• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

EFFECT OF SHOPPING LIFESTYLE AND FASHION INVOLVEMENT ON

IMPULSE BUYING BEHAVIOR STUDENTS OF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

IRFAN SAPUTRA

20130410321

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION

INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

EFFECT OF SHOPPING LIFESTYLE AND FASHION INVOLVEMENT

ON IMPULSE BUYING BEHAVIOR STUDENTS OF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

IRFAN SAPUTRA

20130410321

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

ii PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Irfan Saputra

Nomor Mahasiswa : 20130410321

Program Studi : Manajemen

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP

PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA”. Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi ini atau perguruan tinggi lain kecuali bagian – bagian tertentu saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis ilmiah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini

diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 30 Maret 2017

Materai, 6.000

(4)

iii

Motto

Diharamkan terhadap api neraka tiap-tiap orang lemah lembut lagi

murah senyum juga dermawan kepada orang lain.” (H.R Ahmad)

Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya

menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(H.R. Muslim)

“ Ambilah kebaikan dari apa yang dikatakan, jangan melih

at

siapa yang mengatakannya ” (

Nabi Muhammad SAW)

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik

bagi dirimu

sendiri dan sebaliknya jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji dan syukur kepada Allah SWT dan atas dukungan dan

do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga saya

persembahkan skripsi ini kepada :

 Yang pertama kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan maupun do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena

tiada kata seindah lantunan do’a yang terucap darimu. Ucapan terimakasih

saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua.

Persembahan ini mungkin hanya sebagian kecil yang bisa saya berikan.

Terima kasih selalu mendoakan dan selalu memberikan yang terbaik.

(6)

v

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap pembelian impulsif studi kasus pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini ialah produk fashion (kategori pakaian) dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 150 responden yang sesuai dengan kriteria. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan menggunakan jenis purposive sampling. Sedangkan metode analisis yang digunakan ialah regresi linier berganda dengan menggunakan uji validitas, uji reabilitas, uji t, uji F, uji asumsi klasik dan koefisien determinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1.Gaya hidup berbelanja dan keterkaitan fashion secara simultan berpengaruh terhadap pembelian impulsif. 2. Gaya hidup berbelanja mempunyai pengaruh positif terhadap pembelian impulsif 3. Keterlibatan fashion secara signifikan berpengaruh terhadap pembelian impulsif.

(7)

vi

ABSTRACT

This study aimed to analyze the factors that influence the behavior of the impulse buying behavior case study on students at the University of Muhammadiyah Yogyakarta. The sample in this research is the product of fashion (clothing category) by distributing a questionnaire of 150 respondents who fit the criteria. Sampling using non-probability sampling techniques using purposive sampling type. While the methods of analysis used is multiple linear regression using validity, reliability test, t test, F test, classic assumption test and coefficient of determination. The results of this study indicate that 1.Shopping lifestyle and fashion involvement impule simultaneously influence buying behavior. 2. Shopping lifestyle has a positive impact on impulse buying behavior 3. Fashion involvement in signifiakan influence on impulse buying behavior.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkah limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, Serta telah memberikan

kemudahan dalam penulisan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak

tertinggal pula shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada baginda

Rasulullah Muhammad SAW.

Penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH GAYA HIDUP BERBELANJA DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU

PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA” ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penyelesaian penulisan skripsi ini

tidak terlepas dari bimbingan dan berbagai dukungan dari segala pihak, maka dari

itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Nano Prawoto SE, M.Si., Dr. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Retno Widowati PA, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi

(9)

viii

4. Ibu Siti Dyah Handayani, Dr.,MM dengan penuh kesabaran telah

membimbing dan memberikan masukan selama proses penyelesaian karya

tulis ini.

5. Semua pihak yang telah memeberikan motivasi, dukungan, bantuan,

kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi)

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikian ucapan terimakasih saya,

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 30 Maret 2017

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Landasan Teori ... 7

1. Perilaku Konsumen ... 7

2. Gaya Hidup Berbelanja ... 12

(11)

x

4. Perilaku Pembelian Impulsif ... 15

B. Penelitian Terdahulu ... 21

C. Kerangka Pemikiran dan Penurunan Hipotesis ... 22

D. Model Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Objek dan Subjek Penelitian... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Jenis Data ... 27

D. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

G. Pengujian Kualitas Intrumen ... 30

H. Uji Asumsi Klasik ... 31

I. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Umum Subjek/Objek Penelitian ... 37

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 43

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 47

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 52

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN .. 54

A. Simpulan ... 54

B. Keterbatasan Penelitian ... 54

C. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ………. 56

(12)

xi DAFTAR TABEL

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 29

4.1 Tingkat Pengambilan Kuesioner ... 37

4.2 Jenis Kelamin ... 38

4.3 Katagori Fakultas Responden ... 39

4.4 Kategori Program Studi Responden ... 40

4.5 Kategori Tahun Angkatan Responden ... 41

4.6 Kategori Provinsi Asal Responden ... 42

4.7 Hasil Uji Validitas ... 43

4.8 Hasil Uji Reliabilitas ... 44

4.9 Hasil Uji Normalitas ... 45

4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 46

4.11 Hasil Uji Multikolineartias ... 47

4.12 Hasil Tanggapan Responden ... 47

(13)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar pengambilan keputusan ... 8

(14)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 59

Lampiran 2 Uji Validitas ... 62

Lampiran 3 Uji Reliabilitas ... 65

Lampiran 4 Uji Normalitas ... 66

Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas ... 67

Lampiran 6 Uji Multikolinearitas... 67

Lampiran 7 Uji F ... 68

Lampiran 8 Uji t ... 68

(15)
(16)
(17)

ABSTRACT

This study aimed to analyze the factors that influence the behavior of the impulse buying behavior case study on students at the University of Muhammadiyah Yogyakarta. The sample in this research is the product of fashion (clothing category) by distributing a questionnaire of 150 respondents who fit the criteria. Sampling using non-probability sampling techniques using purposive sampling type. While the methods of analysis used is multiple linear regression using validity, reliability test, t test, F test, classic assumption test and coefficient of determination. The results of this study indicate that 1.Shopping lifestyle and fashion involvement impule simultaneously influence buying behavior. 2. Shopping lifestyle has a positive impact on impulse buying behavior 3. Fashion involvement in signifiakan influence on impulse buying behavior.

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan bertambahnya pusat perbelanjaan dengan

menawarkan berbagai macam produk yang ditawarkan akan menambah

persaingan yang semakin ketat didunia bisnis sekarang ini. Banyaknya

pusat berbelanja baru yang berdiri di Yogyakarta menjadikan peluang

bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja

merupakan aktivitas oleh konsumen dengan membeli sesuatu tanpa

mengutamakan prioritas kebutuhan berbelanja yang memang dibutuhkan.

