KULIT KALONG, BOGOR
TUTY RACHMAWATI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Konveksi Kulit Domba di Perusahaan Perorangan Kulit Kalong, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
ABSTRAK
TUTY RACHMAWATI. Analisis Kelayakan Usaha Konveksi Kulit Domba di Perusahaan Perorangan Kulit Kalong, Bogor. Dibimbing oleh RITA NURMALINA.
Jumlah UMKM sektor industri pengolahan khususnya sub sektor industri kulit di Bogor setiap tahunnya rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1.44 persen. Hal ini menjadi daya tarik untuk membuka usaha konveksi kulit domba dilihat dari setiap tahunnya Usaha Konveksi Kulit Domba mengalami peningkatan omset penjualan rata-rata sebesar 10 persen. Studi kelayakan bisnis diperlukan untuk menganalisis kelayakan Usaha Konveksi Kulit Domba. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif untuk menganalisis kelayakan dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan), analisis kuantitatif untuk menganalisis kelayakan dari aspek finansial berdasarkan kriteria investasi yaitu NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period serta analisis switching value. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Usaha Konveksi Kulit Domba layak untuk dijalankan berdasarkan aspek non finansial dan aspek finansial.
Kata kunci: kelayakan, kulit domba, switching value
ABSTRACT
TUTY RACHMAWATI. Feasibility Analysis of Convection Sheep Leather in Kalong’s Company, Bogor. Supervised by RITA NURMALINA.
There is a number of UMKM in Indonesia which increase 1.44 percent a year. This is the main attraction to open a business convection sheep leather view of each year business of Sheep Leather Convection has increased turnover by an average of 10 percent. This study aims to analyze a feasibility study the business of Sheep Leather Convection. Data analysis method uses both qualitative and quantitative that contains non financial aspects and financial aspects. The qualitative consists of market aspects, technical aspects, management & legal aspects, and social, economic, and environmental aspects. In order to provide better feasibility on financial aspects, the quantitative consists several criteria which are NPV, Net B/C, IRR, and Payback Period and the switching value. The results of this study demonstrates that Sheep Leather Convection has a sufficient feasibility for financial aspects and non financial aspects.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
ANALISIS KELAYAKAN USAHA KONVEKSI KULIT DOMBA
DI PERUSAHAAN PERORANGAN
KULIT KALONG, BOGOR
NIM : H34100028
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Agribisnis
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama dan Ibu Anita Primaswari Widhiani, SP, MSi selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah menjadi dosen penguji yang memberikan kritik dan saran atas skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Sutarmanto sebagai pemilik Usaha Konveksi Kulit Domba beserta istri yang membantu dalam memperoleh data dan kelancaran skripsi, serta seluruh pegawai Usaha Konveksi Kulit Domba yang telah bekerjasama dengan baik.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orangtua, kakak, dan adik yang senantiasa mendukung penulis dalam keadaan apapun. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada teman Agribisnis 47, Nazmi, Neneng, Denty, Isye, Bertha, Isti, Shaula, Putri, Pugu, Riska, Josia, Haekal, Galih, Ayu, Yola, Fira, Ica, dan Hernita atas segala doa dan dukungannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, April 2014
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
Kulit Domba 5
Kajian Studi Kelayakan Usaha 6
KERANGKA PEMIKIRAN 7
Kerangka Pemikiran Teoritis 7
Studi Kelayakan Bisnis 7
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 7
Arus Kas (Cashflow) 8
Analisis Laporan Laba Rugi 8
Analisis Kriteria Investasi 9
Analisis Switching Value 9
Kerangka Pemikiran Operasional 9
METODE PENELITIAN 11
Lokasi dan Waktu Penelitian 11
Jenis dan Sumber Data 12
Metode Pengumpulan Data 12
Metode Pengolahan dan Analisis Data 12
Analisis Kualitatif 12
Analisis Kuantitatif (Aspek Finansial) 13
Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian 16
GAMBARAN USAHA 17
Visi, Misi, dan Tujuan Usaha 17
Aktivitas Bisnis Usaha 18
Aktivitas Bisnis Utama 18
Aktivitas Bisnis Tambahan 18
ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPEK NON FINANSIAL 19
Aspek Pasar 19
Permintaan dan Penawaran 19
Strategi Pemasaran 19
Hasil Analisis Aspek Pasar 20
Aspek Teknis 21
Penentuan Lokasi Usaha 21
Infrastruktur dan Fasilitas Usaha 21
Proses Produksi 23
Layout Produksi 24
Hasil Analisis Aspek Teknis 24
Aspek Manajemen dan Hukum 25
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum 25
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 25
Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 26
ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPEK FINANSIAL 26
Arus Kas (Cashflow) 26
Analisis Laba Rugi 39
Analisis Kelayakan Finansial 40
Analisis Switching Value 41
SIMPULAN DAN SARAN 42
Simpulan 42
Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 43
2 Jumlah unit usaha mikro, kecil, dan menengah menurut sektor industri pengolahan di Indonesia tahun 2007-2011 2 3 Jumlah unit usaha mikro, kecil, dan menengah menurut sektor
industri pengolahan khususnya sub sektor industri kulit di Bogor
tahun 2007-2011 3
4 Harga produk yang dihasilkan Usaha Konveksi Kulit Domba 20 5 Proyeksi penerimaan aktivitas bisnis utama dan tambahan Usaha
Konveksi Kulit Domba pada tahun 2013 27
6 Proyeksi penerimaan aktivitas bisnis utama dan tambahan Usaha Konveksi Kulit Domba pada tahun 2014-2022 27 7 Proyeksi penjualan jaket Usaha Konveksi Kulit Domba pada
tahun 2013 28
8 Proyeksi penjualan jaket Usaha Konveksi Kulit Domba pada
tahun 2014-2022 28
9 Proyeksi penjualan sisa kulit domba Usaha Konveksi Kulit
Domba pada tahun 2013-2022 29
10 Proyeksi penjualan sarung tangan Usaha Konveksi Kulit Domba
pada tahun 2013-2022 30
11 Rincian biaya investasi pada Usaha Konveksi Kulit Domba 33 12 Proyeksi pembelian kulit domba Usaha Konveksi Kulit Domba
pada tahun 2013-2022 34
13 Proyeksi pembelian kain keras Usaha Konveksi Kulit Domba
pada tahun 2013-2022 34
14 Proyeksi pembelian kain satin Usaha Konveksi Kulit Domba
pada tahun 2013-2022 35
15 Proyeksi biaya tetap Usaha Konveksi Kulit Domba pada tahun
2013-2022 38
16 Pembayaran pinjaman dan bunga Usaha Konveksi Kulit Domba
kepada Bank BRI pada tahun 2013-2015 39
17 Hasil analisis laporan laba rugi Usaha Konveksi Kulit Domba 40 18 Hasil analisis kelayakan finansial Usaha Konveksi Kulit Domba 40 19 Hasil analisis switching value pada Usaha Konveksi Kulit
Domba 41
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Operasional 11
2 Hubungan antara NPV dan IRR 15
3 Tempat konveksi Usaha Konveksi Kulit Domba 22
4 Outlet Usaha Konveksi Kulit Domba 22
7 Hubungan NPV dan IRR hasil analisis kelayakan finansial pada
Usaha Konveksi Kulit Domba 41
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir pembuatan jaket kulit Usaha Konveksi Kulit
Domba 45
2 Laporan laba rugi Usaha Konveksi Kulit Domba 46 3 Laporan arus kas (cashflow) Usaha Konveksi Kulit Domba 48 4 Jumlah nilai sisa usaha dan biaya penyusutan Usaha Konveksi
Kulit Domba 52
5 Tabel inflow Usaha Konveksi Kulit Domba 53 6 Proyeksi siklus penjualan Usaha Konveksi Kulit Domba tahun
2013 54
7 Proyeksi siklus penjualan Usaha Konveksi Kulit Domba tahun
2014-2022 55
8 Hasil switching value Usaha Konveksi Kulit Domba penurunan jumlah produksi jaket kulit sebesar 13.81% 56 9 Hasil switching value Usaha Konveksi Kulit Domba kenaikan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat dari pendapatan nasional. Pendapatan nasional mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan suatu negara dan kestabilan ekonomi negara tersebut terhadap negara lainnya. Dengan pendapatan nasional, suatu negara dapat mengukur tingkat kemakmuran negaranya. Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara dapat mengindikasikan negara tersebut semakin makmur dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB). PDB adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. PDB sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian (Mankiw, 2006). PDB Indonesia khususnya sektor industri pengolahan pada tahun 2013 sebesar 23.71 persen meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 23.63 persen dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 sebesar 1.48 persen1. Hal ini dapat terlihat bahwa sektor industri pengolahan memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Industri pengolahan terdiri dari berbagai segmentasi usaha, salah satu segmentasi yang jumlahnya banyak adalah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Menurut Departemen Koperasi, UMKM dapat dikatakan tulang punggung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi UMKM pada tahun 2013 terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia yaitu sebesar 97 persen dengan jumlah sebesar 56.5 juta2. Berdasarkan hal tersebut, artinya keberadaan UMKM dapat menyumbang pendapatan suatu negara dan mengurangi pengangguran. Dengan semakin banyaknya UMKM maka semakin banyak pendapatan suatu negara tersebut karena menyediakan lapangan pekerjaan, menekan angka kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengangguran menunjukkan adanya sumber daya yang terbuang. Para pengangguran memiliki potensi untuk memberikan kontribusi pada pendapatan nasional, tetapi mereka tidak melakukannya (Mankiw, 2006). Pengangguran di Indonesia pada tahun 2008 sampai tahun 2012 rata-rata berkurang setiap tahunnya sebesar 7.19 persen, tetapi masih mempunyai jumlah pengangguran yang cukup banyak. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak lapangan pekerjaan untuk mengurangi pengangguran tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan sektor UMKM.
