• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Badan Penanaman Modal Kota Medan Dalam Meningkatkan Investasi Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Badan Penanaman Modal Kota Medan Dalam Meningkatkan Investasi Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN di Kota Medan"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Bryso, Jhon M. 2005. Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

David, fred r. 2004. Strategic Management, Jakarta: Salemba Empat.

Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen stratejik konsep, kasus dan implementasi. Jakarta: Grasindo

Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.

Hunger, J. David, & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Sleman: Penerbit Andi.

Jatmiko.2003. Manjamenen Strategi. Malang: UMM Press.

Koentjaraningrat, 1993. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia.

Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi - Bagaimana Meraih keunggulan Kompetitif. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Lusiana. 2012. Usaha penanaman Modal di Indonesia. Jakarata: Rajawali Pers. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset.

Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen strategik dan kebijakan perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media

Rasyid, Ryaas. 1998. Desentralisasi Dalam Menunjang Pembangunan Daerah Dalam Pembangunan Administrasi Di Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES

Singarimbun, Masri. 2008. Metode Penelitian Survei. LP3ES: Jakarta.

Soesilo, Nining. 2002. Manajemen Strategik di Sektor Publik. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Usman, Husaini. 2009. Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.

(2)

Jurnal dan Sumber Lain:

Aspek Hukum Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Indonesia Menghadapi Liberisasi Ekonomi Regional: Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal Rechts Vinding Volume 3 No. 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional (BPHN). Oleh Masnur Tiurmaida Malau. Tahun 2014 Domestic And Foreign Direct Investment Realization In Quarter III And January –

September 2015. Badan Koordinasi Penanaman Modal. Oktober 2015 Investasi dan Penanaman Modal. Oleh Rowland B. F. Pasaribu. Tahun 2013. Investasi di Indonesia. Madya Pusdiklat KNKP. Oleh Agni Indriani. Tahun 2013. Jaminan Kepastian Hukum Dalam Penanaman Modal di Indonesia. Jurnal Hukum

Bisnis Volume 26 No. 4. Jakarta: Yayasan Pengembangan Hukum Bisnis. Oleh Camelia Malik. Tahun 2007.

Mempercepat Penguatan Daya Saing Ekonomi Daerah Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Prosiding Seminar Nasional & Sidang Pleno Isei Xvi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia, Jambi: September 2013

Upaya Pemerintah Sumatera Selatan Menarik Investor Asing Dalam kegiatan Penanaman Modal. Jurnal Dinamika Hukum. Volume 11 No. 1. Palembang: Universitas Sriwijaya. Oleh Sri Handayani. Tahun 2011.

Strategi Badan Penanaman Modal Dan Promosi Daerah (BPMPD) Provinsi Riau Dalam Meningkatkan Investasi Di Provinsi Riau Tahun 2009-2011 Oleh Aurora Adereiny. Tahun 2012.

Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Melalui Penerimaan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi. Oleh Junita Friska Capah. Tahun 2014.

Strategi Pengelolaan Pasar Tradisional dalam Meningkatkan Penerimaan Retribusi Pelayanan Pasar Pada Dinas Pasar Kabupaten Deli Serdang. Oleh Aprita Ftama Dwi. Tahun 2013.

Peran badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 Oleh Munarmi. Tahun 2015.

Undang-Undang:

(3)

Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010 Tentang Perubahan Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor: 1/P/2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57/SK/2004 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan

Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2011 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing

Internet:

(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Koentjaraningrat (1993:89) dimana jenis penelitian deskriptif kualitatif memberi gambaran secara cermat mengenai individu maupun suatu kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi. Selanjutnya menurut Bognan dan Taylor dalam Moelong (2007:4) mengemukakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang maupun perilaku yang dapat diamati. Dengan demikian penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian, secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini bermaksud memberi gambaran secara utuh dan mendalam mengenai strategi badan penanaman modal dalam upaya meningkatkan investasi khususnya di kota Medan.

3.2. Lokasi Penelitian

(5)

3.3. Informan Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menurut Hendarso dalam Usman (2009: 50) bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat Subjek penelitian generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan peneliti meliputi beberapa macam yaitu:

1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Badan Penanaman Modal Kota Medan dan atau Sekretaris Badan Penanaman Modal.

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah staf atau tim teknis yang bertugas dalam pembinaan dan pengawasan di Badan Penanaman Modal Kota Medan.

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Pengumpulan Data Primer

(6)

a. Wawancara, yaitu dengan cara wawancara mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari informan. Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Observasi, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan untuk yang berkaitan dengan permasalah penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun yang telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel, makalah, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk, pelaksana, petunjuk teknis, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.

3.5. Tehnik Analisis data

Penelitian ini akan menggunakan tehnik analisis data kualitatif. Miles dan Huberman dalam sugiyono (2009:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data tersebut, yakni:

1. Reduksi Data

(7)

jelas serta mepermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutanya.

2. Penyajian Data

Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan.

3. Verifikasi

(8)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Kota Medan 4.1.1. Sejarah Singkat Kota Medan

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata. Brastagi didaerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit lawang, Danau Toba.

Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. Jhon Anderson, orang Eropa yang pertama mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting diluar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputera, dan seorang Tionghoa.

(9)

berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama. Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luar hampir delapan belas kali lipat.

4.1.2. Keadaan Geografis Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar atau 3,6 % dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota / kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30’ - 3° 43’ Lintang Utara dan 95° 35’ - 98° 44’ Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara danberada pada ketinggian 2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Batas Wilayah Kota Medan

Utara Selat Malaka

Selatan Kecamatan Deli Tua dan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang

(10)

4.1.3. Keadaan Demografis Kota Medan

Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota Medan yang bersifat terbuka. Secara demografis, kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografis. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

4.1.4. Pemerintah Kota Medan

(11)

meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya sehingga menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan. Dalam bentuk hubungan keuangan, maka Pemerintah Kota Medan sampai tahun 2009 menerima sumber-sumber keuangan daerah dalam bentuk dana perimbangan, dan pinjaman dan atau hibah dari pemerintahan tingkat atasan.

Dalam kaitannya dengan bidang pelayanan umum, Pemerintah kota Medan menyelenggarakan (1) Standar pelayanan minimal, (2) Kerjasama antar pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan pelayanan umum, dan (3) Pengelolaan perizinan bidang pelayanan umum yang menjadi kewenangannya. Sedangkan dalam hubungan bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan:

1. Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Medan.

2. Menerima bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya

3. Penyerasian lingkungan dan tata ruang serta rehabilitasi lahan

4. Mengelola sumber daya di wilayah laut, seperti pengaturan administratif, tata ruang, penegakan hukum, dan lain-lain.

(12)

4.2. Gambaran Umum Badan Penanaman Modal Kota Medan

Badan Penanaman Modal (BPM) Kota Medan merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Medan melalui Sekretaris Daerah. Badan Penanaman Modal mempunyai tugas melaksanakan penmyusunan dan pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal.

Sehubungan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan, terjadi perubahan nomenklatur instansi penanaman modal dari Kantor Penanaman Modal Daerah (KPMD) menjadi Badan Penanaman Modal Kota Medan (BPM) yang diresmikan pada tanggal 31 Juli 1991, juga telah berpindah alamat yaitu dari Jl. Raden Saleh No. 7 Medan ke Jl. Jendral Abdul Haris Nasution No. 112 Medan.

