• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Radikalisme Dalam Formalisai Syariat Islam di Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gerakan Radikalisme Dalam Formalisai Syariat Islam di Jawa Barat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELIT'}.,qN

G

ERAKAN

RAD IKAI,XSIVSE

DALAM

FORMALISASI

SYAREAT'

H$F*AF*€

DI JAWA BARAT

UnivBrsilas lslEm t{eqeri SXARIf HIDAYAIUTTAH JA}$RIA

Oleh:

KHAMAMI

ZADA

NIP. I 97s0 t 022003 tzo t 0 1

FAKTJLTAS

SYARIAH

DAN

I{UKUM

UMVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

ITIDAYATT'LLAH

JAKARTA

20tt

I TIn.

IITII

I

(2)

I

t

PENGESAHAN

Penelitian

individual

dengan

judul

"Gerakan R.adikalisme

;!:Ir::r

Fcr*r::i,li:r.,:,.i

Syariat Islam

di

Indonesia" yang ditulis oleh Saudara Khamami Zacia,

a{t

l!ir:r: 197501022003120101 Dosen Fakultas Syarialr ,llil.,

,:r ,,r:

,

.,,

.,

,

.

.

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakartq 9 Agustus 2011

Mengesahkan, An. Dekan

Pjs. Pembantu.Dekan Bidang Akademik

I

Dr. Jaenal Aripin,

M.Ag

NIP.

1972

l0l

6 199803 1004

'Il

(3)

DAFTAR

ISI

Halaman Judul,

i

,

Pengesahar6

ii

Kata Pengantar,

iii

Daftar Isi,

rr

BAB

I

PEhIDAIil'LI]AI{

A.

LatarBelakang Masalah, 1

B.

Permasalahan,6

C.

Tujuan PenelitiarL 8

D.

Manfaat Penelitian, 8

E.

Penelitian Terdahulu yang Relevan, 8

F.

Metodi

Penelitian,

//

G.

KerangkaTeori,

I4

H.

Sistematik-a Penulisan,

/6

BAB

II

JALAN PAI,{JAllc

FORMALISASI SYARIAT

EStA$yt

A.

Sejarah Pan$ang Formalisasi Syariat di Indonesia,./8

B.

Jalur Proyek Syariatisasi, 22

BAB

III

PANDAIYGAI\

ISTAM RADIKAL DALAM

T'q}&S,TA&E$-qffig

SYARIAT

ISLAM

A. Konseptualisasi Gerakan Islam Radikal,26 B. Potret Gerakan Islam Radikal Pasca OrdeBaru,29

C. Pandangan Gerakan Islam Radikal terhadap Formalisasi Syariat Eslarn, :id

(4)

BAB

IV

GERAKAFI

RADIKALISME

NSLAM

&AI-,ATI4.

SYARIAT

ISLAM DI

JAWA BARAT

A.

Radikalisme Islam di Jawa Barat, .38

B.

Konteks Kemunculan, 44

C.

Paham Ajaran,46

D.

Agenda Pemberlakuan Syariat Islano, 49

E.

Syariat lslam dalam Takaran: Sebuah Anatisis, 51

BAB

VI

PENUTTIP

A.

Kesimpulan,5T

B.

Saran-saran, 58

DAFTAR PUSTAKA, J9

(5)

BAB

I

PENDAHULUAN

A,

Latar

Belakang Masalah

Islam

di

Indonesia mengalami pergolakan besar dalam memberlakwkan syariat

Islam

setelah jatuhnya rezim Orde

Baru

(1998). Pergolakan

itu

adaXalr

tuntutan

yang

semakin besar terhadap pemberlakuan syariat

islam

di

ting$re$

nasional. Sejumlah kelompok Islam radikal menyerukan tuntutan pemberiakrirr syariat Islam sebagai hukum negara. Majelis Mujahidin Indonesia

(MMI),

Front Pembela Islam

(FPI),

Laskar Jihad Ahlussunah waljamaahr, dan Hizbut Takrir

Indonesia

(HTD

menuntut

pemberlakuan

syariat

Islam

sebagai

solusi

atss

sejumlah'persoalah bangsa. Partai-partai

Islam

pun,

seperti Partai persatua*

Pembangunan

(PPP)

dan

Partai Bulan Bintang

(pBB)

memperjuangkart formalisasi syariat Isiam melalui perubahan konstitusi.

