ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KELAS VIII SMP
NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh Izniarti
Masalah penelitian adalah komunikasi interpersonal siswa yang kurang baik. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan komunikasi interpersonal pada siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII SMPNegeri 8 Bandar Lampung?”. Tujuan penelitianuntuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan komunikasi interpersonal siswa pada siswa laki-laki dan perempuan.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan korelasional. Sampel penelitian ini sebanyak 36 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung. Teknik sampling yang digunakan adalah simplerandom sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan komunikasi interpersonal pada siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan two way anova diperoleh indeks korelasi hubungan antara kecerdasan emosi dengan komunikasi interpersonal pada siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung yaitu p=0,002dengan taraf signifikan 0,05. Karena nilai p<0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Tingkat kecerdasan emosi pada siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan, kecerdasan emosi laki-laki 89% dan kecerdasan emosi perempuan 78%. Tingkat komunikasi interpersonal siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan komunikasi interpersonal siswa perempuan, komunikasi interpersonal laki-laki 56% dan komunikasi interpersonal perempuan 50%.
Kesimpulan penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan komunikasi interpersonal pada siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Menurut Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2005) kecerdasan emosional awalnya digunakan untuk menjelaskan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan, seperti: empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.
Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah “kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan untuk memandu pikiran dan tindakan”.
Kecerdasan emosi menurut Goleman (2005) adalah: “bagaimana kita berperilaku dalam berhubungan dengan orang lain, berinteraksi, mengendalikan emosi, memotivasi diri, mengenali emosi diri sendiri dan orang lain”.
sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain”.
Cooper dan Sawaf (dalam Goleman, 2005) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi adalah:“kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi dan pengaruh manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut pemilikan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menerapkan energi emosi tersebut dengan efektif dalam kehidupan sehari- hari”.
Berdasarkan definisi tentang kecerdasan emosi dari para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan; maksudnya adalah merasakan emosi yang kita alami dan juga merasakan emosi atau perasaan yang orang lain rasakan, kemampuan dalam mengelola dan mengendalikan emosi agar dapat bertahan dalam menghadapi masalah yang dihadapi. Kecerdasan emosi juga membantu seseorang dalam berhubungan dengan orang lain agar dalam kehidupan bermasyarakat mampu menjaga dan memahami perasaan satu sama lainnya, kecerdasan emosi mampu memotivasi diri sehingga ketika kita mengalami suatu kesulitan dengan memiliki kecerdasan emosi yang baik kita dapat memotivasi diri sendiri, mengatur nurani dan empati seseorang.
2. Dimensi Kecerdasan Emosi
dimensi kecerdasan. Lima dimensi kecerdasan emosi tersebut bersifat mandiri yaitu masing-masing menyumbangkan secara unik pada penampilan dirinya saling tergantung sama lain berarti artinya membentuk dana yang bertingkat sebagai contoh kesadaran diri penting sekali bagi pengaturan diri dan empati. Pengaturan diri dan kesadaran diri ikut membangun motivasi, dan keempat kecakapan pertama membangun kecerdasan emosi.
Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai lima kecerdasan emosi tersebut (Goleman 2005):
1) kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis akan kemampuan diri dan kecakapan diri yang kuat. Kesadaran diri ini meliputi kecakapan:
a. kesadaran emosi, orang dengan kecakapan ini akan mengetahui emosi yang ada dirasakannya misalnya sedih, senang, kecewa, cemas, dan lain-lain, menyadari keterkaitan antara perasaan dan pikiran, perbuatan dan ucapan, mengetahui perasaan yang mempengaruhi produktifitas, mempunyai kesadaran yang menjadi pedoman untuk nilai-nilai dan sasaran.
c. percaya diri, orang dengan kecakapan ini akan berani tampil dengan keyakinan diri dan berani menyatakan “keberadaannya” berani demi kebenaran, tegas dan mampu membuat keputusan yang baik meskipun dalam keadaan yang tidak pasti dan tertekan.
2) pengaturan diri, yaitu menangani emosi dengan baik sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, serta terhadap kata hati, dan selalu menganggap kenikmatan pada hal setiap kali suatu sasaran, mempopulerkan kembali dari tekanan emosi, terlihat pemikiran diri, serta yakin bisa sangat berkuasa atas pikiran, tekanan dan kata hati. Pengaturan diri ini meliputi kecakapan emosi:
a. pengendalian diri, yaitu menjaga agar emosi dan infeks yang merusak dapat kembali. Orang dengan kecakapan ini akan mengelola dengan baik perasaan-perasaan interestik dan emosi yang menyulitkan mereka, tetap teguh, tetap positif dan tidak lemah bahkan dalam situasi yang paling berat. Berfikir dengan jernih dan tetap terfokus meskipun dalam tekanan.
c. sifat bersungguh-sungguh, orang yang mempunyai kecakapan ini akan, memenuhi komitmen dan mematuhi janji, bertanggung jawab sendiri memperjuangkan tujuan mereka, berorganisasi dan cermat dalam berfikir.
d. inovasi, yaitu terbuka terhadap gagasan dan pendekatan-pendekatan baru. Orang dengan kecakapan ini akan selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber, mendahulukan solusi yang orisinil dalam pemecahan masalah, menciptakan ide baru, selalu mengubah wawasan dan menerima resiko akibat pemikiran barunya itu.
e. adaptabilitas, yaitu bebas dalam menghadapi perubahan. Orang dengan kecakapan ini akan terampil dalam menangani beragam kebutuhan menangani berdasarkan prioritas dan perubahan, siap menghadap tanggapan dan aktif untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan bebas dalam memandang sesuatu.
3) motivasi, yaitu menggunakan keinginan yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut menuju kesuatu hal, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta berupaya bertahan dalam menghadapi kegagalan yang dihadapi. Motivasi ini terdiri dari kecakapan emosi:
ketidakpastian dan mencari cara yang lebih baik, unjuk kerja untuk meningkatkan kinerjanya.
b. komitmen, yaitu menunjukkan keteguhan hati dalam melaksanakan sesuatu hal. Orang dengan kecakapan ini akan siapa berkorban demi pemenuhan sasaran yang ditentukan, merasakan dorongan semangat dalam misi yang lebih besar, menggunakan nilai-nilai kelompok dalam pengambilan keputusan, aktif mencari peluang guna memenuhi misinya.
c. inisiatif, yaitu menunjukkan proaktifitas dan ketekunan. Orang dengan kecakapan ini akan siap memanfaatkan peluang, mengejar sasaran lebih dari yang dipercayakan atau yang diharapkan. Berani melanggar batas aturan yang ia tunjuk bila perlu agar segera dapat diselesaikan, mengajak orang lain melakukan sesuatu yang tidak lazim bernuansa petualangan.
d. optimisme, orang dengan kecakapan ini akan tekun bila mengejar sasaran yang dikehendaki banyak kalangan dan kegagalan, memandang kegagalan atas kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan dari pada sebagai kekurangan pribadi.