4.2.1. Visi dan Misi Badan Penanaman Modal Kota Medan

Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam Rencana Strategis (Renstra) periode Tahun 2016-2020 merumuskan visi untuk lima tahun ke depan dan adalah: “Terwujudnya Kota Medan Menjadi Kota Masa Depan dengan Iklim Investasi Yang Menarik dan Kondusif.”

(13)

melaksanakan tugas pokok dan fungsi secara sungguh-sungguh dalam meningkatkan investasi di Kota Medan.

Disamping visi juga dirumuskan misi yang diemban oleh Badan Penanaman Modal kota Medan untuk mengarahkan kegiatan organisasi/instansi agar tetap dapat mengikuti perkembangan dan perubahan zaman. Adapun misi yang telah dirumuskan dan ditetapkan oleh Badan Penanaman Modal Kota Medan adalah:

1. Meningkatkan daya tarik investasi di Kota Medan 2. Meningkatkan realisasi investasi di Kota Medan 3. Menciptakan iklim investasi yang menarik dan kodusif

4.2.2. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal Kota Medan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan pasal 133 s/d pasal 137 dan Lampiran XXVII, telah diatur kedudukan, tugas dan fungsi Badan Penanaman Modal Daerah Kota Medan. Secara umum, Rencana Strategis Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam tahap implementasi pelaksanaan akan dikelola oleh seluruh jajaran aparatur Badan Penanaman Modal Kota Medan dengan struktur organisasi, yang diuraikan sebagai berikut:

1 Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:

(14)

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang penanaman modal

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang penanaman modal

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya

2 Tugas Pokok a. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok melakukan sebagian tugas Badan lingkup kesekretariatan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program. Dalam melaksanakan tugas pokok sekretariat menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan 2) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Badan

3) Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Badan yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggaan Badan

4) Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan

5) Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Badan

6) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian bidang kesekretariatan

7) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan 8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

(15)

a) Sub Bagian Umum

Sub bagian umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok pelaksanaan sebagian tugas sekretariat lingkup administrasi umum. Dalam pelaksanaan tugas pokok, Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program,dan kegiatan Sub Bagian Umum 2) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum 3) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata

naskah dinas, penataan kearsipan, kelengkapan dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Badan

4) Pengelolaan administrasi kepegawaian

5) Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian

6) Pelaksanaan hubungan masyarakat

7) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian 8) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan peklaksanaan tugas 9) Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya b) Sub Bagian Keuangan

(16)

1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan 2) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi

keuangan

3) Pelaksanaan, pengelolaan administrasi keuanga meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan, verifikasi

4) Penyiapan bahan/ pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan

5) Penyusunan laporan keuangan Badan

6) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, pengendalian

7) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas 8) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya

c) Sub Bagian Penyusunan Program

Sub bagian penyusunan program dipimpin oleh kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tigas pokok melaksanakan sebagian tugas sekratariat lingkup penyusunan program dan laporan. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bagian Peuyusunan program menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan program

2) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dari program Badan

(17)

4) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalaian 5) Pelaksanan monitoring evaluasi,dan pelaporan pelaksanaan tugas 6) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan

tugas dan fungsinya

b. Bidang Pengembangan dan Kerjasama

Bidang Pengembangan dan Kerjasama dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan. Bidang Pengembangan dan Kerjasama mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pengembangan, pelayanan, dan kerjasama. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pengembangan dan Kerjasama menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan rencana, program dan kegiatan bidang Pengembangan dan Kerjasama

2) Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengembangan pelayanan dan kerjasama

3) Penyiapan pelaksanaan pengembangan penanaman modal dan kerjasama antar pemerintah secara vertikal maupun horizontal, antar pemerintah dan dunia usaha

4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengembangan dan kerjasama

(18)

a) Sub Bidang Pengembangan

Sub Bidang Pengembangan dipimpin oleh kepala Sub Bidang Pengembangan yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pengembangan dan Kerjasama. Dalam melaksanakan tugas pokok, sub Bidang Pengembangan menyelenggarakan fungsi: 1) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan sub bidang

pengembangan

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan penanaman modal

3) Penyiapan bahan pengkajian dan perumusan kebijakan pengembangan penanaman modal dan pengembangan kawasan khusus

4) Penpromosian peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan pengembangan iklim penanaman modal

5) Pelaksanaan inventarisasi dan validasi data sarana dan prasarana daerah kaitannya dengan pengembangan penanaman modal

6) Pengkajian dan perumusan potensi penanaman modal daerah

7) Penyiapan bahan usulan bidang-bidang usaha yang perlu mendapat prioritas sesuai dengan program pembangunan daerah

8) Penyiapan bahan kajian dan rumusan usulan persetujuan fasilitas fiskal nasional dan kebijakan insentif bagi penanaman modal daerah 9) Penyiapan bahan usulan bidang usaha tertutup dan terbuka dengan

persyaratan untuk PMA dan PMDN

(19)

11)Pelaksanaan tugas lain diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

b) Sub Bidang Pelayanan dan Kerjasama

Sub Bidang Pelayanan dan Kerjasama mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pengembangan dan kerjasama lingkup pelayanan dan kerjasama. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bidang pelayanan dan Kerjasama menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Sub Bidang pelayanan dan kerjasama

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelayanan dan kerjasama penanaman modal

3) Pelaksanaan pelayanan konsultasi penanaman modal

4) Penyiapan bahan kajian dan perumusan serta evaluasi sistem pelayanan penanaman modal

5) Pelayanan pemberian izin usaha kegiatan penanaman modal dan non perizinan yang menjadi kewenangan kota berdasarkan Peraturan Peresiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

6) Pelayanan pemberian persetujuan usulan fasilitas, insentif dan kemudahan bagi penanam modal

7) Penpromosian peraturan perundang undangan yang berkaitan dengan sistem pelayanan dan kerjasama penanaman modal dalam rangka pengembangan komunitas dan kemitraan

(20)

9) Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan kerjasama antar pemerintah secara vertikal maupun horizontal, dan antara pemerintah dan dunia usaha

10)Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

11)Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

c. Bidang Promosi dan Informasi

Bidang Promosi dan Informasi dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang Promosi dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup promosi dan informasi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Promosi dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan rencana program, dan kegiatan Bidang Promosi dan Informasi

2) Penyusunan petunjuk tenis lingkup promosi dan informasi penanaman modal

3) Penyiapan bahan pelaksanaan promosi dan informasi penanaman modal

4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang promosi dan informasi

(21)

1) Sub Bidang Promosi

Sub Bidang Promosi dipimpin pleh kepala sub Bidang, yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Promosi dan Informasi. Sub Bidang Prormosi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Promosi dan Informasi lingkup promosi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bidang Promosi menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan bahan rencana, program, dan kegiatan Sub Bidang Promosi

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup promosi

3) Penyiapan bahan penyusunan dan pengordinasian materi promosi 4) Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan promosi dibidang penanaman

modal baik didalam negeri maupun luar negeri

5) Pengordinasian kegiatan promosi dibidang penanaman modal dengan pemerintah secara vertikal dan horizontal dan dengan dunia usaha 6) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas

7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

2) Sub Bidang Data dan Informasi

(22)

data dan promosi. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bidang Data dan Informasi menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program dan kegiatan Sub Bidang Data dan Informasi

