• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea Canephora) PADA KELOMPOK TANI BINAKARYA DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea Canephora) PADA KELOMPOK TANI BINAKARYA DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea Canephora) PADA KELOMPOK TANI BINAKARYA

DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Oleh

SEBILIA ZENDA

Kopi Robusta (Coffea canephora) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Pesawaran. Budidaya tanaman kopi Robusta dinilai sangat menguntungkan. Pada kenyataannya budidaya tanaman ini hanya memperoleh uang dari hasil panen saat ini tanpa memperhatikan untung dan rugi secata fisik maupun finansial dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan

pengetahuan mengenai evaluasi lahan baik secara fisik (kualitatif) maupun ekonomi (kuantitatif).

Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman kopi Robusta seluas 10 ha pada bulan Juni 2012 di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten

(2)

Djaenudin dkk. (2003), dan evaluasi kesesuaian lahan kuantitatif dilakukan adalah menganalisis kelayakan finansial dengan menghitung NPV, Net B/C, IRR, dan BEP.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanaman kopi Robusta di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Pesawaran berdasarkan potensi fisik lingkungan menurut kriteria Djaenuddin dkk. (2003), masuk ke dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas suhu (S2 tc), dan secara finansial layak untuk dilanjutkan dengan nilai NPV sebesar Rp 240.966.516,50, Net B/C sebesar 1,89, IRR sebesar 31 %, dan BEP (titik impas) akan dicapai pada tahun ke10, bulan ke 10, hari ke 21.

(3)

ABSTRACT

QUALITATIVE AND QUANTITATIVE LAND EVALUATION OF ROBUSTA COFFEE (Coffea canephora) IN BINA KARYA FARMERS GROUP

PESAWARAN INDAH VILLAGE PADANG CERMIN PESAWARAN DISTRICT

By

SEBILIA ZENDA

Robusta coffee (Coffea canephora) is one of the plantation crops cultivated by the farmers in the Pesawaran District. Cultivation of robusta coffee were considered to be very profitable, due to low cost of production and not too intensive care. In fact this cultivation generates money from the current crop production regardless of gains and losses relates on physicall and financiall benefit in the future. It required knowledge of both physical (qualitative) and economicall (quantitatively) land evaluation.

(4)

The results showed that robusta coffee plantation lands in Pesawaran Indah village, Padang Cermin, Pesawaran District based on physical potential environmental criteria of Djaenuddin et al. (2003), were in clude suitable class with limiting factors of the temperatur (S2 tc), financiall feasibilty resulted the NPV of Rp 240.966.516,50, Net B / C of 1.89, an IRR of 31 %, and the BEP (break-even) will be achieved in 10 years, 10 months and 21 days.

(5)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dan Masalah

Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Lebih dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah kopi arabika, robusta, dan liberika (Danarti dan Najiyati, 1999).

Kesesuaian lahan adalah bentuk penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuain lahan suatu areal dapat saja berbeda tergantung pada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi kesesuain lahan pada dasarnya berhubungan

dengan evaluasi untuk suatu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, palawija, dan sebagainya. Kemampuan lahan umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih luas atau lebih umum seperti penggunaan untuk pertanian, permukiman, industri, perkotaan, jasa, peruntukan dan sebagainya. (FAO, 1976).

(6)

secara keseluruhan dari suatu sistem penggunaan lahan bagi masyarakat sehingga dapat diketahui efisiensi pemanfaatan sumberdaya lahan. Kelayakan sosial ditinjau dari distribusi biaya dan manfaat antar pihak-pihak masyarakat. Kelayakan finansial ini bertujuan untuk mengetahui apakah lahan yang

dikategorikan sesuai termasuk lahan yang layak diusahakan atau lahan yang dikategorikan tidak sesuai termasuk lahan yang tidak layak untuk diusahakan. Apabila suatu lahan ternyata layak untuk diusahakan, maka usahatani dapat terus dilanjutkan dan dikembangkan. Apabila suatu lahan tidak layak

diusahakan, maka perlu adanya alternatif-alternatif tindakan, seperti

penghentian atau perbaikan. Hasil evaluasi lahan menggambaran kesesuaian lahan untuk berbagai keperluan dan sekaligus dapat diketahui hambatan dan kebutuhan biaya dalam pemanfaatan sumber daya lahan tersebut, sehingga berapa besar keuntungan dan bahkan kemungkinan kerugian yang didapat, baik secara fisik maupun secara finansial akan diketahui melalui evaluasi lahan tersebut (Mahi, 2005).

Suatu komoditas pertanian untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara

optimal memerlukan kualitas dan karakteristik lahan serta manajemen tertentu.

Sering terjadi suatu komoditas yang diusahakan di suatu wilayah secara

vegetatif dapat tumbuh dengan subur, tetapi tidak mampu berproduksi optimal

karena persyaratan tumbuh generatifnya tidak terpenuhi oleh lahan dan belum

adanya teknologi terapan untuk mengatasi kendala yang dihadapi. Oleh

karena itu, pengertian lahan marginal dan pengelolaannya tidak dapat

(7)

diusahakan dalam kaitannya dengan persyaratan tumbuhnya (Djaenudin,

1993).

Lampung merupakan penghasil kopi robusta nomor tiga setelah Vietnam dan Brazil. Ekspor kopi robusta selama tahun 2004 mencapai ± 250.000 ton, untuk mendapatkan kopi layak ekspor sebanyak itu, dibutuhkan 300.000 ton kopi karena biasanya 50.000 ton ditolak (poduk di bawah standar) yang tidak layak ekspor. Meskipun ditolak sebagian besar masih bisa dikirim ke pulau Jawa, selanjutnya Suherman (2005) menyatakan produktivitas Kopi Robusta Lampung rata-rata mencapai 800 – 900 kilo gram per hektar.

