• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Pengembangan Rumah-Hotel di Kawasan Permukiman Kelurahan Aur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Potensi Pengembangan Rumah-Hotel di Kawasan Permukiman Kelurahan Aur"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN

RUMAH-HOTEL DI KAWASAN

PERMUKIMAN KELURAHAN AUR

SKRIPSI

OLEH

PRAUTAMI CITRA DAELI

090406022

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN

RUMAH-HOTEL DI KAWASAN

PERMUKIMAN KELURAHAN AUR

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

PRAUTAMI CITRA DAELI

090406022

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(3)

PERNYATAAN

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN RUMAH-HOTEL DI KAWASAN PERMUKIMAN KELURAHAN AUR

SKRIPSI

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015 Penulis,

(4)

Judul Skripsi : Kajian Potensi Pengembangan Rumah-Hotel di Kawasan Permukiman Kelurahan Aur Nama Mahasiswa : Prautami Citra Daeli

Nomor Pokok : 090406022 Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Salmina Wati Ginting, S.T., M.T.

Koordinator Skripsi,

Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc. Ph.D.

Ketua Program Studi,

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

(5)

Telah diuji pada

Tanggal : 13 Januari 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. T.P., M.Arch. Anggota Komisi Penguji : 1. Salmina Wati Ginting, S.T., M.T.

(6)

ABSTRAK

Pengembangan rumah-hotel atau homestay di Kota Medan, terutama di kawasan pariwisata Kelurahan Aur di Kecamatan Medan Maimun, dapat menjadi strategi jitu untuk meningkatkan jumlah dan lama kunjungan wisatawan karena selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas ekonomi dan sosial-budaya masyarakat setempat, jaringan rumah-hotel dapat juga menjadi daya tarik wisata baru. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan lokasi rumah-hotel yang paling potensial sekaligus menemukan karakteristik rumah-hotel yang diinginkan oleh wisatawan, sehingga dapat dirancang sebuah konsep desain pengembangan rumah-hotel di kawasan kajian. Penelitian ini menggunakan mixed-method, yaitu melalui observasi langsung ke kawasan kajian dan penyebaran kuisioner kepada 30 responden. Temuan penelitian ini adalah terpilihnya satu area permukiman yang paling potensial, yakni Lingkungan III Kelurahan Aur, dan dari hasil tabulasi data kuesioner ditemukan bahwa mayoritas wisatawan menyukai rumah-hotel yang mudah diakses, terletak di lingkungan yang masih alami, terdapat fasilitas pokok kepariwisataan, dan memiliki keragaman nilai sejarah-budaya lokal termasuk tampilan bangunan rumah-hotel yang diharapkan merefleksikan arsitektur lokal. Konsep desain yang direkomendasikan meliputi konsep aksesibilitas, konsep fasilitas dan aktivitas, serta konsep tampilan (fasad) dan ruang dalam bangunan rumah-hotel.

Kata Kunci: konsep desain, lokasi, potensi, pariwisata Kota Medan, rumah-hotel.

ABSTRACT

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus karena oleh kasih setia dan perkenanan-Nya yang tak berkesudahan penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Potensi Pengembangan Rumah-Hotel di Kawasan Permukiman Kelurahan Aur” ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Salmina Wati Ginting, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing, atas segala kasih dan kesabaran beliau dalam membimbing, mengajari, menasehati, dan memberi waktu untuk saling berbagi ide dan inspirasi sejak awal proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

2. Bapak Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. T.P., M.Arch. dan Bapak Hajar Suwantoro, S.T., M.T. selaku dosen penguji, atas segala arahan, koreksi, dan saran yang diberikan pada setiap sidang skripsi.

(8)

4. Kedua orang tua serta kakak-adik penulis, atas segala doa, kasih sayang, pengorbanan, perhatiannya serta dukungannya dari awal perkuliahan hingga hingga penyelesaian skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat terbaik (Dessy, Rina, Agata, Yemima, Sendy, Sesil), kakak-kakak dan abang-abang (yang tidak dapat disebutkan satu persatu) yang selalu siap sedia memberi bantuan dan semangat, menjadi rekan berbagi cerita suka dan duka serta setia mendukung dalam doa.

6. Seluruh teman-teman stambuk 2009 dan adik-adik stambuk 2010 Arsitektur USU yang menjadi rekan-rekan seperjuangan, yang saling membantu, mengapresiasi, dan menyemangati satu sama lain.

7. Para staf Kantor Kelurahan Aur, masyarakat Kelurahan Aur, dan semua pihak yang membantu selama proses pengumpulan data skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kiranya damai sejahtera dan kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai kita semua. Amin.

Medan, Januari 2015 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Penelitian ... 6

1.6 Kerangka Berpikir ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Arsitektur ... 8

2.2 Tinjauan Pariwisata ... 10

2.2.1 Potensi Pariwisata ... 10

2.2.2 Potensi dan Permasalahan Pariwisata Kota Medan ... 14

2.2.3 Persyaratan Destinasi Wisata ... 17

2.3 Tinjauan Rumah-Hotel... 18

2.3.1 Fenomena Rumah-Hotel atau Homestay ... 18

2.3.2 Definisi Rumah-Hotel ... 21

2.3.3 Konsep Rumah-Hotel ... 23

2.3.4 Kriteria dan Persyaratan Rumah-Hotel ... 25

2.4 Studi Banding... 30

2.4.1 Dago Pojok (Bandung) ... 30

(10)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Jenis Penelitian... 36

3.2 Variabel Penelitian ... 37

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5 Metode Analisis Data ... 41

3.6 Kawasan Penelitian ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Analisis Pemilihan Lokasi Rumah-Hotel ... 43

4.1.1 Analisis Makro ... 43

4.1.2 Analisis Mikro ... 62

4.2 Analisis Karakteristik Rumah-Hotel Menurut Wisatawan ... 71

4.2.1 Profil dan Data Kunjungan Wisata Responden ... 71

4.2.2 Permintaan Wisatawan Mengenai Rumah-Hotel ... 73

4.3 Analisis Pemilihan Tapak Rumah-Hotel ... 75

4.4 Rekomendasi Konsep Pengembangan Rumah-Hotel ... 77

4.4.1 Rekomendasi Aksesibilitas ... 77

4.4.2 Rekomendasi Fasilitas dan Aktivitas ... 82

4.4.3 Rekomendasi Konsep Desain Rumah-Hotel ... 89

4.5 Temuan Penelitian ... 93

4.5.1 Lokasi Rumah-Hotel ... 93

4.5.2 Karakteristik Rumah-Hotel ... 93

4.5.3 Konsep Desain Rumah-Hotel ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.1 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.2 Persyaratan penelitian potensi pariwisata ... 13

3.1 Variabel potensi kawasan kajian ... 37

4.1 Analisis mikro kawasan kajian ... 70

4.2 Profil responden ... 71

4.3 Data kunjungan wisata responden... 72

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Diagram kerangka berpikir ... 7

2.1 Suasana kampung kreatif di Dago Pojok ... 31

2.2 Salah satu rumah-hotel di Kota Bandung ... 32

2.3 Suasana jalan masuk Kampung Sosrowijayan Wetan ... 33

2.4 Aneka fasilitas di Kampung Sosrowijayan Wetan ... 34

2.5 Fasilitas kursus membatik di Kampung Sosrowijayan Wetan ... 35

3.1 Peta lokasi kawasan penelitian ... 42

4.1 Peta administrasi Kota Medan dan Kecamatan Medan Maimun ... 44

4.2 Peta administrasi Kelurahan Aur dan Lingkungan I - IV ... 45

4.3 Kondisi Sungai Deli di kawasan permukiman Kelurahan Aur ... 47

4.4 Lokasi kawasan kajian berdekatan dengan “segitiga obyek wisata” ... 49

4.5 Posisi strategis kawasan kajian terhadap obyek wisata pendukung ... 50

4.6 Suasana keseharian warga Kelurahan Aur ... 52

4.7 Berbagai alternatif pencapaian menuju kawasan kajian ... 54

4.8 Suasana jalan raya di sekitar kawasan kajian ... 55

4.9 Jalan-jalan di lingkungan permukiman Kelurahan Aur ... 56

4.10 Gang-gang di lingkungan permukiman Kelurahan Aur ... 56

4.11 Kondisi papan penanda (signage) di sekitar kawasan kajian ... 57

4.12 Kondisi pedestrian di sekitar kawasan kajian ... 58

4.13 Fasilitas-fasilitas kepariwisataan di Jalan Katamso ... 59

4.14 Fasilitas Tourist Service di Taman Sri Deli ... 60

4.15 Fasilitas hotel di Jalan Sisingamangaraja ... 60

4.16 Fasilitas guest house dan pondok wisata di Jalan Sisingamangaraja ... 61

4.17 Fasilitas restoran dan rumah makan di Jalan Sisingamangaraja ... 61

4.18 Fasilitas mall dan mini market di Jalan Sisingamangaraja ... 61

4.19 Suasana permukiman di Lingkungan I ... 63

(13)

