• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine di RSU. Haji Adam Malik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan keperawatan pada Tn. B dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine di RSU. Haji Adam Malik"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan keperawatan pada Tn. B dengan

Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine

di RSU. Haji Adam Malik

Disusun dalam rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

HOTLIANA DAELY 102500015

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana

atas berkat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dimana Karya Tulis Ilmiah ini salah satu syarat

utama dalam menyelesaikan pendidikan D III Keperawatan di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah Asuhan Keperarawatan pada

Tn. B dengan gangguan eliminasi urine diruangan Rindu A2 RSUP H. Adam

Malik Medan, yang dimulai pada tanggal 17 Juni sampai 21 Juni 2013.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menemukan

banyak kesulitan terutama yang berhubungan dengan Askep yang disusun

menjadi sebuah Karya Tulis Ilmiah. Namun atas bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis.

Oleh kerena itu penulis juga berterima kasih kepada ibu Cholina Trisa

Siregar,S.kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing saya dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya

yang selalu mendoakan saya, dan yang saya kasihi yang telah memberikan

semangat dan mendukung saya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, kolas,

lamtiur, nurwanti, niatin , mega, sora, tiara dan semua pihak yang dapat saya

(4)

Akhirnya penulis mengucapkan semoga ilmu yang saya peroleh dapat

berguna pada keluarga, masyarakat, Nusa dan Bangsa, juga berguna bagi kita

semua dan bagi insan-insan yang mengabdikan dirinya dalam dunia keperawatan

demi kemajuan yang semakin professional.

Medan, Juli2013

HOTLIANA DAELY

(5)

DAFTAR ISI

Kata pengantar ... i

Daftar isi ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 3

BAB II PENGOLAHAN KASUS Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Eliminasi Urine A. Konsep dasar eliminasi urine ... 4

B. asuhan keperawatan 1. Pengkajian ... 10

2. Analisa data ... 12

3. Rumusan masalah ... 16

4. Perencanaan ... 17

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian ... 18

2. Analisa Data ... 24

3. Rumusan masalah ... 25

4. Perencanaan ... 26

5. 1mpelementasi... 28

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 30

B. SARAN ... 30

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Eliminasi urin merupakaan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang

tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.

Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang

dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida

dibawa keparu-paru oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit

mengeluarkan air dan natrium / keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer

yang utama untuk mengekskresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion

hidrogen, dan asam(Alimul, 2006).

Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan

sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan

menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal,

yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah didalam

urin(Asmadi, 2008).

Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini

sangat bergantung pada fingsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter,

bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.

urerter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai

mencapai batas tertentu sampai batas yang kemudian dikeluarkan melalui

uretra(Asmadi, 2008).

Air sisa metabolisme dalam darah difiltrasi oleh ginjal. Darah mengalir

sampai ke ginjal melalui artei renal yang merupakan cabang dari aorta abdomen.

Kira-kira darah akan masuk ke ginjal 20-25% dari kardiak output. Dalam

glomerulus ginjal difiltrasi airdan zat-zat lain seperti glukosa, asam amino, urea,

kreatinin, dan elektrolit. Glomerulus akan memfiltarasi kira-kira 125ml/menit.

Tidak semua hasil filtrasi akan dikeluarkan sebagai urine, tetapi sebagian dari

zat berupa glukosa, asam amino, uric acid ,sodium,dan pottasium kembali ke

(7)

normalpengeluaran urine kira-kira 1500-1600ml/hari, atau 60ml/ menit. Jika

pengeluaran urine kurang dari 30ml/menit kemungkinan terjadi gagal

ginjal(Alimul, 2006).

Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi untuk merangsang

produksi eritropitisetin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada

sumsum tulang. Hormon ini dirangsang oleh adanya kekurangan aliran darah

(hipoksia)pada ginjal. Disamping eritropoitin ginjal juga menghasilkan hormon

renin yang berfungsi sebagai pengatur aliran darah ginjal pada saat terjadi

isskhemia. Renin dihasilkan pada pad sel juxtaglomerulus pada apartus

juxtaglomerulus di nefron. Renin berfungsi sebagai enzim yang berfungsi

mengubah angiotensinogen (dihasilkan di hati)menjadi angiotensin I yang

kemudian diudbah di paru-paru menjadi angitensin II dan angiotensin III.

Angiotensin II berdampak pada vasokontriksi dan menstimulus aldosteron untuk

menahan/meretensi air dan meningkat volume darah. Angiotensin III

memberikan efek tekanan pad aliran pembuluh darah arteri(Asmadi, 2008).

Mengingat pentingnya eliminasi atau pengeluaran urine dengan lancar,

maka salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien di rumah

sakit adalah menghitung, mengukur, dan mengontrol cairan keluar dan masuk

setelah operasi besar, pada pasien gangguan perkemihan, pada pasien bedtrest

total, dan pada pasien gangguan fisik lainnya. Maka dari itu penulis mengangkat

(8)

A. Tujuan

Tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar mahasiswa khususnya

mahasiswa D III keperawatan, mengenai konsep eliminasi uriene pada pasien dan

praktek keperawatan yang bisa diimplementasikan pada pasien yang mengalami

eliminasi urine.

