UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan Stapylococcus
aureus
SKRIPSI
RIZKI FITRI YANI 060802034
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI KSTRAK METANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan Stapylococcus
aureus
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai Gelar Sarjana Sains Bidang Ilmu Kimia Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
OLEH :
RIZKI FITRI YANI 060802034
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
Judul : UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
METANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan
Stapylococcus aureus
Kategori : SKRIPSI
Nama : RIZKI FITRI YANI
Nomor Induk Mahasiswa : 060802034
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA)UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juni 2010
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Drs. Firman Sebayang,MS DR. Rumondang Bulan Nst,MS
NIP.195607261985031001 NIP. 1954080301985032001
Diketahui/Disetujui oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan Stapylococcus
aureus
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
PENGHARGAAN
Tak ada kata seindah Alhamdulillahirabbilalamin….yang bisa penulis ucapkan
.Inilah kalimat yang terucap padamu Ya Rabbi, kalimat syukur penuh makna atas semua
nikmat dan karunia seta Shalawat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW. Banyak pihak
yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan sumbang saran kepada penulis dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini yang berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI
DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK METANOL BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan Stapylococcus aureus” dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada
program studi Kimia FMIPA USU. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan
dan ucapan terimaksih kepada :
1. Orangtua Tercinta, Suminten Azhari dan Zulfitri A.Ma atas semua cinta dan
limpahan kasih sayang yang tak pernah berujung.
Ya Allah..Kepadamu hamba bermohon..
Jadikanlah keringat mereka sebagai embun penyejuk dikala dahaga
Jadikanlah kelelahan mereka sebagai kereta tumpangan disaat kepayahan
Jadikanlah pengorbanan mereka sebagai suluh diwaktu kegelapan
2. Abang tersayang Vinno Arifiansyah,ST serta adik-adik tercinta Arif Kurniawan dan
sibungsu Hafizul Haq untuk motivasi serta perhatiannya.Serta seluruh keluarga yang
telah mendukung baik moril maupun materil
3. Ibu DR.Rumondang Bulan Nst,MS selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA USU dan
sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah dengan tulus ikhlas mengarahkan dan
memberikan masukan dalam penyelesaian skrispi ini.
4. Bapak Drs.Firman Sebayang,MS selaku Sekretaris Jurusan Kimia FMIPA USU dan
sekaligus dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Juliati Br.Tarigan MSi selaku dosen wali.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Kimia FMIPA USU yang selama ini telah
mendidik dan mengajar penulis selama masa pendidikan.
7. Sahabat terbaik Tengku Rachmi Hidayani, Widia Susanti dan Reni Silvia
8. Teman-teman seperjuangan serta adik-adik di Laboratorium Kimia Ilmu Dasar USU :
Afrima,Fatma,Hendi,Eko,Yuki,Deasy,Reni,Ani,Andreas,Arifin,Desi,Nurul,Novi dan Salmi.
9. Adik-adik kos Gang Aman : Sri, Sari, Rahmi, Desi dan Ayung atas keceriaan dan
dukungan yang diberikan kepada penulis.
10. Asisten Laboratorium Mikrobiologi dan Laboran Mikrobiologi Buk Ipit.
11. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan serta saling bertukar pikiran untuk menuju
puncak keberhasilan bersama.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
disebabkan karena keterbatasan literatur serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2010
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus
aureus.. Pengujian menggunakan metode difusi cakram. Perlakuan yang digunakan adalah
konsentrasi ekstrak metanol bunga Rosella yang meliputi 10 %, 20%, 30%, 40% dan 50%
sebagai pembanding digunakan antibiotik kloramfenicol 30µg. Hasil uji pengaruh ekstrak
metanol bunga Rosella menunjukkan aktivitas yang berbeda dalam menghambat bakteri
Escherichia coli dan Stapylococcus aureus. Ekstrak metanol bunga Rosella lebih aktif
dalam menghambat bakteri Escherichia coli yaitu pada konsentrasi 10% dengan diamaeter
zona bening 2,00 mm sedangkan terhadap bakteri Stapylococcus aureus mulai dihambat
pada konsentrasi 20% dengan diameter zona bening 2,83 mm. Aktivitas antibakteri ekstrak
metanol bunga Rosella masih lebih kecil dibandingkan antibiotik kloramfenicol dengan
THE STUDY OF ANTIBACTERIAL METHANOLIC EXTRACT OF ROSELLE FLOWER (Hibiscus sabdariffa L) TO THE GROWTH OF Escherichia coli AND
Stapylococcus aureus.
ABSTRACT
The study of antibacterial methanolic extract of Rosella flower (Hibiscus sabdariffa
L.) to the growth of Escherichia coli and Stapylococcus aureus, was conducted. Agar
diffusion method was used in this study. Treatment used was methanolic extract of Roselle
flower concentration which were 10 %, 20%, 30%, 40% and 50% whereas cloramfenicol
30 µg was used as a comparison. The results showed that methanolic extracts of roselle
flower have different activity in inhibiting the growth of Escherichia coli and
Stapylococcus aureus. The methanolic extract of roselle flower showed the highest activity
in inhibiting the growth of Escherichia coli was shown by 10% of extract concentration
with clear zone diameter was 2,00 mm while Stapylococcus aureus was inhibited by 20%
of extract concentration with clear zone diameter was 2,83 mm. These result were lower
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan iii
Pernyataan iv
Penghargaan v
Abstrak vii
Abstract viii
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xii
Daftar Gambar xiii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 2
1.3 Pembatasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Lokasi penelitian 3
1.7 Metodologi Penelitian 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional 5
2.2 Metabolit Skunder Tanaman Obat Tradisional 6
2.3 Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) 7
2.3.1 Klasifikasi Bunga Rosella 7
2.3.2 Morfologi Bunga Rosella 7
2.3.3 Kandungan Zat Kimia Bunga Rosella 8
2.3.4 Kegunaan Bunga Rosella 10
2.4 Bakteri 10
2.4.1 Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif 11
2.4.3 Escherichia coli 13
2.5 Antibakteri 14
2.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri 15
2.7 Media 16
2.8 Sterilisasi 17
Bab 3 Alat , Bahan dan Metode Penelitian
3.1 Alat dan Bahan 18
3.1.1 Alat-Alat 18
3.1.2 Bahan-Bahan 19
3.2 Prosedur Penelitian 19
3.2.1 Pembuatan Media dan Larutan Pereaksi 19
3.2.2 Sterilisasi Alat 20
3.2.3 Penyediaan Sampel 20
