• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Siswa Terhadap Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Sinetron Religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 (Survei Terhadap Siswa SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Siswa Terhadap Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Sinetron Religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 (Survei Terhadap Siswa SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

(Survei Terhadap Siswa SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk

Memenuhi Persyaratan Gelar

Serjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Aziiz Januardi

NIM. 109011000220

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

terhadap siswa SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan)

Didalam pelajaran agama Islam pendidikan akhlak sangat diperlukan, yakni sebagai media untuk membentuk, membina dan mendidik siswa menjadi siswa yang memiliki akhlakul karimah. Salah satu media yang bisa digunakan untuk pendidikan akhlak adalah tayangan televisi. Tayangan televisi sangat mempengaruhi lingkungan dimana anak-anak dan remaja hidup. Dari televisi ini mereka menerima informasi dan pengalaman yang tidak ada dalam diri mereka Muncul kekhawatiran yang diungkapkan mengenai tayangan-tayangan di televisi, bahwa isi dan mutunya tidak selalu bernilai pendidikan seperti yang diharapkan. Salah satu tayangan yang ada dalam televisi adalah sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan dan berlangsung dari November 2015-Juli 2016. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan angket sebagai instrumennya. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling.

Hasil dari penelitian ditemukan bahwa persepsi siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 berada dalam taraf baik, yakni 27 (62,79%) responden dari 43 responden. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 telah tersampaikan dengan baik. Meski ada beberapa nilai yang belum tersampaikan dengan baik. Namun secara keseluruhan sinetron ini bisa dijadikan salah satu media dalam pendidikan akhlak diluar sekolah.

(7)

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah swt, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian shalawat dan salam senantiasa selalu tercurah kepada baginda Rasulullah saw.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak sekali kesulitan dan hambatan yang didapati baik dari segi moril maupun materil. Namun berkat pertolongan Allah SWT berupa kesungguhan dan bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyak kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag dan Marhamah Saleh, Lc, MA. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Sapiudin Shidiq, M.A pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penyusunan skripsi ini. Semoga beliau diberkahi rezekinya, diberkahi ilmunya, diberkahi umurnya, selalu dimudahkan dalam segala urusannya.

4. Bapak Drs. Masan A.F, M.Pd pembimbing akademik selalu memberikan atas saran-saran tentang perkuliahan yang penulis ambil

5. Kedua orang tuaku Bapak Suharto dan Ibu Mujiati terima kasih atas segala doa yang kalian panjatkan untukku, kalian adalah inspirasi terbesarku, api semangat dalam diriku, kalian yang tak pernah lelah selalu mensupport dalam bentuk materil maupun non materil. Kalian adalah suri tauladan bagiku, kalian adalah yang terbaik dalam hidupku. Semoga gelar sarjana ini

(8)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Pimpinan dan seluruh staf administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meminjamkan buku-buku yang penulis butuhkan sebagai referensi yang berkaitan dengan skripsi ini.

9. Sahabat terdekatku Abdul Azis dan Dwi Agung Subekti yang selalu mengingatkanku. Terima kasih kalian adalah sahabat dan teman terbaikku yang selalu mengingatkanku. Semoga kita masih bisa terus bersama menjadi sahabat dan teman sampai akhir hayat.

10. Keluarga besar kelas F 2009 kalian kawan-kawan yang paling aku cintai, selalu memberi semangat meski terkadang dengan gurauan dan sindiran. 11. Sahabat-sahabati Rayon Pendidikan Agama Islam Pergerakan Mahasiswa

Islam Indonesia. Semoga kita tetap menjadi keluarga, tangan terkepal dan maju kemuka.

12. Teman-teman RRD untuk waktu yang menyenangkannya.

13. Kepada siapa saja yang tidak tersebutkan yang berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah memberikan keberkahan atas segalanya.

Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah swt, mudah-mudahan dapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi siapa saja yang membacanya. Amin Allahumma Amin

Jakarta, Juni 2016

Aziiz Januardi

(9)

PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Persepsi Siswa ... 6

1. Pengertian Persepsi ... 6

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 7

3. Pengertian Siswa ... 10

B. Nilai Pendidikan Akhlak ... 13

1. Pengertian Nilai ... 13

2. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 14

3. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 18

4. Macam-macam Akhlak ... 21

a. Akhlak Mahmudah ... 21

b. Akhlak Madzmumah ... 24

C. Sinetron ... 26

1. Pengertian Sinetron ... 26

2. Jenis-jenis Sinetron ... 27

(10)

B. Metode Penelitian ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Angket ... 33

2. Observasi ... 33

3. Studi Dokumentasi ... 34

4. Wawancara ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 34

1. Definisi Konseptual ... 34

2. Definisi Operasional ... 34

3. Kisi-kisi Instrumen ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 37

1. Pengujian Deskriptif Frekuensi ... 38

2. Pengujian Deskriptif Total Skor ... 38

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... 40

1. Deskriptif Frekuensi Karakteristik Responden ... 40

2. Deskriptif Frekuensi Jawaban Responden ... 42

3. Deskripsi Total Skor Responden ... 59

B. Pembahasan Hasil Temuan ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Implikasi ... 76

C. Saran... 77 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Persepsi Siswa Terhadap Nilai-nilai

Pendidikan Dalam Sinema Religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 36

Tabel 3.4 Tabel Klasifikasi Total Skor ... 40

Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin Responden ... 41

Tabel 4.2 Karakteristik Usia Responden ... 42

Tabel 4.3 Karakteristik Jurusan Responden ... 42

Tabel 4.4 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan nilai-nilai jujur ... 43

Tabel 4.5 Saya memperhatikan nilai-nilai jujur dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 43

Tabel 4.6 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya tentang nilai-nilai jujur ... 44

Tabel 4.7 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan nilai-nilai sabar ... 44

Tabel 4.8 Saya memperhatikan nilai-nilai sabar dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 45

Tabel 4.9 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya tentang nilai-nilai sabar... 45

Tabel 4.10 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan nilai-nilai ikhlas ... 46

Tabel 4.11 Saya memperhatikan nilai-nilai ikhlas dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 46

Tabel 4.12 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya tentang nilai-nilai ikhlas ... 47

Tabel 4.13 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan nilai-nilai berani ... 47

(12)

Tabel 4.16 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan

nilai-nilai adil ... 49 Tabel 4.17 Saya memperhatikan nilai-nilai adil dalam sinetron religi Para

Pencari Tuhan Jilid 9 ... 49 Tabel 4.18 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya

tentang nilai-nilai adil ... 50 Tabel 4.19 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan

nilai-nilai amanah ... 50 Tabel 4.20 Saya memperhatikan nilai-nilai amanah dalam sinetron religi

Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 51 Tabel 4.21 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya

tentang nilai-nilai amanah ... 51 Tabel 4.22 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan

nilai-nilai angkuh ... 52 Tabel 4.23 Saya memperhatikan nilai-nilai angkuh dalam sinetron religi

Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 52 Tabel 4.24 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya

tentang nilai-nilai angkuh ... 53 Tabel 4.25 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan

nilai-nilai iri hati ... 53 Tabel 4.26 Saya memperhatikan nilai-nilai iri hati dalam sinetron religi

Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 54 Tabel 4.27 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya

tentang nilai-nilai iri hati... 54 Tabel 4.28 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan

nilai-nilai kikir ... 55

(13)

Tabel 4.31 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan

nilai-nilai dusta ... 57 Tabel 4.32 Saya memperhatikan nilai-nilai dusta dalam sinetron religi

Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 57 Tabel 4.33 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya

tentang nilai-nilai dusta... 58 Tabel 4.34 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 menampilkan

nilai-nilai ghibah ... 59 Tabel 4.35 Saya memperhatikan nilai-nilai ghibah dalam sinetron religi

Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 59 Tabel 4.36 Sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9 mengajarkan saya

tentang nilai-nilai ghibah ... 59 Tabel 4.37 Tabel Klasifikasi Total Skor Responden Persepsi Siswa

Terhadap Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi

Para Pencari Tuhan Jilid 9 ... 60

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak didalam Islam menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Akhlak juga mempengaruhi kesejahteraan sebuah bangsa dan negara. Apabila baik akhlak suatu bangsa dan individu maka akan baik pula kesejahteraan bangsa dan individu tersebut, tetapi apabila buruk akhlak suatu bangsa dan individu maka buruk pula kesejahteraan bangsa dan individu tersebut.

Didalam pelajaran agama Islam pendidikan akhlak sangat diperlukan, yakni sebagai media untuk membentuk, membina dan mendidik siswa menjadi siswa yang memiliki akhlakul karimah.

Menurut Athiyah Al-Abrasyi pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sesungguhnya dari proses pendidikan.1

Abu A’la Maududi mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi akhlak adalah pengalaman.2 Anak-anak mendapat pengalaman melalui pengamatan terhadap tingkah laku orang dewasa dan mereka melatih diri untuk menghadapi situasi yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari dengan meniru dan menghadirkan apa yang ada padanya, termasuk apa yang mereka saksikan dalam tayangan televisi. Persepsi atau pengamatan merupakan proses awal dari interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Persepsi merupakan proses subjektif pengolahan bagaimana manusia dapat menilai suatu objek. Dalam arti luasnya persepsi merupakan pandangan atau pengertian bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Hasil dari persepsi itu sendiri sangat bergantung dari faktor internal dan eksternal manusia itu sendiri, yang meliputi

1

M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta, Bulan Bintang: 1970) cet I, h. 22

2

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Jilid III, (Bandung, Imtima: t.t.) cet I h.21

(15)

manusia terhadap suatu objek akan selalu berbeda.

Dalam zaman modern ini, banyak hal positif yang timbul dan berkembang salah satunya adalah teknologi dan media informasi. Banyak bentuk dan ragam dari media informasi tersebut, seperti media cetak, eletronik dan lainnya. Contoh kongkrit yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari kita adalah televisi, radio dan koran atau majalah.

Dari semua teknologi dan media informasi yang berkembang saat ini televisi merupakan salah satu media informasi yang paling sempurna jika dibandingkan dengan media-media informasi lainnya, seperti koran, majalah, radio dan lainnya. Karena televisi bisa menutup semua kekurangan yang ada pada media-media informasi lainnya. Karena itu hampir setiap masyarakat pasti memiliki televisi, sehingga televisi bisa dikatakan memiliki pengaruh yang lebih kuat dan luas karena dapat menampilkan suara dan gambar secara lebih kompleks.

Televisi selain sebagai media informasi juga berperan sebagai media pendidikan dan hiburan masyarakat. Sebagai media informasi televisi sangat dibutuhkan untuk menyampaikan pesan-pesan dan ide-ide pembaharuan. Sebagai media pendidikan televisi memiliki peranan penting dalam perkembangan generasi. Sebagai media hiburan televisi dapat memberikan kepuasan kepada orang yang menontonnya karena terhibur oleh tayangan-tayangan yang yang bersifat meghibur.

Media massa sangat mempengaruhi lingkungan dimana anak-anak dan remaja hidup. Sekarang, di negara industri setiap negara memiliki radio, koran, dan buku, anak-anak sudah akrab dengan benda-benda itu sejak kecil. Melalui media ini mereka menerima informasi dan pengalaman yang tidak ada dalam diri mereka.3

Salah satu statistik menyebutkan bahwa 90% anak-anak sudah mengenal televisi sebelum mereka bersekolah dan sebelum tahu membaca koran. Di segi lain persentase penonton televisi mencapai jumlah dua kali lipat dari apa yang dicapai oleh media penyiaran lainnya.

3

JVS. Tondowidjojo CM, Media Massa dan Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1985), cet I, h. 17

(16)

secara menyeluruh dari tayangan di televisi. Arus informasi melalui media dikritik karena sifatnya yang tak lengkap. Informasi yang berlimpah dan tak merata dianggap paling cocok untuk para pendengar dengan latar belakang pendidikan yang tinggi. Anak-anak remaja dan mereka yang rendah pendidikannya menghadapi banyak kesukaran dalam menyerap secara berarti data yang baru dan tak merata, dan menghubungkan dengan pengetahuan yang diperlukan sebelumnya4

Terlepas dari pengaruh baik dari televisi baik secara langsung maupun tidak langsung. Muncul kekhawatiran yang diungkapkan mengenai media massa ini, bahwa isi dan mutunya tidak selalu bernilai pendidikan seperti yang diharapkan5. Padahal semestinya tayangan-tayangan di televisi yang salah satunya berupa sinetron religi bisa menjadi media pendidikan akhlak.

Dalam sebuah artikel dikatakan bahwa kebanyakan sinteron religi tidak terlalu memikirkan ada atau tidaknya nilai-nilai Islam dalam sinetronnya, yang terpenting adalah laku tidaknya sinetron tersebut. Kebanyakan aspek keagamannya hanya sekedar tempelan. Sekedar menampilkan simbol-simbol ke-Islaman namun secara dialog dan karakter tidak mencerminkan Islam sama sekali.6

Tentunya orang tua ingin adanya nilai-nilai pendidikan akhlak yang bisa diambil dari tayangan yang ditonton oleh anak-anak mereka, nilai-nilai tersebut di harapkan bisa berdampak baik bagi akhlak anak-anak mereka, bukan hanya sekedar hiburan semata.

Sinetron religi “Para Pencari Tuhan” merupakan salah satu sinetron religi yang paling sukses dalam sejarah perkembangan sinetron di pertelevisian Indonesia. Sinetron religi mulai ditayangkan sejak tahun 2007 ini secara berkala ditayangkan setiap bulan Ramadhan pada saat jam sahur. Sinetron religi ini sangat digemari oleh masyarakat, karena selain menghibur juga banyak pesan, informasi dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam sinetron religi tersebut.

4

Ibid. h. 19

5

Ibid

6

Brillianto, Sinetron Religi Tidak Merepresentasikan Muslim Indonesia, 2013, p. 1, (http://

(17)

terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9, yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun judul penelitian ini adalah:

“PERSEPSI SISWA TERHADAP NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SINETRON RELIGI PARA PENCARI TUHAN JILID 9 (Survei Terhadap Siswa SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan)”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang maslah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya sinetron religi yang isinya tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

2. Informasi yang diterima televisi hanya satu arah.

3. Sedikitnya tayangan-tayangan sinetron religi yang bisa dijadikan media pendidikan akhlak bagi siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan tidak melebar, maka dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pada persepsi siswa terhadap nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9. Persepsi terhadap nilai pendidikan akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini perhatian dan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9.