Berdasarkan data jumlah pengangguran di Indonesia Tabel 1, pada tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 4.60 persen, pada tahun 2009 sampai tahun 2010 penurunan sebesar 7.17 persen, pada tahun 2010 sampai tahun 2011 penurunan sebesar 7.45 persen, dan pada tahun 2011 sampai tahun 2012 penurunan sebesar 9.55 persen. Penurunan pengangguran terbesar terjadi pada tahun 2012. Hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya jumlah UMKM di
1
http://www.bps.go.id/ [2 November 2013] 2
Indonesia setiap tahunnya sehingga memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat dan memberikan dampak secara langsung kepada pengangguran yang semakin berkurang.
Tabel 1 Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 2008-2012
Tahun Jumlah pengangguran (juta orang) Trend (%)
2008 9 394 515 -
2009 8 962 617 4.60
2010 8 319 779 7.17
2011 7 700 086 7.45
2012 6 965 004 9.55
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
UMKM di Indonesia khususnya pada sektor industri pengolahan pada tahun 2007 sampai tahun 2011 rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 2.72 persen3. Jumlah sektor industri pengolahan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 1.85 persen, pada tahun 2008 sampai tahun 2009 peningkatan sebesar 0.94 persen, pada tahun 2009 sampai tahun 2010 peningkatan sebesar 4.73 persen, dan pada tahun 2010 sampai tahun 2011 peningkatan sebesar 3.36 persen. Peningkatan jumlah UMKM terbesar terjadi pada tahun 2010 sebesar 4.73 persen. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan jumlah UMKM sektor industri pengolahan adalah pelaku bisnis melihat peluang sektor ini lebih prospektif, memiliki nilai tambah, dan lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan, nilai tambah yang ada masih rendah karena masih dijual dalam keadaan mentah sehingga produk yang dihasilkan memiliki daya jual rendah dan pendapatan yang dihasilkan rendah. Tabel jumlah unit usaha mikro, kecil, dan menengah menurut sektor industri pengolahan di Indonesia tahun 2007 sampai tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah unit usaha mikro, kecil, dan menengah menurut sektor industri pengolahan di Indonesia tahun 2007-2011
No Tahun Jumlah UMKM (unit) Trend (%)
1 2007 3 179 143 -
2 2008 3 238 111 1.85
3 2009 3 268 496 0.94
4 2010 3 423 078 4.73
5 2011 3 538 070 3.36
Sumber: Departemen Koperasi (2013)
Bogor mempunyai jumlah UMKM sektor industri pengolahan khususnya sub sektor industri kulit yang meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada jumlah UMKM sub sektor industri kulit di Bogor pada tahun 2007 sampai tahun 2011 rata-rata mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 1.44 persen. Pada tahun 2007 sampai tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 2.05 persen, pada tahun 2008 sampai tahun 2009 peningkatan sebesar 1.50 persen, pada tahun 2009
3
sampai tahun 2010 peningkatan sebesar 1.23 persen, dan pada tahun 2010 sampai tahun 2011 peningkatan sebesar 0.98 persen. Tabel jumlah unit usaha mikro, kecil, dan menengah menurut sektor industri pengolahan khususnya sub sektor industri kulit di Bogor tahun 2007 sampai tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah unit usaha mikro, kecil, dan menengah menurut sektor industri pengolahan khususnya sub sektor industri kulit di Bogor tahun 2007-2011
No Tahun Jumlah UMKM (unit) Trend (%)
1 2007 391 -
2 2008 399 2.05
3 2009 405 1.50
4 2010 410 1.23
5 2011 414 0.98
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (2013)
Salah satu UMKM sub sektor industri kulit di Bogor yang berpotensi diusahakan adalah Usaha Konveksi Kulit Domba. Usaha Konveksi Kulit Domba yang cukup maju di Bogor adalah Usaha Konveksi Kulit Kalong. Usaha ini merupakan salah satu UMKM di Bogor yang termasuk industri pengolahan. Usaha ini memproduksi jaket kulit yang mengubah bahan baku setengah jadi yaitu kulit kering domba menjadi produk jadi berupa jaket kulit. Usaha ini berdiri pada tahun 2001 dan setiap tahunnya mengalami peningkatan omset penjualan rata-rata sebesar 10 persen. Berdasarkan potensi tersebut, maka dilakukan perencanaan usaha dengan membuka usaha yang sejenis yaitu Usaha Konveksi Kulit Domba. Dengan adanya perencanaan usaha ini, maka perlu dilakukan analisis kelayakan suatu usaha agar usaha tersebut dapat dikatakan layak atau tidak dijadikan suatu bisnis.
Perumusan Masalah
Bogor mempunyai jumlah UMKM sektor industri pengolahan khususnya sub sektor industri kulit yang meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah UMKM setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 1.44 persen. Salah satu UMKM sub sektor industri kulit yang berpotensi diusahakan yaitu Usaha Konveksi Kulit Domba. Hal ini dilihat dari industri kulit yang cukup maju di Bogor adalah Usaha Konveksi Kulit Kalong.
strategis di pinggir jalan sehingga dapat dijangkau oleh kosumen serta sarana dan prasarana yang memadai. Dengan adanya perencanaan usaha tersebut, maka penting untuk dilakukan suatu analisis kelayakan yang dapat menilai apakah bisnis tersebut menguntungkan atau tidak jika dilakukan perencanaan usaha.
Dalam menganalisis kelayakan perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba tersebut, maka diperlukan analisis aspek finansial dan aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan). Analisis aspek finansial diperlukan untuk menganalisis apakah Usaha Konveksi Kulit Domba layak berdasarkan aspek finansial yaitu kriteria investasi yang terdiri dari Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Analisis aspek non finansial juga diperlukan untuk mengetahui bagaimana gambaran keadaan usaha tersebut secara deskriptif. Selain itu, untuk mengetahui penurunan maksimum jumlah produksi produk dan peningkatan maksimum harga bahan baku tersebut dapat digunakan analisis nilai pengganti (switching value).
Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kelayakan Usaha Konveksi Kulit Domba, apakah sudah layak dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan)?
2. Bagaimana kelayakan finansial Usaha Konveksi Kulit Domba jika dilihat dari aspek finansial?
3. Bagaimana tingkat sensitivitas Usaha Konveksi Kulit Domba berdasarkan switching value jika terjadi penurunan jumlah produksi produk atau peningkatan harga bahan baku?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi kelayakan Usaha Konveksi Kulit Domba jika dilihat dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan).
2. Menguji kelayakan Usaha Konveksi Kulit Domba dilihat dari aspek finansial. 3. Mengetahui tingkat sensitivitas Usaha Konveksi Kulit Domba berdasarkan
switching value pada penurunan jumlah produksi produk atau peningkatan harga bahan baku.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna:
1. Bagi investor yang ingin menanamkan modalnya dengan membuka usaha konveksi kulit domba.
3. Bagi pembaca untuk menambah pengetahuan pembaca tentang konveksi kulit domba, dapat sebagai referensi penelitian selanjutnya dan pertimbangan pembaca jika ingin membuka atau merencanakan usaha konveksi kulit domba.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas perencanaan usaha konveksi kulit domba, apakah layak atau tidak untuk dijadikan suatu bisnis. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan perorangan kulit kalong yang berlokasi di Cilendek Barat, Kelurahan Cilendek, Kecamatan Bogor Barat. Produk utama yang dihasilkan pada usaha ini adalah jaket kulit domba. Harga jaket semua model dan ukuran sama, terdiri dari jaket motor Rp 780 000, jaket fashion Rp 2 900 000, jaket formal Rp 2 340 000, dan jaket anak-anak Rp 550 000. Aspek yang dibahas yaitu aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan), aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period), dan analisis nilai pengganti (switching value) yang akan menganalisis kelayakan usaha apabila terjadi perubahan jumlah produksi produk dan harga bahan baku.
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit Domba
Salah satu hasil dari ternak domba adalah kulitnya. Kulit sebagai salah satu produk sampingan dari ternak terutama ternak ruminansia baik besar maupun kecil mempunyai nilai tambah yang sangat besar apabila sudah diolah (Wahyudi, 2001). Sedangkan Purnomo (1991) menambahkan bahwa dalam dunia perkulitan, kulit dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Kulit yang berasal dari binatang besar yang lazim disebut Hide. Contohnya adalah kulit sapi, kulit kerbau, kulit kuda, kulit banteng, kulit badak, dan lain-lain.
2. Kulit yang berasal dari binatang kecil yang lazim disebut Skin. Contohnya adalah kulit kambing, kulit domba, kulit rusa, kulit kelinci, kulit reptil, dan lain-lain.
Menurut Windrati (2004), latar belakang diadakannya penelitian tentang kulit adalah perkembangan konsumsi kulit oleh industri nasional yang menunjukkan trend yang meningkat untuk beberapa tahun terakhir. Adanya pertumbuhan konsumsi tersebut merupakan suatu indikasi bagi perkembangan yang cukup prospektif di sektor industri dan perdagangan kulit. Dengan adanya perkembangan kebutuhan akan produk kulit di masa mendatang, tentunya ditangkap oleh para produsen di bidang usaha ini. Hal ini mendorong pengusaha kulit untuk melakukan investasi baik untuk keperluan peningkatan skala produksinya, perbaikan efisiensi operasinya dengan penggantian mesin produksinya, maupun untuk pengadaan alat produksi baru guna meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Sedangkan menurut Wahyudi (2001), menambahkan perkembangan industri kulit dapat dilihat dari ekspor nasional. Perkembangan nilai ekspor produk industri kulit di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1999 nilai ekspor kulit dan barang kulit sebesar 37 178.983 ton dan pada tahun 2000 menjadi sebesar 44 972.520 ton. Sedangkan pada penelitian ini, berlatar belakang dari dilihatnya PDB Indonesia pada sektor industri pengolahan pada tahun 2013 sebesar 23.71 persen meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 23.63 persen dengan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 sebesar 1.48 persen mengindikasikan bahwa sektor industri pengolahan menyumbang pendapatan nasional dan memberikan keuntungan. Industri pengolahan terdiri dari berbagai segmentasi usaha, salah satu segmentasi yang jumlahnya banyak adalah UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Jumlah UMKM sektor industri pengolahan khususnya sub sektor industri kulit di Bogor setiap tahunnya rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1.44 persen. Hal ini mengindikasikan tingkat keuntungan di sub sektor tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan analisis tentang industri kulit di Bogor apakah menguntungkan atau tidak jika dilakukan perencanaan dengan membuka usaha baru.
Kajian Studi Kelayakan Usaha
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dan menurut Nurmalina et al. (2010), bisnis adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Sehingga studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir dan Jakfar, 2003).
Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek. Setiap aspek untuk bisa dikatakan layak harus memiliki suatu standar nilai tertentu, namun keputusan penilaian tak hanya dilakukan pada salah satu aspek saja. Penilaian untuk menentukan kelayakan harus didasarkan kepada seluruh aspek yang akan dinilai nantinya. Aspek-aspek tersebut adalah:
1) Aspek Pasar
Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek penting yang harus diteliti dalam menentukan suatu usaha untuk menghadapi kondisi pasar, apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk dijalankan atau dikembangkan. Aspek pasar tersebut dapat dilihat dari permintaan dan penawaran serta strategi pemasaran yang dikenal bauran pemasaran (4P). Bauran pemasaran (4P) tersebut yaitu product (produk), price (harga), place (lokasi), dan promotion (promosi) (Nurmalina et al. 2010).
2) Aspek Teknis
Menurut Husnan dan Suwarsono (1999), aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknis dibutuhkan untuk menganalisis suatu usaha tersebut dalam beroperasi sehingga sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam menjalankan atau mengembangkan usahanya. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek teknis ini menyangkut lokasi bisnis, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi dan equipment.
3) Aspek Manajemen dan Hukum
4) Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Suatu usaha dapat dianalisis mengenai dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Dalam aspek sosial yang dijelaskan adalah penambahan kesempatan kerja untuk mengurangi pengangguran dengan adanya suatu usaha tersebut. Dalam aspek ekonomi bagaimana usaha dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar usaha tersebut. Dan dilihat dari aspek lingkungannya menjelaskan dampak lingkungan sekitar usaha dengan adanya usaha tersebut, apakah lingkungan tersebut tercemar atau tidak dengan adanya usaha tersebut (Nurmalina et al. 2010).
5) Aspek Finansial
Menurut Umar (2003), analisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti halnya ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan, dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus.
Arus Kas (Cashflow)
Arus kas (cashflow) yaitu aktivitas keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu (Nurmalina et al. 2010). Suatu cashflow terdiri dari beberapa unsur yang terdiri dari:
1) Inflow (arus penerimaan) dimasukkan setiap komponen yang merupakan pemasukan dalam bisnis, pada saat permulaan atau selama bisnis berjalan. Komponen-komponen yang termasuk ke dalam inflow antara lain: nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan-bantuan), nilai sewa, dan salvage value (Nurmalina et al. 2010).
2) Outflow (arus pengeluaran) adalah aliran yang menunjukkan pengurangan kas, akibat biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan bisnis baik pada saat di awal pendirian maupun pada saat tahun berjalan. Komponen-komponen yang terdapat dalam outflow, diantaranya adalah: biaya investasi, biaya produksi, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja, tanah, bahan-bahan, debt service (bunga dan pinjaman pokok), dan pajak.
3) Manfaat bersih (net benefit) adalah total manfaat yang diperoleh dari selisih hasil total inflow dikurangi total outflow.