4) empati, yaitu merasakan apa yang orang lain rasakan, menumbuhkan hubungan rasa saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Empati ini meliputi kecakapan emosi yang terdiri dari:
mendengarkannya dengan baik orang, menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang lain, membantu berdasarkan pemahaman terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain.
b. mengembangkan orang lain, yaitu menelaah kebutuhan orang lain untuk berkembang meningkatkan kemampuan mereka. Orang dengan kecakapan ini akan mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan perkembangan orang lain, menanyakan umpan balik yang bermanfaat dan mengidentifikasikan kebutuhan orang lain untuk berkembang.
c. orientasi pelayanan yaitu mengantisipasi, mengakui dan menerima kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Orang dengan kecakapan ini akan memahami kebutuhan-kebutuhan orang lain dan menyesuaikan semua itu dengan pelayanan dan program yang tersedia, dengan senang hati menawarkan bantuan yang sesuai perspektif orang lain, bertindak sebagai penasehat yang dapat dipercaya.
d. mendayagunakan keragaman yaitu mengemukakan kesempatan melalui keseragaman sumber daya manusia. Orang dengan kecakapan ini akan hangat dan mau bergaul dengan orang dari bermacam-macam latar belakang, memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan antar kelompok, memandang keragaman sebagai orang yang berani menantang sikap yang membeda-bedakan kebutuhan orang.
memahami kekuatan-kekuatan yang membentuk pandangan dan keinginan orang lain.
5) keterampilan sosial yaitu memahami emosi dengan baik ketika berhubungan dengan teman anggota situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin. Bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerjasama dan bekerja dalam tim.
Lima dimensi kecerdasan emosi itu lebih dikenal dengan ciri-ciri kecerdasan emosi, jadi orang yang memiliki kecerdasan emosi yang baik juga memiliki lima dimensi kecerdasan emosi tersebut. Dengan memiliki kesadaran diri yang baik, pengaturan diri dalam menangani emosi, memiliki motivasi dalam menggerakkan keinginan yang paling untuk menuju kesuatu hal, memiliki empati dalam merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dan menumbuhkan hubungan rasa saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang, serta memiliki keterampilan sosial dalam memahami dengan baik ketika berhubungan dengan teman anggota situasi dan jaringan sosial. Dengan memiliki hal-hal diatas maka seseorang tersebut memiliki kecerdasan emosional yang baik.
3. Fungsi Emosi Dalam Kehidupan Manusia
Fungsi emosi dalam kehidupan manusia menurut Coleman dan Hammen (dalam Hude, 2006):
bereaksi, dan bertindak. Dengan emosi, manusia membangkitkan dan memobilisasi energi yang dimilikinya: marah menggerakkan untuk menyerang, takut menggerakkan untuk lari, cinta mendorong manusia untuk mendekat dan bermesraan, dan seterusnya.
b. emosi berfungsi sebagai pembawa informasi (messenger). Keadaan diri sendiri dapat diketahui melalui emosi yang dialami. Misalnya, marah berarti sedang dihambat atau diserang orang lain, sedih menandakan hilangnya sesuatu yang disenangi atau dikasihi, bahagia berarti memperoleh sesuatu yang disenangi atau berhasil menghindari hal yang tak disukai.
c. emosi berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal dan interpersonal sekaligus. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa emosi dapat dipahami secara universal. Dalam retorika, misalnya diketahui bahwa pembicaraan yang menyertakan seluruh emosinya dalam berpidato dipandang lebih hidup, lebih dinamis, dan bahkan dianggap lebih meyakinkan.
d. emosi berfungsi sebagai informasi tentang keberhasilan yang telah dicapai. Ketika kita mendambakan kesehatan yang prima, kondisi badan yang sehat menandakan bahwa apa yang kita dambakan berhasil. Kita mencari keindahan dan mengetahui telah memperolehnya ketika kita merasakan kenikmatan estetis dalam diri kita.
bisa sebagai pembangkit energi ketika lelah, sebagai informasi, sebagai komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal yang dapat kita gunakan saat berhubungan dengan orang lain, dan juga sebagai informasi tentang keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.
4. Bentuk Perubahan Fisiologis Yang Diakibatkan Oleh Emosi
Beberapa bentuk perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh emosi menurut Sarlito (dalam Hude, 2006):
b. reaksi wajah. Dengan melihat wajah, seseorang bisa diterka sedang diliputi emosi marah, sedih, gembira, serius, malu, atau lainnya. Wajah adalah ekspresi fisiologis yang paling mudah dikenali.
c. reaksi pernapasan dan produksi hormon tertentu. Mungkin kita pernah menjumpai orang yang tersengal-sengal karena kaget secara tiba-tiba. Atau sulit mengatur pernapasannya karena sedang marah atau takut. Orang tua biasa memberi minum kepada anaknya yang tengah diliputi perasaan takut sebagai bentuk relaksasi agar napasnya teratur kembali secara normal. Dalam kondisi-kondisi yang tidak stabil, produksi hormon menjadi tidak stabil. Kelenjar ludah mungkin berhenti berproduksi saat orang mengalami emosi takut yang kuat, tetapi melimpah ketika merasa jijik. Sesak napas adalah salah satu bentuk perubahan fisiologis yang bisa terjadi pada orang yang dicekam emosi berat.
d. reaksi kulit dan bulu roma. Istilah ‘merinding’ dalam bahasa sehari-hari menunjukkan adanya perubahan fisiologis berupa reaksi elektris pada kulit yang merangsang bulu-bulu untuk tegang ketika terjadi emosi. Reaksi ini dikenal dengan istilah GSR (galvanic skin response), yaitu adanya getaran pada kulit yang merangsang buluroma (yaitu bulu halus di permukaan kulit) berdiri. Biasanya hal ini terjadi pada emosi takut dan heran, meskipun tidak spesifik sekali.
khalayak; dan kejang-kejang perut pada saat menjalani fit and proper test, semua kenyataan itu terjadi akibat reaksi otot dan kinesis.
Beberapa bentuk perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh emosi menurut Goleman (2005):
a. bila darah amarah mengalir ke tangan, mudahlah tangan menyambar senjata atau menghantam lawan dan detak jantung meningkat.
b. bila darah ketakutan mengalir ke otot-otot rangka besar, seperti di kaki, kaki menjadi lebih mudah diajak mengambil langkah seribu dan wajah menjadi pucat.
c. naiknya alis mata sewaktu terkejut memungkinkan diterimanya bidang penglihatan yang lebih lebar dan juga cahaya yang masuk ke retina. Reaksi ini membuka kemungkinan lebih banyak informasi tentang peristiwa tak terduga, sehingga memudahkan memahami apa yang sebenarnya terjadi dan menyusun rencana rancangan tindakan yang terbaik.
d. perasaan cinta atau kasih sayang menimbulkan reaksi diseluruh tubuh yang membangkitkan keadaan menenangkan dan puas, sehingga mempermudah kerja sama.
f. ungkapan rasa jijik ketika mencium bau yang menyengat yaitu bibir atas mengerut ke samping sewaktu hidung sedikit berkerut atau bahkan menutup hidung dan meludah.
g. ungkapan perasaan sedih, kesedihan menurunkan energi dan semangat hidup dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan dan kesedihan dapat memperlambat metabolisme tubuh.
