• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara (SUN), Inflasi Dan Cadangan Devisa Terhadap Posisi Neraca Pembayaran Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara (SUN), Inflasi Dan Cadangan Devisa Terhadap Posisi Neraca Pembayaran Indonesia"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT BUNGA (KUPON) SURAT UTANG NEGARA (SUN), INFLASI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP POSISI NERACA

PEMBAYARAN INDONESIA

OLEH

LAMHOT P FIDELIS 080501032

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi

Departemen Ekonomi Pembangunan

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Lamhot P Fidelis

NIM : 080501032

Program Studi : Strata-I Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara (SUN), Inflasi Dan Cadangan Devisa Terhadap Posisi Neraca Pembayaran Indonesia

Tanggal April 2012

Pembimbing

(3)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi

Departemen Ekonomi Pembangunan

BERITA ACARA UJIAN

Nama : Lamhot P Fidelis

NIM : 080501032

Program Studi : Strata-I Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara (SUN), Inflasi Dan Cadangan Devisa Terhadap Posisi Neraca Pembayaran Indonesia

Ketua Program Studi

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP : 19710503 200312 1 003

Pembimbing Pembaca Penilai

(4)

Universitas Sumatera Utara

Fakultas Ekonomi

Departemen Ekonomi Pembangunan

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Lamhot P Fidelis

NIM : 080501032

Program Studi : Strata-I Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara (SUN), Inflasi Dan Cadangan Devisa Terhadap Posisi Neraca Pembayaran Indonesia

Tanggal,_________________ Ketua Program Studi

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D

NIP : 19710503 200312 1 003

Tanggal,_________________ Ketua Departemen

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

(5)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH TINGKAT BUNGA (KUPON) SURAT UTANG NEGARA (SUN), INFLASI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP POSISI NERACA PEMBAYARAN INDONESIA” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2012

(6)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT BUNGA (KUPON) SURAT UTANG NEGARA (SUN),

INFLASI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP POSISI NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara, inflasi, dan cadangan devisa berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara, inflasi, dan cadangan devisa berpengaruh positif terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yang diperoleh dari publikasi resmi dari beberapa sumber atau instansi yaitu Kantor Bank Indonesia (KBI) Medan, Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, website dan dari bahan-bahan bacaan/terbitan yang berkaitan dengan penelitian. Data dalam bentuk data kala berkala (times series) dari kuartal pertama tahun 2002 hingga kuartal keempat 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat bunga surat utang negara, inflasi dan cadangan devisa dapat menjelaskan variabel neraca pembayaran sebesar 42,55 %. Sedangkan 57,45% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.

Dari hasil Uji Penyimpangan Klasik, diketahui bahwa data terdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas, dan tidak ada autokorelasi dalam penelitian ini.

(7)

ABSTRACK

EFFECT OF INTEREST (COUPONS) STATE SECURITIES (SUN), INFLATION AND FOREIGN EXCHANGE RESERVES TO BALANCE OF

PAYMENTS POSITION OF INDONESIA

Formulation of the problem in this study is whether the interest rate (coupon) State Securities, inflation and foreign exchange reserves affect the balance of payments of Indonesia.

The hypothesis in this study is the interest rate (coupon) State Securities, inflation and international reserves have a positive influence on the balance of payments Indonesia.

The data used in this study is the type of secondary data obtained from official publications from several sources or agencies, namely the Office of Bank Indonesia (KBI) Medan, the Central Bureau of Statistics (BPS) of North Sumatra province, the website and from reading materials / publications related to the research. When the data in the form of data periodically (times series) from the first quarter 2002 to fourth quarter 2011.

The results showed that the variable interest rate State Securities, inflation and foreign exchange reserves may explain the variable balance of payments of 42.55%. While 57.45% may be explained by other variables.

Deviations from Classical Test results, note that the data are normally distributed, there is no multicollinearity, and no autocorrelation in the study.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas kasih karunia dan berkat-Nya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Skripsi berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Bunga (kupon) Surat Utang Negara, Inflasi dan Cadangan Devisa Terhadap Neraca Pembayaran Indonesia” ini penulis persembahkan secara istimewa kepada Bapak B. Saragih (Alm) dan Ibu A. Sipayung, selaku orang tua penulis, serta keluarga yang selalu memberikan motivasi, doa dan dana dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE., M.Ec., selaku Ketua Departemen S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan sekaligus juga sebagai dosen Pembaca / Penilai penulis..

3. Bapak Syahrir Hakim Nasution, SE., M.Si., selaku Sekretaris Departemen S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang sekaligus juga sebagai Dosen Pembimbing penulis.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE., M.Soc.Sc, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(9)

6. Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

Medan, April 2012 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian Neraca Pembayaran... 8

2.1.2 Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran ... 9

2.1.3 Struktur Dasar Neraca Pembayaran ... 9

2.1.4 Mekanisme atau Proses Penyesuaian Neraca Pembayaran ... 11

2.1.5 Bentuk Penyajian Neraca Pembayaran ... 12

2.1.6 Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran ... 12

2.2 Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara... 13

2.2.1 Pengertian Surat Utang Negara ... 13

2.2.2 Dasar Hukum Penerbitan Surat Utang Negara... 13

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Penerbitan Surat Utang Negara ... 15

2.3.4 Teori Terjadinya Inflasi... 23

2.3.5 Dampak Inflasi ... 25

2.3.6 Kebijakan Mengatasi Inflasi ... 26

(11)

2.4.1 Pengertian Cadangan Devisa... 27

4.1.1 Geografi dan Kependudukan... 42

4.1.2 Perkembangan Perekonomian Indonesia ... 45

4.1.3 Perkembangan Inflasi ... 47

4.1.4 Perkembangan Tingkat Bunga (kupon) Surat Utang Negara ... 49

4.1.5 Perkembangan Cadangan Devisa ... 52

4.1.6 Perkembangan Neraca Pembayaran ... 54

(12)

5.2 Saran ... 71

(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul

Halaman

2.1 Karakteristik Umum SUN ... 16

2.2 Penelitian Terdahulu ... 30

4.1 Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 1990-2010 ... 43

4.2 Inflasi... 48

4.3 Tingkat Bunga (kupon) SUN ... 50

4.4 Cadangan Devisa Indonesia ... 54

4.5 Neraca Pembayaran Indonesia ... 55

4.6 Hasil Regresi ... 58

Model Regresi ... 59

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul

Halaman

2.1 Demand Pull Inflation ... 22

2.2 Cost Push Inflation ... 22

2.3 Kerangka Konseptual ... 32

3.1 Kurva Uji T-Statistik ... 37

3.2 Kurva Uji F-Statistik ... 39

4.1 Kurva Uji T-Statistik Variabel Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara ... 62

4.2 Kurva Uji T-Statistik Variabel Inflasi ... 63

4.3 Kurva Uji T-Statistik Variabel Cadangan Devisa ... 64

4.4 Kurva Uji F-Statistik ... 66

(15)

ABSTRAK

PENGARUH TINGKAT BUNGA (KUPON) SURAT UTANG NEGARA (SUN),

INFLASI DAN CADANGAN DEVISA TERHADAP POSISI NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara, inflasi, dan cadangan devisa berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara, inflasi, dan cadangan devisa berpengaruh positif terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yang diperoleh dari publikasi resmi dari beberapa sumber atau instansi yaitu Kantor Bank Indonesia (KBI) Medan, Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, website dan dari bahan-bahan bacaan/terbitan yang berkaitan dengan penelitian. Data dalam bentuk data kala berkala (times series) dari kuartal pertama tahun 2002 hingga kuartal keempat 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat bunga surat utang negara, inflasi dan cadangan devisa dapat menjelaskan variabel neraca pembayaran sebesar 42,55 %. Sedangkan 57,45% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya.

