• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN GURU, KONSEP DIRI, DAN CIVIC KNOWLEDGE TERHADAP SIKAP PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA DI SMA BODHI SATTVA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN GURU, KONSEP DIRI, DAN CIVIC KNOWLEDGE TERHADAP SIKAP PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA DI SMA BODHI SATTVA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN GURU, KONSEP DIRI, DAN CIVIC KNOWLEDGE TERHADAP SIKAP

PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA DI SMA BODHI SATTVA BANDAR LAMPUNG

(Tesis)

Oleh

Farina Baharuddin

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

GURU, KONSEP DIRI, DAN CIVIC KNOWLEDGE TERHADAP SIKAP PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA

DI SMA BODHI SATTVA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Farina Baharuddin

1023031016

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Pada

Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN GURU, KONSEP DIRI, DAN CIVIC KNOWLEDGE TERHADAP SIKAP

PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA BANGSA DI SMA BODHI SATTVA BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Farina Baharuddin

Abstrak

Kehidupan sosial budaya masyarakat memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri untuk diamati, di samping memiliki kompleksitas tetapi keunikan tersebut juga ditandai oleh suatu dinamika kehidupan menuju suatu pola hidup tertentu. Kompleksitas kehidupan sosial budaya masyarakat ditujukan dengan banyaknya kaitan dan integrasi terhadap kehidupan sosial lainnya, seperti idiologi, politik, ekonomi dan keamanan.

Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk menjelaskan pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi paedagogik guru, konsep diri siswa dan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowladge) Terhadap sikap dan kesadaran pelestarian nilai-nilai budaya bangsa siswa SMA di Bodhi Sattva Bandar Lampung. Metode penelitian ini adalah deskriptif korelasional, sampel penelitian ini berjumlah 93 orang, Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan angket yang selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui analisis statistic SPSS versi 17.00.

Persepsi siswa tentang kompetensi paedagogik guru mempunyai pengaruh positif, erat dan signifikan terhadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa. Persepsi siswa tentang kompetensi paedagogik guru mempunyai pengaruh positif, erat dan signifikan terhadap Civic Knowledge. Civic Knowledge mempunyai pengaruh positif, erat dan signifikan terhadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa. konsep diri siswa mempunyai pengaruh positif, erat dan signifikan terhadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa. Persepsi siswa tentang kompetensi paedagogik guru mempunyai pengaruh positif, erat dan signifikan terhadap konsep diri siswa. civic knowledge mempunyai pengaruh positif, erat dan signifikan terhadap konsep diri siswa. Persepsi siswa tentang kompetensi paedagogik guru melalui civic knowladge mempunyai pengaruh positif, erat dan signifikan terhadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa. civic knowladge melalui konsep diri siswamempunyai pengaruh positif, erat dan signifikan terhadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa

(4)

EFFECT OF STUDENT PERCEPTIONS OF TEACHER COMPETENCE LEARNING, SELF-CONCEPT, AND CIVIC ATTITUDES OF KNOWLEDGE PRESERVATION OF

NATIONAL CULTURAL VALUES SENIOR HIGH SCHOOL BODHI SATTVA IN LAMPUNG

by:

Farina Baharuddin

abstract

Social and cultural life of society has its own charm and uniqueness to be observed, in addition to complexity, but the uniqueness is also characterized by a dynamic life to a certain lifestyle. Complexity of social and cultural life devoted to the many linkages and integration of social life, such as ideology, politics, economics and security.

The purpose of this study was to clarify the effect of the Student Perceptions About Competence paedagogik teacher, student self-concept and knowledge of citizenship (civic knowladge) The attitudes and awareness of the preservation of national cultural values of high school students at the Bodhi Sattva Bandar Lampung. The method is a descriptive correlational study, the study sample consists of 93 people, the data collection techniques used were the questionnaire data processing is then performed through statistical analysis SPSS version 17.00.

Student perceptions about competency paedagogik teachers have a positive effect, close and significant impact on the attitude of the conservation values of national culture. Student perceptions about competency paedagogik teachers have a positive influence, and significant close to the Civic Knowledge. Civic Knowledge has a positive effect, close and significant impact on the attitude of the conservation values of national culture. self-concept of students having a positive effect, close and significant impact on the attitude of the conservation values of national culture. Student perceptions about competency paedagogik teachers have a positive effect, close and significant impact on students' self concept. civic knowledge has a positive effect, close and significant impact on students' self concept. Student perceptions of teacher competence through civic knowladge paedagogik have a positive effect, close and significant impact on the attitude of preservation of cultural values of the nation. civic knowladge through self-concept of students having a positive effect, close and significant impact on the attitude of the conservation values of national culture Keywords: Student Perceptions Of Teacher Competence Learning, Self-Concept, Civic

(5)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pembelajaran Guru, Konsep Diri Siswa, dan Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowladge) Terhadap Sikap dan Kesadaran Pelestarian Nilai-nilai Budaya Bangsa Siswa SMA di Bodhi Sattva Bandar Lampung

Nama Mahasiswa : Farina Baharuddin

NPM : 1023031016

Program Studi : Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hi. Pargito, M.Pd Dr. Irawan Suntoro, M.S NIP. 195904141986031005 NIP. 195603231984031003

2. Ketua PPs. Pendidikan IPS

(6)
(7)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Hi. Pargito, M.Pd ………

Sekretaris : Dr. Irawan Suntoro, M.S ………

Penguji I : Prof. Dr. Sudjarwo, M.S ………

Penguji II : Dr. Edy Purnomo, M.Pd ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP 196003151985031003

3. Direktur Pascasarjana Universitas Lampung

Prof. Dr. Sudjarwo M.S NIP. 195305281981031002

(8)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pembelajaran Guru, Konsep Diri, dan Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowladge) Terhadap Sikap Dan Kesadaran Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Bangsa Siswa SMA di Bodhi Sattva Bandar Lampung “ adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut plagiatisme.

2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dari sanksi yang diberikan kepada saya; saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.

Bandar Lampung, 3 Mei 2012 Pembuat Pernyataan

Materai Rp. 6000,

(9)

viii

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama Farina Baharuddin di lahirkan di Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada tanggal 25 Juni 1958. Penulis adalah anak sulung dari lima bersaudara pasangan Bapak Hi. Baharuddin, S.H dan Ibu Hj. Rogaiyah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 6 Bandar Lampung, yang di selesaikan pada tahun 1970, Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama di SMP Negeri Teluk Betung Kabupaten Tanjungkarang yang diselesaikan pada tahun 1973. Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di SPG Negeri 1 Tanjungkarang yang di selesaikan pada tahun 1976.

(10)

ix

SANWANCANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Pembelajaran Guru, Konsep Diri Siswa Dan Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowladge) Terhadap Sikap Dan Kesadaran Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Bangsa Siswa SMA di Bodhi Sattva Bandar Lampung.

Tesis ini di buat untuk memenuhi persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Proses penulisan tesis ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar maupun dari dalam diri penulis sendiri, penulisan tesis ini pun tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(11)

x

3. Drs. Arwin Achmad, M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. Hi. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus pembahas II dalam penelitian ini.

5. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S selaku Ketua Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung Sekaligus Pembahas I.

6. Dr. Hi. Pargito, M.Pd selaku Sekretaris Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung Sekaligus Pembimbing I.

7. Dr. Irawan Suntoro, M.S selaku pembimbing II yang selalu memberi bimbingan.

8. Dr. Edy Purnomo, M.Pd selaku pembahas II, yang telah memberikan saran dan kritik demi tersempurnakannya tesis ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

10.Suami ku tercinta Drs. Adeham, M.Pd dan anak-anak ku tersayang yang senantiasa melimpahkan kasih sayang sayangnya baik secara finansial maupun mental.

11.Keluarga besar SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung (Guru berserta staf TU) yang selalu memberi dukungan moril dan spiritual.

(12)

xi

13.Rekan-rekan angkatan 2010 Program Pascasarjana Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

Semoga amal baik yang Bapak, Ibu, Saudara berikan, akan selalu mendapat pahala dari Allah Swt. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaim, Wr. Wb.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis,

(13)

xii

MOTTO

Dengan Ilmu Hidup Akan Mudah

Dengan Agama Hidup Akan Terarah

Dengan Seni Hidup Akan Indah

(14)

xiii

PERSEMBAHAN

Dengan Rasa Syukur yang mendalam kepada ALLAH SWT, kupersembahkan karya

kecil ini kepada :

Suamiku Tercinta

Anak-anakku Tersayang

Keluaga Besar Terkasih

Almamater Universitas Lampung

Keluraga Besar Social Studies dan Civic Education Universitas

Lampung

(15)

DAFTAR ISI

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 15

2.1.1 Tinjauan Tentang Pengertian Persepsi ... 20

2.1.2 Kompetensi Guru ... 24

2.1.3 Konsep Diri ... 37

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan ... 43

2.1.5 Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pendidikan IPS ... 53

2.1.6 Tinjauan Tentang Sikap ... 61

2.1.7 Sistem Nilai Budaya ... 67

(16)

2.1.10 Masyarakat Multi Etnik ... 73

3.3 Variable dan Instrumen Penelitian ... 88

3.3.1 Persepsi siswa tentang Kompetensi Paedagogik Guru... 89

3.3.2.3 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Konsep Diri Siswa ... 93

3.3.2.4 Kalibrasi Instrumen Variabel Konsep Diri Siswa ... 94

3.3.3 Civic Knowledge ... 95

3.3.3.1 Definisi Konseptual Variabel Civic Knowledge ... 95

3.3.3.2 Definisi Operasional Variabel Civic Knowledge ... 95

3.3.3.3 Kisi-Kisi Instrumen Civic Knowledge ... 96

3.3.3.4 Kalibrasi Instrumen Variabel Civic Knowledge ... 96

3.3.4 Sikap Dan Kesadaran Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Bangsa ... 97

3.3.4.1 Definisi Konseptual Variabel Sikap Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Bangsa. ... 98

3.3.4.2 Definisi Operasional Variabel Sikap Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Bangsa ... 98

3.3.4.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Sikap Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Bangsa ... 98

3.3.4.4 Kalibrasi Instrumen Sikap Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Bangsa ... 99

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... ... 107

4.1.1 Persepsi Siswa Tentang Kemampuan Paedagogik Guru ... 109

(17)

4.1.3 Civic Knowledge ... ... 115

4.1.4 Sikap Pelestarian Nilai-Nilai Budaya Bangsa ... ... 118

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis ... ... 121

4.2.1 Uji Normalitas ... ... 121

4.2.2 Uji Homogenitas ... ... 122

4.2.3 Uji Linearitas ... ... 123

4.2.4 Uji Korelasi ... ... 126

4.2.5 Uji Regresi ... ... 129

4.3 Pengujian Hipotesis ... ... 142

4.4 Perhitungan Pengaruh ... ... 150

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... ... 153

4.5.1 Pembahasan Temuan Deskriptif ... ... 153

4.5.2 Pembahasan Temuan Model Penelitian ... ... 178

4.6 Keterbatasan Penelitian ... ... 192

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... ... 194

5.2 Implikasi ... ... 196

5.3 Saran ... ... 198

(18)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam konteks kurikulum persekolahan mempunyai kedudukan yang amat penting dan strategis dalam rangka proses pembinaan terhadap warganegara Indonesia. Hal ini dikarenakan salah satu tugas dan peran PKn adalah menggariskan komitmen untuk melakukan proses pembangunan karakter bangsa (National and Character Building). Konsekuensinya dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah harus membantu siswa dalam mengembangkan potensi serta kompetensi yang dimilikinya, baik potensi kognitif, afektif maupun perilaku dalam menghadapi lingkungan hidupnya, baik fisik maupun lingkungan sosial-budayanya.

(19)

2 Pembinaan terhadap warganegara Indonesia memiliki pemahaman dan kesadaran sosial budaya dalam konteks pelestarian nilai-nilai budaya bangsa mengandung arti upaya agar masyarakat Indonesia seluruhnya memiliki keuletan dan ketangguhan untuk mempertahankan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan nasionalnya tanpa melupakan nilai-nilai budaya bangsa. Kalau nilai-nilai budaya bangsa berdimensi kelangsungan hidup dan pertumbuhan bangsa, maka kedudukan pelestarian nilai-nilai budaya bangsa merupakan hal yang sangat vital. Kondisi sosial budaya ikut menjadi penentu kelangsungan hidup untuk masyarakat dan bangsa.

Kehidupan sosial budaya masyarakat memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri untuk diamati, di samping memiliki kompleksitas tetapi keunikan tersebut juga ditandai oleh suatu dinamika kehidupan menuju suatu pola hidup tertentu. Kompleksitas kehidupan sosial budaya masyarakat ditunjukan dengan banyaknya kaitan dan integrasi terhadap kehidupan sosial lainnya, seperti idiologi, politik, ekonomi dan keamanan. Ini berarti perubahan kehidupan sosial yang satu akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial lain. Dengan kata lain secara teoritis perubahan kehidupan sosial budaya juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan sosial lainnya., demikian pula dengan kehidupan sosial lainya akan saling berpengaruh mempengaruhi.

Kebijakan pembangunan di bidang sosial budaya secara nasioanal diarahkan “untuk memberikan wawasan budaya dan makna pada pembangunan nasional

(20)

ditujukan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia serta memperkuat jati diri kepribadian bangsa” (Udin s. winataputra, 2003).

Kebudayaan nasional yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa perlu terus dipelihara, dibina dan dikembangkan dengan memperkuat penghayatan dan pengalaman Pancasila, memperkokoh akar kebudayaan, meningkatkan wawasan kebangsaan dan kualitas kehidupan, memperkuat jati diri dan kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional, memperkukuh jiwa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi penggerak masyarakat untuk maju dan mandiri serta penggerak bagi perwujudan cita-cita bangsa.

