• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Krim Ekstrak Metanol Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) sebagai Tabir Surya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Aktivitas Krim Ekstrak Metanol Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa) sebagai Tabir Surya"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

UJI AKTIVITAS KRIM EKSTRAK METANOL BUNGA ROSELLA

(

Hibiscus sabdariffa

) SEBAGAI TABIR SURYA

Melda Elfryda Marpaung, Sri Luliana, Ressi Susanti

Program Studi Farmasi Universitas Tanjungpura

ABSTRAK

Kelopak bunga rosella

(Hibiscus sabdariffa)

mengandung senyawa flavonoid seperti flavonol

dan antosianin. Efektivitas tabir surya dapat dinyatakan dengan nilai

Sun Protection Factor

(SPF). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai SPF dari ekstrak metanol

H.

sabdariffa

yang diformulasikan dalam bentuk krim secara in vitro menggunakan

Spektrofotometri Uv- Vis yang diolah berdasarkan persamaan Mansur. Krim tabir surya

diformulasikan dengan variasi konsentrasi ekstrak 1%, 2% dan 3%. Nilai SPF krim ekstrak

metanol

H.

sabdariffa

dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 3% masing- masing yaitu 2,41; 2,20;

dan 1,97. Hal ini menunjukkan bahwa formula 1 dan 2 krim ekstrak metanol

H.

sabdariffa

memiliki aktivitas tabir surya dengan proteksi minimal. Uji sifat fisik krim seperti

organoleptis, pH, daya sebar dan daya lekat menunjukkan bahwa formula 1 memiliki sifat

fisik yang lebih baik dibanding formula 2 dan 3.

Kata Kunci : Ekstrak Metanol

Hibiscus sabdariffa

, Krim, Tabir Surya.

ABSTRACT

Calyx of rosella (

Hibiscus

sabdariffa

) contain flavonoid such as flavonol and antocyanin. The

efficacy of sun screen is usually expressed by

Sun Protection Factor

(SPF). The purpose of

this research was to determine in vitro the SPF of cream from extract methanol

H. sabdariffa

by Spectrofotometry Uv- Vis were evaluated using Mansur equation. Sunscreen cream was

formulated with variant consentration of extract is 1%, 2%and 3%. The value of SPF cream

extract methanol

H. sabdariffa

1%, 2%, and 3% respectively 2,41; 2,20; dan 1,97. The result

show that formulation 1 and 2 cream extract methanol

H. sabdariffa

had an activity as

sunscreen which categorized as minimal protection. Physical characterize cream such as

organoleptic, pH, ability of sphreadning and sticking showed that Formulation 1 was better

than Formulation 2 and 3.

(3)

PENDAHULUAN

Sinar matahari yang sampai ke

bumi yaitu UV-A (320- 400 nm) dapat

menyebabkan pigmentasi kulit dan UV-B

(290-320 nm) menyebabkan kemerahan

pada kulit (eritema).

(1)

Sediaan tabir surya

adalah sediaan kosmetika yang digunakan

untuk maksud menyerap secara efektif sinar

matahari terutama di daerah gelombang

ultraviolet

sehingga

dapat

mencegah

terjadinya gangguan kulit oleh sinar

matahari.

(2)

Kelopak bunga

H.

sabdariffa

mengandung flavonoid seperti

flavanol

dan

pigmen antosianin.

Antosianin merupakan

suatu senyawa yang memiliki sistem ikatan

rangkap

terkonjugasi

yang

berperan

mencegah kerusakan sel akibat paparan

sinar

UV berlebih. Senyawa

fenolik

khususnya

flavanoid

juga

mempunyai

potensi sebagai tabir surya karena memiliki

gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal

terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar

UV-A maupun UV-B sehingga mengurangi

intensitas pada kulit.

(3)

Potensi

tabir

surya

dapat

dinyatakan dengan

Sun Protection Factor

(SPF).