Dari hasil Uji Penyimpangan Klasik, diketahui bahwa data terdistribusi normal, tidak ada multikolinearitas, dan tidak ada autokorelasi dalam penelitian ini.

(16)

ABSTRACK

EFFECT OF INTEREST (COUPONS) STATE SECURITIES (SUN), INFLATION AND FOREIGN EXCHANGE RESERVES TO BALANCE OF

PAYMENTS POSITION OF INDONESIA

Formulation of the problem in this study is whether the interest rate (coupon) State Securities, inflation and foreign exchange reserves affect the balance of payments of Indonesia.

The hypothesis in this study is the interest rate (coupon) State Securities, inflation and international reserves have a positive influence on the balance of payments Indonesia.

The data used in this study is the type of secondary data obtained from official publications from several sources or agencies, namely the Office of Bank Indonesia (KBI) Medan, the Central Bureau of Statistics (BPS) of North Sumatra province, the website and from reading materials / publications related to the research. When the data in the form of data periodically (times series) from the first quarter 2002 to fourth quarter 2011.

The results showed that the variable interest rate State Securities, inflation and foreign exchange reserves may explain the variable balance of payments of 42.55%. While 57.45% may be explained by other variables.

Deviations from Classical Test results, note that the data are normally distributed, there is no multicollinearity, and no autocorrelation in the study.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi maupun pemerataan bagi penduduk suatu negara. Mudarajat Kuncoro (2004) mendefenisikan pembangunan sebagai suatu proses yang bersifat multidimensional. Perubahan yang mencakup berbagai aspek kehidupan manusia seperti dalam hal struktur sosial, sikap mental, dan lembaga-lembaga sosial. Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu negara pada umumnya cenderung difokuskan terhadap pembangunan di bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Kenaikan total produksi barang/jasa yang dihasilkan oleh masyarakat suatu negara pada suatu waktu tertentu disebut dengan pendapatan nasional. Indikator yang umum digunakan untuk menghitung pendapatan nasional adalah Gross DomesticProduct (GDP) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional dan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat regional.

(18)

Product). Adanya peningkatan dalam GDP berarti menunjukkan adanya peningkatan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita merupakan pendapatan masyarakat per individu. GDP juga merupakan angka yang menunjukkan total produksi suatu negara. Semakin tinggi GDP berarti total produksi semakin besar.

Pendapatan nasional diperoleh melalui perhitungan dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan pengeluaran (expenditure approach), pendekatan pendapatan (income approach), dan pendekatan produksi (production approach). Penjelasan untuk ketiga pendekatan tersebut, sebagai berikut:

1) Pendekatan pengeluaran (expenditure approach)

Seluruh pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran keseluruhan sektor rumah tangga dalam perekonomian. Dalam bentuk formulasi ditulis sebagai:

GNP (Y) = C + I + G + (X-M) Dimana:

C = consumption spending (household sector) I = investment spending (business sector) G = governmentspending (government sector) (X-M) = net export

2) Pendekatan pendapatan (income approach)

Pendapatan nasional yang diperoleh dari pemilik sumberdaya sebagai imbalan berikut kesertaannya dalam pembentukan produksi nasional.

(19)

3) Pendekatan produksi (production approach)

Pendapatan nasional sebagai hasil akhir dari barang-barang dan jasa yang diperoleh dari sektor kegiatan ekonomi. Dalam formulasi ditulis sebagai:

NI = P1Q1 + P2Q2 + ... + PnQn

Atau

� = ∑ � �

�=

Dimana:

Pi = satuan harga barang Qi = jumlah produk

(20)

Banyak negara di dunia khususnya negara sedang berkembang tidak memiliki banyak keleluasaan dalam memilih untuk terlibat secara penuh, membatasi atau menjauhi perdagangan dunia. Karena adanya berbagai perbedaan seperti: ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya bahan baku dan penggunaan teknologi menyebabkan perbedaaan produksi/output tiap negara. Pemenuhan kebutuhan dalam negeri memaksa negara untuk terlibat dalam perdagangan internasional, apapun resikonya.

Bagi sebagian besar negara-negara berkembang, permintaan impor acapkali melampaui kapasitas mereka dalam menciptakan pendapatan devisa yang mencukupi dari kegiatan-kegiatan ekspor. Hal ini telah mengakibatkan krisis yang kronis pada neraca pembayaran mereka. Oleh karena defisit pada pos neraca transaksi berjalan (current account) tidak bisa lagi ditutupi dengan surplus pada pos neraca modal (capital account) maka negara yang bersangkutan terpaksa mencari tambahan utang atau pinjaman, khususnya dari luar negeri, guna menutupi defisit neraca pembayarannya tersebut.

(21)

peningkatan jumlah cadangan moneter resmi (cadangan devisa) dengan cara menambah penarikan “emas kertas” internasional baru terbitan Dana Moneter Internasional (IMF) yang dikenal dengan sebutan Special Drawing Rights (SDR)

Surat utang negara merupakan salah instrumen investasi portofolio bagi investor, baik investor dalam negeri maupun investor asing. Surat utang negara dipilih karena dianggap minimum resiko atau bahkan tidak beresiko (no risk/default) sama sekali. UU No.24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara memperkenalkan surat utang negara diterbitkan dalam valuta asing. Investor asing tentunya dapat memanfaatkan valuta asing yang dimilikinya untuk membeli surat utang negara dalam valuta asing. Atau alternatif lainnya yang tersedia adalah investor asing merupiahkan valuta asingnya, dan selanjutnya hasil dari konversi valuta asing tersebut dipergunakan untuk membeli surat utang negara dalam valuta rupiah. Dengan adanya surat utang negara diharapkan sebagai sumber pembiayaan untuk menutupi defisit neraca pembayaran yang terjadi (Sihombing, 2007:5).

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, penulis memandang perlu untuk melakukan sebuah penelitian guna mendapatkan jawaban sejauh mana pengaruh tingkat bunga surat utang negara, inflasi, dan cadangan devisa terhadap posisi neraca pembayaran Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

(22)

terarah. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran Indonesia?

b. Apakah inflasi berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran Indonesia? c. Apakah cadangan devisa berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran

Indonesia?

d. Apakah tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara, inflasi dan cadangan devisa berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitiaan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

b. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

c. Untuk mengetahui pengaruh cadangan devisa terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

(23)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan instansi terkait dalam mengambil kebijakan ekonomi, khususnya bidang moneter.

2. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Neraca Pembayaran

2.1.1 Pengertian Neraca Pembayaran

Dalam Balance of Payments Manual (BPM) yang diterbitkan oleh IMF (1993), defenisi balance of payment (BOP) adalah:

A statement that systematically, for spesific time period, the economic transactions of an economic with the rest of the world. Transactions, for the most part between residents and nonresidents, consist of those involving goods, services

and income; those involving financial claim on assets and liabilities to, the rest of the world; and those (such gift) classified as transfers which involve offsetting

entries to balance in an accounting sense –one set transactions.”

Selanjutnya Hady (2001:59) mendefenisikan balance of payment (BOP) adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi perdagangan barang/jasa, transfer keuangan dan moneter antara penduduk (resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the world) untuk suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Neraca pembayaran adalah suatu catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan oleh penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lainnya (non residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono, 2002). Dengan kata lain neraca pembayaran mencatat nilai barang dan jasa serta volume modal netto yang masuk dan keluar dari suatu negara untuk suatu periode tertentu, biasanya dua belas bulan (Jackson, 2009).

(25)

antara(intermediate). Kedua, ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran mencerminkan surplus dan defisit, bukannya untung dan rugi. Hal ini ukuran neraca pembayaran mencatat arus masuk keluar barang, jasa dan kapital untuk satu negara, bukannya syarat – syarat mengenai arus barang, jasa dan kapital tersebut.

2.1.2 Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran

Statistik neraca pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan nasional mengingat salah satu variabel pendapatan nasional adalah nilai ekspor – impor barang dan jasa yang tercatat dalam neraca pembayaran.

Tujuan penyusunan neraca pembayaran adalah :

a) Mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian suatu negara. b) Mengetahui aliran sumber daya antara negara.

c) Mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan suatu negara. d) Mengetahui permasalahan utang luar negeri suatu negara. e) Mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu negara.

f) Dipergunakan sebagai sumber data dan informasi dalam penyusunan anggaran devisa (foreign exchange budget).

g) Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan statistik pendapatan nasional (national account).

2.1.3 Struktur Dasar Neraca Pembayaran

(26)

transaksi – transaksi yang menimbulkan hak bagi penduduk suatu negara untuk menerima pembayaran dan sisi debet mencatat transaksi – transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar bagi penduduk suatu negara terhadap penduduk negara lain.

Secara garis besar neraca pembayaran meliputi:

1. Current Account

Meliputi transaksi yang berkaitan dengan ekspor dan impor terhadap barang dan jasa. Melalui pos transaksi ini akan terlihat jelas apakah neraca perdagangan suatu negara surplus atau bahkan defisit.

2. Capital Account

Mencakup arus modal masuk sebagai inflow dan arus modal keluar (outflow). Adapun inflow dapat meliputi modal resmi maupun bentuk modal lainnya.

3. Errors and Omissions

Errors and Ommissions sebagai kesalahan yang belum diperhitungkan atau kesalahan yang diabaikan. Pada model perhitungan IMF (International Monetary Fund) merupakan neraca penyeimbang yang memberi makna defisit atau surplus neraca pembayaran pada tahun pencatatan.

4. Reserve

(27)

2.1.4 Mekanisme atau Proses Penyesuaian Neraca Pembayaran

Terdapat 3 (tiga) macam mekanisme atau proses penyesuaian yang penting menyangkut neraca pembayaran, yaitu:

1. Mekanisme Harga

Mekanisme Hume adalah mekanisme penyesuaian neraca pembayaran melalui perubahan harga-harga. Mekanisme ini umumnya pemerintah membawa kembali neraca pembayaran ke posisi keseimbangan kembali. Mekanisme ini pada hakekatnya adalah dengan sistem standar emas penuh.

2. Mekanisme Pendapatan

Mekanisme penyesuaian melalui kebijakan atau pengaturan pendapatan nasional, yang singkatnya disebut “mekanisme pendapatan” menggambarkan

adanya saluran lain bagi proses penyesuaian neraca pembayaran. Mekanisme ini didasarkan atas teori ekonomi makro oleh Keynes, khususnya diilhami oleh proses pelipatan (multiplier) dalam teori tersebut.

3. Mekanisme Moneter

(28)

2.1.5 Penyajian Neraca Pembayaran

Ada 2 (dua) bentuk penyajian neraca pembayaran yaitu penyajian standar (standard presentation) dan penyajian analitis (analytical presentation).

a. Penyajian Standar

Komponen-komponen neraca pembayaran dalam penyajian standar disusun menurut panduan bagaimana dimuat dalam BOP manual. Penentuan komponen standar neraca pembayaran didasarkan atas beberapa pertimbangan dan tujuan tertentu.

b. Penyajian analitis disusun menurut keperluan analisis bagi perumus kebijakan di masing-masing negara. Namun, komponen utama yang disajikan tetap mengacu pada komponen standar dengan menonjolkan rincian komponen yang dirasakan sangat diperlukan.

2.1.6 Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran

Secara umum dikenal empat konsep keseimbangan neraca pembayaran, yaitu: 1. Konsep Keseimbangan Perdagangan (Trade Balance)

Dalam konsep ini, transaksi yang termasuk dalam autonomous transaction (transaksi yang mengakibatkan surplus atau defisit) hanya transaksi ekspor dan impor barang sehingga keseimbangan neraca pembayaran diukur dari berapa besarnya surplus atau defisit kedua transaksi tersebut.

2. Konsep Keseimbangan Transaksi Berjalan (Current Account Balance)

(29)

3. Konsep Basic Balance

Dalam konsep ini, yang termasuk dalam autonomous transaction selain pos-pos dalam transaksi berjalan, juga komponen-komponen dalam transaksi modal dan keuangan jangka panjang.

4. Konsep Overall Balance

Yang termasuk autonomous transaction dalam konsep ini adalah komponen-komponen transaksi modal dan keuangan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

2.2 Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara 2.2.1 Pengertian Surat Utang Negara

Undang-undang No. 24 Tahun 2002 menuliskan bahwa pengertian Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.

2.2.2 Dasar Hukum Penerbitan Surat Utang Negara

Surat Utang Negara (SUN) dan pengelolaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 memberi kepastian bahwa:

a. Penerbitan SUN hanya untuk tujuan-tujuan tertentu;

b. Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok SUN yang jatuh tempo;

(30)

d. Perdagangan SUN diatur dan diawasi oleh instansi berwenang;

e. Memberikan sanksi hukum yang berat dan jelas terhadap penerbitan oleh pihak yang tidak berwenang dan atau pemalsuan SUN.

Selain Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002, berbagai peraturan pelaksanaan pun telah diterbitkan untuk mendukung pengelolaan Surat Utang Negara, antara lain:

1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 66/KMK.01/2003 tentang Penunjukan Bank Indonesia sebagai Agen untuk Melaksanakan Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana.

2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.08/2009 tentang Lelang Pembelian Kembali Surat Utang Negara.

