmas secara umum

mencapai 55% (Kriss, 2008).

Masalah pelayanan kesehatan, pemerintah mengeluarkan sistem

kesehatan nasional 2004 yaitu Kepmenkes 131 tahun 2004 dan

Undang-undang No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Namun

pada prakteknya masyarakat miskin masih merasa sulit untuk memperoleh

akses pelayanan kesehatan ini dan berdampak pada rendahnya kualitas

kesehatan tubuh masyarakat untuk bekerja dan mencari nafkah. Adapun

kesulitan masyarakat untuk memperoleh akses layanan kesehatan ini bisa

jadi diakibatkan oleh rendahnya mutu layanan kesehatan dasar juga

disebabkan oleh terbatasnya tenaga kesehatan, kurangnya peralatan dan

kurangnya tenaga medis. Temuan yang didapatkan adalah jika pasien pergi

ke rumah sakit dengan memakai kartu jaminan kesehatan, selalu

mendapatkan penanganan nomor dua, bahkan cenderung ditelantarkan

karena tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pihak rumah sakit.

(Sumarsono, 2009)

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, perlu dilakukan

(13)

commit to user

dan persepsi kualitas pelayanan kesehatan pasien umum, pasien Askes,

dan pasien Jamkesmas di Rumah Sakit Dr Moewardi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka perumusan

masalah untuk penelitian ini sebagai berikut: adakah hubungan antara

metode pembiayaan dengan persepsi kualitas pelayanan kesehatan pasien

umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di RSUD Tipe A?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara metode pembiayaan dengan persepsi kualitas pelayanan rawat inap

pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di RSUD Tipe A.

Karena, pada survei awal, didapatkan beberapa keluhan dari pasien RSUD

Dr. Moewardi (Rumah Sakit Tipe A) ditinjau dari segi pelayanan

kesehatan yang mereka dapatkan, dan menganalisa hasilnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Bagi RSUD Dr. Moewardi (Rumah Sakit Tipe A) sebagai

(14)

commit to user

memberikan kepuasan kepada pasien khususnya kepada masyarakat

miskin dan tidak mampu sehingga dapat meningkatkan kepercayaan

masyarakat kepada rumah sakit dalam memberikan pelayanan

kesehatan.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai wahana belajar untuk mengetahui secara konkrit problem

atau masalah-masalah perbedaan persepsi (pasien) berhadapan

dengan kualitas pelayanan bangsal rawat inap, khususnya Rumah

Sakit.

b. Menemukan adanya perbedaan persepsi kualitas Ipelayanan

kesehatan antara pasien umum, pasien Askes, Idan pasien

Jamkesmas di Rumah Sakit Dr IMoewardi.

c. Dengan penelitian ini diharapkan Rumah Sakit atau siapa pun yang

memberikan pelayanan kesehatan akan lebih bijaksana dalam

menjalankan tugasnya mengabdi kepada masyarakat (pasien)

(15)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Metode Pembiayaan

a. Asuransi

1) Definisi

Menurut Ali (1993), asuransi/pertanggungan adalah suatu

perjanjian, dengan nama seorang penanggung mengikatkan diri kepada

seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan

suatu penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan

dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak menentu. Sedangkan

menurut Salim (2000), asuransi adalah suatu kemauan untuk

memetapkan kerugian-kerugian kecil yang sudah pasti sebagai

pengganti kerugian-kerugian besar yang belum pasti.

Tujuan asuransi kesehatan adalah membayar biaya rumah sakit.

biaya pengbatan, dan mengganti kerugian tertanggung atas hilangnya

pendapatannya karena cidera akibat kecelakan atau penyakit (Ali,

(16)

commit to user

Berikut ini adalah contoh asuransi kesehatan yang berhubungan

dengan topik skripsi:

a) Askes Sosial

Pada awal tahun 1980, harga minyak turun drastis, sehingga

pendapatan pemerintah turun drastis juga. Pemerintah merasakan

beban subsidi yang dipikul terlalu besar, sehingga kurang mampu

mensubsidi biaya kesehatan. Hal ini kemudian menjadi awal

perlunya merubah paradigma sistem kesehatan nasional dan salah

satunya melalui sistem asuransi (Thabrany, 2000).

Pada awalnya asuransi hanya berkisar pada pekerja industri

dan tidak dapat secara penuh dilaksanakan. Alasannya adalah tidak

adanya permintaan dan tidak adanya peraturan yang mendukung.

Awal tahun 1980, mekanisme asuransi terus berkembang hingga

tahun 1992, berdirilah PT Askes, yang bercikal bakal dari Perum

Husada Bakti. PT Askes mengembangkan program asuransi dan

khusus untuk tenaga kerja ditangani oleh anak perusahaannya yang

bernama PT Jamsostek. Di tahun 1992 terbit peraturan yang

melandasi asuransi sosial bagi masyarakat melalui Jaring

Pengaman Kesehatan Masyarakat (JPKM) (Thabrany, 2000).

JPKM menggabungkan dan mengkoordinasikan program asuransi

(17)

commit to user

kesehatan swasta, dan program dana sehat bagi komunitas (Ali,

1993).