Berdasarkan hal tersebut kiranya menilai kesesuaian lahan secara kualitatif dan finansial pada lahan pertanaman Kopi Robusta. Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin, karena pada daerah ini belum pernah dilakukan evaluasi kesesuaian lahan tanaman yang dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan dan secara finansial (ekonomi) hasilnya sangat

menguntungkan. Penelitian ini sangat dibutuhkan untuk membantu petani di Desa Pesawaran indah kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, agar petani dapat mengetahui keadaan lahan pertanaman kopi yang ditanam selama ini sudah sesuai atau belum sesuai untuk pertanaman kopi Robusta.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

(8)

Pesawaran Indah, Kecamatan Padang cermin, Kabupaten Pesawaran, berdasarkan kriteria fisik Djenuddin dkk. (2003) dan Kriteria faktor produksi Dent and Young (1981).

2. Menilaii kesesuaian lahan kuantitatif dengan menganalisis nilai kelayakan finansial budidaya tanaman Kopi Robusta (C. canephora) Kelompok Tani Bina Karya Desa pesawaran indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran dengan menghitung NPV, Net B/C Ratio,IRR dan BEP.

1.3. Kerangka Pemikiran

Evaluasi lahan merupakan komponen yang penting dalam perencanaan penggunaan lahan. Untuk dapat memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan tersedianya data dan informasi yang lengkap

mengenai keadaan iklim, tanah dan sifat lingkungan fisik lainnya, serta

persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan, terutama tanaman-tanaman

yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik.

Evaluasi lahan adalah proses penilaian keragamaan dan penampilan lahan

untuk tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi survey dan

studi bentuk lahan, tanah, iklim, vegetasi, dan aspek lahan lainya agar dapat

mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang

(9)

Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek dan kualitas

fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial

ekonominya. Sehubungan kaitannya dengan parameter sosial ekonomi,

evaluasi lahan dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu evaluasi

kualitatif dan evaluasi kuantitatif. Evaluasi lahan kualitatif adalah evaluasi

kesesuaian lahan untuk penggunaan yang spesifik, yang digambarkan dalam

bentuk kualitatif, seperti sesuai, cukup sesuai, sesuai marjinal, dan tidak

sesuai. Sedangkan evaluasi lahan kuantitatif yaitu dengan menganalisis

kelayakan finansial juga perlu dilakukan karena berhubungan dengan

kelayakan finansial dari suatu perusahaan atau usahatani yang akan atau

sedang diusahakan (Mahi 2005).

Jenis kopi yang ada di Provinsi Lampug adalah kopi robusta dan arabika. Luas area pertanaman kopi robusta di Lampung 162.954 ha. Produksi kopi robusta Lampung pada tahun 2009 tercatat 145.191 ton. Untuk daerah Pesawaran, Luas pertanaman Kopi Robusta adakah 5.470 ha dengan produksi mencapai 4.335 ton (BPS, 2010).

Menurut Mahi (2001), evaluasi lahan adalah penilaian kecocokan tipe lahan

untuk penggunaan tertentu yang lebih detail, seperti penggunaan untuk tanamn

padi, kopi, tempat rekreasi pantai, pemukiman, peternakan, dan lain

sebagainya. Pada hakekatnya evaluasi kesesuaian lahan merupakan evaluasi

kecocokan potensi lahan terhadap persyaratan penggunaan lahan yang

dibutuhkan. Evaluasi kesesuaian lahan harus dilakukan secara menyeluruh,

(10)

Menurut Djaenuddin dkk. (2003) lahan yang termasuk ke dalam kelas S1 (Sangat Sesuai) untuk tanaman kopi robusta yaitu memiliki curah hujan rata-rata tahunan sekitar 2000-3000 mm/th, lama masa kering 2-3 bulan, kisaran temperature 22-250C, drainase baik, reaksi tanah (pH) berkisar antara 5,3-6,0, kejenuhan basa > 20 %, kandungan C-organik > 0,8 %.

Kopi robusta di Kabupaten Pesawaran, Lampung, masih bertahan pada harga Rp 10.000 hingga Rp 11.000 per kilogram. Seorang petani kopi Darmanto, mengatakan bahwa di Pesawaran, harga kopi masih bertahan dan mereka mengharapkan harganya tidak turun terus. Harga kopi ini masih bisa bertahan lebih dikarenakan petani masih bertahan tidak menjual biji kopi mereka sebelum kering. Biji kopi yang kering saat ini bisa terjual Rp 11.000 per kilogram, sedangkan biji kopi yang kurang kering sempurna hanya Rp 8.000-Rp 9.000 per kilogram (BPS, 2008).

Berdasarkan data yang diperoleh desa Pesawaran Indah produksi rata – rata produksi yang dihasilkan berkisar 1-1,8 ton/hektar/tahun pendapatan berkisar antara 7- 11 juta/hektar/tahun dengan potensi produksi berkisar 2,8

ton/hektar/tahun. Besarnya keuntungan dari analisis finansial ini secara nyata akan berbeda di tiap lokasi. Hal ini terjadi karena analisis finansial usaha tani tergantung dari harga bahan-bahan, tenaga kerja, dan harga jual kopi di setiap tempat.

Desa Pesawaran Indah merupakan salah satu dari 7 desa yang ada di

(11)

lahan dengan kemiringan < 25%. Ketinggian dari permukaan laut 1405 mdpl, pH tanah berkisar 5,11. Tingkat kesuburan tanah dari sedang sampai baik, serta drainase sedang sampai baik. Tipe tipe iklim basah dengan curah hujan 2014mm/th, kandungan C-organik 0.84 %, dan kejenuhan basa 39,615 ( BPS, 2008).

1.4. Hipotesis

Berdasarkan kondisi yang ada di lahan penelitian, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi Robusta (Coffea canephora) di Kelompok Tani Bina Karya Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran diduga cukup sesuai dengan faktor pembatas temperatur (S2 tc).

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kopi

Tumbuhan kopi diperkirakan berasal dari hutan-hutan tropis dikawasan Afrika. Kopi Arabika berasal dari kawasan pegunungan tinggi di Barat Ethiopia maupun di kawasan utara Kenya, kopi Robusta di Ivory Coast dan Republik Afrika Tengah. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan kopi mudah beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya (Siswoputranto, 1992).