Setiap seseorang pasti mempunyai gaya hidup berbelanja yang berbeda.

Hal ini tidak hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

membedakan antara kaya ataupun miskin semuanya mempunyai

kesempatan untuk berbelanja sesuai dengan keinginannya.

Gaya hidup berbelanja dapat saling berhubungan dengan

perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih. Fungsi pusat

perbelanjaan yang bukan hanya sekedar tempat belanja akan tetapi

merupakan tempat untuk hiburan bagi mahasiswa maupun keluarga,

karena di mall tidak hanya menyediakan kebutuhan yang lengkap saja

melainkan dapat memberikan rasa nyaman terhadap konsumen dengan tata

interior tempatnya yang unik dan menarik serta fasilitas yang disediakan

(19)

2

Sebagian orang menganggap bahwa berbelanja dapat mengubah

suasana hati, menghilangkan stress, menghabiskan uang, bahkan sebagai

hiburan. Bagi masyarakat high class berbelanja termasuk sudah menjadi

kehidupan mereka, bahkan mereka rela mengorbankan sesuatu demi

mempunyai produk yang mereka inginkan.

Globalisasi mempengaruhi perkembangan dunia fashion yang

cukup pesat di Indonesia. Fashion muncul ketika seseorang ingin dikenal

jati diri mereka. Fashion yang dipilih oleh seseorang dapat menunjukkan

gaya hidup mereka dalam berperilaku. Seseorang yang terlihat

fashionable secara tidak langsung mengikuti perkembangan trend setiap

tahunnya.

Berbelanja impulsif dapat terjadi apabila dipengaruhi oleh berbagai

faktor diantaranya yaitu perilaku gaya hidup berbelanja dan fashion

involvement. Seperti penjelasan bahwasanya Gaya Hidup Berbelanja dan

perilaku pembelian impulsif berkaitan erat (Cobb dan Hoyer, 1986 dalam

Tirmizi, 2009). Sedangkan menurut Park et.al dalam sembiring (2013)

menjelaskan bahwa fashion involvement secara langsung mempengaruhi

fashion dengan berorientasi pembelian impulsif.

Menurut Park and Lennon dalam Yistiani (2012) menjelaskan

bahwa perilaku pembelian impulsif sering dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya yaitu pengalaman yang bersifat hedonik. Gaya hidup

berbelanja didefinisikan sebagai perilaku yang ditujukan terhadap

(20)

3

pribadi seseorang tentang pembelian produk (Cobb dan Hoyer, 1986

dalam Tirmizi, 2009). Sedangkan fashion involvement merupakan

ketertarikan konsumen pada kategori produk fashion (Park et al, 2006

dalam Mulianingrum 2010).

Pembelian spontan atau impulsif adalah pembelian yang terjadi

secara spontanitas dan emosional namun ada beberapa konsumen apabila

membeli suatu kebutuhan dengan melakukan pembelian impulsif maka

mereka akan tetap melakukan pertimbangan terlebih dahulu sesuai dengan

tingkat kebutuhan yang diprioritaskan. Produk fashion yang ada bagi

mereka tidak mengikuti trend masa kini atau yang sedang popular bagi

mereka, produk fashionnya rata-rata merupakan produk yang tidak akan

termakan oleh zaman.

Fenomena berbelanja produk fashion memang sudah tidak asing

lagi dikalangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Mahasiswa pada umumnya membeli kebutuhan fashion untuk memenuhi

sebuah kebutuhan pribadinya. Namun berbelanja fashion sekarang ini

memang sudah sangat melekat di masyarakat baik dari usia muda hingga

dewasa, bukan hanya untuk menunjang penampilan semata akan tetapi

untuk mendapatkan status tersendiri di lingkungannya, semakin menarik

dalam berpenampilan semakin dikenal sebagai pusat perhatian. Fashion

sendiri merupakan high involvement karena memiliki berbagai macam

(21)

4

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan Universitas

yang memiliki mahasiswa dengan berbagai macam karakteristik dan cara

berpakaian. Bukan hanya mengikuti perkuliahan saja, namun mereka juga

ingin penampilannya diperhatikan karena semakin bagus penampilan

mereka, maka akan menjadi pusat perhatian di kampus baik dalam kelas

maupun di luar kelas karena fashion yang dikenakannya. Hal tersebut

dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta memiliki kegemaran dalam berbelanja

fashion, karena ketika berbelanja fashion menimbulkan perasaan senang,

sehingga apabila melihat tawaran fashion dengan diskon berbagai merek

pakaian maka konsumen merespon dengan membeli barang tersebut tanpa

memikirkan ataupun merencanakannya terlebih dahulu (impulse buying

behavior).

Penelitian ini disusun untuk meneliti adanya pengaruh gaya hidup

berbelanja dan fashion involvement terhadap perilaku pembelian impulsif

di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dimana terdapat mahasiwa

yang mempunyai berbagai macam karakteristik yang dapat terlihat dari

gaya hidup berbelanja dan gaya berpakaian yang fashionable.

Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Edwin Japarianto dan Sugiono (2011). Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian.

(22)

5

Surabaya. Sedangkan penelitian ini mengambil objek mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Apakah gaya hidup berbelanja dan fashion involvement berpengaruh

secara simultan terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ?

2. Apakah gaya hidup berbelanja berpengaruh terhadap perilaku

pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta ?

3. Apakah fashion involvement berpengaruh terhadap perilaku pembelian

impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh gaya hidup berbelanja dan fashion

involvement terhadap perilaku pembelian impulsif secara simultan

(23)

6

2. Untuk menganalisis pengaruh gaya hidup berbelanja terhadap

perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Untuk menganalisis pengaruh fashion involvement terhadap perilaku

pembelian impulsif pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut ini :

1. Manfaat Teoritis, yaitu dapat menambah pengetahuan dan wawasan

serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori yang telah

diperoleh selama perkuliahan.