Analisis Laporan Laba Rugi
Analisis Kriteria Investasi
Analisis investasi digunakan untuk mengetahui kelayakan bisnis apakah layak atau tidak. Menurut Sinaga (2009), yang dimaksud dengan metode atau kriteria penilaian investasi adalah model-model yang digunakan untuk menilai apakah suatu investasi modal yang akan dilakukan pada suatu proyek atau bisnis layak atau tidak, dilihat dari kemampuan proyek menghasilkan keuntungan bersih tiap tahun. Adapun metode yang dimaksud yaitu:
1) Net Present Value (NPV) adalah selisih arus penerimaan (stream benefits) dan pengeluaran (stream costs) selama umur proyek (masa waktu pembangunan proyek ditambah masa operasional selama umur ekonominya) yang sudah dihitung nilainya sekarang (sudah di present value) dengan menggunakan discount factor.
2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah hasil perbandingan arus benefit bersih dan biaya yang dihitung nilainya sekarang (di present value).
3) Payback Period, model ini digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi modal kembali, dilihat dari keuntungan bersih proyek sesudah diperhitungkan pajak perusahaan.
4) Internal Rate of Return (IRR) adalah cara untuk menghitung besarnya tingkat keuntungan rata-rata bersih (Raturn on Investment) yang dihasilkan proyek tiap tahun selama umur ekonomis proyek tersebut.
Analisis Switching Value
Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan komponen inflow (penurunan harga output/penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input/peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak (Nurmalina et al. 2010). Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan inflow atau outflow yang mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).
Kerangka Pemikiran Operasional
Perkembangan sektor industri pengolahan di Bogor meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UMKM di Bogor khususnya sub sektor industri kulit setiap tahunnya mengalami peningkatan rata-rata sebesar 1.44 persen. Dengan semakin meningkatnya jumlah UMKM sub sektor industri kulit tersebut setiap tahunnya mengindikasikan tingkat keuntungan di sub sektor tersebut. Hal ini menjadi daya tarik untuk membuka usaha di bidang industri kulit.
menganalisis apakah Usaha Konveksi Kulit Domba ini layak atau tidak diperlukan analisis kelayakan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial.
Aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Aspek-aspek non finansial akan dipaparkan secara deskriptif. Pada aspek pasar, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi permintaan dan penawaran serta strategi pemasaran (bauran pemasaran). Pada aspek teknis, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi lokasi usaha, infrastruktur dan fasilitas usaha, layout produksi, dan proses produksi. Pada aspek manajemen, variabel yang akan dianalisis meliputi sistem pembagian tugas. Pada aspek hukum, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi bentuk badan usaha dan perizinan usaha serta lokasi. Pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, akan dianalisis pengaruh usaha terhadap lingkungan sekitar.
Aspek finansial dilakukan dengan menganalisis komponen yang akan dimasukkan ke penerimaan dan komponen yang akan dimasukkan ke pengeluaran pada arus kas (cashflow). Setelah dimasukkan ke dalam arus kas (cashflow), dapat dianalisis kelayakan usahanya menggunakan analisis laporan laba rugi dan analisis kriteria investasi yang terdiri dari: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), dan Internal Rate of Return (IRR). Setelah melakukan analisis kelayakan finansial, maka selanjutnya dilakukan analisis switching value untuk melihat berapa besar perubahan maksimum pada komponen inflow dan komponen outflow yang akan mempengaruhi kelayakan usaha. Perubahan komponen inflow yang terjadi yaitu penurunan jumlah produksi produk dan perubahan komponen outflow yang terjadi yaitu peningkatan harga bahan baku.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Usaha Konveksi Kulit Domba di Jalan Raya Cemplang Baru, Cilendek Barat, Kelurahan Cilendek, Kecamatan Bogor Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa usaha ini adalah usaha konveksi kulit domba yang cukup maju di Bogor. Hal ini dapat dilihat dari omset penjualan yang didapatkan Usaha Konveksi Kulit Domba rata-rata meningkat sebesar 10 persen setiap tahunnya. Dengan adanya perencanaan usaha ini perlu dilakukan kelayakan suatu usaha agar usaha tersebut dapat dikatakan layak atau tidak dijadikan suatu bisnis. Pengambilan data dilakukan pada November 2013 sampai dengan Desember 2013.
Prospek Usaha Konveksi Kulit Domba
Perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba Membuka Usaha Baru
Analisis Kelayakan Usaha Konveksi Kulit Domba
Aspek Non Finansial : - Aspek Pasar
- Aspek Teknis
- Aspek Manajemen dan Hukum
- Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Aspek Finansial : - Arus Kas (Cashflow) - Analisis Laporan Laba
Rugi
- Analisis Kriteria Kelayakan Investasi - Analisis Switching Value
Hasil Kelayakan Usaha
Layak (Laksanakan)
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dan observasi lapang. Sumber data primer diperoleh dari wawancara melalui pemilik usaha yang sejenis beserta karyawannya. Data primer yang diperoleh meliputi penerimaan, pengeluaran, biaya, dan aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur, perpustakaan IPB, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Koperasi, Badan Pusat Statistik (BPS), dan berbagai sumber dari internet. Data sekunder tersebut berisi data yang relevan diperlukan dalam penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara kepada pemilik usaha yang sejenis dan karyawannya melalui panduan interview guide yang telah disiapkan. Selain wawancara, juga dilakukan kegiatan pengamatan di lokasi penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari narasumber. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui kegiatan literature review terhadap beberapa buku, jurnal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS), dan sumber lainnya serta browsing di beberapa website pemerintahan, seperti Departemen Koperasi dan berbagai sumber dari internet.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sesuai sifat data. Data kualitatif untuk mendapatkan gambaran tentang aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sedangkan data kuantitatif untuk mendapatkan gambaran tentang aspek finansial dengan melakukan analisis laporan laba rugi, penilaian kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta analisis nilai pengganti (switching value) dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan kalkulator.
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang aspek-apek non finansial sebagai berikut:
1) Aspek Pasar
dinyatakan layak jika usaha tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar (dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang menguntungkan serta bauran pemasaran yang dilaksanakan dengan baik (Suliyanto, 2010).
2) Aspek Teknis
Aspek ini dilakukan untuk melihat bagaimana proses pembangunan tersebut berlangsung dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut berlangsung. Aspek tersebut mencakup bagaimana lokasi perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba tersebut, proses produksi berlangsungnya perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba, layout produksi, dan teknologi yang dipakai. Suliyanto (2010) menyatakan bahwa suatu usaha dapat dinyatakan layak jika memenuhi kriteria seperti diperolehnya lokasi yang layak, tersedianya teknologi, dapat menyusun layout secara optimal, dan proses produksi berlangsung dengan lancar.
3) Aspek Manajemen dan Hukum
Analisis ini digunakan untuk melihat apakah fungsi manajemen dan hukum dapat diterapkan dalam perencanaan usaha ini. Suliyanto (2010) menyatakan bahwa usaha dapat dikatakan layak pada aspek manajemen jika sumber daya manusia yang dapat mengelola kegiatan bisnis pada masa yang akan datang tersedia dan dikatakan layak dari aspek hukum jika usaha mampu memenuhi ketentuan hukum, persyaratan perizinan, dan jaminan yang diperlukan jika usaha dibiayai dengan pinjaman.
4) Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Dengan adanya Usaha Konveksi Kulit Domba tersebut, apakah usaha tersebut dapat memberikan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar seperti penambahan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat di daerah sekitar, dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar Usaha Konveksi Kulit Domba tersebut. Kasmir dan Jakfar (2003) menyatakan bahwa suatu usaha dapat dikatakan layak jika memberikan manfaat secara sosial, ekonomi, dan lingkungan kepada berbagai pihak seperti masyarakat dan pemerintah.
Analisis Kuantitatif (Aspek Finansial)
Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba. Dalam analisis kuantitatif dikaji untuk memperoleh data tentang finansial dalam Usaha Konveksi Kulit Domba tersebut. Analisis ini dilakukan dengan membuat cashflow dengan rincian inflow dan outflow. Dalam menilai kelayakan usaha dilihat dari analisis laporan laba rugi, kriteria kelayakan investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP) serta dilakukan analisis nilai pengganti (switching value).