SPF

didefinisikan

sebagai

perbandingan antara banyaknya energi sinar

surya (dalam hal ini UV-B) yang dibutuhkan

untuk menimbulkan eritema minimal pada

kulit yang dilindungi tabir surya dengan

banyaknya energi yang dibutuhkan untuk

menimbulkan eritema minimal pada kulit

yang tidak dilindungi tabir surya.

(4)

Pengukuran SPF dapat dilakukan secara

in

vitro

dengan menggunakan spektrofotometri

UV- Vis. Pengujian secara

in vitro

berguna

untuk tes pendahuluan dalam proses

pengembangan produk tabir surya dan

sebagai pertimbangan tambahan dalam uji

SPF secara

in vivo

.

(5)

METODE PENELITIAN

Alat

Spektrofotmetri Uv- Vis (Shimadzu

tipe 2450), oven (Modena tipe BO 3633),

rotary

evaporator

(Buchi)

,

sonikator,

timbangan digital (Precisa tipe XB 4200C

dan

BEL

tipe

M254Ai),

waterbath

(Memmert),

desikator,

hot plate

(Schott tipe

D-55122), pHmeter (pHep), dan alat- alat

gelas (

Pyrex

).

Bahan

Etanol p.a, cera alba, paraffin liquid,

span 80, metil paraben, propil paraben,

metanol teknis, pereaksi Wagner,

pereaksi

Mayer,

pereaksi

Dragendrof,

pereaksi

Lieberman- Burchad, FeCl

3

, AlCl

3

, HCl,

NaCl, gelatin, logam Mg, butanol, asam

asetat, Parasol dan bunga rosella (

Hibiscus

sabdariffa

) yang telah dideterminasi di

Laboratorium Biologi FMIPA UNTAN.

Tahapan Penelitian

Pengolahan Sampel

Bunga

H. sabdariffa

diperoleh dari

Jalan Arteri Supadio, Kuburaya, Kalimantan

Barat, Indonesia pada bulan Maret 2015

dipagi hari. Sampel yang dipilih dalam

keadaan baik kemudian diolah menjadi

simplisia kering.

Sebanyak

137

gram

sampel

dimaserasi dengan metanol 96%. Filtrat

yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan

diuapkan dengan

rotary evaporator

pada

suhu 40° C hingga diperoleh ekstrak 47,502

gram.

Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dengan metode uji

tabung dilakukan terhadap ekstrak metanol

bunga

H. sabdariffa

. Penentuan pola

kromatogram juga diperoleh dengan metode

KLT menggunakan fase gerak BAA 3:1:6,

fase diam silica gel F

254

dan penampak

bercak FeCl

3

.

Pembuatan Krim Tabir Surya

Fase minyak semua dicampurkan

dengan propil paraben dan span 80 pada

suhu

70º

C.

Kemudian

dilakukan

penambahan fase air dan metil paraben

sedikit demi sedikit dalam mortir hangat dan

diaduk sampai terbentuk massa yang kental.

Selanjutnya

ditambahkan

ekstrak

(4)

H.sabdariffa

yang telah dilarutkan dengan

sedikit air dan diaduk sampai homogen.

Formulasi krim tabir surya ekstrak metanol

H. sabdariffa

dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Formulasi Krim Ekstrak Metanol Bunga Rosella (H. sabdariffa)

(6)

Bahan

Fungsi

Formula (gram)

1

2

3

Kontrol negatif

Ekstrak

Zat aktif

1

2

3

-

Cera Alba

Basis

16

16

16

16

Paraffin cair

Bahan pengental

45

45

45

45

Span 80

Emulgator

5

5

5

5

Metil Paraben

Pengawet

0,1

0,1

0,1

0,1

Propil Paraben Pengawet

0,2

0,2

0,2

0,2

Akuades

Pelarut

ad 100

ad 100

ad 100

ad 100

Uji Aktivitas Tabir Surya

Ekstrak

H. sabdariffa

dan

masing-masing formulasi krim (1, 2, dan 3% serta

kontrol negatif) dibuat dengan konsentrasi

0,02%. Spektrum data serapan sampel

ditentukan

dalam

rentang

panjang

gelombang 290 nm sampai 320 nm pada tiap

kenaikan 5 nm dengan larutan etanol sebagai

blanko. Data yang didapat kemudian diolah

dengan persamaan Mansur.