3.2.4 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol Bunga
Rosella 20
3.2.5 Pembuatan Media Nutrient Agar dalam Tabung Miring 21
3.2.6 Penyediaan Biakan Stok Bakteri Escherichia coli dan
Stapylococcus aureus 21
3.2.7 Pengenceran Bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus
Aureus 21
3.2.8 Pengujian Aktivitas Antibakteri 22
3.3 Skema Penelitian 23
3.3.1 Skema Pembuatan Media Nutrient Agar dalam Tabung
Miring 23
3.3.2 Skema Penyediaan Biakan Stok Bakteri Escherichia coli
dan Stapylococcus aureus 24
3.3.3 Skema Pengenceran Bakteri Escherichia coli
dan Stapylococcus aureus 24
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil penelitian 26
4.2 Pembahasan 27
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 31
5.2 Saran 31
Daftar Pustaka 32
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai gizi per 100 g bagian kelopak bunga Rosella 9
Tabel 2.4 Perbedaan penyusun dinding sel 11
Tabel 4.1 Rataaan diameter zona bening ekstrak metanol bunga Rosella
terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus 27
Tabel 1 Data Pengamatan Diameter Zona hambat (mm) Ekstrak Metanol
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Escherichia coli 35
Tabel 2 Data Pengamatan Diameter Zona hambat (mm) Ekstrak Metanol
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri S.aureus 35
Tabel 3 Diameter Zona Hambat Antibiotik Pembanding Kloramfenicol 30 µg
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol bunga Rosella
terhadap bakteri (a) Escherichia coli dan (b) Stapylococcus aureus 26
Gambar 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antibiotik Pembanding kloramfenicol terhadap
Bakteri a) Escherichia coli dan (b) Stapylococcus aureus 29
Gambar 4.3 Histogram Diameter Zona Bening Ekstrak Metanol Bunga Rosella
terhadap Bakteri (a) Escherichia coli dan (b) Stapylococcus aureus 30
Gambar 1 Tanaman Bunga Rosella 36
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus
aureus.. Pengujian menggunakan metode difusi cakram. Perlakuan yang digunakan adalah
konsentrasi ekstrak metanol bunga Rosella yang meliputi 10 %, 20%, 30%, 40% dan 50%
sebagai pembanding digunakan antibiotik kloramfenicol 30µg. Hasil uji pengaruh ekstrak
metanol bunga Rosella menunjukkan aktivitas yang berbeda dalam menghambat bakteri
Escherichia coli dan Stapylococcus aureus. Ekstrak metanol bunga Rosella lebih aktif
dalam menghambat bakteri Escherichia coli yaitu pada konsentrasi 10% dengan diamaeter
zona bening 2,00 mm sedangkan terhadap bakteri Stapylococcus aureus mulai dihambat
pada konsentrasi 20% dengan diameter zona bening 2,83 mm. Aktivitas antibakteri ekstrak
metanol bunga Rosella masih lebih kecil dibandingkan antibiotik kloramfenicol dengan
THE STUDY OF ANTIBACTERIAL METHANOLIC EXTRACT OF ROSELLE FLOWER (Hibiscus sabdariffa L) TO THE GROWTH OF Escherichia coli AND
Stapylococcus aureus.
ABSTRACT
The study of antibacterial methanolic extract of Rosella flower (Hibiscus sabdariffa
L.) to the growth of Escherichia coli and Stapylococcus aureus, was conducted. Agar
diffusion method was used in this study. Treatment used was methanolic extract of Roselle
flower concentration which were 10 %, 20%, 30%, 40% and 50% whereas cloramfenicol
30 µg was used as a comparison. The results showed that methanolic extracts of roselle
flower have different activity in inhibiting the growth of Escherichia coli and
Stapylococcus aureus. The methanolic extract of roselle flower showed the highest activity
in inhibiting the growth of Escherichia coli was shown by 10% of extract concentration
with clear zone diameter was 2,00 mm while Stapylococcus aureus was inhibited by 20%
of extract concentration with clear zone diameter was 2,83 mm. These result were lower
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai tumbuhan
berkhasiat obat sebagai salah satu penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Hal
ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern
menyentuh masyarakat. Pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya
bangsa turun temurun.
Yuharmen (2002) menyatakan, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak
mampu begitu saja menghilangkan arti pengobatan tradisional. Apalagi keadaan
perekonomian Indonesia saat ini yang mengakibatkan harga obat-obatan modern menjadi
mahal. Oleh karena itu salah satu pengobatan alternatif yang dilakukan adalah
meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan masyarakat. Agar peranan
obat tradisional dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan, perlu dilakukan
upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu
tumbuhan obat.
Penelitian terutama berkembang dalam segi farmakologi maupun fitokimianya
berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat
dengan khasiat yang teruji ( Dalimarta.S,1999)
Salah satu tumbuhan obat yang saat ini sangat popular dan banyak digunakan oleh
masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit adalah bunga Rosella (Hisbiscus
sabdariffa L). Tanaman ini adalah sejenis perdu yang mudah ditanam. Cara penanamannya
dengan menggunakan biji yang kering kemudian disemai.
Tanaman ini sering dijadikan teh untuk minuman dan dari segi kesehatan bunga Rosella
mengendalikan tekanan darah, melancarkan buang air besar dan bisa juga digunakan untuk
merawat luka, penyakit kulit dan sebagai antibakteri. ( Devi.M,2009)
Agar peranan tumbuhan, khusunya tumbuhan yang berkhasiat obat dapat terus
ditingkatkan dan dipertanggungjawabkan secara medis, maka perlu digali lebih mendalam
melalui penelitian dan pengujian terhadap mikroorganisme penyebab penyakit
(Hembing,1994). Salah satu pengujian dapat dilakukan dengan melihat pengaruh ekstrak
methanol tumbuhan yang berkhasiat dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab
penyakit pada manusia seperti Escherichia coli dan Stapylococcus aureus. Bakteri ini dalam
jumlah abnormal dapat bersifat patogen bagi manusia seperti penyakit diare oleh
Escherichia coli dan infeksi kulit, bisul dan koreng oleh Stapylococcus aureus
(Feriyanto.N,2009)
Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar sifat
antibakteri dari bunga Rosella terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapyhlococcus aureus.
1.2Permasalahan
Apakah ekstrak metanol bunga Rosella dapat menghentikan pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Stapylococcus aureus.
1.3Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada :
1. Bunga Rosella yang digunakan adalah bunga yang masih segar yang dibeli dari
penanam bunga Rosella di Tanjung Morawa
2. Pelarut yang digunakan adalah metanol yang dibeli dari Bratachem
3. Bakteri yang digunakan adalah Escherichia coli dan Stapylococcus aureus yang
diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU.