3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.08/2008 tentang Lelang Surat Utang Negara, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.08/2008 tentang Penjualan SUN dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional, sebagaimana terakhir kali diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.08/2009.

4) Peraturan-peraturan lain yang diterbitkan oleh Bank

(31)

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Penerbitan Surat Utang Negara

Sesuai dengan UU No 24 Tahun 2002, Surat Utang Negara diterbitkan untuk tujuan sebagai berikut:

1) Membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

2) Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran;

3) Mengelola portofolio utang negara.

Manfaat Penerbitan Surat Utang Negara yaitu: a) Sebagai Instrumen Fiskal

Penerbitan SUN diharapkan dapat menggali potensi sumber pembiayaan APBN yang lebih besar dari investor pasar modal.

b) Sebagai Instrumen Investasi

Menyediakan alternatif investasi yang relatif bebas risiko gagal bayar dan memberikan peluang bagi investor dan pelaku pasar untuk melakukan diversifikasi portofolionya guna memperkecil risiko investasi.

c) Sebagai Instrumen Pasar Keuangan

Surat Utang Negara dapat memperkuat stabilitas sistem keuangan dan dapat dijadikan acuan (benchmark) bagi penentuan nilai instrumen keuangan lainnya.

2.2.4 Jenis dan Bentuk Surat Utang Negara

(32)

1. Surat Perbendaharaan Negara (SPN), yaitu SUN berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Di beberapa negara SPN lebih dikenaldengan sebutan T-Bills atau Treasury Bills.

2. Obligasi Negara (ON), yaitu SUN berjangka waktu lebihdari 12 bulan baik dengan kupon atau tanpa kupon. Obligasi Negara dengan kupon memiliki jadwal pembayaran kupon yang periodik (tiga bulan sekali atau enam bulan sekali). Sementara ON tanpa kupon tidak memiliki jadwal pembayaran kupon, dijual pada harga diskon dan pokoknya akan dilunasi pada saat jatuh tempo.

Berdasarkan tujuan penerbitan, tingkat bunga dan jangka waktu, jenis-jenis Surat Utang Negara dalam rangka rekapitalisasi perbankan terdiri dari:

1) Fixed Rate Bonds (FR)

Surat Utang Negara seri FR diterbitkan untuk meningkatkan Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi 4%. Seri FR yang telah diterbitkan yaitu FR0001 sampai dengan FR0020, berjangka waktu 5 - 11 tahun. Tingkat bunga seri FR bervariasi dari 10,00% - 16,50% p.a, dengan pembayaran kupon dilakukan setiap 6 bulanan.

2) Variable Rate Bonds (VR)

(33)

3) Hedge Bonds (HB)

Surat Utang Negara seri HB bertujuan meminimalkan risiko kewajiban bank dalam valuta asing. Setiap triwulan atau pada saat jatuh tempo pembayaran kupon, dilakukan indeksasi terhadap nilai nominal Obligasi Negara seri HB atas dasar perkembangan kurs Rupiah terhadap USD. Obligasi Negara seri HB diterbitkan dengan jangka waktu antara 3 bulan sampai dengan 2 tahun. Tingkat kupon mengambang disesuaikan dengan perubahan bunga pasar SIBOR 3 bulan ditambah 2%. Tingkat kupon saat ini berkisar 3,42% - 3,85% p.a, dan tidak seperti obligasi seri-seri FR dan VR, obligasi seri HB tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Tabel 2.1

Karakteristik Umum Surat Utang Negara Fixed Rate

Denominasi Rupiah Rupiah Rupiah

(34)

2.2.5 Resiko Surat Utang Negara

Walaupun sudah dikatakan bahwa resiko gagal bayar (hampir) tidak ada, namun Cahyana dalam Susilowati (2006) mengatakan bahwa dari sisi pemerintah penerbitan Surat Utang Negara (SUN) mengandung beberapa resiko yang perlu diperhatikan, antara lain:

1) Resiko Kesinambungan Fiskal

Nilai utang negara yang besar berpotensi membahayakan kesinambungan anggaran pemerintah. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan nilai debt to export ratio, debt to service ratio and ratio of short term debt to reserve.

2) Resiko Nilai Tukar

Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat mengakibatkan tambahan beban pembayaran pokok utang dan bunga.

3) Resiko Perubahan Tingkat Bunga

Sebagian dari total utang negara merupakan utang dengan bunga mengambang (variable rate), sehingga apabila terjadi kenaikan tingkat bunga pasar, akan menaikkan nilai kewajiban pembayaran bunga dari anggaran pemerintah.

4) Resiko Pembiayaan Kembali

(35)

5) Resiko Operasional

Resiko kegagalan terjadi jika operasional pengelolaan Surat Utang Negara tidak dilakukan dengan baik, baik dari sisi sumber daya manusia maupun dari sisi kelembagaannya.

2.2.6 Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara

Coupon/kupon yaitu besarnya bunga yang dibayarkan secara reguler, yang dinyatakan dalam persentase terhadap nilai nominal obligasi. Sebagai contoh Obligasi Negara seri FR0028 dengan tingkat kupon 5 %, artinya setiap tahun jumlah bunga yang dibayarkan kepada investor adalah sebesar 5% dikalikan dengan tingkat nominalnya, dengan demikian untuk setiap unit Obligasi senilai Rp1.000.000,00 maka kupon yang diterima pertahun oleh investor ialah sebesar Rp50.000,00.

(36)

2.3 Inflasi

2.3.1 Pengertian Inflasi

Inflasi (inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Venieris dan Sebold (1978) dalam Nanga (2005:241) mendefenisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu (a sustained tendency for the general level of prices to raise over time). Berdasarkan defenisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.

Dari pengertian tersebut diatas, terdapat tiga hal penting yang ditekankan, yaitu:

1) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat.

2) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.

(37)

2.3.2 Cara Menghitung Laju Inflasi

Secara umum, dikenal tiga cara yang digunakan untuk menghitung laju inflasi, yaitu:

1. Indeks Harga Konsumen (Consumen Price Index atau CPI )

Adalah suatu indeks harga yang mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa-jasa di pasar, termasuk harga-harga makanan, pakaian, perumahan, transportasi, perawatan kesehatan, pendidikan, dan komoditi lain yang yang dibeli untuk untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Dalam indeks harga konsumen, setiap jenis barang ditentukan suatu timbangan atau bobot tetap yang proporsional terhadap kepentingan relatif dalam anggaran pengeluaran konsumen.

Adapun rumus untuk menghitung IHK adalah:

� =

Dimana:

Pn = Harga sekarang

Po = Harga pada tahun dasar

Sehingga rumus untuk menghitung laju inflasi adalah:

� =

� − �

%

Dimana:

IHKn = Indeks Harga Konsumen periode ini IHKo = Indeks Harga Konsumen periode lalu

(38)

products), dan peralatan, modal dan mesin yang dibeli oleh sektor bisnis atau perusahaan. Jadi, PPI hanya mencakup bahan baku dan barang antara atau setengah jadi saja, sementara barang-barang jadi tidak dimasukkan dalam perhitungan.