Revitalisasi pelestarian nilai-nilai budaya bangsa disaat kondisi kehidupan sosial budaya pasca reformasi belum menampakkan perubahan yang positif. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan oleh kita semua adalah dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pelestraian nilai-nilai budaya bangsa melalui pendidikan. Peran sekolah dalam hal ini sangat besar. Sekolah merupakan jalur pembinaan yang paling efektif karena dapat menjangkau semua lapisan masyarakat, baik dari segi usia maupun status kehidupan warga negara Indonesia, terutama bagi generasi muda yamg menjadi tumpuan harapan mampu menjaga dan mengembangkan kualitas kehidupan sosial bangsa di masa kini dan masa yang akan datang.

(21)

4 pendidikan dengan berbagai pendekatan, yakni pendidikan dengan pendekatan multikultur dengan tetap berpegang kepada nilai-nilai luhur budaya bangsa, dengan harapan terwujudnya sebuah kehidupan yang harmonis, damai, selaras dan berperadaban. Mengedepankan semangat saling bekerja sama dalam menegakkan kebenaran dan kebaikan serta menjauhi segala bentuk kerusakan dan sangat membahayakan bagi eksistensi kemanusiaan manusia itu sendiri, seperti perpecahan kelompok yang disebabkan karena adanya konflik yang berhubungan dengan perbedaan secara kultur yang dibawa sejak lahir secara kodrati.

Sekolah sebagai suatu masyarakat dengan skala kecil, dalam hal ini tidak terkecuali dengan SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung, dimana di dalamya terdapat adanya keberagaman dari segi etnik maupun sosial ekonomi seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Jumlah Etnis Siswa SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung

Etnis Kelas Jumlah

X XI XII

Cina (Tiong Hwa) 27 23 23 73

Non Cina 15 12 21 48

42 35 44 121

Sumber : Arsip Siswa SMA Bodhi Sattva

Tabel 1.2 Jumlah Sosial Ekonomi Siswa SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung

Sosek PNS Dagang Lain-Lain

X XI XII X XI XII X XI XII

Cina (Tiong Hwa) - - - 21 17 18 6 6 5

Non Cina 4 3 6 6 4 7 5 5 9

(22)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat keberagaman latar belakang siswa SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung, baik dari segi etnis maupun latar belakang sosial ekonomi orang tua siswa. Dimana kondisi sosial dan kultur tersebut dimungkinkan berpengaruh dan memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seseorang dalam bertingkah laku dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. Pluralisme yang ada di SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung merupakan konsekuensi dari letak sekolah yang berada di daerah Kuripan Kecamatan Teluk Betung. Di daerah ini mayoritas masyarakatnya adalah keturunan Cina (Thiong Hwa) dan berbaur dengan beberapa suku pribumi (Lampung) dan Jawa serta suku Melayu lainnya. Masyarakat di lingkungan ini bukanlah masyarakat yang tergolong berekonomi mapan.

SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung merupakan sekolah yang didirikan yayasan yang berbasis agama Budha untuk kemaslahatan masyarakat umum dengan tujuan agar masyarakat keturunan Cina yang kurang mampu dapat bersekolah dengan layak. Walaupun demikian, hal ini tidak menutup kemungkinan siswa dari etnis lain untuk bersekolah ditempat ini. Kita sering berasumsi bahwa masyarakat yang berketurunan cina adalah orang yang berekonomi menengah ke atas. Namun, di daerah ini masyarakatnya baik yang berketurunan Thiong Hwa atau non Thiong Hwa sama-sama memiliki keadaan ekonomi menengah ke bawah. Mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai pedagang kelontong, tukang becak dan kuli pasar dan pendapatan mereka tergolong tidak menentu.

(23)

6 lingkungan sekolah tak lepas dari nafas keagamaan Budhisme seperti salam, doa, pembelajaran agama Budha dan lain-lain. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman kini SMA Bodhi Sattva juga telah melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidikan Kristen dan Katolik karena dewasa ini siswa SMA Bodhi Sattva tidak hanya beragama Budha saja namun ada juga yang beragama Islam, Kristen, dan Katolik. Hal ini tentu saja akan membuat semakin beragamnya siswa yang ada di SMA Bodhi Sattva. Masing-masing keberagaman tentu memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, keadaan seperti ini tentu saja rawan dengan perselisihan, pertentangan atau bahkan konflik. Keberagaman akan membuat anak menjadi terkotak-kotak dalam bergaul dan cenderung mempunyai sikap apatis terhadap lingkungan sekitarnya.

Kenakalan dan sikap anti sosial pada remaja misalnya, sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk dan bahkan terpengaruh oleh keadaan perubahan kemajuan teknologi dan lingkungan sosial. Pengaruh lingkungan pergaulan yang beraneka ragam budaya ditambah kontrol sosial dan kontrol diri yang semakin lemah, dapat mempercepat pertumbuhan kelompok-kelompok yang suka atau sering melakukan kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan hukum dan nilai-nilai sosial lainnya yang seyogyanya dapat hidup berdampingan.

(24)

budaya bangsa. Tidak terkecuali dengan SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung, pemahaman akan nilai-nilai budaya bangsa pada praktiknya masih banyak siswa yang salah dalam memaknainya, bahkan ada kecenderungan pelestaraian nilai-nilai budaya bangsa yang mereka terapkan cenderung masih kurang, hal tersebut dapat terlihat dari hasil pra survei yang penulis lakukan di SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung, diperoleh data pelestaraian nilai-nilai budaya bangsa oleh siswa sebagai berikut :

Tabel 1.3 Sikap Siswa Terhadap Pelestaraian Nilai-Nilai Budaya Bangsa SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung

No Aspek yang diobservasi Tinggi (%)

Sumber : Data pra-survey (Juni 2011)

(25)

8 dengan suku yang sama misalnya siswa yang berketurunan Cina cenderung akan bergaul dengan siswa yang berketurunan Cina juga. Selanjutnya pada tabel point kedua tentang “tidak membeda-bedakan teman dan bertoleransi beragama dalam bergaul” berada dalam katagori rendah”, tampak bahwa mayoritas siswa kurang

bertoleransi antar umat beragama. Misalnya pada waktu siswa muslim melaksanakan ibadah puasa, para siswa yang beragama non muslim makan dan minum sembarangan dihadapan siswa muslim.

Pada point ketiga tentang “memahami kebudayaan daerah sebagai bagian dari

kebudayaan nasional” berada dalam katagori sedang, tampak bahwa mayoritas siswa lebih menonjolkan kebudayaan daerah masing-masing sebagai kebudayaan yang dianggap terbaik. Hal ini tercermin dari sikap siswa terhadap berbagai kegiatan sekolah yang bernuansakan Cina, seperti perayaan Cap Go Meh. Maka siswa dari suku lain tak turut aktif dalam mensukseskan perayaan tersebut. Dan point terakhir adalah tentang “Memahami berbagai arti simbol/lambang

kenegaraan sebagai pemersatu bangsa” berada dalam katagori rendah, tampak

bahwa mayoritas siswa kurang memahami makna dari lambang negara Pancasila dan konsep Bhinika Tunggal Ika. Hal ini tercermin dari sikap siswa yang enggan saling tolong menolong antar siswa lain yang saling membutuhkan pertolongan, dan sulit sekali untuk melaksanakan pembelajaran dengan berkelompok karena mereka cenderung individualis.