Setiap peristiwa emosi selalu diiringi oleh perubahan fisiologis didalam tubuh seseorang. Hal ini disebabkan oleh adanya naluri-naluri biologis sehubungan dengan adanya rangsangan dari satu objek yang memicu munculnya emosi. Berbagai perubahan fisiologis dapat terjadi pada saat emosi memuncak. Emosi seseorang bisa dikenali dari ekspresi yang ditampilkan seketika itu, baik dari perubahan wajah, nada suara, atau tingkah lakunya. Ekspresi emosi tersebut muncul secara spontan dan seringkali sulit dikontrol atau ditutup-tutupi. Banyak orang secara spontan berteriak histeris lantaran terkejut, sementara yang lain memegang dada, atau tampak lemas dengan raut muka pucat pasi.
5. Emosi Pada Laki-Laki Dan Perempuan
Gender adalah dimensi sosial-budaya seseorang sebagai laki-laki ataupun
perempuan. Peran gender adalah suatu set harapan yang menetapkan bagaimana perempuan dan laki-laki harus berfikir, bertindak, dan berperasaan. Selama masa remaja awal, individu-individu mengembangkan aspek fisik yang dewasa dari jenis kelamin mereka. Menurut Santrock (2003)menyatakan bahwa perbedaan psikologis dan
remaja awal dikarenakan terjadi peningkatan tekanan-tekanan dari lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri pada peran gendermaskulin dan feminim yang tradisional. Dibawah ini akan dijelaskan perbedaan emosi laki-laki dan perempuan menurut beberapa ahli:
a. menurut Brown (dalam Santrock, 2003) perbedaan emosi laki-laki dan perempuan lebih sering muncul pada situasi yang menyoroti peran sosial dan suatu hubungan. Contohnya: menurut Saarni (dalam Santrock, 2003) dibandingkan laki-laki, perempuan lebih sering memberikan perhatian terhadap emosi yang terkait pada hubungan interpersonal. Dan perempuan lebih sering mengekspresikan ketakutan dan kesedihan daripada laki-laki, terutama ketika berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarganya.
b. menurut Unger (dalam Umar, 1999) perbedaan emosi antara laki-laki dan perempuan antara lain: laki-laki sangat agresif, independen, tidak emosional, dapat menyembunyikan emosi, lebih objektif, tidak mudah terpengaruh, tidak mudah goyah terhadap krisis, lebih aktif lebih logis, lebih ambisius. Sedangkan perempuan, tidak terlalu agresif, lebih emosional, sulit menyembunyikan emosi, mudah terpengaruh, lebih pasif, kurang rasa percaya diri, kurang ambisi.
c. menurut Travis (dalam Santrock, 2003) perbedaan emosi laki-laki dan perempuan: laki-laki lebih sering menunjukkan kemarahannya terhadap orang asing, terutama laki-laki lain, ketika mereka merasa ditantang, dan laki-laki lebih suka mengubah kemarahannya itu kepada perilaku yang agresif berbeda dengan perempuan.
perasaan dan permasalahannya, sedangkan laki-laki dikarenakan kondisi kemaskulinannya, tidak bisa berbuat seperti yang dilakukan perempuan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan emosi perempuan dan laki-laki lebih sering muncul dalam konteks yang mengangkat permasalahan peran sosial dan hubungan. Dimana seperti yang dikatakan diatas bahwa perempuan lebih sering atau mampu mengungkapkan perasaannya didepan orang lain atau mengatakannya sedangkan laki-laki karena tuntutan kemaskulinannya tidak bisa mengungkapkan emosinya seperti yang dilakukan perempuan.
B. Komunikasi Interpersonal
1) Pengertian Komunikasi Interpersonal
Berikut ini pengertian komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Purwanto (2006)mengatakan komunikasi interpersonal adalah:
“komunikasi yang dilakukan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi, dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang yang terlibat pada suatu kondisi dengan jumlah kecil secara langsung dalam rangka menyampaikan pesan atau gagasan dalam suatu waktu sehingga dapat memantapkan suatu pengertian tentang sesuatu hal antara seseorang dengan orang lain. Didalam komunikasi interpersonal ada informasi yang dibawa sehingga didalam komunikasi tersebut akan ada pengaruh dan umpan balik yang diberi atau diterima oleh si pemberi dan penerima pesan.
2) Pentingnya Komunikasi Interpersonal
Pentingnya komunikasi Interpersonal dalam kehidupan menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) adalah sebagai berikut:
a. komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan sosial seseorang. Dalam perkembangan manusia semakin luasnya pola ketergantungan individu pada individu lainnya yang secara kualitas mempengaruhi perkembangan intelektual dan sosial.
b. identitas individu terbentuk melalui komunikasi dengan orang lain, secara sadar ataupun tidak sadar individu mengamati, mencatat semua tanggapan yang diberikan orang lain terhadap dirinya.
d. kesehatan mental individu sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi interpersonal seseorang guna meraih kebahagiaan hidup.
Komunikasi interpersonal sangat penting dilakukan karena dengan komunikasi membantu perkembangan intelektual dan sosial individu, pembentukan identitas diri, memahami realitas yang ada disekeliling kita, dan yang tidak kalah penting bahwa kesehatan mental kita akan menjadi lebih baik bila komunikasi yang kita lakukan baik. 3) Hal-Hal Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal menurut Rakhmat (2004) dipengaruhi oleh:
a. persepsi interpersonal. Perilaku manusia dalam komunikasi interpersonal sangat tergantung terhadap persepsi interpersonal. Persepsi manusia seringkali tidak cermat, bila kedua belah pihak menanggapi sesuatu tidak cermat, maka terjadilah kegagalan komunikasi (Communication breakdowns), kegagalan komunikasi ini dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal akan menjadi lebih baik bila mengetahui bahwa persepsi bersifat subyektif dan cenderung keliru. Persepsi interpersonal juga akan mempengaruhi komunikasi apabila kita berfikir kalau komunikan orangnya lincah, hangat, dan bersahabat, sehingga komunikasinya menjadi lebih bebas, lebih berani dan lebih terbuka. Begitu juga kalau kita mempersepsikan bahwa komunikan memiliki sifat yang kurang menyenangkan maka komunikasi yang terjadi tidak menyenangkan.
Kesuksesan seseorang tergantung dari kualitas konsep diri seseorang. Apabila konsep diri seseorang baik maka akan lebih mudah dalam berkomunikasi dengan orang lain.
c. atraksi interpersonal. Atraksi interpersonal adalah sesuatu yang menarik yang membuat orang lain menyukai. Barlund (dalam Rakhmat, 2004) ahli komunikasi interpersonal menulis “Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sistem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan akan diterima Ketertarikan ini akan mempengaruhi terjadinya penafsiran pesan dan penilaian kepada orang lain”. Ketika kita menyenangi orang lain maka kita akan melihat segala hal yang berkaitan dengan orang itu secara positif, berbeda ketika terjadi sebaliknya maka kita akan melihat orang itu secara negatif.
Jadi komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh persepsi seseorang terhadap lawan komunikasinya, konsep diri seseorang; apabila konsep diri seseorang baik maka akan lebih mudah dalam berkomunikasi dengan orang lain, dan atraksi interpersonal; hal ini berkaitan dengan ketertarikan komunikan terhadap komunikator. Ketika kita menyenangi orang lain maka kita akan melihat segala hal yang ada dalam diri orang tersebut secara positif.