3. GNP Deflator adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan atau rasio antara GNP nominal dan GNP riil dikalikan dengan 100. GNP riil adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian, yang diperoleh ketika output di nilai dengan menggunakan tahun dasar (based year). Oleh karena itu, GNP riil juga sering disebut GNP berdasarkan harga tahun dasar (GNP at based year price). Sedangkan GNP nominal adalah GNP yang dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku (GNP at current market price). Adapun rumus untuk menghitung GNP Deflator adalah

�� � = �� �� ��� �

2.3.3 Macam-macam Inflasi

Ada beberapa macam inflasi yang dapat terjadi dalam perekonomian, tergantung pada tujuan apa yang ingin dicapai. Macam-macam inflasi tersebut antara lain:

1. Ditinjau dari parah tidaknya inflasi

Dalam pengelompokan ini yang perlu diperhatikan adalah berapa besarnya inflasi dalam suatu periode.

(39)

b. Inflasi Sedang : Inflasi yang besarnya 10 – 30 % per tahun c. Inflasi Berat : Inflasi yang besarnya >30 – 100 % per tahun d. Hiperinflation : Inflasi yang besarnya > 100 % per tahun 2. Ditinjau dari sumber atau sebab musabab inflasi

a. Demand Pull Inflation

Inflasi ini timbul karena permintaan dalam negeri (baik masyarakat maupun pemerintah) akan berbagai barang sangat kuat dan besar serta melebihi keluaran (output) yang ada dalam perekonomian tersebut.

Gambar 2.1 Demand Pull Inflation b. Cost Push Inflation

(40)

Gambar 2.2 Cost Push Inflation 3. Ditinjau dari asal inflasi

a. Domestic Inflation

Inflasi ini terjadi karena kenaikan harga akibat adanya kondisi “shock

(kejutan) di dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.

b. Imported Inflation

Kenaikan harga-harga umum saja tidak dipengaruhi oleh harga dalam negeri, tetapi juga oleh harga-harga luar negeri yang tercermin pada harga barang-barang impor. Dengan demikian kenaikan indeks harga luar negeri akan mengakibatkan kenaikan indeks harga umum dan dengan sendirinya akan mempengaruhi laju inflasi.

Q Q

E E

P P

S

(41)

2.3.4 Teori-teori Terjadinya Inflasi

Ada 3 kelompok yang mengemukakan teori inflasi, masing-masing menyoroti aspek – aspek tertentu dari proses terjadinya inflasi. Adapun teori terjadinya proses inflasi adalah:

1) Teori Kuantitas

Teori ini menerangkan penyebab proses terjadinya inflasi yang melanda sebuah perekonomian. Pendapat teori kuantitas (teori kaum klasik) ini menyatakan bahwa proses terjadinya inflasi disebabkan oleh:

a) Volume Uang Yang Beredar

Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar dalam masyarakat (uang giral dan uang kartal). Penambahan jumlah uang yang beredar ini merupakan sumber utama penyebab inflasi, karena volume uang beredar lebih besar dari kesanggupan output untuk menyerapnya (volume uang lebih besar dari pendapatan nasional). Bila jumlah uang beredar tidak ditambah (dikurangi), maka inflasi akan berhenti secara otomatis apapun penyebab kenaikan harga-harga dalam perekonomian tersebut.

(42)

Bila masyarakat mengharapkan harga-harga naik di masa yang datang, maka penambahan uang yang beredar akan sepenuhnya diwujudkan dalam permintaan efektif di pasar. Sehingga dengan laju volume uang yang beredar diikuti dengan kenaikan permintaan barang-barang akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga atau inflasi.

2) Teori Keynes

Keynes menyoroti faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi makro nya. Menurut teori yang dikeluarkan Keynes, inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan pendapatannya. Terjadinya inflasi melalui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada kemampuan kelompok ini untuk mendapatkan pendapatan nasional. Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan dalam permintaan efektif, sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang-barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang tersedia (pendapatan nasional). Hal ini akan menimbulkan inflasionary gaps yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional (yang lebih besar) secara nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Dengan demikian akan menyebabkan naiknya harga-harga, sehingga timbullah inflasi.

3. Teori Strukturalis

(43)

perekonomian, dimana faktor struktur perekonomian hanya berubah secara bertahap dan dalam jangka panjang, sehingga inflasi ini disebut sebagai inflasi jangka panjang.

2.3.5 Dampak Inflasi

Inflasi yang terjadi di dalam suatu perekonomian memiliki beberapa dampak atau akibat sebagai berikut:

1) Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat, dan inilah yang disebut efek redistribusi dari inflasi (redistribution effect of inflation).

2) Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi (economic efficiency). Hal ini dapat terjadi karena inflasi dapat menglihkan sumberdaya dari investasi yang produktif (productive investment) ke investasi yang tidak produktif (unproductive investment) sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produktif. Ini yang disebut “efficiency effect of inflation”.

3) Inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan di dalam output dan kesempatan kerja (employment), dengan cara yang lebih langsung yaitu dengan memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukan selama ini. Ini yang disebut “output and employment effect of inflation”.

(44)

secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang mereka menunggu dimana tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula halnya dengan bank atau lembaga peminjaman lainnya, jika sekiranya mereka menduga bahwa tingkat inflasi akan naik di masa mendatang, maka mereka akan mengenakan tingkat bunga yang tinggi atas pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam menghadapi penurunan pendapatan riil dan kekayaan (losses of real income and wealth) (Bradley, 1985 dalam Nanga, 2005).

2.3.6 Kebijakan Mengatasi Inflasi

Kebijakan menanggulangi inflasi berkaitan erat dengan berbagai pendapat mengenai teori inflasi. Dengan menggunakan persamaan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T, sehingga P naik. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya inflasi, maka focus perhatian harus ditujukan kepada tida variabel ini. Cara mengatur variabel M, V, dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal dan kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi (non moneter).

a. Kebijaksanaan Moneter, meliputi: 1) Politik Diskonto (Discount Policy)

2) Politik Pasar Terbuka (Open Market Policy) 3) Pengawasan Kredit Selektif

4) Politik Persediaan Kas (Cash Ratio Policy) b. Kebijakan Fiskal, meliputi:

(45)

c. Kebijakan Non Moneter, meliputi: 1) Peningkatan Produksi

2) Kebijakan Upah 3) Pengawasan Harga

2.4 Cadangan Devisa

2.4.1 Pengertian Cadangan Devisa

Dalam bukunya, Rachbini (2000:113) mendefenisikan devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang antara lain berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri.

Menurut UU No. 23 Tahun 1999, yang dimaksud dengan cadangan devisa adalah cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada sisi aktiva Bank Indonesia yang antara lain berupa emas, uang kertas asing, dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.

Dalam Pasal Undang-Undang Bank Indonesia dirumuskan bahwa Bank Indonesia mengelola cadangan devisa. Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa tersebut, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa serta dapat menerima pinjaman luar negeri.

