Lampiran 1
CURRICULUM VITAE
Nama lengkap : PENY RUTH JESSICA DAMANIK
Jenis Kelamin : Wanita
Tempat/Tanggal lahir : Pematangsiantar, 25 September 1993
Warga Negara : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jalan Jamin Ginting Gg.Sarmin No.1A, Medan, Sumatera Utara
Nomor Handphone : 085262127932
Email : penydamanik@gmail.com
Riwayat Pendidikan : TK Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar (1998)
SD Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar (1999)
SMP Kristen Kalam Kudus Pematangsiantar (2005)
SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar (2008)
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2011-sekarang)
Karya yang pernah dibuat : - Poster Ilmiah “KALSTROGEN : Pencegahan Osteoporosis yang Poten”
- Berjalan dan Bebaskan Diri dari Kanker Payudara
Prestasi Ilmiah : - Finalis 10 besar Artikel Populer SRF (Scripta Research Festival) FK USU tahun 2014 Riwayat Organisasi :
- Anggota UKM KMK Universitas Sumatera Utara UP Fakultas Kedokteran - Anggota Paduan Suara Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012/2014
- Anggota Sie.Publikasi dan Dokumentasi Bakti Sosial Kristen Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2012
- Anggota Sie.Publikasi dan Dokumentasi Perayaan Natal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2013
- Anggota Sie.Publikasi dan Dokumentasi RMO (Regional Medical Olympiade ISMKI wil I) FK USU 2013
- Anggota Sie.Publikasi dan Dokumentasi Perayaan Paskah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2013
- Anggota Sie.Publikasi dan Dokumentasi Bakti Sosial Kristen Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2013
- Anggota Sie.Dekorasi Perayaan Natal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2013
- Koordinator Sie.Publikasi dan Dokumentasi Bakti Sosial Kristen Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun 2014
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN
Saya Peny Ruth Jessica Damanik, saat ini saya sedang menjalani program Pendidikan Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Sehubungan dengan persyaratan penyelesaian studi saya untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran, saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan Tentang Nutrisi dengan Pola Makan pada
Ibu Hamil di RB Gratis Rumah Zakat Cita Sehat Foundation.”
Pada penelitian ini, saya akan memberikan lembaran daftar pertanyaan yang berhubungan dengan gizi pada ibu hamil. Saya meminta kesediaan ibu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Selain itu, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai konsumsi makanan selama satu hari. Partisipasi ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan apapun. Hasil jawaban dan wawancara tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain dan akan tetap dirahasiakan.
Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka ibu dapat menghubungi saya, Peny R J Damanik (085262127932).
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaaan dari pihak manapun.
Medan, ...2014 Hormat saya,
(Peny R J Damanik)
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(Informed Consent)
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian :
Hubungan Pengetahuan Tentang Nutrisi dengan Pola Makan pada Ibu
Hamil di RB Gratis Rumah Zakat Cita Sehat Foundation Medan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ………. Umur : ………. Alamat : ……….
Menyatakan bersedia dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Medan, ………..….2014
Yang membuat pernyataan
(…..……….)
Lampiran 4
KUESIONER
A. Data Responden
Nama :
Umur :
Jumlah mengandung : kali Jumlah melahirkan : kali BB Trimester 1 :
BB Trimester 2 : BB Trimester 3 : Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Alamat :
No.Handphone :
B. Petunjuk Umum Pengisian
1. Saudari diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada. 2. Lingkari jawaban yang menurut saudari tepat
3. Jika ada pertanyaan yang kurang jelas silahkan bertanya pada peneliti.
C. Pertanyaan
1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan gizi? a. Zat yang menimbulkan rasa dalam bahan pangan b. Zat yang menimbulkan warna dalam bahan pangan
c. Zat yang terkandung dalam bahan pangan yang bermanfaat bagi tubuh
d. Zat yang terkandung dalam bahan pangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi, membangun, dan memelihara tubuh
e. Semua zat yang terkandung dalam bahan pangan
2. Asupan nutrisi yang kurang dalam kehamilan dapat menyebabkan?
a. Bayi dengan berat badan lahir rendah, dapat diikuti dengan pembentukan organ yang kurang sempurna
b. Bayi dengan berat badan lahir lebih
c. Bayi dengan seluruh organ tubuh membesar
d. Bayi yang jenius e. Bayi lahir sehat
3. Asupan nutrisi yang berlebihan selama kehamilan dapat menyebabkan?
a. Bayi dengan berat badan lahir rendah, bisa diikuti dengan pembentukan organ yang tidak sempurna
b. Bayi dengan berat badan lahir lebih
c. Bayi dengan seluruh organ tubuh yang membesar d. Bayi yang jenius
e. Bayi lahir sehat
4. Yang merupakan sumber utama energi adalah a. Mineral
b. Vitamin c. Protein d. Lemak e. Karbohidrat
5. Kebutuhan energi pada ibu hamil :
a. Meningkat, dengan kebutuhan yang sama sepanjang kehamilan
b. Meningkat, kebutuhan energi hamil tua lebih banyak daripada hamil muda c. Meningkat selama hamil muda, sama dengan wanita tidak hamil selama hamil tua
d. Sama dengan wanita tidak hamil selama hamil muda, meningkat selama hamil tua
e. Sama dengan wanita tidak hamil 6. Asam folat merupakan :
a. Mineral b. Protein c. Vitamin d. Karbohidrat e. Lemak
7. Kebutuhan asam folat pada ibu hamil :
a. Meningkat, dengan kebutuhan yang sama sepanjang kehamilan
b. Meningkat, kebutuhan energi hamil tua lebih banyak daripada hamil muda c. Meningkat salama hamil muda, sama dengan wanita tidak hamil selama hamil tua
d. Sama dengan wanita tidak hamil salama hamil muda, meningkat selama hamil tua
e. Sama dengan wanita tidak hamil
8. Kebutuhan zat besi meningkat selama kehamilan untuk a. Sebagai antioksidan
b. Pembentukan energi
c. Mencegah susah buang air besar pada ibu hamil d. Pertumbuhan organ janin dan pembentukan darah e. Mencegah bengkak pada ibu hamil
9. Vitamin B kompleks berperan dalam
a. Mencegah susah buang air besar pada ibu hamil
b. Membantu pembentukan energi dan pembentukan darah c. Mencegah bengkak pada ibu hamil
d. Mencegah mual dan muntah selama hamil muda e. Kesehatan mata
10. Kebutuhan kalsium ibu hamil meningkat untuk a. Pertumbuhan rambut pada janin
b. Mencegah perubahan warna gigi c. Pertumbuhan tulang dan gigi
d. Mencegah susah buang air besar pada ibu hamil e. Mencegah bengkak pada ibu hamil
11. Vitamin yang meningkat kebutuhannya selama kehamilan adalah a. Vitamin E dan K
b. Vitamin A, B, C, dan D c. Asam folat
d. Zat besi dan kalsium e. Yodium
12. Vitamin yang pembentukannya dibantu sinar matahari adalah
a. Vitamin A b. Vitamin B c. Vitamin C d. Vitamin D e. Vitamin E
13. Vitamin A berperan dalam a. Kesehatan mata
b. Pertumbuhan tulang dan gigi c. Pertumbuhan rambut
d. Membantu aktivitas kelenjar gondok e. Mencegah bengkak pada ibu hamil
14. Vitamin C dibutuhkan selama kehamilan terutama untuk a. Mencegah sariawan
b. Sebagai antioksidan dan membantu penyerapan zat besi c. Berperan dalam aktivitas kelenjar gondok
d. Kesehatan mata
e. Membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh 15. Kebutuhan yodium pada ibu hamil berguna dalam: a. Pembentukan energi
b. Sebagai antioksidan dan membantu penyerapan zat besi c. Berperan dalam aktivitas kelenjar gondok
d. Pertumbuhan tulang dan gigi e. Pembentukan darah
16. Makanan sehari-hari ibu hamil hendaknya terdiri dari
a. Makanan pokok (contoh nasi), dan lauk beserta camilan antara jam makan b. Makanan pokok (contoh nasi), lauk, dan sayuran beserta camilan antara jam makan
c. Makanan pokok (contoh nasi), lauk, sayuran, dan buah-buahan beserta camilan antara jam makan
d. Makanan pokok (contoh nasi), lauk, sayuran, buah-buahan dan ditambah minum susu atau produk olahannya.
