FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI DAN
DAN
DAN
DAN UJI
UJI
UJI
UJI EFEK
EFEK
EFEK
EFEK ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
KRIM
KRIM
KRIM
KRIM EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK BUNGA
BUNGA
BUNGA
BUNGA ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
((((
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
L.)
L.)
L.)
L.)
SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
OLEH:
OLEH:
OLEH:
OLEH:
DEWI
DEWI
DEWI
DEWI SUSANA
SUSANA
SUSANA
SUSANA
NIM
NIM
NIM
NIM 111524056
111524056
111524056
111524056
PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM EKSTENSI
EKSTENSI
EKSTENSI
EKSTENSI SARJANA
SARJANA
SARJANA
SARJANA FARMASI
FARMASI
FARMASI
FARMASI
FAKULTAS
FAKULTAS
FAKULTAS
FAKULTAS FARMASI
FARMASI
FARMASI
FARMASI
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS
UNIVERSITAS SUMATERA
SUMATERA
SUMATERA
SUMATERA UTARA
UTARA
UTARA
UTARA
MEDAN
MEDAN
MEDAN
MEDAN
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI DAN
DAN
DAN
DAN UJI
UJI
UJI
UJI EFEK
EFEK
EFEK
EFEK ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
KRIM
KRIM
KRIM
KRIM EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK BUNGA
BUNGA
BUNGA
BUNGA ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
((((
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
L.)
L.)
L.)
L.)
SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
DiajukanDiajukan Diajukan
Diajukan untukuntukuntukuntuk melengkapimelengkapimelengkapimelengkapi salahsalahsalah satusalahsatusatusatu syaratsyaratsyaratsyarat untukuntukuntukuntuk memperoleh
memperolehmemperolehmemperoleh GelarGelarGelarGelar SarjanaSarjanaSarjanaSarjana FarmasiFarmasiFarmasiFarmasi padapadapadapada Fakultas
Fakultas Fakultas
Fakultas FarmasiFarmasiFarmasiFarmasi Universitas
Universitas Universitas
Universitas SumateraSumateraSumateraSumatera UtaraUtaraUtaraUtara
OLEH:
OLEH:
OLEH:
OLEH:
DEWI
DEWI
DEWI
DEWI SUSANA
SUSANA
SUSANA
SUSANA
NIM
NIM
NIM
NIM 111524056
111524056
111524056
111524056
PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM EKSTENSI
EKSTENSI
EKSTENSI
EKSTENSI SARJANA
SARJANA
SARJANA
SARJANA FARMASI
FARMASI
FARMASI
FARMASI
FAKULTAS
FAKULTAS
FAKULTAS
PENGESAHAN
PENGESAHAN
PENGESAHAN
PENGESAHAN SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
SKRIPSI
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI DAN
DAN
DAN
DAN UJI
UJI
UJI
UJI EFEK
EFEK
EFEK
EFEK ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
KRIM
KRIM
KRIM
KRIM EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK BUNGA
BUNGA
BUNGA
BUNGA ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
((((
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
L.)
L.)
L.)
L.)
OLEH:
OLEH:
OLEH:
OLEH:
DEWI
DEWI
DEWI
DEWI SUSANA
SUSANA
SUSANA
SUSANA
NIM
NIM
NIM
NIM 111524056
111524056
111524056
111524056
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Pada tanggal: 12 September 2013
Pembimbing I, Panitia Penguji,
Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Prof. Dr. Karsono, Apt.
NIP 195807101986012001 NIP 195409091982011001
Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.
NIP 195807101986012001
Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt.
NIP 195111021977102001 NIP 195107031977102001
Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. NIP 196005111989022001
Medan, Oktober 2013 Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara Dekan,
KATA
KATAKATAKATA PENGANTARPENGANTARPENGANTARPENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan menyusun skripsi ini. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
memformulasi dan menguji efek anti-aging dari ekstrak kelopak bunga rosella
(Hibiscus sabdariffaL.) dalam sediaan krim yang merupakan salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan ibu Dra.
Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
sangat luar biasa sabar dan telaten membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas
selama masa pendidikan. Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik selama perkuliahan. Ibu
Kepala Laboraturium Kosmetika yang telah memberikan fasilitas, petunjuk dan
membantu selama penelitian. Bapak Dr. Karsono, Apt., Ibu Prof. Dr. Julia
Reveny, M.Si., Apt., Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., Ibu Dra. Djendakita
Purba, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku dosen
penguji yang memberikan masukan, kritik, arahan dan saran dalam menyusun
Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada Ibunda Dra. Rohana, atas pengorbanannya dengan tulus
ikhlas dan telah mendoakan penulis, untuk adik-adik tersayang Syahrul, Rizki
Nanda, dan Nurul Rahmah yang selalu setia memberikan dorongan dan
semangat serta kepada teman-teman ekstensi stambuk 2011 atas semua
motivasinya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak guna memperbaiki skripsi ini. Akhir kata penulis berharap
semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khusus bidang farmasi.
Medan, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR DAFTAR DAFTAR DAFTAR ISIISIISIISI
Halaman
JUDUL... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Hipotesis ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Uraian Tanaman Rosela ………... 5
2.2 Kulit ………. 6
2.6 Anti penuaan atau anti aging ... 18
2.7 Skin Analyzer ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
3.1 Alat-alat ... 23
3.2 Bahan-bahan ... 23
3.3 Hewan Uji ... 24
3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Sampel ... 24
3.5 Formula Sediaan Krim ... 26
3.6 Cara Pembuatan ... 27
3.7 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 27
3.8 Uji Efek Anti-Aging ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30
4.1 Hasil ekstraksi ... 30
4.2 Hasil Formulasi ... 30
4.3 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 30
4.4 Penentuan Aktivitas Anti-Aging ... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55
5.1 Kesimpulan ... 54
5.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 55
DAFTAR
DAFTARDAFTARDAFTAR TABELTABELTABELTABEL
Halaman Tabel 2.1 Perbedaan anatomi pada epidermis ... 17
Tabel 2.2 Perbedaan anatomi pada dermis ... 17
Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran ... 22
Tabel 4.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12
minggu ... ... 31 Tabel 4.2 Data pengukuran pH pada saat selesai dibuat ... 33 Tabel 4.3 Data pengukuran pH sediaan selama penyimpanan
12 minggu ... ... 33 Tabel 4.4 Data penentuan tipe emulsi ... 35 Tabel 4.5 Persentase kelembaban pada kulit marmut kelompok
blanko, ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan
keempat ... 37 Tabel 4.6 Persentase kehalusan kulit pada kulit marmut kelompok
blanko, ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan
keempat ... 39 Tabel 4.7 Persentase pori pada kulit marmut kelompok blanko,
ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan
keempat ... 41 Tabel 4.8 Persentase noda pada kulit marmut kelompok blanko,
ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan
vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran,dan pemulihan dari minggu pertama, kedua,
ketiga, dan keempat ... ... 48 Tabel 4.10Kedalaman keriput pada kulit marmut kelompok blanko,
ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, 0,75%, 1% dan vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan
DAFTAR DAFTAR DAFTAR
DAFTAR GAMBARGAMBARGAMBARGAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Grafik rata-rata kelembaban pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu
pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 30
Gambar 4.2 Grafik rata-rata kehalusan kulit pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu
pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 40
Gambar 4.3 Grafik rata-rata pori pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 42
Gambar 4.4 Grafik rata-rata noda pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella 0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 45
Gambar 4.5 Grafik rata-rata keriput pada kulit marmut kelompok blanko, ekstrak Kelopak Bunga Rosella 0,5%, 0,75%, 1% dab vitamin C 2% sebelum penyinaran, sesudah penyinaran, dan pemulihan dari minggu pertama, kedua, ketiga, dan keempat ... 49
DAFTAR
DAFTARDAFTARDAFTAR LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat identifikasi tanaman ... 58
Lampiran 2. Bagan penyiapan sampel ... 59
Lampiran 3. Bagan pembuatan ekstrak ... 60
Lampiran 4. Bagan pembuatan krim ... 61
Lampiran 5. Bagan penyiapan hewan uji dan uji efek anti-aging ... 62
Lampiran 6. Gambar bunga rosella ... 63
Lampiran 7. Gambar kelopak bunga rosella kering ... 64
Lampiran 8. Gambar serbuk kelopak bunga rosella ... 65
Lampiran 9. Gambar rotary evaporataor ... 65
Lampiran 10. Gambar alat freezedryer ... 66
Lampiran 11. Gambar hasil freezedryer ... 66
Lampiran 12. Gambar sediaan setelah selesai dibuat ... 67
Lampiran 13. Gambar sediaan setelah 12 minggu ... 67
Lampiran 14. Gambar uji homogenitas ... 68
Lampiran 15. Gambar uji tipe emulsi ... 68
Lampiran 16. Gambar alat pH meter ... 69
Lampiran 17. Gambar lampu UV ... 69
Lampiran 18. Gambar alat skin analyzer ... 70
Lampiran 19. Gambar alat moisture checker ... 70
Lampiran 20. Sertifikat analisis vitamin C ... 71
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI DAN
DAN
DAN
DAN UJI
UJI
UJI
UJI EFEK
EFEK
EFEK
EFEK ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
DARI
DARI
DARI
DARI KRIM
KRIM
KRIM
KRIM EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK BUNGA
BUNGA
BUNGA
BUNGA ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
((((
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
L.)