Keterangan :

CF

(

Correction Factor

): faktor koreksi

EE

: spektrum efek eritema

I : intensitas cahaya

Abs : absorbansi sampel

Nilai EE x I : nilai konstan dan telah

ditetapkan (tabel 2).

Uji Sifat Fisik Krim

Uji sifat fisik krim yang dilakukan

pada tiap formula meliputi uji organolepik

dan pH, uji daya sebar dan uji daya lekat.

Tabel 2. Nilai EE x I

Wavelenght

(λ nm)

EE x I (normalized)

290

0,015

295

0,0817

300

0,2874

305

0,3278

310

0,1864

315

0,0839

320

0,018

Analisis Data

Data nilai SPF, daya sebar dan daya

lekat krim dianalisis menggunakan program

SPSS. Uji homogenitas dan normalitas dari

data dilakukan dengan uji

Levene test

dan

Kolmogrov Smirnov test

. Selanjutnya bila

data homogen dan terdistribusi normal maka

dilanjutkan dengan uji parametric

One Way

Anova

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skrining Fitokimia

Hasil skrining menunjukkan ekstrak

metanol

H. sabdariffa

mengandung senyawa

polifenol, flavonoid, dan terpenoid (dapat

dilihat pada tabel 3).

(5)

sianidin

Pola Kromatogram

A B C D E

Gambar 1. Pola Kromatogram Rosella

Keterangan:

A = Visualisasi pada UV 254 nm B = Visualisasi pada UV 366 nm C = Visualisasi tanpa sinar UV

D = Visualisasi setelah disemprot FeCl3 1%

E = Visualisasi setelah disemprot AlCl3 5%

Hasil uji KLT senyawa fenol yang

dideteksi dengan penampak bercak FeCl

3

menghasilkan warna biru tua pada bercak

yang menunjukkan bahwa ekstrak metanol

H. sabdariffa

mengandung senyawa fenol.

Warna yang terjadi karena adanya ikatan

antara gugus hidroksil pada fenol dengan

Fe.

(6)

Uji

kualitatif

KLT

ini

juga

menunjukkan bahwa bercak noda pada plat

merupakan senyawa antosianin golongan

sianidin. Sianidin memiliki ciri berwarna

merah lembayung dan akan mengalami

pergeseran batokrom ke warna biru ketika

disemprot

dengan

AlCl

3

5%.

(13)

Tabel 3. Hasil Skrining Fitokimia H. sabdariffa

Uji

Metode Pengujian

Hasil Uji

Keterangan

Alkaloid

Pereaksi Mayer

Tidak ada endapan

-

Pereaksi Wagner

Tidak ada endapan

-

Pereaksi Dragendrof

Tidak ada endapan

-

Flavonoid

Uji Wilstater Sianidin

Jingga

+

Tanin

NaCl dan Gelatin

Tidak ada endapan

-

Polifenol

FeCl3

Ungu pekat

+

Triterpenoid/

Steroid

Uji Lieberman Burchad

Terbentuk cincin

merah

+

Tidak terbentuk

cincin biru/ hijau

-

Saponin

Uji Forth

Tidak ada buih

-

Aktivitas Tabir Surya

Suatu tabir surya mengandung

senyawa yang dapat melindungi kulit dari

pengaruh buruk sinar ultraviolet (UV)

dimana mekanisme kerjanya dapat dibagi

menjadi dua yaitu secara fisik yaitu

memantulkan sinar UV yang mengenai kulit

dan secara kimia dengan cara menyerap

sinar UV yang dipancarkan matahari.