4.22 Corak Melayu pada rumah penduduk di Lingkungan II ... 64

4.23 Suasana permukiman di Lingkungan III... 65

4.24 Rumah-rumah heritage di Lingkungan III ... 65

4.25 Usaha kerajinan tangan “Saf Handicraft” di Lingkungan III ... 67

4.26 Suasana social gathering di Lingkungan III ... 68

4.27 Suasana permukiman di Lingkungan IV ... 69

4.28 Suasana social gathering di Lingkungan IV ... 69

4.29 Potensi-potensi tapak terpilih ... 76

4.30 Analisa pencapaian menuju tapak ... 77

4.31 Konsep pencapaian menuju tapak: accessibility (1) ... 78

4.32 Konsep pencapaian menuju tapak: accessibility (2) ... 79

4.33 Konsep pencapaian menuju tapak: area beautification (1) ... 80

4.34 Konsep pencapaian menuju tapak: area beautification (2) ... 81

4.35 Warung-warung kaki lima di sekitar tapak ... 83

4.36 Konsep fasilitas dan aktivitas ... 84

4.37 Konsep fasilitas cafe dan mini market ... 85

4.38 Konsep fasilitas-aktivitas di warung makan dan handicraft workshop ... 86

4.39 Konsep fasilitas-aktivitas di open public space ... 87

4.40 Visualisasi 3D suasana di open public space ... 88

4.41 Rekomendasi denah rumah-hotel ... 91

4.42 Rekomendasi tampilan rumah-hotel ... 92

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

ABSTRAK

Pengembangan rumah-hotel atau homestay di Kota Medan, terutama di kawasan pariwisata Kelurahan Aur di Kecamatan Medan Maimun, dapat menjadi strategi jitu untuk meningkatkan jumlah dan lama kunjungan wisatawan karena selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas ekonomi dan sosial-budaya masyarakat setempat, jaringan rumah-hotel dapat juga menjadi daya tarik wisata baru. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan lokasi rumah-hotel yang paling potensial sekaligus menemukan karakteristik rumah-hotel yang diinginkan oleh wisatawan, sehingga dapat dirancang sebuah konsep desain pengembangan rumah-hotel di kawasan kajian. Penelitian ini menggunakan mixed-method, yaitu melalui observasi langsung ke kawasan kajian dan penyebaran kuisioner kepada 30 responden. Temuan penelitian ini adalah terpilihnya satu area permukiman yang paling potensial, yakni Lingkungan III Kelurahan Aur, dan dari hasil tabulasi data kuesioner ditemukan bahwa mayoritas wisatawan menyukai rumah-hotel yang mudah diakses, terletak di lingkungan yang masih alami, terdapat fasilitas pokok kepariwisataan, dan memiliki keragaman nilai sejarah-budaya lokal termasuk tampilan bangunan rumah-hotel yang diharapkan merefleksikan arsitektur lokal. Konsep desain yang direkomendasikan meliputi konsep aksesibilitas, konsep fasilitas dan aktivitas, serta konsep tampilan (fasad) dan ruang dalam bangunan rumah-hotel.

Kata Kunci: konsep desain, lokasi, potensi, pariwisata Kota Medan, rumah-hotel.

ABSTRACT

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Arsitektur tidak hanya berperan sebagai suatu konstruksi penanda identitas saja, melainkan juga sebagai sebuah ekspresi budaya, ekonomi, teknologi, dan sebuah refleksi dari sistem tata nilai kehidupan sosial masyarakat. Perpaduan antara ruang-ruang arsitektural yang menawarkan nilai-nilai yang kaya akan keragaman dengan lansekap keindahan alam dan keunikan tradisi budaya yang hidup di dalamnya adalah sumber motivasi mengapa wisatawan melakukan perjalanan serta menjadi titik sentral yang mendasari fenomena penting mengapa kebutuhan untuk berwisata merupakan hal yang sangat hakiki bahkan bagian dari hak asasi manusia (Nuryanti, 2009).

Sejak enam dekade silam pariwisata senantiasa mengalami ekspansi dan diversifikasi yang terus berlanjut hingga akhirnya menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia. Kedatangan wisatawan internasional tetap menunjukkan pertumbuhan yang tak putus-putusnya kendati terjadi goncangan secara berkala seperti krisis ekonomi global dan bencana alam (UNWTO, 2013).

(17)

pariwisata di wilayah bagian barat Indonesia. Medan juga memiliki banyak potensi wisata dengan daya tarik tersendiri, baik yang berbasis sejarah, kebudayaan, maupun pendidikan. Apalagi semenjak bandara Kuala Namu International Airport (KNIA) diaktifkan, jumlah wisatawan yang datang semakin bertambah, baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Namun, kenyataannya sampai saat ini Medan belum menjadi destinasi wisata yang sesungguhnya, hanya sekedar kota transit bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah-daerah tujuan wisata andalan Sumatera Utara, antara lain Danau Toba, Pulau Samosir, Bukit Lawang atau Berastagi. Padahal dari segi kualitas infrastruktur dan keragaman fasilitas, Medan jauh lebih baik dibandingkan daerah-daerah tersebut. Salah satu penyebabnya adalah penurunan kualitas kawasan yang mengaburkan citra kota Medan serta mengikis keunikannya. Akibatnya, potensi-potensi wisata yang dimiliki tidak dapat dikemas menjadi suatu atraksi wisata yang mampu membangkitkan minat wisatawan untuk berkunjung. Julukan Parijs van Sumatera pun tinggal kenangan karena pengelolaan dan pemeliharaan pusaka budaya dan elemen-elemen kota tidak dilakukan dengan serius dan bertanggung jawab, baik oleh pemerintah maupun masyarakat Kota Medan sendiri. Kondisi ini sangat merugikan jika dibiarkan begitu saja sebab sektor pariwisata yang dikelola dengan optimal terbukti mampu memberi dampak positif terhadap keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan suatu kota/daerah.

(18)

sebuah destinasi wisata yang menurut Spillane (1994) terdiri dari attractions (daya tarik), facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan), infrastructure (infrastruktur), transportations (transportasi), dan hospitality (keramah-tamahan). Salah satu fasilitas yang paling dibutuhkan oleh sebuah destinasi wisata adalah fasilitas penginapan atau akomodasi. Pariwisata nyaris tak terpisahkan dengan akomodasi sebab di sinilah seorang wisatawan melakukan aktivitas vital selama berwisata seperti tidur/beristirahat, mandi, makan dan minum. Pengeluaran wisatawan yang paling besar pun dihabiskan untuk fasilitas akomodasi (di luar pengeluaran untuk transportasi angkutan udara pulang-pergi) dan hampir 30% dari seluruh pengeluaran dilakukan oleh wisatawan mancanegara (Hadinoto, 1996). Oleh karena itu, fasilitas akomodasi harus mendapat perhatian yang lebih tanpa mengabaikan unsur-unsur penting lainnya.

Indikator keberhasilan suatu destinasi wisata antara lain ialah tingkat kepuasan wisatawan. Sangatlah penting untuk menyediakan akomodasi yang mutu dan tarifnya bervariasi sesuai dengan permintaan atau tren pasar wisata. Adakalanya pasar menuntut hotel berbintang yang mewah dengan fasilitas lengkap dan terkadang pula para wisatawan malah membanjiri hotel-hotel kelas melati sebab kini pariwisata bukan lagi aktivitas mahal yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kalangan atas saja, para backpacker yang ber-budget kecil alias hemat juga gemar melakukan perjalanan wisata ke berbagai pelosok dunia.

(19)

Asia Tenggara yang kental dengan warisan budaya dan keunikan gaya hidupnya. Salah satu jenis akomodasi tersebut adalah rumah-hotel, sebuah istilah untuk menyebut akomodasi sederhana yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat di sekitar kawasan wisata dengan menyewakan kamar-kamar kosong di rumah mereka sebagai alternatif tempat menginap bagi wisatawan (istilah populernya adalah homestay). Ditinjau dari segi operasionalnya, pengembangan rumah-hotel di Medan dapat menjadi strategi jitu untuk meningkatkan jumlah dan lama kunjungan wisatawan karena selain bertujuan untuk meningkatkan kualitas ekonomi dan sosial-budaya masyarakat setempat, jaringan rumah-hotel dapat juga menjadi obyek atau daya tarik wisata baru asalkan dikelola secara profesional menurut kekhasan dan kearifan lokal. Yang menjadi fokus utama adalah pemilihan lokasi sebab karakteristik kawasan yang unik dan identitas/citra lokasi yang tegas merupakan faktor utama yang mampu memberi makna serta pengalaman tak terlupakan bagi para wisatawan, sehingga mereka merasa tertarik untuk mengunjunginya dan tergugah untuk kembali lagi di lain waktu.

(20)

kesan tersendiri. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan kajian untuk mengetahui seberapa besar potensi pengembangan rumah hotel di lokasi ini.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Lokasi manakah yang paling potensial untuk dikembangkan menjadi rumah-hotel di Kelurahan Aur?

2. Bagaimana karakteristik rumah-hotel yang diinginkan oleh wisatawan-wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan?

3. Bagaimana konsep desain rumah-hotel yang sesuai untuk diterapkan di kawasan permukiman Kelurahan Aur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menemukan lokasi yang paling potensial untuk dikembangkan menjadi rumah-hotel di Kelurahan Aur.