D. Perumusan Masalah

Untuk memberikan gambaran permasalahan yang terkandung dalam judul skripsi ini penulis merasa perlu mengemukakan perumusan masalah, sebagai berikut :

(18)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9.

F. Manfaat Penelitian

(19)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Persepsi Siswa

1. Pengertian Persepsi

Persepsi atau pengamatan adalah aktivitas yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya, dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia/individu mengetahui lingkungan hidupnya.1 Persepsi merujuk pada cara dimana kita menginterpretasikan atau mengerti pesan yang diproses oleh sistem indera kita.2 Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun kejadian yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan. Selain itu persepsi juga didefinisikan sebagai proses yang membeda-bedakan rangsangan yang masuk untuk selanjutnya diberikan makna dengan bantuan beberapa faktor.3

Definisi lain menyebutkan, bahwa persepsi adalah kemampuan mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang.4 Kemampuan persepsi/pengamatan manusia tidak hanya terbatas terhadap suatu objek rangsangan yang berasal dari benda-benda atau objek-objek yang berasal dari alam luar, tetapi juga dapat mengenali rasa sakit, lapar dan dahaga yang merupakan fakta-fakta objektif dari dalam diri kita, yang tidak tampak rupanya tetapi gejalanya kita rasakan.5

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar melalui organ-organnya, kemudian terjadi proses berpikir dalam otak yang

1

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya: 2006), cet IV h. 45

2

Nina Mutmainah dan Muhammad Fauzi, Psikologi Komunikasi, (Jakarta, Universitas Terbuka: 1999), cet III h. 70

3

H. Muh Said dkk, Psikologi dari Zaman ke Zaman, (Bandung, Jemmars: 1990) cet II, h. 45

4

Abdul Rachman Shaleh, Psikologi: Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, (Jakarta, Prenada Media Group: 2004), cet I h. 110

5

Sabri, loc.cit

(20)

kemudian terwujud dalam proses pemahaman.6 Pemahaman adalah pengartian dan pengetahuan yang dimiliki terhadap sesuatu setelah melalui proses belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi/pengamatan adalah proses dimana individu memfokuskan perhatian dari rangsangan-rangsangan yang diterima lalu kemudian menginterpretasikannya, sehingga rangsangan-rangsangan tersebut memiliki makna.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Ada banyak faktor yang mempengaruhi bagaimana kita mempersepsikan serta yang kita persepsikan. Menurut Carole Wade salah satunya adalah faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut:

a. Kebutuhan

Ketika kita membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal, tau menginginkannya, kita akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini.

b. Kepercayaan

Apa yang kita anggap sebagai benar dapat mempengaruhi interpretasi kita terhadap sinyal sensorik. Contoh bila anda percaya akan adanya makhluk luar angkasa yang secara berkala mengunjungi bumi, dan anda melihat benda dilangit.

c. Emosi

Emosi dapat mempengaruhi interpretasi kita mengenai suatu informasi sensorik. Rasa sakit, secara khusus dipengarui oleh emosi yang kita rasakan. Para prajurit yang mengalami luka serius sering kali tidak menyadari adanya rasa sakit, meskipun mereka dalam keadaan sadar sedang terkejut.

d. Ekspektasi

Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara kita mempersepsikan dunia. Kecenderungan untuk mempersepsikan sesuatu sesuai dengan

6

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta, RajaGrafindo Persada: 2013), cet V, h.86

(21)

harapan disebut sebagai set persepsi. Dengan kata lain set persepsi adalah kebiasaaan dalam mempersepsikan sesuatu.7

Menurut Ahmad Fauzi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

a. Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.

b. Set

Harapan seseorang tentang rangsang yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis start terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat dia harus mulai berlari. Perbedaan set dapat menyebabkan perbedaan persepsi. Misalnya, A membeli telur dengan harga Rp. 15,- sebutir, sedangkan B membeli dengan Rp. 10,-. Kalau A dan B bersama-sama membeli telur di suatu tempat dan harga telur itu adalah Rp. 12,5,- maka bagi A harga telur ini murah, tetapi bagi B terlalu mahal.

c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan yang berbeda menyebabkan pula perbedaan persepsi. Misalnya A dan B berjalan-jalan di Pusat pertokoan, A, yang kebetulan sedang lapar, mempersepsikan kompleks itu sebagai penuh dengan restoran-restoran yang berisi makanan lezat, sedangkan B yang sedang ingin membeli sebuah arloji, mengamati kompleks itu sebagai deretan toko kelontong.

d. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi. Suatu eksperimen di Amerika Serikat (Bruner dan

7

(22)

Godman, 1947, Carter dan Schooler, 1949) menunjukkan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar daripada ukuran yang sebenarnya. Gejalan ini tidak terdapat pada anak-anak yang berasal dari keluarga kaya.

e. Ciri Kepribadian

Ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi. Misalnya, A dan B pekerja di suatu kantor yang sama di bawah pengawasan satu orang atasan. A yang pemalu dan penakut, mempersepsikan atasannya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu di jauhi, sedangkan B yang mempunyai lebih kepercayaan diri, menganggap atasannya sebagai tokoh yang dapat diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.

f. Gangguan Kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dari ilusi halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja. Penderita skizofrenia misalnya dapat mendengar suara-suara atau melihat benda-benda yang tidak terdengar atau terlihat oleh orang lain atau ia bias melihat suatu benda jauh berbeda dari bentuk yang asli, misalnya ia melihat gundukan tanah sebagai harimau yang mau menerkamnya.8 Sedangkan menurut Nina Mutmainah dan Muhammad Fauzi setiap orang memiliki persepsi yang berbeda saat mendapat stimuli yang sama. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor, antara lain :

a. Faktor personal berupa kebutuhan atau motif yang berlainan untuk setiap orang. Sikap, nilai, perferensi dan keyakinan yang berlainan merupakan faktor personal yang mempengaruhi persepsi yang berbeda, Kapasitas seperti tingkat intelegensi, kemampuan berbahasa juga mempengaruhi persepsi. Pengalaman dan kebiasaan yang terbentuk sebagai hasil pendidikan dan budaya, merupakan faktor penting lain.