1) Arus Kas (Cashflow)
Arus kas (cashflow) menggambarkan seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam menjalankan suatu usaha. Arus kas ini dapat melihat berapa besar seluruh penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan Usaha Konveksi Kulit Domba baik pengeluaran untuk biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh usaha ini.
2) Analisis Laporan Laba Rugi
atau produksi (Nurmalina et al. 2010). Hasil analisis laporan laba rugi menggambarkan berapa keuntungan perusahaan setiap tahunnya dan diperoleh pajak yang akan digunakan pada arus kas (cashflow).
3) Analisis Kriteria Kelayakan Investasi
Adapun kriteria kelayakan investasinya yaitu:
a. NPV (Net Present Value) adalah keuntungan yang diperoleh dari hasil selisih penerimaan dan pengeluaran selama umur proyek tersebut. Rumus yang digunakan adalah
Keterangan:
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga (discount rate) t = Tahun
n = Jumlah tahun
Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV:
NPV>0, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba layak/ menguntungkan
NPV=0, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba normal (tidak untung/tidak rugi)
NPV<0, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba tidak layak/rugi b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan rasio antara total nilai sekarang
dari penerimaan bersih yang bersifat positif dengan total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat negatif. Secara matematis, rumus yang digunakan adalah
Keterangan:
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga (discount rate) t = Tahun
n = Jumlah tahun
Kriteria kelayakan berdasarkan Net B/C:
Net B/C >1, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba layak/ menguntungkan
Net B/C =1, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba normal (tidak untung/tidak rugi)
c. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat keuntungan internal atas investasi yang telah ditanam. Rumus IRR yang digunakan adalah
Keterangan:
I1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif I 2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif
NPV 2 = NPV negatif
Kriteria kelayakan berdasarkan IRR: (DR = discount rate)
IRR>DR, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba layak/ menguntungkan
IRR<DR, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba tidak layak/rugi IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0 (Nurmalina et al. 2010). Hubungan antara NPV dan IRR dapat dilihat pada Gambar 2.
d. Payback Period adalah jangka waktu dari pengembalian yang diharapkan atas modal/investasi yang telah ditanam. Rumus yang digunakan dalam payback period adalah
Keterangan:
PP = Payback Period
I = Jumlah modal investasi
Kriteria kelayakan berdasarkan PP:
PP<umur ekonomis, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba layak/ menguntungkan
PP>umur ekonomis, berarti perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba tidak layak/rugi
4) Analisis Switching Value
Switching value adalah suatu nilai dimana pada nilai tersebut NPV yang dihasilkan sama dengan nol, Net B/C sama dengan satu, dan IRR sama dengan discount factornya. Dalam penelitian Usaha Konveksi Kulit Domba ini, switching value dilakukan untuk menguji kepekaan setiap perubahan kenaikan biaya input (outflow) dan penuruan harga atau jumlah output (inflow). Variabel yang dianggap paling mempengaruhi komponen outflow adalah biaya kulit domba dan variabel yang paling mempengaruhi komponen inflow adalah jumlah produksi jaket kulit.
Asumsi Dasar yang Digunakan dalam Penelitian
Sebagai upaya memudahkan analisis secara finansial, beberapa asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Modal yang digunakan dalam perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba ini adalah modal sendiri sebesar 55 persen dan pinjaman dari Bank BRI sebesar 45 persen dengan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 12 persen per tahun pada tahun 2013.
2. Harga seluruh komponen inflow dan outflow setiap tahunnya dalam perencanaan Usaha Konveksi Kulit Domba adalah harga konstan tahun 2013 bersumber dari hasil wawancara dengan pemilik usaha sejenis.
3. Umur ekonomis usaha ditetapkan 10 tahun. Umur ini ditetapkan berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada pada usaha ini yaitu bangunan milik sendiri dengan luas 175 m2.
4. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan adalah sebesar 8.84 persen karena terdiri dari 55 persen modal sendiri dan 45 persen modal pinjaman berdasarkan besarnya wacc (weighted average cost of capital) dan diasumsikan tetap hingga akhir bisnis.
5. Output yang dihasilkan dalam Usaha Konveksi Kulit Domba ini adalah jaket kulit yang terdiri jaket wanita, pria, dan anak-anak.
6. Harga jaket semua ukuran dan model sama terdiri dari jaket motor Rp 780 000, jaket fashion Rp 2 900 000, dan jaket formal Rp 2 340 000 serta harga jaket untuk anak-anak yaitu Rp 550 000.
7. Aktivitas bisnis tambahan Usaha Konveksi Kulit Domba adalah sarung tangan motor. Harga sarung tangan motor adalah Rp 50 000.
8. Aktivitas bisnis tambahan lainnya adalah penerimaan jasa (vermak, cuci, dan
perbaikan jaket) dengan total penerimaan setiap bulannya sama yaitu Rp 7 500 000. Penerimaan jasa setiap harinya Rp 250 000, yang terdiri dari
penerimaan cuci Rp 50 000, vermak atau perbaikan jaket Rp 200 000 .
tahun ke-10 terdiri dari 12 bulan produksi sehingga penjualan jaket anak-anak sebanyak 2 unit jaket setiap tahunnya. (1 bulan = 30 hari)
10.Pemakaian biaya variabel yaitu kulit domba dan kain satin sama, dalam menghasilkan total jaket kulit, yaitu warna hitam sebesar 70 persen, warna coklat sebesar 20 persen, dan warna selain hitam dan coklat sebesar 10 persen. 11.Harga kulit domba hitam dan coklat Rp 140 000/lembar dan kulit domba selain
hitam dan coklat Rp 160 000/lembar. (1 lembar=20 feet)
12.Harga kulit domba selain hitam dan coklat lebih mahal 15 persen dibandingkan harga kulit domba hitam dan kulit domba coklat yaitu Rp 8 000/feet.
13.Harga kain satin selain hitam dan coklat lebih mahal 15 persen dibandingkan harga kain satin hitam dan kain satin coklat yaitu Rp 15 000/m.
14.Dalam perhitungan, tidak adanya biaya sunk cost (biaya-biaya yang dikeluarkan di masa lalu sebelum investasi baru yang direncanakan akan ditetapkan).
15.Pajak penghasilan yang digunakan adalah berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu:
Pasal 17 ayat 1b. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 persen.
Pasal 17 ayat 2a. Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 persen yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
GAMBARAN USAHA
Lokasi Usaha
Usaha Konveksi Kulit Domba terletak di Jalan Raya Cemplang Baru, Cilendek Barat, Kelurahan Cilendek, Kecamatan Bogor Barat. Luas lokasi ini adalah 175 m2. Luas lokasi ini terdiri dari 125 m2 bangunan yaitu tempat pembuatan jaket kulit (konveksi) dan tempat penjualan jaket kulit (outlet) serta 50 m2 berupa tempat parkir kendaraan.
Visi, Misi, dan Tujuan Usaha
mempunyai tujuan yaitu memberikan contoh kepada pengrajin lain untuk meningkatkan kualitas sehingga dapat diterima pada tingkat internasional.
Aktivitas Bisnis Usaha
Aktivitas bisnis yang dijalankan Usaha Konveksi Kulit Domba ini ada dua yaitu aktivitas utama dan aktivitas tambahan. Aktivitas utama yaitu pembuatan dan penjualan jaket kulit domba sedangkan aktivitas tambahan yaitu penjualan sisa kulit domba yang sudah terpakai, penjualan sarung tangan kulit domba, dan jasa (vermak, cuci, dan perbaikan jaket).