(46)

Dalam melakukan pengelolaan cadangan devisa, Bank Indonesia mempertimbangkan 3 (tiga) azas utama dengan skala prioritas, yaitu likuiditas (liquidity), keamanan (security) tanpa mengabaikan prinsip untuk memperoleh pendapatan yang optimal (profitability).

2.4.2 Fungsi Cadangan Devisa

Cadangan devisa memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Mengimpor barang konsumsi, bahan baku industry dan sector produksi lainnya, peralatan dan perlengkapan (barang modal, perlengkapan pertahanan, keamanan dan sebagainya).

2. Melunasi jasa pihak asing seperti jasa perbankan, asuransi, pelayaran, penerbangan, perekayasaan, wisatawan Indonesia, dan sektor jasa lainnya. 3. Membiayai kantor Perwakilan Pemerintah Indonesia (Kedutaan/Konsulat) di

luar negeri.

4. Melunasi hutang luar negeri

2.4.3 Sumber Cadangan Devisa

Cadangan devisa suatu negara pada umumnya berasal dari sumber sebagai berikut:

(47)

2. Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan Internasional, serta Swasta Asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Governmental Group on Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development Bank, dan lain sebagainya.

3. Hadiah (Grant) dan bantuan dari Badan-Badan PBB seperti UNDP, UNESCO, dan pemerintah asing, seperti Pemerintah Saudi Arabia, Jepang, dan lain-lain. 4. Laba dari penanaman modal du luar negeri, seperti laba yang ditransfer dari

perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri, termasuk transfer dari warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti Malaysia, Dubai, dan lain sebagainya.

5. Hasil dari kegiatan Pariwisata Internasional, seperti uang tambang, angkutan, sewa hotel,, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu wisata dan lain-lain.

2.5 Penelitian Terdahulu

2006 1.Koefisien determinasi = 0,4159 atau 41,59%.

(48)

2.Nilai tukar berpengaruh negatif

2009 1.Koefisien determinasi = 0,647 atau 67,40%.

(49)

2.6 Kerangka Konseptual

Ada banyak variabel yang mempengaruhi neraca pembayaran suatu negara. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara, tingkat inflasi, dan cadangan devisa sedangkan variabel lainnya dianggap konstan.

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Tingkat Bunga (kupon)

Surat Utang Negara X1

Tingkat Inflasi X2

Cadangan Devisa X3

(50)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1) Tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara berpengaruh positif terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

2) Inflasi berpengaruh positif terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.

3) Cadangan devisa berpengaruh positif terhadap Neraca Pembayaran Indonesia. 4) Tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara, inflasi, dan cadangan devisa

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang analisis pengaruh tingkat bunga (kupon) surat utang negara, inflasi dan cadangan devisa terhadap posisi neraca pembayaran Indonesia. Dalam penelitian ini, variabel tingkat bunga (kupon) surat utang negara yang penulis gunakan ialah tingkat bunga (kupon) seri Fixed Rate Bonds (FR) yang terbit dari tahun 2002 hingga 2011, baik yang sudah jatuh tempo, maupun yang belum jatuh tempo. Untuk variabel neraca pembayaran, inflasi, dan cadangan devisa, data yang diteliti/digunakan mulai dari tahun 2002 hingga 2011.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder, yang diperoleh dari publikasi resmi dari beberapa sumber atau instansi yaitu Kantor Bank Indonesia (KBI) Medan, Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, website dan dari bahan-bahan bacaan/terbitan yang berkaitan dengan penelitian. Data dalam bentuk data kala berkala (times series) dari kuartal pertama tahun 2002 hingga kuartal keempat 2011 .

(52)

Untuk mengolah data, penulis menggunakan Software Micosoft Office Excel 2007 dan program E-Views 6.0.

3.4 Model Analisis Data

Spesifikasi model analisis data yang akan dijadikan sebagai model penelitian merupakan fungsi matematis dengan parameter berbentuk linear. Model analisis yang dipakai adalah metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square/OLS). Hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen dirumuskan dengan fungsi sebagai berikut:

Neraca Pembayaran: f (tingkat bunga surat utang negara, inflasi, cadangan devisa)

Y = f ( X1, X2, X3)...(1)

Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = α + β1 X1+ β2 X2+ β3 X3 + µ...(2) Dimana:

Y = Total Neraca Pembayaran Indonesia α = Intercept

β1,β2 ,β3= Koefisien Regresi

X1 = Tingkat Bunga (kupon) Surat Utang Negara X2 = Tingkat Inflasi

X3 = Total Cadangan Devisa

(53)

Bentuk Hipotesis sebagai berikut: �

> ,

artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (tingkat bunga surat utang negara), maka Y (neraca pembayaran Indonesia) mengalami kenaikan,

ceteris paribus.

> ,

artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (inflasi) maka Y (neraca pembayaran Indonesia) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

> ,

artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (cadangan devisa) maka Y (neraca pembayaran Indonesia) mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.5 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit) 3.5.1 Koefisien Determinasi ( R Square )

Koefisien Determinasi (R – Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan terhadap variabel dependen dimana nilai koefisien determinasi (R2) adalah antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1).

(54)

determinasi 1 berarti tidak ada hubungan sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat.

�� = ∑ � √ � √

Dimana:

R = Koefisien Determinasi Xi = Variabel Independen

Y = Variabel Dependen i = 1, 2, 3, ..., dst

3.5.2 Uji T – Statistik (Uji Parsial)

Uji t – statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : bi ≠ 0 (ada pengaruh)

(55)

(signifikan) terhadap variabel dependen, dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima, ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel independen. Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan meggunakan rumus sebagai berikut:

t ∗ = �i – �

Dimana:

t* = t-hitung ; bi = koefiien variabel ke-i b = nilai hipotesis nol ;

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho : β1 = β2 = 0 Ho diterima (t*<t-tabel) artinya varibel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0 Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha diterima Ha diterima

(56)

Gambar 3.1 Kurva Uji t-statistik

3.5.3 Uji F – Statistik (Uji Keseluruhan)

Uji F-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:

Ho : b1 ≠ b2 ...bk = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : b2 = 0 ... i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F*>F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, nilai F* dapat diperoleh dengan rumus:

∗ = / −/ −

Dimana:

F* = F-hitung

R2 = Koefisien Determinasi K = Jumlah Variabel Independen n = Jumlah Sampel

Kriteria pengambilan keputusan:

(57)

Ha : β1 ≠ β2 ≠ 0 Ha diterima (F*>F-tabel) artinya variabel

independen secara keseluruhan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha diterima

Ho diterima

0 Ftabel

Gambar 3.2 Kurva Uji F-Statistik

3.6 Uji Penyimpangan Klasik 3.6.1 Uji Normalitas

(58)

menggunakan Jarque-Bera Test (J-B Test). Untuk melihat apakah data telah berdistribusi normal adalah dengan memperhatikan nilai (angka) probabaility dari hasil regresi. Dalam bukunya, Pratomo (2007) menyebutkan bahwa angka probability > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka probability < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3.6.2 Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sma lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai R-square, F-hitung, T-hitung, dan standart error. Adanya multikolinearitas ditandai dengan:

a) Standart error tidak terhingga

b) Tidak ada satu T-statistik yang signifikan pada α = 1 %, α =5%, α = 10% c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

d) R2 sangat tinggi

3.6.3 Autokorelasi

(59)

kesalahan pengganggu suatu periode korelasi dengan kesalahan pengganggu periode sebelumnya.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu: a) Dengan menggunakan/mem-flot grafik

b) Dengan uji Durbin-Watson (Uji D-W Test)

Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:

Ho : p = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : p ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Untuk menguji masalah autokorelasi ini kita harus menentukan besarnya nilai kritis dari du dan dl. Berdasarkan jumlah observasinya dari variabel independen, jika hipotesis nol menyatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi, maka:

1) Jika DW < dt, maka Ho ditolak, berarti bahwa suatu regresi mengalami autokorelasi

2) Jika du< DW < 4-du, maka Ho diterima yang berarti bahwa suatu persamaan regresi tidak mengalami autokorelasi.