8

(23)

b. Faktor yang berasal dari stimulus itu sendiri, mencakup karakter fisik (ukuran, warna, dsb), pengorganisasian pesan, novelry, mode dan asal mula informasi tersebut.

c. Pengaruh media dan lingkungan, misalnya media elektronika, media cetak akan menimbulkan persepsi yang berbeda.9

3. Pengertian Siswa

Kata murid berasal dari kata ‘arada yuridu iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan.10 Selain kata murid, dijumpai pula kata al-tilmidz

yang juga berasal dari bahasa Arab, namun tidak mempunyai akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada murid yang belajar di madrasah.11 Selain itu ada juga istilah thalib yang berasal dari kata thalaba yathlubu thalaban, thalibun yang berarti orang yang mencari sesuatu. Kata ini menggambarkan perilaku aktif, mandiri dan kreatif yang tidak banyak bergantung kepada guru. Biasanya kata thalib dipakai untuk mahasiswa. Dari beberapa pemaparan kata-kata tersebut semuanya mengacu kepada seseorang yang tengah menempuh pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya. Pada sekolah yang tingkatnya rendah seperti Sekolah Dasar digunakan istilah murid dan tilmidz, sedangkan pada sekolah yang tingkatnya lebih tinggi seperti SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi digunakan istilah

thalib al-ilm. Dalam pandangan yang lebih modern, peserta didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subjek pendidikan.12 Dengan arti bahwa pada setiap proses pengajaran/pendidikan mereka juga harus dilibatkan untuk memecahkan masalah.13 Peserta didik dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti guru untuk memenuhi otaknya dengan berbagai informasi. Peserta didik adalah anak yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam

9

Mutmainah dan Fauzi, op.cit h. 76

10

Fadillah Suralaga dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta, UIN Jakarta Press: 2005), cet I h. 111

11

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Gaya Media Pertama:2005), cet I, h. 49

12

Ibid, h. 131

13

(24)

pelajaraannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa yang memaksakan kehendak dan tujuannya kepada mereka.14 Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat.15

Menurut Samsul Nizar hakekat peserta didik adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, melainkan ia memiliki dunianya sendiri. Hal ini perlu dipahami, agar perlakuan terhadap mereka dalam proses pendidikan tidak disamankan dengan pendidikan orang dewasa

b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhannya. Pemahaman ini perlu diketahui agar aktivitas pendidikan Islam dapat di sesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang umumnya dialami peserta didik.

c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani.

d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual, baik yang disebabkan faktor bawaan maupun lingkungan ia tinggal.

e. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama; jasmaniah dan rohaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dapat dikembangkan melalui proses pembiasaan dan latihan. Sementara unsur rohani berkaitan dengan daya akal dan daya rasa. Daya akan dapat dikembangkan melalui proses intelektualisme yang menekankan pada ilmu-ilmu rasional, dan daya rasa dapat dikembangkan melalui pendidikan ibadah dan akhlak.

f. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi (firtrah) yang perlu dikembangkan secara terpadu. Fungsi

14

Abdul Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2011) cet II h. 113

15

Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2010) cet I, h. 173

(25)

pendidikan dalam hal ini adalah membantu dan membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan dan mengarahkan potensi yang dimilikinya, sesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tanpa harus mengabaikan fungsi-fungsi kemanusiannya.16

Sedangkan menurut Hasan Basri hakekat peserta didik adalah :

a. Peserta didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi peserta didiknya di dalam keluarga.

b. Peserta didik adalah semua anak yang berada dalam bimbingan pendidik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal, seperti di sekolah, pondok pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak-anak seperti TPA, majelis taklim, dan sejenis. c. Peserta didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di

lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasehat, pembelajaran, dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan.

Beliau juga membagi peserta didik berdasarkan sifat-sifatnya yang berbeda, yaitu :

a. Peserta didik yang belum mengerti apa pun tentang ilmu pengetahuan atau peserta didik yang hanya mengenal sesuatu, tetapi belum mengerti dan memahami sesuatu. Peserta didik yang duduk di taman kanak-kanak atau sekolah dasar sesungguhnya sebagai peserta didik yang belum mengerti dan memahami sesuatu, bahkan huruf pun belum mengenal.

b. Peserta didik yang baru mengenal dan mengetahui tetapi belum begitu memahami ilmu pengetahuan yang dimaksudkan.

c. Peserta didik yang sudah mengenal, mengetahui, memahami, tetapi belum mengamalkannya dalam kehidupan

16

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teorotis dan Praktis

(26)

d. Peserta didik yang telah memahami ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan.17

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya persepsi siswa adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh siswa menggunakan alat indera terhadap stimulus yang didapatkan di lingkungan belajar mereka.

B. Nilai Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Nilai

Segala sesuatu yang ada dalam semesta, langsung atau tak langsung, disadari maupun tidak disadari manusia mengandung nilai.18 Secara umum, ruang lingkup pengertian nilai adalah tak terbatas. Segala sesuatu dalam alam raya adalah bernilai. Nilai seluas potensi kesadaran manusia. Variasi kesadaran manusia sesuai dengan individualitas dan keunikan kepribadiannya. Semua adalah perwujudan kesadaan nilai dalam masing-masing pribadi.19

Sjarkawi mendefinisikan nilai dari segi bahasa, nilai atau value (bahasa inggris) atau valare (bahasa latin) berarti berguna, mampu, berdaya berlaku dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan.20 Nilai-nilai sedemikian universal dan tak terbatas. Tetapi ada pula orang yang membatasi nilai-nilai dalam arti-arti tertentu, yakni sebagai norma tertentu.

Definisi nilai sendiri menurut Richard Eyre adalah:

Yang dimaksud dengan nilai adalah standar-standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup, dan bagaimana kita meperlakukan orang lain. Tentu saja, nilai-nilai yang lebih baik bisa menjadikan orang lebih baik, hidup lebih baik, dan memperlakukan orang lain secara lebih baik. Sedangkan yang dimaksudkan dengan moralitas adalah perilaku yang diyakini banyak orang sebagai benar dan sudah terbukti tidak menyusahkan orang lain, bahkan sebaliknya.21

17

Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, CV Pustaka Setia: 2009), cet I, h. 90

18

Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, (Surabaya, Usaha Nasional: 1988) cet IV h. 130

19

Ibid, h. 130-131

20

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak ; Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), cet I h. 29

21

(27)

Steeman sendiri mendefinisikan nilai sebagai berikut:

Nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika.22

Nilai merupakan preferensi yang tercermin dari prilaku seseorang, sehingga seseorang akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu tergantung pada sistem nilai yang dipegangnya.23 Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan keluhuran budi serta akan menjadi sesuatu yang dapat dihargai dan dijunjung tinggi.24 Dalam pandangan Kalven nilai mempunyai peranan begitu penting dan banyak di dalam hidup manusia, sebab nilai selain sebagai pegangan hidup, menjadi pedoman penyelesaian konflik, memotivasi dan mengarahkan hidup manusia.25 Menilai berarti menimbang-nimbang dan membandingkan sesuatu dengan yang lainnya untuk kemudian mengambil sikap atau keputusan. Hasil pertimbangan itulah yang disebut nilai.26

2. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan adalah bagian dari proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan.27 Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan ialah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup28. Sedangkan pendidikan dalam perspektif Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an, Sunnah,

22

Muhammad Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, (Jakarta, RajaGrafindo Persada: 2002) cet I h. 187

27

Fadillah Suralaga, op.cit, h. 39

28

Ibid, hal 21

(28)

pendapat ulama serta warisan sejarah, maka pendidikan Islam pun mendasarkan diri pada al-Quran, sunnah, pendapat para ulama serta warisan sejarah tersebut.29 Pendidikan dalam perspektif Islam juga dikatakan sebagai suatu usaha membentuk manusia harus mempunyai landasan keimanan, dan kepada landasan itulah semua kegiatan dihubungkan.30

Menurut Hasan Basri penambahan pem-, akhiran –an, mempunyai makna sifat dari perbuatan membina atau melatih, atau mengajar dan mendidik itu sendiri. Oleh karena itu pendidikan merupakan pembinaan, pelatihan, pengajaran, dan semua hal yang merupakan bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilannya.31

Pengertian pendidikan menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani, pendidikan adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.32

Menurut Hasan Langgulung pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik.33

Dalam sebuah Konferensi Pendidikan Islam sedunia yang ke-2, pada tahun 1980 di Islamabad, pendidikan adalah:

Education should aim at the balanced growth of total personality of man through the training of man’s spirit, intellect, the rational self, feeling, and bodily sense. Education should therefore cater for thr growth of man in all it’s aspect, spiritual, intellectual, and motivate all these aspects toward goodness and attaintment of perfection. The ultimate aim for education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humnanity at large.