e. Makanan pokok (contoh nasi), lauk, sayuran, buah-buahan dan ditambah minum susu atau produk olahannya beserta camilan antara jam makan
17. Contoh camilan diantara waktu makan ibu hamil seperti
a. Bubur kacang hijau, atau olahan buah seperti pisang rebus, bisa disertai dengan minuman seperti air jeruk atau susu
b. Makanan siap saji bisa disertai dengan minuman seperti soft drink c. Makan makanan pokok disertai lauk dan sayuran
d. Permen atau keripik pedas e. Alkohol
18. Di bawah ini makanan yang kaya akan karbohidrat adalah a. Kacang hijau
b. Daging ayam c. Jagung muda d. Mentega e. Udang
19. Bahan pangan yang hanya mengandung karbohidrat adalah a. Jagung
b. Nasi c. Gula d. Daging e. Telur
20. Di bawah ini makanan yang kaya akan protein adalah a. Buah-buahan
b. Daging sapi c. Susu sapi asli d. Ketimun e. Mentega
21. Makanan yang kaya akan lemak adalah a. Udang segar
b. Buah-buahan c. Kerang
d. Kuning telur ayam e. Ikan kakap
22. Golongan makanan kaya lemak dikonsumsi ibu hamil dalam: a. 1 porsi sehari, yaitu saat makan siang
b. 2 porsi sehari, yaitu saat makan siang dan makan malam c. 3 porsi sehari, yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam
d. 5 porsi sehari, yaitu saat sarapan, makan siang, makan malam dan camilan e. Konsumsi seperlunya, dengan konsumsi makanan sumber gizi lain yang juga mengandung lemak sudah dapat mencukupi kebutuhan terhadap lemak
23. Saat hamil muda, ibu hamil dapat mengalami kurang nafsu makan karena mual dan muntah. Agar kebutuhan gizi ibu hamil tetap tercukupi maka:
a. Makan dalam jumlah banyak dan sering b. Makan dalam jumlah banyak namun jarang c. Makan dalam jumlah sedikit namun sering d. Makan dalam jumlah sedikit dan jarang
e. Makanan dibuat dalam bentuk minuman (di-jus) 24. Bahan pangan kaya asam folat adalah
a. Buah dan sayuran hijau
b. Dapat dibentuk sendiri oleh tubuh c. Es krim
d. Kerupuk ikan e. Keju
25. Zat besi dapat diperoleh dari a. Susu sapi asli
b. Tomat c. Cabe merah d. Sayuran hijau e. Keju
26. Sumber utama kalsium adalah a. Daging
b. Susu
c. Nasi d. Mentega e. Kopi
27. Sumber vitamin A adalah a. Hati
b. Alkohol c. Kopi d. Nasi e. Kue
28. Vitamin B kompleks dapat diperoleh dari a. Penyedap rasa
b. Dapat dibentuk sendiri oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari c. Permen dan kue
d. Teh dan kopi
e. Kacang-kacangan, dan biji-bijian 29. Vitamin C didapatkan tubuh dari a. Ubi jalar
b. Labu kuning c. Nenas d. Daging e. Kacang hijau
30. Yodium dapat diperoleh dari a. Daging atau hati sapi
b. Garam ber-yodium dan udang c. Buah-buahan
d. Sayuran berwarna jingga
e. Susu dan produk olahannya, seperti keju
Lampiran 5
FORMULIR METODE FOOD RECALL 24 JAM
Nama Pewawancara :
Nomor Responden :
Nama Responden :
Waktu Makan Menu Makanan
Bahan Makanan
Jenis Banyaknya
URT gr
Pagi/Jam
Siang/Jam
Malam/Jam
Lampiran 6
FORMULIR FOOD FREQUENCY
Nama Pewawancara :
18 2 3 4 1 2 2 1 2 2 3 1 1 : Meningkat dan sesuai 2 : Tidak Meningkat
19 2 2 1 4 2 2 1 2 2 2 1
20 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1
21 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 1
22 2 3 1 1 2 2 2 2 2 3 2
23 2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2
24 2 3 1 3 2 2 1 2 2 2 1
25 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2
26 2 3 1 1 1 1 1 1 1 2 1
27 2 2 1 4 1 2 1 1 2 3 1
28 2 4 1 4 1 1 1 1 1 2 2
29 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 1
30 2 4 1 1 1 2 1 1 1 2 1
31 3 1 1 3 1 2 1 1 2 3 1
32 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 1
33 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2 1
34 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2 1
35 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2
36 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 1
37 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1
38 2 4 1 1 1 1 1 2 2 2 2
39 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 2
40 3 2 3 6 2 2 2 2 2 3 2
41 2 3 1 1 1 2 1 2 2 2 1
42 3 1 1 3 1 1 1 2 1 3 1
43 2 3 1 1 1 2 1 2 2 3 1
44 2 3 1 1 2 2 1 2 2 2 1
45 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1
17 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1
18 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2
19 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
20 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
21 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
22 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1
23 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2
24 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2
25 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2
26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2
29 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
30 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
31 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2
32 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2
33 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1
34 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2
35 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2
36 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2
37 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2
38 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1
39 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1
40 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2
41 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2
42 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1
43 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
44 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2
45 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1
Lampiran 9
DATA OUTPUT
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Meningkat dan sesuai 33 73.3 73.3 73.3
Tidak Meningkat 12 26.7 26.7 100.0
Total 45 100.0 100.0
Jumlah Asupan Zat Gizi
energikel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Frequency Percent Valid Percent
Crosstabs Hubungan Pengetahuan dengan Zat Gizi
tingkatpengetahuan * energikel
Crosstab
energikel
Cukup Kurang Total
tingkatpengetahuan Cukup Count 15 10 25
% within tingkatpengetahuan 60.0% 40.0% 100.0%
Kurang Count 9 11 20
% within tingkatpengetahuan 45.0% 55.0% 100.0%
Total Count 24 21 45
% within tingkatpengetahuan 53.3% 46.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb .492 1 .483
Likelihood Ratio 1.007 1 .316
Fisher's Exact Test .377 .242
Linear-by-Linear Association .982 1 .322
N of Valid Cases 45
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.33.