B. Manfaat

1. Bagi Penulis

a. Sebagai persyaratan untuk menyelesaiakan Program Diploma III Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara

b.Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan Asuhan

Keperawatan yang komprehensif pada pasien dengan gangguan eliminasi.

2. Bagi Institusi

Karya tulis ilmiah ini dapat dipakai untuk sebagai salah satu bahan bacaan

kepustakaan.

3. Bagi Perawat

Sebagai bahan masukan perawat untuk meningkatkan Mutu Pelayanan

(9)

BAB II

PENGELOLAHAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar

Eliminasi Urine

1. Konsep Dasar Eliminasi Urine

Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini

sangat bergantung pada fingsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter,

bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.

urerter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai

mencapai batas tertentu sampai batas yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Air sisa metabolisme dalam darah difiltrasi oleh ginjal. Darah mengalir sampai

ke ginjal melalui artei renal yang merupakan cabang dari aorta abdoment.

Kira-kira darah akan masuk ke ginjal 20-25% dari kardiak output. Dalam glomerulus

ginjal difiltrasi airdan zat-zat lain seperti glukosa, asam amino, urea, kreatinin,

dan elektrolit. Glomerulus akan memfiltarasi kira-kira 125ml/menit. Tidak semua

hasil filtrasi akan dikeluarkan sebagai urine, tetapi sebagian dari zat berupa

glukosa, asam amino, uric acid , sodium,dan pottasium kembali ke plasma.

Pengeluaran urine tergantung intake cairan. Pada orang dewasa

normalpengeluaran urine kira-kira 1500-1600ml/hari, atau 60ml/ menit. Jika

pengeluaran urine kurang dari 30ml/menit kemungkinan terjadi gagal ginjal(Potter

& Perry 1999).

Ginjal menghasilkan hormon eritropoitin yang berfungsi untuk merangsang

produksi eritropitisetin yang merupakan bahan baku sel darah merah pada

sumsum tulang. Hormon ini dirangsangnoleh adanya kekurangan aliran darah

(hipoksia)pada ginjal. Disamping eritropoitin ginjal juga menghasilkan hormon

renin yang berfungsi sebagai pengatur aliran darah ginjal pada saat terjadi

isskhemia. Renin dihasilkan pada pada sel juxtaglomerulus pada apartus

(10)

kemudian diudbah di paru-paru menjadi angitensin II dan angiotensin III.

Angiotensin II berdampak pada vasokontriksi dan menstimulus aldosteron untuk

menahan/meretensi air dan meningkat volume darah. Angiotensin III memberikan

efek tekanan pad aliran pembuluh darah arteri(Potter & Perry, 1999).

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria

(kandung kemih), dan uretra.

a. Ginjal

Fungsi vital ginjal ialah sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh

manusia. Di samping itu, ginjal juga merupakan salah satu dari mekanisme

terpenting homeostasis. Ginjal berperan penting dalam pengeluaran zat-zat

toksin/racun, memperlakukan suasana keseimbangan air, mempertahankan

keseimbangan asam-basa cairan tubuh, dan mempertahankan keseimbangan

garam-garam dan zat-zat lain dalam darah(Potter & Perry,1999).

Bentuk ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Ontogenitis, berasal dari

mesoderm, terletak dalam rongga perut pada daerah retroperitoneal, di sebelah

kanan dan kiri dari kolumna vertebralis dan melekat langsung pada dinding

belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri, hal ini

karena adanya hati di sebelah kanan dan menekan ke bawah. Bila ginjal dibelah

dua, secara longitudinal (memanjang), dapat terlihat(Potter & Perry,1999).

Bagian luar yang bercak-bercak disebut korteks, serta bagian dalam yang

bergaris-garis disebut medula. Medula terdiri dari bangunan-bangunan berbentuk

kerucut yang disebut renah piramid(Potter & Perry,1999).

Pada pemeriksaan secara mikroskopis, terlihat ginjal berbentuk seperti

corong dengan batang yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian corong tersebut

dinamakan kapsula Bowman yang terdiri atas dua lapis sel-sel gepeng. Ruangan

kapsula Bowman dan glomerolus disebut karpusguli renalis (korpuskulam

malfigi). Proses pembentukan urine diawali dengan masuknya darah melalui vas

aferen ke dalam glomerolus clan keluar melalui vas eferent. Bagian yang

mer,yerupai bentuk batang yang terdiri dari tubulus kontortus proksimal, ansa

(11)

terjadi proses: filtrasi, reabsopsi, dan sekresi. Proses filtrasi terjadi pada

glomerolus karena permukaan aferen lebih began daripada permukaan

eferen(Potter & Perry,1999).

Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penyaringan darah. Pada proses ini

yang tersaring adalah Bagian cair dari darah kecuali protein. Selanjutnya, cairan

tersebut, yaitu air, glukosa, natrium, klorida, sulfat, dan bikarbonat. Ditampung

oleh simpai Bowman yang selanjutnya diteruskan ke tubulus-tubulus ginjal(Potter

& Perry,1999).