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup data dan informasi

3) Penyiapan bahan kajian, penyusunan dan evaluasi sistem informasi penanaman modal

4) Pengembangan sistem informasi penanaman modal dan terintegrasi dengan pemerintah dan pemerintah provinsi

5) Penyusunan bahan, pengolahan data, dan penyajian informasi penanaman modal

6) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

7) Pelaksanaan tugas lain yang dibrikan oleh Kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

d. Bidang Pengawasan

Bidang Pengawasan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Badan. Bidang Pengawasan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pembinaan dan pengawasan Penanaman Modal dalam negeri dan modal asing. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pengawasan menyelenggarakan fungsi:

(23)

2) Penyusunan pentunjuk teknis lingkup pengawasn penanaman modal dalam negeri dan modal asing

3) Pelaksananaan pengawasan penanaman modal dalam negeri dan modal asing

4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pengawasan

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya

a) Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal Dalam Negeri

Sub bidang pembinaan dan pengawasan penanaman modal dalam negeri dipimpin oleh kepala Sub Bidang, yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Pengawasan. Sub bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal dalm negeri mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengawasan lingkup pembinaan dan pengawasan penanaman modal dalam negeri. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan penanaman modal dalam negeri menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Sub Bidang pembinaan dan pengawasan penanaman modal dalam negeri

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembinaan dan pengawasan penanaman modal dalam negeri

(24)

4) Pelaksanaan pemantauan, bimbingan dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal dalam negeri sesuai urusan pemerintah kota 5) Pelaksanaan pemeriksaan dan evaluasi terhadap laporan kegiatan

penanaman modal dalam negeri

6) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, danpelaporan pelaksanaan tugas

7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang dengan tugas dan fungsinya

b) Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal Asing Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penananamn Modal Asing dipimpin oleh Kepala Sub Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bidang Pengawasan. Sub Bidang pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal Asing mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang pengawasan lingkup pembinaan dan pengawasan penanaman modal asing. Dalam melaksanakan tugas pokok, Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan Penanaman Modal Asing menyelenggarakan fungsi:

1) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan penanaman Modal Asing

2) Penyusunan bahan petunjuk dan penyusunan kebijakan teknis pengendalian pelaksanaan Penanaman Modal asing

(25)

4) Pelaksanaan pemantauan, bimbingan, dan pengawasan pelaksanaan Penanaman Modal Asing sesuai dengan urusan Pemerintah Kota 5) Pelaksanaan pemeriksaan dan evaluasi terhadap laporan kegiatan

Penanaman Modal Asing

6) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

7) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

e. Unit Pelakasana Teknis (UPT)

Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah bagian dari unit kerja Badan Penanaman Modal di rencanakan di bidang Pelayanan Publik Perizinan/Non Perizinan yang berkedudukan di wilayahkerja tertentu di beberapa kecamatan di Kota Medan yang ditetapkan oleh Walikota Medan dan atau Kepala Badan Penanaman Modal Kota Medan berdasarkan pendelegasian kewenangan dari Walikota Medan.

(26)

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis akan ditentukan dan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan Penanaman Modal sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok jabatan fungsional tersebut dipimpin oleh tenaga fungsional senior yang ditunjuk. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3 Struktur Organisasi

Organisasi Badan Penanaman Modal Kota Medan terdiri atas: a. Sekretariat, membawahi:

1) Sub Bagian Umum 2) Sub Bagian Keuangan

3) Sub Bagian Penyusunan Program

b. Bidang Pengembangan dan Kerjasama, membawahi: 1) Sub Bidang Pengembangan

2) Sub Bidang Pelayanan dan Kerjasama c. Bidang Promosi dan Informasi, membawahi:

1) Sub Bidang Promosi

(27)

d. Bidang Pengawasan, membawahi :

1) Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan PMDN 2) Sub Bidang Pembinaan dan Pengawasan PMA e. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

f. Kelompok Jabatan Fungsional

Tabel 4.2 Nama-nama pejabat struktural BPM Kota Medan

Nama-Nama pejabat struktural BPM Kota Medan

Kepala Badan Drs. Togap P. Nainggolan

Sekretaris Badan Emir Mahbob Lubis, S,STP, M.AP

Kasubbag Program dan Perencanaan Ir. H. Sempana Yasif, Msi

Kasubbag Keuangan Ardiyansyah Siregar

Kasubbag Umum Sampur Rosmawati

Kabid Pengembangan dan Kerjasama Hj. Hotnita, SE

Kasubbid Pelayanan dan Kerjasama Lenawatisyah, SH

Kasubbid Pengembangan Rosmaini Harahap, SE, MM

Kabid Promosi dan Informasi Ganda Mada Siregar, SH

Kasubbid Promosi Drs. Amarullah

Kasubbid Data dan Informasi Begman Siahan, SE

Kabid Pengawasan Dan Pembinaan Drs. Moh. Amin Rambe, MAP

Kasubbid Pengawasan Dan Pembinaan PMDN Edison Sitorus, SH, MH

Kasubbid Pengawasan Dan Pembinaan PMA Otto Mayer Sihite, SE, MM

Sumber: Badan Penanaman Modal Kota Medan

(28)

Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal Kota Medan

(29)

BAB V

PENYAJIAN DATA

Pada bab ini disajikan data-data yang diperoleh selama penelitian di Badan Penanaman Modal Kota Medan yang dijadikan sebagai lokasi penelitian berupa data primer dan data sekunder yang telah peneliti peroleh dari lapangan yang kemudian dianalisa. Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan data di lapangan melalui observasi dan wawancara yang diperoleh dari informan yang berkaitan dengan Strategi Badan Penanaman Modal Kota Medan dalam Meningkatkan Investasi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, serta dokumen-dokumen dari lapangan, yang kemudian akan menyajikan hasilnya. Pada hakekatnya, di dalam penelitian perlu adanya analisis untuk mengatur dan mengurutkan serta mengelompokkan data-data atau informasi-informasi yang telah ditemukan selama penelitian dilapangan sehingga diperoleh temuan baik temuan formal maupun substantif yang dapat menjadi fokus atau masalah penelitian.

5. 1 Analisis Lingkungan

(30)

5.1.1. Lingkungan Internal BPM Kota Medan

Lingkungan Internal adalah lingkungan yang berada di dalam organisasi baik itu dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA) dan fasilitas yang dimiliki sebagai penunjang terhadap SDM dan SDA yang dimiliki BPM Kota Medan dalam melaksanakan tugas dan pelayanan.

1. Sumber Daya Manusia

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan membutuhkan sumberdaya dalam menggerakkan organisasi dalam mencapai tujuan yaitu SDM dan sarana prasarana. Ketersediaan sumber daya manusia merupakan hal terpenting karena perannya sebagai tim pelaksana, dan juga sebagai orang yang berpotensi untuk pengambilan sebuah keputusan terlebih terhadap hal-hal yang bersifat urgen atau mendadak. Meskipun demikian, perlu diketahui juga bahwa banyaknya pegawai tidak selalu berarti memiliki pengaruh yang positif terhadap implementasi sebuah strategi. Namun dilain sisi kurangnya jumlah pegawai juga dapat menyebabkan terhambatnya sebuah rencana strategi yang disusun untuk diimplementasikan. Jadi dalam melaksanakan sebuah strategi diperlukan sumber daya manusia yang cukup dalam hal kuantitas dan kualitas manusianya.