4) Keterampilan Dasar Dalam Berkomunikasi
tiap individu harus memasangnya menjadi keterampilan yang dapat diaplikasikan serta dikembangkan. Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) ada empat hal yang menjadi keterampilan dasar dalam berkomunikasi adalah sebagai berikut.
a. harus saling memahami, kemampuan ini terdiri dari sub kemampuan yaitu, suka percaya, membuka diri, keinsyafan diri dan penerimaan diri. Agar dapat saling memahami, pertama-tama kita harus saling percaya, setelah saling percaya kita harus saling membuka diri, yakni saling mengungkapakan tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi, termasuk kata-kata yang diucapkan atau perbuatan yang dilakukan oleh lawan komunikasi kita. Untuk dapat membuka diri kita harus memiliki keinsyafan diri, yaitu menyadari perasaan-perasaan kita maupun tanggapan-tanggapan batin lainnya. Namun untuk sampai pada keinsyafan diri diperlukan penerimaan diri, yaitu menerima dan mengakui pikiran dan perasaan sendiri, bukan menyangkal, menekan atau menyembunyikan nya. Selain itu, juga harus mampu mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian ketika sedang membuka diri dan inilah cara yang baik untuk memulai memelihara hubungan yang baik.
b. mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat dan jelas. Secara tepat artinya sesuai dengan apa yang diharapkan, sedangkan jelas artinya pesan yang disampaikan tidak menimbulkan makna ganda. Kemampuan ini harus disertai dengan sikap hormat dan rasa senang menerima lawan komunikasi.
d. mampu memecahkan masalah konflik dan bentuk-bentuk masalah antarpribadi lain yang mungkin muncul dalam komunikasi kita dengan orang lainm melalui cara konstruktif, yaitu dengan cara lebih mendekatkan diri kita dengan lawan komunikasi kita dan menjadikan komunikasi semakin berkembang.
Jadi orang yang memiliki keterampilan interpersonal adalah yang mampu saling memahami, mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara tepat. Saling memberi dan saling menerima dukungan, mampu memecahkan konflik yang terjadi dan mampu memecahkan permasalahan hubungan interpersonal, dengan demikian dapat disimpulakan memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang baik.
5) Komunikasi interpersonal pada laki-laki dan perempuan
C. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Komunikasi Interpersonal
Didalam salah satu fungsi emosi yang dikemukakan oleh Coleman dan Hammen (dalam Hude, 2006) yaitu: emosi berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal sekaligus. Emosi berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal maksudnya adalah komunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi dengan diri sendiri artinya kita sebagai manusia tentu mengetahui apa saja yang kita sukai dan yang kita benci, kita merasakan nyeri saat terluka atau sakit, kita merasa lelah ketika kita bekerja, merasa ngantuk ketika kurang tidur, semua aneka peristiwa yang dialami oleh tubuh kita sehari-hati inilah yang disebut dengan komunikasi intrapersonal. Sedangkan emosi berfungsi sebagai komunikasi interpersonal artinya adalah manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa memerlukan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dalam berinteraksi baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Menurut Salovey (dalam Goleman, 2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah seni membina hubungan yang merupakan keterampilan dalam mengelola emosi. Dalam hal ini seni membina hubungan maksudnya adalah dalam berhubungan, dan berkomunikasi dengan orang lain. Jadi ketika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang baik maka hal itu dapat mempengaruhi kemampuan nya dalam membina hubungan dengan orang lain, dengan kata lain kecerdasan emosional mempengaruhi kemampuannya dalam komunikasi interpersonal.
Goleman (2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosi seseorang menyumbang
emosi, memotivasi diri, empati dan hubungan sosial maka akan mampu melakukan komunikasi dengan orang lain.
Menurut Goleman (2005) salah satu aspek kecerdasan emosi yaitu kecerdasan sosial. Dimana kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk memahami orang lain dalam berkomunikasi, dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia. Jadi dengan kata lain kecerdasan emosional mempengaruhi kecerdasan sosial, dimana kecerdasan sosial sendiri adalah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi interpersonal yang baik dalam berinteraksi.
Menurut Brown (dalam Santrock, 2003) Perbedaan emosi laki-laki dan perempuan lebih sering muncul pada situasi yang menyoroti peran sosial dan suatu hubungan. Menurut Saarni (dalam Santrock, 2003) perempuan lebih sering memberikan perhatian terhadap emosi yang terkait pada hubungan interpersonal dibandingkan laki-laki. Dan perempuan lebih sering mengekspresikan ketakutan dan kesedihan daripada laki-laki, terutama ketika berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarganya. MenurutSantrock
(2003)menyatakan bahwa perbedaan psikologis dan perilaku antara anak laki-laki dan anak perempuan kian meningkat selama masa remaja awal dikarenakan terjadi peningkatan tekanan-tekanan dari lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri pada peran gender maskulin dan feminin yang tradisional.
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian memegang peranan yang sangat penting dalam memperoleh hasil penelitian
seperti yang diharapkan. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang diungkapkan
benar-benar disertai dengan bukti ilmiah yang kuat. Ketepatan pemilihan metode dalam
penelitian merupakan syarat yang sangat penting untuk mendapatkan objektivitas hasil penelitian
yang optimal.
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada siswa kelas VIII, alasan
peneliti memilih kelas VIII karena di kelas ini terdapat banyak siswa yang memiliki masalah
yang sesuai dengan identifikasi masalah peneliti.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan korelasional. “Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mengetahui hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat” (Iskandar, 2008). Penggunaan penelitian
korelasi dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah: “ wilayah generalisasi yang terdiri dari
objek atau subjek yang menjadi kuantitas dari karakteristik tertentu yangditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Dari pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan
individu yang diambil untuk diselidiki sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung
tahun ajaran 2011/2012 dengan jumlah seluruhnya 240 siswa.
2. Sampel
Sugiyono (2010) mengemukakan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki populasi”. Salah satu syarat dalam penarikan sampel adalah bahwa sampel
itu harus bersifat representatif, artinya sampel yang ditetapkan harus mewakili populasi.
Menurut Arikunto (2006) “ Apabila subjek penelitian kurang dari 100, maka lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika
jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, berhubung jumlah populasi dalam penelitian
ini sebanyak 240 orang (lebih dari 100 orang) maka sampel akan diambil 15%.
Berdasarkan pendapat di atas peneliti mengambil sampel sebanyak 36 orang siswa yang
terdiri dari 18 laki-laki dan 18 perempuan dari keseluruhan jumlah populasi.
Adapun teknik samplingnya adalah random sampling dengan menggunakan sampling
acak sederhana(simple random sampling) alasan menggunakan teknik ini adalah karena
pengambilan sampel yang diambil merupakan populasi homogen yang hanya
mengandung satu ciri yaitu siswa kelas VIII yang semuanya memiliki rentang usia
12-18 tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara dari 7 kelas pada kelas VIII
peneliti mengambil 5 orang siswa secara acak pada 6 kelas dan 6 orang siswa pada kelas
terakhir.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Penelitian ini
memiliki variabel bebas (independent variable) yaitu kecerdasan emosi (X), dan variabel
terikat (dependent variable) yaitu komunikasi interpersonal (Y).