Program Asuransi Kesehatan Sosial merupakan penugasan

Pemerintah kepada PT.Askes (Persero) melalui Peraturan

Pemerintah No. 69 tahun 1991 dengan peserta Pegawai Negeri

Sipil, Pejabat Negara, Penerima Pensiun PNS, Penerima Pensiun

TNI/Polri, Penerima Pensiun Pejabat Negara, Veteran dan Perintis

Kemerdekaan yang membayar iuran untuk jaminan Pemeliharaan

kesehatan, serta Pegawai Negeri Tidak Tetap (Dokter/Dokter

Gigi/Bidan – PTT, melalui SK Menkes nomor

1540/MENKES/SK/XII/2002, tentang Penempatan Tenaga Medis

Melalui Masa Bakti Dan Cara Lain). Isteri atau suami dan anak

yang sah dan atau anak angkat dan peserta yang mendapat

tunjangan keluarga sebagaimana diatur dalam peraturan

perundangan yang berlaku dengan ketentuan belum mencapai usia

21 tahun, belum menikah, belum berpenghasilan dan masih

menjadi tanggungan peserta atau sampai usia 25 tahun bagi yang

masih mengikuti pendidikan formal. Jumlah anak yang ditanggung

adalah dua anak (Keppres No.l6 tahun 1994).

Hak sebagai peserta Askes yaitu:

(1) Memiliki Kartu Askes, untuk dapat dilayani pada fasilitas

(18)

commit to user

(2) Memperoleh penjelasan tentang hak, kewajiban serta tata cara

pelayanan kesehatan.

(3) Menyampaikan keluhan baik secara lisan (telepon atau datang

langsung) atau tertulis, ke Kantor PT Askes (Persero) setempat.

Sedangkan, kewajiban yang harus dipenuhi meliputi:

membayar iuran, memberikan data identitas diri untuk penerbitan

Kartu Askes, mentaati semua ketentuan dan prosedur pelayanan

kesehatan yang berlaku, serta menjaga Kartu Askes agar tidak

rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh pihak yang tidak berhak.

Peserta mendapatkan pelayanan kesehatan dari Pemberi

Pelayanan Kesehatan (PPK) yang bekerjasama dengan PT. Askes

(Persero), yang terdiri dari:

(1) Puskesmas, Dokter Keluarga, Klinik dan Balai Pengobatan

Umum

(2) Rumah Sakit Pemerintah

(3) Rumah Sakit TNI/POLRI/Swasta

(4) Rumah Sakit Swasta tertentu

(5) Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD)/PMI

(6) Apotik

(7) Optikal

(8) Balai Pengobatan Khusus (BP Paru, BP Mata dan

(19)

commit to user

(9) Laboratorium Kesehatan Daerah di seluruh Indonesia

(PT ASKES, 2009)

b) Jamkesmas

Merupakan bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin di seluruh Indonesia, yang bersasaran pada

masyarakat miskin dan mendekati miskin atau tidak mampu,

dengan jumlah sasaran 76,4 juta (tujuh puluh enam juta empat ratus

ribu) jiwa. Pengelolanya adalah Depkes R.I. dan dibantu oleh PT

Askes. Puskesmas dan jaringannya, Rumah Sakit, dan Sarana

Pelayanan Kesehatan lainnya yang ditunjuk dapat menjadi Pemberi

Pelayanan Kesehatan (PPK) bagi pasien yang telah menjadi peserta

Jamkesmas (Depkes R.I, 2008).

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang

Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa

setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh

perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara

bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi

penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di

(20)

commit to user

kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup

serta Umur Harapan Hidup 70,5 tahun (BPS 2007). Derajat

kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut

diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan

(Depkes R.I., 2002).

Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi

dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Untuk menjamin

akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005

telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut

melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh

Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes

(Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004,

tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program

pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin (Depkes R.I.,

2002).

Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk

ditingkatkan melalui perubahan-perubahan sampai dengan

penyelenggaraan program tahun 2008. Perubahan mekanisme yang

(21)

commit to user

verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi

Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif

paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan

pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim

Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan

Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam

manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman

dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi

sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti

nama menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya

disebut Jamkesmas dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran

(Depkes R.I., 2002).

Tujuan umum dari Jamkesmas adalah meningkatnya akses

dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin

dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang

optimal secara efektif dan efisien. Sedangkan tujuan khusus

meliputi:

(1) Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu

yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta

jaringannya dan di rumah sakit

(2) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat

(22)

commit to user

(3) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan

akuntabel (Depkes R.I., 2002).

c) Pasien Umum

Merupakan pasien yang membayar jasa pelayanan kesehatan

secara langsung, tanpa asuransi.

2. Pelayanan Kesehatan dan Kualitas Pelayanan Kesehatan

a. Definisi

Pengertian dari pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam

suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun

masyarakat (Azwar, 1994).

Mengupayakan kesembuhan pasien secara optimal melalui

prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan

(Mulyadi dkk, 1992).

Zeithmalh, dkk (1990) menyatakan bahwa dalam menilai

kualitas jasa/pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/

(23)

commit to user

(keandalan), responsiveness (Cepat tanggap), competence

(kompetensi), access (kemudahan), courtesy (keramahan),

communication (komunikasi), credibility (kepercayaan), security

(keamanan), understanding the customer (pemahaman pelanggan).

Namun, dalam perkembangan selanjutnya dalam penelitian

dirasakan adanya dimensi mutu pelayanan yang saling tumpang

tindih satu dengan yang lainnya yang dikaitkan dengan kepuasan

pelanggan. Selanjutnya oleh Parasuraman, dkk (1990) dimensi

tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas

jasa/pelayanan, yaitu :

1) Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas,

peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.

2) Realibility (keandalan); yakni kemampuan untuk melaksanakan

jasa yang telah dijanjikan secara konsisten dan dapat

diandalkan (akurat).

3) Responsiveness (cepat tanggap); yaitu kemauan untuk

membantu pelanggan (konsumen) dan menyediakan jasa/

pelayanan yang cepat dan tepat.