Namun, perjuangan pemberlakuan syariat Islam ini hanya berhasil di Aee.il

setelah diundangkannya

uu

No.

44

tahun

1999

tentang penyelenggaraeii

Keistimewaan Aceh,

uu

No.

18 tahun 2001 tentang otonomi Khusus

NAD

dae

uu

No.

1i

tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. selain itu, ada tujuh eanun i:r,

Aceh, yaira Qanun

No.

10 tahun 2002 tentang peradiian syariat Islam, eanun Nu;. 11 tahun 2002 tentang Pelaksanaan syariat Islam

di

Bicang Aqidah, Ibadah, dar

Syiar Islam, Qanun

No.

12

tahun 2003 tentang Khamar, eanun

No.

13 tahui: 2003 tentang

Maisir,

Qanun

No.

14 tahun 2003 tentarig

Khalwa!

eanun

No.

,r

tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat dan Qanun

No.

l

l

tahun 2004 tentang

Kepolisian Daerah

yang

antara

lain

mengatur

kewenangan

polisi

dage,rri

menegakkan

syariat

Islam

di

Aceh.

Meskipun demikian,

di

daerah

nair

(Bulukumbq

cianjur,

Garut, lndramayu, Lombok, Tangerang dan daerah lai*1.; ,,;

juga muncul peraturan yang mengatur pelaksanaan syariat Islam, terutama yar,g

menyangkut pakaian (iilbab), baca al-Qur'an, dan kesusilaan.

Ira

M.

Lapidus menyebut gerakan seperti

ini

sebagai respons terharJap

modernitas (bentuk negara nasional, organisasi ekonomi kapitalis, perkembangag

lErich Kolig, "Radical Islam, Islamic Fervoro and Political Sentiments in Cenhal Java,

(6)

BAB

II

JALAN

PANJAIYG

FORMALISASI SYARIAT

ISLAM

DI

INDOIYESHA

Di

zaman awal Islam, semenjak Nabi Muhammad hingga

Turki

utsrnani, syariat Islam diterapkan

di

masyarakat (mulzimun

bi

nafsih) tanpa perlu me6alq}i

formalisasi. syariat Islam diberlakukan tanpa bantuan

dari

negara6, semue.g{re

bedalan secara aiamiah yang dipusatkan pada pengadilan. setiap persoalan hufum;

yang terjadi di masyarakat selalu diselesaikan oleh seorang qadli dengan merujuk

langsung pada al-Qur'an dan sunnah. posisi qadli sangat penting dalam setiep

penyelesaian

hukum

yang tedadi

di

masyarakat.

Nabi

Muharnrer*d"

Khulafaurrasyidin, dan sejumlah sahabat adalah para

qadli

yang menyelesaikar

sengketa di masyarakat.

Qadli me4iadi sentrum dari pelaksanaan syariat Islam

di

masa-masa Islam

awal.

Karena

itulah,

pasca Khulafaurrosyidin, kepentingan

dan

prestise para

penguasa

umayyah

dan

Abbasiyah selalu

terkait

dengan penerypan syaria:

melalui

lembaga

qadli.

Bahkan, pada

awal

kekuasaannya,

Dinasti

AbbasiyaE:

mendasarkan legitimasi penggulingan Dinasti umayyah justru pada klaim bahwa

mereka rnemiliki komitmen yang lebih besar untuk menerapkan syariat.aT

Tatrap sela4jutnya sejarah

Islant

memperlihatkan

fluktuasi

penerapai]

syariat. Pada abaci pertengahan, syariat diterapkan dalam hukum keluarga d;:l:

waris. sementara hukum pidana, perpajakan, konstitusi, dan perang merupa-kan

titik

terlemah

dalam

penerapan

syariat.

sedangkan

hukum

perikatan

dasl

kewajiban para pihak dalam perikatan berada di tengah-tengahnya.as

Ketika

negara*negara Barat melakukan kolonialisasi

di

hampir senam:h

dunia Islam, pemerintah jajahan membatasi penerapan syariat yang dipraktekhaa

di

dalam masyarakat Muslim. Beberapa kasus seperti yang tedadi

di

trndooesi;5

Malaysia, Nigeria, dan lainnya, menunjukkan arah yang seperti

ini.

sebalikny4

a6

Implementasi syariat tidak diterapkan lewat hukum positif dan juga tidak ditiru

r.::

negara-negara yang ada setelah wafatnya Nabi. Lihat Abduilahi Ahmed an-Na,im, .osyariat

:ir;r

Hukum Positif a7 di Nesara Modern', Tashwirul AJkar, Edisi 12 ranun zooi

i.