Pada saat ini penyebaran tanaman kopi Robusta di Indonesia lebih dari 95%, sedang selebihnya adalah kopi arabika dan jenis lainnya. Meskipun kopi Robusta semula ditanam dan diusahakan oleh perkebunan besar, namun dalam perkembangannya tanaman ini lebih potensi sebagai tanaman rakyat karena kopi Robusta lebih mudah ditanam dan tahan terhadap kondisi pertumbuhan yang kurang menguntungkan. Selain itu karena tahun-tahun belakangan ini harga pasaran kopi Robusta relatif semakin tinggi (AAK, 1988).

(13)

2.1.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kopi Robusta.

Tanaman kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika tumbuh optimal pada 1000-1700 m diatas permukaan laut dengan suhu 16 -20ºC. Jenis Robusta mengendaki ketinggian tempat pada 500-1000 m di atas permukaan laut tetapi yang baik sekitar 800 m di atas permukaan laut dengan suhu udara 20ºC.

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-2000 mm, optimal 1000-2000-3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada waktu kemarau harus masih ada hujan. Musim kering dikehendaki maksimal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak

melebihi dua minggu. Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan mempertinggi

penguapan air di permukaan tanah dan juga dapat mematahkan pohon pelindung. Untuk mengurangi hal-hal tersebut di tepi-tepi kebun ditanam pohon penahan angin (Najiyati dan Darnati, 1999).

2.1.2. Bahan Tanaman Kopi Robusta.

(14)

sedangkan kebutuhan bibit/ha, jika jarak tanam sekitar 1,25 m x 1,25 m, adalah 6.400 tanaman.

2.1.3. Penanaman

Sistem jarak tanam untuk kopi robusta yaitu segi empat dengan ukuran 2,5 x 2,5 m, sistem pagar 1,5 x 1,5 m, sistem pagar ganda 1,5 x 1,5 x 3 cm. Penggalian lubang tanam harus dibuat 3 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang 50 x 50 x 50 cm, 60 x 60 x 60 cm, 75 x 75 x 75 cm atau 1 x 1 x 1 m untuk tanah yang berat.

Tanah galian diletakan di kiri dan kanan lubang. Lubang dibiarkan terbuka selama 3 bulan. 2 - 4 minggu sebelum tanam, tanah galian yang telah dicampur dengan pupuk kandang yang masak sebanyak 15/ 20 kg / lubang, dimasukkan kembali ke dalam lubang. Penanaman Penanaman dilakukan pada musim hujan. Leher akar bibit ditanam rata dengan permukaan tanah.

2.1.4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman kopi dibagi ke dalam tiga fase: a. Penyiangan

Membersihkan gulma di sekitar tanaman kopi. Penyiangan dapat dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah Untuk tanaman dewasa

dilakukan 2 kali setahun b. Penaungan

(15)

sebelum penaman kopi, atau memanfaatkan tanaman pelindung yang ada. Jenis tanaman untuk pohon pelindung antara lain lamtoro, dadap, dan sengon. (Najiyati dan Danarti, 1999)

Penaungan di bagi menjadi 2 yaitu, penaungan sementara dan penaungan tetap (Puslitkoka, 2006). Penaung sementara sebaiknya dirapikan pada awal musim hujan agar tidak terlalu rimbun. Pada penaungan tetap, percabangan paling bawah hendaknya diusahakan 1-2 meter di atas pohon kopi, oleh karena itu harus dilakukan pemangkasan secukupnya. Ada juga yang mengatur pemangkasan sehingga percabangannya diatur agar tinggi pohon kopinya tetap terjaga peredaran udaranya (Yahmadi, 2007). Jika diperlukan bahkan dilakukan penjarangan, sehingga populasi pohon

naungan menjadi sekitar 400-600 pohon/ha, terutama setelah kanopi pohon kopi sudah saling menutup. Selama musim hujan, pohon lamtoro sebagai pohon naungan dapat dipangkas agar matahari masuk dan merangsang pembentukan pembungaan kopi (Prastowo dkk, 2010).

c. Pemangkasan

(16)

2.1.5. Pemupukan

Pada tahun pertama, tanaman dipupuk dengan urea sebanyak 50 gram, TSP 20 gram, dan KCl 20 gram. Pupuk tersebut diberikan dua kali yaitu 50% pada umur satu tahun. Dosis pupuk pada tahun-tahun selanjutnya bisa dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Dosis pemupukan tanaman kopi/pohon/Tahun

Tahun Urea TSP KCl

Pupuk diberikan dua kali setahun yaitu awal dan akhir musim hujan masing-masing setengah dosis. Cara pemupukan dengan membuat parit melingkar pohon sedalam ± 10 cm, dengan jarak proyek tajuk pohon (± 1 m)

2.1.6. Pengendalian Hama Penyakit.

a. Hama yang dapat ditemukan ditanaman kopi antara lain: hama Bubuk Buah yang menyerang buah muda dan tua. Pengendalian secara mekanis yaitu dengan mengumpulkan buah-buah yang terserang, secara kultur teknis dengan penjarangan naungan dan tanaman, atau secara chemis dengan Insektisida Dimecron 50 SCW, Tamaron, Argothion, Lebaycide, Sevin 85 S dengan dosis 2 cc / liter air.

(17)

rontok kemudian cabang akan mongering. Pengendalian sama seperti pada hama bubuk buah.

b. Penyakit

Penyakit Karat Daun pada kopi penyebabnya adalah sejenis cendawan. gejala serangan ada bercak-bercak merah kekuningan pada bagian bawah daun, sedangkan di permukaan daun ada bercak kuning. Kemudian daun gugur, ujung cabang muda kering dan buah kopi menjadi hitam kering dan kualitas tidak baik selanjutnya tanaman akan mati.

c. Pengendalian

Pengendalian hama dan penyakit bisa dilakukan melalui tiga cara yaitu: cara mekanis yaitu dengan pemangkasan, cara biologis dengan memelihara musuh alaminya, serta yaitu dengan menggunakan pestisida. Ketiga cara tersebut sebaiknya dilakukan secara terpadu sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

2.1.7. Panen

Kopi Robusta mulai berbuah pada umur 3 tahun. Buah kopi yang sudah masak dengan warna merah tua dapat dipetik, agar menghasilkan kopi yang berkualitas. Pada waktu panen (pemetikan) agar berhati-hati agar tidak ada bagian pohon, cabang, ranting yang rusak.