(26)

yang tinggi, sebab hasil ini dijadikan dasar/ pondasai yang kuat untuk pembangunan ketahanan nasional secara lebih luas.

Berdasarkan data di atas, terdapat beberapa faktor yang diduga mempengaruhi sikap dan pelestaraian nilai-nilai budaya bangsa tumbuh dan dipahami secara positif oleh seseorang, terutama para pelajar yang notabene merupakan generasi yang menjadi harapan bangsa, diantaranya adalah sebagai berikut : Faktor konsep diri siswa, dalam kenyataannya siswa cenderung sering menghadapi masalah-masalah dalam menentukan sikap dalam melestarikan nilai-nilai sosial budaya. Masalah-masalah yang dialami siswa sering kali dan bahkan hampir semua sebenarnya berasal dari dalam diri. Siswa tanpa sadar menciptakan masalah yang berasal dari konsep diri. Dengan kemampuan berfikir dan menilai siswa lebih suka menilai yang macam-macam terhadap diri sendiri maupun orang lain dan bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu objektif. Dari situlah muncul masalah seperti kurang percaya diri dan mengkritik diri sendiri.

(27)

10 Konsep diri sangat diperlukan bagi siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar lingkungan keluarganya. Ketika seseorang masuk dalam lingkungan di luar keluarganya, bekal yang berupa konsep diri yang realistis serta keterampilan sosial yang dimilikinya akan menjadi dasar bagi siswa untuk berinteraksi dengan teman-temannya termasuk dalam pembentukan sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa. Dengan demikian seseorang siswa dengan konsep diri realistis dan keterampilan sosial akan lebih mampu menentukan sikap yang sesuai dengan kondisi lingkungannya, sehingga dengan sendirinya akan lebih mudah dalam menentukan sikap dikehidupan sehari-hari. Selanjutnya kemungkinan kesadaran untuk melestarikan nilai-nilai budaya bangsa pun akan semakin besar.

Faktor Keluarga ; Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama, menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis dimana hubungan antara Ayah, Ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan, adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam mendidik anak-anak, memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak, memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat.

(28)

disekolahkan berarti semuanya sudah beres dan gurulah yang memegang segala tanggung jawab soal pendidikan. Pendapat seperti ini perlu dikoreksi, karena apalah artinya pendidikan yang diberikan di sekolah dan di rumah jika di masyarakat terdapat pengaruh-pengaruh negatif yang merusak tujuan pendidikan tersebut. Karena itu pula perlu ada sinkronisasi diantara ketiga tempat pendidikan itu.

Faktor Lingkungan Sekolah; merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Khusus mengenai tugas kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat dipastikan akan menular kepada anak didik.

(29)

12 nilai-nilai budaya bangsa. Keadaan yang demikian ini menuntut guru PKn untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran melalui berbagai macam kegiatan konstruktif sehingga dapat memaksimalkan hasil pembelajaran yang mengarah pada pembentukan sikap dan pelestaraian nilai-nilai budaya bangsasebagai tujuan akhir pembelajaran PKn, karena hanya melalui pembelajaran PKn warga negara diberikan pemahaman tentang pengetahuan kewarganegaraan baik mengenai hak dan kewajibannya maupun peran serta mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Singkatnya, pembelajaran PKn menumbuhkan sikap persatuan dan kesatuan warga negara dalam wadah NKRI yang sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang setara.

Ditinjau dari peran dan tanggung jawab guru dalam mewujudkan keberhasilan pembelajaran di kelas, guru memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru sangat menentukan karakteristik dan kemampuan anak didik dalam memahami materi pelajaran. Jika guru rendah motivasi mengajarnya dan sempit pengetahuannya, maka anak didik pun akan rendah motivasi belajarnya dan sempit pula pengetahuan yang dimiliki.

(30)

faktor paedagogik guru, konsep diri siswa dan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowladge) yang mempengaruhi sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa siswa SMA di Bodhi Sattva Bandar Lampung Tahun 2011.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi, penulis membatasi masalah yang akan menjadi fokus penelitian ini agar sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Siswa SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung cenderung kurang menghormati perbedaan latar belakang suku dalam pergaulan siswa di SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung.

2. Siswa SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung membeda-bedakan teman dan kurang bertoleransi beragama dalam bergaul.

3. Siswa SMA Bodhi Sattva Bandar Lampung cenderung kurang memahami berbagai arti simbol/lambang kenegaraan sebagai pemersatu bangsa

4. Pemahaman tentang pengetahuan kewarganegaraan (civic knowladge) yang dimilki siswa cenderung masih kurang mendalam berhubungan dengan nilai-nilai budaya bangsa.

5. Pemahaman guru dalam memahami konsep keilmuan PKn yang kurang mendalam berhubungan dengan pembentukan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowladge).

(31)

14 1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi, penulis membatasi masalah yang akan menjadi fokus penelitian ini agar sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu

1. Persepsi siswa tentang kemampuan paedagogik guru. 2. Konsep diri siswa.

3. Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowladge).

4. Sikap dan kesadaran siswa dalam pelestarian nilai-nilai budaya bangsa.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi pembelajaran guru tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa?

2. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi pembelajaran guru tehadap civic knowladge?

3. Apakah terdapat pengaruh civic knowladge terhadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa ?

4. Apakah terdapat pengaruh konsep diri siswa tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa ?

5. Apakah terdapat pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi pembelajaran guru tehadap konsep diri siswa ?

(32)

7. Apakah terdapat pengaruh Persepsi siswa tentang kompetensi pembelajaran guru melalui civic knowladge tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa ?

8. Apakah terdapat pengaruh civic knowladge melalui konsep diri siswa tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa ?

1.5 Tujuan dan Manfaat 1.5.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh Persepsi siswa tentang kompetensi pembelajaran guru tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa ?

2. Mengetahui pengaruh Persepsi siswa tentang kompetensi pembelajaran guru tehadap civic knowladge?

3. Mengetahui pengaruh civic knowladge terhadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa ?

4. Mengetahui pengaruh konsep diri siswa tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa ?

5. Mengetahui pengaruh Persepsi siswa tentang kompetensi paedagogik guru tehadap konsep diri siswa ?

6. Mengetahui pengaruh civic knowladge tehadap konsep diri siswa?

7. Mengetahui pengaruh Persepsi siswa tentang kompetensi paedagogik guru melalui civic knowladge tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya bangsa ?

(33)

16 1.5.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Bagi siswa adalah :

a. Meningkatkan kemampuan memahami dan menjelaskan konsep dan nilai dalam materi Kewarganegaraan.

b. Menumbuhkan tehadap sikap dan kesadaran pelestarian nilai-nilai budaya bangsa dalam rangka pembentukan karakter kewarganegaraan. c. Menumbuhkan pembentukan konsep diri siswa dalam rangka

pembentukan sikap dan kesadaran pelestarian nilai-nilai budaya bangsa.