4. Variasi konsentrasi ekstrak metanol yang digunakan adalah 10%, 20%, 30%, 40%
5. Metode uji aktivitas antibakteri yang digunakan adalah metode Difusi Cakram dan
luas zoba bening diukur menggunakan jangka sorong.
1.4Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ekstrak metanol bunga Rosella dapat menghentikan
pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus
2. Untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak metanol bunga Rosella mulai
membunuh koloni bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus dan berapa
besarnya zona bening yang terbentuk.
1.5Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi ilmiah terhadap
masyarakat pada umumnya dan peneliti khususnya serta para pakar farmakologi bahwa
bunga Rosella dapat digunakan sebagai antibakteri yang memberikan kontribusi dalam
pengembangan penggunaan obat-obatan tradisional.
1.6Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU, Laboratorium Kimia
Organik dan Kimia Organik Bahan Alam FMIPA USU.
Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan menggunakan sampel bunga
Rosella yang masih segar yang diperoleh dari penanam bunga Rosella di Tanjung Morawa
dengan langkah-langkah analisis sebagai berikut :
1. Bunga Rosella yang masih segar dipisahkan dari bijinya kemudian dikering
anginkan selama ± 5 – 6 hari setelah itu dihaluskan dan dimaserasi menggunakan
pelarut methanol selama 3 x 24 jam kemudian dipekatkan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 650.
2. Escherichia coli dan Stapylococcus aureus ditumbuhkan media Nutrien Agar dalam
tabung miring pada suhu 350C kemudian diencerkan dengan NaCl 0,9% steril hingga
sama dengan suspensi Mc.Farland dengan kekeruhan 108 koloni/ml kemudian
dicampurkan pada media Mueller Hinton Agar di dalam cawan petri
3. Ekstrak pekat metanol bunga Rosella diencerkan menggunakan pelarut metanol
dengan variasi konsentrasi 10 %, 20 %, 30 %, 40 % dan 50 %. Kertas cakram
direndam dalam berbagai variasi konsentrasi ekstrak metanol bunga Rosella dan
diletakkan diatas permukaan media Mueller Hinton Agar yang telah bercampur
dengan bakteri.
4. Penentuan uji aktivitas aktibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan cara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional
Indonesia sebagai negara beriklim tropis, mempunyai tanaman obat yang sangat beragam,
sehingga tradisi penggunaan tanaman obat sudah ada dari nenek moyang yang dipercaya
dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, baik penyakit dalam maupun penyakit luar.
Secara umum yang dimaksud dengan obat tradisional adalah ramuan dari tumbuhan yang
berkhasiat sebagai obat yang diketahui dari penuturan orang-orang tua atau pengalaman.
Umumnya masyarakat memanfaatkan bahan-bahan asal tanaman obat masih dalam
keadaan segar, maupun yang sudah dikeringkan sehingga dapat disimpan lama yang disebut
dengan simplisia (Agus & Jacob, 1992 dalam Mumpuni, 2004). Penggunaan obat
tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih sedikit dari
pada obat modern (Lusia, 2006).
Kelebihan pengobatan dengan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional
tersebut disamping tidak menimbulkan efek samping, juga ramuan tumbuh-tumbuhan
tertentu mudah didapat di sekitar pekarangan rumah, dan mudah dibuat Proses pengolahan
obat tradisional pada umumnya sangat sederhana, diantaranya ada yang diseduh dengan air,
dibuat bubuk kemudian dilarutkan dalam air, ada pula yang diambil sarinya; cara
pengobatan pada umumnya dilakukan peroral (diminum) (Pudjarwoto et al, 1992).
Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk
dibedakan satu dengan yang lain. Komponen aktif yang terdapat pada tanaman obat yang
2.2 Metabolit Sekunder Tanaman Obat Tradisional
Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terbentuk dalam tanaman.
Senyawa-senyawa yang tergolong ke dalam kelompok metabolit sekunder ini antara lain:
alkaloid, flavonoid, kuinon, tanin dan minyak atsiri. Di dalam tanaman, setiap senyawa akan
saling bersinergis sehingga menambah aktivitas atau efektivitasnya (Djauhariya & Hernani,
2004). Metabolit skunder yang terdapat didalam bunga Rosella salah satunya adalah
senyawa flavonoid yaitu gossypetin dan antosianin yang membuat warna merah pada bunga
Rosella. .( http:// wikipedia.org/wiki/Gossypetin).
Senyawa-senyawa flavonoida adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom
karbon,terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linear
yang terdiri dari tiga karbon.Senyawa flavonoida sebenarnya terdapat pada semua bagian
tumbuhan termasuk daun,akar,kayu,kulit,tepung sari,bunga,buah dan biji. Kebanyakan
flavonoida ini berada di dalam tumbuh-tumbuhan, kecuali alga. Penyebaran jenis flavonoid
pada golongan tumbuhan yang terbesar yaitu angiospermae,klorofita,fungi dan briofita.
(Markham,1988)
Flavonoid yang merupakan senyawa polifenol ini memiliki kemampuan dalam
mendenaturasi protein dan juga merupakan pelarut lemak. Oleh karenanya membran sel
akan rusak dan enzim-enzim akan dinonaktifkan. Hal itu juga yang menyebabkan beberapa
golongan turunan alkohol ada yang digunakan sebagai desinfektan dan antiseptic. (Staf
Pengajar Fak.Kedokteran UI,1994)
2.3 Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L )
2.3.1 Klasifikasi Bunga Rosella
Divisio : Spermatophyta
Class : Angiospermae
Ordo : Malvaceales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L
2.3.2 Morfologi Bunga Rosella
Tanaman Bunga Rosella adalah sejenis perdu yang mudah ditanam. Cara penanamannya
dengan menggunakan biji yang kering kemudian disemai. Tanaman bunga Rosella berdiri
tegak dengan tinggi ± 0,5 – 5 m dan mengeluarkan bunga hamper sepanjang tahun. Saat
muda batang dan daunnya berwarna hijau, namun ketika beranjak dewasa dan berbunga,
batangnya akan berubah menjadi coklat kemerahan.(Devi.M,2009)
Batang berbentuk silindris dan berkayu dan memiliki banyak cabang. Pada batang
melekat daun yang bersusun berseling, berwarna hijau, berbentuk bulat telur dan berbentuk
menjari, tepi bergerigi. Tulang daun berwarna merah, panjang daun dapat mencapai 6-15 cm
dan lebar 5-8 cm, akar yang menopang batang adalah akar tunggang.