++

Taufik A-dnan Amal, Politik Syarilt Islam dari Indonesia i;nggo Nigeria, (Jaka:ti, Alvabet, 2004),h.5-6

a8 Taufik

Adnan Amal, poritik syariat Isram dari Indonesia hingga Nigeria, h. 6

(7)

BAB

III

GERAKAN

ISLAM RADIKAL

DALAM

FORMALISASI SYARIAT

ISLAM

Indonesia adalah negara yang berpenduduk Muslim terbesar

di

dunia dan

dalam percaturan

politik

di

kawasan Asia Tenggara

memiliki

peran yang saraget

strategis' Meski Islam

di

Indonesia Asia Tenggara sering disebut sebagai Islet-n

periferal, dalam kenyataannya perhatian Barat terhadap

dunia Islam tidai< sq;:

terfokus kepacla wilayah

Timur

Tengah. Islam

di

Asia

Tenggara

kini

mon$adi

perhatian

Barat

setelah perkembangan

Islam yang luar

biasa

di

Malaysiq

Indonesi4 dan

Filiphina.

Karena

itu,

Islam

di

Indonesia

tidak

bisa diabaikmr begitu saja dalam percaturan politik global dewasa ini.

Terbukti, dengan semakin maraknya gerakan Islam radikal

di

Indonesia,

yang direpresentasikan oleh gerakan-gerakan Islam baru,

seperti

Forum pembetra

Islam (FPI), Laskar Jihad Ahluusunah waljama,ah, Majelis Mujahidin,

F{izg,r;i

Tahrh

Ikhwairul Muslimin dan lain sebagainya. Dalam masa berikutnya, muneux

gerakan Islam radikal yang bersifat lokal, seperti Geram,

Lp3syi,

Tholiban,

dan

Garis.

Gerakan

Islam

radikal yang

berskara nasional dengan berskara

roi;;r:

melakukan

sinergi

dalam

menggerakan pemberlakr-ran

syariat

Islam

dalams

kebijakan

publik.

Kecenderungan

inilah

yang membuat banyak orang terkrrlu,;

ketika Islam radikal mengalami pertumbuhan yang cukup dahsyat

di

saat reziftl

orde Baru

lengser. padahal,

di

era

l9gO-an,

Islam

Indonesia rnenuqiukkan karakter yang moderat seperti yang sudah diteliti oleh sejumlah intelektual.e

6olihat penelitian Robert

W.

Hefner,

Civil

Islam: Islam dan Demolcrt:.:;

,

,,;

Indonesia, Jakarta: ISAI, 200r, Bahtiar Effenjy, tstam aan N"gur",

N,I^vt

ri Abd:;.:,:,r,

D-emokrasi

di

Persimpangan Malou: Respons Intelelaual Mu-slim' Indonesia

terkud,:'c

Konsep Demokrasi (r966-1993), yogyakarta: Tiara

wacanu

tggg.

i.

iv"n'i

ar

---, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesii, sebuah Kaiian

potitik

Tentang cendela*.:t.,.:

Muslim Orde Baru, (Jakarta: paramadina, 1995), dan

Brfrti*

fif""ay

, Islam dan Negt;,,:,; Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik klam

di

Indonesia, iakarta:

pu.*u'ai**,

(8)

BAB

ry

GERAKAN RADIKALISiVIE

ISLAM

DALAM

FORMALISASI SYARIAT

ISLAM IX

JAWA BARAT

A.