2. Manfaat Praktik, dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan mengenai gaya hidup berbelanja, fashion involvement,

dan perilaku pembelian impulsif sedangkan bagi peneliti selanjutnya

(24)
(25)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku Konsumen

Pengertian perilaku konsumen menurut para ahli sangatlah

beraneka ragam, salah satunya yaitu menurut Kotler (2007) yang

menjelaskan bahwa perilaku konsumen merupakan sesuatu tentang

cara individu, kelompok, dan organisasi menyeleksi, membeli,

menggunakan, dan mendisposisikan barang, jasa, gagasan atau

pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Studi konsumen memberikan arahan untuk memperbaiki dan

memperkenalkan produk atau jasa menetapkan harga,

merencanakan saluran, menyusun pesan dan mengembangkan

kegiatan pemasaran lain. Dari definisi tersebut, dapat diambil

kesimpulan bahwa seorang produsen harus mengetahui kebutuhan

dan keinginan konsumennya. Dengan mengetahui kebutuhan dan

keinginan konsumen terhadap suatu produk maupun jasa, maka

sebab itu prosusen dapat mempengaruhi konsumen agar mereka

lebih tertarik dan dapat membeli produknya, pada saat mereka

membutuhkannya produk tersebut.

Menurut Engel et al. (2006) menyatakan bahwa perilaku

(26)

8

pengonsumsian dan penghabisan produk ataupun jasa, termasuk

proses yang mendahului dan menyusun suatu tindakan. Menurut

Mowen dan Minor (2002) perilaku konsumen adalah suatu studi

unit dan proses pembuatan sebuah keputusan yang terlibat dalam

penerimaan, pembelian, penentuan dan penggunaan barang atau

jasa.

Proses pengambilan keputusan konsumen dapat dilihat dari

gambar berikut ini:

Gambar 2.1

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber: Kotler dan Amstrong (2001) Pengenalan

Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Berbagai Alternatif

Keputusan Pembelian

(27)

9

Proses yang digunakan konsumen dalam mengambil

keputusan membeli terdiri dari lima tahapan (Kotler dan Amstrong,

2001), ialah: (1) Pengenalan Masalah, (2) Pencarian Informasi, (3)

Evaluasi Berbagai Alternatif, (4) Keputusan Pembelian, (5)

Perilaku Pasca Pembelian.

Pengenalan masalah yaitu tahap yang pertama dari proses

pengambilan keputusan konsumen dimana pembeli mengenali

suatu masalah atau kebutuhan yang diperlukan. Konsumen akan

merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang

diinginkan. Pada tahap ini pemasar harus dapat meneliti konsumen

untuk menentukan kebutuhan yang akan muncul, dengan adanya

masalah tersebut maka konsumen akan termotivasi untuk memiliki

produk tersebut (Kotler dan Amstrong, 2001).

Pencarian informasi merupakan tahap dalam proses

pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen tertarik

untuk mencari lebih banyak informasi. Apabila dorongan

konsumen lebih kuat dan produk yang memuaskan berada dalam

jangkauan maka konsumen ada kemungkinan untuk membelinya.

Namun apabila produk yang diinginkan berada jauh dari

jangkauan, walaupun konsumen mempunyai dorongan yang kuat,

maka konsumen akan menyimpan kebutuhannya dengan

(28)

10

Evaluasi berbagai alternatif yaitu suatu tahap dalam proses

pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen

menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek dalam suatu

susunan pilihan. Pemasar juga harus mempelajari pembeli untuk

mengetahui bagaimana mereka mengevaluasi alternatif merek

(Kotler dan Amstrong, 2001).

Keputusan pembelian merupakan tahap proses pengambilan

keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli

suatu produk. Biasanya keputusan pembelian konsumen adalah

pembelian merek yang paling disukai oleh konsumen (Kotler dan

Amstrong, 2001).

Perilaku pascapembelian merupakan suatu tahap yang dimana

pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengambil

tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau

ketidakpuasan yang mereka rasakan. Apabila produk gagal

memenuhi harapan, konsumen akan kecewa. Jika harapan

terpenuhi maka konsumen akan puas (Kotler dan Amstrong, 2001).

Menurut Kotler (2007) terdapat beberapa karakteristik

pembeli, dimana mendorong konsumen untuk melakukan proses

pengambilan keputusan membeli suatu barang sehingga konsumen

mendapatkan manfaat dari pemilihan produk yang dibeli.

(29)

11

dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan suatu

pembelian. Menurut Kismono (2011) faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen meliputi: 1) Faktor budaya 2)

Faktor sosial 3) Faktor individu 4) Faktor Psikologis

Faktor budaya, budaya itu sendiri menjadi beberapa sub

variabel, penjelasan mengenai sub bagian tersebut adalah berikut

ini: Budaya, adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling

mendasar, yaitu meliputi kumpulan nilai, persepsi, preferensi, dan

perilaku, kebiasaan. Sementara itu, kelas sosial didalam

masyarakat yang memiliki karakteristik nilai, minat dan tingkah

laku. Sub-budaya adalah masing-masing dari budaya terdiri dari

sub-sub budaya yang lebih kecil lagi. (Kismono, 2011).

Faktor Sosial, yaitu faktor yang timbul dari lingkungan

sosial konsumen tersebut. Faktor-faktor sosial meliputi, sebagai

berikut: Kelompok acuan, yaitu sebuah kelompok yang memiliki

pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau

perilaku seseorang yang meliputi: rekan kerja, teman dekat, teman

sekomunitas, kelompok keagamaan, dan sebagainya (Kismono,

2011).

Faktor Individu, Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi

oleh karakteristik pribadi, karakteristik tersebut meliputi: Usia dan

(30)

12

usia pembeli tersebut dan kebutuhan juga dapat dipengaruhi oleh

usia pembeli itu sendiri. Sedangkan tahap siklus hidup merupakan

pembagian dari periode hidupnya. Gaya Hidup, merupakan pola

hidup seseorang yang diekspresikan dalam suatu aktivitas, minat

serta opininya (Kismono, 2011).

Faktor psikologis dalam perilaku konsumen dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor psikologis seorang manusia,

meliputi: Motivasi atau dorongan, adalah sebuah dorongan dari diri

sendiri untuk melakukan sebuah aktivitas. Dalam hal ini adalah

dorongan untuk melakukan pembelian suatu barang (Kismono,

2011)

2. Gaya Hidup Berbelanja (Shopping Lifestyle)

Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup

seseorang di dunia yang diekspresikan dalam suatu aktivitas, minat

dan opininya. Gaya hidup menggambarkan diri seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga

menggambarkan tentang seluruh pola seseorang dalam beraksi dan

berinteraksi.

Menurut Sumarwan (2003) gaya hidup dapat didefinisikan

sebagai pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan

waktunya. Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang,

(31)

13

waktu yang dimilikinya. Gaya hidup seringkali digambarkan dengan

kegiatan, minat dan opini dari seseorang.