2.2. Evaluasi Kesesuian Lahan

(18)

penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi lahan secara menyeluruh dan terpadu, karena masing-masing faktor akan saling

mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi maupun lingkungan.

Kesesuain lahan merupakan gambaran tentang kecocokan suatu penggunaan tertentu (Sitorus, 1985)

Evaluasi lahan adalah proses penilaian atau keragaan (perfomance) lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai alternatif penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan. Evaluasi lahan merupakan komponen penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan. Hal ini bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan. Kegunaan evaluasi lahan adalah untuk berbagai tingkat perencanaan yang ditentukan oleh tingkat pengamatan atau tingkat survei sumberdaya lahan (FAO, 1976).

Untuk menentukan tipe penggunaan yang sesuai pada suatu wilayah, diperlukan evaluasi kesesuaian lahan secara menyeluruh dan terpadu (intergrated), karena masing-masing faktor akan saling mempengaruhi baik faktor fisik, sosial ekonomi, maupun lingkungan. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau

(19)

mempunyai pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk

penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenuddin dkk., 2003).

Hasil dari evaluasi lahan adalah untuk memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas kemungkinan penggunaan serta tindakan pengelolaan yang diperlukan sehingga lahan dapat digunakan secara lestari. Dalam proses evaluasi lahan bukan hanya ditujukan untuk menentukan perubahan penggunaan lahan, tetapi melengkapi data untuk dasar pengambilan keputusan dalam memilih macam penggunaan lahan yang paling sesuai, dengan memberikan informasi mengenai potensi macam penggunaan lahan pada masing-masing daerah termasuk konsekuensi keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan masing-masing penggunaan tersebut (Mahi, 2005).

2.2.1. Kualitas Lahan dan Karakteristik Lahan

Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu jenis penggunaan. Kenyataan menunjukkan bahwa kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih dari satu jenis penggunaan. Demikian pula satu jenis penggunaan lahan tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. Sebagai contoh bahaya erosi dipengaruhi oleh keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan iklim (curah hujan).

Kualitas lahan adalah sifat-sifat tau atribut yang bersifat kompleks dari sebidang lahan. Setiap kualitas lahan mempunyai keragaman yang

(20)

dkk 2003). Satu jenis kualitas lahan merupakan gabungan dari beberapa karakteristik lahan, misalnya ketersediaan hara dapat ditentukan berdasarkan ketrersediaan N, P, dan K (Hardjowigeno, 1994)

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. Contoh lereng, curah hujan, tekstur tanah, kapasitas air tersedia, kedalaman efektif, dan sebagainya (Djaenuddin dkk., 2003). Setiap karakteristik lahan yang digunakan secara langsung dalam evaluasi biasanya mempunyai interaksi satu sama lainnya. Karenanya dalam interpretasi perlu

mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. sebagai contoh ketersediaan air sebagai kualitas lahan ditentukan bulan kering dan curah hujan rata-rata tahunan, tetapi air yang diserap tanaman tentunya tergantung juga pada kualitas lahan lainnya, seperti kondisi atau media perakaran, antara lain tekstur tanah dan kedalaman zona perakaran tanaman yang bersangkutan.

2.2.2. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

(21)

1. Ordo : adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S = Suitable) dan lahan yang tidak sesuai (N = Not Suitable).

2. Kelas : adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi : (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu : lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3). Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan kedalam kelas-kelas. (2) untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat kelas dibedakan atas kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).

a. Sangat Sesuai (S1) Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.

b. Cukup Sesuai (S2) Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan

berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan (input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.

(22)

akan sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk

mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.

d. Tidak Sesuai (N)

Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat atau sulit diatasi. Sub Kelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat.

Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan dalam pengelolaannya. Dalam praktek evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.

Menurut Djaenuddin dkk. (2003) deskripsi karakteristik lahan yang menjadi pertimbangan (Tabel 8, lampiran) dalam menentukan kelas kesesuaian lahan dikemukakan sebagai berikut :

1. Temperatur (tc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan temperatur adalah suhu tahunan rata-rata dikumpulkan dari hasil pengamatan stasiun klimatologi yang ada. Apabila data ini tidak ada, maka dapat diduga berdasarkan ketinggian di atas permukaan laut sebagai berikut :

(23)

Suhu berpengaruh terdahap aktivitas mikroorganisme dalam tanah, fotosintesis tanaman, respirasi, pembungaan, dan perkembangan buah.

2. Ketersediaan Air (wa)

Merupakan pengukuran curah hujan rata-rata yang diambil dari daerah

penelitian dan penentuan bulan kering berdasarkan curah hujan bulanan setiap tahunnya. Pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada air tersedia dalam tanah. Air dibutuhkan tanamanan untuk membuat karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, mengangkut makanan dan unsur mineral, dan mempengaruhi serapan unsur hara oleh akar tanaman (Nyakpa dkk, 1986).

3. Media Perakaran (r) Karakteristik lahan yang manggambarkan media perakaran adalah drainase, tekstur, kedalaman tanah.

a. Drainase yaitu merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah, dibedakan sebagai berikut :

(a) Cepat (excessively drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). (b) Agak Cepat (somewhat excessively drained). Tanah mempunyai

(24)

(c) Baik (well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan sedang, lembab, tetapi tidak cukup basah dekat permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 100 cm.

(d) Agak Baik/Sedang (moderately well drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan rendah. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 50 cm.

(e) Agak Terhambat (somewhat poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai > 25 cm.