2. Menemukan karakteristik rumah-hotel yang diinginkan oleh wisatawan-wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan usulan-usulan yang berguna bagi pemerintah daerah mengenai kepariwisataan Kota Medan.

2. Menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terkait dengan pengembangan rumah-hotel di kawasan permukiman kota.

3. Sebagai literatur dan referensi untuk penelitian lebih lanjut bagi Departemen Arsitektur USU .

1.5 Batasan Penelitian

Adapun batasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Rekomendasi konsep pengembangan rumah-hotel hanya untuk satu unit bangunan rumah-hotel di tapak terpilih yang berada di satu lingkungan permukiman terpilih dari empat lingkungan permukiman yang dikaji. 2. Rekomendasi yang dimaksud terbatas pada konsep desain arsitektural

mulai dari jalan utama hingga ke tapak terpilih, tidak mencakup konsep operasional pelayanan, administrasi, dan promosi.

(22)

1.6Kerangka Berpikir

Gambar 1.Diagram kerangka pemikiran PERMASALAHAN

Kondisi pariwisata Kota Medan masih memprihatinkan (hanya sebagai kota transit)

PELUANG

Tren pariwisata sedang mengarah pada negara-negara ASEAN yang kental akan warisan budaya dan keunikan gaya hidup

GAGASAN

Mengembangkan rumah-hotel di kawasan permukiman Kelurahan Aur yang strategis dapat membentuk citra kawasan yang kuat bahkan menjadi daya tarik wisata yang baru bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan.

Konsep desain rumah-hotel Pemilihan

tapak (site)

Analisa aksesibilitas Analisa fasilitas Analisa aktivitas

Analisa layout /orientasi Analisa gaya arsitektur Analisa kebutuhan ruang

Karakteristik rumah-hotel

• Menemukan lokasi yang paling potensial sebagai site rumah-hotel di Kelurahan Aur

• Menemukan karakteristik rumah-hotel yang diinginkan para wisatawan

• Menemukan konsep desain rumah-hotel yang sesuai untuk diterapkan

Variabel permintaaan wisatawan (ASEAN Homestay Standard) Variabel analisis mikro kawasan kajian Variabel analisis makro kawasan kajian

Observasi Studi Literatur Kuesioner

Data kondisi eksisting Kel. Aur (fisik,sosbud,pasar wisata)

Lingk. I Lingk. II

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Arsitektur

Arsitektur dan pariwisata memiliki keterkaitan yang erat. Salah satu cakupan arena pariwisata adalah aspek arsitektural dan perencanaan yang meliputi kawasan, tata ruang, daya tarik, strategi, kebijakan dan program. Dilihat dari sudut pandang keruangan, pariwisata merupakan bentuk kegiatan dari sebuah pergerakan manusia yang melakukan perjalanan lintas wilayah dan lintas nilai yang akhirnya bermuara pada penciptaan pola dan sistem aksesibilitas, akomodasi, sarana prasarana, dan berbagai fasilitas pendukung lainnya. Selain menfasilitasi aset-aset pariwisata dan mengorganisir aktivitas, arsitektur juga menciptakan identitas dan menghasilkan imagery and, iconography yang berhubungan dengan branding pariwisata (Nuryanti, 2009; Deda, 2011).

Seiring dengan meningkatnya kepedulian terhadap isu-isu keberlanjutan (sustainability), pelestarian lingkungan maupun warisan budaya (heritage),

pariwisata telah mengalami pergeseran paradigma dari jenis wisata massal (mass tourism) yang bertumpu di sumbu 3S (sun, sand, sea) ke arah pariwisata yang

(24)

(locality). Oleh karena itu, pariwisata dengan sumber daya arsitektur warisan

budaya (heritage) terus-menerus diprediksikan akan menjadi inspirasi dan tulang punggung perekonomian dunia, baik komponen berwujud (tangible) seperti bangunan historis, kawasan kota lama, struktur desa tradisional, maupun komponen tak berwujud (intangible) seperti cara hidup, tradisi, seni pertunjukan adat, atau kerajinan tradisional (Çetin, 2010; Nuryanti, 2009).

Hal penting lainnya adalah kegiatan kepariwisataan sebagai suatu industri jasa yang bersifat ramah lingkungan di dalam proses pembangunannya dibatasi oleh persyaratan-persyaratan yang ketat bagi kegiatan eksploitasi dan alokasi sumber dayanya dibandingkan dengan sektor lain, sehingga pariwisata bisa dimanfaatkan sebagai alat yang sangat efektif untuk menggerakkan pembangunan yang berkelanjutan (Nuryanti, 2009).

Menurut Pawitro (2011), secara garis besar pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengancam atau memberi dampak negatif pada pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Terdapat tiga (3) pilar utama dalam konsep pembangunan keberlanjutan, yakni:

1. Pilar Lingkungan: Aspek integritas ekosistem, aspek daya dukung lingkungan, aspek keanekaragaman hayati.

(25)

3. Pilar Sosial-Masyarakat: Aspek pemberdayaan masyarakat, aspek aksesibilitas pada lingkungan masyarakat, aspek identitas budaya setempat, dan aspek kesetaraan sosial dalam masyarakat.

Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen internasional tentang pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dengan pembangunan dan fokus perhatiannya mengarah kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar pembangunan ekonomi dan sosial. Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah. Konsep-konsep ini dapat diterapkan dalam merancang bangunan akomodasi, fasilitas, maupun aktivitas di kawasan atau daerah tujuan wisata.

2.2 Tinjauan Pariwisata

2.2.1 Potensi Pariwisata

Dalam dunia kepariwisataan, potensi dapat diarikan sebagai kekuatan dan sumber daya yang dimiliki suatu wilayah/kawasan yang memungkinkan wilayah/kawasan tersebut untuk berkembang menjadi daerah tujuan wisata(tourists destination area).

(26)

atraksinya, kondisi lalu-lintasnya, dan fasilitas-fasilitas kepariwisataannya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi suatu daerah untuk menjadi tujuan wisata, yakni atraksi atau obyek yang menarik, kemudahan pencapaian dengan berbagai moda transportasi, dan ketersediaan fasilitas-fasilitas. Hal ini sejalan dengan teori Medlik dan Middleton (Yoeti, 1996) yang menyatakan bahwa produk industri pariwisata terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu:

(1) Daya tarik-daya tarik destinasi, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang membuat orang-orang mau datang berkunjung di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Natural amenities, yakni benda-benda yang terdapat di alam (iklim,

bentuk/konfigurasi tanah dan pemandangan, hutan-hutan, flora, fauna, sumber air mineral atau sumber air panas)

b. Man-made supply, yakni benda-benda buatan manusia yang bersifat historical, cultural dan religious (monumen bersejarah dan sisa

peradaban masa lampau, museum, galeri seni, perpustakaan, kesenian rakyat, kerajinan tangan, acara tradisional, rumah-rumah ibadah) c. The way of life, yakni tata cara hidup masyarakat (gaya hidup,

kebiasaan setempat, adat istiadat)

(27)

tujuan (transfer/transportasi lokal) ke obyek-obyek maupun fasilitas-faslitas pariwisata yang tersedia.

(3) Fasilitas-fasilitas yang terdapat di destinasi, mencakup prasarana (infrastructure) dan sarana kepariwisataan (tourism superstructure). Prasarana terdiri dari prasarana umum atau general infrastructure (seperti jalan raya, jembatan, bandara, pelabuhan laut, telekomunikasi, pembangkit tenaga listrik, sumber air tawar, drainase) dan prasarana kebutuhan masyarakat banyakatau basic needs of civilized life (seperti rumah sakit, apotik, shoppig center, bank, kantor pos, badan legislatif, kantor polisi, pengadilan, pom bensin, kantor pariwisata, tourist information center, dan sebagainya). Sarana kepariwisataan dibagi atas

tiga bagian penting, yaitu:

a. Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure), yaitu perusahaan-perusahaan yang menyediakan fasilitas dan pelayanan pokok bagi wisatawan, terdiri daritravel agent atau tour operator, money changer, tourist transportation(bus pariwisata, taksi, rental

mobil), akomodasi, usaha makan-minum (catering trades).

b. Sarana pelengkap kepariwisataan (supplementing tourism superstructure), yaitu perusahaan-perusahaan yang berfungsi

(28)

(horse riding), memancing (fishing, sky resort, hunting safari, hunting camera and photograph, kolam renang, lapangan tenis,

lapangan golf, dan lain-lain.

c. Sarana penunjang kepariwisataan (supporting tourism superstructure), yaitu perusahaan-perusahaan yang tidak hanya

menunjang sarana pokok dan memperpanjang lama tinggal wisatawan, tapi juga membuat wisatawan mengeluarkan uang lebih banyak di tempat yang dkunjunginya. Yang termasuk dalam sarana ini antara lain night club, casino, steambath, bioskop/teater, pertokoan (butik, jewelry, souvenir shop), dan lain-lain.

Potensi-potensi diatas terangkum pada tabel di bawah ini yang merupakan persyaratan penelitian potensi pariwisata yang dikemukakan oleh para ahli dalam rangka membangun dan mengembangkan daerah tujuan wisatadi suatu negara (Pendit, 2002).