Menurut Betty Jackson dalam Japarianto (2011) Gaya hidup

berbelanja adalah ekspresi tentang lifestyle dalam berbelanja yang

mencerminkan perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja akan

mencerminkan status, martabat, dan kebiasaan. Gaya hidup

berbelanja yang dimaksudkan adalah pada kategori fashion (pakaian).

Penelitian yang dilakukan oleh Cobb dan Hoyer dalam Tirmizi

et al., (2009) menyatakan bahwa gaya hidup berbelanja dapat

diartikan sebagai perilaku seorang konsumen mengenai keputusan

pembelian sebuah produk yang akan dihubungkan dengan tanggapan

atau pendapat pribadi mereka, penelitian ini menunjukkan hubungan

yang positif antara gaya hidup berbelanja dan perilaku pembelian

impulsif.

Menurut Levy (2009) Gaya hidup berbelanja adalah gaya hidup

yang mengacu pada bagaimana hidup seseorang, bagaimana dia bisa

menghabiskan uang, waktu, dan kegiatan pembelian yang telah

dilakukan, sikap dan pendapat mereka tentang dunia dimana mereka

tinggal. Gaya hidup seseorang dalam membelanjakan uangnya

tersebut untuk menjadikan sebuah sifat dan karakteristik baru

seseorang.

Berdasarkan beberapa definisi gaya hidup berbelanja diatas,

(32)

14

seseorang untuk menggunakan waktu dan uang yang dimilikinya

untuk keperluan berbagai macam produk maupun jasa yang didasari

oleh beberapa hal.

3. Fashion involvement

Involvement adalah status motivasi yang menggerakkan dan

mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat

mereka membuat sebuah keputusan. Jika involvement suatu produk

tinggi maka seseorang akan mengalami tanggapan pengaruh yang

lebih kuat seperti emosi dan perasaan yang kuat (Setiadi, 2003).

Dengan demikian involvement merupakan motivasi yang kuat dalam

bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk dan

jasa dalam konteks tertentu.

Fashion involvement mengacu pada involvement perhatian

dengan kategori produk fashion. Fashion Involvement digunakan

untuk memprediksi variabel tingkah laku yang berhubungan dengan

produk pakaian, perilaku pembelian dan karakteristik konsumen

(Japarianto, 2011).

Peter dan Olson dalam Pattipeilohy et al (2013) menyatakan :

Pendapat ini juga mengungkapkan bahwa involvement dipahami

sebagai persepsi konsumen atas pentingnya atau kesesuaian antara

objek, event, atau aktivitas dimana konsumen melihat produk tersebut

(33)

15

Fashion involvement menerangkan seberapa tinggi konsumen

menganggap penting terhadap kategori produk fashion (pakaian)

yang meliputi: Involvement produk, perilaku pembelian, dan

karakteristik konsumen yang terbukti meningkatkan tendensi

pengkonsumsian yang bersifat hedonis, bisa menumbuhkan emosi

yang positif, dan perilaku pembelian tanpa direncanakan (impulse

buying behavior), khususnya produk pakaian. Maksud dari pendapat

diatas dapat dijelaskan bahwa involvement merupakan rasa

ketertarikan untuk terlibat lebih jauh terhadap berbagai hal yang

berhubungan dengan produk fashion dan konsumen merasa senang

atas involvementnya tersebut, sehingga akhirnya mendorong sifat

hedonis dalam pembelian produk fashion.

4. Perilaku Pembelian Impulsif

Menurut Rook dalam Kim (2003) Maksudnya bahwa

perilaku pembelian impulsif dapat dideskripsikan sebagai perilaku

yang spontan, intens, bergairah, kuatnya keinginan membeli dan

biasanya konsumen mengabaikan konsekuensi dari pembelian yang

dilakukan tersebut.

Perilaku konsumen yang menarik di dalam toko retail

modern yaitu adanya perilaku pembelian impulsif atau yang biasa

disebut pemasar dengan pembelian yang tidak direncanakan.

(34)

16

yang dinamakan “unplanned purchase” atau pembelian yang tidak

direncanakan yang kurang lebih adalah pembelanjaan yang terjadi

ternyata berbeda dengan perencanaan pembelanjaan konsumen

tersebut. Menurut Engel dan Blacwell dalam Hatane (2005)

“Pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat

tanpa direncanakan terlebih dahulu atau suatu keputusan pembelian

yang dilakukan pada saat berada didalam toko”.

Menurut penelitian Japarianto (2011), indikator yang digunakan

untuk mengukur pembelian impulsif , yaitu: Spontanitas,

Kekuatan, Kegairahan, dan ketidakpedulian.

Menurut Japarianto (2011) Spontanitas ialah pembelian ini tidak

diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang,

seiring sebagai respon terhadap stimulus visual yang langsung

ditempat penjualan.

Menurut Japarianto (2011) Kekuatan, kompulsi, dan intensitas

adalah motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan

bertindak dengan seketika.

Menurut Japarianto (2011) Kegairahan dan stimulasi adalah

desakan yang mendadak untuk membeli sesuatu seiring dengan

(35)

17

Menurut Japarianto (2011) Ketidakpedulian akan akibat ialah

Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak

sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

perilaku pembelian impulsif adalah kebiasaan berbelanja seseorang

tanpa perencanaan terhadap suatu produk maupun jasa.

Pembelian tidak direncanakan (impulse buying behavior)

menurut Stern (1962) dalam Hodge (2004) dapat diklasifikasikan

dalam empat tipe yaitu a) Planned impulse buying: Pembelian yang

terjadi ketika konsumen membeli produk berdasarkan harga spesial

dan produk-produk tertentu. b) Reminded impulse buying:

Pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-tiba teringat untuk

melakukan pembelian produk tersebut dengan demikian konsumen

telah pernah melakukan pembelian sebelumnya atau pernah

melihat produk tersebut dalam iklan. c) Suggestion impulse buying

Pembelian yang terjadi pada saat konsumen melihat produk,

melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya dan mumutuskan

untuk melakukan pembelian. Suggestion impulse buying dilakukan

oleh konsumen meskipun konsumen tidak benar-benar

membutuhkannya dan pemakaiannya masih akan digunakan pada

masa yang akan datang. d) Pure impulse buying:Pembelian secara

(36)

18

konsumen sehingga melakukan pembelian terhadap produk diluar

kebiasaan pembeliannya.