Bunga muncul pada ketiak daun. Mahkota bunga berbentuk corong tersusun dari
lima helai daun mahkota. Kelopak bunganya sangat menarik dan indah. Selain mahkota dan
kelopak, bunga juga dilengkapi 8-12 kelopak tambahan. Bunga akan muncul saat rosella
berumur 2,5 – 3 bulan setelah ditanam. Awalnya bunga berwarna merah muda dan belum
menyerupai bunga yang sudah matang. Dua minggu kemudian bunga rosella muda
berwarna hijau dengan jari-jari tipis berwarna merah dan berbentuk bulat kecil.
Selama pertumbuhan ini, kelopak akan semakin besar, kaku, menebal dan warna
berubah menjadi merah cerah, terdapat putik dan benang sari. Bunga rosella yang berhasil
dibuahi akan menjadi buah. Bunga rosella berbentuk kerucut dengan bulu-bulu halus
menempel di permukaan kulit buah. Buah terbagi menjadi lima bagian. Disetiap ruang
terdapat 3-4 biji yang juga berbulu dan menyerupai bentuk ginjal. Biji yang masih muda
2.3.3 Kandungan Zat Kimia Bunga Rosella
Kandungan vitamin dalam bunga rosella cukup lengkap yaitu vitamin C, A, D, B1, B2 dan
asam amino. Asam amino yang diperlukan tubuh, 18 diantaranya terdapat dalam kelopak
bunga rosella termasuk arginin dan lisin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.
Selain itu, rosella juga mengadung protein dan kalsium. Bahkan kandungan vitamin C-nya 3
kali lebih banyak dari anggur hitam, 9 kali jeruk sitrus, 10 kali dari buah belimbing dan 2,5
kali dari jambu biji. ( Devi.M,2009)
Kandungan omega 3 yang terdapat dalam kelopak bunga Rosella bermanfaat untuk
pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Senyawa aktif yang terdapat dalam kelopak bunga
rosella adalah gossypetin dan antosianin yang merupakan golongan senyawa flavonoid
yang dapat memperlancar peredaran darah, mencegah tekanan darah tinggi serta
meningkatkan kinerja usus dan sebagai antibakteri.( http:// wikipedia.org/wiki/Gossypetin)
Tabel 2.3. Nilai gizi per 100 g bagian kelopak bunga Rosella
Komposisi Bunga
Kalori (kalori) 49
Air (%) 84,5
Protein (gram) 1,145
Lemak (gram) 2,61
Karbohidrat (%) 12,3
Serat (gram) 12
Abu (gram) 6,9
Ca (mg) 1,263
Fe (mg) 273,2
Karoten (mg) 8,98
Asam askorbat (mg) 0,029
Niasin (mg) 6,7
Riboflavin (mg) 0,765
Sukrosa (%) 0,82
Asam malat (%) 3,31
Tiamin (mg) 0,117
Sumber : Yadong Q,et al.(2005)
Dari penelitian terbukti bahwa kelopak bunga rosella mempunyai efek
anti-hipertensi, kram otot dan anti infeksi bakteri. Dalam eksperimen ditemukan juga bahwa
ekstrak kelopak bunga rosella mengurangi efek alcohol pada tubuh kita, mencegah
pembentukan batu ginjal dan memperlambat pertumbuhan jamur/bakteri/parasit penyebab
demam tinggi.( Devi.M,2009)
2.3.4 Kegunaan Bunga Rosella
Adapun beberapa manfaat dari bunga Rosella adalah sebagai berikut :
- Mencegah kekurangan vitamin C
- Melancarkan peredaran darah
- Melancarkan buang air besar
- Pereda batuk
- Mengobati luka akibat gigitan serangga
- Membantu proses pencernaan
2.4 Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dan berkembang biak dengan membelah diri.
Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya, tetapi pada umumnya
penampang bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 µ m dan panjangnya sekitar 1-6µ m. Bentuk bakteri
dibagi menjadi 3 yaitu :
Bakteri ada yang berbentuk sferis atau bulat, seperti ada yang ditemukan pada genus
Staphylococcus, Streptococcus, Neisseria dan lain-lain
2. Batang (basil)
Bakteri yang berbentuk batang lurus misalnya dapat dijumpai pada famili
Enterobacteriaceae seperti Escherichia coli, Salmonella typhi, Klebsiella
pneumoniae maupun famili Bacillaceae seperti genus Clostridium dan genus
Bacillus yaitu Bacillus anthracis penyebab penyakit anthraks. Selain bentuk batang
lurus, dijumpai pula bentuk batang bengkok misalnya pada bakteri Vibrio cholera
penyebab penyakit cholera.
3. Spiral
Bakteri berbentuk spiral dijumpai pada penyebab penyakit sifilis yaitu Treponema
pallidum, bakteri penyebab demam bolak-balik yaitu Borelia reccurentis. (Tim
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,2003)
2.4.1 Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
Bakteri dibagi dalam golongan gram positif dan gram negatif berdasarkan reaksinya
terhadap pewarnaan gram. Perbedaan antara bakteri gram positif dan gram negatif.
diperlihatkan dari perbedaan dinding sel.
Dinding sel bakteri gram positif seperti bakteri Stapylococcus aureus dan
Streptococcus sp sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang
membentuk suatu struktur yang tebal dan kaku. Kekakuan pada dinding sel bakteri yang
disebabkan karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri
gram positif resisten terhadap lisis osmotic.(Jewetz dkk,2001)
Bakteri gram negatif seperti Escherichia coli dan Pseudmonas sp terdiri atas satu
atau sangat sedikit lapisan peptidoglikan pada dinding selnya. Selain itu dinding sel bakteri
polosakarida dan lebih rentan terhadap kerusakan mekanik dan kimia.Perbedaan penyusun
dinding sel antara bakteri gram positif dan gram negatif dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah
ini :
Gram positif Gram negatif
Ketebalan 15-23 nm 10-15 nm
Asam teikoat Ada Tidak ada
Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan asam
Variasi asam amino Sedikit Beberapa
*Gupta,1990
2.4.2 Stapylococcus aureus
Klasifikasi Staphylococcus aureus :
Divisio : Protophyta
Class : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Micrococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Stapylococcus aureus
(Staf Pengajar Fak.Kedokteran UI,1994)
Stapylococcus aureus adalah bakteri gram positif, bersifat aerob atau anaerob fakultatif,
serta tahan hidup dalam lingkungan yang mengandung garam dengan konsentrasi tinggi,
misalnya NaCl 10%.
Staphylococcus berbentuk bulat atau kokus dengan diameter 0,4-1,2 µm. Hasil
pewarnaan yang berasal dari perbenihan padat akan memperlihatkan susunan bakteri yang
bergerombol seperti buah anggur, sedangkan yang berasal dari perbenihan cair bisa terlihat
bentukan kuman yang lepas sendiri-sendiri, berpasangan atau rantai pendek yang pada
umumnya terdiri lebih dari empat sel.