% within
Continuity Correctionb .464 1 .496
Likelihood Ratio 1.118 1 .290
Fisher's Exact Test .473 .250
Linear-by-Linear Association 1.062 1 .303
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.44.
tingkatpengetahuan * proteinkel
Continuity Correctionb .229 1 .633
Likelihood Ratio .652 1 .419
Fisher's Exact Test .515 .315
Linear-by-Linear Association .640 1 .424
N of Valid Cases 45
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.78.
tingkatpengetahuan * lemakkel
Crosstab
Continuity Correctionb .094 1 .759
Likelihood Ratio .377 1 .539
Fisher's Exact Test .760 .381
Linear-by-Linear Association .367 1 .545
N of Valid Cases 45
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00.
tingkatpengetahuan * besikel
Continuity Correctionb .464 1 .496
Likelihood Ratio 1.118 1 .290
Fisher's Exact Test .473 .250
Linear-by-Linear Association 1.062 1 .303
N of Valid Cases 45
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.44.
Lampiran 10
Lampiran 11
56
DAFTAR PUSTAKA
Anita, S., 2013. Pengaruh Status Sosial Ekonomi, Budaya dan Pemeriksaan Kehamilan Terhadap Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Available from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/37295 [Accessed 10 November 2014]
Arikunto, S., 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arisman, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Baliwati, Y.F., Khomsan,A., Dwiriani,C.M., 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Budianto, A.K., 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press
Cunningham et al, 2005. Williams Obstetrics. New York : McGraw-Hill
Daba, G., Beyene, F., Fekadu, H., Garoma, W., 2013. Assessment of Knowledge of Pregnant Mothers on Maternal Nutrition and Associated Factors in Guto Gida Woreda, East Wollega Zone, Ethiopia. Etiopia : Department of Food & Beverages, Wollega University. Available from :
http://www.omicsonline.org/assessment-of-knowledge-of-pregnant-mothers- on-maternal-nutrition-and-associated-factors-in-guto-gida-woreda-east- wollega-zone-ethiopia-2155-9600.1000235.pdf [accessed 22 Maret 2014]
Darnton-Hill, et al., 2005. Micronutrient deficiencies and gender : social and economic costs. USA : American Society for Clinical Nutrition. Available from : http://acjn.nutrition.org [accessed 3 November 2014]
Dasuki, et al., 2005. Pola Konsumsi Makan Ibu Hamil Di Wilayah Kabupaten Purworejo. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Available from http://etd.ugm.ac.id/ [accessed 28 Maret 2014]
57
Depkes RI, 2010. Pedoman Pelayanan Antenatal Terbaru. Jakarta : Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Available from : http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2013 /12/Pedoman-ANC-Terpadu.pdf [accessed 24 Maret 2014]
Depkes RI, 2011. Brosur Makanan Sehat Ibu Hamil. Jakarta : Direktorat Bina Gizi Subdit Bina Gizi Klinik. Available from : http://gizi.depkes.go.id/wp- content/uploads/2013/08/Brosur-Makanan-Sehat-Ibu-Hamil.pdf [accessed 24 Maret 2014]
Depkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Litbangkes Depkes RI Available from :
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/materi_pertemuan/launch riskesdas/Riskesdas%20Launching.pdf [accessed 29 Maret 2014]
Dinkes Prov SU, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012. Medan : Depkes RI. Available from: http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/02_ Profil_Kes_Prov.SumateraUtara_2012.pdf [accessed 15 Mei 2014]
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Harnany, A,. 2006. Pengaruh Tabu Makanan, Tingkat Kecukupan Gizi, Konsumsi Tablet Besi, dan Teh Terhadap Kadar Hb pada Ibu Hamil di Kota Pekalongan. Semarang : Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Available from :
http://eprints.undip.ac.id/15216/1/Afiyah_Sri_Harnany.pdf [ Accessed 9 November 2014]
Hartini, N,. 2004. Food Habits, Dietary Intake And Nutritional Status During Economic Crisis Among Pregnant Women In Centra Java, Indonesia. Umea : Department of Public Health and Clinical Medicine. Available
from :
58
portal.org/smash/record.jsf?pid=diva2%3A142668&dswid=-1894 [Accessed 4 November 2014]
Hurley et al, 2005. Psychosocial Influences in Dietary Patterns During Pregnancy. USA : American Dietetic Association. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15942549 [accessed 4 November 2014]
Ladipo, O., 2000. Nutrition in Pregnancy : Mineral and Vitamin Supplements. Cardiff : Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Wales College of Medicine. Available from http://ajcn.nutrition.org/content/72/1/280s.full.pdf [accessed 23 April 2014]
Mahan, L.K., Escott-Stump, 2004. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy. Philadelphia : Elsevier
Mirsanjari,M., Muda,W.A., Ahmad,A., Othman,M.S., Mosavat, M., 2012. Does Nutritional Knowledge Have Relationship With Healthy Dietary Attitude and Practices during Pregnancy?. Singapura : IACSIT Press. Available from : http://www.ipcbee.com/vol39/031-
ICNFS2012-N1012.pdf [accessed 22 Maret 2014]
Mitayani-Sartika, Wiwi, 2010. Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : Trans Info Media
Notoatmodjo,S, 2010. Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Prawirohardjo, S. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Retnaningsih,B., 2010. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Colomadu II Karanganyar. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Available from :
http://eprints.uns.ac.id/6771/1/149071608201001341.pdf [accessed 29 Maret 2014]
59
Sastroasmoro,S., 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto
Sharifirad et al, 2013. The Effectiveness of Nutrition Education Program Based on Health Belief Model Compared with Traditional Training. Iran : Gonabad University of Medical Sciences. Available from : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3778581/ [accessed 23 Maret 2014]
Shils et al, 2006. Modern Nutrition in Health and Disease. New York : Lippincott Williams & Wilkins
Siahaan, M., 2012. Pengetahuan Ibu Hamil tentang Pentingnya Asupan Nutrisi Selama Kehamilan di RSUP H. Adam Malik Medan. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses dari : http://www.repository.usu.ac.id
Simarmata, M., 2008. Hubungan Pola Konsumsi, Ketersediaan Pangan, Pengetahuan Gizi, dan Status Kesehatan dengan Kejadian KEK Pada Ibu Hamil di Kabupaten Simalungun. Medan : Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Available from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6724 [accessed 24 Mei 2014]
Siswosuharjo, Chakrawati, 2010. Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Jakarta : Penebar Plus.
Sizer, Frances,S., Whitney, Ellie, 2007. Nutrition Concepts and Controversies. : Thomson Wadsworth.
Syahril, M., 2013. Tinjauan Pola Makan Keluarga pada Suku Batak Toba dan Suku Jawa di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2002. Medan : Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Available from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/35005 [Accessed 3 Desember 2014]
60
Takwin, dkk., 2013. Studi Validasi Asupan Vitamin Menggunakan Metode Semi-Quantitative Food Frequency Questionnaire Dengan Food Recall 24 Jam Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar. Makassar : Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS. Available from : http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5456 [accessed 24 November 2014]
Queensland Dietitians, 2013. Healthy Eating During Pregnancy. Queensland :
Queensland Government. Available from :
http://www.health.qld.gov.au/nutrition/resources/antenatal_ngpl.pdf [accessed 23 April 2014]
Wahyuni, A.S., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea Communication.