Proses reabsorbsi terjadi pada tubulus-tubulus ginjal. Di sini terjadi

penyerapan kembali dari sebagian air, glokosa, atrium, klorida, sulfat, bikarbonat

dan beberapa ion bikarbonat. Pada tubulus ginjal bagian atas, terjadi proses pasif

(reabsorpsi obligatori). Sedangkan pada tubulus ginjal bawah terjadi proses aktif

(fakultatif reabsorpsi) yang menyerap kembali natrium dan ion bikarbonat bila

diperlukan. Sisa hasil reabsorpsi akan dialirkan ke papilla renalis(Potter &

Perry,1999).

Pelvis renalis (piala ginjal) merupakan bagian dari ginjal dengan duktus

papillaris Bellini bermuara pada renalis yang menyebabkan terbentuknya area

kribiformis pada papilla ginjal. Papilla renalis terlihat, menonjol kedalam satu

kaliks minor, bersatu menjadi kaliks mayor, inipun menjadi pelvis renalis. Pelvis

renalis ini berlanjut menjadi ureter(Potter & Perry,1999).

b. Ureter

Air kemih disekresi oleh ginjal, dialirkan ke vesika urinairia (kandung

kemih) melalui ureter. Ureter berada pada kiri dan kanan kolumna vertebralis

(tulang punggung) yang menghubungkan pelvis renalis dengan kandung

kemih. Panjang ureter kurang lebih 30 cm dan berdiameter 0,5 cm. Uretra

sebagian terletak dalam rongga perut (pars abdominalis) dan selanjutnya berjalan

di dalam rongga panggul (pars pelvira). Otogenitis ureter termasuk berasal dari

mesoderm, karena itu, ureter juga terletak pada retroperitonialis. Dinding utera

terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, otot polos, dan jaringan

(12)

c. Vesika urinaria

Aliran urine dari ginjal akan bermuara ke dalam kandung kemih (vesika

urinaria). Kandung kemih merupakan kantong yang dapat menggelembung seperti

balon karet, terletak di belakang simfisis pubis, di dalam rongga panggul. Bila

terisi penuh, kandung kemih dapat terlihat sebagian ke luar dari rongga panggul.

Kandung kemih berbentuk seperti kerucut. Bagian-bagiannya ialah verteks,

fundus, dan korpus. Bagian verteks adalah bagian yang meruncing ke arah depan

dan berhubungan dengan ligamentum vesiko umbilikale medius. Bagian fundus

merupakan bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah. Bagian korpus

berada di antara verteks dan fundus. Bagian fundus terpisah dari rektum oleh

spasium rektovesikula yang terisi oleh jaringan ikat, duktus deferens, vesikula

seminalis. Dinding kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos dan selapis

mukosa yang berlipat-lipat. pada diding belakang lapisan mukosa, terlihat bagian

yang tidak berlipat, daerah ini disebut trigonum liestaudi(Potter & Perry,1999).

c. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang

berfungsi menyalurkan air kemih ke luar dan juga untuk menyalurkansemen. Pada

laki-laki, uretra berjalan berkelok-kelok, menembus prostat, kemudian melewati

tulang pubis, selanjutnya menuju ke penis. Oleh karera itu, pada laki-laki, uretra

terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pars proetalika, pars membranosa, dan pars

kavernosa. Muara uretra ke arah dunia luar disebut meatus. Pada perempuan,

uretra terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring, sedikit ke atas,

panjangnya kurang lebih 3-4 cm. Muara uretra pada perempuan terletak di sebelah

atas vagina, antara klitoris dan vagina. Uretra perempuan berfungsi sebagai

saluran ekskretori(Potter & Perry,1999).

3. Refleks miksi

Kandung kemih dipersarafi oleh saraf sakral 2(S-2) dan sakral 3(S-3). Saraf

sensorik dari kandung kemih dikirimkan ke medula spinalis bagian sakral 2

sampai dengan sakral 4 kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf

(13)

berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter

eksterna yang di bawah kontrol kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau

ditunda. Pada saat miksi otot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot

kandung kemih. Biasanya tidak lebih dari 10 ml urine tersisa dalam kandung

kemih yang disebut dengan residu urine(Brunner & Suddath, 1997).

4. Karakteristik urine normal

Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome.

Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadan dehidrasi

konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan, penggunaan obat-obatan

tertentu seperti multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi

kemerahan sampai kehitaman(Brunner & Suddath, 1997)..

Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan

urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine(Brunner

& Suddath, 1997)..

5. Proses Berkemih

1. Proses Filtrasi ,di glomerulus

Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali

protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari

glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus

ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus(Brunner & Suddath,

1997).

2. Proses Reabsorbsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,

sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara

pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal(Brunner & Suddath, 1997).

Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion

bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi

(14)

3. Proses sekresi.

Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla

renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

6. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine

1. Diet dan Asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi

output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang

dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.

2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih

Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat

menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi

ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

3. Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan

eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi

keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan

berkemih dan jumlah urine yangdiproduksi.

5. Tingkat Aktivitas

Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk

fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan

pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan

beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan

Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola

berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki

mengalami kesulitan untukmengontrol buang air kecil. Namun dengan usia

kemampuan dalam mengontrol buang airkecil.