(7)

Aktivitas tabir surya dapat diketahui

(6)

berdasarkan nilai

Sun Protection Factor

(SPF). SPF menyatakan lamanya kulit

seseorang berada dibawah sinar matahari

tanpa mengalami sengatan surya.

(4)

Penentuan nilai SPF pada krim

ekstrak metanol

H. sabdariffa

dilakukan

secara

in vitro

dengan menggunakan

spektrofotmeter

uv-vis.

Metode

yang

digunakan untuk menentukan nilai SPF

dalam penelitian ini mengacu pada metode

Mansur.

(1,7)

Nilai

correction

factor

(CF)

ditentukan dengan mengukur absorbansi dari

produk tabir surya yang telah diketahui nilai

SPF-nya.

Nilai

CF

berfungsi

untuk

mentoleransi penggunaan spektrofotometer

dan pelarut. Nilai CF berdasarkan sediaan

yang beredar dipasaran (Parasol) dengan

SPF 33 adalah 21, 06.

(8)

Hasil pengamatan menunjukkan

bahwa ekstrak metanol bunga

H. sabdariffa

memiliki aktivitas sebagai tabir surya

dengan

nilai

SPF

17,44

tergolong

kemampuan proteksi ultra (>15). Hasil

pengukuran nilai SPF krim ekstrak

H.

sabdariffa

(1%, 2%, dan 3%) memiliki nilai

SPF 2,41 ± 0,0022; 2,20 ± 0,0009; dan 1,97

± 0,0021. Data ini menunjukkan bahwa

formula 1 dan formula 2 memiliki aktivitas

sebagai

tabir

surya

dengan

tingkat

kemampuan proteksi minimal (2-4).

(9)

Krim

formula 1 merupakan krim yang paling

optimum karena dapat menghasilkan nilai

SPF paling tinggi dengan konsentrasi

ekstrak yang paling minimal.

H. sabdariffa

memiliki aktivitas

sebagai tabir surya karena mengandung

gugus flavonoid seperti flavonol dan

antosianin serta senyawa fenolik lainnya.

Flavonid

tergolong

senyawa

fenol

(C

6

H

5

OH) dimana yang mendasari semua

golongan dari senyawa tersebut berupa

cincin aromatik benzena.

(10)

Senyawa

fenolik

memiliki

ikatan

yang

saling

berkonjugasi dalam inti benzena dimana saat

terkena sinar UV akan terjadi resonansi

dengan cara transfer elektron. Adanya

kesamaan sistem konjugasi pada senyawa

fenolik dan senyawa kimia yang biasanya

terkandung

didalam

tabir

surya

menyebabkan

senyawa

ini

berpotensi

sebagai

photoprotective

. Senyawa fenolik

seperti flavonoid merupakan salah satu

antioksidan kuat yang dapat mengikat ion

logam yang diduga mampu mencegah efek

bahaya dari sinar UV atau setidaknya

mampu mengurangi kerusakan kulit.

(10,12)

Gambar 2. Aktivitas Tabir Surya Ekstrak

Metanol H. sabdariffa

Hasil analisis

One Way Anova

menunjukkan bahwa kontrol negatif berbeda

signifikan dengan formula 1, 2 dan 3 dengan

p<0,05. Hal ini berarti bahwa kontrol negatif

(krim tanpa ekstrak

H. sabdariffa

) tidak

memiliki aktivitas sedangkan krim rosella

memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Hasil

analisis juga membuktikan bahwa nilai SPF

formula 1 berbeda signifikan dengan

formula 2 dan 3. Hal ini berarti bahwa

variasi

konsentrasi

ekstrak

metanol

H.sabdariffa

mempengaruhi aktivitas tabir

surya yang dilihat dari nilai SPF krim.