L.)
L.)
L.)
ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAKABSTRAK
Paparan sinar matahari langsung pada kulit merupakan salah satu penyebab penuaan dini. Gejala yang jelas terlihat diantaranya munculnya keriput, kulit kering dan kasar serta timbulnya noda-noda gelap pada kulit. Krim anti-aging merupakan krim yang diyakini dapat membantu memperlambat efek penuaan dini. Rosella merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, berperan dalam menjaga kerusakan sel akibat sinar UV berlebih. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga Rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan mampu memberikan efek anti aging.
Ekstrak kelopak bunga Rosella dibuat dengan cara maserasi 500 gram kelopak bunga Rosella kering menggunakan 5 liter penyari etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan menguji efektivitas dari beberapa konsentrasi ekstrak kelopak bunga Rosella dalam sediaan krim terhadap kulit yang telah dituakan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 15 ekor marmut. Penuaan dilakukan dengan penyinaran lampu Ultraviolet (UV) panjang gelombang 366 nm pada bagian punggung marmut yang telah dicukur. Sediaan krim yang dibuat adalah krim ekstrak kelopak Rosella dengan konsentrasi 0,5%; 0,75%; 1%, krim blanko (krim tanpa zat aktif), dan krim vitamin C 2% sebagai pembanding. Beberapa pengujian yang dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji kestabilan, dan uji efektivitas anti-aging dengan menggunakan alat Skin Analyzer dengan parameter yang diukur adalah kelembaban, kehalusan kulit, besarnya pori, jumlah noda, jumlah keriput dan kedalamannya.
Hasil pengujian terhadap sediaan menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga Rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, memiliki pH 4,9-6,1 dengan tipe emulsi m/a. Uji stabilitas sediaan diperoleh bahwa krim blanko tidak mengalami perubahan warna maupun bau selama penyimpanan 12 minggu. Sedangkan krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,5%; 0,75%; 1% dan krim vitamin C 2% mengalami perubahan warna maupun bau. Hasil uji efek anti aging dengan menggunakan analisis Tukey terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) antara krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,75%, 1%, dan krim vitamin C 2% dibandingkan dengan krim blanko dan krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,5% yang menunjukkan bahwa krim konsentrasi 0,75%; 1% dan krim vitamin C 2% mampu memberikan efek anti aging karena dapat meningkatkan kelembaban, kehalusan, mengecilkan pori, mengurangi jumlah noda dan kerutan.
FORMULATION
FORMULATION
FORMULATION
FORMULATION AND
AND
AND
AND ANTI
ANTI
ANTI
ANTI AGING
AGING TEST
AGING
AGING
TEST
TEST
TEST EFFECT
EFFECT
EFFECT
EFFECT OF
OF
OF
OF
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA’’’’SSSS ((((
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
L.)
L.)
L.)
L.)
CALYX
CALYX
CALYX
CALYX EXTRACT
EXTRACT
EXTRACT
EXTRACT CREAM
CREAM
CREAM
CREAM
ABSTRACT
ABSTRACT
ABSTRACT
ABSTRACT
Sunlight is one of the source causing premature aging. Some of the symptoms are clearly visible on the skin such as wrinkles, skin becomes dry and rough, enlarge pores and dark spots. Anti-aging cream is a cream to prevent or slower down the effect of premature aging. Rosella is one plant that has a high content of antioxidant role in maintaining cell damage caused by UV light. The aim of this study was to learn whether can be the formulated cream a Rosella calyx extract and is able to provide anti-aging effect.
The extract of rosella calyx is made by maceration of 500 gr of dried rosella calyx using 5 litre ethano solvent 70%. This research was conducted by examining the effectiveness of some of Rosella calyx extract concentration in cream toward the aging. 15 guinea pigs were used in this study to test those effectiveness. The aging process on guinea pigs was done by exposing their bald back to the ultraviolet light in 366 nm wavelength. The cream provided in this study was the one made from rosella’s calyx extract with 0.5%, 0.75%, 1% concentration, blank cream (cream without the active ingredient), and 2% of vitamin C as a comparison. Another test conducting in this study were homogenity test, pH test, type emulsion test, stability test, and anti-aging test by measuring parameters were moisture, evenness of skin, size of pore, amount of spot, wrinkle and its depth with the skin analyzer.
The result showed that rosella calyx extract can be formulated in cream, all of cream are homogeneous, with pH 4.9-6.1 and those were m/a type. The blank cream does not change its colour or odor, but roselle calyx extract cream concentration 0,5%; 0,75%; 1% dan vitamin C 2% cream do change colour and odor. The results of the test indicated that anti-aging effect by used Tukey analysis show that significant different (p < 0.05) between rosella calyx extract cream 0.75%, 1%, and vitamin C cream 2% compared with blank cream and cream calyx of Rosella extract 0.5% show that at concentration of 0.75%; 1% and vitamin C 2% cream may have the ability anti-aging effect as because could increased moisture and evenness, minimize pore, reduces the number of pores, reduces the number of spots and wrinkles.
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI
FORMULASI DAN
DAN
DAN
DAN UJI
UJI
UJI
UJI EFEK
EFEK
EFEK
EFEK ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
ANTI-AGING
DARI
DARI
DARI
DARI KRIM
KRIM
KRIM
KRIM EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK
EKSTRAK KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK
KELOPAK BUNGA
BUNGA
BUNGA
BUNGA ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
((((
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
L.)
L.)
L.)
L.)
ABSTRAK ABSTRAK ABSTRAKABSTRAK
Paparan sinar matahari langsung pada kulit merupakan salah satu penyebab penuaan dini. Gejala yang jelas terlihat diantaranya munculnya keriput, kulit kering dan kasar serta timbulnya noda-noda gelap pada kulit. Krim anti-aging merupakan krim yang diyakini dapat membantu memperlambat efek penuaan dini. Rosella merupakan salah satu tanaman yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, berperan dalam menjaga kerusakan sel akibat sinar UV berlebih. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga Rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim dan mampu memberikan efek anti aging.