Radikalisme fslam di Jawa

Barat

Jawa Barat merupakan wilayah yang dikenar reriiius.

organisasi Isrern

tumbuh subur seiring berkembangnya masyarakat

Islarn. Tidak saja organisasi

Islam yang berskara nasionar, seperti Nahdratur

urarna

(NU),

Muhammadi3sg

Persatuan Islam (persis), dan persatuan Umat

Islam

(pu$,

tetapi juga organisaoi

aliansi yang menggabungkan beberapa organisasi Isram,

seperti Front pemhei* Islam (FpI), Majeris Mujahidin Indonesia

(MMI),

Hizbut Tahrir Indonesia (fuT}.},

dan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT)

juga

berkembang, seperti

tp3Syi,

Cexei..;;; Rakyat Anti Ahmadiyah (Geram), Gerakan Reformasi Isram (Garis),

dan Th*i:br,i, merupakan organisasi Islam hasil dari aliansi strategis yang tumbuh di Jawa Bara*.

Rer{iiusitas

di

Jawa

Barat

diperrihatkan

dari

pesantren_pesantren ,7*ngr

mewakili

organisasi-organisasi

Isram

yang

berkembang.

Tak

heran

*;ika:

ajengan/kyai'

di

Jawa mewakili

pengaruh

yang

kuat

dalam

membangurr

pemahaman keagamaan masyarakat. Bentuk pemahaman keagamaan

*u*u**lr,,

dipertegutr oleh karakteristik masyarakat Jawa Barat yang keras.

Radikarisrne Israrrr

yang

tumbuh

di

Jawa Barat mem,iki

keunrkas: terscndiri dibanding radikalisme

di

daerah rain.

Aksi

kekerasan yang terjadi iJr

Jawa Barat, Tasikmaraya, dan

cianjur

dilakukan oreh massa Isram yang diarebil

dari pesanken-pesantren. Sebagaimana diketahui Jawa

Barat merupakan da*r*.i relijius yang

memiliki

banyak pesantren dalam banyak ragam ideologi. Karak{.,i pesantren-pesantren

ini

ikut

mewarnai peta gerakan

Islam

di

Jawa Barat dala.,

bentuknya yang beragam. pesantren telah mer{adi warna rerijius bagi masyar*I.,,i

Muslim

sehingga pesantren

tak

dapat dipisahkan daiam

kehidupan

*uryu*rr,r,.

Dalam perkembanganny4 pesanhen menjadi tempat yang kondusif bagi geraka:;

Islam di Jawa Barat.

Aksi

kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah, sweeping terhadap

tempat-tempat

maksia! dan

gerakan protes terhadap

kebijakan

pemerintah banyak

melibatkan para santri

di

beberapa pesantren yang

memiliki

kedekatan dengan
(9)

BAB

IV

GERAKAN

RADIKALISME ISLAM

DALAM FORMALISASI

SYARIAT

ISLAM

DI JAWA

BAR.E?

A.

Radikalisme Islam

di

Jawa

Barat

Jawa Barat merupakan wilayah yang dikenal

relijius.

Organisasi nslem

tumbuh subur seiring berkembangnya masyarakat Islam.

Tidak

saja orgagis*s!

Islam yang berskala nasional, seperti Nahdlatul

ulama (NU),

Muhammadi;"ieh, Persatuan Islam (Persis), dan Persatuan umat Islam

(pL{),

tetapi juga orgmrisasr

aliansi yang menggabungkan beberapa organisasi Islam, seperti Front pemhela

Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia

MMI),

Hizbut Tahrir Indonesia

{H:.i,

dan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT)

iuga

berkembang, seperti

Lp3syi,

Geraha:r

Rakyat Anti Ahmadiyah (Geram), Gerakan Reformasi Islam (Garis), dan ThoEiltar:

merupakan organisasi Islam hasil dari aliansi strategis yang tumbuh di Jawa Earar"

Reliiiusitas

di

Jawa

Barat

diperlihatkan

dari

pesantren-pesantren yang

mewakili

organisasi-organisasi

Islam

yang

berkembang.

Tak

heran

jik:

qiengan/kyai

di

Jawa mewakili

pengaruh

yang

kuat

dalam

membanger

pemahaman keagamaan masyarakat. Bentuk pemahaman keagamaan masyaralte.i

diperteguh oleh karakteristik masyarakat Jawa Barat yang keras.

Rxlikalisme Islarn yang

turnbuh

di

Jawa

Barat memiliki

keunikaii tersendiri dibanding radikalisme

di

daerah lain.