Untuk membiakkan Stafilococcus diperlukan suhu optimal antara 28-38oC atau
sekitar 350C. Apabila bakteri tersebut diisolasi dari seorang penderita, suhu optimal yang
diperlukan adalah 370. pH optimal untuk pertumbuhan Stapylococcus aureus adalah 7,4.
dipakai di Laboratorium bakteriologi (Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya,2003)
Tes koagulase digunakan untuk membedakan Stapylococcus aureus (koagulase
positif) dengan Staphylococcus lainnya. Medium khusus, seperti agar garam manitol dapat
digunakan untuk membiakkan Stapylococcus aureus. Pada media ini Stapylococcus aureus
akan membentuk koloni berwarna kuning.
Bakteri Stapylococcus aureus terdapat pada hidung, mulut, tenggorokan, pori-pori
dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Infeksi Staphylococcus aureus
dapat berupa jerawat, bisul, abses dan luka. Bakteri ini dapat menimbulkan penyakit melalui
kemampuaannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan. (Jawetz,Melnick &
Adelberg,2001)
2.4.3 Escherichia coli
Klasifikasi Escherichia coli :
Divisio : Protophyta
Kelas : Shizomycetes
Ordo : Eubacteriaceae
Famili : Enterobacteriaceae
Suku : Escherichiaeae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif, bersifat aerobik dan anaerobik fakultatif,
sering dijumpai didalam usus bagian bawah.(Pelczar,M,1988). Escherichia coli bisa tumbuh
dengan baik pada media yang lazim digunakan di Laboratorium Mikrobiologi. Memberikan
hasil positif pada tes indol, lisin-dekarboksilase dan fermentasi manitol serta memproduksi
Escherichia coli adalah penyebab utama infeksi saluran kemih,diare dan maningtis
pada bayi.(Tim Mikrobiologi FK Universitas Brawijaya,2003)
Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari jumlah
normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput perut dan usus
(gastroenteritis). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila hidup di luar usus seperti
pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan peradangan selaput lendir
(sistitis). Escherichia coli dapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau air
seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada orang lain.
Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri Escherichia coli pada
dinding usus merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat
menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare.
(http://forum.upi.edu/)
2.5 Antibakteri
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas
beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya.
Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat
berupa desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer dan sebagainya. .(Lucia,W.M,1996)
Bahan kimia yang digunakan dalam pengobatan dalam pengobatan (kemoterapeutik)
menjadi pilihan bila dapat mematikan dan bukan hanya menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Bahan kimia yang mematikan bakteri disebut bakterisidal, sedangkan
bahan kimia yang menghambat pertumbuhan disebut bakteriostatik. Bahan antimicrobial
dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah, namun bersifat bakterisidal pada
konsentrasi tinggi.(Lay,W.B,1994)
Aktivitas antimikroba suatu senyawa kimia ditentukan oleh konsentrasi dan sifat dari
sangat tinggi dapat bersifat racun. Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat
dibedakan atas beberapa kelompok sebagai berikut :
1. Merusak dinding sel
2. Mengganggu permeabilitas sel
3. Merusak molekul protein dan asam nukleat
4. Menghambat aktivitas enzim
5. Menghambat sintesa asam nukleat
Aktivitas anti mikroba yang dapat diamati secara langsung adalah
perkembangbiakannya. Oleh karena itu mikroba disebut mati jika tidak dapat berkembang
biak.(Lucia,W.M,1996)
2.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok
dibawah ini yaitu ;
1. Metode Dilusi
Cara ini digunakan untuk menentukan KHM (Kadar hambat minimal) dan KBM
(Kadar bunuh minimal) dari bahan antimikroba
Prinsip Metode Dilusi :
Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu
sel mikroba yang diuji. Kemudian masing-masing tabung diisi dengan bahan
yang telah diencerkan secara serial. Selanjutnya seri tabung diinkubasi pada
suhu 370 selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung.
Konsentrasi terendah bahan pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan
yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari
bahan uji. Selanjutnya biakan dari semua tabung yang jernih diinokulasikan pada
media agar padat, diinkubasikan dan keesokan harinya diamati ada tidaknya
ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari
bahan terhadap bakteri uji. ( Tim Mikrobiologi FK Unibraw,2003).
2. Metode Difusi Cakram
Prinsip dari metode difusi cakram adalah sebagai berikut :
Bahan uji dijenuhkan ke dalam kertas saring (cakram kertas). Cakram kertas
yang mengandung bahan tertentu ditanam pada media perbenihan agar padat
yang telah dicampur dengan mikroba yang diuji, kemudian diinkubasikan 350C
selama 18-24 jam. Selanjutnya diamati adanya area (zona) jernih disekitar
cakram kertas yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan mikroba. Selama
inkubasi, bahan uji berdifusi dari kertas saring ke dalam agar-agar itu, sebuah
zona inhibisi dengan demikian akan terbentuk,. Diameter zona sebanding
dengan jumlah bahan uji yang ditambahkan ke kertas saring,. Metode ini secara
rutin digunakan untuk menguji sensitivitas antibiotik untuk bakteri
patogens.(Madigan.MT,2003)
2.7 Media
Media adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan mikroba. Media yang digunakan harus dalam keadaan steril, artinya
sebelum ditumbuhi mikroba yang dimaksud, tidak ditumbuhi mikroba lain yang tidak
diharapkan. .(Rangkuti Dorlan,1994)
Dalam laboratorium, sterilisasi media mennguanakn autoklaf yang menggunakan
tekanan yang disebabkan uap air, sehingga suhu dapat mencapai 1210C. Sterilisasi dapat
terlaksana bila mencapai tekanan 15 psi dan suhu 1210C selama 15 menit. Media biakan
yang telah disterilkan harus diberi penutup agar tidak dicemari oleh mikroorganisme yang
Media dibedakan atas :
1. Media cair, yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan termasuk membiakkan dan
menumbuhkan mikroba misalnya Laktosa Broth, Nutrient Broth dan lain sebagainya
2. Media padat, yang dapat digunakan untuk menumbuhkan mikroba pada
permukaannya sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat, dihitung atau
diisolasi misalnya Nutrient Agar, Mueller Hinton Agar dan lain-lain.