Ekstrak kelopak bunga Rosella dibuat dengan cara maserasi 500 gram kelopak bunga Rosella kering menggunakan 5 liter penyari etanol 70%. Penelitian ini dilakukan dengan menguji efektivitas dari beberapa konsentrasi ekstrak kelopak bunga Rosella dalam sediaan krim terhadap kulit yang telah dituakan. Hewan percobaan yang digunakan adalah 15 ekor marmut. Penuaan dilakukan dengan penyinaran lampu Ultraviolet (UV) panjang gelombang 366 nm pada bagian punggung marmut yang telah dicukur. Sediaan krim yang dibuat adalah krim ekstrak kelopak Rosella dengan konsentrasi 0,5%; 0,75%; 1%, krim blanko (krim tanpa zat aktif), dan krim vitamin C 2% sebagai pembanding. Beberapa pengujian yang dilakukan terhadap sediaan yaitu: uji homogenitas, uji pH, uji tipe emulsi, uji kestabilan, dan uji efektivitas anti-aging dengan menggunakan alat Skin Analyzer dengan parameter yang diukur adalah kelembaban, kehalusan kulit, besarnya pori, jumlah noda, jumlah keriput dan kedalamannya.
Hasil pengujian terhadap sediaan menunjukkan bahwa ekstrak kelopak bunga Rosella dapat diformulasikan dalam sediaan krim. Sediaan krim yang dihasilkan semuanya homogen, memiliki pH 4,9-6,1 dengan tipe emulsi m/a. Uji stabilitas sediaan diperoleh bahwa krim blanko tidak mengalami perubahan warna maupun bau selama penyimpanan 12 minggu. Sedangkan krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,5%; 0,75%; 1% dan krim vitamin C 2% mengalami perubahan warna maupun bau. Hasil uji efek anti aging dengan menggunakan analisis Tukey terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) antara krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,75%, 1%, dan krim vitamin C 2% dibandingkan dengan krim blanko dan krim ekstrak kelopak bunga Rosella 0,5% yang menunjukkan bahwa krim konsentrasi 0,75%; 1% dan krim vitamin C 2% mampu memberikan efek anti aging karena dapat meningkatkan kelembaban, kehalusan, mengecilkan pori, mengurangi jumlah noda dan kerutan.
FORMULATION
FORMULATION
FORMULATION
FORMULATION AND
AND
AND
AND ANTI
ANTI
ANTI
ANTI AGING
AGING TEST
AGING
AGING
TEST
TEST
TEST EFFECT
EFFECT
EFFECT
EFFECT OF
OF
OF
OF
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA
ROSELLA’’’’SSSS ((((
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus
Hibiscus sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
sabdariffa
L.)
L.)
L.)
L.)
CALYX
CALYX
CALYX
CALYX EXTRACT
EXTRACT
EXTRACT
EXTRACT CREAM
CREAM
CREAM
CREAM
ABSTRACT
ABSTRACT
ABSTRACT
ABSTRACT
Sunlight is one of the source causing premature aging. Some of the symptoms are clearly visible on the skin such as wrinkles, skin becomes dry and rough, enlarge pores and dark spots. Anti-aging cream is a cream to prevent or slower down the effect of premature aging. Rosella is one plant that has a high content of antioxidant role in maintaining cell damage caused by UV light. The aim of this study was to learn whether can be the formulated cream a Rosella calyx extract and is able to provide anti-aging effect.
The extract of rosella calyx is made by maceration of 500 gr of dried rosella calyx using 5 litre ethano solvent 70%. This research was conducted by examining the effectiveness of some of Rosella calyx extract concentration in cream toward the aging. 15 guinea pigs were used in this study to test those effectiveness. The aging process on guinea pigs was done by exposing their bald back to the ultraviolet light in 366 nm wavelength. The cream provided in this study was the one made from rosella’s calyx extract with 0.5%, 0.75%, 1% concentration, blank cream (cream without the active ingredient), and 2% of vitamin C as a comparison. Another test conducting in this study were homogenity test, pH test, type emulsion test, stability test, and anti-aging test by measuring parameters were moisture, evenness of skin, size of pore, amount of spot, wrinkle and its depth with the skin analyzer.
The result showed that rosella calyx extract can be formulated in cream, all of cream are homogeneous, with pH 4.9-6.1 and those were m/a type. The blank cream does not change its colour or odor, but roselle calyx extract cream concentration 0,5%; 0,75%; 1% dan vitamin C 2% cream do change colour and odor. The results of the test indicated that anti-aging effect by used Tukey analysis show that significant different (p < 0.05) between rosella calyx extract cream 0.75%, 1%, and vitamin C cream 2% compared with blank cream and cream calyx of Rosella extract 0.5% show that at concentration of 0.75%; 1% and vitamin C 2% cream may have the ability anti-aging effect as because could increased moisture and evenness, minimize pore, reduces the number of pores, reduces the number of spots and wrinkles.
BAB BAB BABBAB IIII PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1 1.1 1.1
1.1 LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang
Penampilan merupakan salah satu aspek yang bisa membuat rasa percaya
diri yang tinggi. Meskipun umur seseorang sudah tidak remaja lagi,
penampilan kulit yang halus tanpa keriput dan berseri menjadi dambaan setiap
wanita di dunia ini (Bogadenta, 2012).
Masalah yang sering muncul dewasa ini adalah gejala penuaan dini.
Meskipun ini bukanlah penyakit atau gangguan kesehatan yang kronis, namun
memiliki dampak psikologis luar biasa pada diri setiap orang (Bodagenta,
2012). Sebagai organ paling luar, kulit langsung terpapar dengan lingkungan
prooksidatif seperti radiasi sinar UV, obat-obatan, polusi udara, asap rokok,
radiasi, alkohol dan paparan zat tertentu (Deny, dkk., 2006). Akibatnya kulit
terlihat kering dan tipis, muncul garis-garis atau kerutan halus, muncul
pigmentasi kulit, terlihat tidak kencang, kusam dan tidak segar (Mulyawan,
2013).
Proses menua merupakan suatu proses fisiologis dan terjadi pada semua
organ tubuh manusia, termasuk kulit. Proses menua pada kulit dapat dibedakan
atas dua, yaitu proses menua instrinsik (proses menua sejalan dengan waktu)
dan proses menua ekstrinsik (proses menua yang dipengaruhi faktor eksternal,
seperti pajanan sinar matahari yang berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan
akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpapar matahari (Ardhie,
2011).
Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak
penuaan. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering
dilakukan untuk mencegah penuaan (Ardhie, 2011). Antioksidan adalah suatu
senyawa yang dapat menetralkan dan meredam radikal bebas dan menghambat
terjadinya oksidasi pada sel sehingga mengurangi terjadinya kerusakan sel,
seperti penuaan dini (Hernani, 2005). Tubuh kita tidak mempunyai cadangan
antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga jika terjadi paparan radikal bebas
yang berlebih maka tubuh membutuhkan antioksidan dari luar. Oleh karena itu
antioksidan alami menjadi alternatif yang sangat dibutuhkan (Rohdiana, 2001).
Antioksidan alami bisa diperoleh dari sayuran, buah-buahan, dan sumber
lainnya salah satunya adalah bunga rosella (Hibiscus sabdariffaL.). Menurut Ir.
Didah Nurfaridah, dalam penelitiaannya tentang uji komponen zat gizi dan
aktivitas antioksidan pada kelopak bunga rosella tahun 2006, menemukan
bahwa kadar antioksidan yang terkandung dalam kelopak kering bunga rosella
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman kumis kucing. Zat aktif yang
paling berperan dalam kelopak bunga rosella meliputi gossypetin, antosianin,
dan glucoshebisin (Rahmawati, 2012). Selain itu rosella juga memiliki
kandungan vitamin A dan vitamin C yang cukup tinggi. Sementara itu zat
kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah antosianin
berperan dalam menjaga kerusakan sel dari sinar ultraviolet berlebih yang
diserap tubuh (Mardiah, dkk., 2009; Maryani dan Kristiana, 2008).