Wardlw, Gordon, M., Hampl, Jeffrey, S., 2004. Perspectives in Nutrition. New York : McGraw-Hill
Wu et al, 2004. Maternal Nutrition and Fetal Development. Texas : Texas A&M
University. Available from :
http://jn.nutrition.org/content/134/9/2169.full.pdf+html [accessed 23 April 2014]
27
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pengetahuan tentang Nutrisi Masa
Kehamilan
Pola Makan pada Ibu Hamil :
- Jumlah Asupan Zat Gizi
- Frekuensi Konsumsi Zat Gizi
- Peningkatan Berat Badan Ibu hamil
Confounding Factors / Variabel Perancu
- Penghasilan - Tingkat pendidikan
- Suku
- Jumlah Kehamilan - Jarak antara kehamilan Variabel Independen
Variabel Dependen
28
3.2 Definisi Operasional
29
Keterangan :
Kuesioner pengetahuan tentang nutrisi masa kehamilan yang dipakai sebagai alat ukur dalam penelitian ini, telah dipakai dan diuji validitas dan reliabilitasnya pada penelitian yang dilakukan oleh Melvitha Yossie Christina Siahaan, yang berjudul “Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pentingnya Asupan Nutrisi Selama Kehamilan di RSUP H Adam Malik Medan”. Prinsip Food Recall 24 Jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dan lain-lain).
Peneliti akan menanyakan cara pengolahan makanan apakah digoreng, dikukus, dan direbus sehingga menu makanan yang akan diolah aplikasi Nutrisurvey disesuaikan dengan cara pengolahan makanan. Jumlah makanan dinyatakan dalam satuan URT (Ukuran Rumah Tangga) selanjutnya akan dihitung konsumsi zat gizinya dengan menggunakan NutriSurvey. Jumlah asupan energi yang dikonsumsi akan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG). Metode Frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang jenis dan frekuensi konsumsi jumlah bahan makanan pada ibu hamil. Kuesioner frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan atau makanan serta frekuensi konsumsi makanan tersebut.
3.3 Hipotesis
Ada hubungan pengetahuan tentang nutrisi masa kehamilan dengan pola makan pada ibu hamil.
30
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross-sectional (potong lintang). Dalam studi cross-sectional, variabel independen dan variabel dependen dinilai secara simultan menurut keadaan atau statusnya pada satu kali observasi, jadi pada desain cross-sectional tidak ada prosedur tindak lanjut atau follow-up. (Sastroasmoro, 2013)
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Cita Sehat Foundation, Jalan Setia Budi No.46 Medan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah selama 1 bulan yang dimulai dari September – Oktober 2014.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Cita Sehat Foundation pada periode September - Oktober 2014.
31
4.3.2 Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Ibu hamil trimester II-III yang berkunjung ke rumah bersalin Rumah Zakat Cita Sehat Foundation Medan
2. Dalam keadaan sehat dan bersedia menjadi responden penelitian
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Adapun besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus estimasi proporsi populasi terbatas (Wahyuni, 2007).
N.Z21-α/2.p.(1-p)
(N-1)d2+Z21-α/2.p.(1-p)
50 x (1,96)2x 0,5 x (1-0,5)
49 x (0,05)2 + (1,96)2 x 0,5 x 0,5 45 orang
Keterangan :
n : Besar sampel minimum
N : Jumlah di populasi, rata-rata populasi dalam 1 bulan adalah 50 Z1-α/2: Nilai distribusi normal baku (tabel Z), untuk estimasi 95% maka nilainya adalah 1,96
P : Proporsi di populasi dari penelitian sebelumnya, jika belum ada maka digunakan 0,5
d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,05)
n =
n =
n =
32
4.4 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh menggunakan data primer yaitu dengan kuesioner pengetahuan nutrisi yang dijawab oleh responden. Peneliti membagikan kuesioner kepada responden dan bertanya pada responden apakah kuesioner mau dibacakan atau responden yang mengisi sendiri. Jika terdapat hal yang tidak diketahui responden maka responden dapat bertanya pada peneliti. Untuk pola makan, peneliti akan melakukan wawancara terhadap responden untuk mengetahui jenis, jumlah, dan frekuensi konsumsi zat gizi
Selain data primer, peneliti juga membutuhkan data sekunder yakni data berat badan ibu hamil yang terdapat pada data kunjungan pasien di rumah bersalin. Dari data tersebut, peneliti akan mengamati apakah ibu hamil mengalami peningkatan berat badan dari trimester sebelumnya.
4.5 Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data kuesioner pengetahuan, food recall, dan food frequency terkumpul, maka peneliti memeriksa jawaban kuesioner pengetahuannya, kemudian untuk pola makan digunakan aplikasi Nutrisurvey untuk menghitung jumlah asupan zat gizi responden.
Pengelohan data akan dilakukan dengan aplikasi pengolahan dan analisa data, yaitu dengan cara memastikan kelengkapan data (editing), membuat kode (coding), memasukkan data (entry), serta tabulasi data. Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, diteliti, kemudian diolah dengan menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS). Teknik analisa statistik yang digunakan adalah uji statistiik univariat dan bivariat.
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian berupa distribusi frekuensi dan persentase dari identitas siswa, jumlah asupan energi, jenis makanan, frekuensi makan, dan aktivitas fisik (Notoatmodjo, 2010).
Analisis bivariat merupakan analisis statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara 2 variabel. Uji statistik yang digunakan pada penelitian
ini adalah uji chi-square (X2). Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak yang
33
berarti ada hubungan antara variabel dependen dan independen. Apabila p value >0,05 maka Ho gagal ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dan independen (Notoatmodjo, 2010).
4.6 Alur Penelitian
Sampel Penelitian
Mengisi Kuesioner Pengetahuan Tentang Nutrisi Masa Kehamilan
Wawancara Pola Makan dengan food recall & food frequency
Kuesioner Pengetahuan diperiksa dan dihitung
Hasil food recall diolah dengan aplikasi Nutrisurvey
Analisa Data Statistik
34
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Rumah Zakat Cita Sehat Foundation yang berlokasi di Jalan Setia Budi No. 46, Medan Selayang. RBG Cita Sehat Foundation adalah organisasi pemberdayaan dengan fokus pada bidang kesehatan Indonesia. Aktivitas utama lembaga adalah memberikan layanan konsultasi, implementasi layanan kesehatan baik medis maupun penunjang medis kepada masyarakat serta mendukung pencapaian target pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDGs).
Adapun RBG Cita Sehat Foundation Medan merupakan salah satu dari beberapa cabang organisasi Cita Sehat Foundation Indonesia. Berbagai program yang diinisiasi CSF bersama Rumah Zakat antara lain menghadirkan Mobil Klinik (MONIK), Siaga Sehat, Program Khitanan, Siaga Gizi Balita, Siaga Posyandu, Klinik Pratama Rawat inap RBG, Layanan Bersalin Sehat Keluarga (LBSK), serta Ambulance Gratis.
5.1.2 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri dari beragam usia yakni sebanyak 2,2% responden berusia dibawah 20 tahun, 84.4% berusia 20 hingga 35 tahun, dan sebanyak 13.3% responden berusia diatas 35 tahun. Adapun pendidikan terakhir terbanyak responden adalah SMA (55.6%), sedangkan 28.9% berpendidikan
35
SMP, 11,1% berpendidikan S1, dan 4.4% berpendidikan SD. Pekerjaan terbanyak responden yaitu sebagai ibu rumah tangga (84.4%), sedangkan yang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 1 responden (2,2%), wiraswasta sebanyak 3 responden (6.7%), dan pekerjaan lain sebanyak 3 responden (6.7%). Responden pada penelitian ini mayoritas baru pertama kali mengandung, yakni sebanyak 18 responden (40%), sedangkan responden yang sudah 2 kali mengandung sebanyak 9 responden (20%), yang sudah 3 kali mengandung sebanyak 10 responden (22,2%), dan lebih dari 3 kali mengandung sebanyak 8 responden (17,7%).