Tabel 2.1 Persyaratan penelitian potensi pariwisata

Faktor Kriteria Pertimbangan

Alam

Keindahan

Topografi umum seperti flora dan fauna di sekitar danau, sungai, pantai, laut, pulau-pulau, mata air panas, sumber mineral, teluk, gua, air terjun, cagar alam, hutan, dsb.

Iklim Sinar matahari, suhu udara, cuaca, angin, hujan, tingkat kelembaban, dsb.

Sosial Budaya

Adat-istiadat

Pakaian, makanan, tata cara hidup daerah, pesta rakyat, kerajinan tangan, dan produk-produk lokal lainnya. Seni bangunan Arsitektur setempat seperti candi pura,

(29)

Pentas, pagelaran, dan festival

Gamelan, musik, seni tari, pekan olahraga, kompetisi, pertandingan, dsb. Pameran, pekan

raya

Pekan raya-pekan raya yang bersifat industri komersial.

Sejarah Peninggalan purbakala

Bekas-bekas istana, tempat peribadatan, kota tua, dan bangunan-bangunan

purbakala peninggalan sejarah, dongeng, atau legenda.

Agama Kegiatan

masyarakat

Kehidupan beragama tercermin dari kegiatan penduduk setempat sehari-harinya dalam soal beribadah, upacara, pesta, dsb.

Fasilitas rekreasi

Olahraga Berburu, memancing, berenang, main ski, berlayar, golf, naik kuda, mendaki, dsb. Edukasi

Museum arkeologi, museum ethnologi, kebun binatang, kebun raya, akuarium, planetarium, laboratorium, dsb.

Fasilitas kesehatan

Untuk istirahat, berobat, dan

ketenangan

Spa mengandung mineral, spa air panas, sanatorium, tempat mendaki, piknik, tempat semedi, tempat istirahat, dan sebagainya.

Fasilitas

berbelanja Beli ini-itu

Toko-toko sovenir, toko-toko barang kesenian dan hadiah, toko-toko keperluan sehari-hari, toko kelontong, dsb.

Fasilitas

hiburan Waktu malam

Kasino, night club,disco, bioskop, teater atau sandiwara,dan sebagainya.

Infrastruktur Kualitas wisata

Jalan-jalan raya, taman (park), listrik, air, pelayanan keamanan, pelayanan

kesehatan, komunikasi kendaraan umum. Fasilitas

pangan dan akomodasi

Makanan dan penginapan

Hotel, motel, bungalow, inn,cottage, coffeshop, restoran, rumah makan, dsb.

Sumber : Pendit (2002)

2.2.2 Potensi dan Permasalahan Pariwisata Kota Medan

(30)

kota berbasis heritage buildings karena banyaknya bangunan-bangunan peninggalan kolonial, baik berupa bangunan kantor, pertokoan, maupun gedung ibadah. Berikut ini adalah rincian obyek-obyek wisata Kota Medan1.

a. Obyek Wisata Kebudayaan

(1) Istana Maimun (2) Rumah Tjong A Fie (3) Mesjid Raya

(4) Gereja Lama (Gereja Immanuel) (5) Vihara Gunung Timur

(6) Klenteng Hindu Shri Mariamman (7) Mesjid Raya Lama (Al - Osmani) (8) Mesjid Gang Bengkok

(9) Graha Bunda Maria Annai Velangkanni

b. Objek Wisata Sejarah

(1) Tugu Guru Patimpus (2) Tugu Jenderal Ahmad Yani (3) Gedung Kantor Pos

(4) Menara Air Tirtanadi (5) Gedung Lonsum

1

(31)

c. Objek Wisata Pendidikan

(1) Museum Bukit Barisan (2) Museum Sumatera Utara

(3) Rahmat Wildlife Museum & Gallery

d. Objek Wisata lainnya

(1) Taman Buaya Medan (2) Kebun Binatang Medan (3) Pekan Raya Sumatera Utara (4) Ramadhan Fair

(5) Taman Sri Deli (6) Taman Mora Indah

(32)

dapat dicermati sebagai kelemahan daya taik industroi kepariwisataan Kota Medan (Agustini, dkk, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara tahun 2011, faktor-faktor yang penghambat perkembangan pariwisata Kota Medan secara umum adalah:

(1) Peningkatan jumlah perusahaan-perusahaan pariwisata yang tak terkendali, sehingga tidak seimbang dengan volume kunjungan wisatawan dan juga tidak didukung oleh fasilitas dan permodalan yang memadai.

(2) Kurangnya tenaga kerja yang baik, siap pakai, dan profesional. (3) Menurunnya kualitas obyek wisata andalan Kota Medan

(4) Paket wisata yang sudah ditawarkan, yakni city tour kurang menarik (5) Persaingan yang ketat dengan sesama negara ASEAN

(6) Belum ada publikasi dan promosi yang optimal (7) Faktor keamanan dan ketepatan waktu tidak memadai

(8) Kondisi kota secara keseluruhan tidak nyaman (masalah kebersihan dan kerapian kota, polusi udara akibat kendaraan bermotor, lalu-lintas yang semrawut, dan masalah karakter masyarakat Kta Medan yang dinilai tidak sabar, tidak sopan, dan tidak disiplin mengikuti peraturan).

2.2.3 Persyaratan Destinasi Wisata

(33)

agar dapat menarik wisatawan aktual maupun wisatawan potensial untuk berkunjung. Oleh karena itu, menurut Yoeti (1996) destinasi tersebut harus memenuhi tiga syarat, yaitu:

a. Harus mempunyai something to see: di destinasi tersebut harus ada yang obyek atau atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki tempat lain, berarti destinasi tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang dapat dijadikan sebagai entertainment bila wisatawan datang ke sana. b. Harus tersedia something to do: selainharus ada yang dapat dilihat dan

disaksikan, harus pula disediakan amusement berupa fasilitas-fasilitas rekreasi/olahraga yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama di destinasi tersebut.

c. Harus tersedia something to buy: di destinasi tersebut harus tersedia fasilitas berbelanja (shopping), terutama barang-barang sovenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang oleh wisatawan ke tempat asal masing-masing.

2.3 Tinjauan Rumah-Hotel

2.3.1 Tren Pariwisata Terkini : Fenomena Homestay atau Rumah-Hotel Tren dalam dunia pariwisata senantiasa berganti. Menurut Tourism Highlight 2013 Edition, kawasan Asia dan Pasifik mencetak angka

(34)

world, dapat dikatakan bahwakiblat pariwisata dunia saat ini mengarah ke kawasan Asia dan Pasifik, tepatnya ke negara-negara ASEAN mencetak angka pertumbuhan terkuat selama dua tahun berturut-turut. Buktinya pada tahun 2013, kota Bangkok (Thailand) berhasil meraih peringkat pertamaworld’s top tourist destination dengan 15,98 juta kedatangan, disusul oleh Singapura di

peringkat keempat dan Kuala Lumpur (Malaysia) di peringkat kedelapan (UNWTO, 2013).

Adapun wisatawan di Indonesia beberapa tahun terakhir ini mulai mengurangi lama tinggal di hotel dan mulai mengincar kawasan perdesaan atau kawasan kampung di perkotaan untuk disinggahi dan ditinggali beberapa hari.Di Bali, berdasarkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan I 2011 oleh Bank Indonesia, rata-rata masa tinggal wisatawan mancanegara di hotel berbintang ataupun kelas melati tercatat sekitar tiga hari. Padahal, beberapa tahun sebelumnya bisa mencapai lebih dari lima hari masa tinggalnya. Pemerintah setempat memperkirakan turis asing memilih berpindah-pindah untuk menginap, sehingga masa tinggal di satu hotel pun menjadi pendek (Kompas, 2011)..

(35)

empat yang turun sebesar 13,78 poin, hotel bintang tiga dan bintang lima masing-masingmengalami penurunan TPK yaitu sebesar 12,52 poin dan 4,51 poin. Jelas terlihat bahwa akomodasi berbiaya rendah lebih diminati (Badan Pusat Statistik, 2014).

Fakta ini juga ditegaskan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Mari Elka Pangestu, yang menyatakan bahwa tren pariwisata tahun 2014 ini adalah tingginya minat wisatawan terhadap wisata budaya karena warisan budaya kini menjadi aset yang semakin berharga dalam tataran global dan menyatu dengan pariwisata. Indonesia yang kaya akan ragam warisan budaya sangat berpeluang untuk mengintegrasikan ekonomi kreatif berbasis budaya sebagai daya tarik wisata (Puskompublik Kemenparekraf, 2014).

Salah satu peluangnya adalah dengan pengembangan homestay atau rumah-hotel. Fasilitas akomodasi yang menerapkan konsep “home away from home” ini menekankan pada perasaan nyaman, rileks dan serasa berada di rumah sendiri padahal sebenarnya sedang berada jauh dari rumah atau negara asal.Kota-kota destinasi wisata utama di Indonesia seperti Bali, Yogyakarta dan Bandung sudah menanggapi gelagat tren wisata yang melirik rumah-rumah penduduk ini.