Aksi

kekerasan yang terjadi eir

Jawa

Barat

Tasikmalaya, dan Cianjur dilakukan oleh massa Islam yang diamhii

dari pesantren-pesantren. Sebagaimana diketahui Jawa Barat merupakan

daeratrr

relijius yang

memiliki

banyak pesantren dalam banyak ragam ideologi. Karaktr. pesantren-pesantren

ini

ikut

mewamai peta gerakan Islam

di

Jawa Barat de;ar.:,

bentuknya yang beragam. Pesantren telah menjadi warna relijius bagi masyare;*t

Muslim

sehingga pesantren

tak

dapat dipisahkan dalam kehidupan masya;,;;iri;... Dalam perkembanganny4 pesantren menjadi tempat yang kondusif bagi geraF<err

Islam di Jawa Barat.

Aksi

kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah, sweeping terhadap

ternpar-tempat

maksiat dan

gerakan protes terhadap kebijakan pemerintah banyat{
(10)

DATTAR PUSTAKA

Abdul Halim,

Politik

Hukum Islam di Indonesia, Jakarta Ciputat Press, 2005

Abdullahi Ahmed an-Na'im ,Islam and tlrc Secular State: Negotiating tlw Future

of Shari'a, (London: Harvard University Press,2008)

Abu Zahra (ed), Politik demi Tuhan: Nasionalisme Religius

di

Indonesia, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999

Arskal

Salim,

Partai

Islam dan Relasi Agama Negara, Hasil Penelitian Puslit

IAIN

Jakarta.

Bahtiar Effendy, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Pralafk

Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina 1998

Bassam

Tibi,

"The

Return

of

the

Sacred

to

Politics as

e

Constitutiona! Law: The Case of the Shari'atization of Politics in Islamic Civilization", A JourRal

of Social cind Potitical Theory, vol. 55, no. I15, h. 9l-119, Apr 2008

Burhanudin {ed.), Syariat Islam Pandangan Muslim Liberal, Jakarta: JIL,

2003

Carlton Clyrner

Rodee,

dkk.,

Pengantar

lJrnu

Politih

Jakarta:F.i'

Rajagrafindo Persada 2Ct09

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 198

Dough McAdam, John

D

McCarthy, dan Mayer

N.

Zald, Contemparary

Perspectives

on

Social Movemenls:

Political

Opportunity, Mobitizing Stntcture'

and Cultural Framing, Canbridge University Press, 1996

Endang

Saefuddin

Anshari, Piagam

Jakarta

22

Juni

1945

Sebu*;k

Konsensus Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945

-

tg4g),

lakafia:

Gema Insani Press, 1997

Erich

Kolig,

"Radical Islam, Islamic Fervor,

and

Political Sentiments :i:i

Central Java, Indonesia'', dalam Brill,Leiden, 2005

(11)

Hamid Basyaib dan Hamid

Abidin

(ed), Mengapa

Partai

Islam Kafslt?

Perjalonan

Politik Islam

dari

Pra-Pemilu

'99

sampai

Pemilihan

Presi&w Jakarta: Alvabet,2000

Hamka, Sejarah Umat

Islam,jilid

IV

Jakarta: Bulan Bintang, 1976

Harold

D.

Laswell,

Polities,

Who

gets

What, When, Hore,

New

York:

World Publishing Co., 1972

Ira

M.

Lapidus,

"Islamic Revival and Modemity:

The

Contemporary

Movements and the Historical Paradigms" Journal

of

the Economic and So*sa!

History of the

Orient Vol.40, No.4 (BRILL,

1997).

James

W.

Vanden, The Sociol Experience: an lntroduction to Sociologt

New York: MacGraw

Hill

Publishing Company, 1990

Kurniawan Zein dan Sarifuddin

HA

(ed), Syariat Islarn Yes Syariat Isiss.rt

No, Jakarta: Paramadina, 2001

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakaryq

2004

M.

B.

Hooker, Indonesian Syariah: Defining a National Shool of Isfa:*ti* ,[ara Singapuri: ISEAS, 2008

M.

Buehler, "The

Rise

of

Shari'a by-laws

in

Indonesian Districts: 3,.ri

Indication

for

Changiirg Patterns

of

Ppower

Accumulation

and

Politie...!

Comrptioir". A Journal of South East Asia Research 16 Q) 'fahun 2008

Ma.

Theresa

R.

Milallos,

"it{uslim veil

as

politics: political

autom*}:,1:;',

women and Syariah Islam

in

Aceh", Cont Islam 1:289-301, Springer Scienoe +

Business Media B.V. 2007

Mark

Gould, "Islam,

the Law,

and

the

Sovereignty

of

C*i:

Accommodating Qur'anic Principles

to

the

Civil

Religion", Policy

Reviaw, rtr.. 149, June-July 2008, Hoover Institution, Stanford University, CA.

Markaz Pusat

Majelis Mujahidln, Seri Publikasi

2,

Mengenal X'dxj*iis

Mujahidin untuk Penegakkan Syariah Islam, Yogyakart4 tp., 2000

Martin van

Bruinessen, 'oGenealogies

of

Islamic

radicalism

in

post-Suharto Indonesia", dalam South East Asia Research,lO,2.
(12)

_1

I I

i

l

ii

Miehelle

Ann Miller,

The Nanggroe Aceh Darussalam Law:

A

seriaus

Response

to

Acehnese separatism?dalam Jurnal

Asian

Ethnicity,

Yolume s,

Number 3, October 2004

Muhammad

Amin

Suma, Himpunan {Jndang-undang Perdata Islam davt

Peraturon Pelalcsanoan

Lainnya

di

Negara Hukum

Indonesia,,

Jakarta: Raja

Grafindo Persada,2004

Muhammad Sa'id Al-Asymawi, al-Islam al-Siyasi, (Kairo: 'Arabiyah

li

at-Tibaah wa al-Nasyr, 1987), h. 186.

Noong Muhajir,

(Metodologi

Penelitian

Kualitatif

Yogyakarta: rake Sarasin, 2000

Reece Mcgeg Sosiologt: an

Introducfio4

New

York

Holt,

Rinehart and

Winston,

tt

Robert

W.

Hefner,

Civil

Islam:

Islam

dan Demobatisasi

di

Indonesiar.

Jakarta: ISAI,2001.

Robin

Bush "Regional

Sharia Regulations

in

Indonesia: Anornaly or

Sympton?'i in Greg Fealy and Sally (ed.), White Expressing

Islam:

Religiaws

l,i;i

and Politics in'Indonesia(singapore: tnstitute of Southeast Asian Studies), 2008.

Stephen

K.

Sanderson, Sosiologi

Malro;

Sebuah Pendekatan terhadqt

Realitas Sosiai, Jakarta: Rajawati Press, 1995

Taufik

Adnan Amal, Politik Syariat Islam dari lndonesia hingga Nigeriet,

Jakarta, Alvabet,2004

Warkum

Sumitro, Perkembangan Hukum

Islam

di

Tengah Kehideapwea

Sosial Politik di Indonesia, Malang, Bayumedi4 2005

'1:r

Referensi

Dokumen terkait

Cipamali atau Sungai Pemali merupakan sungai terpanjang di Kabupaten Brebes yang mengalir dari hulu sungainya di Kecamatan Bantarkawung yaitu Brebes bagian selatan

• Penilaian akhir tahun adalah kegiatan yang dilakukan oleh satuan pendidikan pada akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester

Murahnya biaya mobilitas ke sektor jasa tidak menjadi pertimbangan pekerja miskin untuk keluar dari sektor pertanian, sebagaimana diungkapkan McKenzie dan Woodruff

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian tepung eceng gondok terfermentasi cairan rumen pada menghasilkan nilai FCR terendah dan laju pertumbuhan harian

Metode Ilmiah Sikap Ilmiah Merancang rumusan masalah Menyusun hipotesis Menguji Hipotesis dngan melakukan percobaan Mengamati hasil- hasil percobaan yang dilakukan

Grup menyediakan liabilitas diestimasi atas imbalan kerja karyawan kepada karyawannya sesuai dengan Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia No. Tidak ada pendanaan

Bab III Metode Penelitian, bab ini menguraikan metodologi penelitian yang dilakukan peneliti sebagai tahapan serta langkah-langkah untuk mencari dan mengumpulkan

korelasi antara T-value dan Standardized Loading Factor(Intervening) yang dihasilkan menujukkan bahwa Kualitas Produk yang baik, serta Promosi yang baik yang