7. Kondisi Penyakit

Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes

(15)

8. Sosiokultural

Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti

adanya kulturpada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di

tempat tertentu.

9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan

untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot

Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses

berkemih adalah ototkandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat

berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.

11. Pengobatan

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya

peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretik

dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan

antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

12. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,

khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan

saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah

asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain itu tindakan sistoskopi dapat

menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran

urine(Alimul, 2006)

5. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

a. Aspek biologis

1 .Usia. Kebutuhan eliminasi, baik eliminasi urine maupun fekal, salah satunya

dipengaruhi oleh usia yang mengacu pada pertumbuahan dan perkembangan

individu. Misalnya, kemampuan untuk mengontrol mikturisi dan defekasi

(16)

sering mengalami nokturia, frekuensi berkemih meningkat, konstipasi, dan

lain-lain .

2. Aktivitas fisik. Immobilisasi dapat menyebabkan terjadinya konstipasi,

retensi urine, dan penurunan tonus otot.

3. Riwayat kesehatan dan diet. Kajian riwayat penyakit atau pembedahan yang

pernah dialami pasien yang dapat mempengaruhi eliminasi, seperti

nefrolitiasis, colostomy, dan lain-lain. Dikaji juga riwayat diet yang dijalani

klien, seperti jenis makanan yang dikonsums; jumlah, frekuensi, dan lamanya

diet yang dijalani.

4. Penggunaan obat-obatan. Pengkajian meliputi jenis obat, dosis, dan sudah

berapa lama mengonsumsi obat tersebut. Penggunaan obat-obatan ini perlu

dikaji karena beberapa jrnis obat dapat mempengaruhi eliminsi urine dan

fekal.

b. Pemeriksaan urine.

a. Eliminasi urine

Masalah eliminasi urine sering terjadi dikaitkan dengan

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, maka perlu dikaji dengan

mengenai turgor kulit dan mukosa mulut. Bila dikaitkan dengan organ

sistem perkemihan, maka perlu dikaji ginjal, vesika urinaria, dan meatus.

Hal yang dikaji seperti adakah nyari di daerah pinggul?, distensi kandungan

kemih?, perkusi kandungan kemihpada kondisi penuh menimbulkan bunjyi

tumpul?, adakah nyeri tekan pada kandung kemih?, pengkajian pada

keadaan meatus uretra, seperti adakah kemerahan?, luka?, dan lain-lain.

b. Pemeriksaan laboratorium

i. Warna urine normal bervariasi dari warna pucat, agak kekuningan

sampai kuning coklat (seperti warna madu). Warna bergantung pada

kepekatan urine (potter dan perry 2006)

ii. Pendaran pada ginjal atau ureter menyebabkan urine menjadi merah

gelap. Bila urine berwarna merah terang, menunjukkan adanya pendarahan

pada kandung kemih atau uretera. Selain itu, perubahan warna urine juga

dapat dipengaruhi oleh konsumsi obat. Oleh karena itu, perlu dikaji obat

(17)

iii Warna urine coklat gelap dapat disebabkan karena tingginya konsentrasi

bilirubin akibat disfungsi hepar.

c. Kejernihan

Urin yang tampak normal tampak transparant saat dikeluarkan.

Pada klien yang mempunyai penyakit ginjal, urine yampak keruh atau

berbusa akibat tingginya konsentrasi protein dalam urine. selain itu, urine

pada orang yang menderita penyakit ginjal juga tampak pekat dan keruh

akibat adanya bakteri.

d. Bau

Urine memiliki bau yang khas. Semakin pekat warna urine, semakin

kuat baunya. Urine yang dibiarkan dalam jangka waktu lama akan

mengeluarkan bau amonia (potter dan perry 2006)

e. Nilai normal hasil urinalisis antara lain:Ph 4,6-8,0;protein < 10 mg/100

ml;glukosa tidak ad;berat jenis 1,010-1,030, tidak ada keton, tidak ada

bakteri, dan lain-lain(Potter & Perry,1999).

c. Analiasa Data

Data Dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap

dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan

lainnya. Data Fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang

mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien.

Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang

dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta

kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.

Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.

Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang

masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan

untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan

(18)

Tujuan Pengumpulan Data

1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.

2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.

3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.

4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah

selanjutnya.

Tipe Data : 1. Data Subjektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu

situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,

mencakup persepsi, perasaan, ide klien tentang status kesehatannya. Misalnya

tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustrasi, mual, perasaan

malu.

2. Data Objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan

panca indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya

frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat

kesadaran.

Karakteristik Data 1. Lengkap

Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah

klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan selama 3 hari. Perawat

harus mengkaji lebih dalam mengenai masalah klien tersebut dengan

menanyakan hal-hal sebagai berikut: apakan tidak mau makan karena tidak ada

nafsu makan atau disengaja? Apakah karena adanya perubahan pola makan atau

(19)

2. Akurat dan nyata

Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan

nyata untuk membuktikan benar tidaknya apa yang didengar, dilihat, diamati dan

diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang

mungkin meragukan. Apabila perawat merasa kurang jelas atau kurang mengerti

terhadap data yang telah dikumpulkan, maka perawat harus berkonsultasi

dengan perawat yang lebih mengerti. Misalnya, pada observasi : “klien selalu

diam dan sering menutup mukanya dengan kedua tangannya. Perawat berusaha

mengajak klien berkomunikasi, tetapi klien selalu diam dan tidak menjawab

pertanyaan perawat. Selama sehari klien tidak mau makan makanan yang

diberikan”, jika keadaan klien tersebut ditulis oleh perawat bahwa klien depresi

berat, maka hal itu merupakan perkiraan dari perilaku klien dan bukan data yang

aktual. Diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan kondisi klien.