2. Bagi guru adalah :

a. Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pegetahuan kewarganegaraan.

b. Meningkatkan kemampuan paedagogis guru dalam sesuai dengan prinsip metodologis mengajar PKn.

c. Memaksimalkan tujuan pembelajaran ranah terpadu dalam mata pelajaran PKn.

d. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pembelajaran terpadu dalam Pendidikan IPS.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1 Ruang Lingkup Subjek

(34)

1.6.2 Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogik guru, konsep diri siswa, civic knowledge, dan kesadaran pelestarian nilai-nilai budaya bangsa

1.6.3 Ruang Lingkup Ke-IPS-an (Social Studies as Citizenship Transmision)

Kurikulum ilmu sosial, tujuan utamanya adalah kajian yang berhubungan dengan pengembangan intelektual. Hal – hal yang kurang berhubungan dengan pengembangan intlektual menjadi sesuatu yang kurang penting. Marsh dalam Sujarwo (2011:94) menyatakan kurikulum yang demikian sebagai “Value-free approach”. Dalam konteks ini, kiranya pernyataan

Marsh berikut dapat memberikan suatu bahan pertimbangan pemikiran.

Marsh menyatakan bahwa ; over time the „structure‟ of a discipline may be comprehended by students if they are taught in such away as to get inside

the discipline to do history as a historian and to inquire as a sociologist; to

think as an economist does and to observe and explain patterns in terms of

processes like a geographer. Dengan demikian tingkat kedisiplinan dan pemahaman siswa atau peserta didik di dalam kelas dapat pula mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.

(35)

18 idealsand practices. (NCSS dalam http://www.socialstudies .org/standar/exec.html)

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.

(36)

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu Pendidikan IPS dengan wilayah kajian pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, karena Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu dari lima tradisi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yakni citizenship tranmission, yaitu dalam rangka mentransmisikan/ transfer nilai-nilai luhur budaya bangsa yang meliputi Pengetahuan/ pemahaman budaya bangsa, Sikap dan prilaku dalam kehidupan sosial, Mempertahankan budaya bangsa, dan Mengembangkan budaya bangsa secara berkesinambungan agar dapat menciptakan kecintaan kepada tanah airnya.

1.6.4 Tempat dan Waktu Penelitian

(37)

II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru 2.1.1.1 Tinjauan Tentang Pengertian Persepsi

Menurut Bimo Walgito (1993:53) “Persepsi adalah merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan , yang merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus melalui alat reseptornya ”. Yang dimaksud proses disini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antara benda satu dengan yang lainya, mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau serupa serta dapat mefokuskan perhatiannya pada suatu objek.

(38)

Menurut MC Mahon dalam Isbandi Rukminto Adi (1994:105) persepsi adalah “proses menginterpretasikan rangsangan input dengan menggunakan alat penerima informasi”. Persepsi termasuk proses berpikir untuk memberikan penilaian kepada sesuatu yang dapat di pengaruhui melalui jalur formal mau pun non formal. persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi itu dipengaruhui oleh faktor- faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala dan pengetahuannya. Manusia mengamati suatu objek psikologik dengan kaca matanya sendiri yang di warnai oleh nilai diri kepribadiannya. Sedangkan objek psikologik ini dapat berupa kejadian, ide atau situasi tertentu. Faktor pengalaman;proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk dan struktur terhadap apa yang dilihat, sedangkan pengetahuannya dan cakrawalanya memberikan arti terhadap objek psikologik tersebut”.

Persepsi termasuk proses berpikir untuk memberikan penilaian kepada sesuatu yang dapat di pengaruhui melalui jalur formal mau pun non formal. Persepsi terhadap suatu objek akan berbeda masing-masing individu tergantung pada pengalaman, proses belajar, sosialisasi, cakrawala dan pengetahuannya masing-masing individu tentang objek tersebut.

Pengertian tersebut diatas didukung oleh Morgan,King dan Robinson dalam Isbandi Rukminto Adi (1994:105) “persepsi menunjuk pada bagaimana kita

(39)

22 Didukung pula oleh pendapat Milliam James dalam Isbandi Rukminto Adi (1994:105) menyatakan bahwa “persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang di serap oleh indera kita,serta sebagian lainya diperoleh dari pengolahan ingatan (memori) kita (diolah kembali berdasarkan pengalaman yang kita miliki).

Maka dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu pandangan atau tanggapan individu terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar atau sosialisasi pengetahuan dan cakrawala individu tentang objek tertentu dalam rangka menafsirkan sesuatu dengan menggunakan alat penerima informasi misalnya melihat,mendengar,merasakan,mengecap dan mencium.

2.1.1.2 Faktor-faktor persepsi

Persepsi setiap individu dalam menilai sesuatu akan berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhui, diantaranya yaitu:

a. faktor pengetahuan b. faktor pengalaman

c. faktor cakrawala atau wawasan d. faktor proses belajar

2.1.1.3 Syarat-syarat Mengadakan Persepsi

Menurut Bimo Walgito (1993:54) seseorang dapat mengadakan persepsi bila memenuhi syarat-syarat di bawah ini:

(40)

2. Alat indra roseptor yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus disamping itu harus ada pula syarat sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang di terima resptor kepusat susunan ,syarat yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat mengadakan respon di perlukan saraf motorik.

3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlu kanatau pula diperhatian yang merupakan langkah-langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

2.1.1.4Hal-hal Yang Mempengaruhui Persepsi

Suatu objek dapat dipersiapkan secara berbeda-beda antara seseorang dengan orang lain. Menurut Sarlito Wirawan (1983:13-14), hal ini disebabkan oleh beberapa aspek yaitu:

1. Perhatian yaitu biasanya seseorang tidak menanamkan seluruh rangsangan yang ada di sekitarnya sekaligus tetapi akan memfokuskan perhatian terhadap satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus ini menyebabkan perbedaan persepsi.

2. Set yaitu harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, misalnya seorang pelari yang akan melakukan strat terhadap set bahwa akan terdengar bunyi pistoldi saatharus memulai.

3. Kebutuhan: kebutuhan sesaat maupun menetap pada diri seseorang akan mempengaruhui persepsi orang tersebut.

4. Sistem nilai: sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi orang tua tersebut.

5. Ciri kepribadian:Misalnya A & B bekerja di sebuh kantor, si A seseorang yang penakut akan mempersiapkan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan, sedangkan si B yang penuh percaya diri menganggap atasannya sebagai seorang yang bisa diajak bergaul seperti yang lain. 6. Ganguan kejiwaan, hal ini menimbulkan kesalahan persepsi yang di sebut

dengan halusinasi. (Sarlito:1983:44).

2.1.2 Kompetensi Guru

(41)

24 keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Dalam Undang- undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas profesinya.

Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991: 453) kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Selanjutnya Kepmendiknas No. 045/U/2002 menyebutkan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kompetensi adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh seorang guru yang menuntut pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang sesuai dengan profesinya.

(42)

1) Kompetensi Pedagogik/ Pembelajaran

Menurut Prof. Dr. J. Hoogeveld dalam fachrudi saudagar (2009;32) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.

Sedangkan Langeveld dalam fachrudi saudagar (2009;32) membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan pedagogi artinya pendidikan yang lebih menekankan pada praktek yang menyangkut kegiatan mendidik dan membimbing anak.

Berdasarkan teori di atas maka yang dimaksud dengan pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Dan kompetensi pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa. Ruang lingkup kemampuan (kompetensi) pedagogik guru adalah sebagai berikut:

a) Kemampuan menguasai bahan

Kemampuan menguasai bahan terdiri dari kemampuan sebagai berikut : - Menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah.

- Menguasai bahan pendalaman / aplikasi bidang studi.

b) Kemampuan mengelola progam belajar mengajar

(43)

26 - Merumuskan tujuan intruksional, meliputi mengkaji kurikulum bidang studi, Mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan intruksional, Mempejari tujuan intruksional bidang studi yang bersangkutan dan merumuskan tujuan intruksional bidang studi yang bersangkutan.

- Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, meliputi mempelajari macam - macam metode mengajar dan berlatih menggunakan macam-macam metode mengajar.

- Memilih dan menyusun prosedur intruksional yang tepat, meliputi mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar berlatih merencanakan progam pelajaran serta berlatih menyusun satuan pelajaran.

- Melaksanakan progam belajar mengajar, meliputi mempelajari fungsi dan peranan guru dalam intruksi belajar mengajar, berlatih menggunakan alat bantu mengajar, berlatih menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, memonitor proses belajar siswa serta berlatih menyesuaikan rencana progam pengajaran dengan situasi kelas.

- Mengenal kemampuan ( entry behavior ) anak didik, meliputi mempelajari faktor- faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar, Mempelajari prosedur dan tehnik untuk mengidentifikasi kemampuan siswa, berlatih menggunakan prosedur dan tehnik untuk mengidentifikasi dan berlatih menyusun alat untuk mengidentifikasi kemampuan siswa.

(44)

mendiaknosis kesulitan belajar siswa, berlatih menyusun pengajaran remedial dan melaksanakan pengajaran remedial.

c) Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar

Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar,meliputi sebagai berikut :

- Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran meliputi mempelajari macam–macam pengaturan tempat duduk dan setting dengan ruangan kelas sesuai dengan tujuan–tujuan intruksional yang ingin dicapai serta mempelajari kriteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk setting ruangan.

- Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, meliputi mempelajari faktor-faktor yang menganggu iklim belajar mengajar yang serasi, mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif, berlatih menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang preventif, serta mempelajari pendekatan–pendekatan pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.

d) Kemampuan menggunakan media / sumber dengan pengalaman belajar Kemampuan menggunakan media atau sumber dengan pengalaman belajar, meliputi yang berikut ini.

(45)

28 - Membuat alat- alat bantu pelajaran sederhana meliputi : mengenali bahan yang tersedia di lingkungan sekolah untuk membuat alat bantu dan mempelajari perkakas untuk membuat alat–alat bantu mengajar.

e) Kemampuan menguasai landasan–landasan kependidikan dengan pengalaman belajar, meliputi yang berikut ini :

- Mempelajari konsep-konsep masalah pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, filosofis, historis, dan psikologis. - Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara

potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dengan masyarakat.

f) Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar dengan pengalaman belajar Kemampuan mengeola interaksi belajar mengajar dengan pengalaman belajar, meliputi hal yang berikut ini:

-Mempelajari cara-cara siswa untuk belajar, berlatih menggunakan cara-cara memotivasi siswa, mempelajari macam-macam bentuk pertanyaan dan berlatih menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan secara tepat

(46)

g) Kemampuan menilai prestasi siswa dengan pengalaman belajar. Kemampuan menilai prestasi siswa dengan pengalaman belajar, meliputi mempelajari fungsi penilaian, mempelajari macam-macam tehnik dan prosedur penilaian, berlatih menyusun tehnik dan prosedur penilaian, mempelajari kriteria pemilihan tehnik dan prosedur penilaian, berlatih menggunakan tehnik dan prosedur penilaian, berlatih mengelola dan menginterpretasi hasil penilaian, berlatih menggunakan hasil-hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar, berlatih menilai tehnik dan prosedur penilaian dan berlatih menilai efektivitas progam pengajaran.

h) Kemampuan mengenal fungsi dan progam pelayanan dan penyuluhan dengan pengalaman belajar. Kemampuan mengenal fungsi dan progam pelayanan bimbingan dengan penyuluhan, meliputi sebagai berikut :

- Mengenal fungsi dan progam layanan dan penyuluhan di sekolah. Mempelajari fungsi bimbingan dan penyuluhan disekolah meliputi mempelajari progam layanan bimbingan di sekolah dan mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan, serta tanggung jawab antara guru dan pembimbing sekolah.

(47)

30 i) Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dengan pengalaman belajar. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan aministrasi sekolah dengan pengalaman belajar, meliputi sebagai berikut :

- Mengnenal menyelenggarakan administrasi sekolah meliputi mempelajari struktur organisasi dan administrasi persekolahan, mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala sekolah, dan kantor-kantor wilayah Dinas Pendidikan serta mempelajari peraturan-peraturan kepegawaian pada umumnya dan peraturan kepegawaian guru pada khususnya.

- Menyelenggarakan administrasi sekolah, meliputi berlatih menyelenggarakan administrasi sekolah dan mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur pengelolaan progam akademik.

j) Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasi-hasil penelitian pendidikan, meliputi sebagai berikut:

- Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitian pendidikan .

- Mempelajari tehnik dan prosedur penelitian pendidikan terutama sebagai konsumen hasil-hasil penelitian pendidikan.

(48)

2) Kompetensi kepribadian

Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang menbedakan seorang guru dengan guru lainnya. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur fisik dan psikis. Dengan demikian maka seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan satu gambaran dari kepribadian orang itu, asal dilakukan secara sadar.kepribadian guru adalah unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola.

Kompetensi kepribadian mencakup sikap (attitude), nilai-nilai (value), kepribadian (personality) sebagai elemen perilaku dalam kaitannya dengan penampilan guru yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaannya yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan.

Menurut samani, Mukhlas dalam fachrudin saudagar (2009;41) secara rinci kompetensi kepribadian mencakup hal-hal sebagai berikut:

- Berakhlak mulia - Arif dan bijaksana - Mantap

- Berwibawa - Stabil - Dewasa - Jujur

(49)

32 - Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri

- Mau siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan

Sedangkan menurut Djama’an Satori dalam fachrudin saudagar (2009;41) yang

dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari.