4) Assurance (kepastian); mencakup pengetahuan dan

keramah-tamahan para karyawan dan kemampuan mereka untuk

(24)

commit to user

dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya,

risiko atau keragu-raguan.

5) Empathy (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian

secara individual kepada pelanggan, kemudahan dalam

melakukan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan

pelanggan.

b. Kualitas pelayanan kesehatan

Arti dari kualitas peleyanan kesehatan adalah yang merujuk

pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang di suatu

pihak dapat menimbulkan kepuasan kepada setiap pasien sesuai

dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata

cara penyelengaraanya sesuai dengan kode etik serta standar

pelayanan yang telah ditetapkan (Azrul, 1996).

Sementara itu hal-hal yang dapat memprediksi kepuasan itu

banyak macamnya, di antaranya seperti yang dimaksud Carmel

(1985), selain faktor pelayanan adalah hubungan antar faktor

pribadi, faktor sistem dan prosedur, faktor sarana fisik, dan faktor

kemudahan pelayanan. Kepuasan menjadi penting karena

menyangkut kesinambungan atau kontinuitas dari pelayanan

kesehatan. Telah dibuktikan dalam penelitian oleh Marquis (1983),

yang menyebutkan bahwa ada kecenderungan yang tinggi dari

(25)

commit to user

apabila mereka tidak puas. Maka diperlukan usaha-usaha untuk

memaksimalkan faktor kepuasan itu sendiri. Usaha-usaha tersebut,

diungkapkan oleh Cooper (1982), harus memperhatikan ruang

lingkup pelayanan kesehatan yang mencakup empat elemen utama

yaitu; sistem teknologi, sistem budaya dan cara hidup, sistem

ekonomi dan demografi, serta sistem politik dan peraturan.

Adapun faktor penerapan standar profesi dan kode etik

merupakan faktor yang turut menentukan kualitas pelayanan,

sekaligus merupakan kewajiban dalam pelaksanaanya seperti kata

Suratman (1994) dan Azwar (1996), rumah sakit maupun tenaga

kesehatan harus memperhatikan norma, etika, dan hukum yang

berlaku di dalam memberikan pelayanan kesehatan yang mengacu

pada kepuasan pasien.

c. Dimensi Kepuasan

Menurut Azwar (1996) bahwa dimensi kepuasan dapat

dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah kepuasan pemakai

jasa kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan

kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai

pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan

kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Menurut Azwar (1996)

(26)

commit to user

terhadap kepuasan pasien mengenai hubungan dokter - pasien,

kenyaman pelayanan, kebebasan melakukan pilihan, pengetahuan

dan kompetensi teknis, efektifitas pelayanan, dan keamanan

tindakan.

Yang kedua adalah kepuasan yang mengacu pada penerapan

semua persyaratan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan

kesehatan disebut bermutu apabila penerapan semua persyaratan

pelayanan kesehatan dapat memuaskan pasien mengenai

ketersediaan pelayanan kesehatan, kewajaran pelayanan kesehatan,

kesinambungan pelayanan kesehatan, penerimaan pelayanan

kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan, keterjangkauan

pelayanan kesehatan, efisiensi pelayanan kesehatan, mutu

pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).

Jika dibandingkan kedua kelompok dimensi kepuasan ini,

segeralah terlihat bahwa dimensi kepuasan yang kedua bersifat

ideal. Oleh karena penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

memenuhi semua persyaratan pelayanan, tidaklah semudah yang

diperkirakan. Untuk mengatasi masalah ini, lazim diterapkan

prinsip kepuasan yang terkombinasi secara selektif dalam arti

penerapan dimensi kepuasan kelompok pertama dilakukan secara

(27)

commit to user

dilakukan secara selektif yakni hanya yang sesuai kebutuhan dan

kemampuan saja (Azwar, 1996).

3. Persepsi Pasien dan Pengaruh Metode Pembiayaan, Umur,

Pendapatan, dan Pendidikan

Prasetijo dan Ihalauw (2005) menyatakan salah satu faktor

internal yang mempengaruhi pembentukan persepsi orang adalah

pengalaman dan kebutuhannya saat itu.

Sedangkan menurut Juran (1995) pelanggan menyatakan

kebutuhannya atas dasar persepsinya. Persepsi juga sangat

dipengaruhi karakteristik pribadi dan situasi pada saat itu

(Hendrartini, 2002). Karakteristik pribadi juga dapat mempengaruhi

persepsi (Robbis, 2001). Persepsi pelanggan terhadap produk atau

jasa berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Kepuasan bersifat

subyektif tergantung dari latar belakang tiap individu, sehingga tiap

individu dapat saja merasakan tingkat kepuasan yang berbeda untuk

jenis pelayanan yang sama (Azwar, 1996).

Terdapat perbedaan persepsi tentang kebutuhan pelayanan

kesehatan secara bermakna jika dilihat berdasarkan usia, pendidikan

dan pendapatan pasien. Umur mempengaruhi cara manusia

berpersepsi, status sosioekonomi, pendidikan dan tingkat pendapatan

(28)

commit to user

Dalam menilai kinerja staf kesehatan dalam memenuhi kebutuhan

pasien, persepsi pelanggan tidak menunjukkan perbedaan bermakna

jika dilihat berdasarkan jenis kelamin. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Carmel (1985) menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak

terkait dengan tingkat kepuasan. Tetapi jika dilihat berdasarkan usia,

pendidikan, cara pembiayaan kesehatan dan tingkat pendapatan

pelanggan eksternal, terdapat perbedaan persepsi tentang pemenuhan

kebutuhan pelayanan kesehatan.