Dokumentasikan apa adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.

3. Relevan

Pencatatan data yang komprehensif biasanya menyebabkan banyak sekali data

yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu dalam mengidentifikasi.

Kondisi seperti ini bisa diantisipasi dengan membuat data komprehensif tapi

singkat dan jelas. Dengan mencatat data yang relevan sesuai dengan masalah

klien, yang merupakan data fokus terhadap masalah klien dan sesuai dengan

situasi khusus.

Sumber Data

1. Sumber data primer

Klien adalah sumber utama data (primer) dan perawat dapat menggali

informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien.

2. Sumber data sekunder

Orang terdekat, informasi dapat diperoleh melalui orang tua, suami atau istri,

(20)

berkomunikasi atau kesadaran yang menurun, misalnya klien bayi atau

anak-anak, atau klien dalam kondisi tidak sadar.

3. Sumber data lainnya

1. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya.

Catatan kesehatan terdahulu dapat digunakan sebagai sumber informasi yang

dapat mendukung rencana tindakan perawatan.

2. Riwayat penyakit

Pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan merupakan riwayat penyakit

yang diperoleh dari terapis. Informasi yang diperoleh adalah hal-hal yang

difokuskan pada identifikasi patologis dan untuk menentukan rencana tindakan

medis.

3. Konsultasi

Kadang terapis memerlukan konsultasi dengan anggota tim kesehatan

spesialis, khususnya dalam menentukan diagnosa medis atau dalam

merencanakan dan melakukan tindakan medis. Informasi tersebut dapat diambil

guna membantu menegakkan diagnosa.

4. Hasil pemeriksaan diagnostik

Seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan tes diagnostik, dapat digunakan

perawat sebagai data objektif yang dapat disesuaikan dengan masalah kesehatan

klien. Hasil pemeriksaan diagnostik dapat digunakan membantu mengevaluasi

keberhasilan dari tindakan keperawatan.

5. Perawat lain

Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lainnya, maka perawat

harus meminta informasi kepada perawat yang telah merawat klien sebelumnya.

(21)

6. Kepustakaan.

Untuk mendapatkan data dasar klien yang komprehensif, perawat dapat

membaca literatur yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh

literatur sangat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang

benar dan tepat.

Metoda Pengumpulan Data 1. Wawancara

2. Observasi

3. Pemeriksaan fisik

4. Studi Dokumentasi

6. Rumusan masalah

Pengkajian fungsi eliminasi urine klien yang dilakukan terus menerus

menunjukkan pola data yang memungkinkan perawat untuk merumuskan

masalah yang relevan dan akurat. Perawat berpikir secara kritis dengan

merefleksikan pengetahuannya tentang klien sebelumnya, meninjau kembali

karakteristik penentu yang teridentifikasi, menerapkan pengetahuan tentang

fungsi urine, dan kemudian membuat perumusan masalah yang spesifik.

Perumusan masalah dapat berfokus pada perubahan eliminasi urine atau

masalah-masalah terkait, seperti kerusakan integritas kulit yang berhubungan

dengan inkontinensia urine. identifikasi karakteristik penentu mengarahkan

perawat dalam merumuskan masalah yang tepat. Menspesifikkan faktor-faktor

terkait untuk setiap diagnosis memungkinkan pemilihan intervensi keperawatan

yang bersifat individual. Perumusan masalah pada klien retensi urine yang

disertai overflow, intervensi keperawatan jangka panjangnya bervariasi

(22)

7. Perencanan

Dalam mengembangkan suatu rencan keperawatan, perawat menetapkan

tujuan dan hasil akhir yang diharapkan untuk setiap diagnosis. Rencan

menggabungkan aktivitas untuk meningkatkan kesehatan dan intervensi

terapeutik untuk klien yang mengalami masalah eliminasi urine. intervensi

preventif mungkin dibutuhkan oleh klien yang beresiko mengalami masalah

perkemihan. Perawat juga merencanakan terapi sesuai dengan tingkat keparahan

risiko pada klien. Dalamn proses keperawatan, penting untuk

mempertimbangkan lingkungan rumah klien dan eliminasi rutinnya yang normal

saat merencanakan terpi untuk klien. Merencanakan asuhan keperawatan juga

melibatkan suatu pemahaman tentang kebutuhan klien untuk mengontrol fungsi

tubuhnya. Perubahan eliminasi urine dapat menjadi sesuatu yang memalukan,

membuat tidak nyaman, dan sering membuat klien frustasi. Perawat dan klien

bekerja sama untuk menetapkan langkah guna mempertahankan keterlibatan

klien dalam asuhan keperawatan untuk mempertahankan eliminasi urineyang

normal(Marilyn E, 1999). Tujuan asuhan keperawatan untuk klien meliputi

hal-hal dibawah ini :