Aktivitas Bisnis Utama
Aktivitas bisnis utama yang dijalankan Usaha Konveksi Kulit Domba ini adalah pembuatan dan penjualan jaket kulit domba. Input utama dalam pembuatan jaket kulit yaitu kulit domba yang didatangkan dari Garut. Harga pada saat penelitian adalah Rp 140 000/lembar untuk kulit domba warna hitam dan coklat sedangkan kulit domba warna selain hitam dan coklat lebih mahal 15% yaitu Rp 160 000/lembar. Pembuatan jaket kulit ini dapat dilakukan pemesanan dalam jumlah yang besar dan dapat dijadikan sebagai stock (persediaan) untuk pembelian langsung di outlet. Sedangkan dalam penjualan jaket kulit domba tersebut dibagi menjadi tiga macam jaket untuk pria dan wanita serta jaket anak-anak. Jaket kulit domba semua ukuran dan model mempunyai harga yang sama untuk pria dan wanita terdiri dari jaket motor dengan harga Rp 780 000, jaket fashion dengan harga Rp 2 900 000, dan jaket formal dengan harga Rp 2 340 000 serta jaket anak-anak dengan harga Rp 550 000.
Aktivitas Bisnis Tambahan
Selain aktivitas bisinis utama yaitu pembuatan dan penjualan jaket kulit, terdapat juga aktivitas bisnis tambahan seperti penjualan sisa kulit domba, penjualan sarung tangan, dan jasa (vermak, cuci, dan perbaikan jaket). Namun, penerimaan aktivitas bisnis tambahan tidak sebesar aktivitas bisnis utama karena tujuan utama usaha konveksi kulit domba ini adalah penjualan jaket kulit. Dalam pembuatan jaket kulit, terdapat sisa setiap lembar kulit domba tersebut untuk kemudian dijual oleh pengrajin yang berasal dari Garut, yang kemudian setiap sisanya dijual dengan harga yaitu Rp 30 000/kg. Hasil olahan sisa kulit domba tersebut dibuat oleh pengrajin dari Garut menjadi sarung tangan motor yang kemudian hasilnya disalurkan kembali ke Usaha Konveksi Kulit Domba ini.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPEK NON FINANSIAL
Analisis non finansial penting untuk dikaji karena kita dapat mengetahui apakah usaha tersebut layak untuk dijalankan atau tidak jika dilihat dari aspek non finansial. Aspek non finansial yang akan dikaji meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Aspek Pasar
Aspek pasar pada Usaha Konveksi Kulit Domba berkaitan dengan adanya peluang pasar untuk suatu produk yang akan di tawarkan oleh usaha tersebut. Aspek pasar tersebut terdiri dari:
Permintaan dan Penawaran
Keberhasilan perusahaan sangat ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran produk yang dihasilkan. Permintaan dan penawaran mempunyai hubungan yang saling berkaitan. Permintaan adalah perkiraan akan kemungkinan kebutuhan konsumen yang bisa kita penuhi dengan produk kita (Johan, 2011) dan penawaran adalah jumlah produk yang akan kita tawarkan kepada pasar berdasarkan akan kemampuan produk kita (Johan, 2011).
Jumlah penawaran pada Usaha Konveksi Kulit Domba ini disesuaikan dengan jumlah permintaan konsumen. Jumlah permintaan konsumen setiap bulannya rata-rata membeli 40 sampai 42 jaket kulit, sehingga jumlah penawaran disesuaikan dengan permintaan konsumen. Setiap bulannya, penawaran jaket kulit terdiri dari jaket motor sebanyak 30 unit jaket, jaket formal sebanyak 10 unit jaket serta kadang memproduksi jaket fashion sebanyak 1 unit jaket, dan jaket anak-anak sebanyak 1 unit jaket. Permintaan seperti ini disebut permintaan efektif yaitu permintaan yang produknya pasti akan dibeli oleh konsumen (Suliyanto, 2010).
Produksi jaket kulit tersebut menghasilkan sisa kulit domba sebanyak 10 kg/bulan yang dijual kepada pengrajin Garut, kemudian di produksi menjadi sarung tangan motor. Sarung tangan motor tersebut kemudian dijual kepada Usaha Konveksi Kulit Domba. Penawaran pada Usaha Konveksi Kulit Domba selain menghasilkan jaket kulit, juga menjual sarung tangan motor sebanyak 10 unit sarung tangan motor setiap bulannya dan penyedia jasa (vermak, cuci, dan perbaikan jaket). Jasa tersebut disediakan agar konsumen dapat melakukan perawatan terhadap jaket kulit. Konsumen dalam melakukan permintaannya biasanya melakukan pemesanan terlebih dahulu untuk jaket kulit, sedangkan sarung tangan motor dan jasa tersebut dapat langsung membelinya di outlet. Konsumen dari usaha ini adalah pria dan wanita dewasa yang berusia 25 tahun ke atas.
Strategi Pemasaran
1. Produk (Product)
Produk utama yang dijual pada Usaha Konveksi Kulit Domba adalah jaket kulit domba. Jaket kulit domba ini berbeda dengan jaket kulit sapi dan jaket kulit kambing karena kualitasnya yang lebih baik seperti lebih lembut, warna terang, lentur, dan tidak berbau jika menjadi jaket kulit. Kualitas kulit domba tersebut menyebabkan harga jaket kulit domba lebih mahal dibandingkan dengan yang lainnya. Selain jaket kulit domba, terdapat produk tambahan Usaha Konveksi Kulit Domba yaitu sarung tangan motor yang dihasilkan dari pengrajin Garut. Selain itu, usaha ini menyediakan produk berupa jasa yaitu cuci, vermak, dan perbaikan jaket untuk konsumen yang melakukan perawatan dan perbaikan pada jaket kulitnya.
2. Harga (Price)
Penentuan harga Usaha Konveksi Kulit Domba ditetapkan sesuai dengan harga yang berlaku yaitu harga yang sesuai dengan kompetisi di pasar atau mendekati dan sama dengan pesaing (Johan, 2011), khususnya penjual jaket kulit di Bogor. Harga yang berlaku pada Usaha Konveksi Kulit Domba dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Harga produk yang dihasilkan Usaha Konveksi Kulit Domba
Produk Satuan Harga/Satuan(rupiah)
Jaket motor unit jaket 780 000
Jaket fashion unit jaket 2 900 000
Jaket formal unit jaket 2 340 000
Sarung tangan unit sarung tangan 50 000
Sumber: Data primer (diolah)
3. Promosi (Promotion)
Promosi dilakukan untuk mengkomunikasikan produk yang dihasilkan oleh Usaha Konveksi Kulit Domba agar dikenal dan dibeli oleh konsumen (Umar, 2005). Promosi yang dilakukan Usaha Konveksi Kulit Domba yaitu menggunakan media internet sebagai media yang dapat menjangkau masyarakat luas dan promosi mulut ke mulut oleh konsumen yang loyal terhadap usaha ini. 4. Tempat atau Distribusi (Place)
Penentuan lokasi terletak di Cilendek Barat, Bogor Barat karena lokasi ini dekat dengan konsumen dan strategis karena letaknya di pinggir jalan sehingga konsumen dapat melihat langsung adanya usaha tersebut. Saluran distribusi produknya adalah konsumen dapat membeli secara langsung pada outlet tersebut atau melakukan pemesanan, tidak ada perantara dalam melakukan transaksi tersebut.
Hasil Analisis Aspek Pasar
produk, harga, promosi, dan saluran distribusi dapat diterima dengan baik oleh konsumen.
Aspek Teknis
Penentuan Lokasi Usaha
Lokasi Usaha Konveksi Kulit Domba dengan outletnya berada di satu lokasi yaitu di Cilendek Barat, Bogor Barat. Penentuan satu lokasi ini agar tidak adanya biaya transportasi tambahan yang dikeluarkan jika produk tersebut akan dijual pada outlet tersebut. Selain itu, keuntungan dibangun pada lokasi ini adalah kedekatan dengan konsumen sehingga konsumen dapat membeli langsung di outlet tersebut dan dapat melihat pembuatan jaket kulit. Faktor ketersediaan tenaga kerja menentukan penentuan lokasi usaha tersebut, dengan tenaga kerja yang digunakan berasal dari masyarakat daerah tersebut. Kemudian faktor sarana dan prasarana menunjang aktivitas usaha tersebut seperti akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat karena terletak dipinggir jalan raya, akses air, listrik, dan komunikasi yang tersedia dengan mudah.