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Penelitian
Karakteristik Responden f %
Umur
< 20 tahun 1 2.2
20-35 tahun 38 84.4
>35 tahun 6 13.3
(Mean = ; SD = )
Pendidikan Terakhir
SD 2 4.4
SMP 13 28.9
SMA 25 55.6
S1 5 11.1
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 38 84.4
Pegawai Swasta 1 2.2
Wiraswasta 3 6.7
lain-lain 3 6.7
Jumlah Kehamilan
1 18 40
36
5.1.3 Pengetahuan Responden
Responden pada penelitian ini sebanyak 55.6% memiliki pengetahuan nutrisi yang cukup, sedangkan 44.4% memiliki pengetahuan nutrisi yang masih kurang (Tabel 5.2).
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan
Responden tentang Nutrisi
Pengetahuan f %
Cukup 25 55.6
Kurang 20 44.4
Total 45 100.0
Setelah dikelompokkan berdasarkan umur, maka responden mayoritas (20-35 tahun) sebanyak 55.3% berpengetahuan cukup dan 44.7% berpengetahuan kurang. Responden dengan umur dibawah 20 tahun seluruhnya berpengetahuan cukup (100%), sedangkan responden dengan umur diatas 35 tahun sebanyak 50% berpengetahuan cukup dan 50% berpengetahuan kurang (Tabel 5.3).
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Pengetahuan Menurut Umur
Umur
Tingkat Pengetahuan
Total
Cukup Kurang
f % f % f %
2 9 20
3 10 22.2
>3 8 17.7
37
< 20 tahun 1 100 0 0 1 100
20-35 tahun 21 55.3 17 44.7 38 100
>35 tahun 3 50 3 50 6 100
Berdasarkan pengelompokan menurut tingkat pendidikan, didapati bahwa mayoritas responden (SMA) sebanyak 52% berpengetahuan cukup, dan 48% berpengetahuan kurang. Responden dengan pendidikan SD seluruhnya berpengetahuan kurang (100%), responden dengan pendidikan SMP sebanyak 53.8% berpengetahuan cukup dan 46.2% berpengetahuan kurang, serta responden dengan pendidikan S1 seluruhnya berpengetahuan cukup (100%) (Tabel 5.4).
Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Menurut Pendidikan
Terakhir
Pendidikan
Tingkat Pengetahuan
Total
Cukup Kurang
f % f % f %
SD 0 0 2 100 2 100
SMP 7 53.8 6 46.2 13 100
SMA 13 52 12 48 25 100
S1 5 100 0 0 5 100
Bila dikelompokkan berdasarkan jumlah kehamilan, terlihat bahwa mayoritas responden (jumlah kehamilan 1 kali) sebanyak 61.1% memiliki pengetahuan yang cukup dan 38.9% memiliki pengetahuan yang kurang. Responden dengan jumlah kehamilan 2 kali sebanyak 22,2% memiliki pengetahuan cukup dan 77,8% memiliki pengetahuan kurang. Responden dengan jumlah kehamilan 3 kali sebanyak 60% memiliki pengetahuan yang cukup
38
dan 40% memiliki pengetahuan yang kurang, sedangkan responden dengan jumlah kehamilan lebih dari 3 kali, sebanyak 75% berpengetahuan cukup dan 25% berpengetahuan kurang (Tabel 5.5).
Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Menurut Jumlah
Kehamilan
Jumlah
Kehamilan
Tingkat Pengetahuan
Total
Cukup Kurang
f % f % f %
1 11 61.1 7 38.9 18 100
2 2 22.2 7 77.8 9 100
3 6 60 4 40 10 100
>3 6 75 2 25 8 100
5.1.4 Jumlah Asupan Energi
Pada penelitian ini terdapat 53,3% responden yang memiliki jumlah asupan energi yang cukup, sedangkan 46,7% masih memiliki jumlah asupan energi yang kurang.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jumlah Asupan
Energi
5.1.5 Jumlah Asupan Zat Gizi
Asupan Energi f %
Cukup 24 53.3
Kurang 21 46.7
Total 45 100.0
39
Untuk jumlah asupan karbohidrat, responden dengan proporsi konsumsi cukup sebanyak 22,2% , sedangkan proporsi konsumsi kurang sebanyak 77,8%. Untuk jumlah asupan protein, responden dengan proporsi konsumsi cukup sebanyak 71,1%, sedangkan proporsi konsumsi kurang sebanyak 28,9%. Jumlah asupan lemak dengan proporsi konsumsi cukup sebanyak 40%, sedangkan proporsi konsumsi kurang sebanyak 60%. Sedangkan untuk mineral mikro seperti besi, jumlah asupan dengan proporsi cukup sebesar 22,2%, sedangkan proporsi kurang sebesar 77,8%.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jumlah Asupan Zat Gizi
Jenis Zat Gizi f %
Karbohidrat
Cukup 10 22.2
Kurang 35 77.8
Protein
Cukup 32 71.1
Kurang 13 28.9
Lemak
Cukup 18 40
Kurang 27 60
Besi
Cukup 10 22.2
Kurang 35 77.8
5.1.6 Jenis dan Frekuensi Makanan
Pola makan responden berdasarkan frekuensi makan dan jenis bahan makanan pokok dari responden dapat dilihat pada Tabel 5.8.
40
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan
Nama Bahan Makanan f %
Makanan Pokok
Beras
Sering 45 100.0
Jarang 0 0.0
Mie
Sering 34 75.6
Jarang 11 24.4
Roti
Sering 40 88.9
Jarang 5 11.1
Biskuit
Sering 35 77.8
Jarang 10 22.2
Ubi
Sering 16 35.6
Jarang 29 64.4
Lauk-Pauk
Ayam
Sering 37 82.2
Jarang 8 17.8
Daging
Sering 15 33.3
Jarang 30 66.7
Telur
Sering 40 88.9
Jarang 5 11.1
Ikan
Sering 44 97.8
42
Sering 39 86.7
Jarang 6 13.3
Pisang
Sering 32 71.1
Jarang 13 28.9
Pepaya
Sering 29 64.4
Jarang 16 35.6
Semangka
Sering 23 51.1
Jarang 22 48.9
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa seluruh responden mengonsumsi beras sebagai makanan pokok dalam kategori sering (100%). Roti, biskuit, dan mie juga cukup sering dikonsumsi oleh responden, sedangkan untuk ubi masih cukup jarang dikonsumsi oleh responden.
Untuk frekuensi dan jenis bahan makanan lauk pauk, responden penelitian cukup sering mengonsumsi ikan (97,8%), tempe (93.3%), telur (88,9%), dan ayam (82,2%). Sedangkan untuk daging, udang, serta cumi-cumi masih cukup jarang dikonsumsi.