(36)

Di Yogyakarta, telah terdapat beberapa desa wisata, misalnya Desa Sambi di Kabupaten Sleman yang menyediakan fasilitas homestay di rumah-rumah penduduk desa. Kawasan Prawirotawan dan Sosrowijayan sendiri telah lama mendapat predikat sebagai Kampung Turis atau Kampung Internasional, walaupun kawasan tersebut berupa kampung perkotaan dengan ciri khas gang-gang sempit, daerah tersebut senantiasa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan di samping obyek wisata lainnya (Prihandaya, 2012).

Bandung juga sedang menggalakkan pengembangan jenis akomodasi low budget ini di kampung-kampung wisata yang saat ini sudah beberapa

berdiri di Bandung. Istilah rumah-hotel pun dicetuskan pertama kali oleh Pemko Bandung ketika memberi penjelasan mengenai kehadiran rumah-hotel yang secara prinsipal sama artinya dengan istilah homestay

(

Asdhiana, 2013)

.

2.3.2 Definisi Rumah-Hotel

(37)

Pada dasarnya pengertian rumah-hotel sama dengan homestay. Menurut ASEAN Tourism Standards (2007), homestay merupakan salah satu bentuk

akomodasi yang menggunakan rumah tinggal, menyediakan kesempatan bagi tamu/wisatawan untuk menjalani kehidupan sehari-hari keluarga atau komunitas sekaligus sebagai daya tarik wisata. Unlumlert dalam Mapjabil,dkk (2011) mendefinisikan homestay sebagai berikut:

“as one type of lodging that the tourist share with home owner with

intention to learn culture and lifestyle from the home owner who is willing to

transmit and sharing culture. The home owner is the one who prepared

lodging and foods for the tourist with reasonable pay.”

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa homestay adalah salah satu alternatif akomodasi berupa rumah tinggal dengan

fasilitas dan pelayanan yang murah dan sederhana bagi wisatawan untuk memberikan kesempatan bagi wisatawan, pemilik rumah maupun komunitas sekitar untuk saling mempelajari gaya hidup (way of life), bahasa, dan budaya masing-masing.

(38)

2.3.3 Konsep Rumah-Hotel

Dalam dunia kepariwisataan, rumah-hotel atau homestay termasuk dalam kategori akomodasi non-hotel/akomodasi tambahan (supplementary accomodation) yang bertujuan menyempurnakan komplementaritas antara kebutuhan wisatawan dan jasa kepariwisataan. Jenis akomodasi ini memberi kesempatan bagi wisatawan untuk menginap menurut keinginan hatinya sebab akomodasi ini sewanya lebih murah, lebih bebas (tidak ada ketentuan yang mengikatmengenai pengaturan jadwal, cara berpakaian ataupun bergaul seperti di hotel), lebih dekat dengan alam, lebih banyak kontak dengan sesama wisatawan dan penduduk setempat, dan mendekatkan tamu pada suasana kehidupan biasa seperti di rumah sendiri (Soekadijo, 1996: 114 ; Pendit, 2002: 97).

Maksud dari pengadaan homestay adalah untuk mengakomodasi wisatawan di kampung/desa bersama dengan tuan rumah dan keluarga setempat (host family), sehingga memampukan wisatawan untuk belajar tentang gaya hidup lokal, budaya, dan alam setempat (Ibrahim, 2010) sekaligus dalam rangka profitable purposes untuk meningkatkan kualitas ekonomi host family tersebut (Kontogeorgopoulos, 2013). Usaha akomodasi berupa rumah tinggal pribadi ini oleh Lynch (2005) disebut dengan istilah commercial home enterprise atau rumah komesial.

(39)

homestay pada dasarnya tidak menekankan unsur komersial atau pencarian

keuntungan pribadi semata, tetapi lebih kepada lifestyle experience dan memberdayakan host family dan komunitas setempat dari segi ekonomi maupun budaya. Jadi yang membuat rumah-hotel atau homestay ini berbeda dengan akomodasi sejenis lainnya adalah konsep “rumah” atau lebih dikenal dengan istilah “home away from home”.

Ciri utamanya adalah elemen tinggal bersama dengan host family sehari-harinya, melibatkan wisatawan makan, memasak, ataupun beraktivitas bersama (Ibrahim, 2010). Jadi, host family tinggal di tempat atau living upon the premises (Lynch, 2005), bukan sekedar menyewakan ruang atau bangunan yang ‘bernuansa’ rumah.

Ciri lainnya menurut Lynch (2005) adalah batasan (boundaries) antara ruang publik dan ruang privat. Ruang privat dalam rumah dibuka menjadi ruang publik, berbeda dari akomodasi lain yang ruang privatnya hanya terbuka bagi staf saja. Adapun Rivers dalam Seubsamarn (2009) menyatakan pada akomodasi homestay utilitas dan makanan biasanya disertakan, lama menginap bisa harian, mingguan, bulanan, bahkan tidak terbatas kecuali ditentukan oleh pemilik rumah.

(40)

2.3.4 Kriteria dan Persyaratan Rumah-Hotel

Menurut Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, I Gede Pitana,

s

ampai saat ini belum ada standar baku mengenai rumah-hotel ataupun homestay di Indonesia yang telah dibuat oleh pemerintah Indonesia. Sementara ini, disarankan setiap kota atau daerah yang memiliki homestay harus memperhatikan lima aturan dasar, yakni sanitasi dan higienis, pencahayaan, tidak ada gangguan suara, toilet yang menempel dengan rumah (tidak terpisah), dan air yang sehat. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang mengerjakan standar tersebut yang nantinya akan terbagi menjadi standar usaha dan standar kompetensi tenaga kerja sebagai acuan dalam pengelolaannya di Indonesia. Standarisasi tersebut disusun dengan mempertimbangkan standarisasi serupa di ASEAN yang juga sedang dalam proses penyusunan Adapun homestay-homestay yang beroperasi di beberapa wilayah, seperti di Bali dan Sawahlunto, masih berpedoman pada Peraturan Pemerintah dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), misalnya toilet bersih dalam rumah dan ranjang dengan sprei putih polos. Kriteria yang ditekankan adalah aspek kebersihan, pencahayaan, kebisingan, toilet, dan persediaan air bersih. Sedangkan rumah-hotel yang sedang dalam tahap pengembangan di Bandung saat ini menerapkan konsep yang mirip dengan konsep bed and breakfast, yaitu menyediakan kamar yang bersih dan sarapan pagi (Siahaan, 2013).
(41)

pengembangan homestay, yakni Final ASEAN Homestay Standard (2011) yang terdiri dari sembilan kriteria, antara lain host, accomodation, activities, management, location, hygiene, safety and security, marketing and

promotion,dan sustainability principles. Di bawah ini akan diuraikan kriteria

dan persyaratan homestay yang berhubungan dengan kajian potensi dan konsep desain saja, yaitu host, accomodation, activities, location, dan sustainability principles.

a. Location (lokasi dan aksesibilitas)

- Lokasi homestay dapat dicapai oleh moda transportasi yang mana saja. - Penanda (signage) yang jelas sebaiknya disediakan untuk memandu

wisatawan menuju homestay.

b. Accommodation (akomodasi)  Rumah

- Struktur rumah (atap, dinding, pintu, lantai, dan sebagainya) harus dalam keadaan baik, stabil, dan aman kondisinya.

- Desain dan material bangunan merefleksikan arsitektur vernakular dan identitas lokal.

- Kamar tidur untuk tamu/wisatawan harus terpisah dari kamar tidur lainnya di rumah tersebut.

- Harus ada minimal satu kamar mandi/toilet untuk wisatawan di dalam rumah dan/atau di dalam kamar wisatawan.

(42)

 Kamar Tidur

- Menyediakan perabotan dasar di dalam kamar wisatawan, misalnya kipas angin, meja, lemari kecil, cermin, soket listrik, kawat/kasa nyamuk, dan lain-lain.

- Maksimum empat kamar dari total jumlah kamar di rumah yang tidak digunakan oleh anggota keluarga host dialokasikan untuk wisatawan. - Menyediakan tipe ranjang yang standar dan tepat seperti single bed dan

double bed dengan kasur dan bantal.

 Toilet/Kamar Mandi

- Menyediakan tipe kloset duduk atau jongkok di dalam rumah (bila diluar harus dekat dengan rumah) dengan fasilitas kamar mandi standar. - Air bersih dan memadai harus disediakan setiap saat.

c. Activities (aktivitas)

 Aktivitas Desa dan Komunitas

- Sebaiknya menunjukkan sumber daya lokal seperti : 1. Budaya lokal dan warisan/pusaka

2. Usaha lokal (UKM, pertanian, industri lokal, kerajinan tangan) 3. Sumber daya alam (hutan, sungai, gua, danau, dan lain-lain)

- Bentuk dan pelaksanaan aktivitas sebaiknya yang mendorong partisipasi interaktif antara komunitas lokal dengan wisatawan.

 Aktivitas Sekitar

(43)

- Berkolaborasi dengan desa/kampung yang lain di area sekitar untuk menambah variasi aktivitas sekaligus menciptakan efek ganda.

 Keotentikan

- Komunitas homestay harus mempertahankan identitas, nilai, dan budaya untuk menggambarkan pengalaman yang berbeda dan otentik. - Mempersilakan dan melibatkan tamu dalam aktivitas komunitas untuk

menunjukkan semangat komunitas dan kesatuan sosial.