Berdasarkan keterangan dari Sekretaris Badan Penanaman Modal Kota Medan Bapak Emir Mahbob Lubis, S.STP, M.AP, menyatakan bahwa:

kuantitas SDM Badan Penanaman Modal Kota Medan sudah cukup memadai

(31)

cukuplah untuk menjlankan tugas BPM saat ini.” (Wawancara dengan Bapak Emir Mahbob Lubis, S.STP, M.AP, selasa 26 April 2016).

Berdasarkan data per 20 Februari 2015, jumlah Pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan adalah sebanyak 47 Pegawai Negeri Sipil dan 7 orang Tenaga Kerja Kontrak. Secara garis besar, susunan kepegawaian (sumber daya manusia) Badan Penanaman Modal Kota Medan dikemukakan sebagai berikut:

a. Komposisi PNS berdasarkan Pangkat dan Golongan

Tabel 5.1 Komposisi Pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan Menurut Pangkat / Golongan Tahun 2015

No. Pangkat/Golongan Ruang Jumlah Persentase (%)

Sumber: Badan Penanaman Modal Kota Medan

(32)

b. Komposisi Tenaga Kerja Kontrak Berdasarkan Penempatan

Komposisi Tenaga Kerja Kontrak berjumlah 7 (tujuh) orang dan terdiri dari bidang Sekretariat sebanyak 4 (empat) orang dengan persentase 57, 16 persen, di bidang Pengembangan dan Kerjasama sebanyak 1 (satu) orang dengan persentase 14, 28 persen, di bidang Promosi dan Informasi sebanyak 1 (satu) orang dengan persentase 14, 28 persen dan di bidang Pengawasan sebanyak 1 (satu) orang dengan persentase sebanyak 14,28 persen.

Tabel 5.2 Komposisi Tenaga Kerja Kontrak Berdasarkan Penempatan

No. Bidang Jumlah Persentase (%)

1 Sekretariat 4 57,16

2 Pengambangan dan Kerjasama 1 14,28

3 Promosi dan Informasi 1 14,28

4 Pengawasan 1 14,28

Jumlah 7 100

Sumber: Badan Penanaman Modal Kota Medan

c. Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 5.3 Komposisi Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2015

No. Bidang Jumlah Persentase (%)

1 SMA 7 14,89

2 Diploma 8 17,02

3 Sarjana (S1) 24 51,06

4 Magister (S2) 8 17,02

Jumlah 1+2+3+4 47 100

Sumber: Badan Penanaman Modal Kota Medan

(33)

(S1) sebanyak 24 (dua puluh empat) orang dengan persentase 51,06 persen dan lulusan Magister (S2) sebanyak 8 (delapan) orang dengan persentase 17,02 persen.

d. Struktur Pegawai Menurut Kualifikasi Jabatan

Berdasarkan kualifikasi jabatan, eselon IV sebanyak 9 orang eselon III sebanyak 4 orang, eselon II sebanyak 1 orang.

Tabel 5.4 Komposisi Pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan Menurut Golongan dan Eselon Tahun 2015

No. Eselon Jumlah

1 Eselon II 1

2 Eselon III 4

3 Eselon IV 9

Jumlah 1+2+3 14

Sumber: Badan Penanaman Modal Kota Medan

e. Komposisi Tenaga Kerja Kontrak Berdasarkan Tingkat Pendidikan Komposisi Tenaga Kontrak menurut tingkat pendidikan menunjukkan lulusan SMA sebanyak 4 (empat) orang dengan persentase 57,14 persen, lulusan SMK sebanyak 1 (satu) orang dengan persentase 14,28 persen, lulusan Sarjana (S1) sebanyak 2 (dua) orang dengan persentase 28,58 persen.

Tabel 5.5 Komposisi Tenaga Kerja Kontrak Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Bidang Jumlah Persentase (%)

1 SMA 4 57,14

2 SMK 1 14,28

3 Sarjana (S1) 2 28,58

(34)

Sumber: Badan Penanaman Modal Kota Medan

Walaupun berdasarkan jenjang pendidikan, golongan dan pangkat telah mencukupi namun kualitas aparatur yang ada masih belum memadai. Hal ini diungkapkan oleh Bapak Emir Mahbob Lubis, S.STP, M.AP selaku Sekretaris Badan yang mengatakan:

Untuk pegawai di sini kebanyakan itu adalah pegawai usia 40-an keatas, jadi untuk masalah-masalah baru dan perkembangan yang terjadi di Indonesia apalagi menyangkut Masyarakat Ekonomi ASEAN kebanyakan dari pegawai belum memahami betul, sehingga untuk membuat inovasi dan strategi yang baru itu cukup sulit dan kaku, hal ini lah menurut saya perlu adanya pelatihan dan diklat khusus untuk masalah investasi dan terlebih masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN.” (Wawancara dengan Bapak Emir Mahbob Lubis, S.STP,

M.AP, selasa 26 April 2016).

Beliau juga menambahkan bahwa itu dibutuhkan evaluasi, reposisi dan peningkatan ketrampilan/skill di bidangnya masing-masing karena mengingat tupoksi Badan Penanaman Modal sangat kompleks dan memerlukan keahlian tersendiri sehingga diharapkan peran Badan Penanaman Modal yang lebih besar guna melakukan fasilitasi kerjasama, promosi potensi investasi dan pembinaan serta pengawasan PMDN dan PMA di Kota Medan.

2. Sarana dan Prasarana

(35)

karena tanpa adanya sarana yang memadai mustahil rencana-rencana kegiatan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Oleh sebab itu BPM Kota Medan harus memperhatikan mengenai kubutuhan akan perlengkapan kantor yang digunakan dalam operasional. Dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya di bidang penanaman modal, Badan Penanaman Modal Kota Medan didukung oleh ketersediaan perlengkapan kerja yang cenderung semakin memadai. Dukungan perlengkapan kerja tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 5.6 Sarana dan Prasarana Badan Penanaman Modal Kota Medan

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

(36)

Sumber: Badan Penanaman Modal Kota Medan

Kondisi sarana dan prasarana tersebut belum memadai, sehingga masih perlu peningkatan kualitas dan kuantitasnya, terutama di bidang aplikasi sistem informasi Penanaman Modal dimana saat ini untuk memperkenalkan pelayanan Badan Penanaman Modal Kota Medan sendiri memerlukan akses tanpa batas seperti website dan aplisasi yang lebih mudah diakses masyarakat luas. Belum lagi menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini, memerlukan akses yang lebih luas kepada dunia untuk memperkenalkan potensi yang dimiliki Kota Medan khususnya agar dapat bersaing dengan negara-negara di kawasan ASEAN yang bila kita amati semakin genjar mempromosikan daerahnya masing-masing dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang ditawarkan.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Bapak Ganda Mada Siregar, SH selaku Kepala Bagian Promosi dan Informasi yang mengatakan:

“Sarana dan prasarana yang ada saat ini belum lengkap khususnya dalam

pendataan objek potensial untuk investasi di Kota Medan belum memadai, untuk mempromosikan Kota Medan diwebsite juga masih terkendala akses dan server yang kapasitasnya masih rendah”. (Wawancara dengan Bapak Ganda Mada Siregar, SH., selasa 26 April 2016).