Pendidikan harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian,

29

Abuddin Nata, Filsafat…….., op.cit h. 29

30

Djunaidatul Munawaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan Perspektif Islam dan Umum, (Ciputat, UIN Jakarta Pers: 2003) cet I h. 109

(29)

pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual, intelektual, daya imaginasi, fisik, keilmuan, dan bahasa, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong seluruh aspek tersebut untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan diarahkan pada upaya merealisasikan pengabdian manusia kepada Allah SWT, baik pada tingkat individual, maupun masyarakat dan kemanusiaan secara luas.34

Dari beberapa pengertian di atas, maka pendidikan adalah suatu proses penanaman potensi dalam diri anak, dimana proses tersebut memberikan perkembangan kepada anak didik untuk terus berkembang menuju kedewasaan dengan menanamkan nilai-nilai moral agama dan keterampilan (yang di dalamnya mengandung pengembangan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik) agar berguna untuk dirinya dan masyarakat sekitar.

Sedangkan pengertian dari sisi akhlak, menurut Moh. Ardani, ditinjau dari segi bahasa, kata ‘akhlak’ berasal dari bahasa Arab akhlaq yang berarti “perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama”.35

Secara bahasa kata akhlaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq,

yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlaq adalah jamak dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas.36

Yatimin Abdullah sendiri mendefinisikan akhlak berdasarkan bahasa sebagai berikut :

Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq

merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani, pengertian khuluq ini disamakan dengan kata

ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.37

Kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya di dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

34

Ibid, h. 30-31

35

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan Tasawuf,

(Jakarta: Karya Mulia, 2005), cet. II, h. 25.

36

Ibid.

37

M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), cet. I, h. 2-3.

(30)

(

٤

:

ﻢﻠﻘﻟﺍ

)

ٍﻢﻴِﻈَﻋ ٍﻖُﻠُﺧ ٰﻰَﻠَﻌَﻟ َﻚﱠﻧِإَو

“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

(Q.S. Al-Qalam: 4)

Menurut Ahmad Amin dalam buku Etika Ilmu Akhlak, bahwa akhlak itu kebiasaan atau kehendak. Berarti apabila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Dan bila kehendak itu membiasakan memberi, kebiasaan kehendak ini ialah akhlak dermawan.38 Perilaku adalah gambaran dan bukti adanya akhlak, maka bila kita melihat seseorang yang memberi secara berkala maka ini menunjukkan kita bahwa terdapat akhlak di dalam dirinya. Bila perbuatan yang dilakukan hanya sekali atau dua kali, maka hal ini tidak menunjukkan akhlak. Akhlak dibentuk dengan perbuatan baik yang terus-menerus.

Dari beberapa definisi akhlak di atas, kita dapat mengerti bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan yang mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.39

Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia (akhlak karimah). Proses tersebut tidak terlepas dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara total.40

Pendidikan akhlak juga dapat diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan akhlak juga berarti menumbuhkan kepribadian dan menanamkan tanggung jawab.41

38

Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1998), cet VIII h. 62

39

Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung, CV Pustaka Setia: 2014) cet VI h. 15

40

Bukhari Umar, Hadits Tarbawi Pendidikan Dalam Prespektif Hadits, (Jakarta; Bumi Akhsara, 2012), cet I h.. 42

41

(31)

Pendidikan akhlak merupakan suatu proses mendidik, memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berfikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran Islam.42

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik terhadap anak didik melalui proses belajar mengajar, pelatihan, pengasuhan, pembinaan, dan tanggung jawab untuk diarahkan pada suatu arah yang baik, baik dari segi aspek jasmani maupun aspek rohani secara terus menerus dan bertahap agar dapat membedakan akhlak baik dan akhlak buruk.

3. Tujuan Pendidikan Akhlak

Hasan Basri dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam menjelaskan hakekat dari pendidikan itu sendiri, yaitu:

a. Pendidikan pada hakekatnya adalah proses pembinaan akal manusia yang merupakan potensi utama dari manusia sebagai makhluk berpikir. Dengan pembinaan olah pikir, manusia diharapkan semakin meningkatkan kecerdasannya dan meningkat pula kedewasaan berpikirnya, terutama memiliki kecerdasan dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupannya.

b. Pendidikan pada hakekatnya adalah pelatihan keterampilan setelah manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang memadai dari hasil olah pikirnya. Keterampilan yang dimaksudkan adalah suatu objek tertentu yang membantu kehidupan manusia dengan keterampilan tersebut, manusia mencari rezeki dan mempertahankan kehidupannya.

c. Pendidikan dilakukan di lembaga formal dan nonformal, sebagaimana dilaksanakan di sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat.

d. Pendidikan bertujuan mewujudkan masyarakat yang memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi dengan indikator utama adanya peningkatan kecerdasan intelektual masyarakat, etika dan moral

42

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Jilid III, (Bandung, Imtima: t.t.) cet I h. 39

(32)

masyarakat yang baik dan berwibawa, serta terbentuknya kepribadian yang luhur.43

Dari hakekat tersebut kita dapat melihat tujuan dari pendidikan, menurut Samsul Nizar tujuan pendidikan haruslah berorientasi pada:

a. Berorientasi pada tujuan dan tugas pokok manusia. Manusia ada di dunia ini bukan karena kebetulan atau sia-sia. Ia diciptakan dengan membawa tujuan dan tugas tertentu yaitu sebagai ‘abd dan khalifah fi al-ard. Untuk itu pendidikan harus mampu mengantarkan dan menginformulasikan sistem pendidikannya kearah pencapaian tugas dan fungsi manusia diciptakan di muka bumi.

b. Berorientasi pada sifat dasar manusia. Manusia diciptakan Allah SWT dengan dibekali berbagai macam fitrah yang memiliki kecenderungan pada hanif lewat tuntunan agama-Nya. Untuk itu pola pendidikan harus mampu mengembangkan fitrah insaniah tersebut sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.

c. Berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman. Tuntutan ini berupa pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam kehidupan bermasyarakat, maupun pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam mengantisipasi perkembangan akselerasi dunia modern.

d. Berorientasi kepada kehidupan ideal Islami. Dimensi ini mengandung nilai bahwa sistem pendidikan harus mampu menyeimbangkan dan memadukan antara kepentingan hidup duniawi dan uhkrawi. Keseimbangan dan keserasian antara dua kepentingan hidup tersebut menjadi daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari berbagai gejolak kehidupan yang mengahambat ketentraman dan ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomis, maupun ideologi dalam kehidupan pribadi manusia.44

43

Hasan Basri, op.cit, h. 56

44

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta, Gaya Media Pratama: 2001) cet I h. 109

(33)

Sedangkan menurut John Dewey tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu means dan ends. Means merupakan tujuan yang berfungsi sebagai alat yang dapat mencapai ends. Means adalah tujuan “antara”, sedangkan ends adalah tujuan ”akhir”. Dengan kedua kategori ini, tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria yaitu :

a. Tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi yang sudah ada

b. Tujuan itu harus fleksibel, yang dapat disesuaikan dengan keadaan c. Tujuan itu harus mewakili kebebasan aktivitas.