(f) Terhambat (poorly drained). Tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan. (g) Sangat Terhambat (very poorly drained). Tanah mempunyai

(25)

rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan.

b Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm, yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur dibagi menjadi:

(a) Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu,

(b) Agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu

(c) Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

(d) Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir, lempung berpasir halus

(e) Kasar : pasir, pasir berlempung (f) Sangat halus : liat (tipe mineral liat 2:1)

Peran tekstur tanah sebagaimana diuraikan diatas akan mempengaruhi

(26)

kurang dari 2 mm (fraksi tanah halus) meliputi : berpasir, berlempung kasar, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, (berliat) halus, (berliat) sangat halus. Bila fraksi tanah halus (kurang dari 2 mm) sedikit sekali (< 10%) dan tanah terdiri dari kerikil, batu-batu dan lain-lain (≥ 90% volume) disebut fragmental. Bila tanah halus termasuk kelas berpasir, berlempung atau berliat, tetapi mengandung 35% - 90% (volume) fragmen batuan (kerikil, batu-batu) maka kelas sebaran besar butirnya disebut berpasir skeletal, berlempung skeletal, dan berliat skeletal.

Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air (Rayes, 2006), tanah bertekstur agak halus seperti lempung liat berpasir mempunyai drainase agak buruk yang biasanya tanah memiliki daya pegang atau daya simpan air yang cukup tinggi dimana air lebih tidak segera keluar akan tetapi akan tetap menjenuhi tanah pada daerah perakaran dalam jangka waktu yang lama, hal ini ditunjukkan hanya pada lapisan tanah atas saja yang mempunyai aerasi yang baik dengan tidak adanya bercak - bercak berwarna kuning, kelabu atau coklat.

(27)

kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar.

Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Pada tanah-tanah yang bertekstur halus biasanya kegiatan jasad renik dalam

perombakan bahan organik akan mengalami kesulitan dikarenakan tanah-tanah yang bertekstur demikian berkemampuan menimbun bahan-bahan organik lebih tinggi yang kemudian terjerap pada kisi-kisi mineral, dan dalam keadaan terjerap pada kisi-kisi mineral tersebut jasad renik akan sulit merombak (Mulyani dkk., 2007).

c. Bahan Kasar

Bahan kasar dengan ukuran > 2mm, yang menyatakan volume dalam %, merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi krikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan :

sedikit < 15% sedang 15% – 35% banyak 35% - 65% sangat banyak > 60% d.Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah, menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran tanaman yang dievaluasi, dan

dibedakan menjadi:

(28)

dangkal 20 – 50 cm sedang 50 -75 cm dalam > 75 cm

4. Retensi Hara (nr)

Retansi hara merupakan kemampuan tanah untuk menjerap unsur - unsur hara atau koloid di dalam tanah yang bersifat sementara, sehingga apabila kondisi di dalam tanah sesuai untuk hara - hara tertentu maka unsur hara yang terjerap akan dilepaskan dan dapat diserap oleh tanaman. Retensi hara di dalam tanah di pengaruhi oleh KTK, KB, pH dan C-organik.

a. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Kapasitas Tukar Kation atau Cation Exchangable Cappacity (CEC) merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation

exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil pengukuran KTK adalah me kation dalam 100 gram tanah atau me kation 100 g tanah.

b. Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis.

c. pH Tanah

(29)

Hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut.

d. C – organik

Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-organik.

5. Toksisitas (xc)

Karakteristik lahan yang menggambarkan toksisitas adalah kandungan garam terlarut (salinitas) yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (ds m-1).

Toksisitas di dalam tanah biasanya diukur pada daerah-daerah yang bersifat salin. Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) salinitas berhubungan dengan kadar garam tanah. Kadar garam yang tinggi meningkatkan tekanan osmotik sehingga ketersediaan dan kapasitas penyerapan air akan berkurang. Daerah pantai merupakan salah satu daerah yang mempunyai kadar garam yang tinggi. Salinitas dipengaruhi oleh air laut, proses pasang surut serta terjadi di daerah arid yang terdapat danau garam dan tidak terjadi di daerah tropis.

6. Bahaya Sulfidik (xs)

(30)

tanah yang paling dangkal pada wilayah yang dekat dengan daerah pantai atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pengujian sulfidik dapat dilakukan dengan cara meneteskan larutan H2O2 pada matrik tanah, dan

apabila terjadi pembuihan menandakan adanya lapisan pirit. Kedalaman sulfidik hanya digunakan pada lahan bergambut dan lahan yang banyak mengandung sulfida serta pirit. Hidrogen sulfida (H2S) yang terbentuk di

dalam tanah dapat bereaksi dengan ion-ion logam berat membentuk sulfida-sulfida tidak larut. Dengan rendahnya kandungan unsur-unsur logam tersebut, H2S yang terbentuk dapat berakumulasi sampai pada tingkat

meracun dan mengganggu pertumbuhan tanaman (Hakim dkk., 1986).

7. Bahaya Erosi (eh)

Karakteristik lahan yang menggambarkan bahaya erosi adalah lereng dan bahaya erosi.

1. Lereng

Lereng merupakan hasil beda ketinggian antara dua tempat (kedudukan) dengan jarak datarnya yang dinyatakan dalam persen. Slope atau lereng dinyatakan dalam persen (%) atau derajat (o). Perbedaan tinggi diukur dari puncak sampai dasar lereng dan dinyatakan dalam meter.

2.Bahaya erosi

(31)

8. Bahaya Banjir (fh)

Bahaya banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh kedalaman banjir (x) dan lamanya banjir (y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat di lapangan. Bahaya banjir dapat diketahui dengan melihat kondisi lahan yang pada permukaan tanahnya terdapat genangan air.

9. Terain

Karakteristik lahan yang menggambarkan terain (penyiapan lahan) adalah volume batuan lepas (stone) dan singkapan batuan (rock outcrop). Batuan lepas adalah batuan yang tersebar di permukaan tanah dan berdiameter lebih dari 25 cm (bentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk gepeng). Singkapan batuan adalah batuan yang terungkap di permukaan tanah yang merupakan bagian batuan besar yang terbenam di dalam tanah.