Penggunaan ekstrak kelopak rosella secara langsung pada kulit tidaklah
praktis, oleh karena itu diformulasikan dalam sebuah sediaan kosmetik yang
mudah digunakan dengan memanfaatkan aktivitas antioksidan dalam kelopak
bunga rosella yaitu dibuat dalam bentuk krim. Krim merupakan emulsi
setengah padat dan umumnya kurang kental dan lebih ringan. Krim dianggap
lebih mempunyai daya tarik estetika yang lebih besar karena sifatnya tidak
berminyak dan kemampuaan menyerap dalam kulit pada saat pengolesan
(Ansel, 1989). Krim anti-aging dirancang secara khusus untuk mencegah
penuaan dini. Menyamarkan noda atau flek hitam di wajah dan menghilangkan
kerutan dibawah mata. Dengan demikian krim anti-aging dapat memperlambat
penuaan pada kulit (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
formulasi dan uji efek anti-aging dari ekstrak kelopak bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffaL.) dalam sediaan krim.
1.2 1.2 1.2
1.2 PerumusanPerumusanPerumusanPerumusan MasalahMasalahMasalahMasalah
1. Apakah ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat
diformulasikan dalam sediaan krim?
2. Apakah krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus
1.3 1.3 1.3
1.3 HipotesHipotesHipotesHipotesisisisis
1. Ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dapat
diformulasikan dalam sediaan krim?
2. Krim yang mengandung ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus
sabdariffaL.) mampu memberikan efek anti-aging pada kulit marmut?
1.4 1.4 1.4
1.4 TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus
sabdariffaL.) dapat diformulasikan dalam sediaan krim.
2. Untuk mengetahui apakah krim yang mengandung ekstrak kelopak
bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mampu memberikan efek
anti-aging pada kulit marmut?
1.5 1.5 1.5
1.5 ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk sebagai berikut:
1. Meningkatkan daya dan hasil guna dari tanaman rosella (Hibiscus
sabdariffaL.)
2. Menjadi alternatif lain dalam penggunaan Kelopak Bunga Rosela
(Hibiscus sabdariffa L.) untuk konsumen yang tidak hanya dapat di
BAB BAB BAB BAB IIIIIIII TINJAUAN TINJAUAN TINJAUAN
TINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
2.1 2.1 2.1
2.1 UraianUraianUraianUraian TanamanTanamanTanamanTanaman RosellaRosellaRosellaRosella
Rosella merupakan tanaman tahunan yang bisa mencapai ketinggian
0,5-3 m. Batangnya bulat, tegak berkayu dan berwarna merah. Daunnya tunggal
berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan
pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8 cm. Tangkai daun
bulat berwarna hijau, dengan panjang 4-7 cm (Maryani dan Kristina, 2005).
Kebanyakan tanaman bercabang mempunyai bunga dan batang sewarna.
Kebanyakan tanaman rosella dipergunakan sebagai tanaman hias dan beberapa
diantaranya dipercaya memiliki khasiat medis, salah satunya adalah rosella
merah atau rosella (Hibiscus sabdariffa) (Rahmawati, 2012).
2.1.1 2.1.1 2.1.1
2.1.1 TaksonomiTaksonomiTaksonomiTaksonomi tanamantanamantanamantanaman rosellarosellarosellarosella
Taksonomi dari tanaman rosella adalah (Mardiah, dkk., 2009):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga :Hibiscus
2.1.2 2.1.2 2.1.2
2.1.2 ManfaatManfaatManfaatManfaat rosellarosellarosellarosella
Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan tanaman
rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan (Mardiah,
dkk., 2009). Pemanfaatan dan khasiat rosella dalam dunia pengobatan sudah
tidak asing lagi. Menurut penelitian Jhon Mcintosh dengan menggunakan
spektrofotometer diperoleh kandungan antioksidan didalam kelopak bunga
rosella sebesar 24% dan 51% antosianin. Dengan adanya antioksidan, sel-sel
radikal bebas yang merusak sel dapat dihilangkan (Maryani dan Kristiana,
2008). Sementara itu kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga
rosella adalah antosianin yang merupakan flavonoid berfungsi sebagai
antioksidan yang berperan dalam menjaga kerusakan sel dari sinar ultraviolet
berlebih yang diserap tubuh (Mardiah, dkk., 2009; Maryani dan Kristiana,
2008).
Kelopak bunga rosela mengandung flavonoid, vitamin C, vitamin D,
vitamin B1, niacin, riboflavin, betakaroten, zat besi, asam amino, polisakarida,
omega 3, kalsium, asam sitrat dan pektin. Tiap 100 gram kelopak bunga rosela
mengandung vitamin C yang cukup tinggi, yaitu sekitar 260-280 mg (Maryani
dan Kristiana, 2008). Selain itu disebutkan juga bahwa bunga rosela memiliki
aktivitas antioksidan yang kuat, baik secara invitro maupun invivo (BPOM,
2009).
2.2 2.2 2.2
rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme
biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi
dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh,
produksi sebum dan keringat dan pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet matahari, sebagai peraba dan
perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Tranggono dan
Latifah, 2007).
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m² dengan
berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital
serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,
elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras dan
lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).
2.2.1 2.2.1 2.2.1
2.2.1 FungsiFungsiFungsiFungsi kulitkulitkulitkulit
Menurut wasiaatmadja (1997), kulit memiliki sejumlah fungsi yang
sangat penting bagi tubuh. Berikut ini adalah fungsi-fungsi dari kulit, yaitu:
a. Fungsi proteksi
Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi,
seperti zat-zat kimia iritan, gangguan panas dan dingin, gangguan sinar
radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, bakteri dan virus.
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.
Tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit. Begitu
pula zat yang larut dalam minyak. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi
oleh tebal dan tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan
jenis vehikulum zat yang menempel pada kulit.
c. Fungsi pengindra
Sebagai indra peraba kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di
dermis dan subkutis yang memungkinkan otak merasakan sejumlah rasa
seperti panas, dingin, sakit dan beragam tekstur (Achroni, 2012).
d. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi
pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf
otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi,
sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk
meningkatkan pembuangan panas (Tranggono dan Latifah, 2007).
e. Fungsi pembentukan pigmen
sel pembentuk pigmen kulit terletak dilapisan basal epidermis (stratum
germinativum). Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang
terbentuk menentukan warna kulit. Paparan sinar matahari mempengaruhi
Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis dan
subkutis (Tranggono dan Latifah, 2007).
1. Lapisan Epidermis
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
a. Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu
jenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
b. Stratum lucidum (lapisan jernih)
Berada tepat di bawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis,
jernih. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
d. Stratum spinosum (lapisan malphigi)
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar dan oval. Setiap
sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
e. Stratum germinativum (lapisan basal)
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel
2. Dermis
Lapisan dermis terutama terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin,
yang berada di dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari
gelatin mukopolisakarida.
3. Subkutis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar
berisi sel-sel lemak. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darahdan saluran getah bening (Tranggono dan Latifah, 2007)
2.2.3 2.2.3 2.2.3
2.2.3 JenisJenisJenisJenis kulitkulitkulitkulit
Menurut Wasitaatmadja (1997), ditinjau dari sudut pandang perawatan,
kulit terbagi atas tiga bagian:
1. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, tidak kusam dan mengkilat, segar dan
elastis dengan minyak dan kelembaban yang cukup.
2. Kulit berminyak
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak dipermukaan kulit yang
berlebihan sehingga tampak mengkilap, kotor, kusam, biasanya pori-pori
kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket.
3. Kulit kering
Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang ataupun
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan NO.
1175/MENKES/PER/VIII/2010 kosmetika adalah bahan baku atau sediaan
yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia
(epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan,
mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh (Menkes, 2010).