2. Definisi Operasional
Goleman (2005) kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi dirinya dan
orang lain; baik itu perasaan bahagia, sedih, marah, senang, takut, dan sebagainya,
mengelola emosi; baik itu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan
pas, kemampuan untuk menghibur dirisendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan,
atau ketersinggungan, mengendalikan dorongan hati memotivasi diri sendiri, dan
memahami orang lain secara bijaksana dalam hubungan antar manusia.
b. Komunikasi Interpersonal
Menurut Surya (2003) komunikasi interpersonal merupakan proses pemberian dan
penerimaan pesan antara dua orang melalui saluran tertentu dengan melibatkan
beberapa pengaruh dan umpan balik.Seperti bertanya dikelas, berdiskusi dengan teman
kelas, menyapa orang lain saat bertemu dijalan, dan sebagainya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh
data yang diperlukan. Menurut Ridwan (2005) “teknik pengumpulan data adalah teknik atau
cara-cara yang dapat digunakan oleh penelitian untuk mengumpulkan data”.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Skala adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya.
Perhitungan kelayakan instrument tersebut berdasarkan atas analisis jawaban instrument
uji coba.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan emosi dan skala
komunikasi interpersonal. Alternatif jawabannya adalah: sangat tidak sesuai, tidak sesuai,
sesuai, sangat sesuai. Kemudian diberikan skor 1, 2, 3, 4 dan 5. Siswa diminta untuk
menjawab dengan memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri sendiri.
Kemudian hasil akhir akan diinterpretasikan menurut nilai yang didapat. Untuk
menghindari keraguan responden peneliti tidak memakai alternatif jawaban tidak pasti
(TP). Untuk lebih jelas lihat tabel dibawah ini:
Tabel 1. Alternatif Jawaban Skala
Pernyataan Positif Negatif
Sangat sesuai (SS) 5 1
Sesuai (S) 4 2
Kurang Sesuai (KS) 3 3
Tidak sesuai (TS) 2 4
Sangat tidak sesuai (STS) 1 5
Kisi-kisi skala kecerdasan emosionalyang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan kisi-kisi skala yang sudah valid dan reliabel dari peneliti lain yaitu Asmaningtyas (2011).
Tabel 2. Kisi-kisi skala kecerdasan emosional
No item Variabel Indikator Deskriptor
a. Mengenali dan
emosi dengan tepat 37,62 6,18,60,78
a.Optimis 19,67,
77 7,36, 57 b.Dorongan berprestasi 8, 76 20,35 3.Memotivasi
Kisi-kisi skala komunikasi interpersonal yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teori Surya (2003):
Tabel 3. Kisi–Kisi Skala Komunikasi Interpersonal
No Item Variabel Indikator Deskriptor
1. saling memahami,
Dalam penelitian hendaknya peneliti melakukan pengujian terhadap instrumen yang akan
digunakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui valid dan reliabel atau tidaknya instrumen
yang akan digunakan. Instrumen yang akan diuji dalam penelitian ini adalah skala
komunikasi interpersonal. Sebelum penyebaran angket dilakukan terlebih dahulu
diadakan uji coba skala yang bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
item-item penelitian.
a. Validitas Instrumen
Validitas sering diartikan dengan kesahihan. Suatu alat tes disebut memiliki validitas bila
alat tes tersebut layak mengukur objek yang seharusnya dites. Instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
Sugiyono (2011). Pengujian validitas butir instrumen pada penelitian ini dengan
menggunakan rumus korelasi Pearson product moment yaitu:
Y : jumlah skor total (seluruh item soal) per responde
Adapun kriteria acuan untuk validitas menggunakan kriteria nilai acuan dari Ridwan
(2005) yaitu sebagai berikut:
Pada uji validitas skala komunikasi interpersonal yang telah dilakukan, item soal untuk
variabel komunikasi interpersonal yang berjumlah 40 butir semua item soal yang diujikan
terdapat beberapa soal yang tidak valid. Item pernyataan ini tidak valid karena rhitung
lebih kecil dari pada rtabel yaitupada item nomor 2 (0,194<0,361), 3 (0,296<0,361), 5
(0,284<0,361), 40 (0,1< 0,361). Validitas terendah 0,1 dan validitas tertinggi nya 0,994.
Proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 65.
Pada skala kecerdasan emosi peneliti tidak melakukan uji validitas instrumen karena
tersebut adalah Asmaningtyas (2011), uji validitasnya dilakukan pada siswa kelas X
SMAN Muhammadiyah 2 Bandar Lampung dengan 30 responden. Hasil perhitungannya
adalah dari 85 item yang diujikan diperoleh 5 item yang tidak valid yaitu pada item 32
(0,004<0,361), 52 (0,029<0,361), 58 (0,246<0,361), 71 (0,176<0,361), dan 79
(0,139<0,361).
b. Reliabilitas tes
Alat ukur dikatakan reliabilitas apabila hasil pengukurannya tidak berbeda walaupun
dalam situasi yang bebeda pula. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. Jika objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan
besok tetap berwarna merah (Sugiyono, 2011).
Pengujian reliabilitas pada skala ini menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach
yaitu:
r
11 =dengan :
r11 : nilai reliabilitas
: Jumlah varians skor tiap-tiap item St : Varians total
K : Jumlah item
Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode alpha sebagai berikut :
1) Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:
Si = -
N
: Jumlah kuadrat item Xi
( )2: Jumlah item Xi dikuadratkan N : Jumlah responden
2) Kemudian menjumlahkan varians semua item dengan rumus:
= S1 + S2 + S3...Sn
Dimana : : Jumlah varians semua item
S1 + S2 + S3...Sn : Varians item ke 1,2,3...n
3) Menghitung varians total dengan rumus:
St = –
N
Dimana : St : Varians total
: Jumlah kuatrat X total
: Jumlah X total di kuadratkan
N : Jumlah responden
r11 =
Hasil r11 dikonsultasikan dengan nilai tabel rProduct momentdengan dk = N-1, signifikansi 5%. Keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel. Kaidah keputusan menurut Ridwan (2005), yaitu:
Jika r11 rtabel berarti reliabel, sebaliknya Jika r11 rtabel berarti tidak reliabel
Pada uji reliabilitas skala komunikasi interpersonal didapat rhitung=0,891 (r hitung >
0,8)maka dapat dikatakan hasil reliabilitasnya berkontribusi tinggi. Proses perhitungan
dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 69.
Pada skala kecerdasan emosi peneliti tidak melakukan uji reliabilitas instrumen karena
peneliti menggunakan skala kecerdasan emosi peneliti lain yang telah reliabel.Peneliti
lain tersebut adalah Asmaningtyas (2011), uji reliabilitasnya dilakukan pada siswa kelas
X SMAN Muhammadiyah 2 Bandar Lampung dengan 30 responden. Hasil reliabilitasnya
berkontribusi tinggi yakni rhitung0,973 > rtabel 0,361.
G. Teknik Pengolahan Data
Menurut Arikunto (2005), analisis varians merupakan sebuah teknik inferensial yang
digunakan untuk menguji perbedaan rerata nilai. Didalam teknik anava harga-harga yang
ada didalam rumus anava, yaitu:
Digunakan sebagai judul kolom tabel persiapan anava. Sumber variasi misalnya
perbedaan yang terjadi diantara kelompok, didalam kelompok, dan interaksi antara dua
faktor atau lebih.