4. Rumah Sakit

a. Definisi

Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan

kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter,

perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya (Wikipedia, 2010).

b. Tugas dan Fungsi

Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah

sakit, yaitu :

1) Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,

2) Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan

penunjang medis tambahan,

3) Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman,

4) Melaksanakan pelayanan medis khusus,

(29)

commit to user

6) Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi,

7) Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial,

8) Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan,

9) Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan

rawat tinggal (observasi),

10) Melaksanakan pelayanan rawat inap,

11) Melaksanakan pelayanan administratif,

12) Melaksanakan pendidikan para medis,

13) Membantu pendidikan tenaga medis umum,

14) Membantu pendidikan tenaga medis spesialis,

15) Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan,

16) Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi (Wikipedia,

2010).

5. Rawat Inap

Rawat inap adalah pelayanan pengobatan kepada penderita di

suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang oleh karena penyakitnya

penderita harus menginap di fasilitas kesehatan tersebut. Yang

dimaksud dengan penderita adalah seseorang yang mengalami /

menderita sakit atau mengidap suatu penyakit. Yang dimaksud dengan

fasilitas pelayanan kesehatan adalah rumah sakit baik milik pemerintah

(30)

commit to user

Kurniati (2002) juga menyebutkan pengertian dari rawat inap adalah

pemeliharaan kesehatan di rumah sakit dimana penderita

tinggal/mondok sedikitnya satu hari, berdasarkan rujukan dari

pelaksana pelayanan kesehatan tingkat I atau dokter spesialis yang

ditunjuk.

Jenis pelayanan yang diberikan meliputi : mondok dan makan

sesuai dengan kebutuhan gizi, visit atau konsul ahli sekurangnya 1

(satu) kali sehari, tindakan medis, obat- obatan dan alat kesehatan,

(31)

commit to user

[image:31.595.118.528.178.710.2]

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Selera

Suasana Hati Pasien Metode Pembiayaan

Langsung (Umum)

Pasien Rawat Inap

ASKES Sosial JAMKESMAS

Pelayanan Bangsal Rawat Inap Pasien

Umum

Standar Pelayanan

Pelayanan Kesehatan

Sarana Kesehatan Yang Bermutu

Terdapat Perbedaan Atau Persamaan Persepsi Kualitas Pelayanan Menurut Pasien Pelayanan Bangsal Rawat Inap Pasien

ASKES

Pelayanan Bangsal Rawat Inap Pasien

JAMKESMAS

Pendapatan

Metode Fee For Service

Klaim RS dan Jasa Doker

Klaim RS dan Jasa Doker

Terdapat Perbedaan Atau Persamaan Pelayanan Bangsal Rawat Inap

(32)

commit to user

C. Hipotesis

Ada hubungan antara metode pembiayaan persepsi kualitas

pelayanan rawat inap antara pasien umum, pasien ASKES, dan pasien

(33)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik, dan

pengambilan data secara observasi dengan pendekatan cross sectional.

Metode kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan perbedaan

persepsi terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan rumah sakit

dan kegiatan pelayanannya.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien yang dirawat di Bangsal Rawat

Inap Interna Rumah Sakit Dr Moewardi Surakarta dengan kriteria

sebagai berikut:

1. Tidak buta dan tuli

(34)

commit to user

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Bangsal Melati 1 dan Melati 3 Rumah Sakit

Dr. Moewardi Surakarta.

D. Teknik Sampling dan Ukuran Sampel

Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan teknik

quota sampling. Ukuran sampel untuk analisis multivariat, yaitu

berjumlah 15-20 untuk setiap variabel independent. Terdapat empat

variabel independen yang terdiri dari: metode pembiayaan, umur,

pendidikan, dan pendapatan. Maka jumlah responden minimal yang

dibutuhkan sebanyak 60 orang, yang dibagi dalam tiga kelompok,

yaitu 20 pasien umum, 20 pasien Askes, dan 20 pasien Jamkesmas

yang dipilih secara acak hingga memenuhi 60 orang.

E. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Metode pembiayaan

2. Variabel terikat : Persepsi terhadap kualitas

pelayanan rawat inap

3. Variabel perancu terkendali : Umur, pendapatan,

(35)

commit to user

4. Variabel perancu tak terkendali : Suasana hati pasien, selera

F. Definisi Operasional Variabel

1. Metode Pembiayaan

§ Metode pembiayaan yaitu cara yang digunakan pasien untuk

membiayai pelayanan rawat inap di RSUD Tipe A

1) Pembiayaan Umum : Pembiayaan

ipelayanan kesehatan

dengan menggunakan biaya

sendiri.

2) Asuransi Kesehatan : Pemabiayaan melalui cicilan

asuransi.

3) Jamkesmas : Pembiayaan pelayanan kesehatan

idengan menggunakan biaya subsidi

idari pemerintah berupa

Jamkesmas.

b. Instrumen penelitian : Kuesioner

c. Jenis data : Kategorikal

(36)

commit to user

§ Persepsi terhadap kualitas pelayanan rawat inap RSUD Tipe A

adalah persepsi terhadap semua hal yang berkaitan dengan

kualitas penyelanggaraan pelayanan bangsal rawat inap di

RSUD Tipe A, meliputi dimensi tangiable, reliability,

assurance, responsiveness, empathy, dan access.