Seluruh responden penelitian sering mengonsumsi sayuran. Bayam merupakan sayuran yang paling sering dikonsumsi (91,1%). Untuk buah-buahan, responden cukup sering mengonsumsi jeruk (86,7%)
5.1.7 Berat Badan
Peningkatan berat badan responden cukup bervariasi. Terdapat 75,6% responden dengan berat badan yang meningkat
43
dan sesuai dengan rekomendasi peningkatan berat badan ibu hamil berdasarkan IMT sebelum hamil, sedangkan 24,4% responden tidak mengalami peningkatan berat badan yang sesuai.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berat Badan Responden
Berat Badan F %
Meningkat dan sesuai 34 75.6
Tidak Meningkat 11 24.4
5.1.8 Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan Pola Makan
1. Energi
Pada penelitian ini, jumlah responden yang memiliki pengetahuan nutrisi yang cukup serta memiliki jumlah energi dalam proporsi cukup sebanyak 15 responden (60%) dan yang memiliki jumlah energi dalam proporsi kurang sebanyak 10 responden (40%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan nutrisi yang kurang serta memiliki jumlah energi dalam proporsi cukup sebanyak 9 responden (45%) sedangkan yang memiliki jumlah energi dalam proporsi kurang sebanyak 11 orang (55%)
Dari hasil uji statistik chi square untuk hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah energi didapatkan nilai p = 0,316. Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah energi (Tabel 5.10)
Tabel 5.10 Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan
44
Pada penelitian ini, jumlah responden yang memiliki pengetahuan nutrisi yang cukup serta memiliki tingkat asupan karbohidrat yang cukup sebanyak 7 responden (28%) dan yang memiliki tingkat asupan karbohidrat yang masih kurang sebanyak 18 responden (72%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan nutrisi yang kurang serta memiliki tingkat asupan karbohidrat yang cukup sebanyak 3 responden (15%) sedangkan yang memiliki tingkat asupan karbohidrat dalam proporsi kurang sebanyak 17 orang (85%).
Dari hasil uji statistik chi square untuk hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah asupan karbohidrat didapatkan nilai p = 0,297. Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah asupan karbohidrat (Tabel 5.11)
Tabel 5.11 Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan
Jumlah Asupan Karbohidrat
3. Protein
Pada penelitian ini, jumlah responden yang memiliki pengetahuan nutrisi yang cukup serta memiliki tingkat asupan protein yang cukup sebanyak 19 responden (76%) dan yang memiliki tingkat asupan protein yang masih kurang sebanyak 6 responden (24%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan nutrisi yang kurang serta memiliki tingkat asupan protein yang
45
cukup sebanyak 13 responden (65%) sedangkan yang memiliki tingkat asupan protein yang kurang sebanyak 7 orang (35%).
Dari hasil uji statistik chi square untuk hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah asupan protein didapatkan nilai p = 0,419. Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah asupan protein (Tabel 5.12)
Tabel 5.12 Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan
Jumlah Asupan Protein
Pada penelitian ini, jumlah responden yang memiliki pengetahuan nutrisi yang cukup serta memiliki tingkat asupan lemak yang cukup sebanyak 11 responden (44%) dan yang memiliki tingkat asupan lemak yang masih kurang sebanyak 14 responden (56%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan nutrisi yang kurang serta memiliki tingkat asupan lemak yang cukup sebanyak 7 responden (35%) sedangkan yang memiliki tingkat asupan lemak yang kurang sebanyak 13 orang (65%).
Dari hasil uji statistik chi square untuk hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah asupan lemak didapatkan nilai p = 0,540. Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah asupan lemak (Tabel 5.13)
46
Tabel 5.13 Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan
Jumlah Asupan Lemak
Tingkat
Pada penelitian ini, jumlah responden yang memiliki pengetahuan nutrisi yang cukup serta memiliki tingkat asupan besi yang cukup sebanyak 7 responden (28%) dan yang memiliki tingkat asupan besi yang masih kurang sebanyak 18 responden (72%). Responden yang memiliki tingkat pengetahuan nutrisi yang kurang serta memiliki tingkat asupan besi yang cukup sebanyak 3 responden (15%) sedangkan yang memiliki tingkat asupan besi yang kurang sebanyak 17 orang (85%).
Dari hasil uji statistik chi square untuk hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah asupan besi didapatkan nilai p = 0,297. Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan tentang nutrisi dengan jumlah asupan besi (Tabel 5.21).
Tabel 5.21 Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan
Jumlah Asupan Besi
47
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pengetahuan Tentang Nutrisi pada Ibu Hamil
Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi selama masa kehamilan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan didapatkan setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Dari penelitian ini didapati bahwa pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi sudah dalam kategori cukup. Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa terdapat 22 orang ibu hamil berpengetahuan cukup (55,6%), sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 18 orang (44,4%).
Menurut Notoatmodjo (2010), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu umur dan tingkat pendidikan. Umur mempengaruhi daya tangkap serta kemampuan berpikir seseorang, daya tangkap dan pola pikir akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Hal inilah yang secara tidak langsung menyebabkan pengetahuan seseorang menjadi lebih baik. Akan tetapi pada penelitian ini didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan teori, dimana dari tabel 5.3 terlihat bahwa responden dengan usia 20-35 tahun sebanyak 21 orang berpengetahuan cukup (55,3%), sedangkan responden yang lebih tua yakni dengan usia di atas 35 tahun justru hanya sebanyak 3 orang yang berpengetahuan cukup.
Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya. Pada penelitian ini, tingkat pendidikan responden dibagi menjadi 4 kategori yaitu SD, SMP, SMA, dan S1. Hasil penelitian ini terlihat sejalan dengan teori yang ada, bahwa
48
responden yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi yakni SMA dan S1 memiliki pengetahuan nutrisi yang lebih baik dibanding responden dengan pendidikan SMP dan SD (Tabel 5.4).
5.2.2 Jenis dan Frekuensi Makanan
Jenis dan frekuensi makanan pada responden didapatkan dari formulir food frequency. Formulir ini berguna untuk untuk memperoleh data tentang jenis dan frekuensi konsumsi bahan makanan. Menurut Depkes (1995) dalam Simarmata (2008), kurangnya variasi jenis bahan makanan sehari-hari dapat menimbulkan gangguan keseimbangan antara jumlah asupan dengan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk tubuh.
Sebagai makanan pokok, seluruh responden penelitian ini mengkonsumsi beras setiap harinya dengan frekuensi 1-3x/hari. Hal ini juga didapati pada penelitian pola konsumsi makan ibu hamil di purworejo, dimana 100% responden mengkonsumsi beras setiap harinya (Dasuki, Sugihartomo, 2005). Untuk makanan pokok lain seperti mie, roti, dan biskuit juga cukup sering dikonsumsi responden dengan frekuensi 1x/hari hingga 1-3x/minggu.
Bahan makanan sumber protein yang paling banyak dikonsumsi adalah ikan dengan frekuensi 1-3x/hari. Selain itu, tempe, tahu, ayam dan telur juga sangat sering dikonsumsi oleh responden dengan frekuensi 1-3x/hari. Untuk bahan makanan daging, udang, dan cumi-cumi masih jarang dikonsumsi oleh ibu hamil. Hal ini mungkin disebabkan faktor ekonomi responden yang masih relatif rendah sehingga mempengaruhi pola konsumsi makanan dalam keluarganya.
Jenis sayuran yang cukup sering dikonsumsi adalah bayam dengan frekuensi 1-3x/hari. Buah-buahan yang paling sering dikonsumsi adalah jeruk dengan frekuensi 1-3x/hari, variasi konsumsi buah-buahan lainnya juga masih kurang.
49
Menurut Khumaidi (1994) dalam Syahril (2013), tidak ada satu pun makanan yang mengandung keseluruhan zat gizi yang diperlukan untuk tubuh manusia. Untuk itu diperlukan keberagaman jenis dan frekuensi konsumsi bahan makanan sehari-hari agar seluruh kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi.
5.2.3 Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan Pola Makan
Pada penelitian ini cakupan pola makan yang dinilai adalah jumlah energi, karbohidrat, protein, lemak dan zat besi. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pola makan responden.
Daba dkk (2013) mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pola makannya. Seorang ibu hamil dengan pengetahuan tentang nutrisi yang baik akan cenderung mengubah pola makannya menjadi lebih baik. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang juga menyebabkan perubahan pada pola makan (Mirsanjari et al, 2012).