- Memelihara kerajinan tangan lokal dan menunjukkan pertunjukan seni dengan mendirikan kelompok dan asosiasi budaya.

d. Host (tuan rumah/penyedia dan komunitas)  Desa/Kampung dan Komunitas

- Homestay terletak dekat dengan atraksi wisata alam dan budaya yang ada di sekitarnya

- Ada pusat/area komunitas untuk digunakan sebagai basis operasi homestay dan aktivitas seperti acara penyambutan, pertunjukan budaya, dan lain-lain

 Penyedia Homestay (tuan rumah)

- Penyedia homestay harus bersih dari catatan kriminal dan dalam kondisi sehat (tidak menderita penyakit menular).

(44)

e. Sustainability principles (prinsip-prinsip keberlanjutan)

 Pilar Economic Sustainability :

a. Employment (merekrut dan mempekerjakan staf dari komunitas lokal, mengalokasikan insentif dan bonus untuk prestasi yang baik dan/atau sebagai predikat level pelayanan untuk memotivasi staf, memperlengkapi badan-badan keuangan mikro setempat untuk berpartisipasi dalam aktivitas bisnis terkait dengan homestay. b. Purchasing (merekomendasikan pengelola homestay untuk

membeli material dan produk dari pengusaha mikro setempat, meminta wisatawan membeli produk lokal, dan mengatur area penjualan kerajinan tangan di sekitar homestay atau area umum. c. Local Product/Attraction (mempromosikan festival lokal dn

mengunjungi pasar-pasar tradisional terdekat, menawarkan kepada wisatawan kerajinan tangan tradisional, makanan, dan mengorganisir perayaan/upacara dan pertunjukan seni budaya.

(45)

memastikan bahwa desain dan konstruksi fasilitas dan pelayanan kepariwisataan ramah lingkungan.

 Pilar Sociocultural Sustainability : Membuat information corner dan cultural display di pusat homestay dan area-area umum,

menginformasikan pada wisatawan mengenai pentingnya menghormati dan menghargai kebiasaan setempat dan perilaku-perilaku yang pantas, memastikan masyarakat setempat sudah teredukasi tentang pentingnya melestarikan budaya, dan secara aktif melarang partisipasi atau pengesahan aktivitas seksual komersial dan obat-obatan terlarang.

2.4 Studi Banding

2.4.1 Dago Pojok, Bandung

Kampung-kampung di kota Bandung sedang giat-giatnya berbenah diri menjadi destinasi wisata internasional. Gang-gang disulap menjadi kawasan kampung wisata kreatif dan ke depannya akan hadir rumah-rumah hotel di permukiman warga sebagai alternatif tempat menginap bagi wisatawan. Program ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

(46)
[image:46.595.121.511.375.649.2]

Dengan keunggulan lokalnya, Kampung Pasundan menjadi daya tarik baik kuliner, fashion, kerajinan serta seni budaya. Dengan adanya rumah hotel, kata dia maka memungkinkan wisatawan menginap di rumah-rumah penduduk di kampung kreatif, lebih dekat dengan obyek wisata dan menikmati suasana kampung dengan berbaur dengan masyarakat setempat. Jelas hal tersebut adalah daya tarik wisata yang potensial. Kawasan Dago Pojok dan Pasundan merupakan kampung yangdipastikan pas untuk konsep rumah hotel karena wisatawan akan mendapat suguhan khas di sana dan lokasinya yang berdekatan dengan kompleks perhotelan sangat strategis (Asdhiana, 2013).

Gambar 2.1 Suasana kampung kreatif di Dago Pojok

Sumber: (atas) Hasil capture image dari

(47)
[image:47.595.148.495.291.548.2]

Walikota Bandung, Ridwan Kamil, turun tangan sendiri dalam memantau pengembangan jaringan rumah hotel di Dago Pojok, salah satunya dengan mencoba menginap di salah satu rumah warga yang akan dijadikan jejaring rumah-hotel di Kawasan Wisata Kreatif Dago Pojok. Menurut beliau, tujuan utama rumah-hotel adalah agar peningkatan ekonomi dari sektor pariwisata tidak hanya dinikmati oleh pengusaha perhotelan, namun “menetes” juga kepada penduduk kampung kota.

Gambar 2.2 Salah satu rumah-hotel di Bandung

Sumber: Hasil capture image dari

2.4.2 Sosrowijayan Wetan, Yogyakarta

(48)

api (Stasiun Tugu). Di sekitarnya dapat ditemukan berbagai jenis hotel dan penginapan, dari kelas melati hingga hotel berbintang lima.

Sosrowijayan Wetan ini dikenal dengan sebutan kampung turis atau kampung internasional karena disana banyak dijumpai wisatawan-wisatawan (wisaman maupun wisnus) yang tersebar hingga masuk pelosok gang yang kecil dan sempit (tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat). Begitu sampai di pertigaan jalan, wisatawan akan disambut oleh sapaan ramah pengayuh becak dayungyang mampu berbahasa Inggris, meskipun ala kadarny. Biasanyamereka menawarkan untuk mencari penginapan, berkeliling ke Malioboro, atau membeli bakpia Pathuk. Banyak pula guideyang siap sedia jika diminta mengantar wisatawan untuk menunjukkan penginapansesuai keinginan dan bercerita tentang kekhasan tempat-tempat wisatadi Yogyakarta.

(49)

Akomodasi atau penginapan di kampung ini menyatu dengan penduduk karena kebanyakan terletak di gang. Tentu hal itu memberi kelebihan karena anda bisa berinteraksi dengan penduduk setempat. Namun, jika menginginkan penginapan yang lebih privat, anda bisa memilih hotel yang ada di pinggir Jalan Sosrowijayan. Sebagai kampung turis, fasilitas yang ada disana terbilang lengkap, mulai dari akomodasi, rental motor, money changer, bookshop,warung makan tradisional, cafe murah yang menyediakan sandwich sekedar untuk sarapan, house of internet (warnet), hingga agen biro perjalanan wisata. Kampung ini semakin hidup di malam, banyak cafe yang menawarkan live musicmenghibur tamu yang mayoritas adalah para backpacker.

(50)

Bagi para backpacker, kampung ini layaknya sebuah rumah karena disini mereka dapat saling berkumpul dan berinteraksi meskipun tidak saling mengenalkarena datang dari berbagai bangsa dan negara.

Hal lain yang ditawarkan kampong turis Sosrowijayan adalah kursus membatik . Terdapat juga studio batik yang dikelola oleh seorang warga setempat. Jenis batik yang digarap di studio ini adalah batik lukis, yang warnanya yang lebih bervariasi dan bercorak masa kini.Pada sore hari setelah lelah mengelilingi Yogyakarta, wisatawansambil bersantaibisa melihat kehidupan anak-anak Sosrowijayan yang bermain permainan tradisional atau sekedar bercakap di suatu rumah Sementara remaja kampung ini banyak yang sekedar duduk santai sambil bermain gitar dan kadang berpentas ketika ada acara tertentu. Sebagai kawasan yang tiap hari dikunjungi wisatawan asing, kampung Sosrowijayan menjadi kawasan yang unik dengan perpaduan budaya Indonesia dengan budaya negara-negara belahan dunia barat.

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu obyek atau populasi tertentu (Sinulinga, 2011). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yangbermaksud untuk mempelajari fenomena yang terjadi dan memahami pengalaman maupun pemikiran responden (mengutamakan data langsung) untuk memperoleh temuan yang disepakati oleh peneliti dan responden. (Sastradipoera, 2005).

Fokus penelitian adalah mengkaji potensi pengembangan dan penerapan konsep rumah-hotel di kawasan permukiman Kelurahan Aur, Kecamatan Medan Maimun untuk menyediakan akomodasi alternatif bagi wisatawan dengan harapan akomodasi tersebut dapat membangkitkan minat para wisatawan untuk berkunjung dan tinggal lebih lama di Kota Medan.

(52)

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Variabel analisis potensi kawasan kajian

Potensi kawasankajian akan dibahas secara makro dan mikro. Analisi makro bertujuan untuk mendeskripsikan potensi kawasan kajian secara umum., sedangkan analisis mikro bertujuan menyeleksi satu lingkungan permukiman yang paling potensial untuk menjadi lokasi tapak/site rumah-hotel. Berdasarkan hasil literature review, variabel yang didapat untuk kedua analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1 Variabel potensi kawasan kajian

Tujuan Variabel Sub Variabel Referensi

Analisis Makro Atraksi Natural resources Yoeti, 1996a Yoeti, 1996b Pendit, 2002 Man-made supply

The way of life

Aksesibilitas

Alternatif pencapaian Kondisi jalan, pedestrian, dan street furnitures Moda transportasi Fasilitas Sarana pokok Sarana pelengkap Sarana penunjang Analisis Mikro

Something to see

Daya tarik khusus/unik

Yoeti, 1996a Akses/view terhadap alam

Desain dan material lokal

Something to do

Pertunjukan seni & budaya Aktivitas bersama

wisatawan

Area pusat komunitas Something to buy Usaha lokal/home industry

Produk souvenir/handicraft

(53)

3.2.2 Variabel analisis karakteristik rumah-hotel

Karakteristik rumah-hotel ditentukan berdasarkan hasil analisis tingkat ketertarikan (minat) wisatawan terhadap pengembangan rumah-hotel dan permintaan wisatawan terkait fasilitas, aktivitas, dan gaya desain sebuah rumah-hotel. Untuk mengkajinya digunakan variabel-variabel dari kriteria dan persyaratan rumah-hotel/homestay dari Final ASEAN Homestay Standard (2011), namun yang berhubungan dengan konsep desain saja, yakni:

1. Lokasi/Aksesibilitas 2. Akomodasi

3. Fasilitas 4. Aktivitas

5. Prinsip-prinsip keberlanjutan

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Erlina (2011), populasi adalah sekelompok entitas lengkap yang berada dalam suatu wilayah (dapat berupa orang, benda, atau kejadian) yang mempunyai karakteristik tertentu serta memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.