§ Instrumen penelitian : Kuesioner yang telah distandarkan

§ Jenis data : Kontinu

(37)
[image:37.595.84.553.133.654.2]

commit to user

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian

H. Cara Kerja Penelitian

Populasi Sasaran Pasien Rawat Inap di RS Tipe A

Populasi Sumber Pasien Rawat Inap di RS Tipe A

Pasien JAMKESMAS Pasien ASKES Pasien Umum Pengisian Kuesioner

Membandingkan Hasil Pengambilan Data Sampel Pasien Rawat Inap di Sakit Dr

Moewardi

Pengambilan Sampel Dengan Quota

(38)

commit to user

Secara singkat, jalannya penelitian adalah sebagai berikut:

Pertama mencari reverensi yang berhubungan dan mendukung

penelitian yang akan dilaksanakan, agar memberi bekal saat

melakukan penelitian. Tahap selanjutnya peneliti memperlengkapi

perijinan untuk pelaksanaan penelitian. Langkah terakhir adalah

menetapkan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian, yaitu

kuesioner untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan persepsi kualitas

pelayanan pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di

Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit Dr Moewardi. Kuesioner diisi

sendiri oleh pasien atau dengan mewawancarai pasien. Hasil kuesioner

kemudian dkumpulkan, dan dipilah-pilah untuk kemudian dianalisis.

I. Analisis Data

Teknik Analisis data statistik yang diperoleh dianalisis dengan uji

Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney, yang diolah dengan program

(39)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian : (A) Karakteristik data

sampel; (B) Hasil analisis pengaruh metode pembiayaan dengan persepsi kualitas

pelayanan pasien rawat inap.

A. Karakteristik data sampel

1. Karakteristik data sampel berdasar data kontinu yang meliputi umur

[image:39.595.110.519.244.521.2]

(tahun) dan pendapatan per bulan (Rp)

Tabel 4.1 Karakteristik sampel (data kontinu)

Variabel n Mean SD Minimum Maksimum

Umur (Thn) 60 50 16.2 12 80

Pendapatan (Rp) 60 987333 1094711.3 100000 5500000

2. Karakteristik data sample berdsar data kategorikal yang meliputi jenis

kelamin dan pendidikan.

Tabel 4.2 menunjukkan jumlah responden pria sedikit lebih banyak

daripada jumlah responden wanita. Sedangkan untuk pendidikan terakhir

responden, untuk yang tak sekolah/SD menempati urutan teratas (45%),

diikuti berpendidikan SMP/SMA (43,3%), dan yang terakhir adalah

(40)
[image:40.595.110.531.151.754.2]

commit to user

Tabel 4.2 Karakteristik sampel (data kategorikal)

Variabel n Persentase (%)

Jenis Kelamin

Pria 35 58.3

Wanita 25 41.7

Total 60 100

Pendidikan

Tak Sekolah/SD 27 45

SMP/SMA 26 43.3

Perguruan Tinggi 7 11.7

Total 60 100

B. Hasil analisis pengaruh metode pembiayaan dengan persepsi kualitas

pelayanan pasien rawat inap.

1. Uji Kruskal Wallis

Tabel 4.3. Hasil Uji Kruskal Wallis Tentang Beda Kualitas Menurut

Metode Pembiayaan

No. Dimensi Kualitas

Metode Pembiayaan N

Mean

Rank SD Kruskal Wallis P

1. Reliability

Jamkesmas 20 22.0 1.7 8.24 0.016

Askes 20 13.0 1.3

Umum 20 23.4 0.9

2. Tangible

Jamkesmas 20 15.5 1.1 0.81 0.060

Askes 20 15.9 5.0

Umum 20 15.6 1.1

3. Responsiveness

Jamkesmas 20 8.6 2.4 5.40 0.067

Askes 20 8.9 1.3

Umum 20 0.8 0.8

4. Assurance

Jamkesmas 20 12.9 0.5 5.63 0.060

Askes 20 13.7 0.2

Umum 20 13.9 0.1

5. Empathy

Jamkesmas 20 11.2 2.3 5.28 0.071

(41)

commit to user

Umum 20 11.3 0.6

6. Access

Jamkesmas 20 15.3 0.9 3.74 0.154

Askes 20 14.3 1.7

Umum 20 15.1 0.9

6. Kualitas Total

Jamkesmas 20 85.3 1.0 11.50 0.003

Askes 20 86.8 1.3

Umum 20 89.0 0.4

Tabel 4.3 hasil uji Kruskal Wallis tentang beda kualitas menurut metode

pembiayaan menunjukkan terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan

kualitas pelayanan rawat inap menurut metode pembiayaan kesehatan, untuk

aspek reliability (p=0.016) serta kualitas keseluruhan (p=0.003). Kualitas

pelayanan rawat inap yang diterima pasien umum lebih baik daripada pasien

Askes, dan pasien Askes lebih baik daripada pasien Jamkesmas. Perbedaan aspek

tangibles (p=0,060), responsiveness (p=0.067), assurance (p=0.060, empathy

(p=0.071), dan access (p=0,154) dari kualitas pelayanan rawat inap secara statistik

tidak signifikan.