Pada dasarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

perilaku konsumen adalah faktor situasional, psikologis, marketing

mix, dan sosial budaya. Faktor situasional meliputi lingkungan

sosial, lingkungan fisik, dampak sementara, dan keadaan

sebelumnya. Faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi

pembelajaran, sikap dan psikologiapik. Faktor marketing mix

meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi, sedangkan faktor

sosial dan budaya meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas,

sosial dan budaya. (John Mowen dan Michael Minor, 2002)

perspektif mengenai perilaku pembelian impulsive yang paling

dasar berfokus pada faktor eksternal yang nantinya akan

menyebabkan gejala tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelian impulsif antara lain adalah harga, kebutuhan terhadap

produk atau merek, distribusi massal, pelayanan terhadap diri

sendiri, iklan, display toko yang mencolok, siklus hidup produk

yang pendek, ukuran yang kecil dan kesenangan untuk mengoleksi.

Menurut Tjiptono (2008) menjelaskan bahwa ada delapan

hasil riset tentang faktor penentu pembelian impulsif menghasilkan

(37)

19 a. Urgensi untuk membeli :

Menurut Tjiptono (2008) urgensi untuk membeli dipicu

oleh konfrontasi visual dengan produk, akan tetapi hasrat

berbelanja tidak selalu bergantung pada stimulasi.

b. Efek Positif (positive affect) :

Menurut Tjiptono (2008) Psikoanalisis yang

menggambarkan kendali hasrat sebagai hal yang dibutuhkan

secara sosial yang melahirkan prisip kepuasan yang mendorong

gratifikasi yang segera, namun dinyatakan sebagai seorang yang

bereaksi pada kecenderungan prinsip kenyataan terhadap

kebebasan rasional.

c. Efek negatif (negative affect) :

Menurut Tjiptono (2008) Reaksi ataupun konsekuensi

negatif yang diakibatkan dari kurang kendali terhadap hasrat

dalam belanja dengan membiarkan hasrat berbelanja tersebut ke

dalam masalah yang lebih besar, misalnya rasa penyesalan yang

dikaitkan dengan masalah finansial, rasa kecewa dengan

membeli produk berlebihan, dan hasrat berbelanja telah

memanjakan rencana (non-keuangan).

d. Melihat-lihat toko :

Menurut Tjiptono (2008) Sebagian orang menganggap

kegiatan belanja dapat menjadi alat untuk menghilangkan stress,

(38)

20

dorongan hati untuk membeli atau belanja yang tidak

direncanakan.

e. Kenikamatan berbelanja :

Menurut Tjiptono (2008) Sikap pembeli atau konsumen

yang berhubungan dengan memperoleh kepuasan, mencari,

bersenang dan bermain. Selain itu melakukan pembelian, diukur

sebelum mengikuti perlakuan. Kesenangan berbelanja

merupakan pandangan bahwa pembelian impulsif sebagai

sumber kesenangan baru yang tiba-tiba pula.

f. Ketersediaan waktu :

Menurut Tjiptono (2008) Faktor-faktor internal yang

terbentuk dalam diri seseorang akan menjadika suatu keyakinan

bahwa lingkungan toko merupakan tempat yang menarik untuk

menghabiskan waktu luang.

g. Ketersediaan uang :

Menurut Tjiptono (2008) Sebagian orang menghabiskan

uang dapat mengubah suasana hati seseorang berubah secara

signifikan, dengan kata lain uang adalah sumber kekuatan.

h. Kecenderungan pembelian impulsif :

Menurut Tjiptono (2008) Tingkat kecenderungan partisipan

berperilaku untuk membeli secara spontan dan tiba-tiba ingin

membeli karena mengingat apa yang pernah dipikirkan, atau

(39)

21

membeli. Beberapa penelitian memperlihatkan pengaruh

keadaan suasana hati dan emosi konsumen terhadap perilaku

pembelian impulsif.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang dijadikan acuan dalam penelitian ini

adalah penelitian Suhartini et al (2015) Penelitian ini menghasilkan kajian

bahwa gaya hidup berbelanja mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku pembelian impulsif di Matahari Departement Store di

Kota Semarang.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Izzulhaq (2015). Hasil

penelitian tersebut adalah Shopping Lifestyle mempunyai pengaruh yang

dominan terhadap Impulse Buying pada mahasiswa jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang.

Untuk hubungan gaya hidup berbelanja dengan perilaku pembelian

impulsif, peneliti mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh

Andriyanto et al (2016) penelitian tersebut terdapat pengaruh secara

bersama-sama variabel fashion involvement dan positive emotion yang

mempengaruhi impulse buying.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Edwin Japarianto et al

(2011) Hasil penelitian tersebut menunjukkan fashion involvement

berpengaruh signifikan terhadap impulse buying behavior pada masyarakat

(40)

22

C. Kerangka Pemikiran dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh gaya hidup berbelanja dan fashion involvement secara

simultan terhadap perilaku pembelian impulsif.

Menurut Levy (2009) gaya hidup berbelanja adalah gaya hidup

yang mengacu pada bagaimana seseorang hidup, bagaimana mereka

menghabiskan waktu, uang, kegiatan pembelian yang dilakukan, sikap

dan pendapat mereka tentang dunia dimana mereka tinggal. Gaya

hidup seseorang dalam membelanjakan uang tersebut menjadikan

sebuah sifat dan karakteristik baru seorang individu. Involvement atau

keterlibatan seseorang terhadap sesuatu adalah motif yang membuat

seseorang tertarik atau ingin membeli suatu produk atau

mengkonsumsi jasa yang ditawarkan karena dipajang maupun karena

situasi yang memungkinkan. (O’Cass, dalam Emir Zakiar 2010).

Secara umum konsep involvement adalah interaksi antara individu

(konsumen) dengan objek (produk). Hasil penelitian terdahulu Suranta

sembiring (2013) gaya hidup berbelanja dan fashion Involvement,

maka akan diikuti pula oleh semakin tingginya perilaku pembelian

impulsif. Maksudnya peningkatan atau penurunan gaya hidup

berbelanja dan fashion involvement akan memberikan pengaruh

signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan kajian

empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut.

H1 : Gaya hidup berbelanja dan fashion involvement berpengaruh

(41)

23

2. Pengaruh gaya hidup berbelanja terhadap perilaku pembelian impulsif.

Gaya hidup berbelanja menurut Betty Jackson dalam Japarianto

(2011), adalah ekspresi tentang lifestyle dalam berbelanja yang

mencerminkan perbedaan status sosial. Cara kita berbelanja

mencerminkan suatu status sosial, martabat, serta kebiasaan. Penelitian

yang dilakukan oleh Cobb dan Hoyer dalam Tirmizi et al, (2009)

menyatakan bahwa gaya hidup berbelanja diartikan sebagai perilaku

seorang konsumen mengenai keputusan pembelian sebuah produk

yang dihubungkan dengan tanggapan atau pendapat pribadi mereka,

penelitian ini menunjukkan hubungan yang positif antara gaya hidup

berbelanja dan perilaku pembelian impulsif. Dari hasil penelitian

terdahulu yang di kemukakan oleh Suranta Sembiring (2013) terdapat

pengaruh positif dan signifikan dari gaya hidup berbelanja terhadap

perilaku pembelian impulsif. Berdasarkan kajian empiris sebelumnya,

maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut.