2. Jumlah kuadrat
Jumlah kuadrat adalah penjumlahan dari tiap-tian deviasi nilai dari reratanya. Adapun
rumus jumlah kuadrat adalah:
Jk = ∑X2 –
3. Mean kuadrat
Digunakan untuk mengetahui nilai F, adapun rumusnya yaitu:
F =
Berdasarkan hasil analisisvarians dua jalan (two ways anova) diperoleh hasil
perhitunganyaitu (1) kecerdasan emosi memberikan pengaruh terhadap komunikasi
interpersonal siswa dengan nilai signifikansi nya adalah p=0,000 (p<0,05) (2) pada
siswa-siswa laki-laki dan siswi-siswi perempuan mempunyai komunikasi interpersonal yang
berbeda dengan kata lain terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap komunikasi interpersonal
dengan nilai signifikansi p=0,009 (p< 0,05) (3) ada hubungan antara kecerdasan emosi dan
jenis kelamin terhadap komunikasi interpersonal nilai signifikan p=0,002 (p<0,05). Ini berarti
siswa dengan komunikasi interpersonal. Proses perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa hubungan yang sangat tinggi antara kecerdasan emosi terhadap
komunikasi interpersonal baik itu secara menyeluruh ataupun bila dibandingkan berdasarkan
perbedaan jeniskelamin. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisisvarians dua jalan (two ways
anova), yaitu (1) kecerdasanemosionalmemberikanpengaruhterhadapkomunikasi
interpersonal siswadengannilaisignifikansip=0,000 (p<0,05) (2)
padasiswa-siswalaki-lakidansiswi-siswiperempuanmempunyaikomunikasi interpersonal yang berbedadengan kata
lain terdapatpengaruhjeniskelaminterhadapkomunikasi interpersonal
dengannilaisignifikansip=0,009 (p< 0,05) (3)
adahubunganantarakecerdasanemosidanjeniskelaminterhadapkomunikasi interpersonal
nilaisignifikan p=0,002 (p< 0,05).Ini berarti Ha dari penelitian ini diterima yaitu ada
hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi terhadap komunikasi
interpersonalpadasiswalaki-lakidanperempuan.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar
1) Kepada guru
Kepada guru BK hendaknya lebih dapat membedakan kebutuhan dari siswa laki-laki dan
siswa perempuan, serta memberikan gambaran yang jelas kepada siswa tentang
kecerdasan emosi laki-laki maupun perempuan supaya siswa memiliki kemampuan
hubungan sosial yang baik khususnya komunikasi interpersonal mereka, sehingga dapat
bermanfaat untuk berhubungan dengan teman, guru, saat belajar, dan di lingkungan
masyarakat.
2) Siswa
Siswa laki-laki dan perempuan hendaknya lebih dapat menghargai perasaan temannya,
menggunakan tutur kata yang baik, dan berusaha meningkatkan kemampuan komunikasi
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGANKOMUNIKASI INTERPERSONALPADA SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN
KELAS VIIISMP NEGERI 8BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh
IZNIARTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
GambarHalaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 10
DAFTAR ISI 4. Bentuk Perubahan Fisiologis Yang Diakibatkan Oleh Emosi... 20 5. Emosi pada laki-laki dan perempuan ... 24 B. Komunikasi Interpersonal ... 26 1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 26 2. Pentingnya Komunikasi Interpersonal ... 27 3. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 28 4. Keterampilan Dasar Dalam Berkomunikasi... 29 5. komunikasi interpersonal pada laki-laki dan perempuan ... 31
C. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan
Komunikasi Interpersonal Pada Laki-Laki Dan Perempuan... 32
2. Definisi Operasional... 38 A. Kecerdasan Emosional ... 38 B. Komunikasi Interpersonal... 38 E. Teknik Pengumpulan Data ... 38 1. Skala ... 39 F. Uji Persyaratan Instrumen ... 41 1. Validitas Instrumen ... 42 2. Reliabilitas Tes... 43 G. Teknik Pengolahan Data... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... ... 48 1. Gambaran Umum Responden ... 48 2. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 48 3. Deskripsi Data ……….. . ... 49 4. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... ... 52 5. Pengujian Hipotesis ... ... 54 B. Pembahasan ... .. ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 60 A. Kesimpulan ... ... 60 B. Saran... ... ... 61
DAFTAR PUSTAKA
Ali, dan Asrori. 2006. Psikologi remaja Perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi Aksara
Asmaningtyas, M. 2011. “Peningkatan Kecerdasan Emosional Melalui Layanan Konseling Kelompok Pada Siswa Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung”. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Bandar Lampung: FKIP Universitas Lampung
Arikunto. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta
.. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rhineka Cipta
Gardner. 2003. Kecerdasan Majemuk. Batam: Interaksara
Goleman. 2005. Emotional Intelligence. Terjemahan T. Hermaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama
. 1995. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama
Hadi. 1986. Metodologi Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM
Hawadi.2004. Program Percepatan Belajar bagi Anak Berbakat Intelektual Ditinjau dari Sisi Psikologis, (Akselerasi, A-Z Informasi Program Percepatan Belajar). Jakarta: Grasindo
Hude, M. 2006. Emosi (Penjelajahan Religio Psikologis Tentang Emosi Manusia Dalam Al-Quran). Jakarta: Erlangga
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Kuantitatif Dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press
Purwanto. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga
Rakhmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Ridwan. 2005. Belajar Mudah Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta
Santrock, J.W. 2003. Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga
Sudjana, 2002. Metoda Statistika. Bandung: Transito
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Suprapto. 2009. Pengantar Teori Dan Managemen Komunikasi. Yogyakarta: Medpress
Supratiknya. 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius
Surbakti. 2009. Kenalilah anak remaja anda. Jakarta: Elex Media Komputindo kelompok
Surya. 2003. Psikologi Konseling. Bandung: CV Pustaka Bani Quraisy
Umar.1999. Argumen Kesetaraan Jender, PespektifAl Qur'an. Jakarta: Paramidana
Trihendradi, 2005. Analisis Data Statistik (SPSS 13 Step By Step). Yogyakarta: Andi Offset
Wardati, dan Jauhar. 2011. Implementasi Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1...Alternatif Jawaban Skala... 39
2...Kisi-Kisi Skala Kecerdasan Emosional... 40
3...Kisi-Kisi Skala Komunikasi Interpersonal... 41
4...Uji Normalitas 53
5. Uji Homogenitas ... 53
6. Hasil Uji Hubungan Kecerdasan Emosi Terhadap Komunikasi
MOTTO
Bukan jatuhku yang penting, tapi bangkitku setiap kali aku jatuh. Move on!
(Mario Teguh)
Ketikakamumerasasulituntukmewujudkanmimpimu,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
1. Latar Belakang
Remaja (adolescense) adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan
masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
Perubahan secara biologis maksudnya adalah perubahan yang mencakup perkembangan
fisik, perubahan secara kognitif maksudnya adalah perubahan yang meliputi pikiran,
inteligensi dan bahasa, kemudian perubahan secara sosio emosional maksudnya adalah
perubahan dalam berhubungan dengan orang lain, dalam emosi, kepribadian dan dalam
kontek sosial (Santrock, 2003).