3. Media Setengah Padat, yang mempunyai kosistensi diantara media cair dan media
padat.(Rangkuti Dorlan,1994)
2.8 Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala
macam bentuk kehidupan mikroba baik secara vegetatif maupun generatif. Cara sterilisasi
yang umum dilakukan adalah :
1. Sterilisasi Secara Fisik
a. Sterilisasi dengan pemijaran, cara ini dipakai untuk sterilisasi kawat inokulasi (jarum
ose) yang terbuat dari platina atau nikron. Caranya dengan membakar alat tersebut di
atas lampu spiritus sampai pijaar
b. Sterilisasi dengan udara panas (kering), cara ini dipakai untuk mensterilkan peralatan
gelas. Alat yang digunakan adalah oven,suhunya 170-1800 C dengan lama waktu 2
jam
c. Sterilisasi dengan menggunakan uap panas bertekanan , cara ini dipakai untuk
sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang tahan terhadap suhu dan tekanan tinggi.
Alat yang digunakan adalah autoklaf. Pada autoklaf terdapat penunjuk suhu,
penunjuk tekanan serta pengatur uap atau udara.(Lay,W.B,1994)
2. Sterilisasi Secara Kimia
Cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa-senyawa kimia misalnya
dengan menggunakan desinfektan,larutan alkohol, larutan formalin. (Rangkuti
BAB 3
ALAT BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan adalah :
1. Gelas beaker Pyrex
2. Gelas ukur Pyrex
3. Gelas erlenmeyer Pyrex
4. Neraca analitik Ohaus
5. Autoklaf Yamato SN 210
6. Oven Gallenkamp
7. Tabung reaksi Pyrex
8. Inkubator Fisher Scientific
9. Hot plate Cimarex
10.Labu takar Pyrex
11.Cawan Petri
12.Jangka sorong
13.Bunsen
14.Botol akuades
15.Pipet Takar Pyrex
16.Jarum Ose
17.Pipet Tetes
18.Batang Pengaduk
19.Rotari Evaporator Heidolph WB 2000
20.Shaker Edmurd Buhler KL2
21.Corong
3.1.2 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Bunga Rosella
2. Akuades
3. Biakan Escherichia coli
4. Biakan Staphylococcus aureus
5. Media Nutrien Agar Criterion
6. Media Muller Hilton Agar Oxoid
7. Metanol Teknis (Bratachem)
8. BaCl2 1,175 % p.a (merck)
9. H2SO4 1% p.a (merck)
10.NaCl 0.9 % p.a (merck)
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1 Pembuatan Media dan Larutan Pereaksi
3.2.1.1 Media Mueller Hinton Agar
Sebanyak 5,7 g Muller Hinton Agar dilarutkan dengan 150 mL akuades, dipanaskan sampai
mendidih sambil diaduk, ditutup dengan kapas dan disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu
1210C dan 15 psi selama 15 menit
3.2.1.2 Suspensi Standar Mc.Farland
Sebanyak 0,5 mL BaCl2 1,175% dicampurkan dengan 99,5 mL H2SO4 1% didalam tabung
3.2.2 Sterilisasi Alat
Dicuci alat-alat yang akan digunakan sampai bersih, kemudian dikeringkan dan ditutup
rapat dengan kapas kemudian dengan kertas. Setelah itu dimasukkan ke dalam autoklaf dan
ditutup rapat. Disterilisasi sampai suhu 121oC 15 psi selama lebih kurang 15 menit.
3.2.3 Penyediaan Sampel
Sampel yang diteliti adalah bunga Rosella yang segar yang diperoleh dari Tanjung
Morawa. Bunga Rosella yang segar dipisahkan dari bijinya kemudian dikering anginkan
selama ± 5-6 hari setelah itu dihaluskan dan dimaserasi menggunakan pelarut metanol
selama 3 x 24 jam kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 650.
3.2.4 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak Metanol bunga Rosella
- Ekstrak metanol bunga Rosella 10%
1 mL ekstrak pekat metanol bunga Rosella diencerkan dengan metanol dalam 10 mL
larutan
- Ekstrak metanol bunga Rosella 20%
2 mL ekstrak pekat metanol bunga Rosella diencerkan dengan metanol dalam 10 mL
larutan
- Ekstrak metanol bunga Rosella 30%
3 mL ekstrak pekat metanol bunga Rosella diencerkan dengan metanol dalam 10 mL
larutan
- Ekstrak metanol bunga Rosella 40%
4 mL ekstrak pekat metanol bunga Rosella diencerkan dengan metanol dalam 10 mL
larutan
- Ekstrak metanol bunga Rosella 50%
5 mL ekstrak pekat metanol bunga Rosella diencerkan dengan metanol dalam 10 mL
3.2.5 Pembuatan Media Nutrien Agar (NA) dalam Tabung Miring
Sebanyak 2,3 g Nutrien Agar dilarutkan dalam 100 mL akuades. Dipanaskan sampai
mendidih sambil diaduk menggunakan batang pengaduk kemudian didinginkan. Dibagi
kedalam beberapa tabung reaksi sebanyak ± 5 mL. Ditutup dengan kapas.Disterilisasi
didalam autoklaf pada suhu 1210 C dan 15 psi selama 155 menit. Dibiarkan sampai
memadat dalam keadaan kering.
3.2.6 Penyediaan Biakan Stok bakteri Escherichia Coli dan Stapylococcus aureus.
1 ose biakan Escherichia coli dan Stapylocoocus aureus masing-masing digoreskan pada
media pertumbuhan dalam Nutrien Agar dalam tabung miring secara aseptis. Diinkubasi di
dalam inkobator pada suhu 350C selama 2 hari.
3.2.7 Pengenceran Bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus
Disediakan 10 ml NaCl 0.9% steril masing-masing didalam tabung reaksi.Disuspensikan
masing-masing bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus dengan menggunakan
jarum ose dari biakan bakteri pada media Nutrien Agar miring kedalam NaCl 0,9% steril
sampai kekeruhannya sama dengan suspensi Standar Mc.Farland, maka konsentrasi bakteri
adalah 108 koloni/mL.