Uji Organoleptik dan pH Krim

Hasil pemeriksaan secara visual

menunjukan bahwa seluruh sediaan krim

tidak memperlihatkan adanya butir-butir

kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca

transparan. Semakin besar konsentrasi

ekstrak, semakin pekat warna ungu yang

dihasilkan. Hasil pengamatan pH dapat

dilihat pada tabel 4. Semakin besar

konsentrasi ekstrak maka semakin asam pH

17.44 2.41 2.2 1.97 0.04 0 5 10 15 20 Ekst rak 1% F1 F2 F3 Kont rol Negat if N il a i S P F

(7)

yang dihasilkan. Sediaan topikal yang baik

memiliki rentang pH 4,5 – 6,0.

(12)

Tabel 4. Nilai pH Krim Rosella

Formulasi

pH

F1

5

F2

4,6

F3

4,2

Kontrol Negatif

6,3

Daya Sebar Krim

Pengamatan daya sebar bertujuan

untuk melihat kemampuan krim menyebar

pada permukaan kulit sehingga dapat

diketahui penyebaran zat aktif terkandung

pada sediaan yang dibuat.

(4)

Hasil pengujian

daya sebar menunjukkan bahwa formula 1

memiliki daya sebar paling baik (Gambar 3).

Hasil analisis menunjukkan bahwa kontrol

negatif tidak berbeda signifikan dengan

formula 1 dan 2 dengan p> 0,05; sedangkan

kontrol negatif dengan formula 3 berbeda

signifikan dengan p< 0,05.

Gambar 3. Uji Daya Sebar Krim

Daya Lekat Krim

Pengujian daya lekat yaitu untuk

mengetahui kemampuan krim melekat

ketika dioleskan pada kulit. Semakin besar

daya lekat sediaan ketika diujikan, maka

kemampuan melekat pada kulit semakin

kuat dan absorbsi di kulit akan semakin

lama.

(4)

Hasil pengujian menunjukkan

bahwa formula 1 memiliki daya lekat paling

lama

(Gambar

4).

Hasil

analisis

menunjukkan bahwa data terdistribusi secara

normal dan homogen sehingga dapat

dilanjutkan dengan uji parametrik

One

WayAnova.

Daya lekat formula 1 berbeda

signifikan dengan formula 2 dan 3. Data

tersebut

menjelaskan

bahwa

variasi

konsentrasi ekstrak metanol

H. sabdariffa

sebagai bahan aktif berpengaruh terhadap

daya lekat.

Gambar 4. Daya Lekat Krim

KESIMPULAN

Krim ekstrak metanol

H. sabdariffa

memiliki aktivitas sebagai tabir surya. Krim

yang memiliki nilai SPF paling tinggi yaitu

krim formula 1 dengan nilai SPF 2,41 ±

0,0022 sedangkan krim yang sudah beredar

dipasaran seperti Parasol memiliki proteksi

ultra dengan nilai SPF 33. Krim yang

memiliki sifat fisik paling baik yaitu

Formula 1, dengan daya sebar paling besar

dan daya lekat paling lama serta pH yang

sesuai dengan pH kulit dibandingkan

Formula 2 dan 3.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Balsam,

M.

S.,

& Sagarin, E.

Cosmetics: Science and Technology

.

2nd Edition. Volumes 1-3. New York:

Interscience Publishers, Inc. 1972.

2.

Departemen

Kesehatan

Republik

Indonesia.

Formularium

Kosmetika

Indonesia

(Cetakan

I).

Jakarta:

Departemen Kesehatan RI. 1985.

3.

Rahmawati, R. Budidaya Rosella

.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2012.

4.

Shovyana, H.H., & Zulkarnain, A.M.

Stabilitas Fisik dan Aktivitas Krim W/O

0 5 10 15 50 100 150 L u a s D a y a S e b a r (c m 2) Beban (gram) F1 F2 F3 Kont rol Negatif 51 17 6 102.67 0 20 40 60 80 100 120 F1 F2 F3 Kont rol negat if D a y a L e k a t (d e ti k )
(8)

Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa

(

Phaleria macrocarpha

) Sebagai Tabir

Surya.