3. Sumber Daya Keuangan

Sumber Daya Keuangan yang dialokasikan kepada Badan Penanaman Modal Kota Medan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil wawancara

25 Mesin Faxmili 2 Unit

26 Scanner 3 Unit

(37)

dengan Bapak Emir Mahbob Lubis, S.STP, M.AP selaku sekretaris Badan Penanaman Modal Kota Medan (Wawancara dengan Bapak Emir Mahbob Lubis, S.STP, M.AP, selasa 26 April 2016) mengatakan bahwa setiap tahunnya APBD yang disalurkan untuk pembiayaan kegiatan BPM Kota Medan terus bertambah, walaupun untuk data keuangan pegawai BPM Kota Medan tidak mau memberikan data rill kepada peneliti, namun beliau menuturkan bahwa peningkatan anggaran tiap tahun berkisar 20 persen, dan beliau juga mengatakan bahwa anggaran tersebut masih terbilang pas-pasan untuk pelaksanaan kegiatan BPM Kota Medan tiap tahunnya, sehingga BPM Kota Medan harus menyesuaikan kegiatannya dengan anggaran yang tersedia, hal ini mengakibatkan program yang telah direncanakan sebelumnya tidak dapat terealisasi dengan maksimal sesuai dengan target yang diharapkan dan terkesan menjalankan program seadanya saja. Hanya saja tingkat penyerapan dana untuk membiayai berbagai program dan kegiatan penanaman modal belum sepenuhnya optimal. Relatif belum optimalnya penyerapan belanja daerah tersebut mengakibatkan realisasi pencapaian sasaran dan target penanaman modal setiap tahunnya juga relatif belum sepenuhnya optimal.

(38)

4. Sumber Daya Peraturan / Regulasi

Peraturan / Regulasi yaitu sebagai dasar dalam pengelolaan aspek peningkatan dan penguatan investasi di Kota Medan bersumber dari aturan yang ditetapkan oleh pemerintah Pusat dan bentuk Keputusan Menteri, maupun Perda yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan dan Badan Legislatif Kota Medan.

Ketentuan yang berkaitan dan menjadi dasar hukum kegiatan dalam menjalankan kegiatan tugas pokok dan fungsi BPM dalam pengawasan BPM Kota Medan, antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.

b. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten / Kota.

c. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang PTSP.

d. Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi Dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.

e. Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal.

f. Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman Dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

g. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan.

h. Peraturan Walikota Medan Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Penanaman Modal Kota Medan

(39)

2010 sehingga dirasa cukup jelas dijabarkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dasar hukum pelakasanan tugas BPM Kota Medan telah kuat dan legal.

5. Pelayanan Penanaman Modal

Sesuai dengan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, dan Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) tanggal 15 September 2010 tentang sinkronisasi Pelaksanaan Pelayanan Penanaman Modal di daerah, yangmana meminta kepada Gubernur/Walikota/Bupati melimpahkan sepenuhnya kewenangan pemberian perizinan dan non perizinan di bidang penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi kepada PDPPM dan kewenangan pemerintah kabupaten/kota kepada PTSP. Sesuai dengan SEB tersebut dan berdasarkan Perpres Nomor 27 Tahun 2009 tentang tentang pembentukan PTSP, pelayanan perizinan penanaman modal kota Medan telah dilimpahkan kepada PTSP. Hal ini bertujuan untuk membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal, dengan cara mempercepat, menyederhanakan pelayanan, dan meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan non perizinan.

Adapun langkah-langkah dan prosedur pengurusan izin penanaman modal adalah sebagai berikut:

a. Penanaman Modal Dalam Negeri 1) Kegiatan Persiapan

(40)

b) Setelah mengadakan penelitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan, calon penanaman modal mengajukan permohonan penanaman modal kepada Menteri Investasi/Kepala BKPM dengan mengajukan tatacara yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala BKPM.

c) Apabila permohonan tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta persyaratan penanaman modal dalam negeri yang berlaku, Menteri Investasi/Kepala BKPM akan mengeluarkan surat persetujuan prinsip. Kewenangan pemberian persetujuan dan perizinan pelaksanaan penanaman modal tersebut dapat dilimpahkan kepada Gubernur dan selanjutnya Gubernur melimpahkan kewenangan penugasan kepada Ketua BKPM daerah.

2) Pedoman dan Tata Cara Permohonan

a) Calon Penanaman penanaman modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka penanaman modal dalam negeri wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada;

 Menteri Investasi / Kepala BKPM

 Ketua BKPMD setempat

b) Penanaman modal yang telah memperoleh surat persetujuan yang dikeluarkan oleh BKPMD setempat, wajib mengajukan permohonan untuk memperoleh perizinan pelaksanaan penanaman modal yang diperlukan untuk melaksanakan penanaman modalnya.

(41)

 Menteri Investasi / Kepala BKPM, bagi yang memperoleh persetujuan penanaman modal dari Menteri Investasi / Kepala BKPM atau dari Menteri Luar Negeri dalam hal ini Kepala Perwakilan RI setempat atau Ketua BKPMD setempat, bagi yang memperoleh persetujuan penanaman modal dari ketua BKPMD setempat atau Kepala Perwakilan RI setempat.

 Badan Pengelolaan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) bagi proyek-proyek yang berlokasi di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

d) Dalam mengajukan permohonan PMDN dan PMA, calon penanaman modal berpedoman kepada:

 Daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal

 Bidang usaha / jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan

3) Permohonan Penanaman Modal Baru a) Pemohon

 Perseroan terbatas;

 Commanditaire Vennootschap (CV);

 Firma (Fa);

 Badan Usaha Koperasi;

 BUMN, BUMD atau perorangan. b) Permohonan diajukan kepada

 Meninves/Kepala BKPM;

(42)

 Meninves/Kepala BKPM, dalam hal ini permohonan penanaman modal baru tersebut berlokasi di dua Provinsi atau lebih. Permohonan penanaman modal baru tersebut diajukan sebanyak dua rangkap dengan menggunakan formulasi model UPMDN; c) Persetujuan

Persetujuan permohonan penanaman modal dikeluarkan oleh Meninves/Kepala BKPM dalam bentuk surat persetujuan penanaman modal dalam negeri yang disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada instansi terkait, yaitu:

 Menteri Dalam Negeri;

 Menteri yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan;

 Menteri Keuangan;

 Menteri Agraria;

 Menteri Lingkungan Hidup/Kepada Bappedal;

 Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah;

 Gubernur Bank Indonesia;

 Gubernur Kepala Daerah Provinsi yang bersangkutan;

 Direktur Jendral Pajak;

 Teknis Pajak;

 Direktur Jendral Bea dan Cukai;

 Direktur Jendral Hukum dan Perundang-Undangan;

 Ketua BKPMD yang bersangkutan;

(43)

Sementara itu persetujuan atas permohonan yang diajukan kepada Ketua BKPMD setempat, dikeluarkan oleh Ketua BKPMD untuk Gubernur Kepala Daerah Provinsi atas nama Meninves/Kepala BKPM dalam bentuk surat persetujuan penanaman modal dalam negeri, yang disampaikan kepada pemohon dengan tembusan kepada instansi terkait, yaitu:

 Meninves / Kepala BKPM;

 Menteri Dalam Negeri;

 Direktur Jenderal Hukum dan Perundang-undanagan;

 Gubernur Kepala Daerah Provinsi yang bersangkutan;

 Bank Indonesia setempat;

 Kanwil Departemen Teknis setempat yang membina bidang usaha penanaman modal yang bersangkutan;

 Kanwil Direktorat Pajak setempat;

 Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai setempat;

 Kanwil Badan Pertahanan Nasional setempat;

 Kanwil Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah setempat;

 Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah setempat;

 Bupati / Walikota madya Kabupaten / Kota Lokkasi Kegiatan Penanaman Modal yang bersangkutan.

d) Waktu Penerbitan Surat Persetujuan Persetujuan atas penanaman modal tersebut diterbitkan selambat-lambatnya sepuluh hari sejak permohonan yang telah lengkap dan benar diterima.