2.3. Analisis Finansial

Dalam analisis finansial diperlukan kriteria kelayakan usaha, antara lain. Return Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR), dan Break Event Point (BEP).

2.3.1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih,

(32)

proyek dikatakan layak diusahakan apabila nilai NPV positif (NPV > 0) (Ibrahim, 2003).

2.3.2. Net Benefit /Cost Ratio (Net B/C)

Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan jumlah NPV positif dengan NPV negatif yang menunjukkan gambaran berapa kali lipat beneffit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Jadi jika nilai NPV > 0, maka B/C > 1 dan suatu proyek layak untuk diusahakan (Ibrahim, 2003).

2.3.3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah suatu tingkat bunga (dalam hal ini sama artinya dengan discount rate) yang menunjukkan bahwa nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi usahatani atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV = 0 ). IRR dapat juga dikatakan sebagai nilai tingkat pengembalian investasi, dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan menerima/menolak dilakukan berdasarkan hasil perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang

diinginkan (Ibrahim, 2003).

2.3.4. Break Event Point (BEP)

(33)

Break Event Point (BEP), maka akan semakin besar pula saldo rugi yang diterima proyek atau usaha tersebut (Ibrahim, 2003).

(34)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lahan pertanaman kopi Robusta di Kelompok Tani Bina Karya Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, dengan koordinat 0509079-0509369 mT dan

9384360-9384850 mU. Luas areal pertanaman kopi yang diteliti seluas 10 ha. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012. Denah areal penelitian selengkapnya tertera pada Gambar 1 dan Gambar 3 (Lampiran).

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah contoh tanah yang diambil dari 8 profil borring sampai kedalaman 120 cm, serta bahan-bahan kimia untuk analisis tanah di laboratorium.

Alat-alat yang digunakan antara lain:

(1). Bor tanah: untuk pembuatan profil borring, pengambilan sampel tanah dan deskripsi karakteristik tanah.

(2). Meteran: untuk mengukur kedalaman tanah (3). Kantong plastik: untuk tempat sampel tanah

(4). Kamera digital: untuk mengambil gambar yang mendukung kelengkapan data pada lokasi penelitian

(35)

31 (6). GPS (Global Positioning System): untuk mengukur titik koordinat lokasi

penelitian dan titik pengambilan sampel tanah.

(7). Alat-alat tulis : untuk mencatat data yang diperoleh langsung di lapangan, dan alat-alat laboratorium untuk menganalisis tanah.

(8). Alat-alat Laboratorium: digunakan untuk menganalisis sampel tanah di laboratorium.

(9). Klinometer: untuk mengukur kemiringan lereng.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan

pendekatan evaluasi lahan secara paralel yaitu melakukan analisis kesesuaian lahan berdasarkan kriteria fisik Djaenudin dkk. (2003) dan analisis kelayakan finansial budidaya tanaman kopi dengan menilai, Return Net Present Value (NPV), Net Beneffit Cost Ratio (Net B/C) Internal Rate of Return (IRR), dan Break Event Point (BEP). Pelaksanaan survei dilakukan bertahap yaitu: tahap persiapan, Pengumpulan data, dan analisis data.

3.3.1. Tahap Persiapan

(36)

32 3.3.2. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : 3.3.2.1. Data Fisik Primer

Pengumpulan data fisik primer dilakukan dengan cara pengambilan contoh tanah di kedalaman 0-40 cm pada setiap titik, pembuatan profil boring sampai kedalaman 120 cm pada 8 titik dan pengamatan langsung di lapang .

Berdasarkan analisis pra survei ditentkan 8 titik bor dengan metode proposional untuk pengambilan contoh tanah. Metode penentuan titik

pengambilan contoh tanah perwakilan. Ditentukan 3 titik pengambilan sampel bagian atas. 3 titk bagian tengah dan 2 bagian bawah. Pengambilan titik contoh tanah dilakukan dengan menggunakan GPS, dengan mengambil titik terluar dahulu dilapang lalu deregister di map info, di map info kita menentuan 8 titik didalam, setelah menentukan lalu kita kelapang untuk menngambil 8 sampel tanah. Gambar lahan dan titik contoh tanah selengkapnya tertera pada Gambar 1 ( Lampiran).

(1). Cara Pengukuran dan Pengamatan Lapang Data fisik primer yang diamati di lapang sebagai berikut :

a) Drainase

(37)

33 tersebut mempunyai drainase yang buruk, pengamatan warna tanah

dilakukan dengan menggunakan munsell soil color chart.

b) Bahan Kasar

Cara pengamatan bahan kasar di lapang yaitu dengan melihat ada

tidaknya batu-batu kecil pada tiap lapisan tanah dengan cara pengeboran pada tanah yang akan diteliti. Cara pengukurannya di lapang yaitu dengan menghitung berapa persen bahan kasar yang terdapat pada lokasi tersebut.

c) Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah diukur dengan melakukan pengeboran menggunakan bor tanah pada lokasi penelitian. Kedalaman tanah adalah kedalaman sampai di temukannya lapisan padas.

d) Lereng

Cara pengukuran lereng dilakukan dengan menggunakan Klinometer dinyatakan dalam persen. Pengukuran lereng dilakukan dengan

mengukur derajat kemiringan tanah antara lokasi tertinggi dengan lokasi terendah.

e) Bahaya Erosi di Lapang

Tingkat bahaya erosi dapat dilihat dengan cara mengamati lereng, dimana semakin curam lereng maka bahaya erosi semakin tinggi.

Pendekatan lain dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang

(rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang

(38)

34

oleh warna gelap karena relatifmengandung bahan organik yang lebih

tinggi.

f) Genangan

Bahaya banjir dicirikan dengan adanya genangan air yang ada di permukaan tanah. Pengamatan dilakukan melalui wawancara kepada petani setempat, apakah terdapat genangan yang menutupi seluruh lahan dengan air (terendam air) pada lahan yang akan diteliti pada saat musim hujan lebih dari 24 jam.

g) Batu Permukaan

Batu dipermukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batu-batu kecil atau besar yang tersebar pada permukaan tanah atau lapisan oleh lokasi penelitian, cara mengukur batu di permukaan tanah yaitu melihat berapa persen batu yang tersebar di atas permukaan tanah pada lokasi pernelitian.

h) Batuan Singkapan

Batu dipermukaan diamati dengan melihat ada tidaknya batuan-batuan besar yang tersingkap pada lokasi penelitian. Cara mengukur batuan singkapan yaitu dengan melihat berapa persen terdapat batuan besar yang tersingkap dipermukaan tanah pada lokasi penelitian.