H2 : Gaya hidup berbelanja berpengaruh signifikan positif

terhadap perilaku pembelian impulsif.

3. Pengaruh fashion involvement terhadap perilaku pembelian impulsif.

Fashion involvement dalah tingkat involvement individu terhadap

produk yang berkaitan dengan tren pakaian terbaru (Pattipeilohy et al.,

2013). Involvement dalam fashion merujuk pada ketertarikan terhadap

kategori produk fashion seperti baju, tas, dan sepatu (Suranta, 2013).

(42)

24

sejumlah konsep yang berkaitan dengan fashion,

kesadaran,pengetahuan, minat dan reaksi (Pentecost dan Andrews,

2010). Involvement yang tinggi terhadap produk, menyababkan

konsumen membuat suatu keputusan untuk membeli (Sutisna, 2001).

Dari hasil penelitian terdahulu yang di kemukakan oleh Marianty

(2014) dan Vazifehdoost et al. (2014) terdapat pengaruh positif dan

signifikan dari fashion involvement terhadap impulsive buying.

Menurut hasil penelitian Japarianto dan Sugiharto (2012) dan Suranta

(2013) disimpulkan bahwa fashion involvement secara parsial

mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif,

hal ini berarti peningkatan atau penurunan variabel fashion

involvement yang dilakukan responden memberikan pengaruh besar

terhadap perilaku pembelian impulsif. Dari hasil penelitian

Pattipeilohy et al. (2013), fashion involvement memiliki pengaruh

secara langsung dan signifikan pada perilaku pembelian impulsif.

Berdasarkan kajian empiris sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis

sebagai berikut.

H3 : Fashion involvement berpengaruh signifikan positif

(43)

25 D. Model Penelitian

H1

H2

H3

Gambar 2.2 Model Penelitian

Pada gambar 2.2 diatas menggambarkan bahwasannya apabila seseorang

mempunyai perilaku gaya hidup dan fashion involvement yang tinggi maka

perilaku pembelian impulsif akan tinggi pula, apabila seseorang mempunyai gaya

hidup berbelanja maka dapat terjadinya perilaku pembelian impulsif, dan apabila

gaya hidup berbelanja tinggi maka mempengaruhi perilaku pembelian impulsif

yang akan meningkat. Sedangkan apabila seseorang mempunyai fashion

involvement tinggi maka perilaku pembelian impulsive terjadi secara positif dan

meningka

Gaya Hidup Berbelanja

(X1)

Fashion involvement (X2)

Perilaku Pembelian Impulsif

(44)
(45)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti akan membahas beberapa metode dalam penelitian,

seperti objek dan subjek penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data, identifikasi variabel, definisi operasional, pengujian kualitas

instrument, dan metode analisis data.

A. Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu produk fashion (pakaian). Sedangkan

subjek penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

B. Populasi dan Sampel

Menurut Umar (2003) populasi adalah kumpulan elemen yang

mempunyai karakteristik yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Menurut Umar (2003) sampel adalah bagian dari populasi. Apabila

populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalkan karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti

akan mengambil sampel dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

(46)

27 C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu

data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti untuk tujuan spesifik dan

menjawab permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini, data primer

dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk

memperoleh informasi dari responden.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah

metode non probability sampling, dengan metode pengambilan sampel adalah

purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan

tujuan penelitian yang sudah ditetapkan (Sekaran, 2011).

Kriteria-kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu :

1. Responden adalah mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

2. Responden adalah konsumen yang membeli produk fashion minimal

3x pembelian dalam 1 tahun.

Menurut Ferdinand (2006) menyatakan bahwa apabila ukuran

sampel terlalu besar maka model menjadi sangat sensitif sehingga sulit

untuk mendapatkan goodness of fit yang baik. Untuk disarankan ukuran

sampel adalah 5-10 kali jumlah variabel (indikator) dari keseluruhan

variabel laten. Dalam penelitian ini, jumlah indikator penelitian sebanyak

(47)

28

indikator atau sebanyak 5 x 15 = 75 dan sampel maksimum adalah 10 x

15 = 150, maka dari itu penelitian ini menggunakan jumlah sampel

sebanyak 150.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah dengan memberikan

kuesioner secara langsung kepada responden yang sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan. Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

secara tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono 2014).

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional merupakan definisi variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

(48)

29 Tabel 3.1.

Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Sumber

(49)

30

Variabel Definisi Indikator Sumber

Indikator

untuk mengukur derajat ketetapan dalam penelitian tentang isi atau arti

sebenarnya yang diukur. Uji validitas yang akan akan digunakan ialah uji

validitas konstruk (construct validity) yang nantinya akan menunjukkan

seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan ukuran cocok dengan

teori yang mendasari desain tes (Sekaran, 2011). Tingkat validitas

kuesioner diukur berdasarkan koefisien validitas yang dalam hal ini

menggunakan koefisien korelasi pearson correlation. Uji validitas

dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item

pernyataan setiap variabel dengan skor total variabel yang bersangkutan

(50)

31

Dikatakan valid apabila signifikan (ɑ) < 5% atau <0,05 (Sekaran, 2011).

Indikator pertanyaan valid dari tampilan output IBM SPSS Statistik pada

tabel correlation dengan melihat sig. (2-tailed). Pengujian validitas

instrument diolah dengan menggunakan program software IBM SPSS

Statistik 21.0.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan

sejauhmana stabilitas dan konsistensi dari alat pengukur yang digunakan,

sehingga memberikan hasil yang relatif konsisten jika pengukuran tersebut

diulangi. Pengukuran reliabilitas ini didasarkan pada indeks numerik yang

disebut koefisien. Dalam penelitian, pengujian kualitas data yang sering

dilakukan adalah uji reliabilitas untuk reliabilitas konsistensi internal,

dimana konsep ini menekankan pada konsistensi internal, dimana konsep

ini menekankan pada konsistensi butir-butir pertanyaan dalam satu

instrumen (Sekaran, 2011). Instrumen pertanyaan reliabel jika nilai

cronbach alpha >0,6 atau >60% (Sekaran, 2011). Pengujian reliabilitas

diolah dengan menggunakan software IBM SPSS Statistik 21.0.

H. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolonieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (independen).

Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas

(51)

32

dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel bebas dan dapat

juga dilihat pada nilai tolerance serta nilai Variance Inflation Factor (VIP).

Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1

maka dapat dikatakan bahwa terbebas dari multikolinearitas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dari residual satu ke pengamatan lain

tutup, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda, maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terdapat

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,

2005)

Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas, yakni

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain bersifat tetap

(Ghozali 2006 dalam Mahesa 2010). Jika nilai probabilitasnya > nilai

alpha (0,05) maka model tidak mengandung unsur heteroskedastisitas, atau

t hitung ≤ t tabel (0,05).

3. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan sebagai persyaratan

untuk melakukan analisis data. Uji normalitas dilakukan sebelum

(52)

33

normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam satu

variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik

dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut

adalah data distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah

uji Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan normal, apabila nilai

signifikan lebih besar 0,05 pada (P>0,05). Sebaliknya, apabila nilai

signifikan lebih kecil dari 0,05 pada (P<0,05), maka data dikatakan

tidak normal. (Sugiono, 2013)

I. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi Linier berganda digunakan untuk mengetahui

pengaruh yang diberikan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Analisis regresi berganda adalah suatu analisis yang digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam

melakukan perilaku pembelian impulsif terhadap mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Rumus yang digunakan Y = βo + β1X1 +

β2X2 (Ghazali, 2004).

Keterangan:

Y = Perilaku pembelian impulsif

β0 = Konstanta

(53)

34 X1 = Gaya hidup berbelanja

X2 = Fashion involvement

2. Pengujian secara Simultan dengan uji serempak (Uji F)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi

variabel bebas yang digunakan mampu menjelaskan variabel

tergantungnya. Dapat juga diartikan apabila model regresi linier berganda

yang digunakan sesuai atau tidak.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui apakah

secara simultan, koefisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh

nyata atau tidak terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji hipotesis.

Pengujian secara serentak adalah untuk mengetahui secara serentak

koefisien regresi variabel bebas mempunyai pengaruh atau tidak terhadap

tidak variabel bebas.

Dengan menggunakan df = n – k – 1

k = Jumlah variabel independen

n = Banyak sampel

R = Korelasi berganda

Uji F merupakan pengujian hipotesis untuk mengetahui

(54)

35

banyak variabel bebas dan n = ukuran sampel, statistik F ini

berdistribusikan F dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1).

H0 : b1 – b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh secara

bersama-sama dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hı : bı ≠ b2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh secara bersama-sama

dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Signifikan apabila p value < α (0,05) berarti ada pengaruh secara

simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Tidak signifikan apabila p value ≥ α (0,05) berarti tidak ada pengaruh

secara simultan antara variabel independen terhadap variabel

dependen.

3. Analisis Koefisien Determinasi (R²)

Pada linier berganda ini, akan dilihat besarnya konstribusi untuk

variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya dengan

melihat besarnya koefisien determinasi totalnya (R²). Jika (R²) yang

diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model

tersebut menerangkan hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat.

4. Pengujian Regresi secara Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara

(55)

36

apakah ada pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel

terikat.

Hipotesa yang digunakan dalam pengujian ini adalah :

Ho : bo = 0, variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel terikat.

Hı : bı ≠ 0, variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

variabel terikat.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Signifikan apabila p value < α (0,05), berarti ada pengaruh parsial antara

variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Tidak signifikan apabila p value ≥ α (0,05), berarti tidak ada pengaruh

(56)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah produk fashion yang lebih

tepatnya yaitu pakaian. Di era sekarang ini berbagai macam produk

fashion yang masuk di kota Yogyakarta dari berbagai macam daerah

baik dalam maupun luar negeri disitulah yang membuat banyaknya

toko maupun butik yang berlomba lomba untuk menjual produk yang

digemari oleh konsumen.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini ialah adalah mahasiswa/i Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh 150 reponden.

Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan pengambilan kuesioner.

Tabel 4.1

Tingkat Pengambilan Kuesioner

Jumlah kuesioner yang disebar 150 Jumlah kuesioner yang kembali 150 Tingkat Pengembalian kuisioner yang dapat digunakan 100%

Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini

disebarkan 150 kuesioner pada 150 responden, pada hasilnya

penyebaran kuesioner sebanyak 150 dan berhasil terkumpul 150

(57)

38

dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 150 kuesioner. Metode

pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah

menggunakan purposive sampling.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh 150

responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis

kelamin, program studi, fakultas, mahasiswa angkatan dan propinsi

asal.

a. Jenis Kelamin

Informasi mengenai jenis kelamin dalam penelitian ini merupakan

salah satu hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kebutuhan

sehingga akan berpengaruh pada perilaku pembelian impulsif. Tabel

berikut menyajikan distribusi responden berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 4.2

Hasil penelitian karakteristik berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan bahwa responden mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta yaitu 60 orang (40%) adalah pria sedangkan jumlah responden

wanita yaitu 90 orang (60%) dari total keseluruhan 150 responden. Hal

tersebut menunjukkan bahwa wanita memiliki aktivitas pembelian

impulsif lebih besar dibandingkan pria. Tabel berikut menampilkan

(58)

39

b. Fakultas

Dalam penelitian ini informasi mengenai fakultas adalah informasi

yang sangat penting. Hal ini dikarenakan perbedaan umum pada setiap

konsumen atau secara khususnya masing-masing responden akan

mengetahui sikap dalam melakukan keputusan pembelian.

Tabel 4.3

Hasil penelitian berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa untuk

kategori Fakultas responden yang terbanyak adalah dari FEB sebanyak 38

(25%), diikuti dengan responden dari FISIPOL sebanyak 30 (20%).

Proporsi demikian menunjukkan adanya distribusi kategori Fakultas. Hal

ini disebabkan karena pada kategori Fakultas biasanya seseorang

mengikuti kebutuhan dan kebiasaan gaya hidup dari lingkungan Fakultas.

c. Program Studi

Salah satu informasi yang tidak kalah penting dalam penggolongan

(59)

40

perilaku mahasiswa, sedangkan perilaku mahasiswa juga mempunyai

hubungan dengan perilaku pembelian impulsif. Deskripsi responden

mengenai program studi adalah sebagai berikut .