Masa remaja menurut Mappiare (dalam Ali, 2006) berlangsung antara umur 12 tahun
sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia
remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12 atau 13 tahun sampai dengan 17
atau 18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17 atau 18 tahun sampai dengan 21 atau 22
tahun adalah remaja akhir. Pada usia ini umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah
menengah (SMP atau SMA).
Siswa perlu memahami dan memiliki kecerdasan emosi. Seperti yang dijelaskan oleh
Surbakti (2009) yang mengatakan bahwa kesalahan utama para siswa adalah
ketika mereka terjun ketengah-tengah masyarakat, atau bekerja maka kecerdasan emosi
justru memegang peran utama dan menentukan apakah mereka berhasil atau tidak. Itulah
sebabnya, banyak siswa yang cerdas secara intelektual, namun gagal total ketika bekerja
atau bersosialosasi ditengah-tengah masyarakat. Surbakti juga mengatakan remaja akan
mendapatkan beberapa kendala yang akan dihadapi kelak jika siswa kurang dibekali
dengan kecerdasan emosi, kendala-kendala tersebut antara lain sebagai berikut: sulit
bekerja sama dengan orang lain, sulit berinteraksi dan bersosialisasi, cenderung
egosentris dan egois, mudah stres dan depresi, sulit menerima pendapat orang lain, sulit
membina relasi dengan orang lain, mudah frustasi jika mengalami kegagalan,
kemampuan beradaptasi lemah, fleksibilitas buruk, cenderung kaku, sulit menerima
kekurangan, tidak siap menerima kritik.
Goleman (2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosi seseorang menyumbang
pengaruh besar terhadap komunikasi interpersonal seseorang. Orang yang cerdas emosi akan
mampu mengenali emosi, mengendalikan emosi, memotivasi diri, empati dan hubungan
sosial, dengan adanya kemampuan untuk mengenali emosi, mengendalikan emosi,
memotivasi diri, empati, dan hubungan sosial maka akan mampu melakukan komunikasi
dengan orang lain.
Pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak
dapat terlepas dari individu lain dan selalu hidup bersama dalam berbagai bentuk
komunikasi. Salah satu bentuk komunikasi yang diperlukan dalam proses belajar adalah
komunikasi interpersonal siswa. Sehubungan dengan hal tersebut Gardner (2003)
mengemukakan salah satu kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu kecerdasan
antara lain mempunyai banyak teman, suka bersosialisasi baik di sekolah maupun di
lingkungan sekitar, banyak terlibat dalam kegiatan positif di luar sekolah, dan berprestasi
di sekolah. Komunikasi interpersonal merupakan salah satu kemampuan dalam
kecerdasan interpersonal yang dimiliki individu, dengan komunikasi interpersonal yang
baik diharapkan individu dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Surya (2003) komunikasi interpersonal merupakan proses pemberian dan
penerimaan pesan antara dua orang melalui saluran tertentu dengan melibatkan beberapa
pengaruh dan umpan balik. Dalam hidup keseharian hampir tidak mungkin manusia tidak
berhubungan dengan orang lain. Sudah merupakan hukum alam bahwa manusia adalah
makhluk sosial, artinya manusia harus hidup bersama dengan manusia lainnya. Dalam
skema hidup bersama ini muncul kebutuhan untuk memahami kebutuhan manusia
lainnya, maka timbul lah apa yang disebut dengan komunikasi interpersonal.
Dengan adanya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal sangatlah
perlu dalam proses belajar. Komunikasi interpersonal siswa dalam proses belajar
mengandung arti adanya kegiatan komunikasi antara siswa dengan guru dan komunikasi
antar siswa.
Peneliti memandang penting untuk meneliti hubungan kecerdasan emosi siswa dengan
komunikasi interpersonal pada siswa laki-laki dan perempuan karena peneliti melihat
perilaku kecerdasan emosi dan komunikasi interpersonal dari para siswa laki-laki dan
perempuan yang unik dan berbeda dan seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa
emosisangat mempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonal seseorang. Peneliti
ingin membantu guru bimbingan konseling memperoleh gambaran yang jelas tentang
kecerdasan emosi dan komunikasi interpersonal yang harus dimiliki siswa,agar dapat
digunakan dalam pemberian layanan bimbingan konseling ketika masalah siswa muncul
yang sesuai dengan identifikasi masalah peneliti. Peneliti juga ingin melihat hubungan
antara kecerdasan emosi siswa dan komunikasi interpersonal pada siswa laki-laki dan
perempuan.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan 10 orang siswa pada tanggal 25 Maret 2011
dan orientasi yang telah dilakukan dengan berbincang-bincang dengan teman-teman
mahasiswa yang telah PPL diberbagai sekolah dan sedang PPL di SMP Negeri 8 Bandar
Lampung, ada siswa laki-laki lebih aktif bertanya dikelas, ada siswa perempuan yang
terlalu sering mengejek satu sama lainnya, ada siswa perempuan dan laki-laki yang
berkata-kata kotor dan tidak sopan kepada teman, ada siswa laki-laki yang kurang mampu
memahami perasaan temannya. Peneliti ingin mengetahui apakah kecerdasan emosi pada
siswa berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal mereka. Peneliti ingin mengetahui
keadaan sebenarnya melalui penelitian yang dilakukan ini dan ingin membuktikan apakah
terdapat “hubungan antara kecerdasan emosi siswa dengan komunikasi interpersonal
dilihat dari perbedaan jenis kelamin pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar
Lampung”.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang
dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
a. ada siswa laki-laki lebih aktif bertanya dikelas
b. ada siswa perempuan yang terlalu sering mengejek satu sama lainnya
c. ada siswa perempuan dan laki-laki yang berkata-kata kotor dan tidak sopan kepada
teman
d. ada siswa laki-laki yang kurang mampu memahami perasaan temannya.
3. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan masalah, peneliti memfokuskan penelitian pada “hubungan antara
kecerdasan emosi siswa dengan komunikasi interpersonal pada siswa laki-laki dan
perempuan kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung”.
4. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi siswa dengan komunikasi interpersonal
pada siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII SMPNegeri 8 Bandar Lampung.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan penelitian
a) untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosidengan komunikasi
interpersonal siswa.
b) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kecerdasan emosi dengan
2) Manfaat penelitian
a. manfaat teoritis
penelitian ini bermanfaat untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
menambah khasanah pengetahuan bagi para siswa dalam menjadi individu yang
mandiri.
b. manfaat praktis
membantu guru BK memperoleh gambaran yang jelas tentang kecerdasan emosi
dan komunikasi interpersonal yang harus dimiliki siswa, agar dapat digunakan
dalam pemberian layanan bimbingan konseling kelompok ketika masalah siswa
muncul yang sesuai dengan identifikasi diatas.
C. Kerangka Pemikiran
Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan
orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri, dan dalam membina hubungan dengan orang lain
(Goleman, 2005). Sedangkan Menurut Surya (2003) komunikasi interpersonal merupakan
proses pemberian dan penerimaan pesan antara dua orang melalui saluran tertentu dengan
Didalam salah satu fungsi emosi yang dikemukakan oleh Coleman dan Hammen (dalam
Hude, 2006) yaitu: emosi berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal dan komunikasi
interpersonal sekaligus. Emosi berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal maksudnya
adalah komunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi dengan diri sendiri artinya kita
sebagai manusia tentu mengetahui apa saja yang kita sukai dan yang kita benci, kita
merasakan nyeri saat terluka atau sakit, kita merasa lelah ketika kita bekerja, merasa
ngantuk ketika kurang tidur, semua aneka peristiwa yang dialami oleh tubuh kita
sehari-hati inilah yang disebut dengan komunikasi intrapersonal. Sedangkan emosi berfungsi
sebagai komunikasi interpersonal artinya adalah manusia sebagai makhluk sosial yang
senantiasa memerlukan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, dalam
berinteraksi baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun
kelompok dengan kelompok.