(44)

Apabila dalam jangka waktu tiga tahun terhitung sejak tanggal SP-PMDN dikeluarkan tidak ada realisasi proyek dalam bentuk kegiatan nyata, baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik, SP-PMDN tersebut batal dengan sendirinya. Penetapan jangka waktu penyelesaian proyek yang tercantum surat persetujuan penanaman modal, disesuaikan dengan skala investasi bidang usaha.

b. Penanaman Modal Asing 1) Permohonan

Bagi calon penanaman modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMA, wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada:

a) Menteri Investasi / Kepala BKPM b) Kepala Perwakilan RI setempat c) Ketua BKPMD setempat

2) Pemberian Persetujuan

a) Kewenangan pemberian persetujuan penanaman modal dalamrangka penanaman modal asing (PMA) dilimpahkan oleh Kepala BKPM kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi.

(45)

c) Untuk melaksanakan pelimpahan kewenangna tersebut lebih lanjut Menteri Luar Negeri menugaskan Kepala Perwakilan RI, sedangkan untuk pemberian perizinan pelaksanaan penanaman modal. Gubernur kepala daerah provinsi menugaskan Ketua BKPMD Provinsi.

3) Pemilihan Bidang Usaha

a) Calon penanaman modal yang akan mengadakan usaha dalam rangka PMA, mempelajaridahulu bidang usaha yang tertutup bagi PMA dan apabila diperlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi BKPM, BKPD, atau perwakilan RI.

b) Setelah mengadakan penlitian yang cukup mengenai bidang usaha yang terbuka dan ketentuan lain yang bersangkutan, calon penanaman modal menagjukan permohonan kepada Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah proovinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD atau Kepala Perwakilan RI dengan mempergunakan tata cara permohonan yang ditetapkan oleh Kepala BKPM.

4) SP-Penanaman Modal

a) Apabila permohonan mendapat persetujuan, Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini Ketua BKPMD atau kepala perwakilan RI menerbitkan surat persetujuan penanaman modal tersebut kepada calon penanaman modal yang berlaku juga sebgai persetujaun prinsip.

(46)

persetujuan penanaman modal tersebut kepada calon penanaman modal, yang berlaku juga sebagai persetujuan prinsip.

c) Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini ketua BKPMD atau kepala perwakilan RI menyampaikan rekaman surat persetujuan PMA kepada instansi terkait.

5) Pasca SP-PMA

Apabila penanaman modal telah memperoleh surat persetujuan PMA dan telah dipenuhinya persyaratan yang ditetapkan, maka Kepala BKPM atau gubernur kepala daerah provinsi, dalam hal ini ketua BKPMD mengeluarkan;

a) Angka pengenal importir terbatas (APIT)

b) Keputusan pemberian fasilitas / keringanan Bea masuk dan pengutan impor lainnya

c) Persetujuan atas Rencan Penggunaan Tenaga Kerja Asing Pendatang (RPTKA) diperlukan bagi ketua BKPMD untuk menerbitkan Izin Kerja bagi Tenaga Kerja Asing Pendatang (IKTA)

d) Izin Usaha Tetap (IUT) atas anam Menteri yang membidangi usaha tersebut sesuai dengan pelimpahan wewenang.

e) Kepala kantor pertahanan kabupaten / kota mengeluarkan izin lokasi sesuai rencana tata ruang.

(47)

g) Kepala dinas perkerjaan umum daerah kabupaten / kota atau satuan kerja teknis atas nama bupati/ walikota kepala daerah kabupaten / kota yang bersangkutan

h) Sekretaris wilayah daerah kabupaten / kota atas nama buapati / walikota kepala daerah kabupaten / kota yang bersangkutan

(48)

Gambar 5.1 SOP Perizinan Penanaman Modal BPM Kota Medan

Sumber:Badan Penanaman Modal Kota Medan

Dalam SOP perizinan Penanaman Modal disamping, menunjukkan beberapa tahap yang harus dilalui yaitu:

(49)

diterima atau ditolak sesaui dengan kelengkapan berkas dan syarat-syarat yang telah ditentukan.

2) Kemudian berkas yang diterima akan di input dan akan diproses sesuai dengan ketentuan yang ada.

3) Lalu kepala bidang terkait akan memeriksa berkas permohonan yang masuk, dalam pemeriksaan ini berkaitan dengan proses yang perlu dilalui oleh berkas yang masuk serta dokumen izin penanaman modal.

4) Setelah berkas permohonan tersebut diproses dan telah lengkap dokumen-dokumen yang dibutuhkan, barulah Bagian Umum dapat mencetak izin dokumen penanaman modal.

5) Kemudian Kepala Badan akan menandatangi izin penanaman modal tersebut.

6) Lalu Bagian Umum akan memberikan nomor naskah izin yang telah ditanda tangani tersebut.

7) Setelah itu dokumen baru dapat diserahkan kepada pihak pemohon.

Walaupun pelayanan perizinan penanaman modal telah dilimpahkan kepada PTSP, BPM Kota Medan bertanggungjawab atas penyusunan pedoman tata cara dan pelaksanaan pelayanan terpadu satu pintu kegiatan penanaman modal yang sampai saat ini belum rampung. Hal ini menurut Ibu Lenawatisyah, SH., selaku Kasubbid Pelayanan dan Kerjasama (Wawancara dengan Ibu Lenawatisyah, SH., rabu 27 April 2016) terkendala karena kurangnya koordinasi dan kerjasama yang baik antar SKPD terkait.

(50)

yang telah ada terkait masalah izin, gangguan yang dihadapi, maupun maslah lain terkait dengan penanaman modal.