Pada akhirnya menurut John Dewey setiap tujuan harus mengandung nilai, yang dirumuskan melalui observasi, pilihan dan perencanaan, yang dilaksanakan dari waktu ke waktu.45

Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam Hamdani Hasan dan Fuad Ihsan menjelaskan tentang tujuan pendidikan menurut perspektif Islam sebagai berikut:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan, seperti sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.

b. Tujuan Akhir

Pendidikan berlangsung selama hidup maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir, pendidikan berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.

45

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam : Menguatkan Epistimologi Islami Dalam Pendidikan, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Media: 2014) cet I h. 86

(34)

d. Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang di capai melalui sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional.46

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah agar manusia mempunyai budi pekerti mulia dan jujur, bertingkah laku baik terhadap Tuhannya dan Rasulullah dan sesama sehingga tidak hanya mendapatkan kebahagiaan di dunia tetapi juga kebahagiaan di akhirat yang menrupakan kehidupan yang sebenarnya. Kemudian pendidikan haruslah diarahkan pada terbinanya seluruh bakat dan potensi manusia sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam, sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka pengabdiannya kepada Tuhan.

4. Macam-macam Akhlak

Dalam kehidupan bermasyarakat, mungkin kita sering mendengar tentang kata Akhlak. Akhlak sendiri bisa diartikan dengan tingkah laku atau budi pekerti yang sopan dan santun, tanpa akhlak maka manusia tidak bisa menjadi makhluk yang mulia. Akhlak sendiri dibagi menjadi dua, yaitu akhlak

mahmudah ( akhlak terpuji) dan akhlak madzmumah (akhlak tercela).

a. Akhlak Mahmudah

Akhlak mahmudah atau akhlaqul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. 47 orang yang mempunyai ahklaqul karimah atau ahklak yang baik dapat bergaul dengan masyarakat secara luwes, karena dapat melahirkan sifat-sifat saling mencintai dan saling menolong, ahklak yang baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya. Suatu perbuatan yang dilihat merupakan gambaran dari sifat-sifatnya

46

Hamdani Ihsan dan Ahmad Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, CV Pustaka Setia: 2001) cet II h. 62-65

47

(35)

tertanam dalam jiwa baik atau jahatnya.48 Berikut adalah macam-macam akhlak mahmudah :

1. Jujur

Jujur adalah mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan. Jujur adalah salah satu sebab husnul khatimah. Kejujuran itu mencakup kejujuran ucapan dan perbuatan.49

2. Sabar

Menurut bahasa, sabar artinya al-Habsu wal Kaffu

(menahan dan mencegah).50 Dalam istilah syariat sabar berarti menahan diri untuk melakukan dan meninggalkan larangan Allah SWT. Pribahasa mengatakan bahwa kesabaran itu pahit laksana jadam, namun akibatnya lebih manis dari pada madu. Ungkapan tersebut menunjukkan hikmah dari berbuat sabar.

3. Ikhlas

Pengertian ikhlas secara syar’i sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Qayyim adalah memfokuskan tujuan dan maksud (dari amalannya) hanya kepada Allah, melaksanakan ketaatan hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu.51

4. Berani

Sifat berani termasuk dalam fadhilah akhlaqul karimah. Syaja’ah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi di medan laga. Melainkan sesuatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut semestinya. Orang yang dapat menguasai jiwanya pada masa-masa kritis ketika bahaya di ambang pintu, itulah orang yang berani.52

5. Adil

Adil ialah ketika seseorang mengambil haknya dengan cara yang benar atau memberikan hak orang lain tanpa mengurangi

48

Ibid, h. 41

49

Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid, Jagalah Hati Raih Ketenangan, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2006), cet. I, h. 214

50

Ibid, h. 214

51

Ibid, h. 4

52

(36)

haknya serta memberikan sesuatu porsinya. Adil berhubungan dengan perseorangan, adil berhubungan dengan kemasyarakatan, dan adil berhubungan dengan pemerintah.53 Bila seseorang mengambil haknya dengan cara yang benar atau memberikan hak orang lain tanpa mengurangi haknya, itulah yang dinamakan tindakan adil. Adil yang berhubungan dengan kemasyarakatan dan adil yang berhubungan dengan pemerintahan dengan kemasyarakatan dan adil yang berhubungan dengan pemerintah misalnya tindakan hakim menghukum orang-orang yang jahat atau orang-orang yang bersengketa sepanjang neraca keadilan.54 Dalam ayat Al-Qur’an disebutkan tentang bagaimana manusia harus berlaku adil, sebagai berikut :

ِءﺂَﺸْﺤَﻔْﻟا ِﻦَﻋ ﻰ ٰﻬْـﻨَـﻳَو

ٰﰉْﺮُﻘْﻟا يِذ ِءﺎَﺘﻳِإَو ِنﺎَﺴ ْﺣِْﻹاَو ِلْﺪَﻌْﻟﺎِﺑ ُﺮُﻣْﺄَﻳ َﻪﱠﻠﻟا ﱠنِإ

(

٩۰

:

ﻞﺤ ّﻨﻟﺍ

)

َنوُﺮﱠﻛَﺬَﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ْﻢُﻜُﻈِﻌَﻳ

ِﻲْﻐَـﺒْﻟاَو ِﺮَﻜْﻨُﻤْﻟاَو

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (Q.S. An-Nahl : 90)

6. Amanah

Amanah adalah segala sesuatu yang dibebankan oleh Allah SWT kepada manusia untuk dilaksanakan yang tercakup di dalamnya. Dengan memiliki sikap amanah akan terjalin sikap saling percaya, jujur dan transparan dalam seluruh aktifitas kehidupan.55 Amanah juga memberikan arti pesan yang dititipkan dapat disampaikan kepada orang yang berhak. Amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia wajib untuk ditunaikan, seperti sholat, zakat, puasa, berbuat baik

53

Barmawi Umary, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1993), h. 47

54

Yatimin Abdullah, op.cit, h. 43

55

(37)

kepada sesama dan lainnya. Amanah bukan hanya dalam hal materi atau hal yang berkaitan dengan kebendaan saja, melainkan berkaitan dengan segala hal, seperti memenuhi tuntutan Allah SWT adalah amanah, bergaul dengan manusia dengan cara yang terbaik adalah amanah, demikian seterusnya. Amanah ini berkaitan erat dengan yang namanya tanggung jawab. Orang yang menjaga amanah biasanya disebut sebagai orang yang mampu bertanggung jawab. Dan sebaliknya, orang yang tidak menjaga amanah disebut orang yang tidak bertanggung jawab.

b. Akhlak Madzmumah

Ahklaqul madzmumah ialah perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain.56 Ahklaqul madzmumah

atau ahklak buruk, yaitu suatu sifat yang tercela dan dilarang oleh norma-norma yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Apabila seseorang melaksanakannya niscaya mendapat dosa dari Allah karena perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela di hadapan Allah.57 Berikut adalah macam-macam nya :

1. Angkuh (Sombong)

Angkuh adalah sikap jiwa yang menganggap diri lebih baik daripada orang lain atau merendahkan orang lain.58 Angkuh merupakan pribadi seorang, menjadi sifat yang melekat pada diri orang lain tersebut. Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, dan sebagainya.59

56

Ibid, h. 56

57

Ibid, h. 57

58

Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin: Handbook bagi Pendamba kesehatan Holistik,

(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2005), cet. I, h. 180

59

(38)

Dalam Al-Qur’an terdapat ayat tentang angkuh/sombong, sebagai berikut :

ًﻻﻮُﻃ َلﺎَﺒِْﳉا َﻎُﻠْـﺒَـﺗ ْﻦَﻟَو َضْرَْﻷا َقِﺮَْﲣ ْﻦَﻟ َﻚﱠﻧِإ ﺎًﺣَﺮَﻣ ِضْرَْﻷا ِﰲ ِﺶَْﲤ َﻻَو

(

٣٧

:

ﻞﻳءۤﺍﺮﺳﺍ ۤﲏﺑ

)

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (Q.S. Bani Israil: 37)

Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa sebagai manusia yang berjalan dimuka bumi kita tidak boleh angkuh atau sombong. 2. Iri Hati

Kata iri menurut bahasa (etimologi) artinya merasa kurang senang melihat kelebihan orang lain, kurang senang melihat orang lain beruntung, cemburu dengan keberuntungan orang, tidak rela apabila orang lain mendapat nikmat dan kebahagiaan.60

3. Kikir

Kikir dapat disebut juga dengan pelit atau dalam bahasa Arab disebut bakhil atau bukhl, yaitu tidak memberikan hartanya pada saat harta itu perlu disumbangkan kepada orang yang lebih membutuhkan. Dan akhir nanti harta orang kikir akan dikalungkan ke lehernya sebagai hukuman baginya.61 4. Dusta

(39)

5. Ghibah

Buruk sangka atau ghibah adalah suatu anggapan tentang orang yang boleh jadi benar atau salah dengan berdasarkan data-data yang jauh sekali dari kebenaran. Buruk sangka dikatakan “perkataan dusta” karena dua hal: pertama, benarnya belum tentu, sedang salah lebih besar dan pasti. Seperti halnya ghibah. Kedua, mencemarkan kehormatan seseorang yang ditimpa buruk sangka itu.63

6. Dengki/hasud

Dengki menurut bahasa berarti menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena sesuatu yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Dengki ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan orang lain dan disertai maksud agar nikmat itu hilang atau berpindah kepadanya. Dengki termasuk penyakit hati dan merupakan sifat tercela, hukumnya haram karena dapat merugikan orang lain. Bahaya dengki sama dengan sifat iri hati dan sifat tercela.64

C. Sinetron

1. Pengertian Sinetron

Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya yang merupakan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video, melalui proses elektronik lalu ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi sebagai media komunikasi massa. Sinetron memiliki ciri-ciri, diantaranya bersifat satu arah serta terbuka untuk publik secara luas dan tidak terbatas.65

Sinema elektronik atau lebih populer kita kenal dengan istilah sinetron yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang

63

Ibid, h. 64-65

64

Yatimin Abdullah, op.cit, h. 62

65

Asep Muhyiddin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: CV Pustaka Setia 2002), h. 204

(40)

kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.66

2. Jenis-jenis Sinetron

Sebetulnya tidak ada jenis tertentu yang tampil utuh dalam sinetron televisi. Hampir semuanya merupakan pencampuran antara dua jenis yang berbeda bahkan tak jarang lebih dari satu. Ada beberapa jenis sinetron yang cukup dominan yang dapat dilihat dalam layar pertelevisian di Indonesia.

a. Laga Klasik

Pihak broadcast dan para pembuat sinetron menyebutnya, bahwa yang dimaksud dengan laga klasik adalah sinetron laga dengan setting jaman kerajaan dahulu (jawa, sunda dan lain-lain). Misalnya Tutur Tinular, Pedang Naga Puspa, Misteri Gunung Merapi.

b. Drama Rumah Tangga

Jenis ini berpola kehidupan rumah tangga yang diselingi dengan bumbu-bumbu pertengkaran dan konflik, temanya seputar warisan, kekerasan suami terhadap istri, perselingkuhan, percintaan yang dramatis, dsb. Misalnya Tersanjung, tersayang dll.

c. Komedi

Komedi merupakan salah satu jenis sinetron yang paling digemari oleh penonton. Komedi menyajikan cerita lucu. Semua konflik diserahkan untuk menimbulkan kesan lucu. Misalnya Tuyul dan Mbak Yul.

d. Religius

Sinetron jenis ini berorientasi pada tema-tema keagamaan dan tidak melulu berpihak pada agama mayoritas saja konflik-konflik dalam plot banyak disisipi pemikiran-pemikiran keagamaan, demikian pula

66

Fred Wibowo, Tekhnik Produksi Program Televisi,(Yogyakarta: Pinus Book Publisher, 2007), h. 226

(41)

dengan tokoh-tokohnya. Misalnya seperti sinetron yang peneliti teliti Para Pencari Tuhan.

e. Drama Remaja

Pada saat ini drama remaja adalah jenis sinetron yang sedang populer di kancah pertelevisian Indonesia. Didominasi tokoh-tokoh remaja mulai dari percintaan, persahabatan, konflik di sekolah, dan lain-lain. Seperti Anak Jalanan, Cintaku bersemi di putih abu-abu dll.

f. Misteri (Horor)

Jenis ini menampilkan cerita dan pengadegan dengan tujuan menimbulkan rasa takut melalui hal-hal yang menyeramkan, misalnya sinetron Di Sini Ada Setan dan Jail.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

Sebelumnya sudah ada beberapa penelitian yang meneliti tentang dengan tema sinetron religi Para Pencari Tuhan, ada juga yang meneliti tentang persepsi siswa dan nilai-nilai pendidikan akhlak, berikut adalah beberapa penelitian tersebut :

1. ”Pesan Dakwah di Media Elektronik Analisis Isi Terhadap Sinetron Religi Para Pencari Tuhan Jilid III Di SCTV”. Skripsi ini disusun oleh Neneng Mulyaningsih mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2010. Persamaan dengan penelitian Neneng Mulyaningsih adalah terletak pada sinetron yang diteliti yaitu Para Pencari Tuhan. Sedangkan perbedaanya terletak pada aspek kajian, yaitu mengkaji aspek pesan dakwah sedangkan dalam penelitian ini penulis mengkaji nilai-nilai pendidikan akhlak.