Dalam definisi kosmetik diatas, jelas menunjukkan bahwa kosmetika
bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan
penyakit. sediaan tersebut tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Tujuan
penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk kebersihan pribadi,
meningkatkan daya tarik melalui riasan, meningkatkan rasa percaya diri dan
perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi
dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum,
membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Wasitaatmadja,
1997).
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
Formulasi krim ada dua yaitu sebagai air dalam minyak (a/m) dan minyak
dalam air (m/a) seperti cold cream dan vanishing cream. Krim memiliki
kelebihan dibandingkan salep karena praktis, nyaman, mudah menyebar rata
dan mudah di cuci (Yahendri dan Yenny, 2012).
2.4 2.4 2.4
Sinar UV dibutuhkan tubuh untuk mensintesa vitamin D, akan tetapi
sinar UV yang terlalu banyak akan merusak molekul dan sel-sel tubuh.
Kerusakan ini akan menyebabkan perubahan yang berupa penebalan epidermis,
stratum korneum dan peningkatan melanosit. Efek jangka panjangnya dapat
menyebabkan penuaan dini pada kulit yang merupakan akibat dari
kerusakan-kerusakan yang telah terakumulasi (Parris, 1983).
Sinar matahari langsung yang mengenai wajah secara terus menerus
menimbulkan efek penuaan pada wajah. Sinar matahari dapat menyebabkan
kerusakan kulit sehingga timbul kerutan-kerutan pada wajah (Sulistyowati,
2009). Jumlah sinar UV yang diterima sangatlah bervariasi pada
masing-masing individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah permukaan kulit
tubuh, aktivitas didalam sel serta area yang tersinar. Hidung, pipi dan bibir
merupakan bagian paling banyak mengalami kerusakan (Mitsui, 1997).
Dalam American Cancer society sinar matahari yang sampai
dipermukaan bumi dan mempunyai dampak terhadap kulit dibedakan menjadi
sinar ultraviolet A atau UV-A (λ 320-400 nm), sinar UV-B (λ 290-320 nm) dan
sinar UV-C (λ 200-290 nm) (Tahir, dkk., 2002).
a. Sinar UV-A
Sinar UV-A ( λ 320-400) adalah sinar yang paling banyak mencapai bumi
dengan perbandingan 100 kali UV-B. Segmen sinar ini akan masuk ke
dalam dermis sehingga menyebabkan kerusakan jaringan dermis dan
dan kerutan. UV-A menembus kulit lebih dalam dari UV-B dan bekerja
lebis efisien. Radiasi UV-A menembus sampai dermis dan merusak
serat-serat yang berada didalamnya. Kulit menjadi kehilangan elastisitas dan
berkerut. Sinar ini juga dapat menembus kaca (Darmawan, 2013).
b. Sinar UV-B
Sinar UV-B dengan panjang gelombang 290-320 nm merupakan sinar
matahari yang terkuat mencapai bumi. Kerusakan kulit yang ditimbulkan
berada dibawah epidermis berupa luka bakar, kelainan prakanker dan
keganasan lainnya. Jadi baik sinar UV-A maupun UV-B sama-sama
memiliki dampak negatif bagi kulit manusia jika terpapar dalam waktu
relatif lama (Bodagenta, 2012). Sinar UV-B tidak dapat menembus kaca
(Darmawan, 2013).
c. Sinar UV-C
Memiliki panjang gelombang paling panjang, yaitu sekitar ( λ 200-290 nm).
Menurut Darmawan (2013) Radiasi sinar ini menimbulkan bahaya terbesar
dan menyebabkan kerusakan terbanyak. Namun, mayoritas sinar ini terserap
di lapisan ozon di atmosfer.
2.5 2.5 2.5
2.5 PenuaanPenuaanPenuaanPenuaan DiniDiniDiniDini
Sebagaimana makhluk hidup yang lain, manusia akan mengalami
penuaan. Proses penuaan ini antara lain tampak dari kerutan dan keriput pada
kulit atau kemunduran lainnya dibanding ketika masih muda (Tranggono dan
(Ardhie, 2011). Menurut Bogadenta (2012) pengertian dari penuaan dini tidak
jauh berbeda dengan pengertian penuaan secara umum. Penuaan dini
merupakan proses penuaan kulit lebih cepat dari yang seharusnya. Diantara
tanda-tanda penuaan dini yang paling nyata adalah adanya kerutan terutama
dikulit wajah, diusia yang relatif muda, bahkan diawal umur 20-an.
Proses menua pada kulit dibedakan atas 2, yaitu (Ardhie, 2011):
1. Proses menua instrinsik
Proses menua instrinsik adalah proses menua yang terjadi sejalan dengan
waktu. Proses biologi yang berperan dalam menentukan jumlah
multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah diri dan
kemudian mati. Penuaan ini ditunjukkan dari adanya perubahan struktur
dan fungsi, serta metabolik kulit seiring dengan bertambahnya usia.
2. Proses menua ekstrinsik
Proses menua ekstrinsik adalah proses menua yang dipengaruhi oleh
perubahan eksternal yaitu pajanan matahari berlebihan (photoaging), polusi,
kebiasaan merokok dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik
gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpajan matahari.
Selain perubahan yang tidak langsung tampak terdapat beberapa
perubahan yang jelas dipermukaan kulit (perubahan eksternal) yang
meliputi:
juga timbul pada bagian leher, siku, ketiak, tangan serta kaki. Keriput
akan mulai timbul pada usia 30 tahun keatas dan akan semakin dalam
dan lebar dengan terjadinya penuaan.
Menurut Barel, dkk., (2009), keriput yang timbul dapat diklasifikasi
menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Keriput linear (berupa garis-garis yang umumnya timbul diarea
sekitar mata).
b. Keriput glyphic (saling menyilang membentuk suatu segitiga
ataupun persegi yang umumnya timbul diarea pipi dan leher).
c. Keriput umum (keriput halus yang umumnya timbul pada kulit
orang tua dan bukan akibat pemaparan terahadap sinar matahari).
Keriput kelompok a dan b merupakan keriput yang timbul akibat
proses photoaging. kelompok c merupakan keriput akibat intrinsic
aging. Pembentukan keriput disebabkan oleh berbagai faktor eksternal
maupun internal. Sinar UV merupakan penyumbang terbesar untuk
pembentukan keriput. Timbulnya keriput merupakan hasil dari
menurunnya kekuatan dan elastisitas kulit yang disebabkan oleh
berkurangnya kandungan air dan penebalan pada stratum korneum,
epidermis yang membesar dan perubahan jumlah dan kualitas dari
dimensi dari dermis dan perubahan lainnya yang disebabkan dari
pengaruh faktor eksternal dan internal.
2. Lipatan
Lipatan pada kulit umumnya mulai timbul ketika usia sekitar 40 tahun.
Area yang paling sering terjadi lipatan adalah pada dagu, kelopak mata,
pipi, bagian samping perut. Penyebab dari lipatan ini juga sama dengan
penyebab timbulnya keriput yaitu adanya penurunan elastisitas dari
dermis dan penurunan kerja dari jaringan adipose subkutan.
Pengurangan kekuatan dari otot-otot yang menopang kulit juga
menyebabkan terjadinya keriput dan lipatan (Barel, dkk., 2009).
3. Pigmentasi dan perubahan warna kulit
Terbentuknya pigmen pada kulit umumnya meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Secara visual, perubahan warna kulit yang menua
adalah cenderung berubah dari kemerahan hingga kekuningan. Akibat
perubahan ini, warna kulit akan menjadi semakin gelap. Perubahan ini
dikaitkan hubungannya dengan pengurangan ketransparanan akibat
meningkatnya pigmentasi, pengurangan sekresi sebum dan penebalan
serta penurunan kadar air pada lapisan stratum korneum kulit.