6. Promosi Potensi Kota Medan Untuk menarik Investor

Salah satu langkah yang ditempuh BPM Kota Medan dalam meningkatkan investasi di Kota Medan ialah dengan melakukan promosi tentang potensi yang dimiliki oleh kota Medan sehingga investor tertarik menanamkan modalnya do kota Medan. Promosi ini dilakukan tidak hanya di Indonesia saja melainkan juga sampai luar negeri, dimana menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini, membuka kesempatan yang lebih besar bagi kota Medan untuk dimasuki investor dari berbagai negara sesuai dengan kesepakatan anggota ASEAN bahwa tidak boleh ada pembatasan terhadap arus investasi dan terbukanya peluang investasi yang lebih luas. Hanya saja untuk melakukan promosi diluar negeri, BPM Kota Medan Medan kerpakali terkendala masalah dana dan juga izin, hal ini diungkapkan oleh Bapak Ganda Mada Siregar, SH selaku Kepala Bidang Promosi dan Informasi, saat diwawancarai:

“Kegiatan promosi ialah langkah yang ditempuh oleh BPM Kota Medan

(51)

Untuk promosi ini, BPM Kota Medan rutin melakukan beberapa kegiatan yang dianggap tepat sasaran diantaranya yaitu:

a. Membuka pameran pada kegiatan-kegiatan tertentu yang dilakukan setidaknya 7 kali dalam setahun dan telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir ini, pameran ini diharapkan memberikan gambaran kepada masyarakat tentang investasi, manfaatnya, potensi yang dimiliki Kota Medan serta maanfaat penerapan MEA.

b. Promosi yang dilakukan melalui radio, tingginya minat masyarakat mendengarkan radio juga dimanfaatkan BPM Kota Medan dalam melakukan promosi.

c. Pemasangan Billboard dibeberapa titik di Kota Medan

d. Pemanfaatan sosial media yang saat ini cukup efektif untuk menpromosikan investasi dan MEA kepada masyarakat yang jangkauan sangat luas dan tak terbatas sehingga dirasa cakupannya akan lebih luas dan dapat dengan sangat cepat disebarkan.

e. Penerbitan tabloid seputar investasi yang dapat dibaca dengan mudah oleh pengunjung pameran, pengunjung kantor BPM Kota Medan dan telah disebar dibeberapa kantor pemerintahan.

f. Pemasangan iklan dibioskop, hal ini diharapkan membuka pemahaman dan minat masyarakat untuk berinvestasi yang diharapkan dapat memberikan dampak positif dimasa mendatang.

(52)

Sayangnya pelaksanaan promosi oleh BPM Kota Medan masih terbatas, hal ini menurut Ibu Hj. Hotnita, SE. selaku Kepala Bidang Pengembangan dan Kerjasama (Wawancara dengan Ibu Hj. Hotnita, SE., kamis 28 April 2016) dikarenakan kajian mengenai potensi penanaman modal dan peluang investasi kota Medan masih minim. Menurut beliau hal tersebut karena terbatasnya dukungan kerangka studi, instrumen analisis dan studi lapangan yang dilakukan sebagai profil potensi investasi yang akan dipromosikan.

5.1.2. Lingkungan Eksternal BPM Kota Medan

Lingkungan eksternal dapat dikatakan sebagai variabel lingkungan yang berasal dari luar organisasi. Komponen tersebut cenderung berada diluar jangkauan organisasi, sehingga organisasi tidak bisa melakukan intervensi terhadap variabel tersebut. Namun dapat mempengaruhi organisasi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Lingkungan eksternal bersifat kompleks dan selalu berubah dari waktu ke waktu sehingga diperlukan adaptasi dari organisasi terhadap lingkungannya agar mampu bertahan dan bersaing.

1. Aspek Politik

(53)

Dalam hal kebijakan daerah tentang penanaman modal, pemerintah Kota Medan masih terus memantau perkembangan kebijakan pusat terkait penanaman modal, pembentukan Pelayanan terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal merupakan salah satu gebrakan yang mempermudah proses pengurusun izin investasi. Pemerintah daerah juga terus memantau kebijakan isentif penanaman modal yang dikeluar oleh pemerintah pusat sehingga kebijakan daerah sejalan dengan kebijakan pusat. Berbagai terobosan telah dilakukan Pemerintah Kota untuk dapat menarik minat investor, mulai dari penyempurnaan pelayanan perizinan investasi sampai kepada pemberian isentif baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.. Berbagai langkah debirokasi dan deregulasi terus dilanjutkan untuk menciptakan efisiensi berusaha dan berinvestasi termasuk konsistensi aturan dan kepastian hukum untuk meminimalisir ketidakpastian berusaha bagi investasi asing. Dalam operasionalisasinya, berbagai langkah telah dilakukan Pemerintah Kota Medan adalah:

a. Pembentukan Badan Penanaman Modal kota Medan (Perda No.3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan).

b. Melaksanakan kerjasama dalam bidang perdagangan dan investasi dalam wadah IMT-CT dan Sister City.

c. Mengusahakan isentif dan kemudahan melalui Pemerintah Pusat dengan pemberian:

1) Fasilitas Isentif Fiskal (UU No. 25 tahun 2007 pasal 18 ayat 4)

(54)

Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu).

3) Fasilitas Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas PP No.12 Tahun 2007 Tentang impor Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN)

4) Fasilitas Bea Masuk (Permenkeu No. 176/PMK.011/2009 tentang Pembebasan Bea Masuk Atas Impor Mesin Serta barang dan Bahan Untuk pembangunan Atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal)

Dapat disimpulkan bahwa terbentuknya Badan pelayanan Perizinan Terpadu di Kota Medan mempermudah perizinan investasi sehingga mampu meminimalisir waktu pengurusan izin dan memaksimalkan pelayanan perizinan.

(55)

2. Aspek Ekonomi

Aspek yang menentukan kinerja BPM Kota Medan adalah terkait dengan kondisi ekonomi masyarakat serta dukungan lembaga keuangan yang menjadi faktor pendukung terealisasinya investasi di Kota Medan.

a. Lembaga Keuangan

Salah satu kegiatan ekonomi, keberadaan lembaga keuangan, khususnya perbankan di Kota Medan dirasakan sangat strategis khususnya untuk mendukung ketersediaannya modal, baik yang besifat modal investasi, modal kerja, maupun konsumsi.

Tabel 5.7 Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan Provinsi Sumatera Utara (dalam Rp Juta)

No. Tahun Jenis Kredit Jumlah

Investasi Konsumsi Modal Kerja

1 2011 53.939.676 22.514.999 30.102.486 106.557.161

2 2012 66.598.611 30.521.084 34.477.988 131.597.683

3 2013 75.666.716 43.598.315 36.726.979 155.992.010

4 2014 80.284.309 47.495.783 39.094.388 166.874.480

Sumber: Bank Indonesia (Diolah BPM Kota Medan)

Dari data diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan pemberian kredit dari tahun ke tahun oleh perbankan untuk mendukung tersedianya modal baik untuk nvestasi, modal kerja maupun konsumsi di provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat menjadi angin segar bagi investor yang kemungkinan menagalami kendala dalan dan sehingga investasi yang diharapkan dapat tetap terealisasi.

Tabel 5.8 Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan Wilayah Kota Medan (dalam Rp Juta)

No. Tahun Jenis Kredit Jumlah

Investasi Konsumsi Modal Kerja

1 2011 53.939.676 19.563.514 19.866.248 81.139.967

(56)

3 2013 75.666.716 37.079.678 22.912.187 120.240.858

4 2014 80.284.309 39.851.030 24.507.652 127.752.685

Sumber: Bank Indonesia (Diolah BPM Kota Medan)

Dari data diatas munnjukkan bahwa kota Medan juga didukun oleh lembaga keungan dimana dijabarkan bahwa adanya peningkatan pemberian kredit untuk mendukung peningkatan investasi dikota Medan setiap tahunnya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan lembaga keuangan khususnya untuk investasi terus meningkat baik pada tingkat provinsi Sumatera Utara maupun Korta Medan yang akan membantu peningkatan dan realisasi investasi yang kerap mengalami masalah kekurangan dana. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kepercayaan lembaga keuangan memberikan kredit untuk investasi sehingga perlu dikembangkan lebih lagi.