3) Jika dl ≤ DW ≤ du atau 4 – du ≤ DW ≤ 4 - dl, berarti pengujian tidak dapat disimpulkan.

3.7 Defenisi Operasional

a. Neraca Pembayaran adalah surplus / defisit neraca pembayaran Indonesia setiap tahun dalam US Dolar (%)

(60)

c. Tingkat bunga surat utang negara adalah tingkat bunga/tingkat kupon yang ditetapkan oleh pemerintah dalam penawaran Surat Utang Negara dalam persen (%).

d. Cadangan Devisa adalah cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat pada sisi aktiva Bank Indonesia (%).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Geografi dan Kependudukan

Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara dua benua yaitu Benua Asia dan benua Australia, serta di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Berdasarkan posisi geografisnya, Negara Indonesia memiliki batas-batas: Utara – Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan. Selatan – Negara Australia, Samudera Hindia. Barat – Samudera Hindia. Timur – Negara Papua Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik.

(61)

Melihat begitu strategisnya posisi geografis dan begitu banyak kepulauan Indonesia, maka wajar bila dikatakan wilayah Indonesia kaya akan sumber daya yang potensial terutama sumber daya alamnya.

Sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2010, menyatakan bahwa populasi Indonesia mencapai angka 237.641.326 jiwa. Dengan angka populasi yang relative besar ini, pemerintah tetap fokus dalam menggalakkan Program Keluarga Berencana guna menekan angka pertumbuhan penduduk.

Tabel 4.1

Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 1990-2010

Provinsi Penduduk Laju Pertumbuhan

Sumatera Utara 10,256,027 11,649,655 12,982,204 1.32 1.11

Sumatera Barat 4,000,207 4,248,931 4,846,909 0.63 1.34

R i a u 3,303,976 4,957,627 5,538,367 4.35 3.59

J a m b i 2,020,568 2,413,846 3,092,265 1.84 4.99

Sumatera Selatan 6,313,074 6,899,675 7,450,394 2.39 2.55

B e n g k u l u 1,179,122 1,567,432 1,715,518 2.97 1.85

L a m p u n g 6,017,573 6,741,439 7,608,405 1.17 3.14

Kep. Bangka Belitung - 900,197 1,223,296 0.97 1.66

Kepulauan Riau - - 1,679,163 0.17 1.23

DKI Jakarta 8,259,266 8,389,443 9,607,787 2.03 1.39

Jawa Barat 35,384,352 35,729,537 43,053,732 0.94 1.89

Jawa Tengah 28,520,643 31,228,940 32,382,657 0.72 2.79

DI Yogyakarta 2,913,054 3,122,268 3,457,491 0.7 0.37

(62)

B a l i 2,777,811 3,151,162 3,890,757 1.82 2.15

Nusa Tenggara Barat 3,369,649 4,009,261 4,500,212 1.64 1.17

Nusa Tenggara Timur 3,268,644 3,952,279 4,683,827 2.29 2.06

Kalimantan Barat 3,229,153 4,034,198 4,395,983 2.99 0.91

Kalimantan Tengah 1,396,486 1,857,000 2,212,089 1.45 1.74

Kalimantan Selatan 2,597,572 2,985,240 3,626,616 2.81 1.98

Kalimantan Timur 1,876,663 2,455,120 3,553,143 1.33 3.80

Sulawesi Utara 2,478,119 2,012,098 2,270,596 2.57 1.26

Sulawesi Tengah 1,711,327 2,218,435 2,635,009 1.49 2.24

Sulawesi Selatan 6,981,646 8,059,627 8,034,776 3.15 1.94

Sulawesi Tenggara 1,349,619 1,821,284 2,232,586 1.59 1.17

Gorontalo - 835,044 1,040,164 0.08 2.67

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia sebesar 206.264.595 jiwa, dan pada tahun 2010 sebesar 237.641.326 jiwa.

Selama kurun waktu 2000 – 2010, terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 31.3 juta jiwa atau dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1.49 % per tahun.

(63)

Laju pertumbuhan penduduk provinsi selama 1990-2010, mengalami fluktuasi. Namun terdapat beberapa provinsi yang terhitung memiliki penurunan laju pertumbuhan penduduk diatas 1 persen yaitu Bengkulu, Jawa Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat.

Disamping itu, terdapat pula provinsi dengan kenaikan laju pertumbuhan penduduk di atas 1 persen yaitu Jambi, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Papua Barat dan Papua.

4.1.2 Perkembangan Perekonomian Indonesia

Dalam tahun 2010 upaya kita untuk keluar dari krisis ekonomi telah

menunjukkan hasil-hasil yang cukup membesarkan hati, meskipun tidak

berlangsung secepat yang kita harapkan.

Di sektor keuangan, program restrukturisasi perbankan telah mulai

menunjukkan hasil yang positif. Kondisi kesehatan perbankan mulai membaik

sehingga telah memungkinkan bank-bank untuk meningkatkan pemberian kredit

serta penyaluran dana dalam bentuk lainnya, sehingga pelaksanaan fungsi

intermediasi perbankan sedikit demi sedikit mulai pulih kembali. Di sektor fiskal,

berbagai upaya pengurangan subsidi serta pengurangan beban utang dalam dan luar

negeri pemerintah telah mulai memberikan ruang gerak bagi Pemerintah dalam

memberikan stimulus kepada perekonomian.

Kebijakan moneter d fiskal yang konsisten dan didukung oleh faktor

kestabilan politik, perbaikan keamanan, serta beberapa kemajuan yang dicapai

dalam program restrukturisasi ekonomi telah membantu tercapainya kestabilan

(64)

Kondisi moneter di sepanjang tahun 2010 cukup stabil dan terkendali, baik

dari sisi nilai tukar rupiah, inflasi, maupun jumlah uang beredar, sehingga telah

memungkinkan terjadinya penurunan suku bunga secara signifikan.

Kekhawatiran banyak kalangan akibat dari imbas krisis global yang melanda

Amerika dan negara-negara Eropa lainnya akan menyebabkan nilai tukar rupiah

terpuruk telah berhasil dihindari. Didukung oleh berkurangnya ekspektasi inflasi di

kalangan masyarakat, laju inflasi menurun dari 6.96% pada akhir tahun 2010

menjadi 3.79 % pada akhir tahun 2011.