4. Konfigurasi permukaan kulit
Dengan terjadinya penuaan, permukaaan kulit akan berubah karena
secara tidak beraturan dan menyebabkan terjadinya pembesaran
pori-pori kulit (Barel, dkk., 2009).
Perubahan karakteristik dalam photoaging dan Instrinsic aging yang
timbul pada epidermis dan dermis dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel. Tabel. Tabel.
Tabel. 2.12.12.12.1Perbedaan anatomi pada epidermis
Bagian Kulit Akibatphotoaging Akibatinstrinsic aging
Lapisan Dermis � Tebal � Tipis
Sel-sel epidermis (keratonosit)
� Sel-sel tidak seragam
� Sel-sel terdistribusi tidak merata
� Pembesaran berkala
� Sel-sel seragam
� Sel-sel terdistribusi secara merata
� Pembesaran sel mendadak
Stratum korneum � Peningkatan lapisan sel � Ukuran serta bentuk
korneosit bervariasi
� Lapisan sel normal � Ukuran dan bentuk
korneosit seragam
Melanosit � Peningkatan jumlah sel
� Sel-sel bervariasi
� Peningkatan produksi
melanosom
� Pengurangan jumlah sel
� Sel-sel seragam
penurunan produksi melanosom
Sel-sel langerhans � Pengurangan sel dalam jumlah yang besar
� Sel-sel bervariasi
� Pengurangan sel dalam jumlah yang kecil
[image:33.595.115.491.248.529.2]Tabel. Tabel. Tabel.
Tabel. 2.22.22.22.2Perbedaan anatomi pada dermis
Bagian Kulit Akibatphotoaging Akibatinstrinsic aging Jaringan elastis � Meningkat secara
drastis
� Berubah menjadi massa yang tidak berbentuk
� Meningkat tetapi masih dalam keadaan normal
Kolagen � Serat kolagen dan
jaringan ikat menurun jumlahnya
� Serat kolagen tidak beraturan, jaringan ikat menebal
Retikular dermis : Fibroblast
Sel mast Sel inflamasi
� Semakin tebal
� Meningkat dan aktif
� Meningkat
� Berperan
� Semakin tipis
� Menurun dan tidak aktif
� Menurun
� Tidak berperan
Pembuluh kapiler � Abnormal � Normal
(Mitsui, 1997).
2.6 2.6
2.62.6 AntiAntiAntiAnti PenuaanPenuaanPenuaanPenuaan AtauAtauAtauAtau Anti-AgingAnti-AgingAnti-AgingAnti-Aging
Anti-aging adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencegah proses
penuaan. Salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi tanda-tanda
penuaan adalah dengan menggunakan krim anti-aging (Anonim, 2013).
Perawatan anti penuaan dini pada kulit merupakan segmen besar dari pasar
produk kosmetik. Ketika terpajan radiasi UV, kulit mengalami perubahan yang
mengakibatkan inflamasi, penuaan kulitdan berbagai gangguan kulit, seperti:
kulit menua disertai dengan kerutan, penurunan elastisitas, peningkatan
kerapuhan kulit dan penyembuhan luka lebih lambat (Pouillot, et al., 2011).
2.6.1 2.6.1 2.6.1
2.6.1 AntioksidanAntioksidanAntioksidanAntioksidan dalamdalamdalamdalam krimkrimkrimkrim
Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh
[image:34.595.117.500.114.341.2]untuk melindungi dari efek kerusakan dari sinar matahari. Sistem perlindungan
ini terdiri dari antioksidan endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang
disintesis oleh tubuh dan antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan
makanan seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya.
Antioksidan bekerja melindungi kulit baik intraseluler maupun ekstraseluler
(Deny, dkk., 2006).
2.6.2 2.6.2 2.6.2
2.6.2 VitaminVitaminVitaminVitamin CCCC sebagaisebagai salahsebagaisebagaisalahsalahsalah satusatusatusatu antioksidanantioksidanantioksidanantioksidan
Vitamin C merupakan antioksidan yang laru
t dalam air. Vitamin C sangat esensial dalam biosintesis kolagen dan mampu
menurunkan sintesis pigmen dengan menghambat enzim tirosinase dan
dianggap mampu menurunkan keluhan kelopak mata yang gelap. Vitamin C
juga merupakan senyawa reduktor terbanyak di tubuh dan merupakan
antioksidan yang paling dominan dikulit (Ardhie, 2011). Vitamin C
mengandung banyak manfaat untuk kulit. Beberapa manfaat penting vitamin C
bagi kulit di antaranya:
a. Vitamin C merupakan antioksidan yang melindungi kulit dari serangan radikal bebas.
b. Melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar ultraviolet (UV) dengan cara menetralisirnya.
c. Merangsang pembentukan kolagen dan mempercepat proses penyembuhan pada luka.
Kolagen merupakan komponen utama dermis manusia. Serabut kolagen
dibentuk oleh fibroblast, mengandung ikatan hidroksiprolin dan hidroksisilin.
Efek vitamin C pada jaringan kolagen penting untuk sintesis kolagen yang
merupakan kofaktor untuk enzim prolil dan lisil hidrosilase yang berguna
untuk kestabilan kolagen. Vitamin C akan menghambat biosintesis elastin yang
berperan pada penuaan kulit, mengurangi pembentukan pigmen pada kulit
dengan menghambat tirosinase dan meningkatkan barier epidermis dengan
merangsang produksi sfingolipid (Deny, dkk., 2006).
2222.7.7.7.7 SkinSkinSkinSkin AnalyzerAnalyzerAnalyzerAnalyzer
Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan
kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang
bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan
seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental
dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien
(Aramo, 2012).
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk
mendiagnosis keadaan pada kulit.Skin analyzermempunyai sistem terintegrasi
untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit
teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan
kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada Skin analyzer
2.7.1 2.7.1 2.7.1
2.7.1 PengukuranPengukuranPengukuranPengukuran kondisikondisikondisikondisi kulitkulitkulitkulit dengandengandengandenganskinskinskinskin analyzeranalyzeranalyzeranalyzer
Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan
dengan menggunakanSkin analyzer,yaitu:
1. Moisture(Kadar air)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker
yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.
2. Sebum(Kadar minyak)
Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker
yang terdapat dalam perangkat Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.
3. Evenness (Kehalusan)
Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol
captureuntuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
4. Pore(Pori)
Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer.
5. Spot(Noda)
Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan perangkatSkin analyzer
pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (Terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.
6. Wrinkle(Keriput)
Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada
lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (Normal).
Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian
tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa
angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar
computer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat
diukur, akan tetapi kedalaman keriput juga dapat terdeteksi dengan alat
Skin analyzer.
2.7.2 2.7.2 2.7.2
2.7.2 ParameterParameterParameterParameter pengukuranpengukuranpengukuranpengukuran
Hasil pengukuran kulit dengan menggunakanSkin analyzerdapat
Tabel Tabel Tabel
Tabel 2.32.32.32.3Parameter hasil pengukuran denganskin analyzer
Pengukuran Parameter (%)
Moisture
(Kelembaban) Dehidrasi0-29 Normal30-45 Hidrasi46-100 Evenness
(Kehalusan) Halus0-31 Normal32-51 52-100Kasar
Pore(Pori) Kecil0-19 Sedang20-39 40-100Besar
Spot(Noda) Sedikit0-19 Sedang20-39 Banyak40-100
Wrinkle(Keriput) Tidak berkeriput0-19 Berkeriput20-52 Berkeriput parah53-100
BAB BABBABBAB IIIIIIIIIIII METODE
METODEMETODEMETODE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental. Penelitian meliputi penyiapan hewan uji (marmut), penyiapan
sampel, pembuatan ekstrak, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik sediaan,
dan uji efek anti-aging pada kulit punggung marmut yang telah disinari.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Laboratorium
Penelitian Fakultas Farmasi USU.