Berdasarkan beberapa pengertian seperti tersebut diatas maka ya ng dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpancar dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini sesuai dengan harapan bahwa guru adalah orang model yang mempunyai nilai-nilai luhur. Kompetensi kepribadian guru menurut Sanusi (2009;45) mencakup hal-hal sebagai berikut:

- Menampilkan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan serta unsur-unsurnya.

- Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seorang guru

(50)

3) Kompetensi Profesional

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosil, maupun akademis.

Menurut Mukhlas Samani dalam Fachruddin Saudagar (2009;48) yang dimaksud dengan kompetensi profesional ialah kemampuan menguasai pengetahuan bidang ilmu, tejnologi dan atau seni yang diampunya meliputi penguasaan:

- Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang dianutnya.

- Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, dan/atau seni yang relevan secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampunya.

(51)

34

Menurut Cooper dalam Fachruddin Saudagar (2009;55) komponen kompetensi profesional yaitu: a)mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, b)mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, c)mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, dan d) mempunyai pengetahuan dalam teknik mengajar.

4) Kompetensi Sosial

Menurut Achmad Sanusi dalam Fachruddin (2009;63) kompetensi sosial guru adalah kompetensi yang mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

(52)

Seperti yang telah di uraikan diatas bahwa kompetensi sosial guru dalam kegiatan belajar berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tersebut tinggal.

Menurut Cece Wijaya dalam Fachruddin Saudagar (2009;64) kompetensi sosial adalah sebagai berikut:

- Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik

- Bersikap simpatik

- Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah - Dapat bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan - Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).

Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup kompetensi sosial diatas, maka inti dari kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesama guru, siswa, orang tua siswa, serta masyarakat sekitar.

Mulyasa (2006:46), sehubungan kompetensi sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dalam mengelola pembelajaran. Secara operasional kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian.

(53)

36 depan. Guru sebagai manajer pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai sumber.

2) Pelaksanaan adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Pengendalian atau evaluasi bertujuan untuk menjamin kinerja yang dicapai sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Guru diharapkan membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan pembelajaran secara efektif, serta memerlukan pengawasan dalam pelaksanaannya.

Guru sebagai figur sentral dalam pendidikan, haruslah dapat diteladani akhlaknya disamping kemampuan keilmuan dan akademisnya. Selain itu, guru haruslah mempunyai tanggung jawab dan keagamaan untuk mendidik anak didiknya menjadi orang yang berilmu dan berakhlak. Setiap kedudukan yang ada dalam suatu struktur sosial yang dipegang oleh seseorang, maka akan ada tanggung jawab yang diemban oleh orang tersebut. Selain tanggung jawab, orang tersebut juga memiliki peranan yang diperoleh dari kedudukan tersebut. Begitu pula dengan guru, sebagai seorang pendidik guru memiliki peranan dalam pendidikan. Peranan guru adalah suatu komponen dari dasar-dasar interaksi belajar mengajar.

(54)

bangsa dan negara. Menurut Moh. Uzer Usman (1984 : 14) “Peranan guru

meliputi beberapa aspek yaitu :

a. Peranan guru sebagai demonstrator; b. Peranan guru sebagai pengolah kelas;

c. Peranan guru sebagai fasilitator dan mediator; d. Peranan guru sebagai evaluator.”

Sementara itu Soetomo (1993 : 17) menyatakan “Peranan guru dalam proses

pendidikan disekolah adalah : a. Guru sebagai pendidik; b. Guru sebagai pengajar; c. Guru sebagai pembimbing; d. Guru sebagai administrator.”

Berdasarkan pernyataan diatas, maka dapat diketahui bahwa peranan guru terdiri dari berbagai aspek yang semuanya merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar. Aspek-aspek peranan guru tersebut diantaranya sebagai demonstrator, pendidik, evaluator, pengajar, pembimbing dan administrator.

2.1.3 Konsep Diri

(55)

38 dengan orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya orang tua guru dan teman-teman.

Sedangkan menurut Jacinta F. Rini (2002: 1) bahwa konsep diri didefinisikan sebagai keyakinan, pandangan, penilaian seseorang terhadap dirinya. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah persepsi berdasarkan pandangan, keyakinan seseorang terhadap dirinya yang timbul dari dirinya dan dapat pula terjadi karena ada pengaruh dari pihak luar yang mempengaruhi dirinya.

Menurut Jacinta F. Rini (2002: 1) bahwa “konsep diri dikategorikan dalam 2

kelompok dasar yakni: 1) konsep diri positif, 2) konsep diri negatif”.

1) Konsep Diri Positif

Yang dimaksud dengan konsep diri positif adalah pandangan atau keyakinan terhadap diri yang lebih optimis dan penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu juga termasuk kegagalan yang dialaminya.

2) Konsep Diri Negatif

Yang dimaksud dengan konsep diri negatif adalah pandangan atau keyakinan terhadap diri yang cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapi.

a) Konsep Diri Dalam Belajar

(56)

sesuatu itu tidak hanya terjadi oleh satu unsur saja dalam tubuh, namun seluruh sifat yang terdapat pada semua anggota tubuh.

Belajar dapat terjadi karena semua unsur yang ada sifat-sifat dalam anggota badan kita bekerja sama untuk mewujudkan sesuatu. Unsur hati berkeinginan untuk belajar kemudian diteruskan oleh unsur otak untuk berfikir dan dikerjakan bersama-sama oleh anggota tubuh yang lain, sehingga akan terwujud aktivitas belajar, konsep seperti ini yang bisa dikategorikan konsep diri dalam belajar.

Siswa yang memiliki konsep diri untuk mempelajari materi pelajaran berarti memiliki unsur-unsur yang timbul dari seluruh anggota tubuh berinisiatif melaksanakan sesuatu aktivitas. Karena aktivitas ini dilakukan dengan rasa penuh kesabaran dan penuh tanggung jawab atas dirinya, sehingga aktivitas ini dapat identik dengan kemandirian dalam belajar. Bila konsep diri siswa dalam belajar rendah, maka dapat mengakibatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan belajar kurang dilaksanakan. Untuk meningkatkan akitivitas dalam konsep diri yang masih rendah itu, harus dilakukan perlakuan tindakan oleh guru, dan kepala sekolah agar konsep diri siswa dapat berkreativitas yang optimal dalam belajar.

(57)

40 untuk memajukan siswa meningkatkan kualitas konsep diri untuk belajar. Sehingga diharapkan masa mendatang siswa akan memiliki sumber daya manusia yang berguna bagi masyarakat dan bangsa dan negara.

b) Konsep Diri Sebagai Siswa

Konsep diri merupakan suatu kepercayaan mengenai keadaan pada diri sendiri yang relatif sulit berubah. Namun demikian jika ada pengaruh perubahan-perubahan yang menetap pada prestasinya akan membawa sikap terhadap dirinya sendiri, hal ini berarti konsep diri siswa itu pun dapat berubah jika ada pengaruh-pengaruh dari orang lain yang dipercaya dan pengaruh-pengaruh itu cocok dengan kehendak hatinya.

