BAB. 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagian besar sistem tata udara dan proses-proses industri menghasilkan kalor yang harus dipindahkan dan dibuang ke lingkungan. Air sering digunakan sebagai media untuk memindahkan kalor yang dilepaskan oleh refrigeran di dalam kondensor, maupun penukar kalor sejenis dalam berbagai proses industri. Sebagai proses memanfaatkan air yang berasal dari suatu sumber air berupa sungai, danau, maupun laut yang dilewatkan melalui penukar kalor yang kemudian dialirkan kembali ke sumber air semula. Dalam hal ini air pendingin itu hanya mengalir sekali-lintas di dalam kondensor termaksud secara sirkulasi sistem terbuka. Hal ini akan menimbulkan masalah yaitu air mengalami kenaikan suhu ketika dikembalikan ke sumber sehingga akan mengganggu ekologi disekitar sumber air tersebut. Selain itu jika penukar kalor berada jauh dari sumber air, maka akan dibutuhkan biaya tambahan untuk mensirkulasikan air.
Masalah-masalah tersebut di atas dapat diatasi dengan cara mendaur ulang air pendingin kondensor menggunakan sistem cooling tower sebagai sistem pendingin air. Dengan demikian terdapat sejumlah air yang bersirkulasi terus-menerus antara kondensor dengan cooling towernya. Penambahan air pada cooling tower hanya sekitar 5% dari sistem dengan sirkulasi terbuka (l988 ASHRAE Handbook Equipment), serta ekologi air lingkungan tidak akan terganggu karena air hanya disirkulasikan dalam sistem tertutup. (Deden Muhammad.2005).
Cooling tower merupakan salah satu alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara, yang biasanya digunakan untuk mesin-mesin yang berada pada tempat yang tidak berpindah-pindah. Penempatan cooling tower bersifat semi permanen jadi jika ingin merubah instalasinya maka perlu pembongkaran pipa-pipa dan komponen lainnya. Cooling tower ini biasanya dipakai di pabrik-pabrik dengan mesin yang menghasilkan panas cukup besar.
Cooling tower digunakan sebagai pembantu menurunkan panas dari suatu
seberapa penting cooling tower sebagai pendinginan mesin. Karakteristik cooling tower saat ini hanya membandingkan antara data manual kisaran (range), pendekatan (approach), dan beban kalor (cooling load), tentu tidak relevan dengan kondisi operasional saat ini, menanggapi hal tersebut harus ada pengujian yang sesuai dengan operasional yang ada. (Sudrajat, R.M.M.2015)
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan dilakukan analisa kinerja Cooling tower dengan menambah debit udara untuk mempercepat pelepasan kalor. Penambahan debit udara dilakukan dengan cara menambah tegangan listrik pada motor penggerak kipas cooling tower. Adapun perumusannya :
a. Pengaruh variasi kecepatan udara dan kemiringan pengisi cooling tower forced draft counterflow dengan pengisi kalsiboardterhadap laju pelepasan kalor. b. Kinerja cooling tower untuk melepaskan kalor dan seberapa besar efektivitas
pendinginannya.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh variasi kecepatan udara dan kemiringan pengisi cooling tower forced draft counterflow dengan pengisi kalsiboard terhadap laju pelepasan kalor yang terjadi.
b. Untuk mengetahui efektivitas pendinginan cooling tower dengan variasi yang ada.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
b. Mengetahui efektivitas pendinginan air pada cooling tower dengan memvariasikan kecepatan udara dan kemiringan pengisi cooling tower forced draft counterflow dengan pengisi kalsiboard.
c. Sebagai informasi untuk perusahaan ataupun dunia pendidikan mengenai pengembangan coolingtower.
1.5 Batasan Masalah
Ada beberapa faktor yang tidak terkontrol sehingga dapat mempengaruhi pengambilan data dan analisis. Untuk itu perlu diberikan batasan dan asumsi agar mempermudah menganalisis permasalahan di atas yaitu :
a. Properti dari fluida konstan sepanjang aliran. b. Sistem aliran terisolasi sempurna.
c. Tidak menghitung perubahan energi kinetik dan energi potensial fluida pada sistem.
d. Tekanan fluida diasumsikan konstan sepanjang aliran. e. Tegangan listrik maksimal 220 volt.
f. Kondisi dalam sistem setelah penyalaan diasumsikan steady state. g. Tidak membahas kinerja alat ukur.