1. Memahami eliminasi urine yang normal

2. Meningkatkan pengeluaran kemih yang normal

3. Mencapai pengosongan kandungan kemih yang lengkap

4. Mencegah infeksi

5. Mempertahankan integritas kulit

(23)

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

BIODATA

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.B

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 56 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Kristen

Pendidikan : Diploma

Pekerjaan : PNS

Alamat : Wonosari lk III Aek kanopan

Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2013

No. Register : 00.56.07.69

Ruangan/Kamar : RA2 kamar 1A

Golongan Darah : 0

(24)

Tanggal Operasi : 02 Juli 2013

Diagnosa Medis : Urolitiasis

II. KELUHAN UTAMA

Sulit buang air kecil

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/Pallative

1. Apa penyebabnya

Tn.B sering menahan untuk BAK , dan sering komsumsi makanan dan

minuman tinggi kandungan kalsium dan purin

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Pasien mengatakan hal yang dapat memperbaiki keadannya dengan konsumsi

obat-obatan

3. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Tn. B mengatakan merasakan sakit saat BAK

2. Bagaimana dilihat

Tn.B terlihat meringis saat BAK

dan volume urine (±300cc setiap BAK) , BAK dalam sehari tidak lebih

dari 4kali

4. Region

1. Dimana lokasinya

Pada saluran kemih

2. Apakah menyebar

Menyebar hingga pinggang kiri

5. Severity (mengganggu aktivitas)

Tn.B mengatakan sakit yang dirasakannya mengganggu aktivitas Tn.B

6. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)

(25)

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A.Penyakit yang pernah dialami

Hipertensi

B.Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Berobat ke dokter spesialis

C.Pernah dirawat/dioperasi

Tn.B tidak pernah dirawat dan dioperasi

D.Lamanya dirawat

Tidak pernah

E. Alergi

Tn.B mengatakan tidak memiliki riwayat alergi

F. Imunisasi

Tn.B tidak mengetahui imunisasi yang telah didapat Tn.B

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua

Orangtua laki-laki Tn.B memiliki riwayat hipertensi

B.Saudara kandung

Saudara laki-laki Tn.B memiliki riwayat nefrotialisis

C.Penyakit keturunan yang ada

Hipertensi

D.Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada

E. Anggota keluarga yang meninggal

Kedua orang tua dan satu oarang saudara Tn. B

F. Penyebab meninggal

Penyakit hipertensi dan nefrotialisis

VI. RIWAYAT/KEADAAN PSIKOSOSIAL A.Persepsi pasien tentang penyakitnya

(26)

B.Konsep diri

1. Body Image : Pasien merasa dirinya sudah merepotkan orang

lain

2. Ideal diri : Pasien masih optimis untuk sembuh

3. Harga diri : Keluarga sangat menyayangi pasien

4. Peran diri : Peran pasien sebagai sebagai kepala keluarga

5. Personal Identity : Pasien sangat senang membaca koran

C.Keadaan emosi

Tn. B masih dapat mengontrol emosinya

D.Hubungan sosial

-Orang yang berarti

Keluarga pasien

-Hubungan dengan keluarga

Terlihat harmonis

-Hubungan dengan orang lain

Harmonis

-Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Penyakit yang di derita Tn.B

E. Spiritual :

- Nilai dan keyakinan : Agam kristen

- Kegiatan ibadah : Kebaktian minggu di gereja

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan umum

Compos mentis

B. Tanda-tanda vital :

Suhu tubuh : 37,5˚ C Nadi : 85x/i

TD : 140/90 mmHg RR : 22x/i

TB : 160 cm Skala nyeri: 6

(27)

C. Pemeriksaan kepala dan leher

Keadaan kepala, rambut , wajah Tn. B dalam keadaan normal, pada wajah

tidak ada kelainan, mata lengkap dan simetris serta tidak ada kelainan. Keadaan

hidung normal, lubang hidung bersih. Bentuk telinga Tn. B dalam keaadaan

normal serta tidak ada kelainan, pendengaran Tn. B baik/normal. Mulut dan

faring normal tidak ada pembengkakan, posisi leher normal dan tidak ada

pembengkakan.

D. Pemeriksaan integumen,payudara, ketiak dan thoraks

Keadaan integumen Tn. B bersih dan hangat,turgor kulit kembali cepat (<3

detik) serta tidak ada kelainan pada kulit Tn. B. Ukuran dan bentuk payudara

dalam keadaan normal, dan tidak ada pempemgkakan pada ketiak Tn. B .

thoraks dalam keadaan normal, pernafasan 22 kali permenit, irama teratur dan

tidak ada kesulitan dalam bernafas.

E. Pemeriksaan abdomen

Pada pengkajian inspeksi bentuk abdomen Tn. B tidak ada kelainan,

setelah diauskultasi bunyi peristaltik 8x/menit, ada nyeri tekan yang dirasakan

oleh Tn. B dan bunyi pada pengkajian perkusi adalah timpani serta tidak ada

tanda-tanda asites.

F. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

Keadan penis dalam kedaan normal,rambut pubis ada. Anus dan perinium

tidak ada kelaianan.

G. Pemeriksaan muskuloskeletal, neurologi.

Keadan muskuletal Tn. B normal dan simetris serta kekuatan otot baik.

(28)

H. Pola kebiasaan sehari-hari

Pola makan Tn. B 3x makan utama +2x makan tambahan, nafsu makan

kurang baik,tidak ada alergi makanan tertentu.pemasukan cairan melalui oral

sebanyak 1400cc perhari ditambah cairan intravena sebanyak 2000cc perhari

I. Perawatan diri /personal hygiene

Perawtan diri dilakukan dengan bantuan minimal yang dilakukan oleh

perawat dan keluarga

J. Pola kegiatan / aktivitas

- Uraian aktivitas pasien untik makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan

secara mandir,sebagian atau total.

Tn. B melakukan aktivitasnya dibantu sebagian oleh keluarga dan

perawat.

- Uraian aktivitas ibadah pasien selam dirawat.

Tn. B melakukan aktivitas ibadahnya di tempat tidur,yaitu berdoa

K. Pola eliminasi

1. BAB

BAB lancar dan konsistensi lembek serta dalam keadaan normal

2. BAK

Pola BAK Tn. B tidak lancar (±4 kali/perhari) dengan volume urine ±300 cc

setiap kali BAK, ada kesulitan yang dirasakan ssat berkemih,warna urine

keruh, Tn. B mengatakan bahwa pernah mengalami riwayat kencing

(29)

Masalah keperawatan

Retensi urine

Diagnosa Keperawatan

Retensi urine berhubungan dengan tingginya tekanan uretra yang disebabkan oleh

kelemahan destrusor ditandai dengan urin residu 230cc, nyeri saat BAK ,nyeri

(30)

ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah keperawatan

1. DS: Tn. B mengatakan kandung kemih terasa penuh, nyeri saat BAK, tidak meras puas setelah BAK

DO: residu kandung kemih(+)

ada nyeri tekan pada umbilikus sampai simfisis pubis, skala nyeri pada saat BAK : 5

Urolitisis

Penyumbatan saluran kemih

Peningkatan tekanan uretra

Sulit berkemih

ketidakseimbangan intake output

Retensi urine

Retensi urine berhubungan dengan tingginya tekanan uretra

yang disebabkan oleh adanya sumbatan saluran kemih ditandai

dengan residu kandung kemih(+), nyeri saat BAK 5, ada nyeri

tekan pada umbilikus, kandung kemih terasa penuh, tidak

(31)

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/

Tanggal

No. Dx I Perencanaan Keperawatan Rasional

Selasa

18 juni 2013

Tujuan dan

Kriteria Hasil :

Mempertahankan

keseimbangan

intake output,

Nyeri tekan pada

umbilikus

berkurang, residu

urine dalam batas

normal

1. Awasi pemasukan dan pengeluaran

serta karakteristik urine

2. Tentukan pola berkemih pasien dan

perhatikan variasi berkemih

3. Periksa semua urine. Catat adanya

keluaran batu dan kirim ke

laboratorium untuk di analisa

4. Selidiki keluhan kandung kemih

memberikan informasi tentang fungsi ginjal

dan adanya komplikasi contoh infeksi dan

pendarahan. Pendarahan dapat

mengidentifikasi peningkatan obstruksi atau

iritasi ureter.

kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas

saraf, yang menyebabkan sensasi

kebutuhan berkemih segera. Biasanya

frekuensi dan urgensi meningkat bila

kalkulus mendekati pertemuan

uretrovesikal.

Penemuan batu memungkinkan identifikasi

(32)

penuh : palpasi untuk distensi

suprapubik. Perhatikan penurunan

keluaran urine, adanya edema

periorbital/tergantung.

5. Observasi perubahan status mental,

perilaku atau tingkat kesadaran.

6. Awasi pemeriksaan laboratorium

Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan

distensi jaringan (kandungan kemih/ginjal)

dan potensi resiko infeksi, gagal ginjal.

Akumulasi Sisa Uremik Dan

Ketidakseimbangan Elektrolit Dapat

Menjadi Toksik Pada Spp

peninggian BUN, kreatinin, dan elektrolit

(33)

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/

tanggal

Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi

19 juni

2013

Retensi urine

berhubungan

dengan tingginya

tekanan uretra yang

disebabkan adanya

sumbatan pada

saluran kemih.

1. Mengawasi pemasukan dan

pengeluaran serta karakteristik

urine

2. Menenentukan pola berkemih

pasien dan perhatikan variasi

berkemih

3. memeriksa semua urine. Catat

adanya keluaran batu dan kirim

ke laboratorium untuk di analisa

4. menyelidiki keluhan kandung

kemih penuh : palpasi untuk

distensi suprapubik. Perhatikan

penurunan keluaran urine.

S: Tn. B mengatakan masih merasa tidak puas setelah

BAK

nyeri tekan pada umbilikus berkurang,

O: Pasien tampak meringis saat BAK urine : ± 350 cc sekali

BAK,volume residu(+)

A: Masalah belum teratasi

(34)

5. mengobservasi perubahan status

mental, perilaku atau tingkat

kesadaran.