3.2.8 Pengujian Aktivitas Antibakteri
Uji aktivitas antibakteri dilakukan secara aseptik dengan metode difusi agar. Biakan bakteri,
masing-masing Escherichia coli dan Stapylococcus aureus yang telah diencerkan menjadi
108 koloni/mL didalam NaCl 0,9% steril diinokulasikan diatas media Mueller Hinton Agar
(MHA). Kemudian dimasukkan blank dish (kertas cakram) yang telah direndam
masing-masing dengan ekstrak metanol bunga Rosella dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%
dan 50%. Sebagai kontrol pada cawan petri diletakkan blank dish yang telah dibasahi
dengan metanol. Kultur bakteri diinkubasi dalam inkubator dengan cara terbalik pada suhu
350C selama 24 jam. Perlakuan dilakukan sebanyak 3× pada masing-masing bakteri. Diukur
besarnya aktivitas antibakteri berdasarkan besarnya diameter zona bening yang terbentuk
3.3 Skema Penelitian
3.3.1 Pembuatan Media Nutrien Agar (NA) dalam Tabung Miring
Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
Dilarutkan dengan 100 mL akuades
Dipanaskan diatas hot plate sampai mendidih sambil
diaduk
Didinginkan
Dimasukkan sebanyak 5 mL kedalam beberapa tabung
reaksi
Ditutup dengan kapas
Disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 1210C dan 15 psi
selama 15 menit
Dibiarkan hingga memadat dalam keadaan miring
3.3.2 Penyediaan Biakan Stok bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus. Media Nutrient Agar
Hasil
Digoreskan 1 ose biakan Escherichia coli secara aseptis
Diinkubasi dalam incubator pada suhu 350C selama 2 × 24
jam
Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Stapylococcus
aureus
3.3.3 Pengenceran Bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus
Disuspensikan bakteri Escherichia coli dari stok bakteri di
media miring Nutriet Agar secara aseptis dengan
menggunakan jarum ose
Disamakan kekeruhannya dengan suspensi standar
Mc.Farland
Dilakukan hal yang sama untuk bakteri Stapylococcus
aureus
Media Nutrient Agar dalam Tabung Miring
Hasil
10 mL NaCl 0,9% steril
3.3.4 Pengujian Aktivitas Antibakteri
Dibasahi dengan ekstrak metanol bunga Diinokulasikan diatas media Rosella 10%,20%,30%,40%,50% dan metanol MHA di dalam cawan petri
sebagai kontrol.
Diletakkan blankdish yang
telah dibasahi ekstrak metanol
bunga Rosella
Diinkubasi secara terbalik pada
suhu 350C selama 24 jam
Diukur diameter zona bening
yang terbentuk disekitar
blankdisk
Dilakukan hal yang sama untuk
bakteri Stapylococcus aureus Suspensi Bakteri Escherichia
coli 108 koloni/mL
Media MHA + suspensi bakteri Escherichia coli
Blank dish
Blankdish basah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak metanol bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L)
terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus menunjukkan adanya aktivitas
penghentian pertumbuhan, hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran diameter zona bening
yang terbentuk yaitu berupa wilayah jernih disekeliling kertas cakram yang mengandung
ekstrak metanol bunga Rosella yang dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini.
(a)
(b)
Hasil pengukuran diameter zona bening aktivitas antibakteri ekstrak metanol bunga
Rosella terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus dapat dilihat pada tabel
4.1 berikut ini :
Tabel 4.1 Rataaan diameter zona bening ekstrak metanol bunga Rosella terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus
Konsentrasi ekstrak Diameter Zona Bening bening (mm)
(% v/v) Escherichia coli Stapylococcus aureus
Kontrol 10% 20% 30% 40% 50% 0,00 2,00 3,67 5,00 8,00 10,00 0,00 0,00 2,83 4,17 5,50 6,83 4.2 Pembahasan
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa ekstrak metanol bunga Rosella mulai efektif membunuh
koloni bakteri Stapylococcus aureus pada konsentrasi 20% sedangkan bakteri Escherichia
coli dapat dibunuh mulai konsentrasi 10%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol
bunga Rosella lebih aktif membunuh koloni bakteri Escherichia coli dibandingkan koloni
Stapylococcus aureus.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan sifat sensitivitas dari bakteri Escherichia coli
dan Stapylococcus aureus terhadap ekstrak metanol bunga Rosella. Ekstrak metanol bunga
Rosella memiliki kemampuan dalam membunuh bakteri mungkin dikarenakan keberadaan
senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak metanol bunga Rosella seperti : gossypetin
dan antosianin yang merupakan senyawa flavonoid. ( http:// wikipedia.org/wiki/Gossypetin)
Ajizah et al (2007) menyatakan flavonoid merupakan senyawa fenol yang dapat
bersifat sebagai koagulator protein. Protein yang menggumpal tidak dapat berfungsi lagi
sehingga akan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri. Selain itu flavonoid juga
[image:40.595.166.571.208.378.2]Adanya perbedaan daya bunuh ekstrak metanol bunga Rosella terhadap bakteri
Escherichia coli dan Stapylococcus aureus disebabkan perbedaan komponen penyusun
dinding sel antara bakteri gram negatif dan gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif
seperti Escherichia coli memiliki lapisan dinding sel yang lebih tipis yaitu sekitar 10-15 nm
yang terdiri atas satu atau sangat sedikit lapisan petidoglikan sehingga
komponen-komponen ekstrak lebih mudah masuk ke dalam sel bakteri dengan jalan merusak lapisan
luar dinding sel. Sedangkan bakteri gram positif seperti Stapylococcus aureus yang terdiri
atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk suatu struktur yang tebal dan kaku
dengan ketebalan dinding sel 15-23 nm lebih sukar dirusak oleh komponen aktif pada
ekstrak.(Gupta,1990)
Lay,W B (1994) menyatakan bahwa beberapa senyawa antibakteri tidak membunuh
tetapi hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Bahan antibakteri bersifat
menghambat bila digunakan dalam konsentrasi kecil namun bila digunakan dalam
konsentrasi tinggi dapat membunuh mikroorganisme. Bakteri dikatakan mati apabila
terdapat daerah bening disekitar kertas cakram pada media yang telah ditanamkan bakteri
sedangkan bakteri dihambat pertumbuhannya apabila disekitar cakram pada media yang
telah ditanamkan bakteri, penyebarannya tidak sebanyak pada daerah yang tidak diletakkan
kertas cakram.
Pada Gambar 4.1 dapat dilihat juga bahwa pemberian konsentrasi juga
mempengaruhi ekstrak dalam menghentikan pertumbuhan bakteri. Perbandingan diameter
zona bening yang dihasilkan oleh ekstrak metanol bunga Rosella berbanding lurus dengan
penambahan konsentrasi ekstrak metanol bunga. Menurut Atlas,R.M (1984) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya zona hambat adalah kemampuan difusi bahan
antimikroba ke dalam media dan interaksinya dengan mikroba yang diuji, jumlah mikroba
yang diinokulasikan, kecepatan tumbuh mikroba yang diujikan, dan tingkat sensitifitas
mikroba terhadap bahan antimikroba yang bersangkutan.