(54)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini terdiri atas sampel wilayah dan sampel individu (responden).

a. Sampel wilayah penelitian ini adalah area sekitar “segitiga obyek wisata” Istana Maimun – Mesjid Raya – Taman Sri Deli dan area permukiman warga Kelurahan Aur di empat lingkungan yang berdekatan (Lingkungan I, II, III, dan IV).

b. Sampel individu terdiri atas wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) yang sedang berkunjung ke Kota Medan. Jumlah responden dibatasi sebanyak 30 orang. Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik purposive atau jugdemental sampling, yaitu penentuan sampel dengan kuota yang ditentukan

sendiri oleh peneliti berdasarkan kriteria/pertimbangan tertentu (Erlina, 2011). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling, yaitu peneliti akan langsung mengumpulkan

(55)

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

a. Potensi fisik dan nonfisik kawasan kajian

Data ini diperoleh melalui observasi terstruktur, yaitu teknik menghimpun data dan informasi melalui pengamatan langsung dengan perangkat yang telah disediakan sebelumnya (worksheet, field note) berdasarkan variabel-variabelnya (Sastradipoera, 2005).

b. Kebutuhan dan permintaan wisatawan terkait dengan fasilitas, aktivitas dan konsep desain sebuah rumah-hotel

Data ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara, dibantu dengan teknik open-ended interview. Kuesioner tersebut terbagi atas tiga sub bagian, antara

lain data profil, data kunjungan wisata, dan data permintaan terkait pengembangan rumah-hotel.

(56)

3.4.1 Data Sekunder

a. Data berupa teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian, yaitu mengenai teori pariwisata terkait akomodasi, kriteria dan persyaratan hotel maupun studi banding rumah-hotel. Data-data tersebut diperoleh dengan studi literatur.

b. Adapun data tentang kepariwisataan Kota Medan dan kondisi fisik kawasan diperoleh dengan studi kearsipan, yaitu pencatatan data-data dan informasi dari instansi-instansi terkait.

3.5 Metoda Analisis Data

3.5.1 Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan untuk mengkaji data-data hasil observasi, sehingga diperoleh gambaran tentang kondisi fisik kawasan, kondisi demografi penduduk, kondisi lingkungan, kualitas visual kawasan, maupun ketersediaan sarana-prasarana. Tujuannya adalah untuk mengetahui lokasi manakah yang paling potensial untuk pengembangan rumah-hotel di kawasan permukiman Kelurahan Aur.

3.5.2 Analisis Data Kualitatif

(57)

kuesioner ini akan dianalisis secara kualitatif berdasarkan nilai angka tersebut hanya sebagai indikator saja dalam menentukan karakteristik rumah-hotel menurut wisatawan.

3.6 Kawasan Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

[image:57.595.165.455.328.616.2]

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan permukiman Kampung Aur, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan.

Gambar 3.1 Peta lokasi kawasan penelitian

(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Penentuan Lokasi Rumah-Hotel

Latar belakang penentuan lokasi rumah-hotel di Kelurahan Aur didasarkan pada analisis makro dan analisis mikro kawasan kajian.

4.1.1 Analisis Makro

a. Deskripsi Umum Kawasan Kajian

Kelurahan Aur terletak di Kecamatan Medan Maimun yang merupakan salah satu kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di Kota Medan dengan luas 3.345 km2dan ketinggian 27 m di atas permukaan laut, tepatnya terletak pada 30 - 320LU dan 980 - 390BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Barat Sebelah Timur : Kecamatan Medan Kota Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Johor Sebelah Barat : Kecamatan Medan Polonia

(59)
[image:59.595.143.501.80.660.2]

Gambar 4.1 Peta administrasi Kota Medan dan Kecamatan Medan Maimun

(60)
[image:60.595.118.492.97.645.2]

Gambar 4.2 Peta administrasi Kelurahan Aur dan Lingkungan I - IV

Sumber: Kantor Lurah Aur, 2014 (kiri); RDTR Medan Maimun, 2009 (kanan);

(61)

b. Potensi Pariwisata Kawasan Kajian

Potensi pariwisata kawasan kajian dibahas menurut tiga variabel yang merupakanunsur-unsur pokoksuatu industri pariwisata, yaitu daya tarik (attractions), aksesibilitas (accessibility), dan fasilitas (facilities).

1. Daya tarik (attractions)

Menurut Yoeti (1996:172), segala sesuatu yang menjadi daya tarik agar orang-orang mau berkunjung ke suatu destinasi wisata (disebut juga tourism resources atau “attractive spontanee” )dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu:

Natural resources

(62)

Gambar 4.3 Kondisi Sungai Deli di kawasan permukiman Kelurahan Aur

Sumber: Dokumentasi penulis, 2014

Dengan kondisi tersebut, Sungai Deli dapat memberi dampak negatif bagi wisatawan, terutama dari segi kenyamanan visual dan kebersihan lingkungan.Meskipun demikian, bukan berarti kemungkinan memberdayakan Sungai Deli sebagai daya tarik wisata tidak ada sama sekali. Seperti dilansir media harian setempat (hariansib.co, 2014), Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumatera Utara akan segera melaksanakan Program Penyelamatan Sungai Deli yang merupakan bagian dari program kerja BLH Sumut di tahun 2014. Untuk mewujudkannya, BLH Sumut melibatkan Pemko Medan, Pemkab Karo, dan Pemkab Deli Serdang sebab alur sungai sepanjang 76 kilometer ini memang melintasi ketiga wilayah tersebut. BLH juga sudah berhasil memperoleh komitmen dari lima perusahaan swasta dan BUMN untuk mendukung pendanaan program ini.

(63)

berikutnya. Tak hanya itu, BLH juga berencana mengorek alur sungai sedalam 3-4 meter agar Sungai Deli bisa kembali dilayari, sehingga masyarakat dapat memanfaatkannyasebagai sarana rekreasi dan olahraga. BLH menyatakan pelaksanaan program ini nantinya akan dilakukan di jalur hijau yang masih kosong dan tidak akan mempermasalahkan bangunan atau permukiman yang sudah ada di sepanjang sungai untuk menghindari konflik dengan masyarakat.Program ini juga diyakini dapat mengatasi permasalahan banjir yang kerap dialami masyarakat setempat tiap tahun.

Perencanaan program recovery Sungai Deli tersebut, walaupun sampai saat ini belum teraktualisasi, semakin memperkuat potensi kawasan sebagai lokasi pengembangan akomodasi wisatawan. Kondisi sungai bersejarah yang bersih dari sampah dan dapat dilayari, sempadan sungai yang tertata baik, serta fasilitas-fasilitas rekreasi/olahraga air akan menjadi magnet yang kuat bagi wisatawan untuk mencoba menginap di rumah-hotel di kawasan ini.

Man-made supply

Yang termasuk kategori ini adalah benda-benda yang bersifat historical, cultural dan religious, misalnya monumen, museum/galeri, perpustakaan, kesenian rakyat, acara tradisional, rumah-rumah ibadah, dan sebagainya.Dalam hal ini potensi kawasan kajian cukup kuat.

(64)
[image:64.595.117.510.200.418.2]

Kota Medan. “Segitiga obyek wisata” tersebut cukup sering dikunjungi oleh wisatawan, terutama wisatawan domestik, baik dalam rangka liburan, studi tur dari sekolah/kampus, maupun sekedar menikmati keindahan arsitektur bangunan bersejarah tersebut.

Gambar 4.4 Lokasi kawasan kajian berdekatan dengan “segitiga obyek wisata”

Sumber:

(65)

kunjungan wisman ke Istana Maimun dan Mesjid Raya cenderung lebih tinggi dibandingkan obyek dan daya tarik wisata lainnya di Kota Medan karena tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapainya, cukup berjalan kaki beberapa menit dari tempat mereka menginap.

[image:65.595.128.497.391.682.2]

Jika jarak pandang diperluas ke arah utara dan barat, posisi kawasan kajian juga sangat strategis terhadap kawasan alun-alun utama Kota Medan (Lapangan Merdeka) di Jalan Balai Kotadan juga terhadap kawasan heritage (bangunan-bangunan kolonial) yang terletak di sekitar koridor Jalan Pemuda, Jalan Ahmad Yani, Jalan Balai Kota, maupun Jalan Sudirman. Bangunan-bangunan historis tersebut dapat menjadi obyek wisata pendukung yang memperkuat potensi kawasan.