Situasi moneter yang stabil telah memberikan ruang gerak bagi Bank

Indonesia untuk menurunkan suku bunga secara bertahap. Selama tahun 2010,

suku bunga SBI 1 bulan telah turun sebesar 0.26%, yaitu dari 6.26 % pada akhir

tahun 2010 menjadi 6 % pada akhir 2011, diikuti oleh penurunan jenis-jenis suku

bunga lainnya.

Untuk meningkatkan efektivitas operasi moneter dalam rangka mendukung pencapaian tujuan Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, telah melakukan penyempurnaan ketentuan mengenai operasi moneter berupa Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 12/11/PBI/2010 tanggal 2 Juli 2010 mengenai Operasi Moneter.

(65)

facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit facility) oleh bank di Bank Indonesia.

Sepanjang tahun 2011, pemerintah menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,3 persen dan inflasi 5,3 persen, RAPBN 2011 juga menetapkan asumsi kurs rupiah sebesar Rp9.300 per dolar AS, suku bunga SBI tiga bulan 6,5 persen, harga minyak 80 dolar AS per barel, dan lifting minyak 970 ribu barel per hari.

4.1.3 Perkembangan Inflasi

Setiap negara pasti akan mengalami gejolak harga yang disebut inflasi. Naik turunnya tingkat inflasi disetiap negara dipengaruhi oleh faktor yang berbeda-beda, tergantung kegiatan perekonomian di dalam negara tersebut.

Indonesia, tingkat inflasi depengaruhi oleh beberapa faktor yaitu misalnya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), naiknya tarif dasar listrik (TDL), kenaikan tarif jasa publik, dan spekulasi produk.

Aktifnya Indonesia dalam kancah perdagangan dunia, mengakibatkan perekonomian Indonesia sangat peka terhadap gejolak perekonomian dunia, misalnya ketika terjadi krisis global yang melanda sebagian besar negara-negara di dunia.

Perkembangan inflasi di Indonesia selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi bersifat fluktuatif, kadang naik dan kadang kala juga turun.

(66)

produk yang yangdihasilkan oleh sektor-sektor barang dan jasa yang tersedia. Proyeksi inflasi 2011 itu juga telah memperhitungkan potensi tambahan tekanan inflasi yang bersumber dari kebijakan penyesuaian administered prices secara terbatas.

(67)

mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Mataram 1,73% dengan IHK ialah 145,41 dan terendah terjadi di Tangerang 0,03% dengan IHK ialah 131,59.

4.1.4 Perkembangan Suku Bunga (Kupon) Surat Utang Negara

Suku bunga (kupon) Surat Utang Negara (SUN) khususnya seri Fixed Rate Coupon bervariasi dari tahun ke tahun. Seluruh SUN yang diterbitkan/dirilis pada tahun 2002, suku bunga yang paling tinggi di memiliki SUN seri FR0014 dimana kuponnya sebesar 15,575 % dengan face value Rp 1.185.947 Miliar. Dan seri FR0012 memiliki tingkat kupon yang paling rendah yaitu 12,625 % dengan face value sebesar Rp 1.703.141 Miliar.

Tabel 4.3

Tingkat Bunga (kupon) Surat Utang Negara (%)

(68)

Untuk tahun 2003, Pemerintah hanya mengeluarkan tiga buah seri, yaitu FR0022, FR0023, FR0024. Dimana FR0022 dan FR0024 memiliki tingkat kupon yang sama yaitu 12 % dengan face value masing-masing sebesar Rp 7.115.000 Miliar dan Rp 4.330.000 Miliar. Seri FR 0023 memiliki tingkat kupon 11 %, dengan face value sebesar Rp 15.172.500 Miliar.

Untuk tahun 2004,pemerintah mengeluarkan dua buah surat utang negara seri FR0025 dan FR0026 dengan tingkat kupon masing-masing 10 % dan 11 %, dengan face value Rp 6.668.000 Miliar dan Rp 13.632.000 Miliar.

Untuk tahun 2005, pemerintah mengeluarkan lima seri yaitu FR0027, FR0028, FR0030, FR0031, FR0032. Di antara kelima seri tersebut, FR0027 memiliki tingkat kupon terendah yaitu 9.5 % dengan face value sebesar Rp 13.089.000 Miliar. Dan FR0032 memiliki tingkat kupon tertinggi sebesar 15 % dengan face value sebesar Rp 1.560.000 Miliar.

Tahun 2006, ada delapan seri yang diterbitkan oleh pemerintah. Dari ke delapan seri tersebut, FR0040 memiliki tingkat kupon terendah sebesar 11 % dengan face value Rp 12.914.000 Miliar. Dan FR0035 yang merupakan seri dengan tingkat kupon tertinggi 12.9 % dengan face value Rp 11.025.000 Miliar.

Sepanjang tahun 2007 pemerintah menerbitkan surat utang negara seri FR sebanyak tujuh buah. Di tahun ini, tingkat kupon tidak terlalu bervariasi. Rata-rata tingkat kupon sebesar 9.8 % dengan face value rata-rata sebesar Rp 10.799.000 Miliar.

(69)

masing-masing 9 % dan 10,5 % dan face value sebesar Rp 5.123.000 Miliar dan Rp 1.950.000 Miliar.

Pada tahun 2009, hanya ada dua seri yang diterbitkan pemerintah yaitu FR0051 dan FR0052. Masing-masing memiliki tingkat kupon 11,25 % dan 10,5 %, dengan face value sebesar Rp 2.336.123 Miliar dan 23.500.000 Miliar.

Di tahun 2010, pemerintah menerbitkan empat seri yaitu FR0053, FR0054, FR0055, FR0056. Tingkat kupon tertinggi di berikan oleh seri FR0054 yaitu 9,5 % dengan face value Rp 27.096.000 Miliar, dan tingkat kupon terendah diberikan oleh seri FR0055 yaitu 7,375 % dengan face value Rp 15.400.000 Miliar.

Di tahun 2011 yang lalu, pemerintah juga menerbitkan lima seri yaitu FR0057, FR0058, FR0059, FR0060, dan FR0061. Seri FR0057 memberikan tingkat kupon tertinggi sebesar 9,5% dengan face value Rp 13.550.000 Miliar. Kupon terendah diberikan oleh seri FR0060 yaitu 6.5% dengan face value Rp 4.500.000 Miliar.

4.1.5 Perkembangan Cadangan Devisa

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik   Umum Surat Utang Negara
Gambar 2.1 Demand Pull Inflation
Gambar 2.2 Cost Push Inflation
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul &#34; Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Transaksi Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Komposisi Pendapatan Hasil Daerah (PAD) dan Konsentrasi

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Resiko Pembiayaan Bermasalah, Suku Bunga, dan Jangka

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan jujur dan penuh tanggungjawab bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga BI, dan Inflasi

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Tagihan Pajak, Surat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Sukubunga, Profitabilitas, dan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Iklan Pokkits Terhadap Keputusan Pembelian Pada Konsumen