(2). Cara Pengambilan Contoh Tanah

(39)

35 tanah dan dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk di analisis di laboratorium.

(3). Metode Analisis Laboratorium.

Analisis laboratorium dilakukan dengan cara menganalisis contoh tanah yang telah diambil secara komposit dari 8 titik. Kemudian contoh tanah dikering udarakan , lalu diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm. Tanah yang telah diayak dianalisis di Laboratorium Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk mengetahui sifat kimia dan fisiknya.

Sifat kimia yang dianalisi adalah pH H2O, kejenuhan basa, basa-basa

dapat ditukar (Ca, Mg, Na, dan K), Toksisitas (salinitas), KTK, dan C-Organik. Sedangkan sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah, dengan metode analisis disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Metode analisis tanah di laboratorium

No Analisis Metode 1 pH H20 pH meter

2 Basa-basa yang dapat ditukar NH4OAc 1 N pH 7

3 C-organik Walkey and Black 4 KTK NH4OAc 1 N pH 7

5 Tekstur tanah Hydrometer 3.3.2.1. Data fisik sekunder

(40)

36 3.3.2.3. Data Ekonomi Primer

Data ekonomi yang dikumpulkan sebagai data primer meliputi : biaya produksi (benih, pupuk, pestisida), peralatan, tenaga kerja (pengolahan tanah,

penanaman,pemupukan, pengendalian gulma), dan pendapatan yang diperoleh petani di desa Pesawaran Indah. Data sosial ekonomi primer dikumpulkan dengan mewawancara kepada 10 petani kopi kelompok tani Bina Karya di Desa Pesawaran Indah.

3.3.2.4. Data Ekonomi Sekunder

Data ekonomi sekunder yang dikumpulkan yaitu data luas panen dan produksi tanaman kopi robusta Propinsi Lampung dan Kecamatan Padang Cermin yang diambil untuk 15 tahun (sesuai umur tanaman sampai dengan saat ini).

3.3.3. Analisis Data

3.3.3.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan potensi fisik lingkungan dengan persyaratan tumbuh tanaman kopi robusta berdasarkan kriteria Djaenudin dkk. (2003).

3.3.3.2. Analisis Kelayakan Finansial

Untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial usaha tani kopi Robusta dilakukan analisis sebagai berikut :

a). Net Present Value (NPV)

(41)

37

Bila NPV > 0, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila NPV = 0, usaha dalam keadaan break even point

b). Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Bila Net B/C > 1, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila Net B/C = 1, usaha dalam keadaan break even point.

c). Internal rate of return (IRR)

Digunakan untuk menunjukkan atau mencari suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh investasi usaha.

(42)

38 IRR = i1 + NPV1 (i2 - i1)

NPV1 - NPV2

Keterangan :

i1 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1

i2 = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV yang bernilai posotif

NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Kriteria investasi :

Bila IRR > tingkat suku bunga, maka usaha layak untuk dilanjutkan Bila IRR < tingkat suku bunga, usaha tidak layak untuk dilanjutkan Bila IRR = tingkat suku bunga, usaha dalam keadaan break even point. d). Break Event Point (BEP)

Break Event Point (BEP) adalah titik pulang pokok Revenue (total pendapatan) = total cost (biaya total). Dilihat dari jangka waktu

pelaksanaansebuah proyek terjadinya titik pulang pokok atau TR = TC tergantung lama arus penerimaan sebuag proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Rumus matematis yang digunakan untuk menghitung BEP yang menunjukkan waktu pengambilan total cost adalah sebagai berikut :

(43)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di lapangan dan pengolahan data primer, maka dapat disimpulkan :

1. Lahan pertanaman kopi Robusta (C. canephora) di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran berdasarkan kriteria biofisik menurut Djaenuddin dkk (2003), termasuk dalam kelas kesesuaian lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas suhu (S2 tc).

2. Berdasarkan hasil analisis finansial usaha perkebunan tanaman kopi Robusta di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, sampai dengan umur 25 tahun layak untuk dikembangkan dengan NPV Rp 240.966.516,50, Net B/Cratio 1,89, IRR 31%. BEP 10 Tahun 10 bulan 21 hari

5.2. Saran.

(44)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA KELOMPOK TAN BINA KARYA

DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

(Skripsi)

Oleh

SEBILIA ZENDA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(45)

DAFTAR GAMBAR

(46)
(47)

3.3.2.1. Data fisik primer ... 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... ... 61

PUSTAKA ACUAN ... 62

(48)

PUSTAKA ACUAN

AAK, 1988. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta.

Biro Pusat Statistik. 2008. Monografi Desa. Biro Pusat Statistik. Gedong Tataan. Biro Pusat Statistik. 2010. Lampung Dalam Angka. Biro Pusat Statistik. Bandar

Lampung.

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. 290 hlm. Dent, D. and Young, A. 1981. Soil Survey and Evaluation. George Allen and

Unwim. London. 279 pp.

Djaenudin, D. 1993. Lahan marginal, tantangan, dan pemanfaatannya. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XII (4): 79−86.

Djaenuddin, D., H Marwan, H Subagyo, A Mulyani, dan N Suharta, 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Departemen Pertanian. 264 hlm.

Djaenudin, D., H. Marwan, A. Hidayat, dan H. Subagyo. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Bogor.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bull. No. 32. FAO, Rome, Italy. 72 hlm.

Hardjowigeno, S.1994. kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Pertanian Daerah Rekreasi dan Bangunan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. 249 hlm. Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Litbang Deptan.

http://www.litbang.deptan.go.id

Mahi, A. K. 2001. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Diktat Kuliah

. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 230 hlm

(49)

dipublikasikan). Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 240 hlm.