Selain keuntungan tersebut, terdapat kelemahan lokasi usaha ini yaitu ketersediaan bahan baku yang jauh. Bahan baku yang dibutuhkan adalah kulit domba yang berasal dari Garut. Bahan baku tersebut tidak berasal dari Bogor karena kualitas kulit yang dihasilkan lebih bagus daripada kualitas kulit yang dihasilkan di Bogor.
Infrastruktur dan Fasilitas Usaha
Infrastruktur dan fasilitas usaha dibangun untuk mendukung aktivitas Usaha Konveksi Kulit Domba. Infrastruktur dan fasilitas usaha tersebut terdiri dari: 1. Lahan
Usaha Konveksi Kulit Domba terletak di Jalan Raya Cemplang Baru, Cilendek Barat, Kelurahan Cilendek, Kecamatan Bogor Barat dengan luas 175 m2. Lahan ini terdiri dari bangunan seluas 125 m2 dan tempat parkir kendaraan seluas 50 m2. Bangunan tersebut terdiri dari tempat pembuatan jaket kulit (konveksi), tempat penjualan jaket kulit dan sarung tangan (outlet), wc, dan ruang terima tamu.
2. Tempat Pembuatan Jaket Kulit (Konveksi)
Gambar 3 Tempat konveksi Usaha Konveksi Kulit Domba
3. Tempat Penjualan Jaket Kulit dan Sarung Tangan (Outlet)
Setelah produksi yang dihasilkan oleh tempat konveksi selesai, maka jaket kulit dijual di outlet tersebut. Fungsi outlet ini adalah untuk memasarkan produk yang telah dibuat oleh Usaha Konveksi Kulit Domba sehingga konsumen dapat memilih jaket kulit yang telah diproduksi atau dapat memesan model jaket kulit sesuai keinginan kosumen.
Gambar 4 Outlet Usaha Konveksi Kulit Domba
4. Instalasi Listrik dan Air
Instalasi listrik dan air digunakan untuk mendukung aktivitas Usaha Konveksi Kulit Domba. Pasokan air bersih berasal dari sumur yang dibangun. Pasokan listrik yang dipasang oleh PLN yaitu 1 300 VA yang digunakan untuk memperlancar aktivitas Usaha Konveksi Kulit Domba.
5. Jalan
Gambar 5 Jalan menuju Usaha Konveksi Kulit Domba
6. Kendaraan
Usaha Konveksi Kulit Domba mempunyai 2 kendaraan yang dapat digunakan untuk kepentingan mobilisasi pegawai seperti membeli kain, bahan, dan perlengkapan lainnya yang menunjang proses pembuatan jaket kulit. Kendaraan tersebut yaitu motor dan secara rutin dilakukan perawatan seperti ganti oli selama 3 bulan sekali.
Proses Produksi
Proses produksi jaket kulit yang dilakukan Usaha Konveksi Kulit Domba terdiri dari beberapa tahap mulai dari pemesanan kulit kering hingga menjadi jaket kulit. Beberapa tahapan tersebut adalah
1. Pemesanan kulit domba kering ke daerah Garut. 2. Membuat pola desain jaket kulit di kertas.
3. Potong kulit domba tersebut sesuai dengan pola desain yang telah dibuat di kertas.
4. Jika diperlukan, pasang veltrow (perekat papan nama dada kiri).
5. Lipat pinggir semua panel dan pemasangan kain keras pada panel kerah, ban pinggang, flap depan, dan tempat jahit semua zipper (resleting) agar tidak lunak dan mempunyai bentuk.
6. Gabungkan badan atas jaket dan badan bawah jaket. 7. Membuat kantung bobok depan (pada bagian saku jaket). 8. Jahit lengan dan zipper (resleting) lengan.
9. Gabungkan badan depan jaket dan badan belakang jaket.
10.Pasang ban pinggang, kerah, dan hanger loop (gantungan jaket). 11.Memotong puring/kain satin (lining).
12.Membuat saku dalam (lining).
13.Jahit puring/kain satin (lining) dan label ukuran. 14.Pasang puring/kain satin ke badan jaket.
15.Jahit zipper (resleting) depan.
16.Pasang flap depan (penutup zipper) dan pasang kancing.
Layout Produksi
Layout adalah keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi (Suliyanto, 2010). Layout ditetapkan oleh perusahaan tersebut untuk mempermudah proses produksi. Usaha Konveksi Kulit Domba mempunyai luas lahan 175 m2 dengan 50 m2 untuk tempat parkir kendaraan dan 125 m2 untuk bangunan. Bangunan tersebut terdiri dari tempat konveksi dan outletnya yang menyatu dan bersebelahan sehingga jika telah selesai dibuat jaket tersebut maka langsung dijual di outlet kemudian di tengah tersebut terdapat kasir untuk melakukan pembayaran produk barang dan jasa serta sebelah kanan outlet terdapat ruang terima tamu yang dapat digunakan sebagai ruang tunggu. Dan sebelah kiri outlet terdapat tempat konveksi dan wc. Secara lebih rinci layout produksi Usaha Konveksi Kulit Domba dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Layout produksi Usaha Konveksi Kulit Domba
Hasil Analisis Aspek Teknis
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka aspek teknis layak untuk dijalankan. Hal ini dapat terlihat dari penentuan lokasi usaha yang sesuai berdasarkan faktor kedekatan konsumen, faktor ketersediaan tenaga kerja, dan faktor sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan infrasruktur dan fasilitas usaha, telah mendukung aktivitas berjalannya Usaha Konveksi Kulit Domba. Proses produksi telah berjalan dengan baik dari pemesanan kulit domba kering hingga menjadi jaket kulit. Dan layout produksi yang diatur dan ditata dengan baik sehingga memudahkan dalam melakukan proses produksi.
Ruang Terima Tamu
Outlet
Tempat Konveksi
W WC
Aspek Manajemen dan Hukum
Struktur organisasi pada Usaha Konveksi Kulit Domba tidak ada, sehingga usaha ini hanya dijalankan oleh pemilik dan karyawan. Meskipun tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas, tetapi pembagian tugas kerja ada. Pemilik bertugas sebagai pemimpin usaha dan memegang semua keputusan yang berada di usaha ini seperti memutuskan banyaknya produksi jaket kulit yang dihasilkan, mengatur banyaknya pemasukan dan pengeluaran serta mencari pangsa pasar. Karyawannya terdiri dari 2 orang penjahit yang bertugas menghasilkan jaket kulit serta melakukan vermak dan perbaikan jaket, 1 orang satpam yang bertugas sebagai keamanan usaha, dan 3 orang penjaga toko (outlet) yang melayani konsumen dalam membeli jaket kulit dan sarung tangan. Usaha Konveksi Kulit Domba ini tidak mempunyai catatan pembukuan dengan jelas sehingga pemilik usaha dalam menentukan banyaknya pemasukan dan pengeluaran berdasarkan perkiraan trend usaha dari tahun ke tahun.
Pada aspek hukum, Usaha Konveksi Kulit Domba adalah usaha perorangan dan modalnya berasal dari pemilik dan pinjaman dari Bank BRI. Usaha ini memiliki perizinan usaha yang biasa dilakukan oleh semua usaha yang baru membuka usahanya seperti Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Selain itu, usaha ini telah memiliki izin lokasi seperti surat izin usaha, surat akta tanah, surat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), surat rekomendasi dari RT/RW, surat rekomendasi dari Kecamatan, dan KTP.
Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
Berdasarkan aspek manajemen, maka Usaha Konveksi Kulit Domba layak. Hal ini dapat dilihat bahwa pemilik berperan penting dalam usahanya seperti memutuskan banyaknya produksi jaket kulit yang dihasilkan, mengatur banyaknya pemasukan dan pengeluaran serta mencari pangsa pasar. Berdasarkan aspek hukum, Usaha Konveksi Kulit Domba layak karena telah memenuhi persyaratan hukum dalam menjalankan usahanya seperti adanya badan usaha, izin usaha, dan izin lokasi.
Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Usaha Konveksi Kulit Domba memberikan banyak manfaat bagi masyarakat sekitar yaitu memberikan kesempatan kerja sehingga menyebabkan peningkatan pendapatan daerah. Dan Usaha Konveksi Kulit Domba tidak memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Usaha Konveksi Kulit Domba layak untuk dijalankan.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPEK FINANSIAL
Aspek finansial dalam analisis kelayakan Usaha Konveksi Kulit Domba berkaitan dengan seluruh aktivitas yang dijalankan oleh usaha ini dilihat dari sisi finansial (keuangan). Analisis aspek finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian investasi, meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period. Sebelum menghitung kelayakan usaha menggunakan kriteria penilaian investasi, terlebih dahulu akan diproyeksikan laporan laba/rugi dan arus kas (cashflow). Sedangkan umur proyek yang akan digunakan yaitu 10 tahun, yang ditentukan berdasarkan umur ekonomis dari aset terbesar usaha ini.
Arus Kas (Cashflow)
Arus Penerimaan (Inflow)
Arus kas dari Usaha Konveksi Kulit Domba dihitung selama 10 tahun yaitu tahun 2013 sampai tahun 2022. Arus penerimaan yang diperoleh dari Usaha Konveksi Kulit Domba berasal dari aktivitas bisnis utama, akivitas bisnis tambahan, penerimaan modal pinjaman, dan penerimaan nilai sisa. Arus penerimaan (inflow) dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada tahun ke-1 terdiri dari 8 bulan produksi karena bulan ke-1 sampai bulan ke-4 merupakan tahap persiapan dan tahun ke-2 sampai tahun ke-10 terdiri dari 12 bulan produksi dan diasumsikan sama karena adanya keterbatasan data terkait dengan penjualan-penjualan tersebut.
Total penerimaan tahun ke-1 aktivitas bisnis utama dan aktivitas bisnis tambahan adalah Rp 452 950 000 yang merupakan penerimaan dari jaket motor sebanyak 240 unit jaket dengan harga Rp 780 000/jaket, penerimaan jaket fashion sebanyak 4 unit jaket dengan harga Rp 2 900 000/jaket, penerimaan jaket formal sebanyak 80 unit jaket dengan harga Rp 2 340 000/jaket,
penerimaan jaket anak-anak sebanyak 1 unit jaket dengan harga Rp 550 000/jaket, penerimaan sisa kulit domba sebanyak 80 kg dengan harga
Tabel 5 Proyeksi penerimaan aktivitas bisnis utama dan tambahan Usaha Konveksi Kulit Domba pada tahun 2013
Macam penerimaan Jumlah Harga (rupiah) Total penerimaan (rupiah)
Jaket motor 240 780 000 187 200 000
Jaket fashion 4 2 900 000 11 600 000
Jaket formal 80 2 340 000 187 200 000
Jaket anak-anak 1 550 000 550 000
Sisa kulit domba 80 kg 30 0000 2 400 000
Sarung tangan 80 50 000 4 000 000
Jasa (vermak, cuci, dan perbaikan jaket)
- - 60 000 000
Sumber: Data primer (diolah)
Total penerimaan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-10 diasumsikan besarnya sama yaitu Rp 679 700 000 yang merupakan penerimaan dari jaket motor sebanyak 360 unit jaket dengan harga Rp 780 000/jaket, penerimaan jaket fashion sebanyak 6 unit jaket dengan harga Rp 2 900 000/jaket,
penerimaan jaket formal sebanyak 120 unit jaket dengan harga Rp 2 340 000/jaket, penerimaan jaket anak-anak sebanyak 2 unit jaket dengan
harga Rp 550 000/jaket, penerimaan sisa kulit domba sebanyak 120 kg dengan harga Rp 30 000/kg, penerimaan sarung tangan sebanyak 120 unit sarung tangan dengan harga Rp 50 000/sarung tangan, dan penerimaan jasa dengan total penerimaan Rp 90 000 000. Rincian proyeksi penerimaan aktivitas bisnis utama dan tambahan pada tahun 2014 sampai tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Proyeksi penerimaan aktivitas bisnis utama dan tambahan Usaha Konveksi Kulit Domba pada tahun 2014-2022
Macam penerimaan Jumlah Harga (rupiah) Total penerimaan (Rupiah)
Jaket motor 360 780 000 280 800 000
Jaket fashion 6 2 900 000 17 400 000
Jaket formal 120 2 340 000 280 800 000
Jaket anak-anak 2 550 000 1 100 000
Sisa kulit domba 120 kg 30 000 3 600 000
Sarung tangan 120 50 000 6 000 000
Jasa (vermak, cuci, dan perbaikan jaket)
- - 90 000 000
Sumber: Data primer (diolah)
1. Penerimaan dari Aktivitas Bisnis Utama
penjualan setiap bulannya dari jaket motor sebanyak 30 unit jaket dan jaket formal 10 unit jaket. Jaket fashion mendapatkan penerimaan penjualan sebanyak 1 unit jaket selama 2 bulan, sedangkan jaket anak-anak 1 unit jaket selama 6 bulan. Proyeksi siklus penjualan Usaha Konveksi Kulit Domba dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.
Pada tahun ke-1 hanya terdiri dari 8 bulan produksi karena bulan ke-1 sampai bulan ke-4 merupakan tahap persiapan. Proyeksi penerimaan pada tahun ke-1 sebesar Rp 386 550 000 yang merupakan penjualan dari jaket motor sebanyak 240 (73.85 persen) dengan harga Rp 780 000/jaket, penjualan jaket fashion sebanyak 4 (1.23 persen) dengan harga Rp 2 900 000/jaket, penjualan jaket formal sebanyak 80 (24.61 persen) dengan harga Rp 2 340 000/jaket, dan
penjualan jaket anak-anak sebanyak 1 (0.31 persen) dengan harga Rp 550 000/jaket. Proyeksi penerimaan jaket tahun 2013 dapat dijelaskan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Proyeksi penjualan jaket Usaha Konveksi Kulit Domba pada tahun 2013
Macam jaket Total penjualan (unit)
Harga jual (rupiah)
Penerimaan penjualan (rupiah)
Jaket motor 240 780 000 187 200 000
Jaket fashion 4 2 900 000 11 600 000
Jaket formal 80 2 340 000 187 200 000
Jaket anak-anak 1 550 000 550 000
Sumber: Data primer (diolah)
Proyeksi penerimaan pada tahun ke-2 sampai tahun ke-10 terdiri dari 12 bulan produksi dengan penerimaan besarnya sama yaitu Rp 580 100 000 yang merupakan penjualan dari jaket motor sebanyak 360 (73.77 persen) dengan harga Rp 780 000/jaket, penjualan jaket fashion sebanyak 6 (1.23 persen) dengan harga Rp 2 900 000/jaket, penjualan jaket formal sebanyak 120 (24.59 persen) dengan harga Rp 2 340 000/jaket, dan penjualan jaket anak-anak sebanyak 2 (0.41 persen) dengan harga Rp 550 000/jaket. Proyeksi penerimaan penjualan jaket tahun ke-2 sampai tahun ke-10 diasumsikan sama karena adanya keterbatasan data terkait dengan penjualan-penjualan tersebut. Proyeksi penerimaan jaket tahun 2014 sampai tahun 2022 dapat dijelaskan pada Tabel 8.
Tabel 8 Proyeksi penjualan jaket Usaha Konveksi Kulit Domba pada tahun 2014-2022
Macam jaket Total penjualan (unit)
Harga jual (rupiah)
Penerimaan penjualan (rupiah)
Jaket motor 360 780 000 280 800 000
Jaket fashion 6 2 900 000 17 400 000
Jaket formal 120 2 340 000 280 800 000
Jaket anak-anak 2 550 000 1 100 000