Seperti diungkapkan studi dari Meichenbaum membuktikan bahwa siswa dibantu menyatakan hal-hal yang positif mengenai dirinya dan diberikan penguatan (reinforcement), maka hal ini akan menghasilkan suatu konsep diri yang positif (Slameto, 1995: 184). Selain itu dikemukakan pula bahwa konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya (Pardeson dalam Slameto, 1995: 148).

(58)

karena itu hubungan yang harmonis antara gurudan siswa merupakan suasana yang sangat membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri siswa.

c) Kemandirian Sebagai Siswa

Salah satu tujuan pengajaran adalah agar siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kurikulum sekolah yang merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai peserta didik. Tanpa penguasaan yang mantap terhadap kompetensi tersebut sudah barang tentu ilmu-ilmu yang lain tidak dapat dikuasai. Karena itu kebijakan memantapkan sekolah sebagai tempat belajar.

Dihubungkan dengan pesan pembangunan tentang percepatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang amat diperlukan dalam pembangunan, maka penguasaan dan kecakapan, baca, hitung dan tulis amat strategis sifatnya. Ilmu pengetahuan dasar terus ditumbuhkembangkan agar dapat memberikan landasan bagi pengembangan ilmu pengetahuan alam memberikan landasan bagi pengembangan alam dan sosial, demikian pula humaniora yang kesemuanya bersifat dinamik dan terbuka. Oleh karena itu siswa yang muda usia agar berkembang intelektualnya harus mendapat bimbingan secara formal dari gurunya.

(59)

masing-42 masing siswa, sehingga guru dapat mudah untuk membantu mengatasi permasalahan dalam belajar.

Guru harus dapat membina mental anak didik sehingga menjadi insan yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dalam belajar dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan berpikir dalam arti luas meliputi peningkatan pengetahuan dan teknologi yang harus dirintis sejak dini melalui pendidikan untuk membangun agar siswa memiliki konsep diri yang matang dalam belajar, maka guru harus memberikan perlakuan tindakan berupa pelayanan bimbingan yang bersifat pelayanan secara kelompok dan perorangan, karena tiap diri siswa mempunyai potensi yang berbeda dengan siswa lain untuk dikembangkan.

Peran guru selain mengajar juga memberikan pelayanan berupa:

a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan masalahnya tentang belajar.

b. Membantu siswa agar dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan untuk belajar dengan baik.

c. Membiasakan bahwa setiap siswa adalah tanggung jawab guru untuk memperoleh pelayanan yang tepat mengenai pengembangan prestasi.

(60)

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan kewarganegaraan sebagai muatan kurikuler termasuk dalam kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Sebagaimana lazimnya suatu bidang setudi yan diajarkan di sekolah, materi keilmuan mata pelajaran PKn mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan nilai (value) berupa watak kewarganegaraan. Sejalan dengan ide pokok mata pelajaran PKn yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip PKn.

Dilihat dari standar kompetensi pembelajaran, ”pendidikan kewarganegaraan

merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri beragam dari segi agama, bahasa, usia, suku bangsa untuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasai oleh Pancasila dan UUD 1945”

(Depdiknas , 2003).

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan degan hubungan antara warganegara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(61)

44 memperhatikan visi dan misi mata pelajaran PKn yaitu membentuk warganegara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan, mata pelajaran PKn ditandai dengan pemberian penekanan pada dimensi sikap dan keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbagsa dan bernegara serta keterampilan menentukan posisi diri, keterampilan hidup dan sebagainya.

Warganegara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan serta nilai-nilai kewarganegaraan akan menjadi seorang warganegara yang memiliki rasa percaya diri, kemudian warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan, dan nilai-nilai kewarganegaraan akan menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan dan berkepribadian.

(62)

Pengetahuan

Kewarganegaraan

Warga negara yang berpengetahuan terampil dan berkarakter

Keterampilan Karakter Kewarganegaraan Kewarganegaraan

Gambar 2.1 Komponen Utama Materi PKn

Sumber: Pedoman Khusus Mata Pelajaran PKn Depdiknas (2002)

(1) Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)

Civic Knowledge (Pengetahuan Kewarganegaraan) berkaitan dengan kandungan atau apa yang harus diketahui oleh warganegara. Komponen pengetahuan kewarganegaraan diwujudkan dalam bentuk pemaknaan tehadap struktur dasar sistem kehidupan bermasyarakat, berpolitik, berpemerintahan, berbangsa dan bernegara. Pembekalan materi akan membantu siswa membuat pertimbangan yang luas dan penuh nalar tentang tentang hakekat kehidupan bermasyarakat

(63)

46 diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yang secara terus menerus diajukan sebagai sumber belajar PKn. Lima pertanyaan yang dimaksud adalah :

1) Apa kehidupan kewarganegraan, politik dan pemerintahan? 2) Apa dasar-dasar politik Indonesia

3) Bagimana pemerintahan yang dbentuk konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi Indoensia?

4) Bagaimana hubungan Indoneisa dengan negara-negara lain di dunia 5) Apa peran warga negara dalam demokrasi Indonesia.

(2) Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)

(64)

yang menjadi kompetensi siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, menurut National Standards for Civics and Government , secara rinci dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Kecakapan Intelektual dan Berpartisipasi

Kecakapan Intelektual Kecakapan Berpartisipasi

Gambar

Tabel 1.2  Jumlah Sosial Ekonomi Siswa SMA Bodhi Sattva
Tabel 1.3 Sikap Siswa Terhadap Pelestaraian Nilai-Nilai Budaya
Tabel  2.1  Kecakapan Intelektual dan Berpartisipasi
Tabel. 3.1  Jumlah Siswa SMA Bodhi Sattva Bandar   Lampung Tahun
+6

Referensi

Dokumen terkait

 Selain beberapa operasi direktori yang kita bahas di beberapa slide sebelumnya, masih ada banyak lagi command-command dalam PHP yang digunakan untuk memanipulasi direktori.

Program JPKM menjamin pemeliharan kesehatan bagi peserta dengan pelayanan yang paripurna, berkesinambungan, bermutu dan disusun dalam bentuk satu paket pemeliharaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbaikan dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan metode kerja dengan menggunakan man and machine chart dimana jumlah total produksi

menyelesaikan/ masa cuti kampanye/ serta pembahasan undang- undang angket/ adalah prioritas utama saat ini// Harusnya yang diperlukan DPR kali ini/ niat untuk

Sahabat MQ/ Memang pendirian perguruan tinggi telah mengalami pergeseran makna// Perguruan tinggi tak lagi berorientasi sebagai sumber ilmu pengetahuan/

Dalam hal pelayanan tenaga listrik, salah satu bagian yang perlu.. diperhatikan adalah bagian pembangkitan yang bertugas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan pengakuisisi PT XL Axiata Tbk yang diukur dengan rasio return on invesment, return on equity, debt to

• KURS VALUTA ASING → HARGA SUATU MATA UANG ASING JIKA DIPERTUKARKAN DENGAN MATA UANG LAIN (MATA UANG DALAM NEGERI/MATA UANG NEGARA LAINNYA).2. FUNGSI VALUTA ASING