Tabel 4.4

Kategori Program Studi Responden

No Fakultas Jumlah Presentase

1 Manajemen 16 11%

14 Ekonomi Keuangan dan Perbankan islam

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

adalah program studi Manajemen dan Pendididkan dokter yaitu

sama-sama sebanyak 16 orang (11%), diikuti oleh responden dari program studi

(60)

41

d. Mahasiswa Angkatan

Salah satu informasi yang penting juga yaitu mengenai mahasiswa

angkatan. Mahasiswa angkatan bisa jadi pemacu perilaku pembelian

impulsif karena sifat yang semakin dewasa maka mahasiswa juga ingin

menampilkan pakaian yang sesuai dengan selera. Deskripsi mengenai

mahasiswa angkatan memang perlu untuk diketahui. Berikut ini deskripsi

berdasarkan angkatan mahasiswa.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah

mahasiswa angkatan 2013 dengan jumlah 60 orang (40%), kemudian

diikuti responden angkatan 2014 dengan jumlah 32 orang (21%). Hal

tersebut menunjukkan semakin tinggi tingkatan maka semakin tinggi pula

kebutuhan produk fashion yang digunakan.

e. Propinsi Asal

Dalam penelitian ini informasi mengenai propinsi asal sangat

penting. Hal ini dikarena responden berasal dari beragam daerah dan

secara otomatis mempunyai kebudayaan ataupun gaya hidup tersendiri

(61)

42

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa propinsi asal

responden yang terbanyak ialah propinsi Jawa Tengah sebanyak 26

orang (18%), kemudian diikuti dengan propinsi asal responden dari D.I

Yogyakarta sebanyak 20 orang (14%). Hal tersebut menunjukkan

bahwa di Propinsi Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta memiliki aktivitas

pembelian produk fashion yang tinggi dibandingkan dengan Propinsi

(62)

43

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Validitas

Validitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauh mana

alat pengukur yang kita gunakan mampu mengukur apa yang ingin kita

ukur dan bukan mengukur yang lain.

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas

Pernyataan Hasil Uji Validitas Keterangan

SL1 ,000 VALID

bernilai 0,000 untuk pertanyaan no 1 sampai dengan pertanyaan no 15,

sehingga 0,000<0,05 sehingga masing-masing item pertanyaan pada

semua variabel dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Tujuan dari pengujian reliabilitas ini adalah untuk menguji apakah

kuesioner yang dibagikan kepada responden benar-benar dapat

(63)

44

butir-butir pertanyaan yang sudah di uji validitasnya dan telah

dinyatakan butir yang valid. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas item

digunakan rumus Alpha Cronbach’s. Suatu instrument dinyatakan

reliabel jika nilai Cronbach's Alpha > 0,6 (Hair et al., 2005).

Hasil yang diperoleh dari pengujian kualitas instrumen dengan uji

reliabilitas dengan SPSS dapat dilihat pada tabel 4. berikut ini :

Tabel 4.8 Uji Reliabilitas Variabel Koefisien

Cronbach Alpha

Keterangan

Gaya Hidup Berbelanja 0.745 Reliabel Fashion involvement 0. 851 Reliabel Perilaku Pembelian Impulsif 0.747 Reliabel

Sumber : Lampiran 2

Hasil uji reliabilitas menunjukkan semua variabel dalam penelitian

memiliki nilai koefisien Cronbach Alpha > 0,6, maka dapat

disimpulkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan

reliabel.

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik ialah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linier berganda. Pengujian asumsi klasik adalah suatu

pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang

digunakan bebas dari kesalahan pengganggu yang dapat mempengaruhi

(64)

45

penelitian ini adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji

multikolineritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model

regresi variabel dependen dan variabel independen berdistribusi secara

normal atau tidak. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan menggunakan analisis grafik

maupun uji statistik Ghozali (2012). Uji normalitas dengan menggunakan

grafik dapat mengakibatkan kesalahan penafsiran apabila tidak hati-hati

secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya.

Oleh sebab itu, dianjurkan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik Novita

(2010). Dalam penelitian ini digunakan analisis statistik dengan

menggunakan uji statistik non parametrik kolmogrov smirnov (K-S). Hasil

uji normalitas ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4.9 Uji Normalitas

Unstandardized Residual

N 150

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation 1,39136979

Most Extreme Differences Absolute ,81

Positive ,81

Negative -,065

Test Statistic ,81

Asymp. Sig. (2-tailed) ,18c

(65)

46

Dari Tabel 4.9 dapat diketahui nilai asymp.sig.(2-tailed) sebesar

0,18 dimana nilai tersebut berada diatas nilai signifikansi 0,05.

Berdasarkan analisis statistik tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa

data berdistribusi normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Suatu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa

gangguan (disturbance) yang muncul dalam regresi adalah

homoskedastisitas, yaitu semua gangguan tadi mempunyai varian yang

sama. Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig Batas Keterangan

Gaya Hidup Berbelanja 0.443 >0,05 Tidak terjadi heteroskedasitas

Fashion involvement 0.256 >0,05 Tidak terjadi heteroskedasitas Sumber : Lampiran 4

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas

lebih besar dari 5%, dengan demikian variabel yang diajukan dalam

penelitian tidak terjadi heteroskedasitas.

3. Uji Multikolineartias

Uji multikolinieritas digunakan untuk menganalisis korelasi antar

variabel independen. Model regresi yang baik apabila tidak terjadi korelasi

Gambar

gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Model Penelitian
Tabel 3.1.
Tabel 4.2 Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

dalam mekanisme produk iB kepemilikan rumah ini sesuai dengan teori perbankan syariah, yaitu pertama yang dilakukan oleh nasabah adalah datang ke Bank Aceh

Dengan diratifikasinya beberapa Kovenan penting tersebut, maka penting bagi pemerintah Indonesia untuk memberikan perhatian atas hak-hak yang dijamin di dalam

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perbandingan volume metanol dalam campuran minyak goreng bekas dan konsentrasi katalis Na- metoksida berpengaruh terhadap

 Hingga saat ini Indonesia adalah negara yang terikat dengan rejim global ekonomi, dimana utang luar.. negeri, lapar investasi dan ketertundukan pada rezim pasar bebas, dengan

yang memiliki beberapa kelebihan diantaranya : ramah lingkungan karena tanpa menimbulkan polusi suara dan udara, memiliki kapasitas kargo maksimal 40 kg atau kapasitas volume

Many researchers have studied edge-magic total and super edge-magic total labelings for many families of disconnected graphs (see the general survey of Gal- lian [14]) and obtained

Secara umum dari 16 pertanyaan tersebut tergambar bahwa mayoritas mahasiswa masih berada pada koridor yang sesuai dengan masyarakat Islam Indonesia pada umumnya, mahasiswa

Akuntabilitas pengelolaan APBDes di Desa Lembah sudah terlaksana sesuai prinsip-prinsip utama pengelolaan keuangan desa yaitu: (1) pengelolaan keuangan direncanakan secara