Menurut Salovey (dalam Goleman, 2005) mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah
seni membina hubungan yang merupakan keterampilan dalam mengelola emosi. Dalam
hal ini seni membina hubungan maksudnya adalah dalam berhubungan, dan
berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut Goleman (2005) salah satu aspek kecerdasan emosi yaitu kecerdasan sosial.
Dimana kecerdasan sosial adalah kemampuan untuk memahami orang lain dalam
Menurut Brown (dalam Santrock, 2003) perbedaan emosi laki-laki dan perempuan lebih
sering muncul pada situasi yang menyoroti peran sosial dan suatu hubungan. Contohnya:
menurut Saarni (dalam Santrock, 2003) dibandingkan laki-laki, perempuan lebih sering
memberikan perhatian terhadap emosi yang terkait pada hubungan interpersonal. Dan
perempuan lebih sering mengekspresikan ketakutan dan kesedihan daripada laki-laki,
terutama ketika berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarganya. Menurut
Santrock (2003) menyatakan bahwa perbedaan psikologis dan perilaku antara anak
laki-laki dan anak perempuan kian meningkat selama masa remaja awal dikarenakan terjadi
peningkatan tekanan-tekanan dari lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri pada peran
gender maskulin dan feminim yang tradisional.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan
komunikasi interpersonal, ada perbedaan antara emosi laki-laki dan perempuan dalam
hubungan interpersonal. Seperti yang dijelaskan diatas didalam salah satu fungsi emosi
bahwa emosi mempengaruhi komunikasi intrapersonal dan komunikasi interpersonal.
Untuk lebih jelasnya hubungan tersebut digambarkan pada paradigma sebagai berikut:
Bisa kita lihat dari bagan diatas adalah bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi
komunikasi interpersonal seseorang. Seperti yang telah dijelaskan juga oleh Goleman (2005)
ia mengatakan bahwa kecerdasan emosi seseorang menyumbang pengaruh besar terhadap
komunikasi interpersonal seseorang. Orang yang cerdas emosi akan mampu
mengenali emosi, mengendalikan emosi, memotivasi diri, empati dan hubungan sosial, dengan
adanya kemampuan untuk mengenali emosi, mengendalikan emosi, memotivasi diri,
empati dan hubungan sosial maka akan mampu melakukan komunikasi dengan orang lain.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah
yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori yang
masih harus diuji kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul atau penelitian
ilmiah. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
Ha: “terdapathubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi siswa dengan
komunikasi interpersonal.”
Ho: “tidak terdapathubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi siswa dengan
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini kepada
Papi, orang terhebat dalam hidupku, kau selalu mendidik dan mengajariku untuk terus semangat, bersabar, ikhlas, berani, dan selalu memberikan kesempatan kepada anak-anakmu untuk memilih
yang terbaik tanpa memaksakan kehendakmu.
Mami, kata sederhana untukmu yaitu ibu terhebat di dunia ini,do’amu selalu menyertai langkah-langkahku.
Abang Janika, terima kasih atas segala hal dan dukungannya selama ini, selalu menjaga dan melindungiku.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di desa Banjar Ketapang tanggal 30 Maret 1990. Merupakan anak kedua
dari tiga bersaudara buah hati pasangan Bapak Izhar dan Ibu Nurlinwati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDNegeri02 Sungkai Utara tahun
2001, menyelesaikan pendidikan lanjutan di SLTPNegeri02 Sungkai Utara pada
2004, kemudian menyelesaikan pendidikan menengah di
SMANegeri02Kotabumi tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
program studi Bimbingan dan Konseling Unversitas lampung melalui jalur seleksi penerimaan
mahasiswa baru (SPMB).
Pada tahun 2010 penulis melaksanakan praktek layanan bimbingan konseling (PLBK) di
SMANegeri 10 Bandar Lampung. Pada tahun berikutnya, tahun 2011 penulis melaksanakan
kuliah kerja lapangan (KKL) di Universitas Negeri Malang, di rumah sakit jiwa Dr. Radjiman
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yangtelah memberikan karunia dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara kecerdasan emosi dengan komunikasi interpersonal pada siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011-2012”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus diselesaikan mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling agar bisa meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak sekali mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.selaku dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampungyang telah memberikan izin bagi penulis untuk mengadakan penelitian.. 2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung sekaligus pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya selama penyusunan skripsi ini.
4. IbuRatna Widiastuti, S.Psi., M.A., Psi.selaku pembimbing kedua yang telah memberikan waktu, ide, petunjuk, bimbingan selama penyusunan skripsi serta memberikan ilmunya selama perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu dosen program studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Lampung, terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan berlangsung.
7. Seluruh staf FKIP Universitas Lampung yang secara tidak langsung membantu dalam penyelesaian skripsi penulis.
8. Bapak Sudjasman, SH. selaku Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampungbeserta para stafnya yang telah memberikan izin penelitian dan membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Kedua orang tuaku yang tak henti-hentinya menyayangi, mendoakan, mendukung dan selalu menanti keberhasilanku.
10.Sahabatku sejak kecil Nia, Maya, Sal, Ida, terima kasih sudah menjadi bagian dari kehidupan ku yang senantiasa mendukung dan menyemangatiku.
11.Sahabatku nthe-genk Diah Arum Prihatin, Dian Novitasari, Eka Susanti (uniq), Wuri Sundari, dan Wita Febritus (unyil), terima kasih sudah mewarnai kehidupanku dikampus dan diluar kampus, kalian memberiku banyak hal, memberiku banyak cinta sehingga aku tidak merasakan kesepian, terima kasih banyak, aku berharap persahabatan ini akan selamanya. 12.Kawan-kawan bimbingan konseling 2007: Ambar Kusumawati (oenni Amkyu) tempat ku
Novianti, Widi Sujatmiko, Wita Febritus, Wuri Sundari, Yudhi Riski Prihantoro, Yunis Mutiara Putri Ayogo.Terima kasih atas kebersamaannya.
13.Adik tingkat BK2008yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama ini.
14.Kawan-kawan PPL di SMAN 10 Bandar Lampung terima kasih atas kebersamaannya.
15.Tetanggaku di Griya Intan mimi Maya, Khansa, Hafiz, uwo Evi, mb Tias, Iqrom, Made, yang sudah memberikan motivasi dan dukungannya kepadaku selama ini.
16.Semuanya yang pernah mengisi dan mewarnai hidup penulis, terima kasih atas kasih, sayang, cinta, kebaikan, dukungan yang telah memberikan kesan buat penulis sekaligus pelajaran berharga dalam memahami arti kehidupan.
17.Semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena iru penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bandar Lampung, 19 Juli 2012 Penulis,