3. Aspek Sosial

Faktor sosial yang dimaksudkan disini diartikan sebagai analisis terhadap keadaan sosial berupa fenomena-fenomena sosial yang terjadi didalam masyarakat yang dapat memperngaruhi terlaksananya aktivitas sebuah organisasi. Sebagai kota perdagangan dan industri, menjadikan Kota Medan mempunyai daya tarik tersendiri bagi penduduk dari luar. Keadaan tersebut menjadikan Kota Medan mempunyai penduduk yang sangat heterogen dengan berbagai latar belakang sosial yang berbeda baik pendidikan, suku, agama, budaya, etnis, maupun sikap dan gaya hidup.

(57)

4. Faktor Teknologi / Infrastruktur

Disadari, salah satu tantangan dalam era global semakin berorientasi pasar adalah memperkuat daya saing. Oleh karena itu, dukungan jaringan jalan, sarana pelabuhan, lalu lintas udara, sarana telekomunikasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan penentu dalam meningkatkan daya saing internasional.

a. Dukungan Jaringan Jalan

Pembangunan jaringan jalan diutamakan untuk mendukung sektor alami modern khususnya di industri ekspor dan impor barang. Untuk mendukung keserasian antara beban dan kepadatan lalu lintas kendaraan dengan kempampuan daya dukung jalan, jaringan jalan di pusat pertumbuhan, pusat produksi, dan yang menghubungkan pusat produksi dengan daerah pemasaran. Untuk berbagai kegiatan ekonomi di dalam Kota khususnya di bidang pelayanan transportasi publik, Kota Medan juga didukung oleh berbagai jembatan layang, terminal dan sarana pengangkutan orang dan barang yang digunakan untuk masuk dan keluar Kota Medan.

b. Dukungan Sarana Pelabuhan

(58)

lain-lain. Dengan demikian pelabuhan laut belawan telah menjadi pusat ekspor-impor barang antar pulau dan negara yang cukup penting di Selat Malaka. Karenanya pelabuhan Belawan termasuk salah satu pelabuhan tersibuk dan terpadat di Indonesia yang disinggahi oleh berbagai kapal barang.

c. Dukungan Sarana Lalu Lintas

Untuk mendukung aktivitas perdagangan dan bisnis baik lokal, nasional, dan internasional Kota Medan dilayani oleh bandara Kuala Namu, yang melayani hampir seluruh jalur penerbangan domesitik dan internasional baik orang maupun barang (ekspor-import) seperti Jakarta, surabaya, Ujung Padang dan lian-lain (domestik), Malaysia, Amsterdam, Singapura dan lain-lain (internasional). Hal ini dapat menjadi peluang bagi kota Medan untuk mem[permudah akses investasi.

d. Dukungan Sarana Telekomunikasi

(59)

e. Ketersediaan Kawasan Industri

Untuk medorong efisiensi berusaha di sektor indutri dan peerdagangan, Kota Medan menyediakan beberapa kawasan khusus sebagai pilihan lokasi dan investasi dan perdagangan. Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong minat berinvestasi di Kota Medan. Sebagai kawasan yang peruntukannya disesuaikan dengan RTRW yang ditetapkan, maka pilihan lokasi ini memberikan berbagai fasilitas (infrasruktur) yang dibutuhkan dalam kegiatan penanaman modal baik bersifat lokal, domestik nasional, maupun asing (PMDN/PMA).

f. Kawasan Industri Medan

Salah satu kawasan industri yang menyiapkan fasilitas investasi yang relatif lengkap adalah Kawasan Industri Medan, yang terletak di kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli, yang termasuk dalam WPP B. kawasan Industri ini memiliki luas lebih kurang 514 Ha. Manajemen KIM menyediakan hampir seluruh fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung proses produksi dan distribusinya.

Tabel 5.9 Perusahaan di Kawasan Industri Medan (KIM)

Sumber: Bappeda (Diolah BPM Kota Medan)

Keterangan Jumlah

Perusahaan Asing 17

Perusahaan Swasta Nasional 86

Fasilitas Kawasan Industri Medan:

Listrik 120 MW

Air 300 lt / Second

Telepon 3000 Line

GAS Alam 12.000 Cal/M3

Oksigen / Nitrogen 1.350-1.500 3/Hrs

(60)

Dengan tersedianya kawasan industri sebagai lokasi merealisasikan investasi yang didukung dengan fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai untuk mendirian dan pengoperasian industri, menjadi nilsi tsmbsh bsgi kota Medan sebagai tujuan investasi yanstrategis serta akan memudahkan para investor merealisasikan investasi yang diinginkan.

g. Perkampungan Industri Kecil (PIK)

Kebijakan pengembangan sektor industri juga mencakup kebijakan pengembangan sub sektor industri kecil menengah (UKM). Salah satu strategi yang ditempuh adalah membangun lokasi khusus industri kecil menengah (UKM) yang diberi nama Perkampungan Industri Kecil (PIK). Dikelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai, yang termasuk ke dalam WPP C. kawasan ini memiliki luas 14.496 M². Manajemen PIK juga menyediakan lahan dengan harga yang relatif murah dengan berbagai fasilitas produksi yang diperlukan seperti halnya KIM, termasuk bantuan mendapatkan mitra usaha, permodalan dan pelatihan kewirausahaan, manajemen produksi dan pemasaran untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sehingga memiliki daya saing baik di pasar lokal, domestik maupun kebutuhan pasar ekspornya. Sampai saat ini sejumlah pengusaha kecil menengah (UKM) telah mengambil lokasi di kawasan PIK, dengan berbagai jenis produk industri kecil menengah yang dihasilkan.

h. Kawasan Industri Baru (KIB)

Gambar

Tabel 4.1 Batas Wilayah Kota Medan
Tabel 4.2 Nama-nama pejabat struktural BPM Kota Medan
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal Kota Medan
Tabel 5.1 Komposisi Pegawai Badan Penanaman Modal Kota Medan Menurut Pangkat /
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai capability level dengan melakukan evaluasi manajemen risiko PT.Kimia Farma menggunakan framework COBIT 5 pada

Makalah yang berjudul “ Tata cara penanandaan udang lobster pasir (Panulirus homarus) di pantai timur Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat” adalah bagian dari kegiatan

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas terhadap hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Learning Cycle pada materi getaran dan

Jenis pendekatan menurut timbulnya variabel penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan eksperimen 36 , yaitu suatu metode observasi dibawah suatu kesengajaan perlakuan

Karakteristik responden dengan jarak tempuh yang berbeda juga akan memberikan kontribusi pada perbedaan penilaian perseptif atas variabel kualitas jasa, harga, kepuasan pelanggan,

Tujuan pendidikan bisa dikatakan berhasil apabila siswa memperoleh hasil belajar yang baik atau dengan kata lain mencapai nilai Kriteria Ketentuan Minimal (KKM). Pada setiap

Dengan adanya sistem informasi tersebut diharapkan dapat membantu Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Semarang dalam melakukan pengarsipan lebih efisien dan

Strategi penentuan posisi dalam program pemasaran mempakan hasil kombinasi antara strategi produk, saluran distribusi, harga, dan promosi (bauran pemasaran) yang digunakan