Tradisional Medicine

. 2013.

5.

Dutra, Abreu E., et al. Determination Of

Sun Protection Factor Of Sunscreen By

Ultraviolet

Spectrophotometry.

Brazilian Journal of Pharmaceutical

Science.

2014

6.

Puspitowati, H.O., Ulfah, M., &

Sasmito,

E.

Uji

aktivitas

imunostimulator fraksi air dari ekstrak

etanol kelopak bunga rosella terhadap

proliferasi sel limfosit mencit galur

swiss secara in vitro beserta identifikasi

kandungan kimianya.

7.

Oroh, E. & Harun, E.S. Tabir Surya

(Sunscreen).

Berkala Ilmu Penyakit

Kulit & Kelamin

. 2001.

8.

Susanti, M., Dachriyanus & Putra, D.P.

Aktivitas Perlindungan Sinar Uv Kulit

Buah

Garcinia mangostana

Secara In

Vitro.

Jurnal

Farmasi

Indonesia

Volume 13.

2012.

9.

Damogalad, V., Hosea, J.E., & Supriati,

H.S. Formulasi Krim Tabir Surya

Ekstrak Kulit Nanas Dan Uji In Vitro

Nilai Sun Protection Factor (SPF).

Jurnal Ilmiah Farmasi.

UNSRAT. 2013

10.

Prasiddha,IS.,

Laellocattleya,

RA.,Estiasih, T., Mallgan, JM. Potensi

Senyawa Bioaktif Rambut Jagung

Untuk Tabir Surya Alami : Kajian

Pustaka.

Jurnal

pangan

dan

argoindustri volume 4.

Januari 2015.

11.

Mokodompit, AV., Edy, HJ., Wiyono,

W. Penentuan Nilai SPF Secara

In Vitro

Krim Tabir Surya Ekstrak Etanol Kulit

Alpukat.

Jurnal

Ilmiah

Farmasi

UNSRAT Volume 2 No.03

. Agustus

2013.

12.

Juwita, A.P., Yamlean, P.V.Y., & Edy,

H.J. Formulasi Krim Ekstrak Etanol

Daun Lamun.

Jurnal

Farmasi Indonesia

Volume II

. 2012.

13.

Harborne

JB.

Metode

Fitokimia:

Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB.

1987.

Gambar

Tabel 2. Nilai EE x I  Wavelenght  (λ nm)  EE x I (normalized)  290  0,015  295  0,0817  300  0,2874  305  0,3278  310  0,1864  315  0,0839  320  0,018  Analisis Data
Gambar 1. Pola Kromatogram Rosella
Gambar 2. Aktivitas Tabir Surya Ekstrak  Metanol H. sabdariffa
Gambar 3. Uji Daya Sebar Krim

Referensi

Dokumen terkait

Penabuh ricikan kempul biasanya diserahkan pada penabuh yang mempunyai kemampuan menguasai alur kedalaman lagu dalam sebuah gendhing , karena seorang pengempul tidak

DATA INDUK PREVALENSI ONIKOMIKOSIS DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUP HAJI ADAM MALIK.. MEDAN PERIODE JANUARI

Berinvestasi di sektor financial asset merupakan hal yang menjanjikan. Data historis valuta asing, emas dan saham menunjukkan kenaikan diatas 100% untuk jangka

Bagi perusahaan, dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan jumlah persediaan produk pada masa sekarang ini dengan menggunakan konsep Supply Chain Management

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... Batasan Variabel Operasional ... Tempat dan Waktu Penelitian ... Alat dan Bahan... Alat yang digunakan ... Bahan yang digunakan ...

telling an experience, and the weak student just keeps quiet, the proficient student should ask the partner questions like, “Do you want to talk about a good experience or a bad

penyalahgunaan narkotika di Badan Narkotika Nasional. 3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memebrikan petunjuk. dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

Bruto ( Gross National Product ) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun;