HUBUNGAN KOMPONEN CINTA STERNBERG DENGAN KEPUASAN HUBUNGAN ROMANTIS PADA
DUNIA MAYA DAN DUNIA NYATA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
CECILIA HORISON 091301082
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:
Hubungan Komponen Cinta Sternberg dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada Dunia Maya dan Dunia Nyata
adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Mei 2014
Cecilia Horison
Hubungan Komponen Cinta Sternberg dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada Dunia Maya dan Dunia Nyata
Cecilia Horison dan Arliza Juairiani Lubis
ABSTRAK
Secara tradisional, manusia umumnya menjalani hubungan romantis lewat bertatap muka secara langsung (face-to-face / hubungan romantis melalui dunia nyata / HRDN). Akan tetapi, perkembangan masa dan teknologi telah menyediakan alternatif lain yang dapat digunakan oleh individu dalam menemukan pasangan romantis: dunia maya (hubungan romantis melalui dunia maya / HRDM). Kedua memiliki derajat kepuasan hubungan romantis tersendiri yang berhubungan dengan 3 komponen cinta Sternberg. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis, baik hubungan pada partisipan HRDM maupun HRDN. Data dikumpulkan melalui kuesioner Kepuasan Hubungan Romantis (indeks reliabilitas 0,708) dan kuesioner Komponen Cinta Sternberg (indeks reliabilitas Intimacy 0,854, Passion 0,845, dan Commitment 0,886). Sebanyak 34 partisipan HRDM dan 81 partisipan HRDN dilibatkan secara incidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada partisipan HRDN ketiga komponen cinta berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis, akan tetapi pada partisipan HRDM hanya Intimacy dan Commitment yang berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis. Dari hasil penelitian ini, individu HRDN diharapkan untuk meningkatkan Intimacy, Passion, dan Commitment dalam hubungan romantisnya agar kepuasan dalam hubungan romantis dapat ditingkatkan, sementara individu HRDM sebaiknya meningkatkan Intimacy dan Commitment dalam hubungan romantisnya.
Relation of Sternberg’s Triangle of Love and Romantic Relationship Satisfaction on Online and Offline Relationship
Cecilia Horison and Arliza Juairiani Lubis
ABSTRACT
Traditionally, human engage in romantic relationship through face to face meeting (romantic relationship offline / HRDN). In this modern time, technology development has provided an alternative setting for individuals to find romantic partner: cyberspace (romantic relationship online / HRDM). Both settings have their own romantic relationship satisfaction, which correlates with Sternberg’s Triangle of Love. This study aim to determine the relationship between Sternberg’s Triangle of Love with romantic relationship satisfaction, both on HDRM and HRDN participants. Data was collected by using adapted version of Romantic Assessment Scale (reliability index 0,708) and Sternberg’s Triangular Love Scale (reliability index for Intimacy 0,854, Passion 0,845, and Commitment 0,886). 34 HRDM and 81 HRDN participated incidentally. The results show that for HRDN participants all components of love correlate with romantic relationship satisfaction, but only Intimacy and Commitment correlate with romantic relationship satisfaction for HRDM participants. From the results of this study, HRDN individuals are recommended to increase Intimacy, Passion, dan Commitment in their relationship to gain higher romantic relationship satisfaction, while HRDM individuals are recommended to increase Intimacy dan Commitment Commitment in their relationship.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya-lah skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Medan.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing saya, Kak Arliza Juairiani Lubis, M. Psi, Psikolog yang telah meluangkan banyak waktu dan sabar dalam membimbing saya, kepada orang tua saya yang selalu memotivasi saya, dan kepada Dwiyana Savira, Verawaty, Jessica, Ni Putu Defi, dan teman-teman Fakultas Psikologi USU yang telah memberikan motivasi, saran, dan kritik.
Saya menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu, saya berharap dapat memperoleh saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Medan, Mei 2014
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...iii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR FIGUR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...7
C. Tujuan Penelitian ...7
D. Manfaat Penelitian ...7
E. Sistematika Penelitian ...8
BAB II LANDASAN TEORI ...10
A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis ...10
1. Definisi ...10
2. Faktor-Faktor ...11
1. Komponen Cinta ...12
a. Intimacy ...12
b. Passion ...15
c. Commitment ...16
C. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata ...17
1. Definisi ...17
2. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata .. ...18
D. Hubungan Derajat Komponen Cinta dengan Kepuasan Hubungan Romantis Berkaitan dengan Jenis Hubungan Romantis ...25
E. Hipotesis Penelitian ...26
F. Kerangka Berpikir ...28
BAB III METODE PENELITIAN...29
A. Identifikasi Variabel Penelitian ...29
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...29
1. Kepuasan Hubungan Romantis ...29
2. Komponen Cinta Sternberg ...30
3. Variable Moderator ...31
C. Partisipan Penelitian ...31
1. Populasi Penelitian ...31
2. Metode Pengambilan Sampel ...32
E. Blue Print Alat Ukur ...34
1. Alat Ukur Kepuasan Hubungan Romantis ...34
2. Alat Ukur Komponen Cinta Sternberg ...35
F. Uji Coba Alat Ukur ...37
1. Uji Validitas ...37
2. Uji Reliabilitas ...37
3. Uji Daya Beda Aitem ...38
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur ...38
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...41
1. Tahap Persiapan ...41
a. Persiapan Alat Ukur ...41
b. Uji Coba Alat Ukur ...42
c. Revisi Alat Ukur ...42
2. Tahap Pelaksanaan ...43
3. Tahap Pengolahan Data ...43
H. Metode Analisis Data ...44
1. Uji Normalitas ... 44
2. Uji Linearitas ...44
3. Uji Korelasi ... 44
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ...46
A. Gambaran Umum Partisipan Penelitian ...46
3. Jenis kelamin ...47
4. Tempat tinggal ...48
5. Status pernikahan orang tua ...49
6. Derajat pendidikan ...50
7. Agama ...51
8. Suku ...51
9. Pacar saat ini adalah pacar ke- ...52
10.Lama hubungan romantis ...53
11.Telah pernah bertemu muka dengan pasangan ...54
12.Media yang digunakan ...55
B. Hasil Penelitian ...56
1. Uji Asumsi ...56
a. Uji Normalitas ...56
2. Hasil Utama Penelitian ...57
b. Hasil Uji Linearitas ...57
c. Hasil Uji Korelasi ...59
3. Hasil Tambahan Penelitian ...61
a. Kategorisasi Data Penelitian ...61
C. Pembahasan ...63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...69
A. Kesimpulan ...69
2. Saran Praktis ...70
DAFTAR PUSTAKA ...71
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kategorisasi skor pada alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) ...31
2. Blue print alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) ...35
3. Blue print alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) ...36
4. Kategorisasi skor pada alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) ...37
5. Blue print alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) sebelum dan setelah uji coba ...39
6. Blue print alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) sebelum dan setelah uji coba dan penomoran baru ...40
7. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan usia ...46
8. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan urutan kelahiran ...47
9. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan jenis kelamin ...48
10.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan tempat tinggal ...48
11.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan status pernikahan orang tua ..49
12.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan derajat pendidikan ...50
13.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan agama ...51
14.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan suku...52
15.Gambaran partisipan penelitian berdasarkan banyaknya hubungan romantis yang telah dijalani ...53
17.Gambaran partisipan penelitian yang menjalani hubungan romantis di dunia maya berdasarkan pernah atau tidak pernah partisipan bertemu muka dengan
pasangannya ...55
18.Gambaran partisipan penelitian yang menjalani hubungan romantic di dunia maya berdasarkan media yang digunakan ...55
19.Uji normalitas ...57
20.Uji linearitas ...58
21.Uji korelasi pada kelompok partisipan dunia maya ...60
22.Uji korelasi pada kelompok partisipan dunia nyata ...61
DAFTAR FIGUR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Sebelum uji coba alat ukur ...75
1. Alat ukur kepuasan hubungan romantis ...75
2. Alat ukur komponen cinta Sternberg ...76
B. Setelah uji coba alat ukur ...79
1. Alat ukur kepuasan hubungan romantis ...79
2. Alat ukur komponen cinta Sternberg ...80
C. Penelitian ...84
1. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ...84
2. Data mentah alat ukur kepuasan hubungan romantis...93
3. Data mentah alat ukur komponen cinta Sternberg ...97
D. Hasil penelitian ...108
1. Uji asumsi ...108
a. Uji normalitas ...108
2. Hasil utama penelitian ...108
b. Uji linearitas ...108
Hubungan Komponen Cinta Sternberg dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada Dunia Maya dan Dunia Nyata
Cecilia Horison dan Arliza Juairiani Lubis
ABSTRAK
Secara tradisional, manusia umumnya menjalani hubungan romantis lewat bertatap muka secara langsung (face-to-face / hubungan romantis melalui dunia nyata / HRDN). Akan tetapi, perkembangan masa dan teknologi telah menyediakan alternatif lain yang dapat digunakan oleh individu dalam menemukan pasangan romantis: dunia maya (hubungan romantis melalui dunia maya / HRDM). Kedua memiliki derajat kepuasan hubungan romantis tersendiri yang berhubungan dengan 3 komponen cinta Sternberg. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis, baik hubungan pada partisipan HRDM maupun HRDN. Data dikumpulkan melalui kuesioner Kepuasan Hubungan Romantis (indeks reliabilitas 0,708) dan kuesioner Komponen Cinta Sternberg (indeks reliabilitas Intimacy 0,854, Passion 0,845, dan Commitment 0,886). Sebanyak 34 partisipan HRDM dan 81 partisipan HRDN dilibatkan secara incidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada partisipan HRDN ketiga komponen cinta berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis, akan tetapi pada partisipan HRDM hanya Intimacy dan Commitment yang berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis. Dari hasil penelitian ini, individu HRDN diharapkan untuk meningkatkan Intimacy, Passion, dan Commitment dalam hubungan romantisnya agar kepuasan dalam hubungan romantis dapat ditingkatkan, sementara individu HRDM sebaiknya meningkatkan Intimacy dan Commitment dalam hubungan romantisnya.
Relation of Sternberg’s Triangle of Love and Romantic Relationship Satisfaction on Online and Offline Relationship
Cecilia Horison and Arliza Juairiani Lubis
ABSTRACT
Traditionally, human engage in romantic relationship through face to face meeting (romantic relationship offline / HRDN). In this modern time, technology development has provided an alternative setting for individuals to find romantic partner: cyberspace (romantic relationship online / HRDM). Both settings have their own romantic relationship satisfaction, which correlates with Sternberg’s Triangle of Love. This study aim to determine the relationship between Sternberg’s Triangle of Love with romantic relationship satisfaction, both on HDRM and HRDN participants. Data was collected by using adapted version of Romantic Assessment Scale (reliability index 0,708) and Sternberg’s Triangular Love Scale (reliability index for Intimacy 0,854, Passion 0,845, and Commitment 0,886). 34 HRDM and 81 HRDN participated incidentally. The results show that for HRDN participants all components of love correlate with romantic relationship satisfaction, but only Intimacy and Commitment correlate with romantic relationship satisfaction for HRDM participants. From the results of this study, HRDN individuals are recommended to increase Intimacy, Passion, dan Commitment in their relationship to gain higher romantic relationship satisfaction, while HRDM individuals are recommended to increase Intimacy dan Commitment Commitment in their relationship.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“We cannot live for ourselves alone, for our lives are connected by a
thousand invisible threads” (Herman Melville, dikutip dari Myers, 2009)
Kutipan di atas mengambarkan pandangan Melville bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa memerlukan orang lain, bahwa secara langsung maupun tidak langsung seorang manusia selalu terhubung dengan manusia-manusia lainnya.
Menurut Papalia (2007), manusia sudah berinteraksi dengan manusia lain bahkan sebelum ia lahir. Sejak masa prenatal (masa konsepsi hingga lahir), janin telah menunjukkan respon terhadap suara ibunya dan cenderung menunjukkan respon yang lebih positif terhadap suara ibunya dibandingkan dengan suara orang lain. Setelah lahir, manusia terus membentuk dan mengembangkan hubungan interpersonal secara bertahap sesuai dengan pertambahan usianya. Pembentukan dan pengembangan hubungan interpersonal tersebut berkaitan dengan pemenuhan tugas perkembangan dasar pada tiap periode usia tertentu. Tugas perkembangan tersebut haruslah dipenuhi agar manusia dapat berkembang secara normal (Papalia, 2007).
mengembangkan hubungan romantis, dan membentuk keluarga dengan pasangan (Papalia, 2007). Hubungan romantis didefinisikan oleh DeGenova (2008) sebagai aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling mengenal. Menurut Erikson, pembentukan hubungan romantis merupakan isu yang kritis pada tahap dewasa awal karena perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhannya untuk membentuk hubungan romantis. Selain itu, hubungan romantis akan mengajarkan manusia bagaimana cara membangun dan mempertahankan komitmen (Erikson dalam Papalia, 2007).
DeGenova (2008) lebih lanjut menyatakan bahwa bagi manusia, hubungan romantis: (1) merupakan bentuk rekreasi, (2) menyediakan pasangan yang menemani, menghabiskan waktu bersama, dan membangun hubungan dekat dengan individu (3) merupakan cara bersosialisasi, (4) mendukung perkembangan kepribadian, (5) menyediakan kesempatan untuk memerankan peran gender, (6) adalah cara untuk memenuhi kebutuhan akan rasa cinta dan kasih sayang, (7) menyediakan kesempatan untuk melakukan bereksperimen secara seksual dan mendapatkan kepuasan seksual, (8) adalah cara menyeleksi pasangan jangka panjang, dan (9) merupakan cara mempersiapkan diri individu untuk pernikahan.
perbedaan antara kedua pihak yang menjalani hubungan romantis, (2) merupakan sumber ketidakpercayaan diri dan kecemasan, (3) memiliki emosionalitas yang tinggi, (4) berpotensi menjadi hubungan seksual dan membangun keterikatan khusus dengan pasangan, dan (5) melibatkan isu kesetiaan dan komitmen.
Menurut Finkel, Eastwick, Karney, Reis, dan Sprecher (2012), menemukan pasangan yang cocok dengan individu yang berniat menjalani hubungan romantis tidaklah mudah dilakukan. Pada umumnya, calon pasangan ditemukan pada lingkungan fisik dan sosial di sekitar individu. Namun, perkembangan masa dan teknologi telah menyediakan alternatif lain yang dapat digunakan oleh individu dalam menemukan pasangan romantis: dunia maya. Menjalani hubungan romantis baik di dunia nyata maupun di dunia maya memiliki kelebihan-kelebihan tersediri.
Akan tetapi, menjalani hubungan romantis melalui dunia maya juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata, seperti: (1) memberikan kesempatan untuk membangun hubungan romantis pada individu yang lebih mampu mengungkapkan dirinya ketika tidak bertatap muka secara langsung serta memudahkan individu dalam mencari pasangan yang memiliki minat yang sama dengan dirinya (McKenna, Green, dan Gleason, 2002), (2) individu dapat berfantasi sesuai dengan keinginannya, menjalani hubungan romantis melalui dunia maya jauh lebih murah (secara finansial dan emosional) daripada melalui dunia nyata, terdapat anonimitas hingga derajat tertentu di dunia maya, serta terdapat kebebasan untuk memutuskan hubungan kapan saja sesuai keinginan (Jones, 2010), dan (3) menjalani hubungan romantis merupakan masa eksplorasi secara seksual, sementara norma sosial tidak mengizinkan individu untuk menjalani hubungan romantis dengan lebih dari satu orang pasangan (Giordano, Manning, dan Longmore dalam Reis dan Sprecher, 2009). Di dunia maya, individu dapat menjalani hubungan romantis dengan lebih dari satu orang pasangan karena pengaruh norma sosial terhadap conscience individu lebih rendah (Ben-Ze’ev, 2004).
segitiga yang terdiri atas tiga komponen: Intimacy (keintiman) yang merupakan perasaan dalam berhubungan romantis yang mendorong timbulnya kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan dengan pasangan, Passion (ketertarikan fisik dan seksual) yang merupakan dorongan yang menimbulkan romantisme, ketertarikan fisik, dan hubungan seksual dalam hubungan romantis, dan Commitment (komitmen) yang merupakan keputusan dan kesediaan untuk menjalani dan mempertahankan hubungan romantis. Sesuai dengan derajatnya, ketiga komponen cinta tersebut akan membentuk area segitiga cinta dengan bentuk dan ukuran tertentu dimana semakin besar area segitiga cinta individu maka semakin besarlah rasa cinta yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap pasangannya. Sternberg juga berpendapat bahwa ketiga komponen tersebut juga memiliki hubungan dengan kepuasan dalam hubungan romantis (Sternberg, 1988).
alasan utama orang dewasa mencari jasa terapis. Hubungan romantis yang tidak memuaskan merupakan alasan utama orang dewasa mencari jasa terapis.
Hasil berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan dalam hubungan romantis dengan komponen cinta Sternberg (Acker dan Davis, 1992; Lemieux dan Hale, 1999, 2000; Madey dan Rodgers, 2009; Cassepp-Borges dan Teodoro, 2007; dan Panayiotou, 2005 dalam Ng, 2010).
Meskipun demikian, beberapa penelitian memberikan penekanan yang berbeda mengenai komponen cinta mana yang berhubungan kuat dengan kepuasan hubungan romantis, seperti: (1) Acker dan Davis (dalam Tung, 2007) menemukan bahwa Commitment merupakan prediktor yang paling kuat terhadap kepuasan hubungan romantis, (2) Rusbult dan Buunk (dalam Anderson dan Emmers-Sommer, 2006) menemukan bahwa derajat Intimacy dan Commitment berhubungan dengan derajat kepuasan hubungan romantis, dan (3) Madey dan Rodgers (2009) menemukan bahwa ketiga komponen cinta berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan hubungan romantis.
Fenomena diatas menunjukkan bahwa baik pada hubungan romantis melalui dunia nyata maupun dunia maya, penemuan mengenai kuatnya hubungan antara masing-masing komponen cinta dengan kepuasan hubungan romantis masih belum konsisten. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis sesuai jenis hubungan romantis yang sedang dijalani baik hubungan tersebut berlangsung di dunia maya maupun di dunia nyata.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara komponen cinta
Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis pada dunia maya dan dunia nyata?”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis pada dunia maya dan dunia nyata.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
hubungan romantis, dan perbedaan antara konteks hubungan romantis pada dunia nyata dan dunia maya. Penelitian ini juga diharapkan dapat berperan sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian dengan tema yang sama.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan bagaimana hubungan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis pada hubungan romantis yang dijalani melalui dunia maya dan dunia nyata.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi penjelasan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
BAB III Metode Penelitian
Bab ini berisi penjelasan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, yang meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, partisipan penelitian, metode pengumpulan data, blue print alat ukur, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisis data.
BAB IV Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini berisi gambaran umum partisipan penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan hasil tambahan penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis
1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis
Sementara itu, Reis dan Sprecher (2009) mendefinisikan kepuasan dalam hubungan romantis sebagai derajat rasa senang mengenai hubungan yang sedang dijalani dan kepercayaan bahwa hubungan tersebut memiliki banyak kualitas yang baik. Oleh Hill (2009), kepuasan dalam hubungan romantis didefinisikan sebagai konsep abstrak psikologis yang merepresentasikan derajat kebahagiaan yang dimiliki seorang individu dalam menjalani hubungan romantisnya.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan dalam hubungan romantis adalah derajat rasa senang dan bahagia yang dirasakan oleh individu terhadap hubungannya dengan pasangan romantis.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan dalam Hubungan Romantis
Menurut Hendrick dan Hendrick (1992), kepuasan dalam hubungan romantis dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. Kebahagiaan dan penyesuaian dalam hubungan,
b. Persetujuan dalam nilai-nilai, prioritas, dan peraturan dalam hubungan,
c. Frekuensi hubungan seksual,
d. Frekuensi dan derajat keparahan konflik,
g. Lama hubungan, dan h. Pendidikan.
B. Teori Cinta Sternberg 1. Komponen Cinta
Berdasarkan pada teori Sternberg (1988), rasa cinta dapat dipahami sebagai sebuah segitiga yang terdiri atas 3 komponen: Intimacy, Passion, dan Commitment.
Figur 1. Segitiga cinta Sternberg Intimacy
Passion Commitment
a. Intimacy
Intimacy merupakan perasaan dalam hubungan romantis yang mendorong timbulnya kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan dengan pasangan romantis. Komponen Intimacy terdiri atas 10 elemen:
Individu berusaha untuk menjaga dan meningkatkan kesejahteraan pasangannya. Individu mungkin meningkatkan kesejahteraan pasangannya dengan mengorbankan dirinya sendiri, akan tetapi pengorbanan tersebut dilakukan dengan ekspektasi bahwa pasangan akan melakukan hal yang sama di masa depan.
2) Merasa bahagia ketika bersama dengan orang yang dicintai. Individu merasa senang menghabiskan waktu dengan pasangannya.
3) Menilai tinggi orang yang dicintai.
Individu menghargai dan menghormati pasangannya. Meskipun individu mengetahui bahwa pasangannya memiliki kelemahan, pengetahuan ini tidak mengurangi penghargaan yang dirasakan terhadap pasangan.
4) Mampu mengandalkan orang yang dicintai ketika memerlukan bantuan.
Individu merasa bahwa pasangannya akan ada untuknya ketika diperlukan. Ketika individu sedang menghadapi kesulitan, individu percaya bahwa pasangannya akan membantunya.
5) Merasa saling memahami dengan orang yang dicintai.
mengetahui bagaimana merespon satu sama lain dalam cara yang menunjukkan empati yang tulus terhadap kondisi emosional orang yang dicintai. Mereka saling mengetahui alasan mengapa pasangannya melakukan atau merasakan sesuatu.
6) Bersedia berbagi dengan orang yang dicintai.
Individu bersedia untuk berbagi barang-barang materi dengan orang yang dicintai.
7) Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai. Individu merasa didukung dan dikuatkan oleh orang yang dicintai ketika ia sedang menghadapi rintangan hidup. 8) Memberikan dukungan emosional kepada orang yang dicintai.
Individu mendukung pasangan dengan berempati dan memberikan dukungan emosional kepadanya ketika sedang diperlukan.
9) Berkomunikasi secara mendalam dengan orang yang dicintai. Individu dapat berkomunikasi secara mendalam dan jujur dengan orang yang dicintai.
10)Menghargai orang yang dicintai.
Kesepuluh elemen diatas tidaklah harus dialami semuanya agar seorang individu dapat dikatakan merasakan Intimacy dalam hubungan romantisnya.
b. Passion
Passion adalah komponen yang memotivasi pembentukan hubungan romantis, yang secara dominan termanifestasi dalam bentuk ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis. Passion termanifestasi dalam bentuk rangsang psikologis dan fisiologis yang umumnya saling terkait dan terjadi bersamaan. Manifestasi Passion bervariasi pada berbagai individu, situasi, dan hubungan dekat.
dalam bentuk lain, komponen Passion umumnya timbul setelah komponen Intimacy.
Terkadang komponen Passion dan Intimacy tidak berada pada pihak yang sama. Contohnya, seorang individu mungkin merasa bahwa keterlibatan dalam bentuk Passion dalam hubungannya mengakibatkan penurunan pada Intimacy. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa meski interaksi antara komponen Passion dengan komponen Intimacy bervariasi dari individu ke individu dan dari situasi ke situasi, kedua komponen rasa cinta tersebut hampir selalu memiliki hubungan yang dekat.
c. Commitment
Meski komponen Commitment dalam hubungan romantis tidak memiliki intensitas seperti komponen Intimacy dan Passion, komponen Commitment merupakan faktor yang mempertahankan kelangsungan hubungan romantis ketika hubungan sedang mengalami rintangan.
Komponen Commitment berinteraksi dengan komponen Intimacy dan Passion. Pada sebagian besar orang, komponen Commitment dihasilkan oleh kombinasi antara hubungan yang intim (Intimacy) dan rangsang gairah (Passion). Akan tetapi, hubungan yang intim atau rangsang gairah juga dapat diakibatkan oleh Commitment, misalnya pada pasangan yang dijodohkan. Dalam hubungan dimana Commitment lebih dahulu muncul, individu pada umumnya menemukan bahwa Intimacy atau Passion yang dirasakan timbul akibat Commitment kognitif terhadap hubungan romantis yang sedang dijalani. Oleh karena itu, rasa cinta dapat berawal dari sebuah Commitment.
C. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata
1. Definisi Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata
(seperti: surat-menyurat) atau komunikasi synchronous (seperti: percakapan lewat telepon atau aktivitas bersama). Dengan berkomunikasi, kedua pihak saling mengenal satu sama lain dan membentuk batasan-batasan yang mendefinisikan hubungan romantis mereka (sperti: ekspektasi dan komitmen terhadap hubungan romantis).
Jika proses komunikasi atau media yang digunakan untuk melakukan kontak dengan pasangan secara eksklusif atau dominan adalah tanpa bertatap muka secara langsung, maka hubungan romantis yang dijalani oleh individu dapat didefinisikan sebagai hubungan romantis melalui dunia maya. Sedangkan jika hubungan romantis secara eksklusif atau dominan dijalani lewat bertatap muka secara langsung (face-to-face), maka hubungan romantis yang dijalani oleh individu dapat didefinisikan sebagai hubungan romantis melalui dunia nyata.
2. Hubungan Romantis pada Konteks Dunia Maya dan Dunia Nyata Menurut Ben-Ze’ev (2004), hubungan romantis yang tulus melibatkan 2 pola evaluatif dasar:
1. Attractiveness yaitu daya tarik eksternal. 2. Praiseworthiness yaitu daya tarik internal.
penampilan fisik pasangan mempengaruhi penilaian karakteristik internal pasangan, dan begitu pula sebaliknya.
Hubungan romantis melalui dunia maya dan melalui dunia nyata memiliki perbedaan pada derajat pentingnya pola evaluatif yang terlibat dalam hubungan romantis, yaitu:
1. Hubungan romantis melalui dunia nyata lebih mementingkan daya tarik fisik.
2. Hubungan romantis melalui dunia maya lebih mementingkan karakteristik internal yang dinilai positif.
Hal ini bukan berarti hubungan romantis melalui dunia nyata mengabaikan pentingnya karakteristik internal ataupun hubungan romantis melalui dunia maya mengabaikan pentingnya daya tarik fisik. Yang terjadi adalah karakteristik internal dianggap kurang penting daripada daya tarik fisik pada hubungan romantis melalui dunia nyata dan daya tarik fisik dianggap kurang penting daripada karakteristik internal pada hubungan romantis melalui dunia maya.
sebagian aspek dari pasangan ideal tersebut tercermin dalam penampilan fisik calon pasangan, individu akan menggunakan imajinasinya untuk mengisi kekosongan informasi yang ia rasakan mengenai karakteristik internal calon pasangan. Fenomena inilah yang dikenal sebagai attractiveness halo (individu yang menarik secara fisik diasumsikan memiliki karakteristik internal yang baik).
Pada hubungan romantis melalui dunia maya, hubungan romantis dimulai dari kedekatan akibat kecocokan antara karakteristik internal kedua belah pihak. Akan tetapi, menjalani hubungan romantis tanpa memikirkan penampilan fisik pasangan tidaklah mudah dilakukan. Pada dunia maya yang memiliki keterbatasan dalam menyediakan informasi yang jelas dan mendetail mengenai penampilan fisik pasangan, individu umumnya menggunakan imajinasi yang ia miliki untuk mengisi kekosongan informasi yang ia rasakan. Penggunaan imajinasi ini akan mengarah pada idealisasi penampilan fisik pasangan atau personality halo (individu yang memiliki karakteristik internal yang baik diasumsikan memiliki penampilan fisik yang menarik). Akibatnya, individu yang menjalani hubungan romantis yang serius melalui dunia maya dapat mengubah standar penampilan fisik yang ia anggap menarik menjadi berdasarkan karakteristik fisik pasangannya saat ini.
individu dalam hubungan romantis). Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, jumlah calon pasangan yang available kepada individu terbatas pada calon-calon pasangan yang dapat dijangkau dalam lingkungan fisik dan sosial individu, sedangkan pada hubungan romantis melalui dunia maya tidak terdapat batasan yang mengecilkan jumlah calon pasangan yang available kepada individu.
Ben-Ze’ev berasumsi bahwa semakin tinggi availability dalam sebuah hubungan romantis maka effort yang dilakukan individu akan semakin rendah. Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, sumber daya yang diperlukan untuk menyeleksi pasangan dan menjaga hubungan romantis melalui dunia maya lebih sedikit. Rendahnya effort dalam hubungan romantis melalui dunia maya merupakan alasan mengapa commitment pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih rendah daripada commitment pada hubungan romantis melalui dunia nyata.
Di samping perbedaan-perbedaan di atas, hubungan romantis melalui dunia maya dan melalui dunia nyata memiliki persamaan dalam 5 aspek yang mendasari ketertarikan dalam hubungan romantis (Levine dalam Ben-Ze’ev, 2004):
1. Proximity
semakin besar pula ketertarikan yang dirasakan terhadap pasangan.
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, proximity berarti jarak fisik antara pasangan. Pada hubungan romantis melalui dunia maya, proximity berarti jarak ikatan mental antara pasangan.
Jarak fisik yang dekat akan meningkatkan ketertarikan pada hubungan romantis melalui dunia nyata, sementara komunikasi yang sering, berdurasi lama, dan mendalam akan meningkatkan ketertarikan pada hubungan romantis melalui dunia maya.
Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, proximity pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih mudah dikecilkan karena komunikasi pada dunia maya sangat mudah dilakukan dan tidak menghabiskan banyak sumber daya fisik.
2. Self-presentation
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, self-presentation (presentasi diri) awalnya diekspresikan dalam bentuk daya tarik fisik, sehingga ketertarikan awal pada calon pasangan didasarkan pada daya tarik fisik.
mengekspresikan dan mendeskripsikan dirinya, sehingga daya tarik individu tergantung pada karakteristik internalnya.
Dibandingkan dengan hubungan romantis melalui dunia nyata, self-presentation pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih dapat dikontrol secara sadar. Selain itu, self-presentation pada hubungan romantis melalui dunia nyata lebih mudah divalidasi karena terdapat banyak sumber informasi yang tersedia kepada individu, sedangkan sumber informasi yang tersedia pada hubungan romantis melalui dunia maya lebih terbatas.
3. Similarity
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, similarity yang dimaksud berbentuk kemiripan dalam aspek-aspek diri tertentu, seperti: usia, latar belakang keluarga, agama, pendidikan, dan pandangan sosial serta politik.
Pada hubungan romantis melalui dunia maya, similarity yang dimaksud berbentuk kecocokan ketika berkomunikasi dan kemiripan pada karakteristik non-fisik seperti kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh individu.
sengaja mengindikasikan ciri-ciri tertentu yang berperan dalam penilaian similarity.
4. Reciprocity
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, reciprocity berarti bahwa individu cenderung tertarik pada orang yang mengungkapkan ketertarikan pada dirinya. Individu bersedia mencintai pasangannya dan mengharapkan pasangannya juga mencintainya. Kurangnya reciprocity dalam hubungan romantis akan mengakibatkan penurunan intensitas rasa cinta atau merasa dipermalukan.
Pada hubungan romantis melalui dunia maya, reciprocity sangat jelas terlihat karena pasangan menggunakan percakapan untuk menjalani hubungan romantis dan saling melakukan self-disclosure.
5. Expectations
Pada hubungan romantis melalui dunia nyata, individu cenderung memiliki expectation dan idealisasi terhadap pasangan yang akan mengarah pada self-fulfilling prophecy. Expectation dan idealisasi merupakan bias positif yang membuat pasangan tampak lebih menarik dan memperbesar nilai-nilai positif yang terdapat dalam hubungan romantis.
mengenai pasangan terbatas dan bukti-bukti yang membantah idealisasi pasangan sangat sedikit. Idealisasi cenderung lebih mudah dilakukan terhadap pasangan dunia maya karena individu bebas berimajinasi tanpa batasan, pasangan cenderung melakukan self-presentation yang positif, dan menginterpretasikan informasi yang ambigu serta yang tidak diketahui secara positif lebih mudah dilakukan.
D. Hubungan Derajat Komponen Cinta dengan Kepuasan Hubungan Romantis Berkaitan dengan Jenis Hubungan Romantis
Hubungan yang signifikan antara komponen cinta Sternberg dengan kepuasan hubungan romantis telah secara konsisten dibuktikan oleh hasil berbagai penelitian meskipun komponen cinta yang dinyatakan berhubungan dengan kepuasan hubungan romantis ditemukan berbeda baik pada hubungan romantis pada dunia nyata maupun dunia maya (Ben-Ze’ev, 2004; Acker dan Rusbult dan Buunk dalam Anderson dan Emmers-Sommer, 2006; Anderson dan Emmers-Sommer, 2006; Davis dalam Tung, 2007; Madey dan Rodgers, 2009; dan Ng, 2010).
Sementara hubungan romantis melalui dunia maya lebih mementingkan karakteristik internal positif yang menimbulkan kedekatan antara kedua pihak (Intimacy tinggi), kurang mementingkan ketarikan fisik terhadap pasangan (Passion rendah), dan memiliki tingkat availability yang tinggi dan effort yang rendah (Commitment rendah).
Perbedaan antara kedua konteks hubungan romantis diatas memiliki pengaruh terhadap tingkat komponen cinta yang dialami oleh individu yang menjalani hubungan romantis, yang kemudian dapat mengarah pada perbedaan kuatnya hubungan tiap komponen cinta dengan kepuasan hubungan romantis.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa:
1. “Derajat Intimacy berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya”,
2. “Derajat Passion berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya”,
4. “Derajat Intimacy berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata”,
5. “Derajat Passion berhubungan dengan Kepuasan Hubungan Romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata”, dan
F. Kerangka Berpikir
- Mementingkan daya tarik penampilan fisik - Availability rendah
dan effort tinggi
- Mementingkan daya tarik kepribadian - Availability tinggi
dan effort rendah
Intimacy
Hubungan romantis di dunia maya Hubungan romantis
di dunia nyata
Kepuasan Hubungan Romantis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Tergantung : Kepuasan dalam hubungan romantis Variabel Bebas : Derajat komponen cinta, yaitu:
1. Intimacy,
2. Passion, dan 3. Commitment.
Variabel Moderator : Hubungan Romantis yang dijalani melalui: 1. Dunia maya, dan
2. Dunia nyata.
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Kepuasan Hubungan Romantis
Demikian sebaliknya, semakin rendah total poin maka semakin rendah pula derajat kepuasan hubungan romantis yang dirasakan oleh partisipan.
2. Komponen Cinta Sternberg
Derajat komponencinta terdiri atas:
a.Intimacy adalah derajat penilaian akan rasa dalam berhubungan romantis yang menimbulkan kedekatan, keterikatan, dan rasa keterhubungan dengan pasangan romantis.
b.Passion adalah derajat motivasi pembentukan hubungan romantis yang berbentuk ketertarikan fisik dan kebutuhan seksual dengan pasangan romantis.
c.Commitment adalah derajat kesungguhan individu dalam memutuskan untuk mencintai (Commitment jangka pendek) dan mempertahankan rasa cinta (Commitment jangka panjang) dengan pasangan romantis.
Tabel 1. Kategorisasi subjek pada alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) Keintiman
(Intimacy)
Kedalaman emosi (Passion)
Komitmen (Commitment)
Kategori
93 73 85 Jauh dibawah rata-rata
102 85 96 Dibawah rata-rata
111 98 108 Rata-rata
120 110 120 Diatas rata-rata
129 123 131 Jauh diatas rata-rata
3. Variable Moderator
a. Hubungan Romantis yang dijalani melalui dunia maya
Hubungan Romantis yang dijalani melalui dunia maya adalah derajat kecenderungan individu untuk secara eksklusif atau dominan berkomunikasi dan menjalani hubungan dengan pasangannya tanpa bertatap muka secara langsung.
b. Hubungan Romantis yang dijalani melalui dunia nyata
Hubungan Romantis yang dijalani melalui dunia nyata adalah derajat kecenderungan individu untuk secara eksklusif atau dominan berkomunikasi dan menjalani hubungan dengan pasangannya melalui tatap muka secara langsung.
C. Partisipan Penelitian 1. Populasi
populasi, kelompok subjek harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik- karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Akan tetapi, karena penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel incidental sampling, maka definisi populasi pada penelitian ini adalah kelompok partisipan dengan ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, karakteristik populasi penelitian yang digunakan adalah:
a. Individu dewasa awal.
b. Sedang menjalani hubungan romantis, baik melalui dunia maya maupun melalui dunia nyata.
2. Metode Pengambilan Sampel
Atas dasar pertimbangan keterbatasan sumber daya (waktu, tenaga, dan dana) yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti memutuskan untuk memilih sebagian dari keseluruhan populasi sebagai partisipan penelitian. Sampel adalah sebagian dari populasi (Azwar, 2010).
dimana jumlah partisipan penelitian yang ditargetkan dapat dicapai secara efektif, akan tetapi teknik ini juga mengakibatkan hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada populasi sampel karena sampel penelitian mungkin tidak merepresentasikan populasi.
3. Jumlah Sampel Penelitian
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 115 partisipan, dengan rincian 34 individu sedang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya dan 81 individu sedang menjalani hubungan romantis melalui dunia nyata.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian bertujuan mengungkapkan fakta mengenai variable yang diteliti (Azwar, 2010). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur psikologis yang berbentuk skala Likert dengan beberapa pilihan. Pemilihan alat ukur kuisioner sebagai metode pengumpulan data didasarkan pada anggapan bahwa (Hadi, 2000):
1. Partisipan adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Apa yang dinyatakan oleh partisipan kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
Akan tetapi, alat ukur kuisioner memiliki kelemahan-kelemahan antara lain (Hadi, 2000):
1. Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap.
2. Besar kemungkinan bahwa jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan pribadi.
3. Terdapat hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan. 4. Sulit merumuskan kesadaran diri sendiri dalam bahasa.
5. Terdapat kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logis unsur-unsur yang dirasa kurang berhubungan secara logis.
E. Blue Print Alat Ukur
Untuk mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan 2 macam alat ukur psikologis yang adaptasikan dari format awalnya ke dalam bentuk skala Likert.
1. Alat Ukur Kepuasan Hubungan Romantis (Relationship Assesment Scale / RAS)
pilihan yang tersedia memiliki jangkauan dari 1 poin (derajat kepuasan rendah) hingga 5 poin (derajat kepuasan tinggi). Untuk pernyataan unfavorable (tidak mendukung) lima poin pilihan yang tersedia memiliki jangkauan dari 1 poin (derajat kepuasan tinggi) hingga 5 poin (derajat kepuasan rendah). Semakin tinggi total poin maka semakin tinggi pula derajat kepuasan hubungan romantis yang dirasakan oleh partisipan. Demikian sebaliknya, semakin rendah total poin maka semakin rendah pula derajat kepuasan hubungan romantis yang dirasakan oleh partisipan.
[image:51.595.154.470.386.430.2]Blue print dari alat ukur ini adalah sebagai berikut: Tabel 2. Blue print alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS)
Favorable Unfavorable Jumlah
Kepuasan hubungan romantis 1, 2, 3, 5, 6 4, 7 7
2. Alat Ukur Komponen Cinta Sternberg (Sternberg’s Triangular Love Scale / STLS)
Robert Sternberg menyusun alat ukur ini untuk mengukur ketiga komponen rasa cinta. Berdasarkan teori Sternberg (1988), rasa cinta terdiri dari 3 komponen: Intimacy, Passion, dan Commitment.
partisipan). Alat ukur ini terbagi atas 3 bagian dimana aitem nomor 1 hingga 15 merupakan aitem yang mengukur komponen intimacy, aitem nomor 16 hingga 30 merupakan aitem yang mengukur komponen passion, dan aitem nomor 31 hingga 45 merupakan aitem yang mengukur komponen commitment.
[image:52.595.130.497.301.610.2]Blue print dari alat ukur ini adalah sebagai berikut: Tabel 3. Blue print alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) Komponen
rasa cinta Definisi Operasional
Nomor
Aitem Jumlah
Intimacy
Derajat penilaian akan rasa dalam
berhubungan romantis yang
menimbulkan kedekatan, keterikatan,
dan rasa keterhubungan dengan pasangan
romantis
1 – 15 15
Passion
Derajat motivasi pembentukan hubungan
romantis, dalam bentuk ketertarikan fisik
dan kebutuhan seksual dengan pasangan
romantis
16 – 30 15
Commitment
Derajat kesungguhan individu dalam
memutusan untuk mencintai dan
mempertahankan rasa cinta dengan
pasangan romantis
31 – 45 15
Total 45
tabel berikut kemudian dicari skor yang paling mendekati skor total partisipan:
Tabel 4. Kategorisasi skor pada alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) Keintiman
(Intimacy)
Kedalaman emosi (Passion)
Komitmen
(Commitment) Kategori
93 73 85 Jauh dibawah rata-rata
102 85 96 Dibawah rata-rata
111 98 108 Rata-rata
120 110 120 Diatas rata-rata
129 123 131 Jauh diatas rata-rata
F. Uji Coba Alat Ukur 1. Uji Validitas
Suryabrata (2002) mendefinisikan validitas sebagai sejauh mana alat ukur mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi (content validity). Validitas isi ditegakkan dengan menelaah dan merevisi butir aitem berdasarkan pendapat profesional (professional judgement).
2. Uji Reliabilitas
alat ukur tersebut digunakan pada partisipan atau kelompok partisipan yang berbeda dalam waktu yang sama atau berbeda.
Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal (internal consistency), yaitu dengan prosedur single trial administration yang berarti bahwa alat ukur hanya dikenakan satu kali pada sekelompok partisipan. Teknik analisa yang digunakan untuk menghitung reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini adalah koefisien Alpha Cronbach Formula dengan bantuan SPSS versi 17.00.
3. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara partisipan penelitian yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur oleh atas tes. Daya beda aitem akan diuji dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS versi 17.00. Jika kolerasi aitem total mencapai nilai minimal 0.237 maka daya beda aitem tersebut dianggap memuaskan (Azwar, 2000).
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Pada alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) ditemukan 6 aitem dengan daya diskriminasi diatas 0,237 dan 1 aitem dengan daya diskriminasi aitem dibawah 0,237. Nilai rxy alat ukur bergerak dari 0,166
[image:55.595.166.459.329.409.2]hingga 0,591 dan koefisien reliabilitas alat ukur adalah senilai 0,708. Berdasarkan hasil uji coba daya diskrimasi aitem, alat ukur kepuasan hubungan romantis direvisi menjadi terdiri dari 6 aitem.
Tabel 5. Blue print alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) sebelum dan setelah uji coba dan penomoran baru
Nomor Aitem Favorable
Nomor Aitem
Unfavorable Jumlah Sebelum uji coba 1, 2, 3, 5, 6 4, 7 7
Setelah uji coba 1, 2, 3, 5 4, 6 6
Tabel 6. Blue print alat ukur komponen cinta Sternberg (STLS) sebelum dan setelah uji coba dan penomoran baru
Komponen
rasa cinta Definisi Operasional
Sebelum uji coba Setelah uji coba Nomor
Aitem Jumlah
Nomor
Aitem Jumlah
Intimacy
Derajat penilaian akan
rasa dalam
berhubungan romantis
yang menimbulkan
kedekatan, keterikatan,
dan rasa
keterhubungan dengan
pasangan romantis
1 – 15 15 1 – 14 14
Passion
Derajat motivasi
pembentukan
hubungan romantis,
dalam bentuk
ketertarikan fisik dan
kebutuhan seksual
dengan pasangan
romantis
16 – 30 15 15 – 29 15
Commitment
Derajat kesungguhan
individu dalam
memutusan untuk
mencintai dan
mempertahankan rasa
cinta dengan pasangan
romantis
31 – 45 15 30 – 44 15
Total 45 44
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) dan alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS). Pada awalnya, alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) yang disusun oleh S. S. Hendrick terdiri dari 7 aitem pernyataan dalam bentuk skala Likert dengan 5 pilihan jawaban yang bervariasi sesuai dengan aitem pernyataan yang bersangkutan, sementara alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) yang disusun oleh R. Sternberg Hendrick terdiri dari 45 aitem pernyataan dalam bentuk skala Likert dengan 9 pilihan jawaban dimana angka 1 mengindikasikan bahwa partisipan sangat tidak setuju dengan pernyataan aitem dan angka 9 menunjukkan bahwa partisipan sangat setuju dengan pernyataan aitem.
ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) pada awalnya memiliki 9 pilihan jawaban diubah menjadi hanya memiliki 4 pilihan jawaban. Setelah adaptasi alat ukur dan pengubahan format alat ukur selesai dilakukan, kedua alat ukur diuji validitas isinya oleh dosen pembimbing peneliti. Dalam proses uji validitas isi, peneliti melakukan perubahan pada urutan aitem alat ukur setelah mendapatkan saran dari dosen pembimbing.
b. Uji Coba Alat Ukur
Sebelum dapat digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini, kedua alat ukur yang telah diadaptasikan dan diubah formatnya harus diuji coba terlebih dahulu untuk melihat apakah keduanya mampu dipahami oleh partisipan penelitian dan untuk menganalisa aitem-aitem mana saja yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Uji coba terhadap kedua alat ukur melibatkan 69 partisipan yang diperoleh melalui incidental sampling. Data yang diperoleh pada proses uji coba kemudian diolah dengan menggunakan SPSS versi 17.00 untuk mendapatkan koefisien korelasi Pearson Product Moment dan koefisien Alpha Cronbach Formula.
c. Revisi Alat Ukur
dibuang. Akhirnya, aitem yang tersisa dan akan digunakan dalam penelitian ini adalah 6 aitem pada alat ukur kepuasan hubungan romantis (RAS) dan 44 aitem pada alat ukur komponen rasa cinta Sternberg (STLS) .
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah peneliti melakukan uji coba dan revisi terhadap kedua alat ukur, peneliti kemudian mengumpulkan data penelitian dengan menyebarkan kedua alat ukur dengan menggunakan metode incidental sampling. Dari kedua alat ukur yang disebarkan baik dalam bentuk tercetak maupun survei online, data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti adalah data dari 115 orang sampel penelitian yang terdiri atas 34 individu yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya dan 81 individu yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata.
3. Tahap Pengolahan Data
H. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui hubungan komponen rasa cinta dengan kepuasan hubungan romantis pada pasangan yang menjalani hubungan romantis melalui dunia maya dan dunia nyata, maka peneliti melakukan analisa data setelah uji asumsi sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah ketiga variabel penelitian terdistribusi secara normal. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, dimana penyebaran data digolongkan normal apabila nilai p yang diperoleh > 0,05 (Field, 2009).
2. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang linear antara variabel-variabel penelitian. Pada penelitian ini, uji linearitas dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F, dimana hubungan antara variabel-variabel penelitian digolongkan linear apabila nilai p yang diperoleh < 0,05.
3. Uji Korelasi
tidak normal, maka uji korelasi akan dilakukan dengan menghitung kovarians (metode statistik non-parametrik).
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Partisipan Penelitian
Berdasarkan 115 orang partisipan penelitian diperoleh gambaran umum partisipan penelitian sebagai berikut:
1. Usia
[image:62.595.191.433.387.686.2]Berdasarkan pada usia partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:
Tabel 7. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan usia Usia
(tahun)
Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
17 1 (2,9%) 1 (1,2%)
18 2 (5,9%) 4 (4,9%)
19 6 (17,7%) 2 (2,5%)
20 3 (8,8%) 12 (14,8%)
21 13 (38,3%) 20 (24,8%)
22 5 (14,8%) 24 (29,6%)
23 - 7 (8,7%)
24 1 (2,9%) 3 (3,7%)
25 1 (2,9%) 5 (6,2%)
26 1 (2,9%) 1 (1,2%)
27 1 (2,9%) 1 (1,2%)
28 - 1 (1,2%)
Total 34 (100%) 81 (100%)
berusia 21 tahun (38,3%), sedangkan partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata didominasi oleh yang berusia 22 tahun (29,6%) dan yang berusia 21 tahun (24,8%).
2. Anak ke-
[image:63.595.166.457.304.443.2]Berdasarkan pada urutan kelahiran partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:
Tabel 8. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan urutan kelahiran
Urutan kelahiran Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
Anak sulung 18 (52,9%) 29 (35,8%)
Anak tengah 6 (17,6%) 22 (27,2%)
Anak bungsu 9 (26,6%) 26 (32,1%)
Anak tunggal 1 (2,9%) 4 (4,9%)
Total 34 (100%) 81 (100%)
Dari tabel 8 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian baik yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya maupun yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata merupakan anak sulung, yaitu masing-masing sebanyak 52,9% dan 35,8%.
3. Jenis kelamin
Tabel 9. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
Pria 18 (52,9%) 30 (37%)
Wanita 16 (47,1%) 51 (63%)
Total 34 (100%) 81 (100%)
Dari tabel 9 diperoleh gambaran bahwa partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya berimbang antara yang berjenis kelamin pria (52,9%), dengan yang berjenis kelamin wanita (47,1%). Sedangkan untuk partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata, jenis kelamin yang dominan adalah wanita (63%).
4. Tempat tinggal
[image:64.595.169.454.565.704.2]Berdasarkan pada tempat tinggal partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:
Tabel 10. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan tempat tinggal
Tempat tinggal Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
Kost 8 (23,5%) 10 (12,3%)
Rumah orang tua 21 (61,8%) 64 (79,1%)
Rumah saudara 5 (14,7%) 4 (4,9%)
Sewa sendiri - 3 (3,7%)
Dari tabel 10 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang baik yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya maupun yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata saat ini bertempat tinggal dirumah orang tua, yaitu masing-masing sebanyak 61,8% dan 79,1%.
5. Status pernikahan orang tua
[image:65.595.129.497.386.544.2]Berdasarkan pada status pernikahan orang tua partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:
Tabel 11. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan status pernikahan orang tua
Status pernikahan orang tua
Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
Masih bersama 28 (82,3%) 66 (81,5%)
Telah berpisah karena bercerai 4 (11,8%) 7 (8,6%)
Telah berpisah karena salah satu
meninggal dunia 2 (5,9%) 8 (9,9%)
Total 34 (100%) 81 (100%)
6. Derajat pendidikan
[image:66.595.132.496.217.575.2]Berdasarkan pada derajat pendidikan partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:
Tabel 12. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan derajat pendidikan
Derajat pendidikan
Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
Tamatan SMA 1 (2,9%) 3 (3,7%)
Sedang menjalani pendidikan tinggi
tahun ke-1 2 (5,9%) 2 (2,5%)
Sedang menjalani pendidikan tinggi
tahun ke-2 5 (14,7%) 7 (8,6%)
Sedang menjalani pendidikan tinggi
tahun ke-3 5 (14,7%) 9 (11,1%)
Sedang menjalani pendidikan tinggi
tahun ke-4 13 (38,3%) 28 (34,6%)
Sedang menjalani pendidikan tinggi
tahun ke-5 2 (2,9%) 12 (14,8%)
Tamatan D-3 1 (2,9%) 2 (2,5%)
Tamatan S-1 5 (14,7%) 17 (20,9%)
Sedang menjalani S-2 - 1 (1,2%)
Total 34 (100%) 81 (100%)
menjalani pendidikan tinggi tahun ke-4 (34,6%) dan yang telah menyelesaikan derajat pendidikan S-1 (20,9%).
7. Agama
[image:67.595.186.439.303.465.2]Berdasarkan pada agama partisipan penelitian, diperoleh gambaran berikut ini:
Tabel 13. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan agama
Agama Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
Islam 11 (32,4%) 43 (53,1%)
Buddha 14 (41,2%) 25 (30,9%)
Protestan 5 (14,7%) 9 (11,1%)
Katolik 4 (11,7%) 3 (3,7%)
Hindu - 1 (1,2%)
Total 34 (100%) 81 (100%)
Dari tabel 13 diperoleh gambaran bahwa partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya didominasi oleh yang beragama Buddha (41,2%) dan Islam (32,4%), sedangkan partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata didominasi oleh yang beragama Islam (53,1%) dan Buddha (30,9%).
8. Suku
Tabel 14. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan suku
Suku Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
Melayu 3 (8,8%) 5 (6,2%)
Batak Toba 4 (11,8%) 5 (6,2%)
Mandailing - 5 (6,2%)
Karo 2 (5,9%) 3 (3,7%)
Simalungun 2 (5,9%) -
Jawa 2 (5,9%) 15 (18,5%)
Padang 1 (2,9%) 4 (4,9%)
Aceh - 2 (2,4%)
Tionghoa 17 (50%) 31 (38,3%)
Dan lain-lain 3 (8,8%) 11 (13,6%)
Total 34 (100%) 8 (100%)
Dari tabel 14 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya berasal dari suku Tionghoa (50%), sedangkan partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata didominasi oleh yang berasal dari suku Tionghoa (38,3%), suku Jawa (18,5%), dan suku-suku lainnya (13,6%).
9. Pacar saat ini adalah pacar ke-
Tabel 15. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan banyaknya hubungan romantis yang telah dijalani Pacar saat ini
adalah pacar ke-
Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
1 7 (20,6%) 13 (16%)
2 7 (20,6%) 12 (14,8%)
3 8 (23,6%) 17 (21%)
4 7 (20,6%) 8 (9,9%)
5 3 (8,8%) 9 (11,1%)
6 – 10 1 (2,9%) 16 (19,8%)
> 10 1(2,9%) 6 (7,4%)
Total 34 (100%) 81 (100%)
Dari tabel 15 diperoleh gambaran bahwa partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya didominasi oleh yang sedang menjalani hubungan romantis yang ke-3 (23,6%) dan hubungan romantis yang ke-1, ke-2, dan ke-4 (20,6%), sedangkan partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata didominasi oleh yang sedang menjalani hubungan romantis yang ke-3 (21%), ke-1 (16%), dan ke-2 (14,8%).
10.Lama hubungan romantis
Tabel 16. Gambaran partisipan penelitian berdasarkan lama hubungan romantis
Lama hubungan romantis Jumlah partisipan online (%)
Jumlah partisipan offline (%)
1 – 12 bulan 12 (35,3%) 30 (37,1%)
13 – 24 bulan 11 (32,4%) 13 (16,1%)
25 – 36 bulan 6 (17,6%) 16 (19,8%)
37 – 48 bulan 2 (5,9%) 10 (12,3%)
49 – 60 bulan - 4 (4,9%)
> 60 bulan 3 (8,8%) 8 (9,8%)
Total 34 (100%) 81 (100%)
Dari tabel 16 diperoleh gambaran bahwa partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya didominasi oleh yang telah menjalaninya selama 1 – 12 bulan (35,3%) dan 13 – 24 bulan (32,4%), sedangkan sebagian besar partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia nyata juga telah menjalaninya selama 1 – 12 bulan (37,1%). Selain itu, perlu diperhatikan bahwa 8,8% (3 orang) partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya telah menjalani hubungannya selama lebih dari 60 bulan (5 tahun).
11.Telah pernah bertemu muka dengan pasangan
Tabel 17. Gambaran partisipan penelitian yang menjalani hubungan romantis di dunia maya berdasarkan pernah atau tidak pernah partisipan bertemu muka
dengan pasangannya
Pernah atau tidak Jumlah partisipan (%)
Pernah 31 (91,2%)
Tidak pernah 3 (8,8%)
Total 34 (100%)
Dari tabel 17 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya telah bertemu muka dengan pasangannya (91,2%).
12.Media yang digunakan dalam menjalani hubungan romantis
Berdasarkan pada media yang digunakan oleh partisipan penelitian yang menjalani hubungan romantis di dunia maya, diperoleh gambaran berikut ini:
Tabel 18. Gambaran partisipan penelitian yang menjalani hubungan romantis di dunia maya berdasarkan media yang digunakan
Prioritas media yang digunakan Jumlah partisipan (%)
Chatting, video call, email 18 (52,9%)
Chatting, email, video call 6 (17,6%)
Video call, chatting, email 4 (11,8%)
Email, chatting, video call 1 (2,9%)
Email, video call, chatting 1 (2,9%)
Tidak mengisi 4 (11,8%)
[image:71.595.171.456.584.745.2]Dari tabel 18 diperoleh gambaran bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang sedang menjalani hubungan romantis di dunia maya lebih banyak media chatting yang diikuti oleh media video call dan email (52,9%).
B. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Tabel 19. Uji Normalitas
Tests of