2. Uji Mann-Whitney

Tabel 4.4. Hasil Uji Mann-Whitney Tentang Beda Kualitas Menurut

Metode Pembiayaan

No. Dimensi Kualitas

Metode Pembayaran Mean Rank Mann-Whitney P

1. Reliability

Jamkesmas-Askes 17.0-24.0 129.50 0.046 Jamkesmas-Umum 15.8-25.2 106.00 0.007

Askes-Umum 19.1-22.0 171.50 0.388

[image:41.595.109.527.138.492.2]
(42)

commit to user

Jamkesmas-Askes 21.8-19.2 173.50 0.399 Jamkesmas-Umum 21.4-19.7 183.00 0.570

Askes-Umum 19.8-21.2 185.50 0.657

3. Responsiveness

Jamkesmas-Askes 21.0-20.1 191.50 0.807 Jamkesmas-Umum 17.6-23.4 142.00 0.070

Askes-Umum 16.8-24.3 125.00 0.023

4. Assurance

Jamkesmas-Askes 18.4-22.7 157.00 0.150 Jamkesmas-Umum 17.4-23.7 137.00 0.025

Askes-Umum 19.5-21.6 179.00 0.360

5. Empathy

Jamkesmas-Askes 22.5-18.5 160.50 0.225 Jamkesmas-Umum 19.0-22.0 170.50 0.274

Askes-Umum 17.0-24.0 130.50 0.023

6. Access

Jamkesmas-Askes 23.8-17.3 135.00 0.064 Jamkesmas-Umum 18.3-22.8 155.00 0.199

Askes-Umum 21.6-19.4 177.50 0.509

7. Kualitas Total

Jamkesmas-Askes 20.0-21.0 190.50 0.796 Jamkesmas-Umum 14.1-26.9 72.00 0.000

Askes-Umum 16.3-24.7 116.00 0.022

Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji Mann Whitney tentang beda kualitas

menurut metode pembiayaan.. Dalam aspek reliability, persepsi kualitas

pelayanan rawat inap pasien Askes lebih baik daripada pasien Jamkesmas

(p=0,046), dan persepsi kualitas pelayanan rawat inap pasien umum lebih baik

daripada pasien jamkesmas (p=0,007), perbedaan ini secara statistik signifikan.

Aspek tangibles di dalamnya tidak terdapat perbedaan yang secara statistik

signfikan dalam mutu pelayanan rawat inap antara pasien Umum, Askes dan

[image:42.595.142.571.137.501.2]
(43)

commit to user

Untuk aspek responsiveness, kualitas pelayanan rawat inap pasien

Jamkesmas dan Askes lebih rendah daripada pasien umum, dan perbedaan ini

secara statistik signifikan (p=0,023).

Aspek assurance tidak terdapat perbedaan kualitas pelayanan rawat inap

antara pasien Jamkesmas-Askes dan Askes-Umum. Tetapi terdapat perbedaan

kualitas pelayanan rawat inap yang signifikan antara pasien Jamkesmas dan

Umum, dalam hal ini kualitas pelayanan pasien Jamkesmas lebih rendah dari pada

pasien Umum (p=0,025).

Menurut aspek empathy, tidak terdapat perbedaan persepsi kualitas

pelayanan rawat inap antara pasien Umum dengan Jamkesmas, maupun pasien

Jamkesmas dengan Askes. Persepsi kualitas pelayanan rawat inap pasien Askes

lebih rendah dari pada pasien umum, dan perbedaan ini signifikan secara statistik

(p=0,023).

Aspek access di dalamnya tidak terdapat perbedaan yang secara statistik

signfikan dalam mutu pelayanan rawat inap antara pasien Umum, Askes dan

Jamkesmas.

Kualitas total didapatkan hasil secara keseluruhan persepsi kualitas

pelayanan pasien Jamkesmas lebih rendah daripada pasien Umum (p=0,000) dan

pasien Aske lebih rendah daripada paien Umum (p=0,022).

Secara keseluruhan dapat ditarik simpulan persepsi kualitas pelayanan rawat

inap pasien Jamkesmas lebih rendah dari pada pasien Askes maupun pasien

(44)

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh metode pembiayaan

(Jamkesmas, Askes, dan out of pocket) terhadap persepsi kualitas pelayanan

pasien inap. Responden yang terlibat dalam penelitian ini berusia minimum 12

tahun sebanyak 1 (satu) orang, maksimum 80 tahun sebanyak 1 (satu) orang;

berpenghasilan maksimum Rp 100.000,00/bulan, maksimum Rp

5.500.000,00/bulan; berjenis kelamin pria sebesar 58,3%, dan wanita sebesar

41,7%; berpendidikan terakhir tak sekolah/SD sebesar 45%, SMP/SMA 43,3%,

dan Perguruan Tinggi 11,7%.

Penelitian ini mendukung bahwa terdapat pengaruh metode pembiayaan

kesehatan yang secara statistik signifikan terhadap kualitas pelayanan rawat inap

sebagaimana dipersepsikan oleh pasien.

Hal ini membuktikan secara teori bahwa dengan metode pembiayaan akan

mempengruhi sikap dan perilaku pada pemberi pelayanan kesehatan terhadap

ekspetasi pasien yaitu turun pada sistem kapitasi dan meningkat pada sistem fee

for service dan nantinya akan berpengaruh pada dimensi kualitas pelayanan yang

diberikan yaitu akan turun pada sistem asuransi dan akan naik pada sistem

pembiayaan langsung.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Reschovsky (2000) dalam artikel

(45)

commit to user

Among the Privatetely Insured?” menyimpulkan, bahwa metode pembiayaan

kesehatan berpengaruh pada kualitas perawatan yang diberikan karena perbedaan

yang mendasar dalam hal pembatasan pelarangan , manajemen perawatan, dan

pembagian biaya mealui tipe asuransi yang diikuti.

Dampak yang ada dengan sistem tersebut akan mempengaruhi pada sikap

dan perilaku pada provider terhadap ekspektasi pasien yaitu turun pada sistem

kapitasi dan meningkat pada sistem fee for service dan nantinya akan berpengaruh

pada dimensi kualitas pelayanan yang diberikan yaitu akan turun pada sistem

asuransi dan akan naik pada sistem pembiayaan langsung.

Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil-hasil penelitian yang

dilakukan Maksudi (2001) dalam artikel yang berjudul “Upaya Peningkatan

Pendapatan Fungsional di RSUD Dr. M Ashari Kabupaten Pemalang Melalui

Pelayanan yang Memuaskan Kepada Pasien” menyimpulkan bahwa kualitas

pelayanan di rumah sakit sangat dipengaruhi dengan besarnya biaya yang

dikeluarkan.

Fakta empiris lainnya yang memperkuat hasil penelitian tentang kualitas

pelayanan yang dipengaruhi sistem pembiayaan melalui asuransi adalah Kaiser

(1997) dalam artikel di sebuah jurnal tentang kebijakan pemerintah daam

memberikan pelayanan kesehatan yang baik terhadap pasien dikaitkan dengan

asuransi kesehatan yaitu yang berjudul “ Role of Insurance in Promoting Access to

Care” yang menyimpulkan bahwa meskipun kualitas pelayanan kesehatan

(46)

commit to user

asuransi yang ada. Hal ini agar ada suatu persaingan yang baik serta akan

berdampak pada pentingnya pelayanan kesehatan.

Seperti pada penelitian ini yang menghasilkan suatu perbedaan kualitas

pelayanan rawat inap yang diterima oleh pasien berdasarkan berbagai aspek

dimensi (enam dimensi) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang mencolok

antar dimensi. Tabel menunjukkan hasil uji Mann Whitney tentang beda kualitas

menurut metode pembiayaan. Secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan

persepsi kualitas pelayanan rawat inap pasien Jamkesmas lebih rendah dari pada

pasien Askes maupun pasien Umum.

Dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh Sistem Pembiayaan Kesehatan

Terhadap Persepsi Kualitas Pelayanan Rawat Inap di RSUD Kabupaten Sragen”

Pratondo (2008) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang secara statistic

signifikan dari system pembiayaan kesehatan yang berbeda terhadap kualitas

pelayanan rawat inap yang diberikan pada pasien.

Dari hasil ini memperkuat hasil penelitian Coway dan Willcokks (1997)

dalam sebuah artikel tentang kualitas perawatn kesehatan di Preston United

Kingdom yang berjudul “ The Role of Expectations in the Perception of Health

Care Quality” denagn hasiel penelitiannya adalah pada faktanya kualitas

pelayanan kesehatan merupakan suatu harapan pasien, kunci keberhasilan dalam

memberikan pelayanan yang berkualitas adalah model manajerial yang diterapkan

oleh pemberi pelayanan kesehatan. Model tersebut antara lain adalah sistem

(47)

commit to user

Metode pembiayaan dalam rumah sakit ada dua cara, yaitu melalui

pembayaran secara asuransi dan pembiayaan secara langsung atau out of pocket.

Pembiayaan denagn asuransi dirasakan pasien suatu penghargaan dan sangat

diharapkan, karena membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Dari artikel di atas memberikan gambaran bahwa metode pembiayaan

dengan asuransi kurang dapat memberikan kepuasan pada pasien terutama dalam

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

Dengan hasil penelitian ini, maka sekaligus akan menjawab masalah kualitas

pelayanan rawat inap yang dipengaruhi oleh metode pembiayaan yaitu dengan

Jamkesmas, Askes, dan out of pocket yang dipersepsikan masyarakat bahwa

pelayanan pasien Jamkesmas dan Askes kurang mendapat pelayanan yang baik.

Masalah lain dengan program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

adalah segi efisiensinya. Dalam sistem layanan kesehatan Indonesia yang liberal

dan rendah disiplin, masalah ini merupakan titik rawan. Selama sistem masih

sangat liberal, tarif rumah sakit ditetapkan berbeda-beda sesuai peraturan daerah,

serta belum ada mekanisme pengawasan yang efektif, kebutuhan dana Jamkesmas

dapat membengkak tanpa peningkatan kualitas pelayanan. Apalagi jika penentuan

besaran dana untuk tiap pasien tidak didasari perhitungan aktuaria yang cermat.

Di sisi lain, rumah sakit sulit menghindar dari pola perhitungan berdasarkan fee

for service akibat perilaku dokter kurang kooperatif untuk melakukan efisiensi.

Dapat dimengerti bila masih saja terjadi ada pasien miskin diminta

(48)

commit to user

selanjutnya adalah penurunan mutu layanan. Dengan berbagai kelemahan di atas,

dana Jamkesmas seharusnya dikelola sebagaimana asuransi kesehatan sosial.

Senyampang dengan rencana pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN), Jamkesmas seyogianya dilebur ke dalam SJSN dan dianggap sebagai

pembayaran premi bagi orang miskin. Jika pengelolaan SJSN benar-benar

profesional, pengelola SJSN juga akan melakukan program preventif dan

promotif serta menjamin pemerataan akses pelayanan bagi semua orang secara

sama (equal) tanpa diskriminasi dengan mutu yang terjaga. Pemerintah lalu

tinggal membentuk lembaga pengawas yang mandiri.

Pada kenyataannya kurang sadarnya tenaga medis dalam melakukan

pelayanan kesehatan yang sangat mempengaruhi perbedaan persepsi kualitas

pelayanan kesehatan, pada metode pembiayaan yang berbeda. Hal yang

mempengaruhi tentu saja masalah kapan uang jasa tersebut diterima setelah

petugas kesehatan tersebut memberi pelayanan kesehatan. Meski besarnya sama,

dalam waktu yang berbeda belum tentu nilainya akan sama juga. Adanya

pembatasan-pembatasan pada beberapa metode pembiayaan juga mempengaruhi

(49)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini mendukung hipotesis bahwa terdapat pengaruh

metode pembiayaan pelayanan kesehatan secara statistik signifikan

terhadap kualitas pelayanan rawat inap sebagaimana dipersepsikan oleh

pasien.