3.1 3.1 3.1
3.1 Alat-alatAlat-alatAlat-alatAlat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat skin analyzer (Aramo
SG), neraca listrik, pH meter, lampu UV dengan panjang gelombang 366 nm,
rotary evaporator,freezedryer, kandang pemasung marmut, lemari pengering,
alat-alat gelas laboratorium, penangas air, lumpang, stamfer, pot plastik,
gunting dan alat cukur bulu marmut.
3.2 3.2 3.2
3.2 Bahan-bahanBahan-bahanBahan-bahanBahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah paraffin liquidum, lanolin, gliserol
monostearat, cetyl alkohol, butil hidroksi toluen, Na. metabisulfit, aqua
destilata, ekstrak kelopak bunga rosella, vitamin C, metil biru, larutan dapar pH
3.3 3.3 3.3
3.3 HewanHewanHewanHewan UjiUjiUjiUji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 Ekor Marmut
dengan berat badan 350-500 gram.
Penyiapan hewan uji:
Sebanyak 15 ekor marmut dicukur bulu punggungnya seluas 2, 5 x 2, 5 cm, 1
hari sebelum dilakukan penyinaran. Kemudian marmut dibagi menjadi 5
kelompok, yaitu:
a. Kelompok I : 3 ekor marmut untuk krim blanko (tanpa zat aktif)
b. Kelompok II : 3 ekor marmut untuk kelompok krim ekstrak kelopak
bunga rosella 0, 5%
c. Kelompok III : 3 ekor marmut untuk kelompok krim ekstrak kelopak
bunga rosella 0,75%
d. Kelompok IV : 3 ekor marmut untuk kelompok krim ekstrak kelopak
bunga rosella 1%
e. Kelompok V : 3 ekor marmut untuk kelompok krim
vitamin C 2%
Semua kelompok hewan uji diukur kondisi kulit awalnya yang meliputi:
Moisture (kelembaban), Evennes (kehalusan kulit),Pore (pori), Spot (noda),
danwrinkle(keriput) dengan menggunakan alatskin analyzer.
3.4 3.4 3.4
3.4 PPPPengumpulanengumpulanengumpulanengumpulan DDDDanananan PPPPengolahanengolahanengolahanengolahan SSSSampelampelampelampel 3.4.1
3.4.1 3.4.1
3.4.1 TeknikTeknikTeknikTeknik pengpengpengpengumpulanumpulanumpulanumpulan sampelsampelsampelsampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa
tumbuhan yang digunakan adalah kelopak bunga rosela yang diambil dari Jalan
Rukun Kampung Kolam Kecamatan Medan Tembung Sumatera Utara.
3333....4444.2.2.2.2 PengolahanPengolahanPengolahanPengolahan ssssampelampelampelampel
Kelopak bunga Rosella segar sebanyak 10 kg, dipisahkan dari bijinya,
disortasi, dikumpulkan, dicuci, lalu ditiriskan. Ditimbang kelopak rosela
sebagai berat basah menjadi 1,8 kg. Kemudian dikeringkan dilemari pengering
hingga kering selama 4 hari dan diperoleh berat kering sebanyak 0,8 kg. Lalu
diserbukkan dan disimpan pada wadah yang terlindung dari sinar matahari.
3333....4.34.34.34.3 PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan eeeekstrakkstrakkstrakkstrak kkkkelopakelopakelopakelopak bbbbungaungaungaunga RoselaRoselaRoselaRosela
Pembuatan ekstrak kelopak bunga rosella dilakukan dengan cara
maserasi. Prosedur pembuatan ekstrak: sebanyak 500 g kelopak rosella,
dihaluskan lalu dimasukkan dalam bejana. Simplisia direndam dengan
penyari etanol 70% sebanyak 3,75 liter. Biarkan 5 hari, diaduk sehari sekali.
Setelah 5 hari, serkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari
secukupnya, aduk serkai hingga keseluruhan sari yang diperoleh 5 liter (Ditjen
POM, 1986). Dan kemudian di rotary evaporator untuk menguapkan pelarut
lalu dikeringkan dengan freezedryer selama 24 jam dengan tekanan 2 atm,
3.5 3.5 3.5
3.5 FormulaFormulaFormulaFormula SediaanSediaanSediaanSediaan KrimKrimKrimKrim
3333....5555.1.1.1.1 FormulaFormulaFormulaFormula dasardasardasardasar krimkrimkrimkrim (Young,(Young,(Young,(Young, 1972)1972)1972)1972)
R/ Mineral oil 3 g
Lanolin 3 g
Sorbitol sirup 5 g
Gliserol monostearat 12g
Preservatif 1 microspatula-full
Aqua destilata 77,0 ml
Parfum 1-3 tetes
3333....5555.2.2.2.2 FormulaFormulaFormulaFormula yangyangyangyang didididimodifikasimodifikasimodifikasimodifikasi
R/ Paraffin liquidum 3 g
Lanolin 3 g
Gliserol monostearat 10 g
Cetyl alkohol 2 g
Na. Metabisulfit 0,1 %
Butil hidroksi toluen 0.1 %
Aqua destilata ad 100 ml
Pada formula ini jumlah ekstrak kelopak bunga rosella yang divariasikan
dalam sediaan krim adalah 0, 25%; 0, 75%; 1%b/bdan sebagai pembanding di
3.6 3.6 3.6
3.6 CaraCaraCaraCara PembuatanPembuatanPembuatanPembuatan
3333....6666.1.1.1.1 CaraCaraCaraCara pembuatanpembuatanpembuatanpembuatan dasardasardasardasar krimkrimkrimkrim
Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Dipisahkan antara fase
minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari paraffin liquidum, lanolin,
gliserol monostearat, dan cetyl alkohol dimasukkan kedalam cawan penguap
dan dilebur diatas penangas air pada suhu 70-75°C, setelah melebur dan suhu
menurun di tambahkan butil hidroksi toluen (massa I). Fase air terdiri dari air
dipanaskan dengan suhu 70-75°C. Na. metabisulfit yang sebelumnya telah
dilarutkan dalam sedikit air dimasukkan kedalam fase air, lalu aduk sampai
homogen (massa II). Masukkan massa II ke dalam massa I di dalam lumpang
panas sambil digerus terus menerus cepat dan searah hingga terbentuk dasar
krim.
3333....6666.2.2.2.2 CaraCaraCaraCara ppppembuatanembuatanembuatanembuatan kkkkrimrim denganrimrimdengandengandengan bbbbahanahanahanahan aaaaktifktifktifktif
Ditimbang ekstrak kelopak bunga rosella konsentrasi 0,5%, 0,75% dan
1%, serta vitamin C 2%. Ditimbang dasar krim yang telah dikurangi dengan
jumlah masing-masing bahan aktif. Bahan aktif yang telah ditimbang digerus
dalam lumpang lalu ditambahkan dasar krim sedikit demi sedikit sambil
digerus sampai sampel tercampur rata dengan dasar krim.
3333.... 7777 PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan MutuMutuMutuMutu FisikFisikFisikFisik SediaanSediaanSediaanSediaan 3.7.1
3.7.1 3.7.1
3.7.1 PemeriksaanPemeriksaanPemeriksaanPemeriksaan homogenitashomogenitashomogenitashomogenitas
3.7.2 3.7.2 3.7.2
3.7.2 PengamatanPengamatanPengamatanPengamatan stabilitasstabilitasstabilitasstabilitas sedsedsedsedííííaanaanaanaan
Masing-masing formula sedíaan dimasukkan kedalam pot plastik, ditutup
bagian atasnya dengan tutup dan aluminium foil. Selanjutnya pengamatan yang
dilakukan pada saat sedíaan telah selesai dibuat meliputi adanya perubahan
bentuk, warna, dan bau dari sediaan. Waktu penyimpanan umumnya 90 hari
(12 minggu) dilakukan pada temperatur kamar (National health surveillance
agency, 2005).