(66)

The way of life

Menurut Final ASEAN Homestay Standard (2011) nilai jual dari homestay bukanlah keberadaan fisik, melainkan pengalaman (experience) di

kampung/desa yang bersangkutan, sehingga komunitas/masyarakat lokal dan aktivitas komunal menjadi faktor yang berpengaruh kuat. Demikian juga halnya dengan rumah-hotel, way of life atau tata cara hidup masyarakat (kebiasaan sehari-hari, adat istiadat, norma sosial setempat) merupakan daya tarik utama (main attraction). Kedua daya tarik yang sudah dibahas sebelumnya, yakni natural resources dan man-made supply merupakan daya tarik pendukung yang memperkaya daya tarik utama.

Pada dasarnya potensi kawasan kajian dalam hal keunikan dan keotentikan lokal cukup lemah (lack of unique identity and authentic experience). Tidak ada budaya dan adat-istiadat tertentu yang menjadi

identitas khas kawasan, tidak ada aktivitas budaya yang rutin dilakukan seperti pertunjukan kesenian lokal, upacara/ritual adat, maupun kebiasaan/gaya hidup dan norma sosial yang khas. Hal ini dikarenakan sosial-budaya masyarakat Kelurahan Aur berciri pluralisme sebagaimana kehidupan masyarakat Kota Medan pada umumnya.

(67)

Hanya sekitar 2% etnis Melayu yang masih tinggal di kawasan kajian. Saat ini yang mendominasi kawasan kajian adalah suku Minang, sebagaimana Kelurahan Aur dikenal sebagai kawasan bersejarah bagi masyarakat suku Minang karena orang-orang suku Minang pertama yang datang ke Kota Medan menetap di kawasan ini. Suku-suku lainnya yang terdapat di kelurahan ini adalah suku Mandailing, Karo, Taput, Nias, Dairi, Jawa, dan Aceh. Turunan etnis Tionghoa dan Tamil-India juga cukup banyak terdapat di kawasan ini, mencapai lebih setengah populasi penduduk Kelurahan Aur. Mayoritas masyarakat menganut agama Islam, disusul oleh agama Budha, agama Hindu, dan agama Kristen. Adapun dari segi strata sosial, penduduk Kelurahan Aur tergolong masyarakat kelas menengah ke bawah (lower income bracket) dengan mata pencaharian utama adalah berdagang (di pasar).

Gambar 4.6 Salah satu gambaran keseharian warga Kelurahan Aur

Sumber: Dokumentasi penulis, 2014

(68)

(strangeness). Aktivitas masyarakat setempat yang biasa-biasa saja (tanpa ada

unsur-unsur “ancient andexotic”) seperti percakapan sehari-hari antar warga kampung, kerumunan anak-anak yang sedang bermain, atau kebiasaan makan dengan tangan sudah cukup menarik dan “aneh” bagi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara, karena hal-hal tersebut jarang atau bahkan tidak dapat ditemukan di negara asal para wisman tersebut. Jadi, sekalipun pluralisme cenderung mengaburkan identitas kawasan, ciri ini juga turut memperkaya corak keragaman setempat, antara lain jenis etnis/suku bangsa jenis gaya/logat bahasa, jenis kuliner, dan jenis sosio-kultural lainya.

2. Aksesibilitas (accessibility)

Alternatif pencapaian

Kelurahan Aur dapat diakses dengan mudah dari jalan utama Kecamatan Medan Maimun, yaitu Jalan Katamso. Jarak tempuhnya dari area segitiga Istana Maimun - Mesjid Raya - Taman Sri Deli cukup dekat, sekitar 10-15 menit bila berjalan kaki. Kawasan Katamso dan Sisingamangaraja sendiri dihubungkan oleh Jalan Mesjid Raya. Kelurahan Aur juga dapat dicapai melalui Jalan Letjend Suprapto dan Jalan Pandu dari arah utara kawasan dan melalui Jalan Juanda dari arah barat kawasan (Gambar 4.7 dan 4.8).

(69)
[image:69.595.128.507.295.666.2]

Aur dan Jalan Syahbandar di Jalan Katamso. Terdapat juga sejumlah anak tangga menuju Jalan Suprapto di permukiman paling belakang Jalan Kampung Aur─ Syahbandar. Jalan-jalan tersebut semakin ke belakang semakin menyempit dan bercabang menjadi gang-gang kecil yang saling berhubungan. Dengan kata lain, penduduk permukiman lingkungan yang satu dapat menuju permukiman lingkungan lainnya tanpa harus keluar ke jalan utama, cukup dengan menelusuri gang demi gang. (Gambar 4.9 dan 4.10).

Gambar 4.7 Berbagai alternatif pencapaian menuju Kampung Aur

(70)
[image:70.595.121.503.91.663.2]

Gambar 4.8 Suasana jalan raya sekitar kawasan kajian

(71)

Gambar 4.9 Jalan-jalan di lingkungan Kelurahan Aur

[image:71.595.127.495.85.475.2]

Sumber: Peta Dasar Kota Medan, 2007 (peta); Dokumentasi penulis, 2014(foto)

(72)

Kondisi jalan, papan penanda (signage), dan pedestrian

Jalan-jalan menuju Kampung Aur dari jalan arteri hingga jalan lingkungan sudah beraspal dan dalam kondisi baik, gang-gang kecil dalam permukiman pun sudah dicor beton. Papan penanda (signage) pada jalan di kawasan kajian dan sekitarnya telah tersedia, baik papan nama jalan, papan penanda fasilitas umum, papan penunjuk arah, maupun papan tanda/rambu lalu lintas. Pada umumnya semua signage terbuat dari plat besi dan dalam kondisi baik (tidak usang/berkarat dan jelas terbaca).

Gambar 4.11 Kondisi papan penanda (signage) di sekitar kawasan kajian

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

Seperti pedestrian-pedestrian di Kota Medan pada umumnya, pedestrian di sekitar kawasan kajian juga cukup bermasalah, terutama pedestrian di sepanjang Jalan Mesjid Raya. Adapun permasalahannya antara lain:

• Banyak pedagang kaki lima yang berjualan di atas pedestrian

• Pedestrian beralih fungsi menjadi tempat parkir

(73)
[image:73.595.120.506.150.374.2]

• Perletakan street furniture yang tidak tepat, yakni terdapat pot bunga atau papan penanda (signage) di badan pedestrian.

Gambar 4.12 Kondisi pedestrian di sekitar kawasan kajian

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

Moda transportasi

(74)

3. Fasilitas (facilities)

[image:74.595.140.484.234.594.2]

Kawasan Katamso merupakan kawasan perkantoran, perdagangan barang dan jasa, terutama didominasi oleh jasa pariwisata. Terlihat dari banyaknya biro travel, usaha rumah makan/restoran, money changer, jasa pengiriman barang (kargo), dan sebagainya.

Gambar 4.13 Fasilitas-fasilitas kepariwisataan di Jalan Katamso

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

(75)

bangunan Tourist Service yang cukup sering dikunjungi oleh wisatawan yang ingin mendapat informasi seputar akomodasi, transportasi, biro travel, dan sebagainya. Di sini tersedia peta, booklet, dan media informasi lainnya secara gratis untuk wisatawan.

Gambar 4.14 Fasilitas Tourist Service di Taman Sri Deli

Sumber: Dokumentasi penulis (2014)

Adapun kawasan Jalan Katamso tidak dapat dipisahkan dari kawasan Jalan Sisingamangaraja yang merupakan “jantung” industri jasa pariwisata Kota Medan. Fasilitas yang tersedia didominasi oleh hunian komersial (hotel, guest house), biro travel,

Gambar

Gambar 2.1  Suasana kampung kreatif di Dago Pojok
Gambar 2.2  Salah satu rumah-hotel di Bandung
Gambar 3.1  Peta lokasi kawasan penelitian
Gambar 4.1  Peta administrasi Kota Medan  dan Kecamatan Medan Maimun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data flow diagram level 0 menjelaskan mengenai proses yang berjalan pada Sistem Informasi Akuntansi Pendapatan Jasa ISPM#15.. Pada level 0 ini terdiri dari

Bab II akan membahas mengenai pemaknaan AXIS Jakarta International Java Jazz Festival 2010 dari segi produksi, yaitu bagaimana awal mula acara musik ini diadakan, tujuan tim

Objek penelitian ini adalah nasabah BPRS Suriyah Kc Semarang, sementara variabel-variabel yang diteliti berkaitan dengan orang ( people ), bukti fisik ( physical

WANITA: Cukup baik. Kami ke rumah kakek dan nenek. Heni sudah ada rencana untuk malam tahun baru? WANITA: Belum. Mungkin menonton DVD saja di rumah. LAKI-LAKI: Itu membosankan.

Dalarn hal ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang berusaha meridorong dosen untuk melakukan penelitian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatal mengajamya,

Oleh karena itu dibutuhkan seorang pemimpin yang profesional di bidangnya untuk menjalankan tugas, memotivasi, mengarahkan dan fungsi dari organisasinya yang dapat

teaching terhadap hasil belajar matematika materi garis dan sudut pada. sisiwa kelas VII MTs Negeri

Every day  brings reports of  new  3inancial crises  and  3inancial  malfeasance  within  the  banking  and  3inancial  establishment.  In  an  effort  to  keep