Hasil penelitian-penelitian sebelumnya berbeda dengan apa yang didapatkan oleh peneliti. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kurang lengkapnya pengisian formulir food recall. Salah satu kelemahan dari food recall adalah responden tidak dapat mengingat dan menyebutkan dengan lengkap seluruh makanan yang dikonsumsinya pada hari yang sudah lalu. Individu cenderung tidak melaporkan konsumsi makanan mereka dengan teliti sepanjang 24 jam, dengan berbagai pertimbangan berhubungan dengan memori, situasi saat wawancara, dan kebingungan (Takwin et al, 2013).
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa jumlah responden dengan jumlah energi yang cukup sebanyak 24 responden (53,3%) dari total responden. Sedangkan jumlah responden dengan pengetahuan nutrisi
50
yang baik dan memiliki jumlah energi yang cukup hanya 15 responden (60%). Menurut Simarmata (2008), walaupun jumlah energi sudah cukup tetapi bila tidak diikuti dengan pengetahuan nutrisi yang baik tetap dapat mengakibatkan masalah gizi.
Dasuki,dkk (2005) pada penelitian pola konsumsi makan wanita hamil di Purworejo mendapati bahwa mayoritas pola konsumsi ibu hamil adalah tinggi karbohidrat, sementara untuk tingkat konsumsi karbohidrat dan lemak pada penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat asupan yang masih kurang. Hal ini mungkin disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang bervariasi. Jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi responden dapat dilihat dari tabel hasil distribusi frekuensi dan jenis makanan (Tabel 5.8).
Tingkat konsumsi protein pada responden penelitian ini mayoritas sudah cukup. Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis dan frekuensi makanan yang dikonsumsi responden cukup beragam. Ini terlihat dari tabel 5.8 dimana protein didapatkan dari beragam jenis makanan seperti ikan yang hampir setiap hari dikonsumsi, diikuti dengan tempe, tahu, telur, dan ayam.
Untuk tingkat asupan zat besi pada responden masih dalam kategori kurang. Darnton-Hill dkk (2005) mengemukakan bahwa salah satu penyebab defisiensi vitamin dan mineral selama masa kehamilan adalah akibat faktor ekonomi dan sosial seorang ibu hamil.
Salah satu indikator keberhasilan pola makan adalah peningkatan berat badan pada ibu hamil. Menurut Prawirohardjo (2011), pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan mencapai kenaikan berat badan sebesar 0,4 kg per minggu, sementara pada perempuan dengan gizi kurang dianjurkan mencapai kenaikan sebesar 0,5 kg per minggu, dan pada perempuan dengan gizi lebih dianjurkan mencapai kenaikan sebesar 0,3 kg. Dari data berat badan, tinggi badan,
51
serta indeks massa tubuh responden penelitian sebelum kehamilan dan selama kehamilan, telah diamati bahwa mayoritas responden sebanyak 34 orang telah mencapai peningkatan berat badan yang sesuai dengan rekomendasi (75,6%) (Tabel 5.9), akan tetapi terdapat 11 responden yang masih belum mengalami peningkatan berat badan yang sesuai. Hal ini dapat dipicu oleh rendahnya pengetahuan ibu hamil itu sendiri, serta dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
5.2.4 Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Pola Makan Ibu
Hamil
Dari penelitian ini terlihat bahwa pengetahuan tentang nutrisi tidak sepenuhnya berhubungan dengan pola makan ibu hamil. Hal ini mungkin terlihat berbeda dengan hasil beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan pola makannya. Pengetahuan bukan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi pola makan pada ibu hamil. Meskipun pengetahuan ibu hamil sudah cukup tidak akan berarti bila ibu hamil tidak mengaplikasikannya.
Penghasilan merupakan salah satu faktor yang juga mempengaruhi kualitas pola makan ibu hamil. Walaupun ibu hamil sudah mengetahui informasi tentang gizi yang baik selama kehamilan tapi bila tidak diikuti dengan kemampuan dalam membeli atau menyediakan bahan makanan, maka pola makan yang cukup tidak akan tercapai. Menurut Fikawati & Shafig (2012) dalam Anita (2013), semakin besar pendapatan seseorang maka semakin baik pula persentase dari penghasilan tersebut yang digunakan untuk membeli bahan makanan. Dari tabel 5.1 terlihat bahwa mayoritas responden tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga (84,4%). Hal ini dapat mencetuskan kurangnya pemasukan keluarga sehingga kualitas pola makan ibu hamil juga tidak sepenuhnya terpenuhi.
52
Selain penghasilan, faktor psikososial seorang ibu hamil juga mempengaruhi pola makannya. Salah satu faktor psikososial adalah kebiasaan makan seseorang. Mengubah kebiasaan makan bukanlah hal yang mudah bagi seseorang, apalagi selama kehamilan seorang ibu hamil harus mengubah pola makannya baik dengan mencoba beragam makanan yang mungkin belum pernah dicoba sebelumnya, kemudian ibu hamil juga harus makan dalam jumlah yang lebih banyak dibanding sebelum mengandung (Hartini, 2004). Selain itu, selera makan serta pola makan juga dipengaruhi oleh keadaan jiwa seseorang. Menurut Hurley,dkk (2005), kondisi stres, kelelahan, dan kecemasan dapat meningkatkan selera seseorang dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dalam jumlah yang besar. Ibu hamil yang mengalami stres, mual dan muntah mungkin akan cenderung menolak satu jenis makanan dan hanya mengkonsumsi makanan yang disuka saja.
Selain itu, faktor budaya juga mempengaruhi pola makan seseorang, adanya pantangan makanan dalam kebudayaan tertentu bisa mempengaruhi kualitas pola makan seorang ibu hamil. Menurut Sediaoetama (1999) dalam Harnany (2006), ada beberapa pantangan makanan yang memang sesuai dengan teori keilmuan, akan tetapi banyak juga pantangan makanan yang justru merugikan kesehatan seorang ibu hamil. Pada penelitian pengaruh tabu makanan yang dilakukan di kota Pekalongan pada tahun 2006 juga menunjukkan bahwa sebanyak 60,8% responden penelitian memiliki pantangan makanan selama masa kehamilan (Harnany, 2006).
Jumlah kehamilan serta pengalaman kehamilan sebelumnya juga dapat mempengaruhi kualitas pola makan seorang ibu hamil. Seorang wanita multiparitas akan memiliki lebih banyak pengalaman serta pengetahuan tentang kehamilan dibanding wanita uniparitas. Menurut Daba,dkk (2013), banyaknya informasi serta pengalaman yang didapat
53
oleh seseorang dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi pola makannya.
54
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan tentang Nutrisi dengan Pola Makan pada Ibu Hamil di RB Gratis Cita Sehat Foundation Medan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan nutrisi pada ibu hamil di RB Gratis Cita Sehat Foundation sebanyak 25 responden sudah dalam kategori cukup (55,6%), sedangkan 20 responden masih dalam kategori kurang (44,4%).
2. Jumlah Asupan energi sebanyak 53,3% responden sudah dalam kategori cukup, untuk protein pada ibu hamil sebanyak 71,1% responden sudah dalam kategori cukup, sedangkan untuk jumlah asupan karbohidrat sebanyak 77,8% masih dalam kategori kurang, untuk asupan lemak sebanyak 60% responden masih dalam kategori kurang, dan untuk asupan besi sebanyak 77,8% responden masih dalam kategori kurang.
3. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan tentang nutrisi masa kehamilan dengan pola makan pada ibu hamil.