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan mikroorganisme yang membunuh atau
[image:42.595.170.498.83.279.2]
(a) (b)
Gambar 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antibiotik Pembanding kloramfenicol terhadap Bakteri (a) Escherichia coli dan (b) Stapylococcus aureus
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa diameter zona bening yang dihasilkan oleh ekstrak
metanol bunga Rosella terhadap bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus bila
dibandingkan dengan diameter zona bening yang dihasilkan oleh antibiotik pembanding
terhadap bakteri Escherichia coli dan zona hambat terhadap bakteri Stapylococcus aureus
menunjukkan aktivitas yang lebih rendah. Ekstrak metanol bunga Rosella dengan
konsentrasi 50% menunjukkan aktivitas yang lebih rendah daripada antibiotik
kloramfenicol.
Gambar 4.3 Histogram Diameter Zona Bening Ekstrak Metanol Bunga Rosella terhadap Bakteri (a) Escherichia coli dan (b) Stapylococcus aureus
(a) (b)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 D ia m e te r Z o n a B e n in g ( m m )
Konsentrasi Ekstrak (% v/v)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 D ia m e te r Z o n a B e n in g ( m m )
[image:42.595.108.572.563.762.2]Hasil dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa ekstrak metanol bunga Rosella pada
konsentrasi 50 % memberikan zona bening sebesar 10 mm untuk bakteri Escherichia coli
dan 6,83 mm untuk bakteri Stapylococcus aureus sedangkan bila dibandingkan dengan
pemakaian antibiotik kloramfenicol menunjukkan hasil yang masih jauh yaitu sebesar 18
mm untuk bakteri Escherichia coli dan 17 mm untuk bakteri Stapylococcus aureus.
Antibiotik memiliki kemampuan yang besar untuk membunuh bakteri. Hal ini
disebabkan karena sifatnya yang bakterisid yaitu dapat mematikan bakteri dengan jalan
mengganggu sintesis dinding sel, fungsi membran, sintesis protein dan juga merusak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak metanol bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) dapat membunuh bakteri
Escherichia coli dan Stapylococcus aureus
2. Ekstrak metanol bunga Rosella mulai dapat membunuh bakteri Escherichia coli
pada konsentrasi 10 % dengan diameter zona bening sebesar 2,00 mm dan bakteri
Stapylococcus aureus pada konsentrasi 20% dengan diameter zona bening 2,83 %
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk pengujian beberapa jenis bakteri patogen
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1995.Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Jakarta : Depkes RI.
Ajizah,A,Thihana & Mirhanuddin.2007. Potensi Ekstrak Kayu Lilin (Eusidetoxylon zwageri) dalam Menghambat Bakteri S.aureus Secara In Vitro. Bioscientiae 4 (1) : 37-42
Atlas,R.M.1984.Microbiology Fundamental and Application. USA : Macmillan Publishing Company
Devi,M.2009.Dahsyatnya Khasiat Rosella.Yogyakarta : Cemerlang Publishing
Dalimarta,S.1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta : PT.Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara
Djauhariya, E dan Hernani. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Cetakan I. Jakarta: Penebar Swadaya.
Feriyanto,N.2009.Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Keprok terhadap Bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus.Skripsi.Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.Surakarta
Gupta,S.1990.Mikrobiologi Dasar.Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.
Hembing,W.K.1994.Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi.Jakarta : Penebar Swadaya
http://pustaka.unpad.ac.id/
http://forum.upi.edu/
http:// wikipedia.org/wiki/Gossypetin
Jewetz,dkk.2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba Medika.
Lay,W.B.1994.Analisa Mikroba di Laboratorium.Edisi I.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Lusia, O. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 3(1):1-7.
Madigan, M.T.2003.Biology of Microorganism.Tenth Edition.USA : Pearson Education Inc.
Mardiah,dkk.2009.Budi Daya dan Pengolahan Rosella.Jakarta : PT.Agromedia Pustaka
Bandung : ITB
Mumpuni, M. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Tangkahan Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat. Skripsi Mahasiswa Biologi FMIPA USU. Medan.
Muslimin. L.W. 1996. Mikrobiologi Lingkungan. Jakarta.
Nursal.2006.Bioaktifitas Ekstrak Etanol Jahe (Zingiber officinale Roxb) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escheria coli dan Bacillus subtilis.Volume 2(2) : 64-66.Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNRI : Riau
Pelczar. M.J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Pudjarwoto, T., Simanjuntak, C, H; Nur Indah P. 1992. Daya Antimikroba Obat Tradisional Diare Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Enteropatogen. Cermin Kedokteran 76(1): 45-47
Qi,Y,KL Chin,F Malekin,M Berhane and J Gager. 2005. Biological Characteristics,Nutrional and Medicine Value of Rosella (Hibiscus sabdariffa L).Circular-Urban Forestry Natural Resources and Enviroment.p604.
Rangkuti.D. 1994. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Padang : Sekolah Menengah Analis Kimia
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi. Jakarta : Binarupa Aksara.
Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik. Malang : Bayumedia Publishing.
Tabel 1. Data Pengamatan Diameter Zona hambat (mm) Ekstrak Metanol Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Escherichia coli
Konsentrasi (% v/v)
Ulangan Total Rataan
I II III
10 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00
20 3,00 4,00 4,00 11,00 3,67
30 5,00 5,00 5,00 15,00 5,00
40 8,00 9,00 7,00 24,00 8,00
50 10,00 11,00 9,00 30,00 10,00
Tabel 1. Data Pengamatan Diameter Zona hambat (mm) Ekstrak Metanol Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) terhadap bakteri Stapylococcus aureus
Konsentrasi (% v/v)
Ulangan Total Rataan
I II III
10 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
20 2,00 3,50 3,00 8,50 2,83
30 4,00 4,00 4,50 12,50 4,17
40 5,00 6,00 5,50 16,50 5,50
50 7,00 6,50 7,00 20,50 6,83
Tabel 3. Diameter Zona Hambat Antibiotik Pembanding Kloramfenicol 30 µg Terhadap Bakteri Uji
Antibiotik Diameter Zona Hambat (mm)
E. coli S. aureus
Kloramfenikol 18,00 17,00
[image:48.595.108.535.128.230.2] [image:48.595.107.533.310.412.2]Gambar 1. Tanaman Bunga Rosella
Gambar 2. Ekstrak Pekat Bunga Rosella di dalam Erlenmeyer
Komposisi Media Pertumbuhan Bakteri a. Mueller Hinton Agar (MHA)
Casein hidrolysate 17,5 g
Beef extract 300 g
Starch 1,5 g
Agar 17 g
pH 7,3 ± 0,1 at 25ºC
b. Media Nutrient Agar (NA)
Komposisi media NA dalam 1L
Beef extract 3,0 g
Peptone 5,0 g
Agar 15 g