Berdasarkan uji Kruskal Wallis tentang beda kualitas menurut

metode pembiayaan menunjukkan terdapat perbedaan yang secara statistik

signifikan kualitas pelayanan rawat inap menurut metode pembiayaan

kesehatan, untuk aspek reliability (p=0.016) serta kualitas keseluruhan

(p=0.003). Kualitas pelayanan rawat inap yang diterima pasien umum

lebih baik daripada pasien Askes, dan pasien Askes lebih baik daripada

pasien Jamkesmas. Perbedaan aspek tangibles (p=0,060), responsiveness

(p=0.067), assurance (p=0.060, empathy (p=0.071), dan access (p=0,154)

dari kualitas pelayanan rawat inap secara statistik tidak signifikan.

Sedangkan menurut uji Mann-Whitney, didapatkan hasil sebagai

berikut: dalam aspek reliability, persepsi kualitas pelayanan rawat inap

pasien Askes lebih baik daripada pasien Jamkesmas (p=0,046), dan

(50)

commit to user

pasien Jamkesmas (p=0,007), untuk aspek responsiveness, kualitas

pelayanan rawat inap pasien Jamkesmas dan Askes lebih rendah daripada

pasien umum, dan perbedaan ini secara statistik signifikan (p=0,023),

dalam aspek assurance terdapat perbedaan kualitas pelayanan rawat inap

yang signifikan antara pasien Jamkesmas dan Umum, dalam hal ini

kualitas pelayanan pasien Jamkesmas lebih rendah dari pada pasien Umum

(p=0,025), menurut aspek empathy, persepsi kualitas pelayanan rawat inap

pasien Askes lebih rendah dari pada pasien umum, dan perbedaan ini

signifikan secara statistik (p=0,023), dan untuk kualitas total didapatkan

hasil secara keseluruhan persepsi kualitas pelayanan pasien Jamkesmas

lebih rendah daripada pasien Umum (p=0,000) dan pasien Askes lebih

rendah daripada paien Umum (p=0,022).

Berdasarkan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney, secara

keseluruhan didapatkan hasil kualitas pelayanan rawat inap yang diterima

pasien umum lebih baik daripada pasien Askes, dan pasien Askes lebih

baik daripada pasien Jamkesmas. Hal ini sesuai dengan hipotesis, yaitu ada

hubungan antara metode pembiayaan persepsi kualitas pelayanan rawat

inap antara pasien umum, pasien Askes, dan pasien Jamkesmas di RSUD

TipeA.

B. Saran

Penelitian ini memberikan saran sebagai berikut. Pertama kepada

(51)

commit to user

perlu meningkatkan kualitas pelayanan rawat inap yang diberikan kepada

pasien Jamkesmas dan Askes, sehingga tidak terjadi kesenjangan dengan

kualitas yang diberikan kepada pasien umum (yaitu pasien yang membayar

langsung).

Kedua, perlu dilakukan penelitian yang sama pada rumah sakit

lainnya, baik rumah sakit swasta maupun rumah sakit milik pemerintah,

baik Rumah Sakit Tipe A maupun rumah sakit tipe yang lainnya, serta

mempertimbangkan aspek jumlah ketersediaan pemberi pelayanan

kesehatan yang ada. Penelitian lanjutan tersebut berguna untuk

menyimpulkan umum (generalisasi) temuan penelitian ini.

Kesadaran dari petugas kesehatan perlu dipacu, agar mereka mau

melayani semua pasien dengan baik. Terutama suatu masukan bagi dokter,

agar mengingat sumpahnya saat menerima gelar dokter, yang mengatakan

bahwa kesehatan penderita akan diutamakan, dan tidak akan pernah

memandang kedudukan sosial. Pemerintah perlu menyusun kebijakan

mengenai obat, mengenai pemeriksaan penunjang, mengubah orientasi

kesehatan dari sebelumnya kuratif menjadi preventif. Sehingga pada

akhirnya, terbentuk program-program yang terpadu, dan mensejahterakan

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1.   Karakteristik sampel (data kontinu) . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikirancommit to user
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hotel Home Inn Palembang sebaiknya memiliki catatan akuntansi terkait sistem akuntansi penerimaan kas dari penjualan jasa kamar bagian akuntansi ikut andil dalam mengawasi

DPRD kota Yogyakarta/ kemarin siang/ 25 Oktober 2005// Dalam kesempatan ini tiap fraksi memberikan. rancangan – rancangan mengenai Peraturan Daerah// Raperda yang dibahas

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa spektrofotometri derivatif metode zero crossing memenuhi persyaratan akurasi dan presisi, dan dapat

Ket : * Apabila hasil pertritungan setelah dikurangi perhitungan konsultan perencanaan a* penga*usm dibawah Rp. Sidondo 400.000.000 APBN Lelang

Jika keluarga Tomi sampai di rumah nenek pukul 12.15, dan berangkat pada pukul 10.45.. Berapa lama perjalanan

Dari Gambar 8 dan 9 terlihat bahwa uap superheat yang tidak dialirkan temperaturnya akan lebih tinggi di bagian ruang antar Sirip (T2) di- bandingkan dengan yang

In this “She Dwelt among the Untrodden Ways” poem by William Wordsworth, the writer found some words that has symbol meaning of words which are related with this study.. The

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS MIND MAP TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA.. PADA POKOK