(42)

3. “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Sinema Religi Para Pencari Tuhan”. Skripsi ini disusun oleh Faiz Mubarok mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Dari penelitian analisis isi terdapat nilai-nilai akhlak dalam sinema religi Para Pencari Tuhan. Penulis menjadikan skripsi tersebut sebagai penelitian yang relevan karena selain sama-sama meneliti sinema religi Para Pencari Tuhan juga menjadi rujukan bahwasannya terdapat nilai-nilai akhlak dalam sinema religi Para Pencari Tuhan.

E. Kerangka Berpikir

Persepsi merupakan aktifitas mengindera, mengorganisasi, dan mengintepretasikan serta menilai stimulus yang ada dalam lingkungan. Dalam hal ini stimulus yang sama belum tentu membuat seseorang mempunyai persepsi yang sama terhadap suatu hal. Berdasarkan pengertian persepsi di atas dapat diketahui bahwa persepsi terkait erat dengan panca indera karena persepsi terjadi setelah objek yang bersangkutan melihat, mendengar atau merasakan sesuatu dan kemudiann mengorganisasi serta menginterpretasikan sehingga terjadi lah persepsi. Proses yang sama juga terjadi pada persepsi siswa terhadap stimulus yang mereka dapat di lingkungan belajarnya, dimana hasil dari persepsi ini bisa menjadi salah satu sumber belajar dari mereka.

Penanaman nilai-nilai pendidikan akhlak dapat dilakukan tidak hanya di sekolah tetapi di luar lingkungan sekolah. Banyak media yang bisa dipergunakan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan akhlak pada siswa salah satunya adalah dengan tayangan sinetron religi. Dimana siswa dapat mempersepsikan nilai-nilai yang coba disampaikan melalui sinetron religi yang hasil dari persepsinya dapat menjadi bahan acuan siswa untuk berperilaku yang baik dan luhur kepada Allah SWT, Rasulullah, masyarakat, dan alam.

(43)
(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan, yang beralamatkan di Gg. Adil, Kec. Setu, Kel. Setu, Kota Tangerang Selatan. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dari bulan November Tahun 2015 sampai dengan bulan Juli 2016. Jadual pelaksanaan penelitian ini disajikan pada tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1. Kegiatan Penelitian

Kegiatan

November 2015 - Juni 2016 Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli 1. Pengesahan Proposal

Skripsi √

2. Bimbingan dengan

dosen √ √ √ √ √ √ √ √

3. Observasi ke SMK

Muhammadiyah 2 √

4. Penyebaran Angket

5. Pengolahan Data dan

Analisis Data √ √

B. Metode Penelitian

(45)

siswa terhadap nilai-nilai pendidikan ahklak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9.

Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.1

Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam tentang sebuah variabel atau beberapa variable dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Sedangkan metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.2

Dengan demikian metode penelitian deskriptif kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas dengan tujuan untuk mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam tentang sebuah variabel atau beberapa variabel dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan.

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, (Bandung, Alfabeta, 2011), cet III, h.29.

2

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixmethode), (Bandung: Alfabeta, 2014), cet V, h. 9 – 11.

(46)

C. Teknik Pengumpuan Data

Metode pengumpulan data adalah penelitian survei, dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung ke sekolah yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer yang merupaka data berupa hasil jawaban angket tentang persepsi siswa sekolah SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9. Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut :

1. Angket

Angket terdiri dari sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi siswa SMK Muhammadiyah 2 Tangerang Selatan terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9. Angket ini berupa pernyataan tertutup dengan skala sikap likert, yaitu 1= Tidak Setuju, 2= Ragu-ragu, 3= setuju dan yang setara. Skala likert tersebut disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.2 Skala Likert

Skor Skala

1 Tidak Setuju

2 Ragu-ragu

3 Setuju

2. Observasi

(47)

3. Studi Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menelusuri dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian.

4. Wawancara

Wawancara digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang terkait dengan persepsi siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9.

D. Instrumen Penelitian

Terdapat satu macam instrument pengukuran yang dilakukan dalam penelitian yaitu instrument skala sikap likert dalam bentuk angket yang disebar kepada responden. Angket-angket tersebut disesuaikan dengan variabel yang akan diukur. Angket tentang persepsi siswa tersebut disusun berdasarkan kisi-kisi seperti yang disajikan pada tabel 3.3.

Untuk mengukur persepsi responden disediakan 3 pilihan skor yang akan digunakan untuk mengukur persepsi siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9.

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual persepsi siswa terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak adalah suatu proses dimana individu dapat mengenali obyek-obyek atau fakta-fakta obyektif dengan menggunakan indera sehingga dapat memberikan penilaian yang positif (baik) maupun negatif (buruk) terhadap nilai-nilai pendidikan akhlak dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan Jilid 9.

2. Definisi Operasional

(48)

Jilid 9 yang diukur dengan dua dimensi akhlak mahmudah (akhlak baik) terdiri dari indikator-indikator: 1. Jujur, 2. Sabar, 3. Ikhlas, 4. Berani, 5. Adil, dan 6. Amanah. Dan akhlak madzmumah (akhlak buruk) terdiri dari indikator-indikator: 1. Angkuh (sombong), 2. Iri Hati, 3. Kikir, 4. Dusta, dan 5. Ghibah.

3. Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Persepsi Siswa Tentang Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Dalam Sinetron Religi Para Pencari Tuhan

Variabel Dimensi Indikator No. Item Skala

Persepsi

(Dapat mengatakan sesuatu sesuai dengan

(Dapat memfokuskan tujuan dan maksud

(Sesuatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan

(49)

berbuat menurut semestinya) 5. Adil

(Mengambil haknya dengan cara yang benar atau memberikan hak

(50)

3. Kikir

(Tidak memberikan hartanya pada saat harta itu perlu disumbangkan kepada orang lain yang lebih membutuhkannya)

25,26,27 Ordinal (1-3)

4. Dusta

(Memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan)

28,39,30 Ordinal (1-3)

5. Ghibah

(Suatu anggapan tentang orang yang boleh jadi benar atau salah dengan berdasarkan data-data yang jauh sekali dari kebenaran)

31,32,33 Ordinal (1-3)

E. Teknik Analisis Data

Gambar

tabel 3.1  berikut ini.
Tabel 3.2 Skala Likert
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Tabel Klasifikasi Total Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian survei merupakan strategi penelitian yang berusaha memaparkan secara kuantitatif Sikap (X1) Persepsi Kontrol Perilaku (X2) Komitmen Profesional (X3)

Pembacaan teks proklamasi memberikan pesan kepada negara lain bahwa Indonesia adalah negara yang bebas dari penjajahan, negara.?. Perjuangan sebagai

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap masyarakat luas akan peranan teknologi terhadap kehidupan, dan secara khusus dapat

[r]

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul Pengaruh Atribut Produk terhadap Preferensi Konsumen

Berdasarkan CEDAW Bagian I Pasal 2 ayat b yaitu membuat peraturan perundang- undangan yang tepat dan peraturan-peraturan lainnya termasuk sanksi-sanksinya dimana perlu,

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran penyelenggaraan kebutuhan gizi kerja sesuai dengan tingkat pekerjaannya dan pemenuhan gizi sudah sesuai jumlah nilai kandungan

Upah muat barang dari pintu gudang ke atas alat angkut atau ke dalam peti kemas.. Ongkos angkut dari gudang penimbunan sampai ke: - Sisi kapal ( Along S ide