6.2 SARAN
Dari seluruh proses penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pihak yang turut berperan dalam penelitian ini. Adapun beberapa saran tersebut adalah :
1. Perlunya kesadaran yang lebih dari ibu hamil untuk mengetahui dan memperhatikan pentingnya asupan nutrisi selama masa kehamilan.
55
2. Bagi Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Cita Sehat Foundation, diharapkan dapat lebih memperhatikan pelayanan kesehatan ibu hamil (Ante Natal Care) dengan cara meningkatkan kegiatan penyuluhan atau kelas edukasi gizi kehamilan yang dapat diikuti oleh seluruh ibu hamil sejak awal kehamilan.
3. Perlunya penelitian lanjutan mengenai pengetahuan nutrisi kehamilan serta pola makan ibu hamil di daerah lain dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan jangka waktu penelitian yang lebih panjang.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nutrisi Masa Kehamilan
2.1.1 Defenisi
Nutrisi atau Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang mengadung unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral, lemak, protein, dan air yang dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan dari organ-organ tubuh manusia (Sartika,Mitayani,2008)
2.1.2 Perubahan Selama Kehamilan yang Berhubungan dengan
Kebutuhan Nutrisi
Menurut Hakim dan Karyadi (1988) dalam Budianto (2009), Kehamilan akan menyebabkan meningkatnya daya metabolisme energi. Dua proses anabolik fundamental yang bebas satu sama lain terjadi selama kehamilan. Proses pertama ialah pertumbuhan serta pematangan janin dan plasenta yang selanjutnya menjadi bayi, dengan berat waktu lahir kira-kira 3,4 kg. Sebagai tambahan, si ibu akan menjalani penyesuaian fisiologik dan metabolik selama mengandung, yang sebenarnya serasi dengan proses-proses anabolik yang terjadi dalam janin dan plasenta. Hal-hal tersebut dikatalis oleh perubahan kelenjar-kelenjar endokrin pada si ibu sehingga membesarkan ukuran uterus, payudara, volume darah ibu, cairan ketuban, dan massa jaringan adiposa. Sebagai akibat proses-proses anabolik tersebut, kebutuhan zat gizi umumnya meningkat selama kehamilan. Karena itu, penting sekali menganjurkan wanita hamil agar mengkonsumsi makanan yang cukup kalori serta zat-zat gizi pelindung.
8
2.1.3 Penambahan Berat Badan Selama Hamil
Sebelum hamil, semua wanita harus berjuang untuk mencapai berat badan yang sesuai. Wanita yang memiliki berat badan prakehamilan yang kurang atau underweight serta gagal mencapai berat badan yang sesuai saat kehamilan memiliki kemungkinan besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR). Berat badan bayi pada waktu dilahirkan merupakan indikator masa depan bayi. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah yakni kurang dari 2.500 gram memiliki 40 kali resiko kematian pada tahun pertama kehidupannya dibanding dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Untuk mencegah terjadinya BBLR, maka setiap wanita harus berusaha untuk mencapai berat badan prakehamilan yang ideal serta harus mencapai berat badan yang sesuai pada saat hamil (Sizer et al, 2007).
Wanita dengan proporsi tubuh yang besar cenderung akan memiliki bayi yang besar pula, dan telah banyak dikemukakan bahwa berat badan ibu berpengaruh terhadap ukuran plasenta bayi. Ukuran plasenta merupakan indikator kesehatan plasenta yang menentukan jumlah nutrisi yang tersedia untuk janin. Wanita dengan berat badan prakehamilan yang kurang ideal cenderung akan memiliki berat plasenta yang lebih ringan dan semakin meningkatkan angka kejadian BBLR dan persalinan prematur dibanding dengan wanita yang memiliki berat badan normal (Mahan, Stump, 2004).
Idealnya, seorang wanita memulai kehamilannya dalam kondisi berat badan yang ideal. Akan tetapi yang lebih penting ialah bahwa wanita hamil harus mencapai berat badan yang disarankan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) prakehamilannya (Sizer et al, 2007).
Tabel 2.1. Rekomendasi Berat Badan Selama Kehamilan Berdasarkan Indeks Massa Tubuh
9
Body Mass Index/Indeks Massa Tubuh = Berat badan (kg)/Tinggi badan (m2) Sumber : Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy 11th
edition (Mahan,Stump,2004)
2.1.4 Kebutuhan Energi dalam Kehamilan Normal
Energi tambahan dibutuhkan selama kehamilan untuk mendukung kehamilan dan pertumbuhan janin. Metabolisme meningkat 15% selama kehamilan. (Mahan,Stump,2004). Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal kira-kira 80.000 kkal di atas konsumsi biasanya selama seluruh masa kehamilan yaitu 280 hari. Kebutuhan energi ini memperhitungkan kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan plasenta serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain karena perubahan tubuh ibu selama kehamilan. Hal ini berarti penambahan sebanyak 300 kkal setiap hari selama masa hamil. (Budianto, 2009)
World Health Organization (WHO) menganjurkan penambahan sebanyak 150 kkal per hari di atas konsumsi harian selama trimester pertama dan 350 kkal per hari di atas konsumsi harian sesudah masa itu. Angka-angka ini dihitung hanya berdasarkan kehamilan, dan tidak memperhitungkan faktor lain seperti variasi aktivitas fisik, perubahan temperatur sekeliling atau kebutuhan untuk pertumbuhan kedewasaan yang tak ada kaitannya dengan kehamilan. Pengeluaran energi menurun selama trimester ketiga karena berkurangnya kegiatan. (Budianto, 2009)
2.1.5 Kebutuhan Zat Gizi dalam Kehamilan
A. Karbohidrat
10
Peran utama karbohidrat adalah menyediakan energi untuk sel-sel di dalam tubuh, terutama otak dan sistem saraf pusat. Dalam kehamilan, janin menggunakan glukosa sebagai sumber utama energinya.Perpindahan glukosa dari ibu ke janin diperkirakan sekitar 17-26 gram/hari, dan di akhir kehamilan kebanyakan glukosa dipakai untuk perkembangan otak janin. (Shils et al, 2006).
Rekomendasi asupan harian atau Dietary Recommended Intake (DRI) menyarankan kebutuhan rata-rata karbohidrat pada ibu hamil adalah 135-175 gram/hari. Jumlah ini cukup dan mampu menyediakan kalori yang cukup, mencegah terjadinya ketosis, dan menjaga kadar glukosa dalam darah yang sesuai dan normal selama kehamilan. (Mahan,Stump,2004).
B. Protein
Protein merupakan komponen struktural utama di dalam tubuh manusia. Protein juga dapat berfungsi sebagai enzim dan hormon. Selama kehamilan terjadi peningkatan perombakan protein di dalam tubuh dan sejumlah protein dapat terakumulasi sejalan dengan pertumbuhan janin, uterus, volume darah, plasenta, cairan amnion (Shils et al, 2006).
Ibu hamil membutuhkan tambahan protein untuk mendukung sintesis jaringan tubuhnya dan jaringan tubuh janin. Kebutuhan protein meningkat selama kehamilan dan mencapai puncak pada trimester ketiga. Adapun rekomendasi asupan harian untuk protein sebesar 71 gram/hari (Mahan, Stump, 2004).
C. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar untuk tubuh manusia dan menjadi komponen penting dalam penyerapan vitamin-vitamin larut lemak dan karotenoid (Shils et al, 2006). Jumlah asupan lemak seharusnya bergantung kepada kebutuhan energi untuk penambahan berat badan yang