6. Mengawasi pemeriksaan

(35)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia merupakan salah satu makhluk hidup. Dikatakan sebagai makhluk hidup

karena manusia memiliki ciri-ciri diantaranya: dapat bernafas, berkembangbiak,

tumbuh, beradaptasi, memerlukan makan, dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh

(eliminasi).

Jadi dari dari masalah keperawatan pada Tn. B yang dimulai dari pengkajian

dimulai dari aspek biologis, prikologis, sosial dan spiritual. Kemudian dilakukan analisa

data dari hasil pengkajian,maka didapat masalah keperawatan mengenai gangguan

eliminasi urine,dan direncanakan apa yang hendak dilakukan untuk masalah tersebut.

Setelah rencana tersusun maka dilaksanakanlah sesuai dengan apa yang telah

direncanakan sebagai tindakan keperawatan untuk masalah gangguan eliminasi urine

pada Tn. B dan di peroleh hasil masalah belum teratasi.

B.Saran

Bagi pihak rumah sakit lebih memperhatikan dalam pelayanan pada pasien

gangguan eliminasi urine dan fasilitas-fasilitas yang lengkap untuk kebutuhan

eliminasi urine pada pasien.

Bagi mahasiswa hendakya lebih giat dalam mensari ilmu pengetahuan yang

berhubungan dengan kebutuhan eliminasi urine pada pasien di rumah sakit

Diharapkan kepada pihak Akademik dan Dosen agar lebih memperhatikan

dalam penyedian buku-buku yang berhubungan dengan kebutuhan dasar eliminasi

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul. A, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia, Penerbit Salemba Medika :Jakarta

Asmdi, (2008). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Penerbit Salemba

Medika :Jakarta

Brunner & Suddath, (1997). Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran.

EGC :Jakarta

Doenges Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC :Jakarta

Potter & perry, (1999). Fundamental Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran.EGC

(37)

CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI

Hari/

tanggal

Dx Pukul Tindakan keperawatan

19 juni

2013

Retensi urine berhubungan

dengan tingginya tekanan

uretra yang disebabkan

adanya sumbatan pada

saluran kemih.

1. Menemui Tn. B ke ruangnya mengucapkan salam tearpeutik,mem dan berdiskusi

mengenai keadaan Tn. B

2. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran

Pemasukan: makan, minum, cairan intra vena.

Pengeluaran: urine, keringat, BAB

3. Berdiskusi dengan pasien mengenai keadannya, frekuensi, volume, karakteristik

urine yang keluar

4. Kolaborasi pemberian cairan intravena, dan pemberian obat

Inj: ceftriaxone 1g

Ranitidine 1 amp

Tramadol 1 amp

5. Menenentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi berkemih

6. memeriksa urine. Catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk

(38)

18.00

18.15

19.00

19.30

Perhatikan penurunan keluaran urine.

8. Memberi diet pasien

9. mengobservasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.

Dan TTV pasien

(39)

CATATAN PERKEMBANGAN/EVALUASI

Hari/

tanggal

Dx Pukul Tindakan keperawatan

20 juni

2013

Retensi urine berhubungan

dengan tingginya tekanan

uretra yang disebabkan

adanya sumbatan pada

saluran kemih.

1. Menemui Tn. B ke ruangnya mengucapkan salam tearpeutik

2. Berdiskusi dengan pasien mengenai keadannya, frekuensi, volume, karakteristik

urine yang keluar

3. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran

4. Berdiskusi dengan pasien mengenai keadannya, frekuensi, volume, karakteristik

urine yang keluar

5. Kolaborasi pemberian cairan intravena, dan pemberian obat

Inj: ceftriaxone 1g

Ranitidine 1 amp

Tramadol 1 amp

6. Menenentukan pola berkemih pasien dan perhatikan variasi berkemih

7. memeriksa semua urine. Mencatat bila adanya keluaran batu dan kirim ke

(40)

18.15

18.25

19.00

19.30

Perhatikan penurunan keluaran urine.

9. Memberi diet pasien

10.mengobservasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran.

Dan TTV pasien

Referensi

Dokumen terkait

(5) Bentuk dan isi Keputusan Kepala Badan tentang pemberian pengurangan pajak sebagaimana tersebut dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan

Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 1977 tentang Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Thailand tentang Penetapan Garis Batas dasar Laut Antara

(3) Wajib Pajak yang diperiksa tidak memenuhi kewajiban yang menyebabkan petugas pemeriksa menemui kesulitan dalam menghitung jumlah uang yang diterima atau yang

Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.. Kurikulum 1994 adalah

bergerak, berwujud atau tidak berwujud, termasuk hak dan kewajiban lainnya yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh Pejabat beserta istri/suami

Dalam melaksanakan tugas, Inspektur Jenderal, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Inspektur, Kepala Bagian, Kepala Subbagian, dan Pejabat Fungsional wajib menerapkan prinsip

Dinas Pertanahan dan Tata Ruang mempunyai tugas mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas

(2) Seksi Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi serta penyusunan laporan pelaksanaan program pemberdayaan