3.7.3 3.7.3 3.7.3
3.7.3 PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan pHpHpHpH sediaansediaansediaansediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar
netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling,
lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml air suling. Kemudiaan
elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga
pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan
(Rawlins, 2003).
3.7 3.7 3.7
3.7.4.4.4.4 PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan tipetipetipetipe sediaansediaansediaansediaan
Sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek gelas, ditambahkan 1
tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Bila metil biru tersebar
merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik
3333....8888 UjiUjiUjiUji EfekEfekEfekEfek Anti-agingAnti-agingAnti-agingAnti-aging
Disiapkan kandang pemasung marmut yang akan disinari. 15 ekor marmut
terlebih dahulu di cukur bulu bagian punggungnya ukuran 2,5 cm x 2,5 cm.
Diukur kondisi kulitnya pada keadaan normal. Lalu diberi pajanan sinar UV
dengan panjang gelombang 366 nm selama ± 5 jam sampai terbentuk kerutan.
Selanjutnya diukur kondisi kulit setelah penyinaran. Setelah didapat kulit yang
kerut selanjutnya pemulihan bisa dimulai. Pengolesan krim sesuai dengan
pembagian kelompok masing masing pada kulit marmut sebanyak 2 kali sehari
secara merata pada area yang dicukur. Kemudian dilakukan pengukuran
kondisi kulit setiap minggunya selama 4 minggu dengan menggunakan skin
analyzer. Amati kondisi kulit marmut masing-masing kelompok sebelum dan
BAB BAB BAB BAB IVIVIVIV HASIL
HASIL HASIL
HASIL DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN
4.1 4.1 4.1
4.1 HasilHasilHasilHasil EkstraksiEkstraksiEkstraksiEkstraksi
Dari 300 ml ekstrak cair diperoleh hasilfreezedryerdari kelopak bunga
rosela yang berupa ekstrak kental sebanyak 47,3 gram, berwarna merah tua.
4.2 4.2 4.2
4.2 HasilHasilHasilHasil FormulasiFormulasiFormulasiFormulasi
Dari formula krim diperoleh krim blanko yang berwarna putih, krim
ekstrak kelopak bunga rosella 0,5 % berwarna merah jambu pucat, krim
ekstrak kelopak bunga rosella 0,75% berwarna merah jambu, krim ekstrak
kelopak bunga rosella 1% berwarna merah jambu gelap, dan krim vitamin C
2% berwarna putih.
4.3 4.3 4.3
4.3 PenentuanPenentuanPenentuanPenentuan MutuMutuMutuMutu FisikFisikFisikFisik SediaanSediaanSediaanSediaan 4.3.1
4.3.1 4.3.1
4.3.1 HomogenitasHomogenitasHomogenitasHomogenitas sediaansediaansediaansediaan
Homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan krim pada
sekeping kaca lalu diratakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada krim
blanko, krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5%, krim ekstrak rosela 0,75%,
krim ekstrak rosela 1% dan krim vitamin C 2%. Semua krim tidak didapatkan
butiran-butiran pada kepingan kaca. Perlakuan yang sama juga dilakukan
untuk pengukuran setiap minggu hingga minggu kedua belas. Dengan
4.3.2 4.3.2 4.3.2
4.3.2 StabilitasStabilitasStabilitasStabilitas sediaansediaansediaansediaan
Hasil pengamatan stabilitas dari masing-masing formula selama 12
minggu dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel Tabel Tabel
Tabel 4.14.14.14.1 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat sediaan selesai dibuat dan penyimpanan selama 12 minggu
No Formula 1-9Pengamatan Selama 12 minggu10 11 12
X Y X Y X Y X Y
1 Krim blanko - - -
-2 Krim ekstrak kelopak bungarosella 0,5% - - - +
-3 Krim ekstrak kelopak bungarosella 0,75% - - + - + - +
-4 Krim ekstrak kelopak bungarosella 1% - - + - + - +
-5 Krim vitamin C 2% - - + + + + + +
Keterangan : X : Perubahan Warna Y : Perubahan Bau
- : Tidak Terjadi Perubahan + : Terjadi Perubahan
Berdasarkan data Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sediaan krim blanko
stabil selama penyimpanan 12 minggu, sedangkan krim ekstrak kelopak bunga
rosela 0,5%, 0,75%, 1% serta krim vitamin C 2% terjadi perubahan warna.
Krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,5% mengalami perubahan warna pada
minggu ke-12, sedangkan krim ekstrak kelopak bunga rosella 0,75%, 1% dan
vitamin C 2% terjadi perubahan warna sejak minggu 10 sampai minggu
ke-12. Pada penyimpanannya, sediaan krim ekstrak kelopak bunga rosella tidak
[image:48.595.114.502.202.470.2]dengan penambahan antioksidan 0,1% tidak cukup untuk menstabilkan sediaan
krim.
Rusak atau tidaknya suatu sediaan yang mengandung bahan yang
mudah teroksidasi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan
perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat
dilakukan dengan penambahan antioksidan (Ansel, 1989).
Asam askorbat stabil dalam keadaan kering, tetapi mudah teroksidasi
dalam larutan yaitu asam askorbat teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat
(Kusharto dan Suhardjo, 1992). Sedangkan antosianin jika terlarut dalam suatu
campuran akan teroksidasi perlahan-lahan (Anonim, 2013), akibatnya terjadi
perubahan warna pada krim ekstrak kelopak bunga rosella. Menurut Hayati dan
kawan-kawan (2012), kestabilan antosianin juga dipengaruhi oleh suhu. Laju
kerusakan (degradasi) antosianin cenderung meningkat selama proses
penyimpanan diiringi dengan kenaikan suhu ruang. Degradasi termal
menyebabkan hilangnya warna pada antosianin yang akhirnya terjadi
pencoklatan.
4.3.3 4.3.3 4.3.3
4.3.3 pHpHpHpH sediaansediaansediaansediaan
pH sediaan ditentukan dengan menggunakan pH meter. Dari
pengukuran yang dilakukan, diperoleh hasil pengukuran yang dapat dilihat
pada Tabel 4. 2 dan 4.3. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pH sediaan krim
yang telah selesai dibuat, Krim blanko mempunyai pH 6,2; krim ekstrak
kelopak bunga rosella 0,5% pH 5,9; ekstrak kelopak bunga rosella 0,75% pH
Tabel Tabel Tabel
Tabel 4.24.24.24.2Data pengukuran pH sediaan pada saat selesai dibuat
No Formula I pHII III Rata-rata
1 Krim blanko 6,2 6,3 6,2 6,2
2 Krim ekstrak kelopak bungarosella 0,5% 6,0 5,9 5,9 5,9
3 Krim ekstrak kelopak bungarosella 0,75% 5,7 5,8 5,8 5,8
4 Krim ekstrak kelopak bungarosella 1% 5,4 5,4 5,3 5,4
5 Krim vitamin C 2% 5,5 5,6 5,4 5,5
Tabel Tabel Tabel
Tabel 4.34.34.34.3 Data pengukuran pH sediaan setelah penyimpanan selama 12 minggu
Formula pH rata-rata selama 12 minggu
I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII
B 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,1 6,1 6,1 6,1
ER 0,5% 5,9 5,9 5,9 5,9 5,9 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,6 5,6
ER0,75% 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,8 5,7 5,7 5,7 5,5 5,5 5,4
ER 1% 5,4 5,4 5,4 5,4 5,4 5,3 5,3 5,2 5,1 5,1 5,0 4,9