Najiyati, S., dan Danarti. 1999. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen . Penebar Swadaya. Jakarta.

Nyakpa, M. Y, A. M. Lubis, M. A. Pulung, A. G. Amrah, A. Munawar, G. B. Hong, dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. 258 hlm.

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, dan S.J. Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perekebunan. Bogor. 70 hlm.

Puslitkoka. 2006. Pedoman Teknis Tanaman Kopi. Jember. 96 hlm.

Yahmadi, Mudrig, 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya dan Pengolahan Kopi di Indonesia. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Jawa Timur. 339 p.

Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi. Yogyakarta Sitorus, S. R. P.1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Jurusan Tanah,

Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 185 hlm

Siswoputranto, P. S. 1992. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.

(50)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. ………

Sekretaris :Dr. Ir. Rusdi Evizal, M.S. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S. ………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001

(51)

canephora) PADA LAHAN KELOMPOK TANI BINA KARYA DESA PESAWARAN INDAH

KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

Nama Mahasiswa : Sebilia Zenda No. Pokok Mahasiswa : 0714031050 Jurusan : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. Dr. Ir. Rusdi Evizal,M.S. NIP 194711271976031001 NIP 196108261986031001

2. Ketua Jurusan Agroteknologi

(52)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea canephora) PADA KELOMPOK TAN BINA KARYA

DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

(Skripsi)

Oleh

SEBILIA ZENDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(53)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, 18 September 1989. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan serasi Bapak H. Zainal Abidin dan Ibu Hj. Farida Paksi S,Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan TK Aysiah yang diselesaikan pada tahun 1995, sekolah dasar di SDN 04 Tanjung Aman Kotabumi pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMPN 7 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara, sedangkan pendidikan menengah atas (SMA) diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Negeri 3 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara.

(54)

Kupersembahkan Karya Ini Sebagai Tanda Bakti, Cinta,

dan Kasih Sayangku

Kepada

Almamaterku Tercinta,

Bapak dan ebuk q tercinta,

Atas segala ketulusan dan kesempurnaan cinta, kasih sayang, dan doa yang senantiasa

menyertai hari dan langkahku,

(55)

SANWACANA

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, atas segala nikmat dan ujian yang penuh dengan pelajaran sangat berharga selama penulis menyelesaikan penelitian dan

penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi kesesuaian lahan kualitatif dan

kuantitatif kopi Rrobusta (Coffea canephora). Pada lahan Kelompok Tani Bina Karya Desa pesawaran indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran” Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini , penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ali Kabul Mahi, M.S. selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr.Ir. Rusdi Evizal, M. S. sebagai Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan, serta saran dalam penyelesaian skripsi ini.. 3. Dr. Ir. Tamaluddin Syam,M.S., selaku Pembahas yang telah memberikan

masukan, kritik dan saran guna penyempurnaan skripsi ini.

4. Ir. Sarno, M.S. selaku dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran, serta pesan-pesan berharganya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.

(56)

selaku Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Seluruh dosen, Staf, karyawan, dan civitas akademika Program Studi Agroekoteknologi Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Kedua orang tuaku yang sangat ku sayang (H. Zainal abidin dan Hj. Farida Paksi S.pd), yang selalu memberikan doa disetiap sujudnya, semangat, kasih sayang, serta dorongan moril maupun materilnya yang tak pernah usai dan lelah untuk sebuah masa depan dan cita-cita.

8. Ayuk ku Selintia Zenda S.P serta adikku Sendivia Zenda dan Serginia Zenda yang telah memberikan perhatian semangat dan senyuman kepada Penulis. 9. Teman-teman seperjuangan: Ria Cardilla S.P., Nia Indah Woro S.P., Diyantri

Agustina, Ida Riskayanti, Yulis Tianawati S.P., serta angkatan 2007 yang telah memberikan arti persaudaraan yang tulus serta semangat.

10.Buat Deny Pradana S.T terima kasih atas segala motivasi kecerian canda tawa nasehat serta dorongan moril yang telah diberikan dengan ikhlas. 11.Kakak tingkat 2006, 2005, serta adik dikosan Faqiyah Desi, Santi,

Azvareza,Eka, Isna, Iki, serta Kelompok tani Bina Karya Pesawara.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga hasil penelitian bermanfaat Amin .

Bandar Lampung, 31 Januari 2013 Penulis,

Gambar

Tabel 1. Dosis pemupukan tanaman kopi/pohon/Tahun
Tabel 2. Metode analisis tanah di laboratorium

Referensi

Dokumen terkait

Media buklet materi jamur keragaman jenis jamur makroskopis di Hutan Lindung Gunung Juring, dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai media pendukung, untuk

Spora berwarna krem hingga kekuningan, atau kemerahmudaan, berbentuk ellip, permukaan licin , berukuran 6–8 x 3–3,5 mikron.Habitat: pada hutan cemara atau kayu lapuk, hidup

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis-jenis jamur makro yang ada di HLGL yang tumbuh di tanah, pohon hidup dan kayu mati, dengan karakteristik tubuh

Hal ini dikarenakan kehamilan merupakan proses yang lama (40 minggu), dimana mulai trimester kedua ibu hamil sudah mengkonsumsi tablet besi. Proses self management

Andika Firmansyah NPM : 13110033.. Untuk mengurangi risiko kerusakan pada bagunan gedung bertingkat terutama akibat adanya gempa maka diperlukan perencanaan gedung

Sistem absensi di Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI) masih dilakukan secara manual menggunakan kertas daftar absensi, masing-masing mahasiswa yang

salah satu karya seni yang cukup digemari oleh masyarakat di sanggar ini adalah tari Marhaban, tarian ini di kreasikan dari Tari Rampak Bedug, Rudat dan pencak

Tanaman pengarah, penahan dan pemecah angin Tanaman pengarah, penahan dan pemecah angin adalah jenis tanaman yang berfungsi sebagai pengarah, adalah jenis tanaman